Saraf
Saraf
N. Olfaktorius (N. I)
Keterangan :
A. N. Optikus (sinistra) buta total mata
sinistra
B. Kiasma optikus hemianopsia
bitemporal
C. Traktus optikus hemianopsia
homonimus
V1
(Ophtalmicus)
Vertex sudut mata
V2
V3
(Maxilaris)
(Mandibularis)
Sudut mata sudut mulut Sudut mulut - bawah
Foramen
oval
N. V juga menginervasi :
Cavum :
1. Cavum orbitalis
2. Cavum nasalis
3. Cavum oris
Cavum orbitalis reflek
kornea
N. V aferen
N. VII eferen
Respon reflek berupa menutup
mata
Motoris
1. M. temporalis
2. M. maseter
3. M. pterigoideus lateralis
4. M. biventer
Sinus :
1. Sinus
2. Sinus
3. Sinus
4. Sinus
frontonasalis
ethmoidalis
sphenoidalis
maxilaris
Cabang I
Cabang II
Corda timpani
M. stefedeus
Bagian atas
Sensoris
Keluar melalui foramen stylomastoideus kanalis fasialis otot wajah
Pengecapan 2/3 lidah anterior
Otot wajah bagian tengah
Gangguan : tipe UMN : CVA dan tipe LMN : Bells palsy (contoh
gangguan yang sering terjadi). Kenapa pada lesi tipe UMN hanya
otot wajah bagian bawahnya saja ? Hal ini dikarenakan pada otot
wajah bagian bawah tidak memiliki double inervasi. Bagian
Pemeriksaan
Nervus Kranialis
Dr. Novi Irawan, Sp.S
Traktus Piramidalis
Dr. Suharyono, Sp. S
Perjalanan :
C1 2 : nervus kranialis N. XI
C1 4 : leher dan bagian kepala posterior
C5 8 dan T1 : plexus brachialis lengan
L1 S1 : plexus ischiadicus tungkai
S1 5 : parasimpatis daerah bawah
Pemeriksaan Motoris
Kekuatan otot
0 : lumpuh tanpa adanya kontraksi
1 : kontraksi otot (+), namun gerakan sendi (-)
2 : gerakan sendi (+), namun melawan gravitasi (-)
3 : melawan gravitasi (+) dengan tahanan ringan
4 : melawan gravitasi (+) dengan tahanan cukup
5 : normal (pasien juga bisa menggenggam dengan kuat)
Reflek patolologis
Ekstremitas bawah :
1. Babinski
2. Chaddock
3. Oppenheim
4. Gordon
5. Scheafer
6. Gonda
7. Bing
8. Rossolimo
9. Mendel
Interpretasi (+) : jika didapatkan dorsofleksi dan jari-jari
funning (jarinya mekar). Umumnya pemeriksaan yang sering
dilakukan nomer 1-7 saja. Ada juga yang menyebutkan nomer 13.
Ekstremitas atas :
1. Tromer
2. Hoffmen
LMN
1. Lumpuh
2. Atonia
3. Hiperrefleksi
4. Reflek patologis (+)
5. Disuse atrofi
3. Hipo/arefleksi
4. Reflek patologis (-)
5. Atrofi
Terminologi :
Kata-kata yang sering kita dengar saat menemukan
adanya adanya sensoris dan motoris.
1. Hemiplegi : kelumpuhan separuh badan
2. Hemiparese : kelemahan separuh badan
3. Paraplegi : kelumpuhan ekstremitas bawah
4. Paraparese : kelehaman ekstremitas bawah
5. Parastesia : kesemutan
6. Hipostesia : berkurangnya rasa raba
7. Anastesia : hilangnya rasa raba
Kulumpuhan UMN : jika lesinya di atas nukleus atau di
atas kornu anterior masing-masing cabang. Contoh : 1)
Kelumpuhan pada otot wajah (parese N. VII), hasil
pemeriksaan ditemukan lesinya di daerah mesensefalon.
Maka dikatakan kelumpuhan tipe UMN karena lesinya ada
di mesensefalon, sedangkan nukleus N. VII di medula
oblongata
(di bawah dari mesensefalon). 2) Kelumpuhan pada
tungkai, sedangkan lesinya setinggi T4-6. Sudah jelas
karena lesinya di atas L1-S1.
