Anda di halaman 1dari 3

Pertama Tetangga, Kemudian

Rumah Sendiri

Imam Hasan as

Keheningan malam, membawa rumah dalam ketenangan. Hasan dan Husein tidur
berdampingan. Hasan terbangun dari tidur karena mendengar suara pelan ibunya.
Bayangan ibu tampak di dinding. Lantunan doanya yang pelan memenuhi seluruh
ruangan. Ibu mengerjakan salat tahajud. Hasan mendengarkan munajat ibu dan
menikmatinya. Dia tahu bahwa ibunya berdoa untuk semua tetangga dan keluarga
lalu mengakhirinya dengan tanpa doa untuk diri sendiri.

Hasan kepada ibunya berkata, Ibu sayang! Mengapa Anda tidak berdoa untuk diri
kita?
Sayidah Fathimah berkata, Anakku sayang! Pertama tetangga, kemudian rumah
sendiri!
Hasan tidak mengatakan apa-apa. Dia sedang memikirkan kata-kata ibunya.
Nasihatilah Aku!

Salah satu sahabat Imam Hasan as datang menemui beliau dan berkata, Wahai
Putra Rasulullah! Tuliskan untuk saya sebuah nasihat, agar saya jadikan kenangan
dari Anda.
Imam Hasan as menerima dan mengambil kertas dan pena. Kemudian menulis:
Orang yang tidak punya akal, dia tidak punya adab. Orang yang tidak punya
semangat, dia tidak punya ksatriaan dan orang yang tidak punya rasa malu [haya],
dia tidak punya agama.
Orang yang berakal adalah orang yang bersikap baik terhadap masyarakat sehingga
ia diperlakukan dengan baik. Orang-orang yang berakal adalah orang-orang yang
bahagia di dunia dan akhirat dan mereka yang tidak berakal, ia tidak mendapatkan
keuntungan dari dunia dan akhirat.
Berpikirlah positif sehingga engkau mencapai tujuan dari pergaulan dengan orang
lain. Apakah engkau mengharapkan bantuan mereka? Apakah engkau takut akan
kemarahannya? Apakah engkau bisa memanfaatkan ilmunya atau mendapatkan
berkah dari doanya, ataukah engkau menjadikan kekeluargaan sebagai parameter
persahabatan?
Aku tidak pernah melihat seorang pezalim pura-pura teraniaya, kecuali orang yang
hasut, dimana dia sebagai pezalim sekaligus teraniaya.
Hai anak Adam! Bahagialah dengan rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah
sehingga engkau tidak membutuhkan. Penuhilah hak tetanggamu sehingga engkau
menjadi seorang muslim yang sejati. Bersikaplah terhadap orang lain sebagaimana
engkau suka diperlakukan sehingga engkau menjadi orang yang adil...
Ketiadaan Ayah
Syahadah secara mazlum Imam Ali benar-benar menyedihkan hati keluarga dan
para pecintanya. Namun beratnya musibah ini bagi putra sulungnya yaitu Imam
Hasan lebih berat lagi.
Imam Hasan as sebagai putra tertua di tengah-tengah keluarga, juga harus
menanggung beban duka anggota keluarga yang lainnya. Sebagai pengganti
ayahnya, beliau harus memenuhi kekosongan tempat ayahnya. Beliau juga
memikirkan bahwa pasca syahadah ayahnya, nasib apa yang akan menimpa
keluarga nabi ini dan dengan tanpa adanya pengganti nabi, penyalagunaan apa saja
yang akan digunakan oleh musuh untuk menyerang agama Islam, keluarga
Rasulullah dan para pecintanya.
Imam Ali as di detik-detik terakhir kehidupannya, meminta orang-orang sekitarnya
untuk berkumpul mendengarkan pesan terakhirnya. Kemudian beliau menyampaikan
ucapannya, untuk diamalkan sebagai penjamin kebahagiaan dirinya. Kemudian

Imam Ali memanggil putra sulungnya; Imam Hasan dan berkata, Putraku! Aku
berpesan agar engkau menjaga ketakwaan ilahi dan teratur dalam
pekerjaanmu...setelah aku, engkau sebagai penggantiku. Pergilah ke masjid dan
mintalah kepada masyarakat untuk berbaiat kepadamu. Ini adalah kemauan dan
perintah Rasulullah Saw. Rasulullah telah mengumumkan bahwa aku adalah
penggantinya. Sekarang adalah giliranmu sebagai pemimpin umat Islam. Setelahmu
adalah giliran saudaramu Husein dan setelah dia, anak-anaknya yang akan menjadi
pemimpin umat Islam.
Setelah menyampaikan ucapan itu, Imam Ali as diam sejenak. Kemudian berkata,
Iya, putraku! Kepempimpinan atas umat Islam setelahku adalah hakmu. Meski
masyarakat tidak akan memenuhi hakmu. Mereka akan membiarkanmu sendirian
sebagaimana mereka telah membiarkan ayahmu sendirian, sebagaimana mereka
juga akan berpencar membiarkan saudaramu Husein sendirian.
Pengganti Ali
Pasca syahdah Imam Ali as, kota Kufah berada dalam keheningan dan kesedihan.
Para sahabat dan orang-orang dekat Imam Ali berduka karena berpisah dengannya.
Para penentangnya juga seakan-akan terbangun dari tidurnya dengan syahadahnya
Imam Ali; tenggelam dalam penyesalan.
Dalam suasana duka, Abdullah bin Abbas salah satu sahabat Imam Ali as
mendatangi masyarakat Kufah dan berkata, Hai masyarakat! Amirul Mukminin telah
meninggal dunia dan beliau telah menentukan penggantinya. Apakah kalian ingin
melihatnya dan berbaiat kepadanya?
Masyarakat Kufah mengetahui dengan baik apa maksud Abdullah dari pengganti
Amirul Mukminin. Itulah mereka menangis tersedu-sedu dan berkata, Iya. Kami
siap. Katakan padanya agar datang kepada kami dan kami akan berbaiat
kepadanya.
Imam Hasan mendatangi mereka dan menyampaikan pidato seraya berkata, Hai
masyarakat, bertakwalah kepada Allah. Pemimpin kalian adalah kami, dimana Allah
tentang kami; keluarga Rasulullah Saw, berfirman:

Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul
bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Ahzab: 33)
Setelah pidato Imam Hasan, masyarakat mendatangi beliau dan berbaiat
kepadanya. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Hasan as

Anda mungkin juga menyukai