PENDAHULUAN
gizi
yang
terkandung
dalam
makanan.Mereka
memiliki
berbahaya, maka daya simpan makanan kaleng dapat mencapai tiga tahun.
Penyimpanan pada suhu rendah dan kering dapat memperpanjang masa simpan.
Namun bila terjadi sebaliknya, bakteri akan tumbuh, berkembang biak dan
selanjutnya akan memproduksi racun.3 Pencemaran bahan makanan oleh bakteri
ini tidak selalu menyebabkan perubahan yang nyata terlihat, terasa oleh lidah
konsumen atau tercium oleh hidung, sehingga sering timbul akibat yang dapat
bersifat fatal.4
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan keracunan makanan?
2. Bagaimana patogenesa dari keracunan makanan kaleng?
3. Bagaimana proses pengemasan makanan kaleng yang baik?
4. Bagaimana ciri-ciri makanan kaleng yang beracun?
5. Bagaimana pencegahan dan penanganan pada korban keracunan makanan
kaleng?
6. Apa tanda-tanda yang dapat ditemukan pada jenazah yang meninggal karena
keracunan makanan kaleng?
7. Bagaimana aspek legal dalam usaha mencegah maupun menindak adanya
makanan kaleng yang beracun?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai keracunan
makanan kaleng, cara identifikasi korban keracunan makanan kaleng, dan
mengenal aspek legal yang berhubungan dengan
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari keracunan makanan secara klinis.
1
1.4.MANFAAT
1. Menambah pengetahuan mengenai makanan kaleng yang beracun dan
hukum yang mengaturnyai.
2. Mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat keracunan makanan
kaleng
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
WHO Penyakit yang disebabkan oleh agen yang masuk ke tubuh melalui
makanan yang dikonsumsi yang pada harkekatnya telah terkontaminasi oleh agen
infeksius ataupun racun1.
CDC Penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi2.
Emedicine Keracunan makanan merupakan penyakit yang disebabkan makanan
atau minuman yang terkontaminasi, gejala yang paling sering adalah mual,
2
muntah, kram perut, dan diare yang muncul secara mendadak (dalam kurun waktu
48 jam)3
2.2 ETIOLOGI
Penyebab keracunan pada makanan kaleng dapat dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu :
2.2.1.Keracunan akibat Mikroorganisme
Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh jenis makanan yang terdapat
di dalamnya dan mikroba perusak yang terlibat4.
Istilah keracunan makanan yang sering digunakan untuk menyebut
gangguan
yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme., mencakup
gangguan-
tertentu
dan
gangguan-gangguan
akibat
terinfeksi organisme
Infeksi
Staphylococcus Salmonellosis: enterotoksin dan
oleh S. aureus)
Botulism: neurotoksin diproduksi oleh
Clostridium botulinum
kecil. Pada saat ini lebih dari 50% produksi Sn di dunia dipakai untuk melapisi
kaleng dalam pembuatan tin plate yang penggunaan utamanya untuk mengemas
makanan.5
Logam Sn yang merupakan logam dasar pembuat kemasan termasuk ke
dalam golongan logam berat, sehingga jika produk pangan kalengan
terkontaminasi oleh logam ini dan makanan itu dikonsumsi oleh manusia dapat
menimbulkan keracunan. Hal ini disebabkan toksikan dari logam berat
mempunyai kemampuan untuk berfungsi sebagai kofaktor enzim, akibatnya
enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana biasanya sehingga reaksi metabolisme
terhambat.5
Dosis racun Sn untuk manusia adalah 5-7 mg/kg berat badan. Keracunan Sn
ditandai dengan mual-mual, muntah dan pada kadar keracunan yang tinggi dapat
menyebabkan kematian, tetapi jarang ditemukan adanya kasus keracunan Sn yang
serius. Konsumsi Sn dalam jumlah sedikit pada waktu yang panjang juga tidak
menimbulkan efek keracunan.5
Kontaminasi Sn ke dalam makanan dapat berasal dari peralatan pengolahan
atau dari bahan pengemas. Untuk memperkecil larutnya Sn ke dalam bahan
makanan maka digunakan enamel sebagai pelapis kaleng. Bahan-bahan makanan
yang mendapat perhatian khusus terhadap kontaminasi Sn adalah sayuran, buahbuahan (nanas, tomat, jamur, asparagus dan buah-buahan berwarna putih) yang
umumnya dikalengkan dalam kemasan kaleng tin plate tanpa enamel. Hal ini
disebabkan karena kontaminasi Sn dapat menurunkan penampilan produk yaitu
perubahan warna menjadil lebih gelap. Kandungan Sn dalam fraksi padatan dan
fraksi cairan dari makanan kaleng umumnya berbeda. Fraksi padatan pada
umumnya mengandung Sn lebih tinggi dibandingkan fraksi cairan, yang
kemungkinan disebabkan adanya komponen kimia tertentu dalam fraksi padatan
yang dapat mengikat Sn. Untuk komoditi yang terdiri dari fraksi padatan yang
dicampur dengan fraksi cairan seperti buah dalam kaleng yang diberi sirup gula,
maka penetapan kadar Sn dilakukan setelah kedua fraksi dicampur secara merata.
