Anda di halaman 1dari 7

3.

Over Weight
a) Definisi
Kegemukan (overweight) seringkali disamakan dengan obesitas. Padahal kedua
istilah tersebut memiliki arti yang berbeda, kegemukan adalah kondisi berat tubuh
melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh
akibat tertimbunnya lemak. Kegemukan dan obesitas bisa terjadi pada berbagai kelompok
usia dan jenis kelamin. Juvenil obesity adalah obesitas yang terjadi pada usia muda
(anak-anak). Dikatakan pula bahwa obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh
(IMT) anak yang berada di atas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai
jenis kelaminnya. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi
yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti
pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Pengukuran lemak
tubuh bukanlah suatu proses yang mudah. Oleh karena itu, beberapa metode pengganti
yang sederhana digunakan untuk menggolongkan berat badan berlebih dan obesitas.
Metode tersebut mencakup indeks massa tubuh, lingkar pinggang dan rasio pinggang.
b) Faktor yang menyebabkan overweight
1) Genetik
Yang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang
tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
kegemukan . Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor
genetic merupakan factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001). Menurut
penelitian , anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata
mempunyai 10 % resiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita
kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 50 %. Dan bila kedua orang
tuanya menderita kegemukan maka peluang factor keturunan menjadi 7080% (Purwati,
2001).

2) Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam
tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan
berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh,
sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah,
1997).
Selain hormon tiroid hormone insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal
ini dikarenakan hormone insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi
kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka
timbunan lemak didalam tubuhnyapun akan meningkat. Hormon lainnya yang
berpengaruh adalah hormone leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary, sebab
hormone ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi
hipotalmus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).
3) Obat-obatan
Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar didalam
tubuh. Dengan demikian orang yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut, nafsu
makannya akan meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative lama,
seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini akan memicu
terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
4) Asupan makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan
Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan
lebih (over weight), dan obesitas. Makanan dengan kepadatan Energi yang tinggi
(banyak mengandung lemak dan gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat)
turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positip ini (Gibney, 2009)

Perlu diyakini bahwa obesitas hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan
makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dan kelebihan makanan
itu sering tidak disadari oleh penderita obesitas (Moehyi, 1997).
Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan makan,
pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga. Kebiasaan makan berkaitan
dengan makanan menurut tradisi setempat, meliputi hal-hal bagaimana makanan
diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkan, siapa yang memakan, dan seberapa
banyak yang dimakan.
Ketersediaan pangan juga mempengaruhi asupan makan, semakin baik
ketersediaan pangan suatu keluarga, memungkinkan terpenuhinya seluruh kebutuhan zat
gizi (Soekirman, 2000). Ketersediaan pangan sangat dipengaruhi oleh pemberdayaan
keluarga dan pemanfaatan sumberdaya masyarakat. Sedangkan kedua hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kemiskinan.
Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989
adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir semua
orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan,
tinggi badan, genetic, dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi yang dianjurkan
berbeda dengan kebutuhan gizi (Karyadi, 1996).
Kebutuhan energi total untuk orang dewasa diperlukan untuk metabolisme basal,
aktivitas fisik, dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (SDA). Kebutuhan
energi terbesar diperlukan untuk metabolisme basal (Almatsier, 2005).
Angka kecukupan protein (AKP) orang dewasa menurut hasil penelitian
keseimbangan nitrogen yaitu 0,75 gr/kg berat badan, berupa protein patokan tinggi yaitu
protein telur. Angka ini dinamakan safe level of intake atau taraf asupan terjamin
(Almatsier, 2005).
5) Aktivitas Fisik

Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi
juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi.
Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya
berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas
fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang
kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak
memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang
melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga obesitas
menjadi lebih merupakan masalah kesehatan (Moehyi, 1997).
c) Dampak overweight
Anak yang overweight dapat menderita masalah kesehatan yang serius yang dapat
dibawa hingga ke masa dewasanya. Anak yang overweight akan memilki resiko yang
lebih tinggi untuk menderita:
- Diabetes tipe 2 yang menyebabkan resistensi terhadap insulin
- Sindrom metabolisme : kegemukan yang terutama terdapat di daerah perut,
kadar lemak yang tinggi, tekanan darah tinggi, resistensi terhadap insulin, rentan
terhadap terbentuknya sumbatan pembuluh darah, dan rentan terhadap proses
peradangan
- Asma dan masalah saluran pernafasan lainnya (misalnya : nafas pendek yang
membuat olahraga, senam atau aktivitas fisik lainnya sulit dilakukan)
- Masalah tidur
- Penyakit liver dan kandung empedu
- Pubertas dini: anak yang kelebihan berat badan dapat tumbuh lebih tinggi dan
secara seksual lebih matang dari anak-anak sebaya; anak perempuan yang