Kelumpuhan LMN : Jika lesinya setinggi nukleus atau
kornu anterior masing-masing cabang muskulusnya.
Contoh : Kelumpuhan di lengan dan tungkai, sedangkan
lesinya setinggi C5-8. Pada lengan kelumpuhan tipe LMN,
sedangkan pada tungkai kelumpuhannya tipe UMN.
Jika lumpuh bagian bawah disuruh duduk, kemana
umbilikus akan tertaris? Umbilikus akan tertarik ke bagian
atas atau anterior. Ini disebut dengan befor sign (kalau gak
salah nulis).
Hiperreflek dapat terjadi karena adanya gangguan struktur
saraf pusat yang mengakibatkan hipersensibilitas sel-sel
yang masih hidup dan dapat diinervasi. Begitu juga
bagaimana hipertonus dapat terjadi.
Pada CVA akut tanda hiperreflek, hipertonus dan reflek
patologis dapat tidak ditemukan karena terjadi spinal
shock. Spinal shock terjadi karena terhentinya inervasi
motor neuron secara mendadak.
Jika pada CVA akut didapatkan reflek patologis (+) dapat
dicuragai CVA yang terjadi adalah CVA hemoragik.
Pada lesi tipe LMN akan terjadi atrofi karena tidak ada yang
merawat otot, maksudnya terjadi deinervasi pada otot
otot tidak digunakan dalam jangka waktu lama akan
terjadi atrofi.
Traktus Ekstrapiramidalis
Semua traktus, nukleus dan sirkuit yang mempengaruhi aktivitas
somatorik, selain traktus piramidalis. Terdiri dari : korteks
motorik, basal ganglia, nukleus di talamus, subtalamus, nukleus
ruber dan sustansia nigra (mesensefalon), nukleus di formasio
retikularis (pons dan medula oblongata), serkuit feedback,
lintasanya
(kortikospinalis,
kortikoretikulospinalis
dan
vestibulospinalis).
Fungsinya memperhalus gerakan membentuk gerakan
menjadi lues dan terkoordinasi.
Ibarat mobil traktus piramidalis itu gasnya dan traktus
ekstrapiramidalis itu remnya.
Berikut ini merupakan penyakit-penyakit yang sering
ditemukan selama menjalani kepanitraan di laboratorium ilmu
penyakit saraf. Tidak semua kelainan ada, tidak semua
penjelasan lengkap. Setidaknya sejawat masih bisa memikirkan
kemungkinan diagnosanya. Belajar dan pengalaman sejawatlah
yang nantinya akan melengkapi.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Belajar dari anatominya dulu ya biar lebih paham.
Korpus vertebra dihubungkan yang satu dengan yang
lainnya oleh diskus intervertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis posterior dan anterior.
Gambaran klinis :
1. Nyeri radikular nyeri yang menjalar
2. Nyeri meningkat saat batuk, mengejan, mengangkat
barang berat atau dengan dilakukan profokasi.
3. Profokasi yang dilakukan adalah tes lasseque
(+) jika timbul nyeri menjalar pada sudut < 60o
4. Jika sudah parah, maka dapat ditemukan kelemahan
pada otot
Spondilosis
Spondilosis atau spondilo-artritis atau
spondilo-artrosis atau osteoartritis
Merupakan penyakit generatif
Spondilosis vertebra
Faktor penyebab atau predisposisi :
1. Trauma sendi-sendi vertebra
2. Penyakit pada vertebra (penyakit Scheuermann)
Patogenesis :
1. Degenerasi sendi intravertebral penyempitan diskus
intervertebralis
2. Pembentukan osteofit pada pinggiran sendi dapat
menekan foramen intervertebralis menekan saraf yang
melewatinya
Gejala klinis :
1. Umumnya nyeri punggung bagian bawah
2. Nyeri bertambah saat melakukan aktivitas
3. Rasa kaku punggung bagian bawah
Pemeriksaan fisik :
1. Spasme ringan otot-otot punggung bawah
2. Gangguan pergerakan tulang belakang
Pemeriksaan radiologis :
Penyempitan ruang intervertebralis serta adanya osteofit
Penatalaksanaan :
Tujuan pengobatan adalah membantu pasien memahami
keadaan penyakitnya (dukungan psikologis), mengurangi nyeri
dengan analgesik, meningkatkan fungsi tulang belakang
(pemakaian alat bantu seperti korset, fisioterapi, manipulasi,
tindakan operasi), merehabilitasi pasien.