Tetapi jika komoditi tersebut yang dikonsumsi hanya fraksi padatannya saja seperi
jamur di dalam kaleng, maka penetapan kadar Sn dilakukan hanya terhadap fraksi
padatan saja.5
Hasil penelitian The National Foof Processors Association mengungkapkan,
kehadiran partikel Pb merupakan salah satu sumber kontaminasi di dalam produk
makanan/minuman yang dikalengkan. Keberadaan partikel Pb ini dapat berasal
dari kaleng yang dilakukan pematrian pada proses penyambungan antara kedua
bagian sisi dari tin plate untuk membentuk badan kaleng atau antara bagian badan
kaleng dan tutupnya yang dipatri. Gejala dan tanda-tanda secara klinis akibat
terpapar Pb yang timbul akan berbeda, seperti tersebut di bawah ini:
1. Terpapar secara akut
Timbal di udara yang dihirup manusia dapat menimbulkan gejala-gejala
seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit, mual,
muntah-muntah.Sedangkan akibat yang lebih seperti sakit kepala, bingung
atau pikiran kacau, sering pingsan dan koma. Pada anak-anak nafsu makan
berkurang, sakit perut dan muntah, bergerak terasa kaku, kelemahan, tidak
2.3 Patogenesis
2.3.1 Masa Inkubasi
Penundaan waktu antara konsumsi dari makanan yang terkontaminasi dan
timbulnya gejala pertama dari penyakit disebut periode inkubasi. Ini berkisar
antara jam sampai hari (dan jarang sampai bulan atau tahun seperti pada kasus
Listeriosis atau penyakit Creutzfeldt-Jacob), tergantung pada agen, dan seberapa
banyak makanan dikonsumsi.
makanan tersebut, diperkirakan diakibatkan karena toksin atau kimia dari bakteri
dibandingkan karena bakterianya sendiri.
Masa inkubasi dari penyakit karena makanan cenderung menyebabkan penderita
menganggap gejalanya disebabkan oleh stomach flu.
Selama masa inkubasi, mikroba melewati lambung ke dalam usus, menempel
pada
sel-sel
palisade
pada
dinding
intestine,
dan
mulai
untuk
vaksin yang secara relative banyak, 1 juta sampai 1 miliar organism diperlukan
untuk menghasilkan gejala pada relawan yang sehat, karena Salmonella sangat
sensitive terhadap asam. Kadar pH lambung yang tinggi (kadar keasaman rendah)
sangat mengurangi jumlah bakteri yang diperlukan untuk menyebabkan gejala.
(x1,x2)
Tabel. 2 Waktu Inkubasi dan Gejala Penyakit yang Ditimbulkan oleh Bakteri
Patogen
Jenis
Bakteri
dan Waktu Inkubasi
Gejala
Penyakit
Clostridium botulinum
(Botulism)
otot
dan
bisa
menyebar
kehati
dan
saluran
pernafasan.
Kematian
bisa
terjadi dalam
waktu tiga sampai
enam hari.
