Anda di halaman 1dari 26

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

LAPORAN LENGKAP
FIELDTRIP MIKROPALEONTOLOGI
DAERAH TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

OLEH:
MARTA AYUDITA
F1G1 14 018

KENDARI
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan fieldtrip serta dapat menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa
adanya halangan yang berarti.
Dalam proses penyusunan laporan lapangan ini penulis banyak mengalami
kesulitan namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, terutama kepada
yang terhormat dosen pembimbing Mikropaleontologi Bapak Suryawan Asfar, S.T.
yang memberikan bimbingan dan koreksi hingga laporan lapangan ini dapat
diselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan
yang sebesar-besarnya, dan semoga Allah SWT dapat melimpahkan rahmat-Nya atas
segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan lapangan ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha yang telah dilakukan.

Kendari, Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
SARI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penelitian.......
D. Manfaat
Penelitian...
BAB II METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian..
B. Jenis Penelitian...
C. Materi Penelitian
1. Data Primer
2. Data Sekunder
D. Prosedur Penelitian...
1. Tahapan Persiapan
2. Penelitian Lapangan..
E. Tahapan Pengolahan Data
F. Analisa Data..
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geologi Regional..
B. Stasiun Pengambilan Data
C. Jenis Fosil Daerah Penelitian
D. Stratigrafi Daerah Penelitian
1. Urutan Perlapisan Batuan
2. Umur Batuan.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran .
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Litologi

DAFTAR GAMABAR
Gambar 1.1. Peta tunjuk lokasi daerah penelitian kec. Soropia
Gambar 2.1. Lengan Tenggara Sulawesi dari citra SRTM yang menggambarkan
perbedaan morfologi antara ujung utara, bagian tengah dan ujung selatan
Gambar 2.2. Penyebaran Formasi meluhu di Lengan Tenggara Sulawesi
(disederhanakan dari peta geologi terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi
Gambar 2.3. Struktur regional Sulawesi dan sekitarnya
Gambar 2.4 Penarikan Measuring Section
Gambar 2.5 Sketsa Litologi Batuan
Gambar 2.6 Dentilina Communis
Gambar 2.7 Bolivina Tumida
Gambar 2.8 Nodosaria Soluta(Reuss)
Gambar 2.9 Urutan perlapisan batuan

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Measuring Section
Lampiran 2. Lembar Deskripsi
Lampiran 3. Kolom Lithostratigrafi
Lampiran 4. Profil Lintasan
Lampiran 5. Peta Lokasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari
mikrofosil, ilmu ini mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang
lampau yang berukuran mikroskopis,yang dalam pengamatannya harus menggunakan
Mikroskop atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro). Pembahasan
mikropaleontologi ini sesungguhnya sangat heterogen, berasal baik dari hewan
maupun tumbuhan ataupun bagian dari hewan atau tumbuahan. Pada ilmu
Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis Biostratigrafi. Dimana biostratigrafi
tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur relatif dan
lingkungan pengendapan dari suatu Batuan berdasarkan kandungan fosil yang
terkandung dalam Batuan tersebut.
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang
foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambungmenyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling
sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang.

Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikelpartikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau
aragonit) tergantung dari spesiesnya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari fieldtrip Mikropaleontologi adalah sebagai berikut.
1. bagaimana cara menentukan lingkungan pengendapan daerah penelitian?
2. bagaimana cara menentukan umur batuan daerah penelitian?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari fieldtrip mikropaleontologi adalah sebagai berikut.
1. untuk menentukan lingkungan pengendapan daerah penelitian.
2. untuk menentukan umur batuan daerah penelitian.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari fieldtrip Mikropaleontologi ini adalah sebagai berikut.
1. sebagai sumber informasi yang factual bagi pembaca mengenai mikropaleontologi.
2. sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Fieldtrip Mikropaleontologi ini dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Juni 2016
pada pukul 08: 00-13:00 wita yang bertempat di Pantai Toronipa Kec. Soropia Kab.
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah ini dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda dua ataupun menggunakan kendaraan roda empat
dengan waktu tempuh dua jam dari kota Kendari.

