Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan

keadaan

pasien

dan

berdasarkan

keadaan

klinis,

status

gizi

dan

status

metabolismenya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan


penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan
gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizinya. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh ( PGRS, 2003).
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Pemberian diit pasien harus selalu dievaluasi dan
diperbaiki sesuai dengan pemeriksaan laboratorium. Upaya peningkatan status gizi
dan kesehatan masyarakat di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan
tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi
(PGRS, 2003).
Diabetes melitus (DM) di Indonesia tercantum dalam urutan nomor empat dari
proiritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif (prioritas pertama adalah
kardiovaskuler, disusul penyakit serebrovaskuler, geritari, DM, rematik dan katarak).
Penderita DM di Indonesia menempati rengking empat dan menurut beberapa laporan
menunjukkan angka prevalensi dan komplikasi yang tinggi. Sehingga masalah DM
dianggap suatu masalah nasional yang perlu ditangani bersama (Tjokroprawiro,
1989).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa DM merupakan penyakit hereditas
(diturunkan secara genetika dan resesif) yang dapat diderita pada semua golongan
umur. Pada usia muda pria lebih cenderung menderita DM dari pada wanita,
sebaliknya pada usia lanjut wanita lebih cenderung menderita DM dari pada pria. Hal
ini kemungkinan karena faktor kegemukan dan kehamilan.
Penderita DM yang dirawat di rumah sakit dalam pengaturan menunya di
lakukan seorang ahli gizi. Diit yang diberikan harus sesuai kebutuhan tubuh agar
penderita mencapai keadaan faal normal dan dapat melakukan aktifitas sehari-hari
(Persagi, 1997).

Di RSU Tidar di mana penulis melaksanakan PKL MAGK, Diabetes Melitus


merupakan sepuluh besar penyakit di unit rawat inap dan menduduki peringkat
keempat setelah diare, febris dan cedera/trauma.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis ingin mengkaji tentang
penatalaksanaan diit Diabetes Melitus dengan hiperglikemia.
B.

Perumusan Masalah
Bagaimanakah penatalaksanaan terapi diit pada pasien Diabetes Melitus (DM)

yang disertai hiperglikemia?


C.
1.

Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui penatalaksanaan diit pada pasien dengan diagnosa Diabetes
Melitus yang disertai hiperglikemia.

2.

Tujuan Khusus

a.

Menilai tingkat kecukupan gizi sebelum di rawat di rumah sakit.

b.

Menilai tingkat kecukupan gizi selama di rawat di rumah sakit.

c.

Menetukan status gizi pasien.

d.

Menetukan terapi diit pasien.

e.

Menilai tingkat perkembangan status gizi pasien.

f.

Menilai perkembangan klinik, fisik dan laboratorium.

D.

Manfaat
Studi kasus ini di harapkan dapat menambah ketrampilan mahasisiwa untuk

menangani diit pasien dengan diagnosa Diabetes Melitus yang disertai hiperglikemia.
Sedangkan untuk Instisusi rumah sakit sebagai bahan masukan untuk lebih
meningkatkan penanganan diit pada penyakit yang disertai komplikasi tertentu yang
memerlukan penanganan dengan diit khusus.

BAB II
ASSESMENT GIZI
A. INFORMASI UMUM / IDENTITAS PASIEN
a.

Inisial pasien

: Ny.P

b.

Umur

: 50 tahun

c.

Jenis kelamin

: Perempuan

d.

Suku bangsa

: Jawa/ Indonesia

e.

Status perkawianan

: Menikah

f.

Kondisi soisal ekonomi

: Bekerja sebagai penjahit, jumlah anggote

keluarga lima, dengan tiga orang anak kandung dan satu suami.
B. DATA PAISEN SAAT AWAL MASUK RUMAH SAKIT
a.

Tanggal masuk RS

: 15 April 2009

b.

Tanggal kajian

: 23 27 April 2009

c.

Keadaan saat masuk RS : Datang dari UGD dengan hasil sejak 3 hari yang
lalu sesak nafas, nafsu makan turun, badan lemas. Ps mempunyai riwayat Dm
sejak 2 tahun yang lalu, pernah di rawat di RSJ, sering bingung.

d.