Intoksikasi staphylococcus
aereus
dan
berlendir
beberapa
pada
Salmonella
12-36 jam
(Salmonellosis)
Pusing,
muntah,
perut
muntahsakit
bagian
diare.
kadang
bawah,
Kadang-
didahului
kepala
mengggil
Infeksi clostridium
8-24 jam,
perfringes
rata-rata 12
Campylobacter
sakit
dan
Sakit
perut
bagian
bawah
diare dan gas.
jam
Demam
dan
pusingpusing
jarang terjadi
Sakit
perut
bagian
bawah,
kram, diare,
sakit
kepala,
demam,
dan
kadang-kadang
diare berdarah.
10
2-48 jam,
haemolyticus
biasanya 12
jam
Infeksi Escherichiacoli
Tipe invasif :
enteropatogenik
8-24 jam,
rata-rata 11
jam; tipe
enterksigenik :
8-44jam, ratarata 26 jam
Bacillus cereus
Tipe
invasif:
Panas
dingin,
sakit kepala,
kram usus, diare
berair
seperti
shigellosis;
tipe
enterotoksigenik:
diare, muntahmuntah, dehidrasi,
shock.
Shigellosis (infeksi
1-7 hari,
shigella sonnei, S.
biasanya
flexneri,S.dysentriae,S.bod
yii)
kurang dari 4
hari
Kram usus,panas
dingin,diare berair
sering
kali
berdarah
dan
berlendir, sakit
kepala,
pusing,
11
dehidrasi
Yrsiniosis (Yersi-nia
24-36 jam
pseudotuberculosis,
atau lebih
Y.enterocolitica)
Sakit
bagian
demam,
perut
bawah,
menggigil,
sakit
kepala,
malaise,
diare,
muntah-muntah,
pusing,
pharingitis,
leukocytosis
Sterptococcus pyogenes
1-3 hari
Sakit
tenggorokan, sakit
pada waktu
menelan,
tonsilitis, demam
tinggi, sakit
kepala,
pusing,
muntah-muntah,
malaise,
rhinorrhea.
12
13
kabur, pupil dilatasi, dan bicara yang melantur adalah gejala umum. Produksi
saliva yang menurun menyebabkan keringnya mulut dan tenggorok dan menelan
dapat menjadi sangat nyeri.Kematian biasanya disebabkan oleh gagal nafas, tetapi
gagal juga dapat menjadi penyebab utama. Kematian tertinggi untuk tipe A,
dilanjutkan oleh tipe E, dan tipe B, kemungkinan mencerminkan afinitas dari
toksin terhadap jaringan saraf: tipe A berikatan paling kuat, dilanjutkan oleh tipe
E, kemudian tipe B. Angka kematian berbanding lurus dengan dosis infeksius dan
berbanding terbalik dengan massa inkubasi dari penyakit.(x3)
2.3.4 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusaia
karena dapat menghasilkan toksin salah satunya adalah enterotoksin dan beberapa
enzim ekstraseluler yang terdiri dari hemolisa (alfa, beta, gama), leukosidin toksin
neukrosa kulit.Enterotoksin adalah toksin yang bekerja pada saluran pencernaan
yang dapat menyebabkan keracunan makanan dengan gejala-gejala seperti mual,
muntah kejang perut dan diare.Bersifat tahan panas dan resisten terhadap enzim
pepsi dan tripsin. Gejala keracunan makanan karena enterotoksin Staphylococcus
ini mempunyai masa inkubasi pendek antara 1-8 jam setelah mengkonsumsi
makanan yang tercemar enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus.
(x4)
14
15
yang telah rusak pada tiap kelompok diajabarkan lebih terperinci pada tabel 2.
Berikut adalah penjelasan beberapa ciri umumnya antara lain :
Flipper
Permukaan kaleng terlihat datar, namun bila salah satu ujung ditekan,
ujung lainnya akan menjadi cembung. 1
Springer
Salah satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen. Bila
No.
Mikroba Perusak
Penampakan Kaleng
Kaleng datar,
kemungkinan
kehilangan vakum
selama penyimpanan
Anaerob termofil
Kaleng kembung,
Penampakan
Produk
Penampakan
biasanya
tidak
berubah: pH
menurun
(asam); bau
agak
menyimpang;
kadangkadang
cairan
menjadikeruh
Produk
16
Closrridium
thermosaccharolyticum
mungkin
meledak
Kebusukan sulfida
C. nigrificans
C. bifermentans
Anaerob putrefaktif
Mesofil
C. botulinum proteolitik
C. sporogenes
C. putrefaciens
Pembentuk spora
aerob
Kaleng kembung;
mungkin meledak
9
10
11
mengalami
fermentasi,
bau asam,
baukeju,atau
bau butirat.
