Anda di halaman 1dari 13

Mekanisme Kerja Otot dan Faktor Penyebab Kelelahan pada Tungkai

Elmon Patadungan
102014009/E3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
e-mail: samsons_oldi@yahoo.com
Abstract:
The human body is composed by various muscles, bones, and organs. At a time when we are
moving, that movement was aided by the presence of muscle and bone that can help us to drive
every Member of the body. Muscles and bones should work synchronously and complement each
other in order to function as an instrument of human motion. The muscles can be differentiated
into cardiac and smooth muscle, striated. While the bone can be grouped based on form, namely
bone long bones, short bones, flat bones, sesamoid bone. In this paper, to be discussed on the
muscles and bones that are viewable in the anatomy, histology, Physiology, and biokimianya.
The fourth includes how to work, process, and structure formation in general.
Key Words: Muscles, bones, tool motion
Abstrak:
Tubuh manusia tersusun oleh bermacam-macam otot, tulang, dan organ. Pada saat kita bergerak,
pergerakan itu dibantu dengan adanya otot dan tulang sehingga dapat membantu kita untuk
menggerakan setiap anggota tubuh. Otot dan tulang harus bekerja serempak dan saling
melengkapi agar dapat berfungsi sebagai alat gerak yang manusia butuhkan. Otot dapat
dibedakan menjadi otot polos, jantung dan lurik. Sedangkan tulang dapat dikelompokan
berdasarkan bentuk umumnya, yaitu tulang tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan
tulang sesamoid. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai otot dan tulang yang dapat dilihat
secara anatomi, histology, fisiologi, dan biokimianya. Keempat hal tersebut meliputi bagaimana
cara kerja, proses pembentukan , dan strukturnya secara umum.
Kata Kunci: Otot, tulang, alat gerak

Pendahuluan
Tubuh manusia tersusun oleh bermacam-macam otot, tulang, dan organ. Pada saat kita bergerak,
pergerakan itu dibantu dengan adanya otot yang dapat membantu kita untuk menggerakan setiap
anggota tubuh. Tulang dan otot merupakan suatu kesatuan. Saat kita berjalan atau melakukan
suatu aktifitas maka kita selalu menyertakan kedua komponen ini. Jika salah satu dari kedua
komponen ini mengalami suatu kecelakaan maka aktifitas kita bisa saja terganggu.
Tulang merupakan alat gerak pasif dikarenakan tulang hanya berperan dalam membentuk rangka
tubuh, tempat pelekatan otot, menopang massa tubuh, serta melindungi organ-organ tubuh dari
berbagai serangan mekanik yang berasal dari luar, namun tulang tidak mampu melakukan
pergerakan, oleh karena itu tulang membutuhkan otot-otot agar dapat bergerak. Sedangkan otot
disebut sebagai alat gerak aktif karena melakukan mekanisme kontraksi dan relaksasi, sehingga
otot dapat melakukan pergerakan. Walaupun demikian, pergerakan pada otot juga tidak dapat
terlihat jika tidak ada tulang.1 Untuk itu, otot dan tulang harus bekerja serempak dan saling
melengkapi agar dapat berfungsi sebagai alat gerak yang manusia butuhkan.
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana kerja otot dan tulang dalam tubuh
kita. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor dan mekanisme apa saja yang dapat
menyebabkan sehingga tubuh kita sering merasakan kelelahan dan dapat melakukan kontraksi
serta relaksasi.
Anatomi Extremitas Inferior
Otot-otot Pangkal Paha dan Tungkai Atas

Gambar 1. Otot-otot Pangkal Paha & Tungkai Atas2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf
2

Otot-Otot Tungkai Bawah

Gambar 2. Otot-otot Tungkai Bawah2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf
Otot-Otot Kaki