Diagnosis penyakit

: Obs. Dispnue, DM, dyspepsia dengan dehidrasi

e.

Terapi yang diberikan :

Terapi diit

: Diit Tim DM

Terapi pengobatan

Tabel 1. Pengobatan yang diberikan


Macam
Actropid
Amsulated
Cefiriaxane
Nantgtcypro
Melranidazd
Gentanyan

Dosis
3x1 16 UI
1x18 UI
1x1 gr
2x500 gr
3x500 gr
2x8 gr

C. DATA RIWAYAT KESEHATAN DAN PENGOBATAN SEBELUM DI RAWAT

Pasien mempunyai riwayat DM sejak 2 tahun yang lalu. PS pernah dirawat


di RSJ, sering bingung. PS sering pengobatan rawat jalan sebelum dirawat di RSU
Tidar.
D. DATA RIWAYAT GIZI
a. Pengkajian data antrhopometri
LLA awal kajian : 22,5 dan LLA akhir kajian : 21,5
TB : 155 cm
Status gizi : 22,5 x 100% : 75,25% (status gizi kurang)
29,9
b. Pengkajian data biokimia
Tabel 2. Hasil laboratorium pada awal masuk di ICU
Jenis
15
16
17
pemeriksaan
GDA
677,2 677,2
Puasa
2 jam PP
AD Random

Tgl/bulan
20
21

Nilai normal
22

24

25
27

75-125

mg/dl

25

75-125 mg/dl
75-125 mg/dl
75-125 mg/dl

Normal
Tinggi
Tinggi

10-50 mg/dl
0,5-0,9 mg/dl
P < 32 U/L
P < 32 U/L
P 12-14 g/dl
135-155

Tinggi
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah

mmol/l
95-108

Rendah

mmol/l
40-48%
3,4-5,4

Normal
Rendah

192,6
343,8 254,4
149,6

70,7

Ket

277,0

Tinggi

2,6
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Hb
Na
Cl

65,1
0,85
41,2
41
15

19,7
0,51

130
34,17

HT
K

46,7
2,54

mmol/l

c. Pengkajian data klinis/fisik


Tabel 3. hasil pemeriksaan klinis
Jenis
15
pemeriksaan
Tensi
110/60
Nadi
76
Pernafasan
21

16

Tanggal
23

24

25

100/60
108
24

110/50
80
22

100/60
80
20

100/60
80
20

Nilai normal

Ket

130/80 mmHg
72 x/menit
20-30 x/menit

Rendah
Tinggi
Normal

Suhu
36
Sumber : RM, 258690

36

36

36

36

36-37C

Normal

Hasil pemeriksaan fisik


Keadaan umum : pucat +, lemas +, keringat dingin.
d.

Pengkajian data riwayat makan (kualitatif dan kuantitatif)

i.

Kemampuan pasien untuk menerima makanan


Pasien awalnya dapat menerima makanan dari rumah sakit dan selalu
menghabiskannya, tetapi setelah empat hari di rawat di bangsal G daya terima
makanan menurun, makanan pokok hanya menghabiskan porsi, lauk hewani
rata-rata hanya porsi, dua macam sayur rata-rata menghabiskan satu jenis
sayur, sedangkan jenis sayur yang satunya hanya dimakan satu sendok makan.

ii.

Data riwayat gizi, asupan makan pasien


Bentuk

Jumlah

makanan
Recall
Lunak
Asupan
Standar RS
Tanggal
Persentase
23 April
Kategori
2009
Recall