Biasanya
berwarna
hitam;bau
telur busuk.
Tekstur rusak;
pH
sedikitdiatas
normal; bau
busuk
Koagulasi
pada susu
evaporasi;
warna hitam
pada beet
Sedikit
perubahan
pH; baudan
rasa
menyimpang
Produk
mengalami
fermentase;
bau butirat
Bau asam
Produk
berlendir
Tesktur buahbuahan
menjadi lunak
Bau dan rasa
cuka
sampaibau
buttermilk
17
mengindikasikan
kecurigaan
bahwa makanan
tersebut sudah
kemasan
berdasarkan
struktur
sistem
kemas
(kontak
produkdengankemasan) yaitu :
a.
18
19
Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara
sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga keadaan
hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu.
Misalnya kaleng dan botol gelas yang ditutup secara hermetis.Kemasan
hermetis dapat juga memberikan bau dari wadah itu sendiri, misalnya
kaleng yang tidak berenamel.
b.
20
pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan
hasil fermentasi, karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan
aktivitas enzim.
c. Kemasan tahan suhu tinggi yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan
proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari
logam dan gelas.(1)
21
23
1. Intoksikasi
Bacillus cereus
Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan terkait
bakteri ini adalah pengendalian suhu yang efektif untuk mencegah pertunasan dan
pertumbuhan spora.Bila tidak tersedia lemari pendingin, disarankan untuk
memasak pangan dalam jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin
yang berkaitan dengan sindrom muntah bersifat resisten terhadap panas dan
pemanasan
berulang,
proses
penggorengan
pangan
juga
tidak
akan
Clostridium botulinum
Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali mengganti
cairan tubuh yang hilang.Kebanyakan keracunan dapat terjadi akibat cara
pengawetan pangan yang keliru (khususnya di rumah atau industri rumah
tangga), misalnya pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam,
pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak.Tindakan pengendalian
khusus bagi industri terkait bakteri ini adalah penerapan sterilisasi panas dan
penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi. Sedangkan bagi rumah
tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan memasak pangan
kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit), simpan pangan
dalam lemari pendingin terutama untuk pangan yang dikemas hampa udara
dan pangan segar atau yang diasap. Hindari pula mengkonsumsi pangan
kaleng yang kemasannya telah menggembung. Terapi yang dapat diberikan
adalah antitoksin, dan seringkali memerlukan ventilasi buatan dengan bantuan
ventilator.23
25
Staphilococcus aureus
Produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa jam, pangan
yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya
kurang rendah, serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu
ruang. Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang akibat muntah atau diare.Pengobatan antidiare biasanya tidak
diperlukan. Untuk menghindari dehidrasi pada korban, berikan air minum dan
larutan elektrolit yang banyak dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan.
Untuk penanganan lebih lanjut, hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat.
2. Infeksi
Salmonella
Gejala dari salmonellosis ini dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi
Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang
usia lanjut, serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh. Untuk
pertolongan dapat diberikan cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang.Lalu segera bawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Clostridium perfringens
Clostridium perfringens dapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan
pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam
usus.Tidak ada penanganan spesifik, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang.
Tindakan pengendalian khusus terkait keracunan pangan akibat bakteri ini bagi
rumah tangga atau pusat penjual makanan antara lain dengan melakukan
pendinginan dan penyimpanan dingin produk pangan matang yang cukup dan
pemanasan ulang yang benar dari masakan yang disimpan sebelum dikonsumsi.
Escherichia coli
26
E.coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan
yang tercemar, misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang,
susu mentah, dan cemaran fekal pada ait dan pangan.