mengalami kelebihan berat badan akan mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur dan menghadapi masalah fertilitas pada masa usia dewasanya
- Masalah makan
- Infeksi kulit
- Masalah pada tulang dan persendian
- Masalah yang menyangkut perkembangan sosial dan emosional anak, seperti:
kepercayaan diri yang rendah dan cenderung diganggu oleh temannya, masalah
tingkah laku dan pola belajar yang dapat menyebabkan penurunan prestasi
akademik, serta depresi (Misnadiarly, 2007)

d) Pengukuran Overweight dan Klasifikasinya


Parameter untuk menentukan overweight ialah dengan melakukan pemeriksaan
antropometris yang meliputi pengukuran tinggi dan berat badan serta lingkar pinggang (dalam
penilaian resiko, ukuran lingkar pinggang lebih dapat dipercaya jika dibandingkan rasio
pinggang-pinggul). Indeks Massa Tubuh atau Indeks Quetelet, yaitu berat badan (kg) dibagi
kuadrat tinggi badan (m2). Berat badan disimpulkan berlebih jika nilai Indeks Massa Tubuh
(IMT) berada pada kisaran 25,0-29,9 dan obesitas jika IMT 30. WHO (1999) mengusulkan
pembedaan
Klasifikasi

BMI(Kg/m)
Principal cut of
Additional cut of
points
points

Overweight
Pre-obese

25.00
25.00-29.99

obese
obese class I

30.00

obese class II
obese class III

30.00-34.99
35.00-39.99
40.00

25.00
25.00-27.49
27.50-29.99
30.00
30.00-32.49
32.50-34.99
35.00-37.49
37.50-39.99
40.00

ambang

batas nilai, baik IMT


maupun

lingkar

pinggang orang Asia


dan non-Asia. Untuk

kriteria Asia Pasifik dikatakan overweight jika IMT 23,0 dan obesitas jika IMT 25,0-29,9
(Arisman, 2010 & Stirbu, M., et al., 2009).
Tabel Kalsisifikasi Internasional overweight dan Obesitas menurut IMT
Dalam penelitian ini pengukuran status gizi remaja menggunakan
IMT menurut umur. Pengukuran IMT menurut umur digunakan untuk
menentukan status gizi anak usia 5-18 tahun. (31) Data yang diperlukan
adalah berat badan, tinggi badan serta umur.
Klasifikasi status gizi IMT menurut umur, menurut Kemenkes RI
tahun 2010 untuk anak usia 5-18 tahun:

Nilai Z-skor
Klasifikasi
Z-skor +2SD
Obesitas
+1 Z-skor < +2
Gemuk
-2 Z-skor < +1
Normal
-3 Z-skor < -2
Kurus
Z-skor < -3
Sanagat Kurus
Tabel 2.2. Kategori Status Gizi Anak Usia 5-18 Tahun Menurut Depkes RI
tahun 2010
Dalam penelitian ini kategori overweight diambil dari klasifikasi gemuk dan
Pre-obese menurut tabel Status Gizi Depkes RI di atas. Untuk menghitung dan
menentukan status gizi dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan
alat. Dewasa ini seiring dengan kemajuan teknologi sudah terdapat software yang
dapat mempermudah proses penghitungan dan penentuan status gizi seseorang.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penghitungan secara manual berdasarkan
tabel pengukuran antropometri untuk anak dan remaja dari Depkes RI tahun 2010.
Masalah kelebihan gizi merupakan masalah penting, karena selain mempunyai
risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi kebugaran jasmani
yang berhubungan dengan kesehatan yang terletak di dalamnya ketahanan kardio
respirasi terutama dalam menurunya VO2max.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa didapatkan hubungan


yang bermakna antara kesegaran kardiovaskular yang diukur dengan metode Harvard
step Test dan shuttle run test dengan IMT, di mana semakin tinggi IMT maka tingkat
kesegaran kardiovaskular semakin rendah (Mexitalia et al., 2012). Hasil penelitian ini
serupa dengan penelitian pada anak laki-laki Jepang yang mendapatkan hasil semakin
tinggi IMT seseorang semakin rendah kesegaran kardiovaskularnya, dan massa lemak
diyakini sebagai sebab rendahnya kesegaran kardiovaskular tersebut (Miyatake et al.,
2001).
Menurut Setty et al (2013), terdapat korelasi negatif yang signifikan antara
obesitas dengan VO2max, di mana menunjukkan jumlah yang berlebihan dari lemak
tubuh pada fungsi kardiovaskular dan pengambilan oksigen oleh otot-otot yang
bekerja. Namun terdapat korelasi positif yang signifikan antara IMT dan denyut
jantung selama tes treadmill jogging. Daya tahan kardiovaskular yang rendah pada
orang dewasa muda dengan peningkatan lemak tubuh bisa menjadi faktor penyebab
morbiditas penyakit kardiovaskular kemudian pada usia pertengahan.

Oleh karena itu

peningkatan ketahanan kardiorespirasi dalam keadaan

tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan agar meninggkatkan VO2max


dan mencapai kebugaran yang maksimal. Salah satu cara adalah dengan
melakukan latihan interval intensitas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai