PENDAHULUAN
epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi
geligi seseorang.3
Mengingat besarnya manfaat indentifikasi umur penting dalam
pemeriksaan forensik maka mendorong penulis untuk membahas masalah ini.
Tujuan Umum
Mengetahui metode pemeriksaan apa saja yang dapat digunakan untuk
memperkirakan umur pada jenazah yang tidak diketahui identitasnya.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya metode pemeriksaan unutk menentukan perkiraan
umur.
b. Diketahui jenis pemeriksaan perkiraan umur untuk umur anak baru
lahir.
c. Diketahui jenis pemeriksaan perkiraan umur pada kelompok anakanak dan dewasa dibawah 30 tahun.
masukan
pada
pihak-pihak
yang
terlibat
tentang
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Sederhana
1. Visual
2. Pemilikan (perhiasaan dan pakaian)
3. Dokumentasi
B.
Metode Ilmiah
1. Sidik jari
2. Medik : serologi
3. Odontologi
4. Antropologi
5. Biologi
Pada prinsipnya pemeriksaan identitas seseorang memerlukan berbagai
telah busuk, terbakar, mutilasi dan cara pengenalan oleh keluarga harus
memperhatikan faktor psikologi ( keluarga, sedang stress, berduka,
sedih dan lain-lain).
Melalui kepemilikan identitas cukup dapat dipercaya terutama bila
kepemilikan tersebut ( pakaian, perhiasaan, surat jati diri ) masih
melekat pada tubuh korban.
Dokumentasi ( KTP, SIM, Pasport dan lain-lain)
B. Metode Ilmiah
Cara-cara ini sekarang berkembang dengan pesat, berbagai disiplin
ilmu ternyata dapat dimanfaatkan untuk identifikasi korban tidak dikenal.
Dengan metode ilmiah ini di dapat akurasi yang sangat tinggi juga dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum.
Metode ilmiah yang paling mutakhir saat ini adalah DNA profiling
(sidik jari DNA). Cara ini banyak mempunyai keunggulan-keunggulan
tetapi memerlukan pengetahuan dan sarana yang canggih dan mahal.
Dalam melakukan identifikasi selalu diusahakan cara-cara yang mudah
dan tidak rumit. Apabila dengan cara yang mudah tidak bisa, baru
meningkat ke cara yang rumit. Selanjutnya dalam melakukan identifikasi
tidak hanya menggunakan satu cara saja, segala cara yang mungkin
dilakukan harus diperiksa, hal ini penting karena semakin banyak
kesamaan yang ditemukan semakin akurat. Identifikasi tersebut minimal
harus menggunakan 2 cara. Pada prinsipnya proses identifikasi mudah
merupakan
suatu
sarana
identifikasi
yang
dapat
dipercaya,khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu hidup pernah
dibuat. Pemeriksaan gigi ini penting khususnya pada keadaan mayat yang
sudah membusuk atau rusak, seperti halnya peristiwa kebakaran.
Penentuan umur berdasarkan jumlah dan jenis gigi hanya dapat
ditentukan secara umum sampai umur 17-25 tahun. Diatas umur ini yang
diperhatikan adalah keausan gigi (atrisi), warna dan lain-lain.
Gustafson menemukan formula penentuan umur diatas 18-20 tahun
berdasarkan adanya perubahan gigi karena penuaan dan pembusukan gigi
(aging and decaying changes). Perubahan ini meliputi atrisi, periodontosis,
dentin sekunder, resorbsi akar, aposisi sementum dan transparansi akar
gigi. Formula Gustafson ini hanya dapat dipakai untuk penentuan umur
pada orang yang telah meninggal, karena gigi harus dicabut dari socket
gigi, kecuali pada orang hidup pengamatan atrisi dan periodontasis dapat
dilakukan tanpa pencabutan gigi.
Penentuan umur dari gigi, misalnya gigi molar permanen pertama
sudah tampak erupsi, maka diperkirakan umur si anak berkisar 6-7 tahun.
Bila tampak gigi permanen kedua erupsi, maka diperkirakan umur anak
berkisar 12-14 tahu. Erupsi gigi molar III tidak pasti kapan, biasanya
antara umur 17-25 tahun.
Dalam melaksanakan
dapatkan 2 kemungkinan :
a. Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi
atau menyempitkan identifikasi.