Gambar 3. Otot kaki2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf
3

Otot-otot pangkal paha: M. Psoas mayor; M. Psoas minoe; M. Iliacus; M. Gluteus maximus; M.
Gluteus medius; M. Gluteus minimus; M. Piriformis; M. Obturator internus; M. Obturator
externus; M. Gemellus Superior dan inferior; M. Tensor fasciae latae.
Otot-otot tungkai atas: M. Sartorius; M. Quadriceps femoris; M. Articularis genus; M.
Pectineus; M. Adductor longus; M. Gracilis; M. Adductor brevis; M. Adductor magnus; M.
Adductor minimus; M. Biceps femoris; M. Semitendonosus; M. Semimembranosus.
Otot-otot tungkai bawah: M. Gastrocnemius; M. Soleus; M. Plantaris; M. Popliteus; M. Flexor
digitorum longus; M. Tibialis posterior; M. Flexor hallucis longus; M. Tibialis anterior; M.
Extensor digitorum longus; M. Extensor hallucis Longus; M. Proneus Tertius; M. Proneus
Longus; M. Proneus brevis.
Otot-otot kaki: M. Extensor digitorum brevis; M. Extensor hallucis brevis; M. Adductor hallucis;
M. Flexor hallucis brevis; M. Adductor digiti minimi; M. Adductor digiti quinti; M. Flexor digiti
quinti brevis; M. Opponens digiti quinti; M. Flexor digitorum brevis; M. Quadratus plantae; M.
Lumbricales; Mm. Interossei plantares; Mm. Interossei dorsales
Osteologi Extremitas Inferior
Pelvis

Gambar 4. Gelang Panggul2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

Femur

Gambar 5. Tulang Paha2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf
Fibula dan Tibia

Gambar 6. Tulang Kering dan Tulang Betis2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

Tarsal, Metatarsal, dan Phalanges Pedis

Gambar 7. Tulang Kaki2


Jenis-jenis Otot
Spesialis kontraksi pada sel-sel tubuh adalah otot. Sistem muscular(otot) terdiri dari sejumlah
besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan otot tubuh. Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang
berbeda-beda, mengandung protein kontraktil. Struktur biologi dari protein ini membangkitkan
tekanan yang dibutuhkan untuk kontraksi selular, yang menimbulkan gerakan di antara organ
tertentu dan tubuh sebagai satu kesatuan. Kebanyakan sel otot berasal dari mesoderm, dan
diferensiasinya terutama terjadi melalui proses pemanjangan secara berangsur-angsur, disertai
pembuatan protein miofibril.3
Tiga jenis jaringan otot dapat dibedakan pada mamalia berdasarkan ciri morfologis dan
fungsional, dan setiap jaringan otot mempunyai struktur yang sesuai dengan peranan
fisiologisnya. Ketiga jenis otot tersebut antara lain:
Otot polos, terdiri atas kumpulan sel-sel fusiformis yang tidak memperlihatkan garis-garis
lurik dengan mikroskop cahaya. Proses kontraksi otot polos lambat dan tidak di bawah
kontrol kemauan. Hanya memiliki satu inti yang terletak ditengah serat yang fusiformis.
Ukuran sekitar 15-200 mikrometer dengan diameter 3-10 mikrometer. Terdiri dari otot
multiunit yang setiap sel otot mewakili satu serat saraf sehingga rangsangan terjadi secara
individu pada tiap sel otot dan kontraksi berlangsung serentak dan otot polos viseral dimana
kontraksi terjadi pada satu sel otot diteruskan ke sel otot lainnya melalui gap junction.