B. Zat Kimia
1. Keracunan Timbal (Pb)
Pada keracunan akut kurang dari 4 jam, biasanya belum terjadi absorbsi, sehingga
dapat dilakukan bilas lambung. Kemudian diberikan MgSO 4 untuk mengikat
Pb.Serta memiliki efek katartik pada Pb yang belum diserap dan dikeluarkan
dengan diare.Jika perut terasa sakit dapat diberikan morfin. Dehidrasi dan syok
harus diatasi terlebih dahulu.6
Pada keracunan kronik diberikan pengobatan antidotum berupa EDTA (etilen
diamin tetra asetat), diberikan dalam bentuk Ca-Na2EDTA. 5 cc EDTA
dimasukkan dalam 250-500 cc glukosa, diberikan dalam waktu 1-2 jam, sehari
dua kali. Pemberian diteruskan untuk 3-5 hari. EDTA akan mengikat logam
polivalen dan berat membentuk senyawa siklik yang stabil, larut dan tidak toksik.
Senyawa ini akan disekresikan melalui urin. Pemberian EDTA dapat
menyebabkan terjadinya degenerasi tubuli berupa pembentukan vakuola-vakuola
dalam sel tubuli yang reversibel. Sehingga pengontrolan urin perlu dilakukan.6
Kombinasi Ca-Na2EDTA dengan BAL atau dimerkaprol mengikat Pb dalam
darah kemudian diekskresi. BAL diberikan 4 mg per kg berat badan tiap 4 jam
pada hari pertama, hari kedua tiap 6 jam,dan tiga kali sehari pada hari ketiga
diteruskan sampai 4-5 hari
Pada tekanan intrakranial yang meninggi (ensefalopati) EDTA diberikan secara
intramuskular ditambah procain D-penisilinamin yang diberikan 1-1,5 gram sehari
dalam keadaan perut kosong agar logam-logam yang penting tidak terikat. Juga
bisa digunakan pengobatan lain yaitu kalsium glukonat 1 ampul tiap 4 jam sampai
27
tanda keracunan berat hilang. Sulfas atropin diberikan jika terdapat gejala saluran
cerna. Diberikan juga kalsium fosfat dan vitamin, dan manitol jika tekanan
intrakranial meninggi.6
2.
Keracunan Timah (Sn)
Terapi pada keracunan akut dapat dilakukan dengan memberikan minum yang
banyak pada korban lalu dimuntahkan atau bilasan lambung.31Karbo absorben
seperti attapulgit dapat diberikan, serta terapi simtomatik.30
29
penunjang
secara
mikroskopis
pada
jaringan
otak
dapat
menunjukkan adanya pembengkakan sel-sel pada sistem saraf pusat dan organelorganel di dalam sitoplasma, dispersi dari retikulum endoplasma kasar, dan
pembengkakan nukleolus. Perubahan ini diikuti dengan menurunnya pH
sitoplasma, dan aktivitas sistem enzim oksidatif, dan sintesis protein dan
komponen sel lain. Ada beberapa jenis sel yang lebih sensitif terhadap anoksia
dibandingkan sel lain. Sel-sel berikut ini secara berurutan lebih rentan terhadap
bahan-bahan neurotoksik sel saraf dibandingkan sel yang lain, yaitu sel saraf,
oligodendrosit, astrosit, mikroglia, dan sel-sel endotel kapiler.22
Pemeriksaan penunjang yang sangat membantu menetapkan kasus
keracunan toksin botulinum adalah pemeriksaan toksikologi. Perlu diketahui
bahwa toksin Clostridium botulinum, adalah salah satu contoh toksin, dimana
30
dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9 mg/kg berat badan), sudah dapat
mengakibatkan efek kematian.25 Pada korban hidup, toksin botulinum
dapat
ditemukan pada darah, feses, serta sampel makanan yang dikonsumsi korban.