Informasi yang dapat diperoleh antara lain mengenai :
1)
Umur
2)
Jenis kelamin
3)
Ras
4)
Golongan darah
5)
Bentuk wajah
6)
DNA
Dengan adanya infomasi mengenai perkiraan batas-batas umur
adalah
suatu
sistim
pemeriksaan
untuk
penulangan
yang
paling
bermakna
di
dalam
upaya
memperkirakan umur adalah pusat penulangan pada bagian distal tulang paha
(Os.femoris). Pemeriksaan dengan sinar-X, dapat membantu untuk menilai
timbulnya epiphyses dan fusinya dengan diaphyses.
A. Umur Bayi Intra Dan Ekstra Uterin
Penentuan umur janin/embrio dalam kandungan rumus De Haas,
adalah untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm) = kuadrat
umur gestasi (bulan) dan selanjutnya = umur gestasi (bulan) x 5.
Tabel 1. Rumus De Haas
Umur (bulan)
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
Umur (bulan)
1,5
2
3
10
Pubis
Kalkaneus
Manubrium sterni
Talus
Sternum bawah
Distal femur
Proksimal tibia
Kuboid
4
5-6
6
Akhir 7
Akhir 8
Akhir 9 / setelah lahir
Akhir 9 / setelah lahir
Akhir 9 / setelah lahir bayi wanita lebih cepat
11
yaitu:
Tahap Infantil, mulai dari lahir sampai perkembangan testis ke
arah pubertas. Tahap kedua berupa pembesaran testis dan skrotum
dengan perubahan warna skrotum yang semakin merah dan perubahan
tekstur kulitnya. Kemudian tahap bertambahnya panjang dan diameter
penis disertai perkembangan lebih lanjut dari testis sampai kemudian
glans penis menjadi sempurna. Dan tahap terakhir adalah tahap dimana
bentuk dan ukuran alat kelamin telah sama dengan orang dewasa.
Anak pria mencapai tahap dua pada usia 11-12 tahun dan tahap
terakhir dicapai dalam usia 15-16 tahun. Pertumbuhan sifat seks
sekunder pada remaja pria, perubahan yang terjadi adalah bertambah
besarnya testis (buah zakar) dan penis, tumbuhnya kumis dan bulu
ketiak serta suar yang menjadi besar.
12
13
Tanner Perkiraan
(T)
usia
10 tahun
Telarche
Kecepatan
Lain-lain
pertumbuhan
tinggi
badan/tahun
5-6 cm
Adrenarche
masih sejajar
rambut namun
dengan
bentuknya
permukaan
seperti vilus
10-11,5
dada
Tunas payudara Rambut jarang, 7-8 cm
Pembesaran
tahun
bisa teraba,
sedikit
klitoris,
areola
berpigmentasi
pigmentasi
11,5-13
membesar
Payudara
Menjadi lebih
labia
Acne
tahun
melebar
kasar, gelap,
8 cm
vulgaris,
Tipe dewasa,
rambut aksila
<7cm
Menarche
15 tahun
sebatas pubis
Integrasi puting Tipe dewasa
Mencapai
Organ genital
atau lebih
susu
tinggi
dewasa
Pubarche
bukit areola
penyebarannya
dan
14
Gambar 26
Gambar 38
15
What
is
Arcus
Senilis?
Available
from:
16
17
Perempuan
18-22
17-21
14-22
13-20
Humerus: kepala
14-21
14-20
2-4
2-4
Trochlea
11-15
9-13
Epikondilus lateral
11-17
10-14
Epikondilus medial
15-18
13-15
Radius: kepala
14-19
13-16
Ujung distal
16-20
16-19
18-20
16-19
17-20
17-19
7-9
7-9
Tuberositas ischia
17-22
16-20
Femur: kepala
15-18
13-17
Trochanter besar
16-18
13-17
Trochanter kecil
15-17
13-17
Ujung distal
14-19
14-17
15-19
14-17
Tuberkel besar
Ischium: pubis
18
Ujung distal
14-18
14-16
14-20
14-18
Ujung distal
14-18
13-16
Gambar 6 Humerus
19
Gambar 8 Sakrum
20
10
Gambar 9 Ilium
1. Penutupan Sutura
21
membandingkan
antara
963
tulang
tengkorak
yang
22
11
12
23
13
14
24
Sutura
25
Robbins
G.
Age
Estimation.
