Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Batam, Januari 2017
Penyusun
Daftar Isi
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 5
BAB II..................................................................................................... 6
PEMBAHASAN...................................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka................................................................................. 6
2.1.1 Arbitrase...................................................................................... 6
2.1.2 Sejarah Arbitrase di Indonesia...............................................................8
2.1.3 Objek Arbitrase................................................................................. 8
2.1.4 Jenis-jenis Arbitrase...........................................................................9
2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan Arbitrase..................................................10
2.1.6 Hubungan Arbitrase dengan Pengadilan.................................................12
2.1.7 Pelaksanaan Arbitrase.......................................................................13
2.1.8 Sebab Batalnya Perjanjian Arbitrase.....................................................14
2.2 Analisis Kasus.................................................................................. 15
2.2.1 Kasus Arbitrase di Indonesia...........................................................15
2.2.2 Kasus Arbitrase Internasional.............................................................17
BAB III.................................................................................................. 19
PENUTUP........................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 19
3.2 Saran.............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
Alternatif
Penyelesaian
Sengketa
memberikan
kemudahan
Pasal
Undang-undang
No.30
tahun
1999
disebutkan
bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum dan peraturan perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. Dengan demikian
arbitrase tidak dapat diterapkan untuk masalah-masalah dalam lingkup hukum
keluarga. Arbitase hanya dapat diterapkan untuk masalah-masalah perniagaan.
Bagi pengusaha, arbitrase merupakan pilihan yang paling menarik guna
menyelesaikan sengketa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitase banyak digunakan
sebagai pilihan penyelesaian sengketa. Pendapat hukum yang diberikan lembaga
arbitrase bersifat mengikat (binding) oleh karena pendapat yang diberikan tersebut
akanmenjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok (yang
dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut). Setiap pendapat yang
berlawananterhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran
terhadap perjanjian (breach of contract - wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat
dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. Putusan Arbitrase
bersifat mandiri,final dan mengikat (seperti putusan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap)sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan memeriksa
alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
kebijaksanaan.
Jadi arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata swasta diluar
peradilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa. Dimana pihak penyelesaian sengketa tersebut dipilih oleh
para pihak yang bersangkutan yang terdiri dari orang-orang yang tidak
berkepentingan dengan perkara yang bersangkutan, orang-orang mana akan
memeriksa dan memberi putusan terhadap sengketa tersebut.
Arbitrase di Indonesia dikenal dengan perwasitan secara lebih
jelasdapat dilihat dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1950, yang mengaturtentang
acara dalam tingkat banding terhadap putusan-putusan wasit, dengan demikian
orang yang ditunjuk mengatasi sengketa tersebut adalah wasit atau biasa disebut
arbiter.
Secara harfiah, perkataan arbitrase adalah berasal dari kata arbitrare
(Latin) yang
berarti
kekuasaan
untuk
menyelesaikan
sesuatu
menurut
menyatakan
bahwa
arbitrase
adalah
penyelesaian
atau
pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim berdasarkan persetujuan
2 Oxford English Dictionary
bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh
hakim yangmereka pilih.
H. Priyatna Abdurrasyid menyatakan bahwa arbitrase adalah suatu
proses pemeriksaan suatu sengketa yang dilakukan secara yudisial seperti oleh
para pihak yang bersengketa, dan pemecahannya akan didasarkan kepada buktibukti yang diajukan oleh para pihak.
H.M.N. Purwosutjipto menggunakan istilah perwasitan untuk arbitrase
yang diartikan sebagai suatu peradilan perdamaian, di mana para pihak bersepakat
agar perselisihan mereka tentang hak pribadi yang dapat mereka kuasai
sepenuhnya diperiksa dan diadili oleh hakim yang tidak memihak yang ditunjuk
oleh para pihak sendiri dan putusannya mengikat bagi keduabelah pihak.
Pada dasarnya arbitrase adalah suatu bentuk khusus Pengadilan. Poin
penting yang membedakan Pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur Pengadilan
(judicial settlement) menggunakan satu peradilan permanen atau standing court,
sedangkan arbitrase menggunakan forum tribunal yang dibentuk khusus untuk
kegiatan tersebut.Dalam arbitrase, arbitrator bertindak sebagai hakim dalam
mahkamah arbitrase,sebagaimana hakim permanen, walaupun hanya untuk kasus
yang sedang ditangani.
Menurut Black's Law Dictionary: "Arbitration. an arrangement for taking
anabiding by the judgement of selected persons in some disputed matter, instead
of carrying it to establish tribunals of justice, and is intended to avoid the
formalities, thedelay, the expense and vexation of ordinary litigation". Menurut
Pasal 1 angka 1Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan
pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa. Pada dasarnya arbitrasedapat berwujud dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:
1. Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang
dibuat para
2. Suatu
perjanjian Arbitrase
tersendiri
yang
dibuat
para
pihak
setelah
atas
dasar
perdamaian atau
melalui
wasit
(arbitrase)
tetap
diperbolehkan.
arbitrase
sebagai
salah
satu
alternatif
penyelesaian
kegiatan
dalam
bidang
perdagangan
itu
antara
lain:
(Badan
Arbitrase
Nasional
Indonesia)
memberi
standar
10
yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, serta jujur dan adil;
Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk penyelesaian masalahnya, para
pihak dapat memilih tempat penyelenggaraan arbitrase ;
Putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur
sederhana ataupun dapat langsung dilaksanakan.
Para ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai keunggulan
arbitrase. Menurut Prof. Subekti bagi dunia perdagangan atau bisnis, penyelesaian
sengketa lewat arbitrase atau perwasitan, mempunyai beberapa keuntungan yaitu
bahwa dapat dilakukan dengan cepat, oleh para ahli, dan secara rahasia.
Sementara H.MN Purwosutjipto mengemukakan arti pentingnya peradilan wasit
(arbitrase) adalah:
wasit
terdiri
dari
orang-orang
ahli
dalam
bidang
yang
diper-
dibandingkan
dengan
jalur
pengadilan,
tetapi
penyelesaian
belum
maupunmasyarakat
dikenal
secara
bisnis,
bahkan
luas,
oleh
baik
oleh
masyarakat
masyarakat
awam,
akademis
sendiri.
11
belum
menaruh
kepercayaan
yang
memadai,
sehingga
dari
sedikitnya
perkara
yang
diajukan
dan
diselesaikan
Lembaga
Arbitrase
dan
ADR
tidak
mempunyai
daya
paksa
12
13
pelaksanaan
putusan-putusan arbitrase
asing
di
indonesia
didasarkan pada ketentuan Konvensi Jenewa 1927, dan pemerintah Belanda yang
merupakan negara peserta konvensi tersebut menyatakan bahwa Konvensi berlaku
juga diwilayah Indonesia. Pada tanggal 10 Juni 1958 di New York ditandatangani
UNConvention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral
Award. Indonesia telah mengaksesi Konvensi New York tersebut dengan
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 pada 5 Agustus 1981 dan didaftar di
Sekretaris PBB pada 7 Oktober 1981.
Pada 1 Maret 1990 Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan mahkamahAgung
Nomor 1 tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan arbitrase
Asing sehubungan dengan disahkannya Konvensi New York 1958. Dengan
adanya Perma tersebut hambatan bagi pelaksanaan putusan arbitrase asing di
Indonesia seharusnya bisa diatasi. Tapi dalam prakteknya kesulitan-kesulitan
masih ditemui dalam eksekusi putusan arbitrase asing.
arbitrase
dinyatakan
batal,
apabila
dalam
proses
satu
dari
pihak
yang
bersengketa
mengalami
perjanjian
arbitrase
dialihtugaskan
pada
pihak
ketiga
14
Komisi
Pengawas
Persaingan
Usaha
(KPPU)
memutuskan
sebab
itu,
katanya,
jika
perusahaan
tersebut
dianggap
dilaporkan
Singapore Telecommunications
melalui
dua
Ltd (SingTel)
anak perusahaannya
dan
Singapore
yakni
Technologies
15
kasus tersebut tidak bulat karena salah satu anggotanya Benny Pasaribu
mempunyai pandangan yang berbeda dengan empat anggota lainnya.
Benny selanjutnya tidak masuk dalam Majelis Komisi untuk mengatakan
haltersebut bisa menimbulkan pertanyaan. Ini merupakan hal yang biasa jika
seseorang mempunyai pendapat yang berbeda.
Sementara itu Senior Vice President Internasional Operation STT, Jaffa
Sany, pernah mengatakan bahwa STT akan melakukan upaya banding apabila
KPPU menyatakan STT terbukti mempunyai kepemilikan silang.
Jaffa mengatakan banding tersebut dilakukan sebagai bentuk pembelaan
diri hak STT terhadap saham yang dimilikinya di Indosat. "Pembelaan itu akan
dilakukan secara bertahap nantinya, Ini apabila memang STT dinyatakan bersalah
oleh KPPU," kata Jaffa.
Sedangkan
Senior
Vice
President
Strategic
Relations
16
Pemeriksaan
perkara
ini
akan
sedikit
rumit.
Karena
pihak
untuk
dimengerti
bagaimana
KPPU
baru
memutuskan perkara ini setelah lebih satu tahun sejak perkara ini dilaporkan pada
tanggal 18 Oktober 2006. Padahal jika dihitung berdasarkan Pasal-pasal dalam
UU No 5 Tahun 1999, jangka waktuKPPU untuk membuat keputusan tak lebih
dari 160 hari. Pembatasan waktu 160 hari oleh Undang-undang ini bertujuan
menjaga adanya kepastian hukum dan tidak dipergunakannya hukum tanpa due
process of law.
klausul
perjanjian
antara
Cemex
dan
Semen
Gresik
17
pembangunan
fisik
di
Indonesia.
"Kalau
tumbuh
terus
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Kata arbitrase berasal dari bahasa asing yaitu arbitrare. Arbitrase
juga dikenal dengan sebutan atau istilah lain yang mempunyai arti sama,
seperti : perwasitan atau arbitrage (Belanda), arbitration (Inggris), arbitrage
atauschiedsruch
(Jerman),
arbitrage
(Prancis)
yang
berarti
putusan-putusan
wasit,
dengan
demikian
orang
yang
ditunjuk mengatasi sengketa tersebut adalah wasit atau biasa disebut arbiter.
Secara harfiah, perkataan arbitrase adalah berasal dari kata arbitrare
(Latin) yang
berarti
kekuasaan
untuk
menyelesaikan
sesuatu
menurut
diperkenalkan
dipakainyaReglement
op
de
di
Indonesia
Rechtsvordering
(RV)
bersamaan
dan
Het
dengan
Herziene
tidak
mengetahu itentang
kelemahan-kelemahan
perusahaan
yang
bersangkutan. Sifat rahasia pada putusan perwasitan inilah yang dikehendaki oleh
para pengusaha.
19
3.2 Saran
Lembaga arbitrase masih memiliki ketergantungan pada pengadilan,
misalnya dalam hal pelaksanaan putusan arbitrase. Ada keharusan untuk
mendaftarkan putusan arbitrase di pengadilan negeri. Hal ini menunjukkan bahwa
lembaga arbitrase tidak mempunyai upaya pemaksa terhadap para pihak untuk
menaati putusannya. Peranan pengadilan dalam penyelenggaraan arbitrase
berdasar UU Arbitrase antara lain mengenai penunjukkan arbiter atau majelis
arbiter dalam hal para pihak tidak adakesepakatan (pasal 14 ayat (3) ) dan dalam
hal pelaksanaan putusan arbitrase nasiona lmaupun internasional yang harus
dilakukan melalui mekanisme sistem peradilan yaitu pendaftaran putusan tersebut
dengan menyerahkan salinan autentik putusan. Bagi arbitrase internasional
mengembil tempat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dan seharusnya lembaga
arbitrase sudah dapat berdiri sendiri, demi menjunjung keIndependenan lembaga
ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Salim (2003).Hukum kontrak. Sinar Grafika,Jakarta
Internet:
http://www.scribd.com
http://www.wikipedia.com
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21057
http://id.shvoong.com/law-and-politics/1908998-keunggulan-dan-kelemahanarbitrase/
http://dodiksetiawan.wordpress.com/2009/04/14/definisi-arbitrase/
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/08/makalah-tentang-arbitrase.html
21