Gambar 1.1. Peta tunjuk lokasi daerah penelitian kec. Soropia

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey dimana metode survey digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan
menggunakan sampel yang relatif kecil. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama
yaitu menggambarkan keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan
sekarang untuk membandingkan, dan menentukan hubungan kejadian yang spesifik.

C. Materi Penelitian
Materi penelitian didapatkan dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
a. Titik koordinat lokasi penelitian E 122o400,6 dan S 3o556,5
b.

Panjang bentangan meteran 7 meter dengan arah lintasan N 323O E

c.

Litologi yang dijumpai berupa Batupasir dan Batulempung

d.

Data lapisan litologi dapat dilihat dalam table berikut:

Table 1.1 lapisan litologi


Lapisan (dari ke cm)

Jurus batuan (N..oE/..o)

Jenis batuan

1. (0-10 cm)

79/21

Batupasir kasar

2. (10-30 cm)
3. (30-50 cm)
4. (50-80 cm)
5. (80-100 cm)
6. (100-150 cm)
7. (150-200 cm)
8. (200-230 cm)
9. (230-260 cm)
10 (260-300 cm)
11. (300-320 cm)
12. (320-360 cm)
13. (360-380 cm)
14. (380-400 cm)
15. (400-420 cm)
16. (420-550 cm)
17. (550-600 cm)
18. (600-640 cm)
19. (640-700 cm)

78/20
57/24
52/32
46/21
45/21
31/26
32/20
33/20
35/20
35/18
28/22
56/21
90/21
74/24
60/25
70/21
90/18
60/24

Batupasir kasar
Batupasir kasar
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir sedang
Batupasir halus
Batupasir halus
Batupasir halus
Batupasir halus
Batulempung
Batulempung
Batulempung

2. Data sekunder
a. Daerah Toronipa merupakan suatu lokasi bagian dari Formasi Meluhu anggota
Toronipa
b. Jenis litologinya berupa Batupasir merah, konglomerat dengan sisipan serpih,
batulanau, dan batulempung.

c. Struktur sedimen yang terekam pada anggota toronipa berupa silang siur (planar,
trough, dan eplison), tikas seluring (flute wark), gelembur gelombang (ripple
mark).

D. Prosedur Penelitian
1. Tahapan Penelitian
Tahapan fieldtrip Mikropaleontologi adalah sebagai berikut.
1. merencanakan dan menentukan hari pelaksanaan kegiatan fieldtrip.
2. menyusun agenda kegiatan fieldtrip.
3. menetapkan kepanitiaan fieldtrip untuk mengurus segala keperluan selama
kgiatan dilaksanakan.
4. asistensi sebelum turun lapangan sekaligus pembagian kelompok fieldtrip.
5. persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat fieldtrip oleh masing6.
7.
8.
9.

masing kelompok.
melakukan fieldtrip sesuai tanggal yang telah ditentukan.
asistensi setelah lapangan untuk pembuatan laporan lapangan.
penyusunan laporan lapangan.
pengumpulan laporan lapangan.

2. Penelitian Lapangan
Penelitian di lapangan adalah dengan menggunakan metode Measuring
Section yang diukur mulai dari batas air sampai atas sepanjang 7 meter.

E. Tahapan Pengambilan Data


Tahapan pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Menentukan titik pengambilan sampel.
2. Menentukan arah penjurusan batuan, pengambilan data, dimana dengan cara
channel sampling harus berlawanan arah dengan strike batuan agar didapatkan
perbedaan jenis litologi.
3. Membentang meteran sepanjang 7 meter.
4. Menentukan litologi batuan yang ada pada stasiun.
5. Mengambil data pada setiap perbedaan litologi yang terdapat pada stasiun, jika
satu litologi mencapai panjang melebihi 50 cm maka data yang diambil adalah
data atas, tengah dan bawah.
6. Mengambil data strike dan dip pada tiap litologi.
7. Mengukur slope pada tiap litologi.
8. Mengukur ketebalan sesungguhnya.
9. Mengambil sampel pada tiap litolgi.
10. Mengambil gambar.
F. Analisis Data
Bentuk analisis data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sampel yang akan dianalisis
2. Menyiapkan mikroskop yang akan digunakan
3. Meletakkan material yang akan dididentifikasi diatas kaca preparat dan
melakukan identifikasi di mikroskop.
4. Setelah fosil didapat, fosilnya diangkat dengan menggunakan jarum yang sudah
disentuhkan oleh lotion dan disimpan diwadah yang sudah disediakan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geologi Regional