(kkal)
1248,65
1700
73,45%
Cukup

(gr)
52,62
55,55
106,303%

(gr)
41,16
36,5
108,90%

(gr)
167,435
275
63%

54,17
55,55
109,43%

40,67
161,075
36,5
275
107,64% 60,61%

Lunak

Asupan
Standar RS
Persentase
Kategori

1079,9
1700
63,5%
Sedang

47,37
55,55
95,69%

34,1
36,5
90,25%

137,345
275
51,68%

Lunak

Asupan
Standar RS
Persentase
Kategori

1176 ,9
1700
69,23%
Sedang

51,38
55,55
92%

38,64
36,5
100,3%

155,285
275
56,47%

April

2009
Rata-rata

Kh

1202,15
1700
70,7%
Cukup

Tanggal
25

Lemak

Asupan
Standar RS
Persentase
Kategori

April

2009
Recall

Protein

Lunak

Tanggal
24

Energi

Menurut Roedjito (1989), seseorang dapat dikatakan memiliki asupan baik


jika asupan > 80%, dari kecukupan zat gizi yang dibutuhkan, cukup jika asupan
70-79% dari kecukupan zat gizi yang dibutuhkan, sedang jika asupan 60-69% dari
kecukupan zat gizi yang dibutuhkan, dan kurang jika < 60% dari kebutuhan gizi
yang dibutuhkan.

Kebiasaan makan pasien


Pasien biasa makan 3x - 4x sehari. Pasien suka makan makanan yang
digoreng, suka minum manis, terutama teh manis dalam sehari kadang - kadang 2
3x sehari. Sedanglan tahu dan tempe sagat suka, begitu pula dengan sayuran,
lauk hewani kadang kadang 2x seminggu.
Pemenuhan kebutuhan gizi
Hasil recall selama tiga hari dibanding dengan standar rumah sakit yaitu
69,23% masuk dalam kategori asupan sedang, saat pemorsian yaitu 65,47% masuk
dalam kategori cukup.
iii.

Interaksi obat dan zat gizi

Pemberian obat-obatan : actropid, amsulated, cetiriaxane, nangtcypro,


melranidazd, gentanyan, ranitidin.

iv.

Obat injeksi : cefotaksin, insulin

Infus RL : untuk memenuhi kebutuhan cairan intra vaskuler.

Pengetahuan, sikap pasien terhadap diit


Pasien tergolong dalam ekonomi menengah, sehingga perlu adanya

pemberian informasi pada pasien, setelah diberikan konsultasi gizi mengenai


bahan makanan apa saja yang boleh diberikan dan tidak boleh diberikan beserta
porsi yang diberikan setiap hari untuk membantu proses penyembuhan pasien,
pasien menanggapinya dengan baik dan bersikap seakan-akan mau mematuhi diit
yang diberikan. Selama dirawat di rumah sakit awalnya pasien selalu
menghabiskan makanan yang disajikan bahkan terasa lapar dan ingin minum
terus, tetapi setelah pindah di ruang G rasa lapar dan haus agak berkurang, kadang
tidak menghabiskan makanan yang disajikan, tetapi selalu menghabiskan makanan
ringan dan buah yang disajikan.

BAB III
DIAGNOSIS GIZI
PROBLEM
Perubahan nilai

ETIOLOGI
Kelainan eksresi insulin

laboratorium yang

SIMPTOM
Kadar gula darah sewaktu
677,2 mg/dl

berhubungan dengan gizi


yaitu kadar gula darah
sewaktu melebihi batas
normal
Status gizi kurang

Pola makan salah

Status gizi : 72,25%


(kurang)

Kesimpulan :

Perubahan nilai laboratorium yang berhubungan dengan gizi yaitu kadar gula
darah sewaktu melebihi batas normal yang berhubungan dengan Kelainan
eksresi insulin, ditandai dengan Kadar gula darah sewaktu 677,2 mg/dl.

Status gizi kurang yang berhubungan dengan Pola makan salah, ditandai
dengan status gizi : 72,25% (kurang).

BAB IV
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan asuhan gizi
1. Tujuan Diit

Menurunkan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan


menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat
penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.

Mempertahankan dan mencapai kadar lipida serum normal.

Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat


badan normal.

Menghindari

atau

menangani

komplikasi

akut

pasien

yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek,


dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan
jasmani.

Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang


optimal.
2. Syarat Diit

Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan


normal.

Protein diberikan 1 gr/kg BB

Karbohidrat diberikan dari sisa kebutuhan energi total dikurangi


kebutuhan protein + lemak.

