Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi
permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Tuberkulosis disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru.
Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang
penderita tuberkulosis paru merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis
paru
pada
populasi
di
sekitarnya.
Menurut
Departemen
Kesehatan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru yang
disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis complex.4,5
2.2 Etiologi
Mikobacterium tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron
dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat atau tertidur dormant lama dalam beberapa tahun4,5
2.4 Patogenesis
A. Tuberkulosis primer
pada
anak
setelah
mendapat
ensefalomeningitis,
tuberkuloma ) atau
-
Meninggal
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib
sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti
sklerotik). Nasib kaviti ini :
- Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.
Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang
disebutkan diatas
- Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi
mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadikaviti lagi
- Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya
mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan
menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).6,7
Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang
belum memiliki fasilitas kultur M.tuberculosis, memenuhi kriteria
berikut :
Hasil pemeriksaan HIV positif, atau
Jika HIV negatif, tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian
antibiotik
spektrum
luas
(kecuali
flourokuinolon
dan
aminiglikosida)
3. Kasus Bekas TB :
-
Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih positif atau
kembali positif pada akhir bulan ke-5 sebelum akhir pengobatan dan
penderita dengan hasil BTA negatif
menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau
gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
-
Kasus lain-lain adalah untuk semua kasus yang tidak memenuhi kriteria di
atas, seperti:
Pasien dengan riwayat pengobatan tidak diketahui sebelumnya
Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya tetapi tidak diketahui
hasil pengobatannya
Pesien yang datang kembali untuk pengobatan dengan hasil dahak BTA
negatif atau bakteriologis ekstraparu TB negatif.
2.6 Diagnosis
A. Gambaran klinis
a. Gejala respiratorik
-
Batuk 2 minggu
Batuk darah
Sesak nafas
Nyeri dada
b. Gejala Sistemik
-
Demam
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin didapatkan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, demam, badan kurus dan
berat badan turun.1
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Apabila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan
perkusi yang redup dan auskultasi suara nafas bronkial. Akan didapatkan juga
suara nafas tambahan seperti ronkhi basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrat
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafas menjadi vesikuler yang melemah.
Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau
timpani dan auskultasi memberikan suara amforik.2,7
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bakteriologi, untuk menemukan kuman TB mempunyai arti
penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan yang digunakan untuk
pemeriksaan dapat berasal dari dahak, cairan pleura, LCS, bilasan bronkus,
bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, feses, dan jaringan biopsi.
Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan standarnya adalah foto toraks PA.
pemeriksaan lain atas indikasi yaitu foto lateral, top lordotic, oblik atau CT
Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat member gambaran
bermacam-macam bentuk. Gambaran radiologi yang dicurigai lesi aktif
adalah bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah, kavitas terutama lebih dari satu
dikelilingi oleh bayangan opak berwarna opak berawan dan nodular,
bayangan bercak milier, efusi pleura unilateral dan bilateral. Sedangkan
gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif adalah fibrotic,
kalsifikasi, dan penebalan pleura.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti analisa cairan pleura, pemeriksaan
histopatologi jaringan dan pemeriksaan darah.4
10
Gejala klinis + PF
+A
Foto toraks
Dahak BTA
Meragukan *
pemeriksaan
penunjang
lainnya sesuai kebutuhan dan fasilitas atau terapi e
Foto lama*Lakukan
ada
Foto lama
tidak ada
Perburukan
Perburukan
pengobatan
TB adalah : menyembuhkan
pasien danPerbaikan
mengembalikan
penularannya.4
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan.
Pada umumnya lama pengobatan adalah 6-8 bulan.
A.
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid
Obat kombinasi dosis tetap/ KDT terdiri sari 2 sampai 4 obat dalam satu
tablet.4
12
selama pengobatan. Untuk penatalaksanaan efek samping umum yaitu mayor dan
minor, digunakan pendekatan berdasarkan gejala sebagai berikut:4
Tabel 2.1. Pendekatan berdasarkan masalah untuk penatalaksanaan OAT
Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas
atau keluhan lain.