Indikasi operasi :
1. Hilangnya kontrol kencing dan usus akibat herniasi diskus
CITO
2. Nyeri yang berkelanjutan dan menetap dengan gejala-gejala
iritasi radiks saraf
3. Kelainan neurologis progresif
4. Skiatika (nyeri menjalar) dan nyeri yang sangat mengganggu
Spondilosis servikal
Lebih jarang dibandingkan spondilosis vertebra
Patogenesis :
1. Sama seperti spondilosis vertebra
2. Kelainan terutama antara vertebra C5/6 dan C6/7
Gejala klinis :
1. Kekakuan pada leher dan menjalar ke bahu dan daerah otot
trapezius (dapat bersifat unilateral dan bilateral)
2. Nyeri saat digerakkan
3. Kompresi pada radiks servikal C5/6 kelemahan otot deltoid
dan bisep, reflek bisep hilang, dan gangguan sensibilitas ibu
jari dan jari telunjuk
4. Kompresis pda radiks servikal C6/7 kelemahan otot trisep,
reflek trisep berkurang dan gangguan sensibilitas kulit jari
telunjuk dan jari tengah
Pemeriksaan radiologis :
1. Sama dengan spondilosis vertebralis.
Insidens :
Spondilolisis merupakan defek bawaan dan berkembang selama
paska natal. Kelainan ini sering ditemukan dengan meningkatnya
umur.
Etiologi :
1. Faktor herediter
2. Sering disertai kelainan bawaan spinal
3. Paska stres fraktur atau fraktur yang terjadi sebagai suatu
trauma tunggal
Gejala klinis :
1. Kebanyakan pasien tidak memperlihatkan gejala klinis
2. Apabila terjadi suatu trauma atau strain yang kronik
jaringan fibrosa akan meregang nyeri
3. Nyeri punggung bagian bawah, nyeri menjalar ke daerah
bokong
Pemeriksaan fisik :
1. Spasme otot ringan
2. Gangguan pergerakan tulang belakang
3. Tidak ditemukan kelainan motoris dan sensoris
Pemeriksaan radiologis :
Foto polos oblik vertebra lumbal
Penatalaksanaan :
Nyeri biasanya tidak hebat, cukup dengan istirahat dan
mengurangi aktifitas berdiri, jalan dan mengangkat benda berat.
Spondilolistesis
Pergerakan ke depan satu vertebra terhadap vertebra di
atasnya.
Gejala klinis :
Bervariasi sesuai tingkat pergeseran vertebra pada
lumbosakral yang terjadi. Spondilolitik spondilolistesis biasanya
nyeri punggung bagian bawah dan meningkat apabila berdiri,
jalan atau lari dan berkurang apabila berbaring.
Pemeriksaan radiologis :
1. Pemeriksaan AP, lateral dan oblik untuk melihat
kemingkinan penyebabnya.
2. Pada spondilolistesis akibat kelainan degeneratif
pergerakan vertebra dapat ke depan atau ke belakang (retrospondilolistesis).
Penatalaksanaan :
1. Spondilolistesis ringan konservatif
2. Spondilolistesis berat (pergerakan melewati separuh dari
vertebra stabilasi vertebra dengan cara artrodesis
vertebra.
karena
nyeri
penderita
enggan
menggerakkan bahu.
Gambaran klinis :
1. Nyeri sendi bahu dengan keterbatasan gerakan
sendi ke segala arah, terutama saat abduksi.
2. Nyeri bersifat progresif.
3. Tes appley scratch
Penatalaksanaan :
1. Analgetik, NSAID, muscle relaxant
2. Nonmedikamentosa : terapi dingin dan terapi panas
Gambaran klinis :
1. Bersifat kronis
2. Nyeri tangan memberat saat malam hari, menurun
dengan dipijat, menggerak-gerakan tangan dan
dielevasikan
3. Parastesia meningkat saat malam hari
4. Kelemahan/atrofi otot tenar.
5. Pemeriksaan fisik : Tinels sign, phalens test, luthys
sign (bottles sign), dll.
Gangguan bersifat sensoris, dapat bersifat motoris jika
sudah berat.
Keluhan meningkat saat malam hari karena pada malam
hari aktivitas/gerakan tangan menurun (terutama saat
tidur) perlambatan aliran darah vena peningkatan
kongestif.
Diferensial diagnosis : De Quarvains tenosynovitis,
Pronator teres syndrome
Penatalaksanaan :
1. Istirahatkan tangan, hindari gerakkan repetitif
2. NSAID
3. Injeksi steroid intralesi, diulangi setelah 2 minggu
atau lebih
4. Vitamin B compleks
5. Pembidaian selama 2-3 minggu (jarang dilakukan)
6. Fisioterapi untuk memperbaiki vaskularisasi
pergelangan tangan
De Quarvains Tenosynovitis
Tenosynovitis dari tendon M. abduktor polisis longus dan M.
abduktor polisis brevis.
Nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi
tenosynovium (pembungkus tendon) M. abduktor polisis
longus dan M. abduktor polisis brevis dengan jepitan pada
ke dua tendon tersebut.
Etiologi : idiopatik, paling sering disebabkan gerakan
repetitif seperti menulis, meremas cucian.
Gambaran klinis :
1. Paling sering pada perempuan, usia pertengahan
2. Nyeri tangan saat digunakan
3. Nyeri tekan pada daerah prosesus stiloideus radius
4. Tes e Finkelstein (+)
Penatalaksanaan : Terapi konservatif bersifat sementara
Pembedahan meredakan nyeri secara
permanen
Gambaran klinis :
1. Sering pada tangan dengan riwayat penggunaan
tangan pada posisi pronasi secara terus-menerus
2. Nyeri lengan bawah
3. Anastesi/hipostesia lengan bawah
4. Gangguan otot yang dipersarafi N. medianus
Penatalaksanaan : konservatif
Triger Finger
Penebalan jaringan fibrosa yang menyebabkan konstriksi
tunnel tendon fleksor.
Gambaran klinis :
1. Sering pada pasien dengan rematoid arteritis,
perempuan, usia pertengahan
2. Paling sering mengenai jari manis, jari tangan dan ibu
jari
3. Nyeri pada jari
4. Ditemukan benjolan teraba pada bagian palmar, di
proksimal metakarpal
5. Pasien bisa fleksi secara spontan, setelah itu tidak bisa
ekstensi spontan
Penatalaksanaan : Konservatif, jika gagal pertimbangan
operasi.
Penurunan Kesadaran
Kesadaran merupakan kesiagaan seseorang terhadap diri
dan sekitarnya. Derajat kesadaran dibuktikan dengan
adanya orientasi (waktu, tempat/ruang).
Penurunan
kesadaran
adalah
penderita
tidak
terjaga/terbangun secara utuh dan spontan. Jika tidur saat
diberikan rangsangan langsung terjaga/terbangun secara
spontan. Gampangannya ada aksi ada reaksi.
2 komponen kesadaran : 1) Formasio retikularis dan 2)
Korteks serebral
Reticular Activating System (RAS)
Rangkaian atau network system dari kaudal (medula
spinalis) menuju rostral (diensefalon) melalui brainstem.
Lintasan Ascending Reticular Activating System (ARAS) :
medulla oblongata, pons, mesensefalon menuju ke
subthalamus, hipotalamus, thalamus. Kerusakan pada
bagian
ini
dapat
menyebabkan
penurunan
kesadaran.
Etiologi
Intrakranial
1. Kelainan
serebrovaskular
2. Trauma
3. Tumor
4. Infeksi
Ekstrakranial
1. Kelainan vaskular
Sinkop (vasovagal,
kardiak, postural dan
hiperventilasi)
Syok
2. Kelainan metabolisme
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Imbalans elektrolit
Hiper/hipoosmolar
Gangguan asam basa
3. Intoksikasi
Alkohol
Opioid
Kegagalan organ (jantung, paru,
liver, ginjal, pankreas) dapat
menyebabkan kelainan pada sistem
vaskular, metabolisme dan dapat
menyebabkan terjadinya intoksikasi.
Penyakit : CKD, HF, PJK, COPD,
Sepsis, anemia,
Istilah lain :
Intrakranial yaitu neurologis atau struktural
(+)
Hemiparese/plegi
Nervus kranial palsy
Afasia, dll
Lateralisasi (+)
Intrakranial
1. Defisit neurologis
fokal (-)
Lateralisasi (-)
2. Meningeal sign (-)
Ekstrakrani
al
Cardiovaskular
Postural berdiri lama
dengan suhu panas
Hyperventilasi emosi
(pada
Prognosis :
1. Luas
2. Letak
Lesi kecil tapi letaknya di pons, maka akan terjadi
penurunan kesadaran.