Makanan cukup vitamin dan mineral.

Pemberian makanan diberikan secara bertahap dari bentuk lunak ke


makanan biasa.

Makanan mudah cerna, tidak merangsang dan tidak bergas.

Asupan serat cukup untuk menghindari konstipasi.

3. Mcam Diit

Jenis diit

Bentuk makanan : lunak

Cara penberian

: diit Tim DM

: oral

Frekuensi

: 3X makan utama, 1X teh hangat, 1X snack

(agar-agar), 3X buah.

Jumlah yang diberikan : E : 1700 kkal


P : 49,5 gr
L : 37,78 gr
Kh : 265,75 gr.

4. Perhitungan kebutuhan gizi


BEE : 655 + (9,6 X BBI) + (1,8 X TB) (4,7 X U)
: 655 + (9,6 X 49,5) + (1,8 X 155) (4,7 X 50)
: 1174,2
E : BEE X F.AKTV X F.STRES
: 1174,2 X 1,2 X 1,2
: 1690,848 : 1700KKAL.
PROTEIN : 1 GR/KG BB
: 1 X 49,5
: 49,5 GR
LEMAK : 20% X 1700
: 37,78 GR
KH : 1700 (297 + 340)
: 267,75 GR.
B. Pelaksanaan/ implementasi

Mengamati makan pasien mulai tanggal 23 April 2009, sampai


dengan tanggal 27 April 2009 dan memberikan motivasi pada
pasien setiap kali pasien makan agar asupan makan pasien
seimbang dan kebutuhan zat gizi pasien terpenuhi serta kadar gula
darah pasien kembali normal.

Rata-rata

Bentuk

Hasil

Jumlah

makanan
Lunak
Asupan
Standar RS
Persentase
Kategori

Recall
Tanggal
23-25

Energi

Protein

Lemak

Kh

(kkal)
1176 ,9
1700
69,23%
Sedang

(gr)
51,38
55,55
92%

(gr)
38,64
36,5
100,3%

(gr)
155,285
275
56,47%

April
2009
Berdasarkan data hasil recall tanggal 23-26 April 2009
didapatkan hasil rata-rata asupan energi sebesar 1176,9 kkal,
dibandingkan dengan jumlah energi standar RS sebesar 1700 kkal
yaitu 69,23%. Hasil persentase ini masuk dalam kategori sedang.

Membuat

perencanan

terapi

diit

pada

pasien

dengan

memperhatikan perkembangan kesehatan pasien.

Melakukan pemorsian pada tanggal 26 April 2009.

Pemorsian

Jenis

Keterangan

Energi

Tanggal 26 makanan
Lunak
Asupan
1107
April 2009
Perhitungan 1690,848
Presentase
65,47%
Kategori
Cukup
Berdasarkan data hasil asupan pada

Protein

Lemak

Karbohidrat

39,483
49,5
79,76%

23,5325 211,83
37,78
265,75
62,29% 79,71%

saat pemorsian didapatkan

hasil asupan kalori sebesar 1107 kkal, dibandingkan dengan jumlah


kalori perhitungan sebesar 1690,848 kkal yaitu 65,47%. Hasil
persentase ini masuk dalam kategori masuk dalam kategori asupan
cukup.

Memberikan konsultasi gizi pasien pada tanggal 27 April 2009


dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, serta
memberikan motivasi pada pasien untuk menaati terapi diit yang
diberikan

dengan

memberikan

leaflet

pada

pasien

yang

berhubungan dengan penyakit DM yaitu mengenai bahan makanan


yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.

Bahan makanan
Sumber karbohidrat

Yang dianjurkan
Nasi, roti, mie, kentang,

10

Yang tidak dianjurkan


Mengandung gula

kompleks

singkong, ubi dan sagu.

sederhana : gula pasir, gula


jawa, sirop, jam, jeli, buahbuahan yang diawetkan
dengan gula, susu kental
manis, minuman botol
ringan, es krim, kue-kue
manis, dodol, cake dan
tarcis.