Pada sampel yang diperoleh dari korban meninggal, deteksi adanya toksin
botulinum bisa menggunakan thin layerchromatography, high performance liquid
chromatography
(HPLC),
gas
chromatography
(GC)atau
gas-liquid
pada
manusia
menunjukkan
bahwa
konsumsi
enterotoksin
32
astrosit
dan
oligodendroglia.Perubahan
tersebut
berupa
jantung
bisa
ditemukan
nekrosis
maupun
perdarahan
35
Gejala umum meliputi penampilan yag gelisah, lemas dan depresi. Penderita
sering mengalami gangguan sistem pencernaan, pengeluaran urin sangat sedikit,
berwarna merah. Dosis fatal adalah 20 - 30 gram. Periode fatalnya selama 1-3
hari.6
Sedangkan keracunan timbal kronis dapat mempengaruhi sistem syaraf dan
ginjal sehingga menyebabkan anemia dan kolik. Keracunan kronis juga bisa
mengakibatkan
konstipasi
kronis,
mempengaruhi
fertilitas,
menghambat
anodic stripping
36
atau lebih besar dar 8 g/100 ml. Keracunan jika kadarnya sama atau lebih besar
dari 20 g/100 ml.6
Pada keracunan dapat juga ditemukan kadar koproporfirin 80 g/100 mg
kreatinin dan d-ALA 2 mg/100 mg kreatinin. Pemeriksaan untuk mengetahui
adanya kropoporfirin dalam urin dilakukan uji sebagai berikut; 5 cc urin
diasamkan dengan asam asetat glasial sehingga pH menjadi kurang dari 4,
kemudian ditambahkan 5 tetes H2O2 3% dan 5 cc eter, lalu dikocok. Lapisan air
dibuang dan lapisan eter diambil, ditambahkan ke dalam 1 cc HCl 1,5 N, kocok,
lapisan asam diambil, dilihat dengan sinar UV. Bila berwarna merah maka berarti
terdapat koproporfirin, jika biru atau biru muda berarti negatif. Fluoresensi dan uji
koproporfirin III dalam urin paling baik dilakukan untuk skrining massal.6
Pemeriksaan radiologi juga dapat menolong, yaitu dengan ditemukannya
garis Pb berupa garis radioopak transversal pada metafisis subepifiseal. Garis ini
pada umumnya dapat ditemukan pada tulang humerus, femur, tibia, iga depan, dan
bagian bawah krista iliaka.6
37
38
Pada gusi yang berdekatan dengan gigi terdapat garis Pb atau Burtonian
line, berwarna kelabu atau kebiru-biruan akibat deposisi Pb dalam sel-sel perifer
periodontal. Garis Pb ini tidak selalu ditemukan, biasanya ditemukan pada orang
dengan higiene yang buruk.Bila tulang panjang dipotong, tampak garis Pb yang
lebih pucat dari sekitarnya. Kadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, hati,
dan otak, sehingga bahan pemeriksaan diambil dari organ-organ tersebut.6 Metode
yang digunakan dapat berupa TLC, ASV, AAS dan ICP-MS.29
Gambar 9. Gambaran garis Pb pada perbatasan gigi dan gusi pada keracunan Pb.
dan diare pernah dilaporkan terjadi pada konsumsi jus jeruk dan jus apel dalam
kemasan kaleng, yang mengandung Sn sebanyak 250-390 mg/kg. Laporan lain
juga menyebutkan timbulnya gastroenteritis akut setelah mengkonsumsi jus tomat
yang mengandung Sn dengan konsentrasi 131-405 mg/kg. Buah persik dalam
kaleng yang mengandung 563 mg Sn/kg juga dilaporkan menimbulkan gejala
gastrointestinal. Konsumsi Sn pada dosis 120-200 mg/hari atau setara 1,6-2,9
mg/kb berat badan tidak menimbulkan efek berbahaya. 29 Dosis racun dari Sn
adalah 5-7 mg/kg berat badan. 18
Keracunan kronik Sn dapat menyebabkan timbulnya gejala depresi,
kerusakan hati, berkurangnya usia sel darah merah yang menyebabkan anemia,
kerusakan otak (mudah marah, gangguan tidur, mudah lupa, sakit kepala. 30
Konsumsi berulang juga dapat menyebabkan nyeri perut, mual, konstipasi atau
diare, iritasi lambung, penurunan berat badan, dan palpitasi. 31 Nafas yang berbau
tidak sedap juga dapat ditemukan. Keracunan Sn juga dihubungkan dengan
meningkatnya risiko terkena penyakit jantung iskemik dan gagal ginjal kronik.
Pada pemeriksaan dalam serta secara patologi anatomi dapat ditemukan
adanya nekrosis pada hati dan ginjal, edema otak, dan lesi-lesi korosif pada
mukosa.30
Pemeriksaan toksikologi yang dapat dilakukan antara lain adalah atomic
absorption spectrophotometric (AAS) yang dahulu biasa digunakan untuk
mengetahui menentukan adanya Sn dalam makanan dan material biologi. Highperformance
liquid
chromatography
(HPLC)
separation
juga
dapat
40
41
B. Pada jenazah:
- lambung dengan isinya
- seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada usus
setiap jarak sekitar 60 cm
- darah, yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer (vena
jugularis, arteri femoralis, dll) masing-masing 50 ml dan dibagi dua. Yang satu
diberi bahan pengawet NaF 1% yang lain tidak diberi pengawet
- hati, sebagai tempat detoksifikasi tidak boleh dilupakan, diambil sebanyak 500
gram
- ginjal diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan logam berat terutama bila
urine tidak tersedia
- otak, diambil 500 gram khusus untuk keracunan kloroform dan sianida. Hal
tersebut dimungkinkan karena otak merupakan jaringan lipoid yang mampu
meretensi racun walau telah mengalami pembusukan
- urine diambil seluruhnya, penting karena racun akan diekskresikan melalui urine
khususnya untuk tes penyaring pada keracunan narkotika dan alkohol
- empedu, karena tempat ekskresi berbagai macam racun terutama narkotika pada
kasus khusus dapat diambil:
-jaringan sekitar suntikan dalam radius 5-10 cm
-jaringan otot yaitu dari tempat yang terhindar kontaminasi misalnya m. psoas
sebanyak 200 gram
42
4. Natrium fluoride + natrium sitrat (75 mg + 50 mg) untuk setiap 10 ml sampel cair
5. Natrium benzoat dan fenil merkuri nitrat khusus untuk pengawet urine
44
Yaitu:
1. Surat permohonan pemeriksaan:
-Histopalogi
-Toksikologi
-Trace evidence
2. Keterangan yg lengkap mengenai :
-Identitas korban
-Peristiwa kematian/modus operandi
-Riwayat & perjalanan penyakit
-Bahan apa yg dikirim
-Bahan pengawet yg dipakai
3. Laporan otopsi
-Berita acara pembungkusan & penyegelan
-Fotocopy Surat Permintaan Visum et Repertum
-Contoh segel
-Label, memuat identitas korban, jenis dan jumlah bahan pemeriksaan, tempat dan
pengambilan bahan, tanda tangan dan nama penyegel dan dokter yang
mengotopsi, cap stempel, dan segel dinas.
45
1. KUHP
Pasal 205 berbunyi:32
46
2. KUHAP
Pasal 133 ayat (1) disebutkan:33
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
47
Jadi apabila ada suatu peristiwa orang yang meninggal yang diduga tindak
pidana dengan cara diracun atau keracunan, maka penyidik berwenang
mengajukan permintaan visum et repertum kepada ahli kedokteran kehakiman,
atau dokter atau ahli lainnya.
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku
(3) Pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian
lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan
48
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan
kesalahan konsumen
49
Pasal 30
(1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah
Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label
pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan
(2) Label, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat sekurangkurangnya
keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke dalam wilayah Indonesia;
e. keterangan tentang halal; dan
f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa
Penjelasan:
Ayat (1)
Tujuan pemberian label pada pangan yang dikemas adalah agar masyarakat yang
membeli dan atau menkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan
jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal,
keamanan, mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan
sebelum memutuskan akan membeli dan atau menkonsumsi pangan tersebut.
Ketentuan ini berlaku bagi pangan yang telah melalui proses pengemasan akhir
dan siap untuk diperdagangkan (re-packaged), tetapi tidak berlaku bagi
50
Pasal 41
(1) Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau
orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung jawab terhadap
jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas keamanan pangan yang
diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang mengkonsumsi pangan tersebut
(2) Orang perseorangan yang kesehatannya terganggu atau ahli waris dari orang
yang meninggal sebagai akibat langsung karena mengkonsumsi pangan olahan
51
yang diedarkan berhak mengajukan gugatan ganti rugi terhadap badan usaha dan
atau orang perseorangan dalam badan usaha, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(5) Dalam hal terbukti bahwa pangan olahan yang diedarkan dan dikonsumsi
tersebut mengandung bahan yang dapat merugikan dan atau membahayakan
kesehatan manusia atau bahan lain yang dilarang, maka badan usaha dan atau
orang perseorangan dalam badan usaha, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib mengganti segala kerugian yang secara nyata ditimbulkan
(7) Dalam hal badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha dapat
membuktikan bahwa hal tersebut bukan diakibatkan kesalahan atau kelalaiannya,
maka badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha tidak wajib
mengganti kerugian
(8) Besarnya ganti rugi, setinggi tingginya sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) untuk setiap orang yang dirugikan kesehatannya atau kematian yang
ditimbulkan
Penjelasan
Ayat (1)
Tanggung jawab dimaksud tidak hanya berlaku bagi badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun tidak, tetapi juga bagi orang perseorangan yang
diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut, khususnya mereka yang
bertanggung jawab di bidang pengawasan keamanan pangan pada badan usaha
yang bersangkutan, baik berdasarkan kontrak kerja maupun kesepakatan lain.
52
Ayat (2)
Persyaratan utama yang harus dibuktikan oleh penggugat atau ahli waris adalah
bahwa yang bersangkutan mengalami kerugian kesehatan atau mengalami
musibah kematian, dan hal tersebut merupakan akibat langsung dari
mengkonsumsi pangan olahan yang diproduksi oleh tergugat. Ahli waris dalam
mengajukan gugatan perlu melengkapi diri dengan bukti-bukti yang sah secara
hukum mengenai statusnyasebagai ahli waris dari orang yang meninggal karena
mengkonsumsi pangan olahan yang diproduksi oleh tergugat.
Ayat (3)
Pembuktian di sini terutama dilakukan secara laboratoris, tetapi tidak menutup
penggunaan cara pembuktian lain dengan tetap melindungi kepentingan pihak
yang beriktikad baik.
Ayat (4)
Tergugat mempunyai hak untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan tidak
bersalah, atau bahwa alasan yang mendasari gugatan bukan disebabkan oleh
kesalahan
atau
kelalaiannyaatau
bahwa
kerugian
yang
diderita
53
Pasal 56
54
Pasal 111
(1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan
pada standar dan/atau persyaratan kesehatan
(2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
55
(3) Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang
berisi:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih;
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan makanan dan
minuman kedalam wilayah Indonesia; dan
e. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa
(4) Pemberian tanda atau label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan secara benar dan akurat
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian label sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
(6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan
kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita
untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 25
56
(1) Setiap orang yang mengetahui adanya keracunan pangan akibat pangan
tercemar wajib melaporkan kepada unit pelayanan kesehatan terdekat.
(2) Unit pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib segera
melakukan tindakan pertolongan kepada korban.
(3) Dalam hal menurut unit pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdapat indikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan, unit
pelayanan kesehatan tersebut wajib segera mengambil contoh pangan yang
dicurigai sebagai penyebab keracunan dan memberikan laporan kepada dinas
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang kesehatan dan Badan
(4) Berdasarkan hasil laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Badan
melakukan pemeriksaan/penyelidikan dan pengujian laboratorium terhadap
contoh pangan untuk menentukan penyebab keracunan pangan
Pangan38
Mengatur tentang :
1.Jenis & jumlah BTP, jenis pangan yang bisa ditambahkan
2. Jenis BT yang dilarang
3.Pelabelan pangan menggunakan BTP
4. Hal-hal yang harus dicantumkan pada label pangan
Penjelasan
1. Jenis BTP yang bisa ditambahkan
57
a. PENGAWET MAKANAN:
PEWARNA MAKANAN:
Kuning FCF
Sunset Yellow
b. PEMANIS:
Sorbitol
(digunakan untuk penderita Diabetes dan orang yang membutuhkan kalori rendah)
MSG (Mono Sodium Glutamate) Micin/Vetsin Dosis 120mg /kg berat badan /hari
58
e. PENGENTAL:
Pectin Dosis 10g/kg (ada 2 macam: Pectin Apple & Pectin Citrus)
Gelatin 5g/kg
f. PENGERAS:
g. ANTI OKSIDAN:
h. PENGATUR KEASAMAN :
Untuk menaikkan PH
59
ACA/Silica
j. SEKUESTRAN:
60
Pelanggaran terhadap peraturan ini dikenai sanksi administratif dan atau sanksi
pidana diatur dalam pasal 11 sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa :
a. Peringatan tertulis;
61
62
63