Jika lesinya luas, tapi letaknya di tengah dan tidak
mengakibatkan
kompresi
pada
RAS,
maka
kesadarannya mungkin masih baik.
Jika lesinya di korteks kecil, pasien akan sadar. Jika
lesinya luas dan hasil CT scan didapatkan mid line
shift (+), pasien mungkin tidak sadar karena adanya
herniasi dan mengkompresi brainstem.
Semakin luas, resiko mengkompresi brainstem semakin
tinggi sehingga terjadinya penurunan kesadaran juga
semakin tinggi. Letak lesi semakin dekat dengan RAS,
resiko penurunan kesadaran semakin tinggi.
3. Usia
Penyakit degeneratif brain difuse atrofi
Pasien usia tua yang mengalami perdarahan otak
prognosisnya lebih baik karena darah akan mengisi
kavum kranii tanpa menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial.
4. Respon pengobatan
5. Komorbiditas
NB :
Pada MBO fungsi batang otak yang merupakan tempat nukleus
nervus kranialis akan menghilang secara menetap sehingga akan
menyebabkan :
1. Reflek pupil N. II (aferen) dan N.III (eferen)
2. Midriasis pupil N. III
3. Dolls eye phenomenon N. III, IV dan VI
4. Reflek kornea N. V (aferen) dan N. VII (eferen)
5. Reflek muntah N. IX (aferen) dan N. X (eferen)
Pada pasien dengan MBO masih dapat bernafas dengan bantuan
ventilator, jantung dan sirkulasi darah masih berfungsi, namun
fungsi batang otak tidak ada. Pola pernafasan pada pasien MBO
adalah hiperventilasi sentral chaynes stoke apneustik
NYERI
Pada praktek klinis sehari-hari kita akan mengenal beberapa
macam nyeri. Nyeri tersebut berdasarkan distribusi tempatnya
bermacam-macam. Umumnya yang sering ditemukan di poli
saraf di antaranya cephalgia, myalgia, ischialgia, neuralgia.
Nyeri nosiseptif
Adanya kerusakan
(aktual atau potensial)
jaringan.
Terlokalisir
Arthralgia pada
arthritis
Myalgia
LBP mekanik
Nyeri post op
Nyeri trauma, dll
Nyeri neuropatik
Kelainan di sepanjang suatu
jalur saraf
Kelainan akan mengganggu
sinyal saraf, yang
kemudian dipersepsikan
salah oleh otak
(nyeri dalam, rasa
disengat listik, rasa
terbakar, dll)
Radikular/ menjalar
Dipersepsikan salah
Berdasarkan letak :
1. Sentral
Nyeri post stroke
Nyeri post trauma
medula spinalis
Nyeri pada multiple
sclerosis
2. Perifer
Ischialgia
Radikolopati lumbal
Trigeminal neuralgia
Neuralgia post
herpetik
Neuropati diabetikum
Berdasarkan tanda dan
gejala :
1. Spontan
2. Dibangkitkan
Alodinia : nyeri yang
disebabkan stimulas
yang secara normal
tidak menyebabkan
nyeri.
Hiperalgesia : nyeri
yang disebabkan
respon berlebihan
Nyeri
psikogenik
Faktor psikologis
lebih tinggi
dibandingkan
gangguan organ
Keluhan nyeri
disertai dengan
kecemasan.
Paracetamol 3 x 500
mg
Paracetamol 3 x 500 mg
Ibuprofen 3-4 x 500 mg
Ketoprofen 3-4 x 12,5
mg
Morfin
Farmakoterapi
tingkat II
Ibuprofen 3-4 x 200 mg
Ketoprofen 3-4 x 12,5
mg
Farmakoterapi tingkat
IV
NSAID
Meloxicam 1 x 15 mg
Piroxicam 1-2 x 10/20
mg
Na diclofenac 2-3 x 50
mg
K diclofenac 2-3 x 50 mg
Mefenamic acid 3 x 500
mg
Celecoxib 2 x 100 mg
Farmakoterapi tingkat
V
Kodein 2-3 x 30 mg
Farkoterapi tingkat VI
Tramadol 2-3 x 50 mg
(Tramadol 37,5 mg +
Paracetamol 375 mg) 12 tab prn
Sekunder
Idiopatik
Tanpa disertai defisit neurologis
Sering :
1. Migrain
2. Tension Tipe Headache (TTH)
3. Cluster Headache
4. Trigeminal neuralgia
Jarang :
1. Arteritis temporalis
2. Benign Intrakranial
Hypertension (BIH)
1.