Otot jantung, mempunyai garis-garis melintang dan terdiri atas sel-sel yang panjang,
bercabang dan bertautan yang terletak pararel satu sama lain. Pada tempat kontak ujung-keujung terdapat diskus interkalaris, yaitu struktur yang hanya terdapat pada otot jantung.
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat, dan berirama. Pada otot jantung, terdapat
suatu serat yang merupakan hasil modifikasi serat otot jantung yang dinamakan serat
purkinye yang berfungsi untuk menghantarkan rangsangan. Otot jantung memiliki miofibril
yang jauh lebih sedikit. Ukuran diameter sekitar 14 mm.
Otot rangka, terdiri atas berkas-berkas sel yang sangat panjang, berbentuk silindris, berinti
banyak, yang memperlihatkan garis-garis melintang. Kontraksinya cepat, kuat, dan biasanya
di bawah kemauan kita. Kontraksi ini disebabkan interaksi dari filamen tipis aktin dan
filamen tebal miosin yang susunan molekulnya membuat molekul tersebut dapat bergeser
satu sama lain. Otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas-berkas sel berukuran rata-rata
3 cm dan yang sangat panjang (sampai 30 cm), silindris, dan berinti banyak di tepi, berbentuk
gepeng dan lonjong, dengan diameter seratnya berkisar antara 10-100 m. Lokasi inti yang
khas ini membantu dalam membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos, yang
keduanya memiliki inti di tengah.
Pada pembahasan kali ini memang lebih difokuskan pada otot-otot rangka yang terdapat pada
ekstremitas bawah.
Struktur Mikro Otot Rangka4-5
Semua otot rangka dibentuk dari sejumlah serabut-serabut otot yang diameternya berkisar antara
10-80 mikron yang dilindungi oleh suaru membran yang dapat dirangsang oleh aktivitas listrik
tubuh, yaitu membran sarkolemma. Setiap serabut otot tersebut terbuat dari rangkaian sub unit
yang lebih kecil. Pada sebagian besar otot, serabut-serabutnya membentang di seluruh panjang
otot kecuali untuk sekitar 2 persen serabut-serabut tersebut.
Sarkolema, adalah membran sel serabut otot. Meskipun demikian, sarkolema terdiri dari
membran sel, yang disebut membran plasma, dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu
lapisan tipis polisakarida yang mengandung beberapa serabut kolagen. Pada ujung serabut otot,
lapisan luar sarkolema ini bersatu dengan serabut tendo, dan serabut-serabut tendo akan
berkumpul dalam berkas yang membentuk tendo otot dan kemudian menyisip ke dalam tulang.
7

Aktin/monomer globuler G-aktin, merupakan protein globuler dengan berat molekul 43000
dijumpai dan sebanyak 25% berat protein otot dan dalam keadaan normal banyak mengandung
magnesium. Aktin globuler ini dikenal sebagai aktin-G, di mana aktin-G ini dalam suasana
tertentu akan berpolimerisasi membentuk aktin-F. Baik aktin-G maupun aktin-F, keduanya tidak
menunjukkan aktivitas katalitik.
Miosin, merupakan suatu protein otot yang terdiri dari bagian ekor yang berserat dengan dua
rantai spiral yang melilit dan bagian kepala yang merupakan protein globuler. Miosin memiliki
aktifitas ATP-ase, dan dapat dicerna oleh tripsin dan papain.
Miofibril, merupakan suatu protein otot terdiri dari filamen yang mengandung aktin dan miosin.
Setiap serabut otot mengandung beberapa ratus sampai beberapa ribu miofibril yang berupa titiktitik kecil pada potongan melintang. Tiap miofibril yang terletak berdampingan mempunyai kirakira 1500 filamen miosin dan 3000 filamen aktin yang merupakan molekul protein polimer besar
yang bertanggung jawab untuk terjadinya kontraksi otot. Filamen yang tebal mengandung miosin
dan filamen yang tipis mengandung aktin. Perhatikan bahwa filamen miosin dan aktin sebagian
akan saling bertautan sehingga menyebabkan miofibril selang-seling mempunyai pita terang dan
gelap. Pita-pita yang terang, yang hanya mengandung filamen aktin disebut pita I karena mereka
terutama bersifat isotropik terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Pita-pita gelap yang
mengandung filamen miosin, disebut pita A karena mereka bersifat anisotropik terhadap cahaya
yang dipolarisasikan. Perhatikan juga penonjolan-penonjolan kecil disamping filamen miosin. Ini
disebut jembatan penyeberang. Mereka menonjol dari permukaan sepanjang filamen miosin,
kecuali pada bagian tengahnya. Interaksi antara jembatan penyeberang dan filamen aktin
menyebabkan terjadinya kontraksi.
Tropomiosin, merupakan molekul fibrosa, terdiri dari rantai alfa dan rantai beta. Tropomiosin
dijumpai pada semua otot, dan semua struktur yang menyerupai otot. Sistem Troponin, adalah
suatu unit otot lurik, terdiri dari tiga jenis protein yang terpisah, masing-masing dikenal sebagai
troponin-T (TpT); troponin-I (TpI); dan troponin-C (Tp-C). TpT terikat pada tropomiosin seperti
kedua troponin lainnya; TpI menghambat interaksi aktin-F dengan miosin; dan TpC merupakan
protein pengikat kalsium. TpT membantu pengikatan antara aktin dan miosin.
8

Sarkoplasma, adalah miofibril yang terpendam di dalam serabut otot yang terdiri dari unsurunsur yang biasanya terdapat di dalam intraselular. Cairan sarkoplasma mengandung kalsium,
magnesium, fosfat, dan enzim protein dalam jumlah besar. Juga terdapat mitokondria dalam
jumlah banyak yang terletak di antara dan sejajar dengan miofibril-miofibril tersebut, suatu
keadaan yang menunjukkan bahwa miofibril-miofibril yang berkontraksi membutuhkan sejumlah
besar ATP yang dibentuk oleh mitokondria.
Retikulum sarkoplasma, terdapat dalam jumlah besar dalam serabut otot. Retikulum ini
mempunyai organisasi yang khusus yang sangat penting dalam pengaturan kontraksi otot karena
didalamnya terdapat ion kalsium yang berperan sebagai regulator dalam mekanisme kontraksi.
Tipe otot yang berkontraksi dengan cepat mempunyai banyak retikulum sarkoplasma.

Gambar 8. Struktur mikro otot rangka

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut:4
Mekanisme kontraksi pada otot lurik diawali oleh pelepasan asetilkolin yang merupakan
pensinyalan dari sistem saraf. Asetilkolin berikatan dengan reseptor yang memicu adanya respon
terhadap rangsangan, ketika rangsangan tersebut cukup besar untuk melewati titik batas rangsang
ambang maka akan terjadi respon oleh otot. Hal ini mengakibatkan pintu Na dan K pada otot
terbuka. Kemudian terjadilah proses potensial aksi pada otot, hal ini mengakibatkan retikulum
sarkoplasma untuk melepaskan ion Ca2+ yang akan mengaktivasi kerja miofibril pada otot. Ion
Ca2+ akan berikatan dengan Troponin C membentuk interaksi Troponin C 4 Ca 2+ dan akan
mengikat miosin. Kemudian terjadi interaksi TpT dan Tropomiosin sehingga membuka jembatan
silang miosin, miosin berikatan aktin sehingga terjadi kontraksi. TpI memiliki fungsi untuk
menghambat interaksi miosin-aktin karena TpI mencegah terjadinya ikatan antara kepala miosin
ke dalam tempat perikatan F aktin. Sedangkan TpT memiliki fungsi untuk melaksanakan
interaksi miosin dengan aktin.
Miosin pada awalnya sudah memiliki ATP dan memiliki aktivitas ATP-ase, yaitu merubah ATP
menjadi ADP + P + energi. Ketika terbentuk ADP + p + energy, ADP belum dapat terlepas dari
miosin sampai miosin berikatan dengan F-aktin (hal ini dapat dilakukan hanya ketika Ion Ca2+
telah berikatan dengan TpC) sehingga kontraksi terjadi. Sementara miosin berikatan dengan F
aktin, Troponin C akan terlepas dari miosin karena tidak memiliki ATP lagi dan akan mencari
miosin lain yang masih memiliki ATP selama kadar ion Ca2+ masih tinggi.6
Relaksasi terjadi ketika ion Ca2+ kembali masuk ke dalam retikulum sarkoplasma. Ca 2+ yang
tadinya telah menempel dengan TpC akan terlepas dan troponin I akan menghambat ikatan
antara kepala miosin dan aktin. Tropomiosin kembali menutup jembatan silang miosin, aktin dan
miosin tidak dapat berinteraksi lagi, sementara itu miosin yang masih berikatan dengan aktin
kembali akan mengikat ATP yang di hasilkan melaui berbagai proses didalam tubuh, miosin yang
mengandung ATP akan menyebabkan aktin terlepas sehingga relaksasi terjadi.7 Lihat gambar 9.

