Anda di halaman 1dari 10

5

Gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik


Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan

jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal dimana keadaan
ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik.
Secara umum klasifikasi gangguan pada sistem tenaga listrik disebabkan oleh 2
faktor, yaitu:
1. Gangguan yang berasal dari sistem
Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem antara lain :
a.
b.
c.
d.

Tegangan dan arus abnormal.


Pemasangan yang kurang baik.
Kesalahan mekanis karena proses penuaan
Beban lebih.
Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus, atau kabel cacat isolasinya
2. Gangguan yang berasal dari luar sistem
Penyebab gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain :
a. Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain. Gangguan ini
terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah.
b. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja petir dapat
mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan gangguan hubung
singkat karena tembus isolasi peralatan ( breakdown ).
c. Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta akibat
kecerobohan manusia.
Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan menjadi:
1.

Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutuskan sesaat bagian yang

terganggu dari sumber tegangannya. Gangguan

sementara jika tidak dapat hilang dengan segera, baik hilang dengan sendirinya maupun
karena bekerjanya alat pengaman dapat berubah menjadi gangguan permanen.
2. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan tindakan
perbaikan atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.
Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang
terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang
jauh lebih besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga terjadi kenaikan
temperatur yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik yang digunakan.

Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguangangguan arus lebih yang mungkin terjadi
adalah sebagai berikut yaitu :
1. Gangguan beban lebih (overload)
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus
berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus tersebut. Pada saat
gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan
pengaman yang terpasang.

2. Gangguan hubung singkat


Gangguan hubung singkat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung
singkat simetri dan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri).
2.2.6

Komponen-Komponen Simetris
Pada tahun 1918 salah satu cara yang paling ampuh untuk menangani fasa majemuk

(poly phasa = banya fasa) tak seimbang telah dibahas oleh C.L. Fortescue dihadapan suatu
sidang American Institute of Electrical Engginers. Sejak saat itu, metode komponen simetris
menjadi sangat penting dan merupakan pokok pembahasan berbagai artikel dan penyelidikan
uji coba. Gangguan tak simetris pada sistem transmisi, yang dapat terjadi karena gangguan
hubung singkat, impedansi antar saluran, impedansi dari satu fasa atau dua fasa ke tanah,
dipelajari dengan metode komponen simetris ini.
Sintesis fasor tak simetris dari komponen-komponen simetris karya Fortescue
membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasor yang berhubungan
(related) dapat diuraikan dengan menjadi n buah sistem dengan fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris (symmetrical components) dari fasor aslinya, n
buah fasor pada setiap himpunan komponennya adalah sama panjang, dan sudut diantara
fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya. Meskipun metode ini berlaku
untuk setiap sistem fasa majemuk tak seimbang, menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak
seimbang dari sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang,
diuraikan sebagai berikut :
1.

Komponen urutan positif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lain dalam fasa sebesar 120o, dan mempunyai urutan fasa yang sama
seperti fasor aslinya.

2.

Komponen urutan-negatif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah
satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120o, dan mempunyai urutan fasa yang

3.

berlawanan dengan fasor aslinya.


Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan
pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
Telah menjadi kebiasaan umum, ketika memecahkan permasalahan dengan

menggunakan komponen simetris bahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai a,b dan c
dengan cara yang demikian sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem adalah abc.
Jadi, urutan fasa komponen urutan positif dari fasor tak seimbang itu adalah abc. Sedangkan
urutan fasa negatif adalah acb. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut
dinyatakan dengan Va,Vb, dan Vc. ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan dengan
subskrip tambahan 1 untuk komponen simetris positif, 2 untuk komponen simetris negatif,
dan 0 buat komponen urutan nol. Fasor asli yang dinyatakan dalam suku-suku komponennya
adalah :
Va=Va1+Va2+Va0
Vb=Vb1+Vb2+Vb0
Vc=Vc1+Vc2+Vc0
Sintetis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ketiga himpunan

(2-1)
(2-2)
(2-3)
komponen simetris

dalam Gambar 2.2 untuk tiga persamaan diatas secara berurutan diperlihatkan pada Gambar
2.2 berikut ini.

Komponen-komponen
urutan positif

Komponen-komponen
urutan negatif

Komponen-komponen
urutan nol

Gambar 2.2 Komponen-komponen simetris (Stevenson, 1985).

Gambar 2.3 Penjumlahan secara grafis komponen-komponen pada tiga fasor tak seimbang
(Stevenson, 1985).