2.
3.
4.
untuk
membedakan
Sefalgia Primer
Migrain
Etiopatofisiologi
Tension Tipe
Headache
(TTH)
Cluster
Headache/
Neuralgia
Horton
Trigeminal
Neuralgia/ Tic
douloureux
Nyeri
terjadi
karena
adanya
potensial
aksi
yang
merangsang
ganglion
kemungkinan
disebabkan
hipersensitifitas
neuron nukleus
kaudalis
trigeminal
Epidemiologi Lebih banyak pada Kondisi stres
90% laki-laki
Timbul terutama
wanita
berlebih
Faktor keturunan
malam hari
(+)
Sering muncul saat
menstruasi,
cemas.
Intensitas
Sedang-berat
Ringan-sedang
Berat
Onset
Akut
Akut
Pelan-pelan
Durasi
30 menit 7 hari
2 -7 jam
15 menit 3 jam
Letak
Unilateral
Bilateral (frontoUnilateral (orbital
temporo-occipital)
- supraorbital),
kemudian meluas
ke rahang dan
pelipis
Karakteristik Nyeri berdenyut
Gejala otonom :
mual, muntah
dan fotofobia
Memberat dengan
aktivitas
Berkurang pada
suasana gelap
dan tidur
Akut
15-60 detik
Unilateral
(distribusi N.
Trigeminalis ,
terutama V2 dan
V3
Nyeri tumpul/
Nyeri tajam,
Nyeri neuropatik,
seperti
menusuk
seperti ditusuk/
Gejala otonom :
diteka/diikat
disengat listrik
Biasanya disertai
hiperlakrimasi, Nyeri sering
gejala ansietas
hiperhidrosis,
muncul saat
(sulit tidur,
injeksi
mengunyah,
tegang otot
konjungtiva,
bicara dan
leher, pundak
rhenorrhea, dll
terkena angin
dan seluruh otot Serangan dapat
(alodinia)
berulang kali Terdapat fase
tubuh, tekanan
(minimal
penyembuhan
darah
5x/hari)
sebelum
meningkat
Cluste =
serangan
ringan)
Tidak berdenyut
kumpulan dari
berikutnya.
Gejala otonom (-)
serangan
Tidak memberat
dengan aktivitas
1.Migrain tanpa
aura (cammon
migraine)
2.Migrain dengan
aura (clasic
migraine)*
Aura :
Gangguan
penglihatan,
seperti garis atau
skotoma
Parastesia bilateral
Hemiparese/plegi
unilateral,
dengan atau
tanpa afasia dan
gangguan bicara
lainnya
Aura berlangsung
4 - <60 menit
Penatalaksan Analgetik NSAID Relax Fisioterapi
aan
Analgetik NSAID
(paracetamol,
ibuprofen, asam Anti ansietas dan
anti depresan
mefenamat)
O2 masker 8- Analgetik
NSAID
10 lpm selama
Tranquiliser
15 menit
Ergotamin tetrat
Gol Ergotamin
Antiemetik :
Metoclopramide
10 mg,
domperidone 10
mg
atau
sumatriptan
Tetes hidung
lidokain 4%
MIGRAINE
CLUSTER HEADACHE
Arteritis Temporalis
Benign Intracranial
Hyepertension (BIH)
Sindrome peningkatan TIK, tanpa
Gambaran klinis :
1. Nyeri kepala unilateral (daerah
temporalis)
2. Nyeri tekan
3. Bengkak
4. Tidak berdenyut
5. Terdapat kelainan polimialgia
reumatika
6. Lab : LED , anemia
Penatalaksanaan :
Prednison dosis tinggi
(selama
beberapa
disertai
lesi,
masa
atau
hidrosefalus.
Wanita, obesitas (90%), usia > 45 th
Etiologi : Idiopatik
Diduga,
intoksikasi
vit
A,
tetrasiklin,
withdrawl
corticosteroid , trombosis sinus
cavernosus
Gambaran klinis :
1. Nyeri kepala difus
2. Diplopia
(parese
N.
IV
unilateral/bilateral)
3. Penurunan visus
4. Pemeriksaan didapatkan papil
edema, tanpa defisit
neurologis lain, kecuali
parese N. VI
Penatalaksanaan :
Remisi spontan setelah LP
Prednison/Deksametason
Sefalgia Sekunder
Kelainan
Serebrovaskula
Trauma
Tumor
Infeksi
r
Subjek Onset mendadak
(S)
Terdapat faktor
resiko
gangguan
vaskular
CVA SAH
biasanya nyeri
kepala sangat
hebat. Jika
dibandingkan
dengan sefalgia
yang lain, SAH
merupakan yang
paling berat. SAH
dikenal juga
dengan sebutan
Thunder clap
(tamparan petir).
Objek Lateralisasi (+)
(O)
Meningeal sign
(+)
Ada riwayat
trauma
Nyeri kepala
bersifat progresif
Nyeri kepala
disertai dengan
panas sebagai
gejala awal
Pada meningitis
akan
didapatkan
meningeal sign
(+)
SDH kronis
riwayat
trauma bisa
tidak jelas
karena
bridging veins
pada orang
tua mudah
pecah.
Gangguan
muncul setlah
melewati
batas
kompensasi
Ada tandatanda trauma
Jika tumor
semakin
membesar,
maka akan
didapatkan
tanda-tanda
peningkatan
peningkatan
TIK seperti
papil edema,
muntah
proyektil.
Gejala
neurologis
fokal (+/-)
NB :
Nyeri pada SAH dikarenakan darah yang keluar akibat
pecahnya vaskuler di subarachnoid mengiritasi meningen.
Banyak reseptor di meningen.
Pada ICH yang kecil tidak akan timbul nyeri karena di dalam
korteks tidak ada reseptor.
Nyeri kepala pada arthritis servical nyeri kepala disertai
nyeri leher dan timbul bila menggerakkan kepala.
VERTIGO
Dizzines
Sensasi
tidak
menyenangkan
keseimbangan atau gangguan orientasi ruang
dari
Sifat
Serangan
Mual/muntah
Gangguan
pendengaran
5. Gerakan pencetus
6. Situasi pencetus
Vestibular
Non vestibular
Berputar
Episodik
+
+/Gerakan
kepala
-
Karakteristik
Perifer
Sentral
Bangkitan vertigo
Derajat
Pengaruh gerakan
Mendadak
Berat
Lambat
Ringan
4.
5.
kepala
Gejala otonom
Gangguan
pendengaran
+
++
+
Gangguan primer
pada N. Vestibular
Gejala berat, namun cepat
sembuh
Penyebab paling sering :
BPPV (Benign Paroxysmal
Positional Vertigo), AVN
(Acute Vestibular
Neuronitis), Menieres
disease
Patofisiologi
Penatalaksanaan
1. Terapi kausatif
2. Terapi simptomatik
3. Terapi rehabilitatif
Antivertigo
Gangguan
intrakranial
(gangguan di otak,
kelainan struktural)
Gejala ringan, lama
sembuhnya
NB :
Pasien vertigo perifer tidak berani buka mata
Meniers disease vertigo disertai dengan tinitus
Sefalgia berat, mendadak baru pertama kali pikirkan
CVA
Mendadak
stroke DM,
penyakit jantung,
PAD, dll
NB :
O
A
P
Prinsip :
Tanda defisit neurologis Iskemik/infark
(+)
tromboemboli 1. Cegah kerusakan
1. Parese
otak secara
Hemoragik
motoris/sensoris
ireversibel
SAH dan ICH
2. Parese N. Cranialis
menyelamatkan
3. Penurunan
penumbra
kesadaran
2. Cegah komplikasi
Meningeal sign (+)
3. Cegah kecacatan
Scoring Siriraj score
lebih berat
CT Scan
4. Cegah reinfark
Laboratorium : DL,
GDA/GDP, RFT, lipid
CVA infark reperfusi
profile
+ neuroprotektan
EKG
CVA hemoragik cegah
peningkatan TIK
Vol . perdarahan=
( p x l x t ) cm
2