Tetanus 1
Tetanus 1
Siti komariyah
98-109
Pembimbing :
Dr. Adjinul Bahri SpB
TETANUS
Pendahuluan
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dengan gangguan neuromuscular akut berupa
trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotoksin spesifik dari kuman
Clostridium tetani yang dapat membawa kematian bagi penderita tersebut. Kebanyakan
kasus tetanus yang terjadi dihubungkan dengan jejas traumatis. Luka tembus yang
diakibatkan oleh benda kotor, seperti paku, injeksi tidak steril, gigitan binatang,abses
(termasuk abses gigi), ulkus kulit kronis, luka bakar, fraktur terbuka dll. Luka yang
terkontaminasi oleh spora menyebabkan tetanus, infeksi terjadi ketika spora menjadi
aktif, berkembangbiak dan menghasilkan toksin ( tetanolisin dan tetanospasmin ) yang
berefek pada otot dan saraf sehingga menyebabkan otot berkontraksi terus menerus
(spasme). Cirri khas kejang pada penyakit tetanus tanpa disertai penurunan kesadaran.
DEFINISI
Tetanus adalah penyakit infeksi akut dengan kelainan neurologis yang disebabkan oleh
suatu eksotoksin ( tetanospasmin ) yang dihasilkan kuman anaerob Clostridium tetani.
ETIOLOGI
Tetanus disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang bersifat :
PATOGENESIS
Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia melalui luka yang tidak bersih, luka
laserasi, luka tusuk, luka tembak, luka gigitan manusia atau binatang, luka suntikan, luka
bakar. Infeksi tetanus dapat juga terjadi melalui ueterus setelah persalinan atau abortus
provokatus, pada bayi baru lahir kuman tersebut masuk melalui umbilicus setelah
pemotongan tali pusar tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Tetanus terjadi
sesudah spora yang sedang tumbuh masuk kedalam luka dan memperbanyak diri serta
berubah menjadi bentuk pregetatif kemudian mengeluarkan eksotoksin yaitu tetanolisin
dan tetanospasin. Tetanolisin dapat menghancurkan sel darah merah tetapi tidak
menimbulkan tetanus secara langsung melainkan menambah optimal kondisi local untuk
berkembangnya kuman. Tetanusspasmin yang terdiri dari protein toksik terhadap sel
syaraf akan melekat erat pada neuromuscular junction perifer kemudian bergerak
kebalikan hantaran akson dari tempat infeksi ke korno anterior medulla spinalis,
kemudian berpindah ke presinaps dan menghambat pelepasan glisin dan GABAH yang
merupakan transmitter inhibisi pada penghambatan presinaps. Hal ini mengakibatkan
tidak terbukanya saluran anion sehingga meningkatkan eksiatsi neuronposinoptik
sehingga terjadinya spasme pada otot agonis dan antagonis. Tetanuspasmin sangat mudah
diikat oleh syaraf dan akan mencapai syaraf melaui 2 cara, yaitu:
1.
2.
GEJALA KLINIK
Masa inkubasi biasanya 7-21 hari, tetapi dapat beberapa minggu pada infeksi
ringan, namun rata-rata masa inkubasi berkisar 7hari. Makin lama masa inkubasi, gejala
yang timbul makin ringan dan begitupun sebaliknya. Kekakuan dimulai pada otot
setempat atau trismus kemudian menjalar keseluruh tubuh. Kekakuan tetanus sangat khas
yaitu : dengan tinju menggenggam, kedua tangan fleksi dan hiperekstensi kaki, fleksi
pada telapak kaki, tubuh kaku melengkung.(opstotonus).
Dalam 48 jam tetanus akan menjadi jelas dengan adanya gejala-gejala sebagai
berikut :
1. trismus, karena spasme otot-otot mastikasi.
2. kaku kuduk.
3. ketegangan otot dinding perut.
4. kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksia yang terdapat di kornu
anterior.
5. risus sardonicus karena spasme otot muka, sudut mulut tertarik keatas, bibir
tertekan kuat pada gigi.
6. kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan
sering merupakan gejala dini.
7. spasme yang khas, yaitu badan yang kaku dengan opistotonus,ekstremitas inferior
dalam kaeadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Penderita tetap
sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi periode relaks. Kemudian tidak
jelas lagi dan serangan tersebut disertairasa nyeri. Kadang-kadang terjadi
perdarahan intramuskulus karena kontraksi yang kuat.
8. asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada ototpernafasan dan laring.
9. retensi urin dapat terjadi karena spasme otot sfingler kandung kemih. Fraktur
kolumna vertebralis terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
10. panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir karena banyak energi
metabolik dihabiskan oleh otot-otot spastik.
11. biasanya terdapat leukositosis ringan.
Dikenal 3 bentuk klinis tetanus :
1.tetanus generalisata
gejala pertama yang dilihat dan dirasa oleh pasien adalah trismus
karena kekuatan otot masseter dan berlanjut ke kaku kuduk, rigiditas
abdomen serta spasme tetanik pada ekstremitas.trismus dapat
. Onset< 6 hari
. Trismus ringan
. Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
Tolak ukur
Nilai
2-5 hari
6-10 hari
11-14 hari
lebih 14 hari
5
4
Ekstremitas preksimal
Ekstremitas distal
Tidak diketahui
Imunisasi:
tidak ada
10
Kurang 10 tahun
Proteksi lengkap
10
A.S.A**derajat
Penilaian:
1. Score <9
DIAGNOSIS
Diagnosis cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis, karena pemeriksaan
kuman C tetapi belum tentu berhasil. Anamnesis kemungkinan adanya
kelainan yang dapat menunjukan tempat masuknya kuman tetanus seperti:
DIAGNOSIS BANDING
Abses parafaring, abses retrofaring, atau abses gigi
Rabies
Meningitis
Keracunan striknin
Hipokalsemia
Reaksi obat lain, misalnya phenothiazine dan metoclopramid
KOMPLIKASI
1. Pada saluran pernafasan
Aktivitas
simpatis
yang
meningkat,
takikardia,
hipertensi,
Dosis anak-anak
Dosis orang dewasa
Mula-mula 60-100 mg IM, kemudian 3 x 100 mg IM
(Luminal)
Klorpromazin
(Largaetil)
Diazepam
(Valium)
mg/kg
BB
IM, 3 x10 mg IV
Mg per rectal
Bila kejang belum juga teratasi dapat digunakan pelemas otot (muscle relaxan)
ditambah alat bantu pernafasan (ventilator). Cara ini hanya dapat dilakukan diruang
perawatan khusus (ICU) dan dibawah pengawasan ahli anestesi.
Pemberian antibiotika
Diberikan penisilin, dosis untuk orang dewasa 1.2 juta IU / 8 jam IM selama 5 hari dosis
untuk anak-anak 50.000 IU / kg BB / Hari dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas.
Bila alergi dengan penisilin diberikan tetrasiklin, dosis orang dewasa 4 x 500 mg/hr,
untuk anak-anak 40 mg/kg/ BB/hr dibagi dalam 4 dosis.
ATS hanya mengikat eksotokin dalam darah sedangkan untuk mencegah terbentuknya
eksotokin dalam darah sedangkan untuk mencegah terbentuknya eksotokin baru maka
sumbernya yaitu Clostridium tetani harus dilumpuhkan dengan antibiotika.
Perawatan penunjang
Yaitu dilakukan tirah baring; diet per sonde, dengan asupan sebesar 2000 kal/hr untuk
orang dewasa, dan sebesar 100 kal/kg BB/hr untuk anak-anak; bersihkan jalan nafas
secara teratur; (diukur dengan cm setiap hari), pemasukan dan pengeluaran cairan,
temperatur, elektrolit, konsultasi kebagian lain bila perlu.
PENCEGAHAN
1) Perawatan luka
Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan
spora tetanus
2) Imunisasi pasif
TT diberikan pada ibu hamil bulan ke-5 dan ke-6 (trismeter ke2)
Sesuai dengan PPI, imunisasi dilakukan pada usia 2.4 dan 6 bulan
sedangkan booster dilakukan pada usia 1.5-2 tahun
Dan usia 5 tahun dosis yang diberikan 0.5 cc tiap kali pemberian secara
intramuskuler
Luka bersih
Luka kotor
Toksoid
Ya*
ATS
tidak
Toksoid
Ya*
ATS
ya
1 x DT atau DTP
Ya*
tidak
Ya*
ya
2 x DT atau DTP
Ya*
tidak
Ya*
ya
Tidak+
tidak
Tidak++
tidak
PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh beberpa factor yang memperburuk:
1. Masa inkubasi kurang dari tujuh hari
2. Usia lebih mudah dan usia lanjut
3. frekuensi kejang yang tinggi
4. Suhu tubuh yang tinggi
5. Pengobatan yang terlambat
6. Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan
7. Period of onset yang pendek
8. Sepasme otot pernapasan dan obstruksi saluran pernapasan
GAS GANGREN
PENDAHULUAN
Gas gangren disebabkan oleh bakteri clostridium yang selama pertumbuhannya
menghasilkan gas sehingga disebut gas gangren. Pada manusia clostridium umumnya
tinggal dalam saluran cerna dan traktus genitalia. Infeksi clostridium terjadi karena spora
masuk ke luka dan pembuluh darah dapat menyebabkan iskeni.
DEFINISI
Gas gangren adalah penyakit infeksi yang mengakibatkan kematian syaraf atau jaringan
yang disebabkan oleh gangguan pengaliran darah ke jaringan tersebut dengan onset yang
cepat, diikuti dengan kehilangan persediaan nutrisi dan invasi bakteri serta pembusukan.
ETIOLOGI
Gas gangren disebabkan oleh Cl. Perfringens/ Cl. Welchii. Kuman tersebut merupakan
flora normal di usus dan termasuk sel basil gram positif, anaerob, berbentuk spora dan
vegetatif, sprofit yang tahan kering dan desinfektan, tidak selalu mati dalam air mendidih
100 derajat celcius.
PATOPISIOLIGI
Infeksi local
Tidak invasive
Oeden
Crepitus
4.
Myositis local
Kerusakan dan infeksi sampai ke otot
Tidak invasive
5.
Myositis difuse (Gas Gangren)
Krepitasi positif
Takikardi, delirium, hemolitik jaundice
Sangat progresif disertai suplai darah yang menurun pada
otot yang terinfeksi
6.
Edematous gangren
Etiologi: Clostridium Novyi
Sangat progresif
Tidak berbentuk gas
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan pemeriksaan fisik (Krepitasi) foto
rontgen bias menunjukan adanya gas dibawah kulit. Kultur cairan luka ditemukan
clostridium.
DIAGNOSA BANDING
Selulitis
Fasitis nekrotikans
Miositis
PENGOBATAN
Bila dicurigai suatu gangren segera berikan antibiotik spectrum luas dosis tinggi secara
intravena seperti penicillin, clyndamysin dan metronodazol.
Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Jika sirkulasi sangat jelek, sebagian atau
seluruh anggota tubuh harus diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi. Contohnya:
Myositis difuse.
Terapi oksigen bertekanan tinggi (Oksigen Hiperbarik). Penderita ditempatkan dalam
ruangan yang mengandung oksigen Po2 > 90 mmHg yang akan mencegah produksi
alfatoksin. Oksigen tersebut diberikan selama 1-2 jam pada tekanan 3 atm. Kemudian
diulang tiap 6-12 jam. Terapi tersebut hanya mencegah invasi kuman dan tetapi tidak
menghilangkan focus infeksi.
PENCEGAHAN
Perawatan luka yang baik, pembuangan jaringan nekrosis secara radikal, pencegahan
iskeni jaringan dengan menjaga sirkulasi tetap baik, pembuangan benda asing hal tersebut
merupakan upaya pencegahan terjadinya gangren dan gas anaerob lainnya.
PROGNOSIS
Angka kematian cukup tinggi bila terapi yang diberikan tidak adekuat dan fungsi anggota
gerak yang terkena kurang baik.