Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin
menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. [1] Anekdot bisa saja sesingkat
pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan
berdasarkan pada kejadian nyata [2] melibatkan orang-orang yang sebenarnya,
apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi.
Namun, seiring waktu, modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah
sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali
tapi "terlalu bagus untuk nyata". Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon,
karena tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi
untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat
itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia
menghentak dalam kilasan pemahaman yang langsung pada intinya. Novalis
mengamati "Eine Anekdote ist eines historisches Elemen - ein historisches Molekl
oder Epigramm". [3] Sebuah monolog singkat yang diawali "Seorang pria muncul di
sebuah bar ..." akan menjadi lelucon. Sebuah monolog singkat yang diawali
"Setelah J. Edgar Hoover muncul di sebuah bar ..." akan menjadi sebuah anekdot.
Dengan demikian sebuah anekdot lebih dekat dengan tradisi tamsil daripada
dongeng yang secara terbuka diciptakan dengan karakter hewan dan tokoh
manusia yang umum -- tetapi ia berbeda dengan perumpamaan dalam spesifisitas
sejarah yang diklaimnya.
Anekdot terkadang bersifat sindiran alami. Di bawah rezim otoritarian di Uni Soviet
berbagai macam anekdot politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara
untuk membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya.
Mereka mentertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid
Brezhnev, dan pemimpin Soviet lainnya. Pada zaman Rusia modern ada banyak
anekdot tentang Vladimir Putin. [4]
Daftar isi
Bukti secara anekdot yaitu sebuah catatan tidak resmi dari bukti dalam bentuk
sebuah anekdot. Istilah ini sering digunakan berlawanan dengan bukti ilmiah,
sebagai bukti yang tidak dapat diinvestigasi menggunakan metode ilmiah.
Permasalahan dalam berargumen berdasarkan bukti secara anekdot adalah bukti
anekdot tidak lah harus khusus; hanya bukti secara statistik yang dapat
menentukan kekhususan sesuatu. Penyalahgunaan bukti secara anekdot adalah
sebuah kesalahan logika.
Bila digunakan dalam iklan atau promosi suatu produk, jasa, atau ide, bukti secara
anekdot sering disebut dengan testimoni dan dilarang dalam beberapa yurisdiksi.
[butuh rujukan] Istilah ini terkadang digunakan dalam konteks legal untuk
menjelaskan beberapa bentuk kesaksian. Ahli Psikologi telah menemukan bahwa
orang lebih memungkinkan mengingat contoh-contoh yang penting daripada contoh
yang khusus.
Contoh Anekdot
Anekdot memang tidak sepopuler puisi maupun pantun. Namun anekdot terkadang
berisi humor, kritik, dan pendapat yang terkesan tegas, nyata, namun tetap
menggelitik dan menghibur. Salah satu anekdot yang paling terkenal adalah
anekdot "Hukum Peradilan"
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang
tukang
pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar
dengan
pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang,
ternyata kayu
yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh
ke sungai.
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara
jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim
untuk
mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi.
Zaman dahulu
Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima.
Ia
menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan
jembatan itu.
Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia
menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat
jembatan itu
ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan
pedati beserta
kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si
Tukang
salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim
berpikir,
"Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang
menyebabkan
tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim
berkata
Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia
Hakim,
apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual
Kayu. Sang
Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu
yang bagus
kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan
menyebabkan
seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual
Kayu menjawab,
"Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya.
Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu
yang jelek
kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai
pengawal
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu
pun
sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih
dahulu sehingga ia
tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim
memutuskan si
Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada
pengawal,
"Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya
sekarang juga!"
Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat
karena terlalu
sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah
besar, "Kamu
bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih
pendek, kurus, dan
punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain
yang
Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada
hakim,
"Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?"
Dengan
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan
ke
penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang
menyaksikan
peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!"