Sumber protein rendah

Ikan, ayam tanpa kulit,

lemak

susu skim,tempe, tahu dan


kacang-kacangan.

Sumber lemak dalam

bentuk makanan yang

Mengandung banyak

jumlah terbatas

mudah cerna, terutama

lemak : cake, makanan

yang diolah dengan cara

siap saji, goreng-gorengan.

dipanggang, dikukus,

Mengandung banyak

disetup, direbus dan

natrium : ikan asin, telur

dibakar.

asin, makanan yang


diawetkan.

11

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Parameter yang
dimonitor
Kadar gula darah

Waktu
3X dalam satu

Metode yang

Target pencapaian

digunakan
Laboratorium

Kadar gula darah

minggu

mendekati normal/
normal (75-125

LLA

Satu minggu

Pengukuran

mg/dl)
LLA mencapai

BB
Asupan makan

Satu minggu
Setiap hari

Penimbangan
Comstock

ideal
BB mencapai ideal
Asupan sesuai
kebutuhan

Hasil :

Kadar gula darah awal masuk : 677,2 mg/dl


Kadar gula darah setelah pengamatan : 277 mg/dl

LLA awal pengamatan : 22,5, setelah pengamatan : 21,5

BB sebelum pasien pulang : 36kg

Rata-rata asupan makan setelah 3 hari recall : 69,23%


Asupan makan saat pemorsian 65,47%
Tanggal
23 April 2009
24 April 2009
25 April 2009
26 April 2009

Energi (kkal)
1248,65
1202,15
1079,9
1107

12

Protein (gr)
52,62
54,17
47,37
39,483

Lemak (gr)
41,16
40,67
34,1
23,5325

Kh (gr)
167, 435
161,075
137,345
211,83

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes Melitus dikenal dengan penyakit kencing manis tidak asing
lagi bagi masyarakat. Penyakit ini disebabkan kadar glukosa dalam darah
tidak normal. Penyakit ini bila dibiarkan, akan menimbulkan komplikasi
yang berakibat fatal. Misalnya penyakit jantung, ginjal, kebutaan, amputasi
dan aterosklerosis (Pranadji, 1995).
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein akibat defisiensi insulin absolut atau gangguan kerja (insulin
action) yang ditandai dengan hiperalikemi kronik dan kelainan pembuluh
darah (mikro dan makro angiopati) (Poltekkes, 2003).
Diabetes Melitus merupakan penyakit hereditas (diturunkan secara
genetik dan resesif). Diabetes Melitus pada kesehatan masyarakat sangat
besar artinya karena insiden di dunia cukup tinggi dan memerlukan
pengawasan jangka panjang. DM bisa terjadi pada semua umur dan
biasanya 50% terdapat pada umur 40-50 tahun, 5% terdapat pada umur
kurang dari 20 tahun dan hanya 3% di bawah umur 8 tahun. Antara umur
40-70 tahun biasanya resiko wanita lebih tinggi dari pria (perbandingan
3:2). Tetapi pada umur muda, pria lebih tinggi resikonya dari pada wanita.
Hal ini mungkin karena adanya hubungan antara obesitas dan kehamilan
yang sering (FK UI, Ilmmu Penyakit Dalam).
Karena bersifat degeneratif, maka usaha penyembuhan dilakukan
untuk mencegah kambuhnya penyakit ini, yaitu dengan cara pengaturan
menu makanan, pengobatan secara medik, olah raga dan pendidikan atau
penyuluhan. DM bukan hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme
dari karbohidrat, tetapi menyangkut metabolisme protein dan lemak yang
diikuti dengan komplikasi-komplikasi yang bersiftat kronis atau menahun
terutama yang menimpa struktur dan fungsi pembuluh darah (Prahadji,
dkk, 1995).
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan ditandai dengan adanya
gangguan

metabolisme

karbohidrat,

lemak

dan

protein

mengakibatkan hiperglikemia dan glukosaria (Askandar, 1999).


13

yang

Mekanisme penyakit DM ini kunci utamanya adalah insulin. Insulin


yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar gula darah, yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/dl
dan dalam 2 jam sesudah makan 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada
kerja insulin akan terganggu dan kadar glukosa darah cenderung naik. Ada
2 tipe DM, yaitu :
a. Tipe I (IDDM) akibat kekurangan insulin karena kerusakan sel beta
penkreas. Sebagian individu dengan IDDM (Insulin Dependent DM)
yang tidak diobati menunjukkkan gejala poliuria, polidipsia, polifagia,
dan kehilangan berat badan.
b. Tipe II (NIDDM) Noon Insulin Dependent DM ditandai dengan
kerusakan normal, turun atau meningkat tetapi sekresi insulin
terganggu dalam hubungannya dengan tingkat hiperglikemia. Tipe
NIDDM biasanya diderita orang dengan berat badan lebih atau obese.
B. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan di Indonesia dari jumlah 2,5 juta pada
tahun 1994 akan menjadi 5 juta pada tahun 2010 (estimasi gabungan MC
Carty Zimmet dan Askandar, 1991).Faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap timbulnya DM antara lain : keturunan, kegemukan, usia, jenis
kelamin, stres, nutrisi, sosial ekonomi, kelainan ginekologis.
C. Gejala penyakit DM
Gejala dan tanda-tanda penyakit DM dapat digolongkan menjadi gejala
akut dan kronik.
1). Gejala akut DM
Banyak makan (polifagi), banyak minum (polidipsia), dan banyak
kencing (poliuria). Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat
badan yang terus naik. Karena pada saat ini jumlah insulin masih
mencukupi, lama kelamaan jika tidak segera diobati insulin akan
berkurang dan gejala yang timbul adalah polidipsia dan poliuri.
2). Gejala kronik DM
Kesemutan, kulit terasa panas, rasa kebal dikulit, kram, capek, mudah
mengantuk, mata kabur, gigi mudah goyah, kemampuan seks menurun
(impoten) dan gangguan pada ibu hamil atau bayi lahir besar lebih dari 4
kg.
14

D. Diagnosisi
(WHO Elepert Commite,1985)
1). Gejala klinik dan gula darah acak 200 mg/dl, pemeriksaan kadar darah
dengan menggunakan plasma / whole blood kapiler / vena.
2). Bila hasilnya meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan tes
toleransi glukosa oral (TTOG) dengan muatan 75 gr glukosa dalam
250-300 cc air.
Diagnosis dengan TTOG
Kadar glukosa (mg/dl)
Darah lengkap
Vena
Kapiler

Diabetes
Melitus
Puasa
2 jam PP

<120
<180

Plasma
Vena

>120
>140
>200
>200
Gangguan toleransi glikosa
<120
<120
<140
120-180
140-200
140-200

Puasa
2 jam PP

Kapiler
>140
>200
<140
160-200

E. Komplikasi
1). Komplikasi akut

: hipoglikemia, koma diabetik

2). Komplikasi kronis

: dapat menyerang seluruh tubuh

mulai dari rambut samapai ujung kaki termasuk semua alat tubuh di
dalamnya.
3). Gejala lain akibat komplikasi kronik : relinopati, netropati, infeksi,
kelaianan kulit, diabeti fook, katarak lentis, penyakit jantung, dan
pembuluh darah tepi.
F. Patologi terapi DM
1). Diit Diabetes Melitus
2). Latihan fisik
3). Penyuluhan kesehatan masyarakat
4). Obat hipoglikemia (OAD dan Insulin)
5). Cangkok pankreas
Nomor 1-3 merupakan terapi primer dan nomor 4-5 merupakan terapi
sekunder.
G. Penatalaksanaan gizi
1). Intervensi dan pendidikan pasien
15

Tujuan : mengontrol gula darah dan mengurangi komplikasi serta


meningkatkan kemampuan untuk merawat diri sendiri
2). Perencanaan diit
Tujuan perencanaan dan mengikuti diit untuk mencapai kalori yang
optimum dengan distribusi makan sepanjang hari, koordinasi makanan
yang masuk dengan insulin, menggunakan jumlah dan jenis optimum dari
karbohidrat dan lemak di dalam diit.