Pneumotoraks
Empiema
TB paru milier
Meningitis TB
Bronkoskopi
Punksi pleura
F. Evaluasi pengobatan
Evaluasi klinis
Evaluasi terhadap respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi penyakit
Bila ada fasilitas biakan maka dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi
Sebelum pengobatan
15
BAB III
ILUSTRASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. H
No RM
: 885973
Umur
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Masuk RS
: 29 Maret 2015
B. Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri pasien
Keluhan utama
Sesak nafas sejak 3 minggu hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS)
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 3 minggu SMRS yang terasa berat
sejak 2 hari SMRS. Sesak dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi
aktifitas, posisi tubuh, cuaca, debu, maupun makanan. Sesak yang muncul
tengah malam hingga membuat pasien terbangun disangkal. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan batuk, demam, keringat malam, badan terasa
lemas, tidak nafsu makan dan badan semakin kurus. Pasien tidak pilek,
buang air kecil (BAK) lancar, warna kuning jernih, tidak ada nyeri
maupun rasa tidak puas saat BAK. Buang air besar (BAB) tidak ada
keluhan.
16
Riwayat DM disangkal
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit yang sama dengan pasien
Riwayat DM disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
-
Kesadaran
: Composmentis kooperatif
Nadi
: 88 x/menit
17
Nafas
: 28 x/menit
Suhu
: 37,8 C
Berat badan
: 48 kg
Tinggi badan
: 165 cm
IMT
: 17,6 (underweight)
Mata
Mulut
Leher
Thoraks
Paru-paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: suara nafas bronkial pada paru kanan dan kiri, ronkhi (+/
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: teraba supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
(-).
18
D. Pemeriksaan Penunjang
WBC
: 17.100 u/L
RBC
: 5.460.000 /uL
HGB
: 13,7 g/dl
HCT
: 42,2 %
PLT
: 371.000 /uL
Glu
: 95 mg/dL
Bil D
: 0,82 mg/dL
Bil T
: 1,52 mg/dL
AST
: 130 IU/L
ALT
: 167 U/L
ALB
: 3,52 g/dL
Rontgen toraks
Tanggal 09/03/2015
Hasil rontgen :
19
Tanggal 29/03/2015
Hasil rontgen :
-
dan kiri
Sudut costophrenikus tajam
Cor : CTR < 50%
E. Diagnosis
1. Tuberkulosis paru BTA (+), lesi luas, kasus baru
2. Pneumonia
F. Penatalaksanaan
20
a. Non farmakologi
-
Bed rest
Anjuran untuk menutup mulut jika batuk dan membuang dahak pada
tempat yang disediakan
b. Farmakologi
-
O2 3 liter/menit
OBH 3 x 1 cth
Curcuma 3 x 1 tablet
21
Follow up
Identitas pasien
Tn. H (61 tahun)
Tanggal 31 maret 2015
Tanggal 1 april 2015
Tanggal 2 april 2015
S : sesak (+), batuk S : sesak (+), batuk S : sesak (-), batuk
berdahak (+), demam di berdahak (+), demam (-), berdahak
(+)
sudah
mual (-).
O : TD : 110/70 mmHg
O : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Nadi : 72 x/menit
Suhu : 37,2 oC
RR
Suhu : 36,2 oC
RR
: 28 x/menit
RR
: 20 x/menit
: 24 x/menit
ronkhi
wheezing -/-
+/+, Paru
auskultasi
A : Tuberkulosis paru BTA A : Tuberkulosis paru +, wheezing -/(+), lesi luas, kasus baru + BTA (+), lesi luas, kasus A : Tuberkulosis paru
Pneumonia
baru + Pneumonia
P : terapi lanjut
P : terapi lanjut
kasus
baru
Pneumonia
P : Pasien PAPS
-
OAT
kategori
4FDC 1 x 3 tab
-
Cefixime 200 mg 2
x 1 tab
Paracetamol 500 mg
3 x 1 tab (kp)
22
Curcuma 3 x 1 tab
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis TB paru berdasarkan Anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan teori pasien TB paru
memiliki gejala klinis berupa gejala respiratorik dan gejala sistemik. Adapun
gejala respiratorik dapat berupa batuk yang lebih dari 2 minggu, batuk berdarah,
sesak nafas dan nyeri dada. Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai
tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Gejala
sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun. Pada pasien ini dari anamnesis ditemukan sesak nafas, batuk berdahak
yang lebih dari 2 minggu, demam subfebris, berkeringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun, namun batuk berdarah dan nyeri dada tidak ditemukan pada
pasien ini.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di
daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah
apex lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara
napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan
paru, diafragma & mediastinum. Pada pasien ini didapatkan perkusi redup di
bagian atas dan tengah paru kanan dan kiri, pada auskultasi didapatkan suara nafas
bronkhial dan ronkhi basah pada kedua paru.
Untuk diagnosis TB, selanjutnya
berupa pemeriksaan BTA sputum dan foto toraks PA. Cara pengambilan dahak 3
kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara sewaktu/spot (dahak
sewaktu saat kunjungan), dahak Pagi (keesokan harinya), Sewaktu/spot (pada saat
mengantarkan dahak pagi). Untuk lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari
3 kali pemeriksaan ialah bila 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif berarti
mikroskopik positif; jika 1 kali positif, 2 kali negatif periksa ulang BTA 3 kali ,
kemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif berarti mikroskopik positif bila 3 kali
negatif mikroskopik negatif. Bila gambaran radiologik menunjukkan tuberkulosis
aktif, maka hasil pemeriksaan dahak 1 kali positif, 2 kali negatif tidak perlu
23
diulang dan itu sudah dapat ditegakkan diagnosis Tuberkulosis. Pada pasien ini
telah dilakukan 2 kali pemeriksaan sputum BTA pada pemeriksaan yang pertama
pada tanggal 9 maret 2015 di RS Santa Maria dan ditemukan BTA positif dua dan
gambaran radiologi menunjukkan gambaran bercak berawan di seluruh lapang
paru kanan dan kiri, sedangkan pada pemeriksaan yang ke dua dilakukan pada
tanggal 29 maret 2015 di RSUD Arifin Achmad dan ditemukan BTA negatif dan
gambaran radiologi menunjukkan gambaran bercak berawan di bagian atas dan
tengah paru kanan dan kiri yang tampak mengalami perbaikan dari gambaran
sebelumnya. Hasil pemeriksaan BTA sputum yang negatif pada pemeriksaan
yang kedua kemungkinan karena pasien telah menjalani pengobatan OAT. Pasien
juga tidak pernah sakit TB ataupun minum OAT sebelumnya. Oleh karena itu
pasien didiagnosis sebagai TB paru BTA (+) lesi luas kasus baru dan di beri terapi
OAT kategori 1.
Diagnosis tambahan pada pasien ini adalah pneumonia yang ditegakkan
berdasarkan anamnesis yaitu demam, batuk berdahak dan sesak nafas. Sedangkan
dari pemeriksaan fisik di dapatkan suhu 37,8oC, perkusi redup pada bagian atas
dan tengah paru kanan dan kiri, suara nafas bronchial dan terdapat ronkhi.
Pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis dan gambaran radiologi
menunjukkan gambaran bercak berawan di bagian atas dan tengah paru kanan dan
kiri. Terapinya antibiotik spectrum luas yaitu inj. ceftriaxon 1 gram/12 jam.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana Tuberkulosis. Jakarta: 2013
2. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Pedoman
Nasional
Dokter
Paru
Indonesia.
Pedoman
Diagnosis
dan
Dokter
Paru
Indonesia.
25
Pedoman
Diagnosis
dan