10

Gambar 9. Mekanisme Kontraksi


Kelelahan Otot
Aktivitas kontraktil tertentu tidak dapat dipertahankan pada tingkat yang telah ditentukan
selamanya. Pada akhirnya, ketegangan otot menurun seiring dengan timbulnya kelelahan.
Tampaknya terdapat tiga jenis kelelahan, kelelahan otot, kelelahan neuromuskulus, kelelahan
sentral.4,7
Kelelahan otot terjadi apabila otot yang berolahraga tidak lagi dapat berespon terhadap
rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebab mendasar kelelahan otot
belum begitu jelas. Faktor-faktor yang diperkirakan terutama berperan adalah penimbunan asam
laktat, yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energi dan
habisnya cadangan energi. Waktu timbulnya kelelahan berbeda-beda sesuai dengan jenis serat
otot, sebagian serat lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan serat lain, dan intensitas
olahraga, yakni aktivitas yang berintensitas tinggi lebih cepat menimbulkan kelelahan.
Produksi Asam Laktat
Asam laktat adalah suatu senyawa yang menyebabkan timbulnya rasa lelah pada bagian tubuh.
Asam laktat terbentuk dikarenakan oksigen yang disalurkan untuk pemecahan glukosa tidak
sesuai atau tidak sebanding dengan kebutuhan pembentukan ATP seiring dengan meningkatnya
intensitas aktifitas otot. Karena kurangnya oksigen inilah yang menyebabkan tubuh yang
11

seharusnya melakukan glikolisis aerob untuk menghasilkan 34 ATP yang diperlukan tubuh, tetapi
justru terpaksa melakukan glikolisis anaerob. Sehingga, pembentukan ATP hanya berlangsung
pada proses glikolisis yang menghasilkan 2 ATP dan asam piruvatnya tidak diolah menjadi 32
ATP sisanya. Asam piruvat tersebut justru diubah menjadi asam laktat yang menimbulkan rasa
pegal atau nyeri pada otot.
Produksi Energi dan Oksigen Debt
Secara normal, saat fase istirahat berlangsung tubuh memperoleh energi melalui pemecahan
asam lemak melalui fase istirahat, dan saat sedang beraktifitas ringan energi untuk melakukan
aktifitas diperoleh dari proses pemecahan glukosa melalui proses glikolisis aerob (glikolisis dan
fosforilasi oksidatif) dengan terbentuknya 2 ATP dan asam piruvat melalui proses glikolisis lalu
asam piruvat diuraikan lagi melalui proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan 32 ATP,
sehingga total ATP yang dihasilkan adalah 32 ATP.7
Saat terjadi proses glikolisis anaerob, disaat ituah terjadi suatu hutang oksigen (oksigen debt).
Pelunasan oksigen ini nantinya akan berlangsung saat orang tersebut istirahat dan tidak
melakukan aktivitas lagi. Setiap asam laktat yang tertimbun diubah kembali menjadi asam
piruvat. Asam piruvat sisanya diubah kembali menjadi glukosa oleh hati. Sebagian glukosa ini
digunakan untuk memulihkan cadangan glikogen diotot dan hati yang telah habis terpakai selama
olahraga (saat anak berlari). Dengan demikian, hutang O2 dilunasi, asam laktat dibersihkan, dan
simpanan glikogen paling tidak sebagian diganti.7-8
Kesimpulan
Otot terdiri dari tiga jenis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Otot tersusun pula oleh
berbagai macam protein dan enzim yang membantu kerja otot dalam melakukan kontraksi dan
relaksasi. Jadi sakit dan pegal yang sering kita alami disebabkan karena aktivitas kita yang
berlebihan sehingga terjadilah penumpukan asam laktat di dalam otot. Disamping itu, kerja otot
tidak dapat dilakukan sendiri, sehingga otot memerlukan tulang yang merupakan tempat
perlekatannya. Untuk itu, otot dan tulang harus bekerja serempak dan saling melengkapi agar
dapat berfungsi sebagai alat gerak yang manusia butuhkan.

12

Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar; teks & atlas .Edisi ke-10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2007:h.134-46.
2. Lumongga F. Sendi lutut. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf, 24 Maret 2011
3. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley R. Histologi dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2006:h.136-97.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2008:h.74-93.
5. Hardjasasmita Pantjita. Ikhtisar biokimia dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001:h.8-15.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2001:h.212-53.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2011:h.287,300.
8. Pudjiastuti S, Utomo B. Fisioterapi pada lansia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004:h.35-

6.

13

Anda mungkin juga menyukai