1. Geomorfologi regional
Satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR di bagian tengah dan
ujung selatan lengan Tenggara Sulawesi, ada lima yakni satuan pegunungan,
perbukitan tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah dan karst. Adapun secara umum
dari morfologi regional untuk wilayah Toronipa termasuk dalam kategori morfologi
Perbukitan Rendah yang merupakan dataran alluvium yang luas yang terdiri atas
bukit kecil dan rendah dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun
satuan ini terutama batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.
Satuan morfologi dataran rendah dijumpai dibagian tengah ujung selatan
Lengan Tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas
batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa Formasi Meluhu. Dalam dataran ini
mengalir sungai-sungai pada musim hujan berair melimpah, sedang pada musim
kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai
dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam
tanah.

Gambar 2.1. Lengan Tenggara Sulawesi dari citra SRTM yang menggambarkan
perbedaan morfologi antara ujung utara, bagian tengah dan ujung selatan
2. Stratigrafi regional
Wilayah Toronipa terdiri dari endapan sungai meandering dan didominasi oleh
sandstone diselingi batuan sandstone konglomerat, mudstone dan shale. Sandstone di
wilayah Toronipa terdiri dari litharenite, sublitharenite dan quartzarenite berasal dari
daur ulang sumber orogen. Fragmen batuan metamorf di dalam sandstone
mengindikasikan bahwa area sumber formasi Meluhu didominasi oleh batuan dasar
metamorfik. Batuan metamorf itu mungkin tertutup oleh sedimen tipis. Adanya
sedikit fragmen vulkanik dalam formasi Meluhu menunjukkan bahwa batuan

vulkanik juga membentuk lapisan tipis dengan cakupan lateral terbatas di daerah
sumber.
Anggota Toronipa, Formasi Meluhu didominasi oleh batupasir dan
konglomerat dengan sisipan serpih, batu lanau dan batu lempung. Sisipan tipis lignit
ditemukan setempat seperti di sungai kecil di dekat Mesjid Nurul Huda, Kota Kendari
dan tebing tepi jalan di selatan Tinobu. Lokasi tipe Anggota Toronipa berada di
Tanjung Toronipa

sebelah tenggara desa Toronipa. Penampang tegak hasil

pengukuran stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa tersajikan dalamBatupasir


berlapis berfasies St dan Sp telah ditemukan. Dibeberapa tempat, batupasir pejal
tersingkap baik yang diduga merupakan hasil pengendapan prain flow. Secara
setempat, batupasir krikilan ( Gh ) sering dijumpai di atas permukaan bidang erosi.
Ketebalan Anggota Toronipa pada lokasi tipe tersebut adalah 800 m. Ketebalan
maksimum anggota ini diduga ke arah timur.
Struktur sedimen yang terekam pada Anggota toronipa berupa silang siur
(planar, trough dan epsilon), tikas seluring (flute wark), gelembur gelombang (ripple
mark), perlapisan bersusun dan permukaan erosi. Lag deposit umum ditemukan pada
bagian bawah runtutan sedimen di atas permukaan erosi. Batang, ranting , dan/atau
cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setiap runtutan batuan
sedimen menunjukkan penghalusan ke atas, yang menunjukkan energi melemah ke
arah atas. Semua fakta di lapangan ini memberikan gambaran bahwa Anggota
Toronipa diendapkan pada lingkungan sungai kekelok. Arah arus purba, yang

sebagian besar di angkut pada silang siur, menunjukan hasil kecenderungan


unimodal. Kondisi seperti ini umum ditemui pada arus sungai kekelok.
Waktu pengendapan Anggota Toronipa, laut berada di timur laut dan garis
pantai bergerak ke arah barat daya pada waktu pengendapan anggota Watutaluboto
dan Anggota Tuetue. Integrasi hasil berbagai analisis tersebut di atas menggambarkan
bahwa cekungan Formasi Meluhu mempunyai iklim subtropis bercurah hujan tinggi
dan topografi purba melandai ke arah utara. Topografi daerah sumber batuan kasar
mungkin disebabkan aktivitas tektonik sewaktu proses lepasnya kepingan Benua
Sulawesi Tenggara dari tepi utara Australia.

