PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi jamur dewasa ini semakin sering terjadi seiring dengan meningkatnya
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengindentifikasi masalah kesehatan pada keluarga yang menderita
penyakit kandidiasis intertriginosa.
1.2.2 Menentukan solusi untuk menangani setiap masalah kesehatan yang
ditemukan pada pasien dan keluarganya.
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1 Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas puskesmas dan
khususnya keluarga sebagai upaya untuk mencegah berkembangnya
penyakit kandidiasis intertriginosa di masyarakat.
1.3.2 Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam
menganalisis dan memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi oleh
keluarga binaan penulis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus otot dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia ratarata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika
tanpa lemak atau sekitar 16 % dari berat badan seseorang.1
makanan dan cairan antarsel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler
dermis ke dalam epidermis.2,4
Epidermis terdiri dari 5 lapisan sebagai berikut:
a. Stratum korneum atau lapisan tanduk
Stratum korneum merupakan lapisan epidermis paling luar, terdiri dari beberapa
sel gepeng yang mati, tidak berinti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna, sangat sedikit mengandung air, dan memiliki protoplasma yang telah
berubah menjadi keratin (zat tanduk). Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Lapisan ini terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas
dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya
hanya 28 hari.4,11
b. Stratum lusidum
Stratum lusidum terletak di bawah stratum korneum, terdiri dari beberapa lapis
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang translusen sehingga dapat dilewati
sinar. Stratum lusidum tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutis, terdiri
atas serabut-serabut penunjang, antara lain kolagen, elastin dan retikulin. Pada dermis
terdapat ujung saraf bebas, folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan muskulus erektor pili.4
3. Subkutis
Subkutis mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, dan saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Lapisan ini berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh, dan
sebagai cadangan makanan.4
2.2
Kandidiasis
2.2.1 Definisi
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia,
2.2.2 Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik lakilaki maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden
diduga lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah
tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dan pada musim hujan sehubungan dengan
daerah-daerah yang tergenang air.1,6
2.2.3 Etiologi
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae. 1,5
Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian
besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun
mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur
dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida,
sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.5
Pada awalnya diklasifikasikan sporotrichium oleh Gruby, suatu organisme yang
ditempatkan pada genus Oidium (O. albicans) oleh Robin 1874. Kemudian, hal ini
membingungkan dengan Monilia candida, suatu jamur yang diisolasi dari ruangan
vegetasi. Dilaporkan bahwa kata moniliasis biasa digunakan sebagai sinonim untuk
candidiasis dalam beberapa literatur. Istilah candidiasis digunakan di USA, meskipun
istilah candidosis lebih sering digunakan di Kanada, Inggris, Perancis, dan Italy.4
2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut: 1
1.
Kandidiasis kutis :
a. Lokalisata
b. Generalisata
c. Paronikia dan onikomikosis
d. Kandidiasis kutis granulomatosa.
3.
Kandidiasis sistemik :
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
4.
Reaksi id (kandidid).
2.2.5 Patogenesis
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.7
Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
1.
Spesies
C. albicans adalah
2.
Daya lekat
melekat
adalah
suatu
glikoprotein
permukaan
atau
4.
Toksin
5.
Enzim
Sawar mekanik :
Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik
3.
Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi
mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV. Sistem
imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang memperlihatkan titer
antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat fagositosis.
Mekanisme imun seluler dan humoral
Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel
epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan
sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang
menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga
mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan
faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan
luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan
mengaktifasi
komplemen
dan
merangsang
terbentuknya
imunoglobulin.
kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu
kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
Mekanisme non imun
Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan
persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.8
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak
untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara
mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel
mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekulmolekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil
yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif.
Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan
infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.
Faktor endogen :
a. Perubahan fisiologik
1)
2)
3)
Debilitas
4)
Iatrogenik
5)
6)
yang buruk.
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna.
c. Imunologik : penyakit genetik.
2.
Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi
dan memudahkan masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans
serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya
perubahan dalam sistem pertahanan tubuh.1
2.3
Kandidiasis Kutis
2.3.1 Definisi
Kandidiasis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dari genus Candida. Kandidiasis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidiasis profunda
dan kandidiasis superfisial. Nama lain kandidiasis kutis adalah superficial kandidiasis
atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidiasis intertriginosa. Berdasarkan letak
gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidiasis terlokalisasi dan generalisata.1,4,9,11
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan
kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.4,9,11
2.3.2 Etiologi
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae.1,5
2.3.3 Epidemiologi
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus
gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6
um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni
sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di
mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut
dipengaruhi beberapa faktor seperti rumah sakit dan kemoterapi.9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus). Pada
vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies
kandida komensal oral berkisar pada 30 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.10
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46
laki-laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 %
dengan kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 %
dengan psoriasis. Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat setelah 8
minggu setelah terapi.10
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral
didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr.
J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel
tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel,
55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki.10
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari
72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi
klinis kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper
kandidiasis tercatat 102 kasus.10
Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus. Kerokan kulit
diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaoruds agar. Insiden tersering adalah
intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17). Sedangkan jamur yang diisolasi
didapatkan Candida albicans (136 kasus), Candida tropicalis (12 kasus), dan Candida
guillermondi (2 kasus). Dan diabetes mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang
pasien.13
2.3.4 Patogenesis
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain
memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh.
Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus.
Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval.14
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan
steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan
imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi
spora yang banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa.14
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan kulit
(stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara horizontal
di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi merah,
halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang berbatas
tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul sebagai sisik
dan sel inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material.14
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor protease.
kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast
untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi
hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus
gastrointestinal dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora
endogen, kebutuhan lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi
tanda dari pertumbuhan kandida.10
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun terakhir,
mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised. Secara spesifik,
tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Meskpin infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi
menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat
menyerang kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat.10
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek,
dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan
dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan
dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut
memberikan resiko yang tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme ini
jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum korneum dengan
PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal menunjukkan tanda
papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang menebal berisi infiltrat limfosit,
granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuklear.4
2.3.5 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya kandidiasis kutis sebagai
berikut :9
1.
Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut
2.
Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
3.
Gangguan fungsi imun
a. Primer; penyakit kronik granulomatosa
b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid
4.
Kemoterapi
a. Imunosupresif
b. Antibiotik
5.
Penyakit endokrin; diabetes mellitus
6.
Karsinoma
7.
Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku
a. Kandidiasis Intertriginosa
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat
payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercak
yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh
satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang
seperti lesi primer.
Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah interdigital
tangan maupun kaki. Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna keputihan di
tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya. Kondisi ini
menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan nyeri. Kandidiasis
intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki dapat diikuti dengan
paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang sama.1,15
b. Kandidiasis Perianal
Kandidiasis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus yang
banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidiasis popok atau
diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air kencing tidak segera
diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini
juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.1
Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan, merupakan
tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar merah dan
pustule satelit.1,14 Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus ani.1
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan lotion yang
mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi klotrimazol yang
merupakan obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak cukup untuk
mengendalikan infeksi jamur yang terjadi. Komponen kortison dapat mengubah
gambaran klinis dan memperpanjang penyakit. Bentuk nodular granulomatosis
kandidiasis di daerah popok, muncul sebagai kusam, eritem, dan nodul dengan
bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang eritem merupakan reaksi biasa
untuk organisme Candida atau infeksi Candida yang disebabkan oleh steroid.
Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok, tetapi kasus ini sering
ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi organism dan
mengobati infeksi dengan tepat.14
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan
umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid,
dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin
karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik
sehingga daya tahan tubuh bayi tersebut rendah.1
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidiasis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam setelah
lahir. Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh tubuh dalam
waktu 24 jam.16
Paronikia dan onikomikosis adalah peradangan kuku dan bantalan kuku. Paronikia
dapat bersifat akut dan kronis. Paronikia akut disebabkan oleh bakteri, sedangkan
paronikia kronis disebabkan oleh Candida sebagai pathogen tunggal atau ditemukan
bersamaan bersama dengan bakteri lain seperti Proteus atau Pseudomonas sp.16
Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks
kuku. Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering terendam dalam
air seperti pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah makan, penggemar tanaman,
dan pegawai ikan. Pemakaian alat pencuci piring mekanis yang semakin meluas mungkin
berhubungan dengan penurunan insidensi kelainan ini.1,15
Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering),17
pembengkakan tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk,
kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat, tidak terdapat sisa
jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium dan hilangnya kutikula. 1,17 Hal ini
sering berhubungan dengan terjadinya distrofi kuku. Candida albicans mempunyai peran
patogenik, tetapi bakteri mungkin juga ikut menyertainya. Tidak adanya kutikula
memungkinkan masuknya bahan-bahan iritan seperti detergen ke daerah di bawah
kukuku proksimal, dan hal ini turut menyebabkan proses peradangan.15
Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul cepat, rasa
sakit yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan kuku yang bengakak
pada paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran kecil nanah yang berbentuk
seperti krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi hanya itu saja yang terjadi.15
Kandidiasis Granulomatosa
Kelainan ini jarang dijumpai. Houser dan Rothman melaporkan bahwa penyakit ini
sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna
kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti
tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan,
tungkai, dan faring.1
Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan ini merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif
untuk mendiagnosis, tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain.
Pemeriksaan dengan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10%
1,15
14
akan
memperlihatkan elemen candida berupa sel ragi, balastospora 1, peudohifa atau hifa
bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan identifikasi etiologi secara
spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan biakan. Hasil negative tidak selalu
bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan langsung mempunyai nilai sensitifitas dan
spesifisitas sebesar 89,4% dan 83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan dan akan
memberikan hasil yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH 10%.1
2.
Pemeriksaan Biakan
Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi
Identifikasi Spesies
Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan indentifikasi
spesies C. albicans. Pemeriksaan ini menggunakan media yang mengandung serum
dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 2 jam. Bila terdapat pertumbuhan germ tube
atau sprout mycelium,berarti spesies tersebut adalah C. albicans. Pertumbuhan
Germ tube dikenal sebagai Fenomena Reynols-Braude.
Penilaian Klamidospora
CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif untuk
mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, dan C.
krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan warna yang ditimbulkan
oleh masing-masing koloni. Media ini mengandung 10gr pepton, 20gr glukosa,
0,5gr kloramfenikol, 15gr agar dan 2gr chromogenic mix. Chromogenic mix
merupakan bahan yang menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp.
4. Serologi
Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk mendeteksi
adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi yang lebih sensitive
seperti counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA), and radioimmunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan
tes CIE telah menunjukkan diagnosis kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi.
5.
Pemeriksaan histologi
Pada pemeriksaan menggunakan spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic
acid-schiff (PAS) akan didapatkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan
kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.10
6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.
a.
Dermatitis kontak
Pasien mempunyai riwayat konstipasi kronik dan biasa menggunakan obat
rangsang defekasi. Selama 7 bulan disertai dengan pruritus ani tapi baru-baru ini
berkembang
menjadi
erupsi
yang
menyeluruh,
tidak
berespon terhadap
d. Dermatofitosis (tinea)1
Kandidiasis kuku dengan tinea unguium
Pada tinea unguium kuku sudah tampak rapuh pada bagian distal pada bentuk
subungual distal dan tampak rapuh pada bagian proksimal pada bentuk subungual
proksimal. Biasanya penderita tinea unguium mempunyai dermatofitosis ditempat lain
yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku
tangan.
2.3.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor
predisposisi. 1
Terapi topical:
Terapi sistemik:
Nistatin tablet
Obat ini berguna untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna dan
obat ini tidak diserap oleh usus.
Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau
dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
Obat ini diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa
2x100 mg sehari, selama 3 hari.
Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol, itrakonazol, dan
flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol terbaru antara
lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole. 16
Amorolfine biasa digunakan karena efektifitasnya sebagai terapi topikal pada
kandidiasis superficial yang disebabkan oleh jamur dan dermatofitosis dan afinitasnya
yang tinggi terhadap stratum korneum dan kuku. 16
Obat anti jamur imidazol, clotrimazol, mikonazol, econazol, oxiconazol, dan
bifonazol digunakan secara luas sebagai pengobatan topikal dermatofitosis. Beberapa
tahun terakhir, imidazol (lanakonazol) dan tiga kelas anti jamur gabungan benzylamine
(butenafine),
alylamine
(terbinafine),
dan
morfin
(amorolfine),
telah
berhasil
dikembangkan dan diperkenalkan dalam penggunaan di klinik. Obat-obat terbaru ini lebih
aktif daripada imidazol sebelumnya untuk melawan dermatofitosis secara in vitro dan in
vivo dermatofitosis pada babi sebagai binatang percobaan. 16
2.3.10 Komplikasi
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain : 12
1.
2.
Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin
Disseminated
candidiasis
yang
mungkin
terjadi
pada
tubuh
yang
immunocompromised.
2.3.11 Pencegahan
Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi
kandida, yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering
mungkin membantu pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena.
Penurunan berat badan dan kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin
membantu pencegahan infeksi tersebut.12
2.3.12 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidiasis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit
Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company. 2007.
6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2004. Pp:
279-280.
Mekanisme
11. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases 8th edition. Canada. Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2000.
13. Shroff PS. Clinical and mycological spectrum of cutaneous candidiasis in Bombay. In
: Journal of Postgraduate Medicine. 1990. Volume 36/2. 83-86.
14. Habif, T. P, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th
edition. Pennsylvania. Mosby, inc. 2004. p. 440-450
17. Graham. R, Brown, Burns. T. Infeksi Jamur. Dalam: Lecture Notes Dermatology.
Edisi ke-8. Jakarta. EMS. 2005: 38-40.