Karbohidrat

Karbohidrat kompleks harus ditekankan, dianjurkan untuk makan


serat 35-40 gr perhari. Serat mempunyai efek pada BAB, hindari
makan dengan indek glikemik tinggi seperti kentang, roti putih
dan jagung.

Lemak

Lemak jenuh harus dibatasi samapai 1/3 kurang dari kalori lemak
yang dianjurkan dan lemak tak jenuh harus memenuhi 1/3 dari
total kalori lemak.

Alkohol

Alkohol memeberikan tujuh kalori/ gram dimana dapat


memberikan kontribusi terhadap kelebihan berat badan dan
memperburuh

hiperlipidemia

dan

dapat

mencetuskan

dengan

DM

hipoglikemia terutama bila tidak makan.

Natrium

Direkomendasikan

kepada

individu

untuk

mengkonsumsi tidak lebih 3 gr natrium tiap hari karena


kecenderungan hipertensi.

Pemanis dan makanan diabet

Pemanis bergizi seperti sukrosa, fruktosa dan sorbitol sebagai


gula alkohol, dalam jumlah kecil dapat dipakai dalam
perencanaan diit. Sorbitol dan fruktosa sering digunakan pada
produk bebas gula dan makanan diabet yang komersil. Tetapi
produk ini kalorinya sama dengan produk yang mengandung
gula, sehingga tidak dengan bebas digunakan. Pemanis tidak

16

bergizi seperti aspartam dan sakarin dibungkus dekstroseatau


dekstrin dan memberi 4 kalori per bungkus.
3). Terapi diit
Tujuan diit menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya agar pasien mencapai keadaan faali tubuh yang normal
dan dapat melakukan pekerjan sehari-hari seperti biasanya :
Syarat diit :
a) jumlah kalori ditentukan jenis kelamin, umur, berat badan, aktifitas,
suhu tubuh dan kelainan metabolik
b) jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya, gula murni tidak diperbolehkan
c) makanan cukup vprotein, vitamin, dan mineral
d) pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan
Dalam pelaksanaan diit DM dalam sehari-hari hendaknya mengikuti
pedoman 3 J, yaitu :
J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis
J2 : jadwal diit harus diikuti secara interval
J3 : jenis makanan yang harus dihindari dan dibatasi
H. Terapi obat
1) Insulin
Tersedia dalam bentuk short acting, intermediate acting, dan long
acting. Umumnya pasien IDDM memerlukan sedikitnya dosis 2x
sehari, biasanya sebelum makan pagi dan malam serta diberikan
keduanya sort acting dan intermediate acting insulin, jadwal lain :
a) tiga kali sehari suntikan short acting dan intermediate acting. Pagi
hari hari sort acting sebelum makan malam dan dari intermediate
acting pada waktu akan tidur
b) multi dosis injeksi short acting sebelum makan dikombinasikan
dengan satu atau dua kali suntikan sehari long atau intermediate
acting

17

c) CSU (contonous subcutoneus infusien), terapi pompa insulin.


Insulin short acting diberikan secar terus menerus untuk memenuhi
kadar basal atau memungkinkan pasien diberi makanan atau snack
2) Obat hipoglikemik oral / obat abti diabetik (OAD)
Hanya digunakan untuk bebrapa individu denga DM tipe II. Obat ini
menstimulasi insulin dari sekl beta pankreas / pengambilan glokusa
dari jaringa perifer