Available
from:
https://publicaffairs.llnl.gov/news/news_releases/2010/images/MCP2010.pdf.
Diunduh tanggal 27 Juli 2010.
Umur rata-rata
Standar deviasi
1-2
30,5
9,6
3-6
34,7
7,8
7-11
39,4
9,1
12-15
45,2
12,6
16-18
48,8
10,5
19-20
51,5
12,6
26
21
Jumlah skor dari patokan 1-7
32,0
8,3
36,2
6,2
3-5
41,1
10,0
43,4
10,7
7-8
45,5
8,9
9-10
51,9
12,5
11-14
56,2
8,5
15
2. Simpisis Pubis
Semua
jenis
analisis
dari
simpisis
pubis
cenderung
tidak
27
28
Robbins
G.
Age
Estimation.
Available
from:
https://publicaffairs.llnl.gov/news/news_releases/2010/images/MCP2010.pdf.
Diunduh tanggal 27 Juli 2010.
29
20
21
30
Metode Todd
Fase 1. Permukaan simpisis bergerigi, terbagi-bagi menjadi tonjolantonjolan horizontal yang dipisahkan oleh lembah-lembah yang berbatas tegas,
tanpa perbedaan ukuran yang nyata antara tonjolan atas dan bawah. Tidak
terdapat satu pun struktur-struktur sebagai berikut: fusi nodul-nodul dengan
permukaan, batas-batas yang tegas, atau pembentukan ekstremitas. (Umur,
18-19)
31
32
33
34
Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri dari 50% bahan
organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian
ruang tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh
darah, syaraf, dan sel pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan
berfungsi sebagai sensorik.
B. Morfologi gigi.
Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Gigi susu
Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan
dan lengkap pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi
pada setiap daerah rahang masing masing adalah : 2 gigi seri
(incicivus),1 gigi taring
2. Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring,
2 gigi premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi
permanen menggantikan gigi susu. Antara umur 6 14 tahun 20 gigi
susu diganti gigi permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada
umur 6 12 tahun sedangkan gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17
21 tahun.
35
I II III IV V
V IV III II I
I II III IV V
Gigi tetap
8764321
12345678
8764321
12345678
Contoh penulisan :
Vl : gigi susu m2 kanan atas
b. Cara Palmer
Gigi susu
EDCBA
AB C D E
EDCBA
AB C D E
Gigi tetap
8764321
12345678
8764321
12345678
36
Contoh penulisan :
E l : gigi susu m2 kanan atas
21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41
31 32 33 34 35 36 37 38
Gigi Susu
55 54 53 52 51
61 62 63 64 65
85 84 83 82 81
71 72 73 74 75
Contoh penulisan :
55
36
37
atau model cetakan gigi semasa hidup pernah dibuat dan disimpan
secara baik dan benar, karena gigi adalah bagian terkeras pada tubuh
manusia, yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali.
Sebagian besar kandungan gigi terdiri atas bahan anorganik sehingga
tidak mudah rusak. Selain itu,gigi terlindung karena berada dalam
rongga mulut dan dilingkupi oleh basahnya air liur. Dengan demikian,
gigi baru menjadi lapuk pada suhu 200 derajat Celcius dan baru
menjadi abu pada suhu 450 derajat Celcius.
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki
keunggulan sebagai berikut:
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan
dan pengaruh lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi
dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang
tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk
catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan
morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot
bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otototot tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan
penelitian Sims (1972) kemungkinan dua orang identik data gigi
38
39
Gambar 23 Gigi15
Sumber: Julianti R, Lestari, Pratama R, Tambunan R, Agus NP. Peranan Forensik
Odontologi
dalam
Bencana
Massal.
2008.
Available
from:
40
41
dalam
Bencana
Massal.
2008.
Available
from:
42
Erupsi Gigi16
Perkembangan gigi-geligi berdasarkan umur secara umum sebagai berikut:
6 bulan - gigi susu pertama biasanya mulai muncul (gigi seri tengah
bawah yang pertama)
2-6 tahun hasil osifikasi dari akar gigi; gigi tidak mendapatkan yang
lebih besar
Saat anak tumbuh dan rahang bawah dan rahang atas mendapatkan lebih
besar, maka ruang antara gigi susu mulai terbentuk.
