Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RADIKULOPATI
YAYAN HERYANTO
PROFESI NERS
RADIKULOPATI
I. Pengertian
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau
lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.
II. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya radikulopati, diantaranya
yaitu proses kompresif, proses inflammatory, proses degeneratif sesuai dengan
struktur dan lokasi terjadinya proses.
a. Proses kompresif
Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah seperti : hernia nucleus pulposus (HNP) atau herniasi
diskus, tumor medulla spinalis, neoplasma tulang, spondilolisis dan
spondilolithesis, stenosis spinal, traumatic dislokasi, kompresif fraktur,
scoliosis dan spondilitis tuberkulosa, cervical spondilosis
b. Proses inflammatori
Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah seperti : Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster
b. Proses degeneratif
Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan
radikulopati
sering disebut sciatica. Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa
sebab seperti bulging diskus (disk bulges), spinal stenosis, deformitas
vertebra atau herniasi nukleus pulposus. Radikulopati dengan keluhan
nyeri pinggang bawah sering didapatkan (low back pain)
b. Radikulopati cervical
Radikulopati cervical umunya dikenal dengan pinched nerve atau saraf
terjepit merupakan kompresi [ada satu atau lebih radix saraf uang halus
pada leher. Gejala pada radikulopati cervical seringnya disebabkan oleh
spondilosis cervical.
c. Radikulopati torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relative jarang dari kompresi
saraf pada punggung tengah. Daerah ini tidak didesain untuk membengkok
sebanyak lumbal atau cervical. Hal ini menyebabkan area thoraks lebih
jarang menyebabkan sakit pada spinal. Namun, kasus yang sering yang
ditemukan pada bagian ini adalah nyeri pada infeksi herpes zoster.
Pengetahuan anatomi, pemeriksaan fisik diagnostik dan pengetahuan
berbagai penyebab untuk radikulopati sangat diperlukan sehingga diagnosa
dapat ditegakkan secara dini dan dapat diberikan terapi yang sesuai.
Terdapat 5 ruas tulang vertebra lumbalis dan diantaranya dihubungkan
dengan discus intervertebralis. Vertebra lumbalis ini menerima beban paling
besar dari tulang belakang sehingga strukturnya sangat padat.
Tiap vertebra lumbalis terdiri dari korpus dan arkus neuralis. Korpus
vertebra lumbal paling besar dibandingkan korpus vertebra torakal dan
cervikal. Arkus neuralis terdiri dari 2 pedikel, prosesus tranversus, faset
artikularis (prosesus artikularis) superior dan inferior, lamina arkus vertebra
dan
prosesus
spinosus.
Tiap
vertebra
dihubungkan
dengan
diskus
sering terjadi gangguan. Verterbra lumbalis memiliki beban yang besar uttuk
menahan bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, ucleus6 dan jaringan
lunaknya lebih besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai
pada usia lebih awal seperti pada masa remaja dengan degenerasi nucleus
pulposus yang diikuti protusi atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat
penting adalah arah protusi ke posterior, medial atau ke lateral yang
menyebabkan tarikan malah robekan 6ucleus fibrosus. Protusi diskus
posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari radik. Bila proses ini
berlansung secara progresif dapat terbentuk osteofit. Permukaan sendi menjadi
malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi penebalan dari
ligamentum flavun. Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini
terjadi sepanjang vertebra lumlais sehingga menyebabkan kanalis menjadi
tidak bulat dan membentuk trefoil axial shape.
Lesi pada C6 ditandai dengan nyeri pada trapezius, ujung bahu, dan
menjalar hingga lengan atas anterior, lengan bawah bagian radial, jari ke-1
dan bagian lateral jari ke-2. Lesi ini mengakibatkan paresthesia ibu jari,
menurunnya refleks biseps, disertai kelemahan dan atrofi otot biseps.
Lesi pada C7 ditandai dengan nyeri pada bahu, area perktoralis dan medial
aksila, posterolateral lengan atas, siku, dorsal lengan bawah, jari ke-2 dan
3 atau seluruh jari. Lesi ini dapat mengakibatkan paresthesia jari ke-2,3
juga jari pertama, atrofi dan kelemahan otot triseps, ekstensor tangan, dan
pektoralis.
Lesi pada C8 ditandai dengan nyeri sepanjang bagian medial lengan
bawah. Lesi ini akan mengganggu fungsi otot-otot intrinsik tangan dan
sensasi jari ke-4 dan 5 (seperti pada gangguan n.ulnaris).
Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita
sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan menjaga
lututnya dalam keadaan fleksi dan menumpukan berat badannya pada
bokong yang berlawanan. Ketika akan berdiri, penderita menopang dirinya
pada sisi yang sehat, meletakkan satu tangan di punggung, menekuk
tungkai yang terkena (Minors sign).
10
Area of
pain
and
sensory
loss
Reflex
affected
Straight
leg
raising
L3-4
L4-5
L5-S1
C4-5
C6-7
C7-T1
L4
L5
S1
C5
C7
C8
Quadricep
s
Peroneals,
anterior
tibial,
extensor
hallucis
longus
Deltoid,
biceps
Triceps,
wrist
exrensors
Intrinsic
hand
muscles
Shoulder,
anterior
arm,
radial
forearm
Biceps
Thumb,
middle
fingers
Index,
fourth
fifth
finger
Triceps
Triceps
Anterior
thigh,
medial
shin
Knee jerk
Gluteus
maximus,
gastrocne
mius,
plantar
flexor of
toes
Great toe, Lateral
dorsum of foot, small
foot
toe
Posterior
tibial
Many not Aggravate
increase
s root pain
pain
Ankle jerk
Aggravate
s root pain
11
Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, adalah penting untuk melakukan
anamnesa terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
dengan trauma atau infeksi dan rekurensi. Harus ditanyakan karakter nyeri,
distribusi dan penjalarannya, adanya paresthesia dan gangguan subjektif
lainnya, adanya gangguan motorik (seperti kelemahan dan atrofi otot). Juga
perlu diketahui gejala lainnya seperti gangguan pencernaan dan berkemih,
anestesia rektal/genital.
Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah penting. Penting untuk
memperhatikan abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan spasme otot.
Pada pemeriksaan neurologis harus diperhatikan :
Perubahan refleks.
b.
3. Terapi nonfarmakologik
a.
12
(terapi panas dan dingin), masase, traksi (tergantung kasus), alat bantu
(antara lain korset, tongkat).
b.
4. Invasif nonbedah
5. Bedah
Indikasi operasi pada HNP :
Sindroma kauda.
adanya
kompresi
radiks
berdasarkan
pemeriksaan
Rontgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto
roentgen penderita radikulopati juga dapat ditemukan pada individu lain
yang tidak memiliki keluhan apapun.
b.
MRI/CT Scan
13
kelainan
diskus
intervertebra.
MRI
selain
dapat
Myelografi
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail,
terutama elemen osseus vertebra. Myelografi merupakan proses yang
invasif karena melibatkan penetrasi pada ruang subarachnoid. Secara
umum myelogram dilakukan sebagai test preoperatif, seringkali
dilakukan bersama dengan CT Scan.
d.
e.
Laboratorium
Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap
darah, faktor rematoid, fosfatase alkali/asam, kalsium.
14
seperti infeksi.
VIII. Diagmosa Keperawatan
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus
Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan
aktif.
15
Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah
rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan
periode waktu tertentu.
Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
Kolaborasi : analgetik
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
Libatkan keluarga
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bovim G, Schrader H, Sand T. Neck Pain in the general population. Spine
1994; 19: 1307-1309.
2. Sidharta P. Sakit Neuromuskuloskeletal. Jakarta : PT Dian Rakyat 1984.p. 6777
3. Basjiruddin . Clinical management of neck pain. Neurona 2002 ; 19 : 13-17
4. Smulyan WI. Degenerative disc and other neural lesion. In : Tollison CD,
Satterthwaite JR (ed). Painful cervical trauma. USA : William and Wilkins
1992.p. 362 -9
5. Deen G. Back and Neck Pain. In : Sirven JI, Malamut BL ( ed). Clinical
Neurology of the older adult.1 st ed. New york . Lippincott Williams &
Wilkins 2002. p. 191-9.
6. Dunda I. Hubungan antara gambaran klinis radikulopati servikalis dengan foto
polos servikal dan EMG di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tesis PPDS
Neurologi FKUI 2001
7. Ellenberg MR, Honet JC, Treanor WJ. Cervical Radiculopathy. Arch Phys Med
Rehabil 1994 ; 75 : 342 52.
8. Malanga GA. Cervical Radiculopathy. Available at http//www.emedicine.com
17