18

BAB VII
PEMBAHASAN KASUS
A. Diagnosa Penyakit
Berdasarkan data subjektif dan objektif pasien didiagnosa menderita
Diabetes Melitus
B. Asupan Zat Gizi Selama Dirawat di RS
Kecukupan energi pasien saat dirawat di RS sudah cukup,yaitu energi
sebesar 69,23%, protein92%, lemak 100,3%, dan karbohidrat 56,67%.
C. Perkembangan Pemeriksaan Antropometri
Berdasarkan data antropometri pengukuran LLA pada awal kajian
sampai akhir kajian menurun selama menjalani perawatan di RS yaitu awal
kajian 22,5 cm kategori status gizinya kurang yaitu 72,25%. Akhir kajian
21,5 cm kategori status gizinya kurang yaitu 71,91%. BB akhir kajian
yaitu 36 kg sehingga status gizinya berdasarkan IMT tetap kurus yaitu
14,98%. Hal ini kemungkinan dikarenakan nafsu makan pasien mulai
menurun, tidak seperti pada awal masuk RS. Namun walaupun nafsu
makan pasien menurun tetapi tetap harus dimotivasi supaya selalu makan
teratur yaitu 3X makan pokok dan 3X selingan. Hal ini bertujuan agar
status gizi pasien tetap normal.
D. Perkembangan Terapi Diit
Diit yang diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam pada awal
masuk RS adalah DM 1700 kalori, protein 55,5gr, lemak 36,5gr,
karbohidrat 275gr, bentuk lunak. Studi kasus hari pertama mahasisiwa
melakukan anamnesa diit dan melakukan pengukuran antropometri dan
mengkaji data pemeriksaan fisik, klinis dan laboratorium. Dari hasil
assesment tersebut maka pasien diberi perencanaan diit DM 1690,848
kalori, protein 49,5gr, lemak 37,78gr, karbohidrat 267,75gr, bentuk lunak.
Karena keadaan pasien sudah mulai membaik dan gula darah sewaktu
sudah mulai turun mendekati normal yaitu 277mg/dl. Keadaan seperti ini
masih harus tetap dipantau agar kadar gula darah pasien dapat kembali
normal, yaitu dengan cara pasien harus selalu mematuhi diit yang sudah
dianjurkan disertai ada kemauan dari pasien untuk sehat dan sembuh.

19

E. Perkembangan Pemeriksaan Klinis


Berdasarkan data pemeriksaan klinis tensi normal, suhu badan pasien
juga normal. Hal ini dikarenakan karena kondisi pasien yang sudah mulai
membaik, kemungkinan ini berhubungan dengan kadar gula darah yang
sudah mulai menurun.
F. Perkembangan Pemeriksaan Fisik
Pada data perkembangan fisik terjadi perkembangan karena keadaan
umum pasien mulai membaik. Hal ini karena asupan pasien teratur dan
sesuai dengan syarat 3j yaitu jumlah, jenis, dan jam yang dapat bepengaruh
terhadap kondisi fisik dari pasien.
G. Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium
Dari data perkembangan laboratorium terjadi perubahan kadar glukosa
darah mendekati normal. Bahkan pada glukosa puasa sebesar 92,6mg/dl
jumlah ini termasuk dalam kategori normal. Hal ini dikarenakan ada
hubungannya dengan asupan makan pasien yang sudah menaati syarat diit
yaitu 3X makan utama dan 3X snack atau buah.
H. Pengobatan yang Diberikan
Pengobatan yang diberikan selama pasien di RS adalah actropid,
amsulated, cefiraxane, nangtcypro, melranidazd dan gentanyan.

20

BAB VIII
PENUTUP/KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil yang diperoleh dan pemeriksaan fisik, klinis, dan
laboratorium dapat disimpulkan bahwa diagnosa pasien adalah Diabetes
Melitus.
b. Terapi diit yang diberikan adalah diit Tim DM dengan energi = 1700 kkal, P
55,5 gr, L 36,5 gr, dan Kh 275 gr.
c. Presentase asupan selama dirawat di RS adalah 69,23% masuk dalam kategori
asupan sedang.
d. Dari pengukuran antropometri didapat IMT 14,98kg/m2 yaitu kurus.
e. Perkemangan fisik selama pengamatan pasien merasa lemas dan pusing
f. Perkembangan kadar glukosa darah mengalami penurunan yaitu 677,2mg/dl
menjadi 277mg/dl walaupun belum normal.
2. Saran
Pasien diharapkan untuk selalu menghabiskan makanan yang diberikan
dan mematuhi diit yang diberikan serta semua anggota keluarga agar selalu
memberi motivasi pada pasien agar kesehatan pasien menjadi lebih baik.

21

Anda mungkin juga menyukai