6,5 tahun gigi susu mulai hilang (gigi seri tengah tersesat pertama)
6,5-11 tahun periode hilangannya gigi susu dan diganti dengan gigi
permanen
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Penentuan Umur Berdasarkan Fase
Tulang manusia dan gigi dapat memberikan informasi penting bagi
perkiraan umur manusia. Namun signifikansi dari pemeriksaan tulang tergantung
pada besarnya penyebaran kelompok umur sehingga perlu dikelompokkan secara
terpisah menjadi kelompok anak baru lahir, anak-anak dan dewasa di bawah 30
tahun dan dewasa di atas 30 tahun.17
Pada fetus dan neonatus, perkiraan didasarkan pada inti penulangan yang
dapat dilihat melalui pemeriksaan ronsenologik atau otopsi. Oleh para ahli telah
disusun tabel pembentukkan inti penulangan dari berbagai tulang, mulai dari
kehidupan intra uterine samapai pada kehidupan di luar kandungan. Pada anakanak dan adolescent sampai umur 20 tahun, yang paling berguna bagi penentuan
umur adalah penutupan epifise. Seperti diketahui bahwa penutupan epifise juga
mengikuti urutan kronologik. Memang tingkat ketelitiannya rendah sehingga
perlu dikombinasi dengan pemeriksaan lain.17
Pada kelompok dewasa (yaitu sesudah berumur 20 tahun), perkiraan umur
dengan menggunakan tulang menjadi lebih sulit. Beberapa petunjuk yang dapat
dipakai antara lain :
Penutupan sutura
44
45
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Dokter
Diharapkan dengan adanya referat ini, dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para dokter dalam menentukan umur suatu jenazah
berdasarkan identifikasi penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan
diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis, gigi geligi dan pertumbuhan
seks sekunder serta tanda-tanda lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono, Dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Pertama. 1997. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Universitas
Indonesia.
2. Idris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. 1997. Jakarta:
Bina Rupa Aksara.
3. Widiastuti M. Perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis dari panjang
dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. 1991.
Available at:
46
http://garuda.depdiknas.go.id/jurnal/detil/id/0:6525/q/pengarang:/20Mindya/2
0/offset/0/limit/2. Diunduh tanggal 30 Juli 2010.
4. Iqbal M. Identifikasi Korban Massal. Available from:
http://www.iqbaldctr2002.co.cc/2010/03/identifikasi-korban-massal.html.
Diunduh tanggal 1 Agustus 2010.
5. Perkembangan seksual pada pria. 2002. Available from:
http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/common/banner.aspx?
x=cyberman&id=18. Diunduh tanggal 3 Agustus 2010.
6. Putz R, Pabst R. Jilid 1 Atlas Anatomi Sobotta Edisi 21. 2003. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Fisiologi pubertas pada wanita. Available from:
http://sectiocadaveris.wordpress.com/xmlrpc.php. Diunduh tanggal 3 Agustus
2010.
8. Available from: http://www.thesisfull.com/wpcontent/uploads/2010/01/618428-231x300.gif. Diunduh tanggal 3 Agustus
2010.
9. Tamtomo D. Perubahan Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan. 2009.
Available from: http://pustaka.uns.ac.id/index.php. Diunduh tanggal 3 Agustus
2010.
10. What is Arcus Senilis? Available from: http://health.learninginfo.org/arcussenilis.htm. Diunduh tanggal 3 Agustus 2010.
11. Dolinak D, Matshes E, Lew E. Forensic Pathology Principles and Practice.
2005. USA: Elsevier Academic Press.
12. Robbins G. Age Estimation. Available from:
https://publicaffairs.llnl.gov/news/news_releases/2010/images/MCP2010.pdf.
Diunduh tanggal 27 Juli 2010.
13. Rohen, Yokochi, Lutjen-Drecoll. Atlas Anatomi Manusia Kajian Fotografik
Tubuh Manusia Edisi 6. 2008. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
14. Odontologi. 2009. Available from:
http://bimaariotejo.wordpress.com/xmlrpc.php. Diunduh tanggal 26 Juli 2010.
15. Julianti R, Lestari, Pratama R, Tambunan R, Agus NP. Peranan Forensik
Odontologi dalam Bencana Massal. 2008. Available from:
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/11/23/peranan-forensik-odontologidalam-bencana-masal/ Diunduh tanggal 28 Juli 2010.
16. Bass WM. Human Osteology. 1998. Columbia: Missouri Archaeological
Society, Inc.
17. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik: Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum. 2004. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegara.