Judul Novel
ISBN
978-602-257-928-1
Pengarang
Ira Madan
Penerbit
Tinta Medina
Tahun Terbit:
Ukuran
20 cm x 13,5 cm
Tebal
292 halaman
Harga
Rp. 41.000,00
Novel Cahaya Cinta Pesantren ini menceritakan tentang kehidupan seorang santri
bernama MarShila Silalahi di pesantren. MarShila Silalahi terlahir sebagai anak yang
mempunyai kecerdasan, bahkan hingga mendekati kata genius. Shila selalu menjadi juara di
kelasnya. Selain itu dia juga khatam Al-Quran. Namun dia sedikit nakal.
Meski hidup dipesantren tidak mudah, kegigihan dan kecerdasannya mengantarkan
Shila ke Negeri sakura (Jepang). Bahkan kesempatan itu ia dapat dua kali. Kisah haru tentang
sosok ayah juga dipaparkan di sini dan tak lupa juga diselipkan kisah cinta yang manis.
Saat sedang dikarantina di pesantren, Shila bertemu dengan Icut yang akan menjadi
teman satu kamarnya. Lalu satu hari kemudian mereka berteman lagi dengan seorang gadis
bernama Aisyah. Setelah salat maghrib berjamaaah mereka menemukan seseorang yang
sedang menangis tersedu-sedu sendirian, dan mereka berkenalan dengan orang itu, ia
bernama Sherli Amanda, pada akhirnya mereka berteman dan menjadi empat orang
dikamarnya.
Shila menatap sosok misterius berparas tampan yang memakai seragam putih, papan
namanya berwarna hijau, sepatunya hitam, jam tangannya coklat dan senyumannya lebih
indah dari pada senyuman rembulan dan jelas ia adalah seorang santri. Hatinya Shila sangat
senang melihat wajahnya yang parasnya seperti itu saat tersenyum. Hanya sebatas senang dan
sedikit penasaran siapa sebenarnya dia. Ternyata namanya adalah Rifqi.
Banyak kejadian memadati buku harian Shila, mulai dari hiruk pikuk segala macam
kegiatan, rekor masuk bagian keamanan dan bahasa, pergaulan antarsahabat dengan variasai
sifat hingga perlombaan-perlombaan penyegar kreativitas. Seperti lomba drama, puisi,
shalawat, nasyid, marhaban, tari, dan desain kostum.
Suatu hari Shila berniat untuk mencari angin di luar pesantren. Mereka izin untuk
keluar dan dizinkanlah, lalu mereka pergi ke maal terbesar dikota itu. Sedikit berbelanja dan
makan, dan akhirnya mereka terlambat 30 menit dari waktu yang sudah ditentukan. Akhirnya
Shila menjelaskan suatu alasan yang amat pandai maupun licik kepada sang ukhti bagian
keamanan itu, dan akhirnya mereka terbebas dari hukuman walaupun telat.
Shila, Manda, Icut, dan Aisyah mempunyai cara belajar tersendiri, diantaranya Manda
kemana-mana selalu membawa buku ditangannya sampai hendak mandipun dibawanya.
Berjalan kemana-mana dengan buku terbuka, hendak tidur sampai bangun pun, buku tak
pernah absen di sisinya. Bahkan, terkadang ia menjadikan bukunya itu sebagai bantal di
malam hari.Cara belajar Icut, jika ia ingin belajar dengan khidmat maka harus sendiri
dipojokan ruangan menatap dinding bisu, kalau sudah begitu jangankan mereka, lalat lewat
saja dihajarnya habis-habisan. Aisyah, ia lebih suka merangkum inti sari semua pelajaran dan
dicatat dalam buku kecil. Catatan dibawanya kemana-mana sambil sesekali dibaca. Mereka
sering meminjam catatannya untuk difotocopy. Kalau Shila paling tidak bisa belajar serius.
Apalagi kalau terlalu sering. Tapi syukurnya Shila dapat langsung mengerti dan paham jika
guru menerangkan di kelas walau Shila juga tercatat sering tidur.
Datang dimana hari adalah hari perpisahan kelas 6, Shila sedih namun tidak bisa
menangis, tidak seperti teman-temannya yang mungkin sangat terpukul atas perpisahan ini.
Didalam hatinya Shila terdapat kebahagian yang dimana disimpannya sendiri. Shila sangat
gembira setelah tahu jika Akhi Rifqie Al-Farisi akan menjadi salah seorang ustadz di
Pesantren Al-Amanah ini.
KELEBIHAN
Novel Cahaya Cinta Pesantren memiliki kelebihan yaitu gaya bahasa yang menarik
untuk dibaca, halaman yang tidak terlalu banyak, ukuran hurufnya pas, covernya sangat
menarik, bisa dibaca semua umur, dan kisahnya memberikan pelajaran yang patut diteladani
seperti sikap bersyukur atas apa yang ada dan diberikan oleh Allah SWT.
KEKURANGAN
Novel ini kurang mendalami, deskripsinya kurang menentuh, dan yang paling
disayangkan yaitu banyak paragraph dengan satu konflik yang berakhir di satu sub-bab.
Sehingga dalam satu sub-bab itu dengan cepat lalu kemudian berakhir. Novel ini juga terlalu
sedikit paragraf dalam satu jeda (***). Bahkan ada satu paragraf saja kemudian diakhiri dan diberi
jeda.
KESIMPULAN
Novel Cahaya Cinta Pesantren ini sangat baik bila dibaca oleh anak-anak, remaja,
bahkan orang dewasa karena memiliki banyak nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari terutama nilai-nilai agama. Nilai agama yang paling menonjol adalah agar kita
terus bersyukur atas apa yang Allah SWT berikan kepada kita.
Salma Alzahra
XI MIA 3