Anda di halaman 1dari 17

BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS (PORTOFOLIO)

Pada hari ini, tanggal 3 November 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Peserta

: dr. Andhita Kusuma Wardani

Dengan judul/topik

: Katarak Matur Okuli Dextra

Nama Pendamping

: dr. Ni Nyoman Sudewi, M.Kes

Nama Wahana

: RSUD Dr. Moh. Saleh, Kota Probolinggo

No.
1
2
3
4
5
6

Nama Peserta Presentasi

No.
1
2
3
4
5
6

Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

(dr. Ni Nyoman Sudewi, M.Kes)

BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta

: dr. Andhita Kusuma Wardani


1

Nama Wahana
: RSUD Dr. Moh. Saleh, Kota Probolinggo
Topik
: Katarak Senilis Matur OD
Tanggal (kasus)
: 15 Agustus 2016
Nama Pasien
: Tn. M
Pendamping : dr. Ni Nyoman Sudewi, M.Kes
Tanggal Presentasi : 3 November 2016
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Tn. M, 63 tahun datang ke RSUD dengan keluhan penglihatan kedua mata buram.
Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada kedua mata seperti melihat kabut
Deskripsi :
atau asap dan pasien sering merasa silau.
Tujuan :
Bahan
Bahasan :
Cara
Membahas :
Data Pasien :

Mampu mendiagnosis dan memberikan tatalaksana terhadap pasien yang datang


dengan gejala katarak senilis, serta mampu memberikan edukasi kepada pasien.
Tinjauan Pustaka
Diskusi

Riset

Presentasi dan Diskusi

Nama : Tn.M

Usia: 63 tahun
Nama RS : RSUD Dr. Moh. Saleh, Kota Probolinggo
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
-

Kasus

Audit

E-mail

Pos

No. Registrasi :
Telp: -

Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kedua mata buram sejak 6
bulan yang lalu. Mata kanan pasien dirasa lebih buram dibandingkan dengan mata kirinya.
Buram dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu
aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh
dibandingkan dengan sebelumnya, mata kanan pasien lebih sulit melihat dan mengenal
benda-benda yang berada didepannya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada
kedua mata seperti melihat kabut atau asap dan pasien sering merasa silau. Pusing dan pegal

pada daerah mata disangkal. Nyeri pada mata disangkal. Mata merah dan berair disangkal.
2. Riwayat Pengobatan : Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat alergi dan trauma disangkal oleh
pasien. Saat ini pasien tidak menggunakan kacamata, dulu sebelum pensiun pasien hanya
menggunakan kacamata baca dengan ukuran +2,00/+2,00. Pasien memiliki riwayat penyakit
sistemik seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol sejak 1 tahun yang lalu dan tidak rutin
mengonsumsi obat-obatan oralnya. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit hipertensi
dan jantung.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
2

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa dan tidak ada keluarga yang
mempunyai riwayat katarak, hipertensi, atau diabetes melitus.
5. Lain-lain :
-

Pasien sehari-harinya merupakan seorang pensiunan guru sejak 5 tahun yang lalu, aktivitas

sehari-hari pasien hanya didalam rumah dan lingkungan sekitar rumah.


6. Pemeriksaan Fisik :
7.

Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Komposmentis
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 100x/ menit
Pemeriksaan Oftalmologi
Kedudukan bola mata
Gerak bola mata
Supra cilia
Madarosis
Sikatriks
Palpebra superior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
Benjolan
Palpebra inferior
Edema
Hiperemi
Enteropion
Ekteropion
Benjolan
Konjungtiva palpebra superior
Sekret mata
Hiperemi
Folikel
Papil
Sikatriks
Benjolan
Lain-lain
Konjungtiva palpebra inferior
Sekret mata
Hipermi
Folikel
Papil
Sikatriks
Benjolan
Konjungtiva bulbi
Kemosis
Hiperemi

Okuli Dekstra (OD)


Ortho
Baik ke segala arah

Okuli Sinistra (OS)


Ortho
Baik ke segala arah

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

- Konjungtiva
- Silier
Perdarahan di bawah
konjungtiva
Pterigium
Pingueculae
Kornea
Sikatriks
Infiltrat
Ulkus
Keratik presifitat
Bilik Mata Depan
Kedalaman
Hifema
Hipopion
Iris-Pupil
Bentuk
Letak
Warna
Refleks cahaya langsung
RAPD
Lensa
Subluksasi
Dislokasi
Tes bayangan iris
Vitreus humor
Visus dan refraksi
Visus
Koreksi
Cyl
Axis
Add
Pin Hole
Tonometri
Tonometri schiotz
Daftar Pustaka :
1.

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Dalam
Tidak ada
Tidak ada
(Midriasis)
Bulat, reguler
Ditengah
Cokelat kehitaman
+
+
Keruh
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

Dalam
Tidak ada
Tidak ada
Bulat, reguler
Ditengah
Cokelat kehitaman
+
+
Keruh
Tidak ada
Tidak ada
+
Tidak dilakukan

1/300
-

5/60
S-2,00
-

8/7,5 (15,6 mmHg)

7/7,5 (18,5 mmHg)

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3 rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.
http://alfinzone.wordpress.com/2010/12/05/patologi-dan-penatalaksanaan-pada-katarak-senilis2/
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi Umum. 14 th ed.
Jakarta : Widya Medika.
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi dan Etiologi Katarak Senilis
2. Gejala dan Diagnosis Katarak Senilis
4

3. Penatalaksanaan Katarak Senilis


Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
-

Pasien laki-laki 63 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kedua mata
buram sejak 6 bulan lalu. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh
dibandingkan dengan sebelumnya, mata kanan pasien lebih sulit melihat dan mengenal
benda-benda yang berada didepannya. Pasien juga mengeluh pandangan berbayang pada
kedua matanya seperti melihat kabut atau asap dan pasien sering merasa silau.
Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol
sejak 1 tahun yang lalu dan tidak rutin mengonsumsi obat-obatan oralnya.

2. Objektif :
Hasil pemeriksaan oftalmologi didapatkan:
OD
1/300 PH (-)
Normal
Tenang
Tenang
Normal
Dalam
Bulat, reguler,
bayangan iris negatif
RP (+)
Keruh
(+)
15,6 mmHg
3. Assesment:

Visus
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Kornea
BMD
Iris

OS
5/60 PH (-)
Normal
Tenang
Tenang
Normal
Dalam
Bulat, reguler, bayangan

Pupil
Lensa
Reflek fundus
TIO

iris positif
RP (+)
Keruh
(+)
18,5 mmHg

- Katarak senilis matur OD


- Katarak senilis imatur OS
DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bula mana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat kedua- duanya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat
pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, sebanyak 285 juta orang mengalami gangguan penglihatan dengan 39 juta
orang mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan diakibatkan oleh katarak. Lebih dari 90%
5

kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami
penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas
insidensinya mencapai 60-80%. Untuk prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4
setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar.
KLASIFIKASI & ETIOLOGI
Katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yang berbeda, namun tidak ada
satupun kriteria klasifikasi yang dianggap memuaskan.
KLASIFIKASI

PENJELASAN
-

Katarak Insipien
Katarak Lanjut
Katarak Imatur
Katarak Matur
Katarak
Hipermatur

Morgagni)
Katarak Intumesen

Katarak Nuklear
Katarak Kortikal

posterior)
Katarak Subkapsular
Katarak Kutub Anterior

Posterior
Katarak Kortikonuklear

BENTUK KEKERUHAN LENSA

Katarak Cuneiform
Katarak Pisciform
Katarak Pulverulent
Katarak Stellata

WARNA

Katarak Coklat
Katarak Hitam

WAKTU

Katarak Kongenital
Katarak Infantil
Katarak Juvenil
Katarak Presenile (Dewasa dibawah

40 tahun)
Katarak Senilis

Katarak Traumatik
Katarak
sehubungan

KEPARAHAN

LOKASI

ASAL

penyakit

kulit

(Katarak

(anterior

atau

atau

dengan
(Katarak

Syndermatotik)
6

Katarak Sekunder (Akibat Penyakit


pada Mata lainnya)

Tabel 1.Klasifikasi Katarak

KLASIFIKASI

KATARAK PENJELASAN

BERDASARKAN WAKTU
KATARAK

DIDAPAT

(99%

dari

kejadian Katarak)

Katarak Senilis (90% dari kejadian


Katarak)
Katarak akibat penyakit sistemik
- Diabetes Mellitus
- Galaktosemia
- Insufisiensi Ginjal
- Mannosidosis
- Penyakit Fabry
- Sindrom Lowe
- Penyakit Wilson
- Miotonik Distrofi
- Tetani
- Penyakit Kulit
Katarak Sekunder
- Katarak dengan Heterokromia
- Katarak dengan iridosiklitis
-

kronik
Katarak dengan vaskulitis retinal
Katarak
dengan
retinitis

pigmentosa
Katarak Postoperatif
Katarak Traumatik
- Kontusi atau perforasi
- Radiasi Inframerah (Katarak
Glassblower)
- Luka Listrik
- Radiasi Ionisasi
Katarak Toksik
- Katarak akibat
-

penggunaan

Kortikosteroid (paling sering)


Katarak akibat penggunaan
chlorpromazine, agen miositik,
atau busulfan

KATARAK KONGENITAL (1% dari

Katarak Herediter

kejadian Katarak)

- Autosomal Dominan
- Resesif
- Sporadik
- Terkait kromosom X
Katarak akibat kerusakan

awal

embriogenik
- Rubella (40-60%)
- Campak (10-22%)
- Hepatitis (16%)
- Toksoplasmosis (5%)
Tabel 2.Klasifikasi Katarak Berdasarkan Onset
PATOFISIOLOGI
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikan, pada lensa katarak
terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi
transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi
kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau
migrasi sel epitel dan pembesaran sel epitel yang menyimpang.
Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi,
dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa.
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak, yaitu teori hidrasi dan sklerosis :
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan
menimbulkan berambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi oada lensa manula dimana serabut kolagen terus bertambah
sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin
bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut :
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastis

b. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur


c. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, sedang
warna coklat protein nukleus lensa mengandung histidin dan triptofan dibanding normal
d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
menghilangkan transparansi, akibat perubhan pada serabut halus multipel yang memanjang
dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya mengakibatkan koagulasi sehingga
terganggunya jalannya cahaya ke retina.

KATARAK SENILIS
Definisi dan Epidemiologi
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan
umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami
katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.
Etiologi
Penyebab katarak senilis bisa menjadi salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor
9

berikut :
Paparan radiasi dari luar angkasa (terutama dalam kasus pilot komersial)
Kontak jangka panjang dengan lampu UV
Paparan radiasi gelombang mikro
Kekurangan yodium
Keturunan
Cedera mata dan trauma fisik
Alergi mata
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan obat-obatan yang mengandung bahan

kimia Quetiapine
Hipertensi
Diabetes
Merokok
Obesitas

Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya
akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan
penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain pada
katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang dan
terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang
akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan
transparasi lensa.

10

Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas
lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan
antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses
pembentukan katarak.
Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
-

Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien dengan

katarak senilis.
Silau, keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika

mendekat ke lampu pada malam hari.


Perubahan miopik, progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik lensa
yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien
presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan
kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik
dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.

Diplopia monocular, kadang-kadang perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian


dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang
sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
11

ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang


tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
-

Noda, berkabut pada lapangan pandang.

Ukuran kaca mata sering berubah.

Stadium Katarak Senilis


Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan
hipermatur.
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya
nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan
oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk
waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai
seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi
penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi
glaukoma sekunder.Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat
bayangniris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang
berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul,
sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.
4. Katarak Hipermatur
12

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami
degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan
berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudo positif. Cairan/protein
lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena
di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma
karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan
cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

Insipien
Kekeruhan lensa Ringan
Cairan Lensa
Normal

Imatur
Matur
Sebagian
Komplit
Bertambah (air Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang (air+masa

Iris
Bilik

masuk)
Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

lensa keluar)
Tremulans
Dalam

Sempit

Normal

Terbuka

Normal
Mata Normal

Depan
Sudut Bilik
Mata
Shadow Test
Visus
Penyulit

Normal

Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
(+)
<
<<
<<<
Glaukoma
Uveitis+glaucoma
Tabel perbedaan stadium katarak senilis

Diagnosis
Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.

13

Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan untuk


menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak.
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman penglihatan untuk
gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan
cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit
pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar
yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi
saraf optik atau keterlibatan difus makula.
c. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi dapat juga
struktur okular lain (konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati.
Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator

pupil.
Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi
lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik,

atau katarak hipermatur.


d. Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus
dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding katarak senillis :

Refleks Senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak warna pupil keabu-abuan mirip

katarak, tetapi pada pemeriksaan reflex fundus positif.


Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (misal uveitis

anterior) atau penyakit sistemik (misal diabetes melitus).


Katarak karena penyebab lain : misal obat-obatan (kortiko steroid), radiasi, rudapaksa mata

dan lain-lain.
Kekeruhan badan kaca
Ablasio retina

Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Sejauh ini tidak ada obat-obatan
yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis
adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
14

digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.


-

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 23mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena
incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya
sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas seharihari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat.

Komplikasi
-

Komplikasi Intra Operatif


15

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi suprakoroid,
pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal
light toxicity.
-

Komplikasi dini pasca operatif

COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan
epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah
sentral yang bersih paling sering).

Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus.

Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,
astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.

Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.

Komplikasi lambat pasca operatif


Ablasio retina

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler.

Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi.

Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada
pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

1. Plan :
Diagnosis: Katarak senilis OD dan katarak senilis imatur OS pada pasien ini ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
Ekstraksi Lensa OD

16

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang
dapat menjernihkan lensa yang keruh. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah
ekstraksi lensa.
Penatalaksanaan pada katarak matur adalah ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat dilakukan
dengan metode ECCE + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini
juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai
kelebihan ataupun kekurangan dari masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL,
pembedahan yang dilakukan lebih lebar dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga
proses penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma
juga lebih besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang
lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan ECCE.

Referensi :
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi Umum.
14th ed. Jakarta : Widya Medika.
3. SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD Soetomo.
Surabaya. 2006
4. Victor,
Vicente.

2012.

Senile

Cataract.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0199

17

Anda mungkin juga menyukai