Gambar 2.2. Penyebaran Formasi meluhu di Lengan Tenggara Sulawesi


(disederhanakan dari peta geologi terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi

3. Struktur geologi regional


Berdasarkan data geologi dan geofisika, Simandjuntak (1993 dalam Darman
& Sidi, 2000) menyatakan bahwa Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya mengalami
empat kali kegiatan tektonik, salah satu di antaranya adalah Tumbukan tipe Thethyan
pada Neogen, yang mencirikan struktur regional Toronipa dimana pada tumbukan
tipethetyan Neogen, sebagian kepingan benua tersebut bertumbukan dengan
kompleks subduksi Kapur dan ofiolit di Sulawesi dan daerah sekitarnya pada Neogen.
Pada kawasan ini dijumpai diantaranya kepingan Banggai-Sula, Kepingan Sulawesi
Tenggara, Paparan Buton dan Tukang Besi. Pada tumbukan tipe Tethyan ini kepingan
benua tersebut menyusup di bawah ofiolit dan kompleks subduksi (Darman & Sidi,
2000), Simandjuntak (1986) menemukan batuan campur aduk (melange) sepanjang
Sesar Naik Butui , di Lengan Timur Sulawesi . Akhir dari tumbukan Neogen ini
mengakibatkan Lajur Ofiolit Sulawesi Timur naik ke atas tepi beberapa kepingan
benua tersebut.

B. Stasiun Pengambilan Data

Gambar 2.4 Penarikan Measuring Section

Gambar 2.5 Sketsa Litologi Batuan

C. Jenis fosil Daerah Penelitian


1. Dentillina Communis.

Gambar 2.6 Dentilina Communis


2. Bolivina Tumida

Gambar 2.7 Bolivina Tumida


3. Nodosaria soluta (Reuss)

Gambar 2.8 Nodosaria Soluta(Reuss)

D. Stratigrafi Daerah Penelitian


1. Urutan perlapisan batuan
Berdasarkan analisis data MS yang dilakukan dengan bentangan meteran
sepanjang 7 meter yang dimulai dari laut hingga kedarat dengan rata-rata jurus
batuan berada dikuadran satu, litologi yang dijumpai berupa batupasir kasar,
batupasir sedang, batupasir halus dan batulempung. Jadi urutan perlapisan
batuannya adalah:

4. Batupasir kasar
3. Batupasir sedang

2. Batupasir halus
1. Batulempung

Gambar 2.9 Urutan perlapisan batuan

2. Umur batuan
Umur dan lingkungan pengendapan pada lokasi penelitian, berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan umur batuan yang berada pada daerah tersebut
adalah Oligosen tengah, sedangkan lingkungan pengendapannya berada pada
lingkungan pengendapan laut yang berada pada zona neritik luar dan zona batial
atas dan tengah.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari fieldtrip Mikropaleontologi ini adalah sebagai berikut.
1. Umur batuan pada lokasi penelitian, berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan didaerah tersebut adalah Oligosen tengah.

2. Lingkungan pengendapannya berada pada lingkungan pengendapan laut yang


berada pada zona neritik luar dan zona batial atas dan tengah.

DAFTAR PUSTAKA
Endharto, M. dan Surono, 1991. Preliminari Study of The Meluhu Complex Related
to Terrane Formation in Sulawesi. Proceedings Indonesian Association of
Geologist (IAGI), 20th Annual Convention, h. 340-353.
Hamilton, W., 1979. Tectonics of The Indonesian Region. U.S. Geological Survey
Professional Paper, 1078, 345 h.
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., Simandjuntak, T.O. 1993.
Keterangan Peta Geologi Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi Tenggara,
Skala 1:250000. PUSLITBANG Geologi, Bandung.

Sukamto, R., 1975. Structural of Sulawesi in The Light of Plate Tectonic. Dept. of
Mineral and Energy, Jakarta 21.

Anda mungkin juga menyukai