Anda di halaman 1dari 7

Untuk film tahun 1989, lihat Anecdote (film).

Untuk perbandingan anekdot dengan


jenis cerita yang lain, lihat cerita tradisional.

Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin
menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. [1] Anekdot bisa saja sesingkat
pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan
berdasarkan pada kejadian nyata [2] melibatkan orang-orang yang sebenarnya,
apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi.
Namun, seiring waktu, modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah
sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali
tapi "terlalu bagus untuk nyata". Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon,
karena tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi
untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat
itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia
menghentak dalam kilasan pemahaman yang langsung pada intinya. Novalis
mengamati "Eine Anekdote ist eines historisches Elemen - ein historisches Molekl
oder Epigramm". [3] Sebuah monolog singkat yang diawali "Seorang pria muncul di
sebuah bar ..." akan menjadi lelucon. Sebuah monolog singkat yang diawali
"Setelah J. Edgar Hoover muncul di sebuah bar ..." akan menjadi sebuah anekdot.
Dengan demikian sebuah anekdot lebih dekat dengan tradisi tamsil daripada
dongeng yang secara terbuka diciptakan dengan karakter hewan dan tokoh
manusia yang umum -- tetapi ia berbeda dengan perumpamaan dalam spesifisitas
sejarah yang diklaimnya.

Anekdot terkadang bersifat sindiran alami. Di bawah rezim otoritarian di Uni Soviet
berbagai macam anekdot politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara
untuk membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya.
Mereka mentertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid
Brezhnev, dan pemimpin Soviet lainnya. Pada zaman Rusia modern ada banyak
anekdot tentang Vladimir Putin. [4]

Kata 'anekdot' dalam (Yunani: "tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak


dikeluarkan") berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I,
yang membuat sebuah karya berjud (Aul nekdota, secara beragam
diterjemahkan dengan Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia), yaitu
sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin.
Secara bertahap, makna anekdot dipakai [5] untuk setiap kisah singkat yang
digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang si penulis
inginkan.[6]

Situs Anecdotage.com mengandung ribuan anekdot.

Daftar isi

1 Kualifikasi sebagai bukti


2 Contoh Anekdot
3 Lihat juga
4 Referensi

Kualifikasi sebagai bukti


!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bukti secara anekdot

Bukti secara anekdot yaitu sebuah catatan tidak resmi dari bukti dalam bentuk
sebuah anekdot. Istilah ini sering digunakan berlawanan dengan bukti ilmiah,
sebagai bukti yang tidak dapat diinvestigasi menggunakan metode ilmiah.
Permasalahan dalam berargumen berdasarkan bukti secara anekdot adalah bukti
anekdot tidak lah harus khusus; hanya bukti secara statistik yang dapat
menentukan kekhususan sesuatu. Penyalahgunaan bukti secara anekdot adalah
sebuah kesalahan logika.

Bila digunakan dalam iklan atau promosi suatu produk, jasa, atau ide, bukti secara
anekdot sering disebut dengan testimoni dan dilarang dalam beberapa yurisdiksi.
[butuh rujukan] Istilah ini terkadang digunakan dalam konteks legal untuk
menjelaskan beberapa bentuk kesaksian. Ahli Psikologi telah menemukan bahwa
orang lebih memungkinkan mengingat contoh-contoh yang penting daripada contoh
yang khusus.
Contoh Anekdot

Anekdot memang tidak sepopuler puisi maupun pantun. Namun anekdot terkadang
berisi humor, kritik, dan pendapat yang terkesan tegas, nyata, namun tetap
menggelitik dan menghibur. Salah satu anekdot yang paling terkenal adalah
anekdot "Hukum Peradilan"

Anekdot Hukum Peradilan

Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang
tukang

pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar
dengan

pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang,
ternyata kayu

yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh
ke sungai.

Kuda beserta dagangannya hanyut.

Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara

jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim
untuk

mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi.
Zaman dahulu

orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.

Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat

Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima.
Ia

menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan
jembatan itu.

Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.

Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia

Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang


Mulia Hakim

menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat
jembatan itu

ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan
pedati beserta

kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si
Tukang

Pedati." Si Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan


salahkan saya,

salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim
berpikir,

"Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang
menyebabkan

tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim
berkata

kepada pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si


Penjual Kayu.

Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia
Hakim,

apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual
Kayu. Sang

Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu
yang bagus

kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan
menyebabkan

seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual
Kayu menjawab,

"Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya.
Dialah yang

menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu
yang jelek

kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai
pengawal

bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.

Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu
pun

bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan


tentang

kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan


dagangannya

sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih
dahulu sehingga ia

tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim
memutuskan si

Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada
pengawal,

"Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya
sekarang juga!"

Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai,


Pengawal

apakah hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang Mulia,


sulit sekali

untuk melaksanakannya." Sang Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu


sudah biasa

memenjarakan dan menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang


Mulia. Si

Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat
karena terlalu

sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah
besar, "Kamu

bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih
pendek, kurus, dan

punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain
yang

berbadan pendek, kurus, dan punya uang.

Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada
hakim,

"Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?"
Dengan

entengnya sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya


uaaaaaang!!!"

Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan
ke

penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang
menyaksikan

pengadilan tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan


kalian,

peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!"

Anda mungkin juga menyukai