KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, dalam
proses menyelesaikan penulisan makalah sederhana ini dengan judul:
IMPLIKASI DARI OTONOMI KHUSUS (OTSUS) PAPUA: Konflik Vertikal dan
Konflik Horisontal.
Makalah ini merupakan hasil kolaborasi dari pemikiran penulis
dengan pendapat para ahli sebelumnya dalam membantu melihat
permasalahan Otonomi Khusus di Papua. Di mana permasalahan ini
kenyataannya sangat ironis dan jauh dari apa yang kita kira. Paradoks
dalam paradoks mungkin yang patut diberikan kepada kompleksnya
permasalahan Otonomi Khusus di Papua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desentralisasi merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola wilayahnya dengan
mengacu pada aspek-aspek kedaerahan dengan kata lain terjadinya
transfer kekuasaan. Desentralisasi merupakan produk dari perkembangan
demokratisasi
suatu
bangsa.
Secara
konseptual
ataupun
formulasi
di
Desentralisasi
tingkat
juga
lokal
atau
merupakan
demokrasi
sebuah
di
peluang
tingkat
daerah.1
(opportunity)
bagi
pemerintah, namun bisa juga menjadi suatu ancaman (threat) yang harus
dihadapi oleh pemerintah.
Pelayanan
publik
merupakan
kegiatan
yang
senantiasa
mendapatkan
jalan
keluar
dari
permasalahan.
Untuk
itu,
dan
tidak
hanya
sekedar
tentang
pembagian
kekuasaan,
aparatur
administrasi
pemerintah
daerah
atau
demokratik
khususnya
demokrasi
lokal
atau
otonomi
atau
tidak
mempunyai
public
space
untuk
mengungkapkan
suatu
euphoria
di
dalam
bidang
pemerintahan,
politik,
yang
menimbulkan
misinterpretasi
yang
berakibat
memberikan
makna ,
filosofi,
dan
prinsip
otonomi
daerah.3
Jadi permasalahan dalam implementasi kebijakan otonomi daerah
menjadi persoalan yang tidak kunjung terselesaikan hingga sampai hari
ini,
bahkan
permasalahan
ini
semakin
kompleks
dalam
usaha
kewenangan
dari
pusat
ke
daerah
ternyata
justru
yang
akan
diambil
oleh
penulis
melingkupi
tema
terkhususnya
kemakmuran
rakyat
yang
dalam
proses
Sehinggan
kebijakan
Otonomi
Khusus
yang
telah
Papua
tidak
merasa
keadilan,
kemiskinan,
hidup
di
B. Identifikasi Masalah
Pada pembahasan kali ini, penulis akan memfokuskan perhatian
dari penulisan karya ilmiah ini dengan melakukan pembatasan masalah
yakni dalam scope konflik vertikal (warga Papua dengan Pemerintah RI
dengan pemberlakuan Otonomi Khusus) dan konflik Horisontal (perang
saudara yang terjadi di sekitar lingkungan Freeport).
BAB II
KONSTRUKSI ARGUMEN
A. Konflik Horisontal
Otonomi Khusus yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia
terhadap Papua mempunyai muatan politis dan juga mengandung strategi
win win solution antara Pemerintah RI dengan masyarakat Papua.
tidak
diri
mendapat
untuk
keadilan,
merdeka
dari
masyarakat
NKRI
dengan
Papua
mulai
pembentukan
petunjuk
pelaksanaan
masih
sentralistik
yang
memerlukan
bantuan
pemerintah
RI.
Seakan
upaya
penyelasaian
Rizal
Ramli
menegaskan
mantan
bahwa
Menteri
rezim
Koordinator
SBY-Boediono
Bidang
memang
Otonomi
Khusus
bagi
Provinsi
Papua
merupakan
usaha
10
Indonesia
dipertahankan
dalam
wadah
Negara
Kesatuan
Republik
B. Konflik Horisontal
Selain itu dengan, permasalahan atau konflik vertikal antara warga
Papua
dengan
Pemerintah
Pusat,
kemudian
muncul
suatu
konflik
pernyataan
sederhana
dari
Kapolda
Papua
bahwa
dengan
mengucurkan
dana
yang
dikelola
oleh
Lembaga
11
2006, dan kontribusi total sejak dana tersebut digagas adalah sebesar
242 Juta Dollar AS. 12
Persaingan antara berbagai suku yang berada di sekitar Timika di
tengarai bahwa PTFI telah menjadi aktor kunci yang melatarbelakangi
terjadinya konflik horizontal antar sesama etnis di Papua dengan
memebrikan
bantuan
akomodasi
berupa
makanan
dan
angkutan
agama
dalam
meminimalisir
konflik
yang
terjadi
Papua
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di akhir pembahasan yakni pada tahap kesimpulan dari
pembahasan mengenai Permasalahan Otonomi Khusus di Papua
yang
bukan
saja menyebabkan
konflik
vertikal
namun
juga
diri
dengan
Indonesia
atau
Pemerintah
dapat
13
mengakhiri
penderitaan
Masyarakat
Papua
yang
telah
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Azra, Azyumardi., Rahman, Jamal, D., Komaruddin, Hidatat., Widjanarko,
Putut. (2008).
Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa. Jakarta:
Mizan.
Gaol, Jimmy L (2014). A to Z Human Capital: Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Grasindo.
Busrizalti, M (2013). Hukum Pemda: Otonomi Daerah dan Implikasinya.
Yogyakarta: Total Media.
Hadi, Syamsul., Widjajanto, Andi. (2007). Disintegrasi Pasca Orde Baru:
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional. Jakarta: CIReS Fisip UI
bekerja sama dengan Yayasan Obor Indonesia.
Utomo, Warsito (2011). Dinamika Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Utomo, Warsito (2009). Administrasi Publik Baru Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
15
Media Massa
Gaol, J, Hotman. (2011). Apa Perlu UP4B?. Tabloid Reformata (Edisi 146,
1-31 Desember 2011).
Internet
Admin, nabire.net. (2014). Selain Karena Dibukanya Jalan Paniai- Nabire,
Freeport Juga Dituding Sebagai Biang Perang Suku Di Timika. [online].
Tersedia:
http://www.nabire.net/selain-karena-dibukanya-jalan-paniai-
nabire-freeport-juga-dituding-sebagai-biang-perang-suku-di-timika/.
April 2014, Pukul 22.13 WIB]
[24