Adanya pergeseran fasa pada komponen simetris tegangan dan arus dalam sistem tiga
fasa akan sangat memudahkan bila kita mempunyai metode penulisan cepat untuk
menunjukkan perputaran sebesar 1200. Huruf a biasanya digunakan untuk menunjukkan

operator yang menyebabkan perputaran sebesar 1200 dalam arah yang berlawanan dengan
arah jarum jam. Operator semacam ini adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan
sudutnya 1200, definisikan sebagai
a = 1 1200=e j120 =0 , 5+ j 0,866
Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu akan
diputar dengan sudut sebesar 2400. Untuk tiga kali berturut-turut fasor akan berputar dengan
3600. Jadi
a2=1 2400 =0,5 j 0 , 866
a3 =13600 =1 0 0=1
2.2.7

Komponen Simetris Fasor Tak Simetris


Gambar 2.3 merupakan tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan fasor tak simetris.

Sintesis itu telah dilakukan sesuai dengan Persamaan (2-1) sampai dengan (2-3). Dengan
menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali fungsi operator a dengan
komponen Va. Dengan berpedoman pada Gambar 2.3, maka didapatkan hubungan berikut :
Vb1 = a2 Va1
Vc1 = a Va1
Vb2 = a Va2
Vc2 = a2 Va2
(2-4)
Vb0 = Va0
Vc0 = Va0
Dengan mengulangi Persamaan (2-1) dan memasukkan Persamaan (2-4) ke dalam Persamaan
(2-2) dan (2-3) dihasilkan:
Va = Va1 + Va2 + Va0
Vb = a2 Va1 + aVa2 + Va0
Vc = aVa1 + a2Va2 + Va0
atau dalam bentuk matriks:
1 Va 0
Va 1 1
V 1 a2 a V
b
A1
Vc 1 a a 2 Va 2
Untuk memudahkan, misalkan
1
1 1
1 a2 a

2
1 a a
A=
Sehingga dapat dicari invers dari A adalah :
1
1 1
1
1 a a 2

3
1 a 2 a
A-1 =
Dengan memperkalikan kedua sisi persamaan (2-8) dengan A-1 adalah

(2-5)

(2-6)

(2-7)

(2-8)

Va 0
1 1
V 1 1 a
a1 3
Va 2
1 a 2

1
a 2

Va
V
b

a Vc

(2-9)

Sedangkan untuk komponen arusnya dapat dituliskan


1 Ia
I a0
1 1
I 1 1 a a2 I
a1 3
b
2
I a 2
1 a
a I c

(2-10)

Ringkasan untuk komponen arusnya adalah

Ia0 =
Ia1 =

1
3
1
3

(Ia + Ib + Ic)
(Ia + aIb + a2Ic)

(2-11)
(2-12)

1
3

Ia2 = (Ia + a2Ib + aIc)


(2-13)
Dalam sistem tiga fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus I n dalam jalur kembali lewat
netral. Jadi, Ia + Ib + Ic = In , dengan membandingkan persamaan (2-13) diperolah:
In = 3I0
2.2.8

(2-14)
Impedansi Urutan
Dalam setiap bagian rangkaian, jatuh tegangan yang disebabkan oleh arus dengan

urutan tertentu tergantung pada impedansi bagian rangkaian itu terhadap arus dengan urutan
tersebut. Impedansi setiap bagian suatu jaringan yang seimbang terhadap arus salah satu
urutan dapat berbeda dengan impedansi terhadap arus dari urutan yang lain. Impedansi suatu
rangkaian yang hanya mengalir arus urutan-positif disebut impedansi terhadap arus urutanpositif. Demikian pula, bila hanya ada arus urutan-negatif, impedansinya dinamakan
impedansi terhadap arus urutan-negatif. Jika hanya ada arus urutan nol, impedansinya
dinamakan impedansi terhadap arus urutan-nol. Sebutan impedansi rangkaian terhadap arus
dari urutan yang berbeda yaitu impedansi urutan-positif, impedansi urutan-negatif dan
impedansi urutan-nol.
Analisis gangguan tak simetris pada sistem yang simetris terdiri dari penentuan
komponen simetris dari arus tak seimbang yang mengalir. Karena arus komponen dari salah
satu urutan fasa menimbulkan tegangan jatuh dengan urutan yang sama dan tidak tergantung
pada arus dari urutan yang lain, dalam suatu sistem yang seimbang arus dari salah satu urutan

dapat dianggap mengalir dalam jaringan bebas yang terdiri hanya dari impedansi terhadap
arus dari urutan itu saja. Rangkaian ekivalen fasa tunggal yang hanya terdiri dari impedansi
terhadap arus salah satu urutan saja dinamakan jaringan urutan untuk urutan tertentu jaringan.
Jaringan urutan ini meliputi setiap emf yang dibangkitkan pada urutan yang sama. Jaringan
urutan yang mengalirkan arus Ia1, Ia2, dan Ia0 dihubungkan untuk melukiskan berbagai keadaan
gangguan tak seimbang. Oleh karena itu, untuk menghitung pengaruh gangguan dengan
metode komponen simetris, adalah penting sekali untuk menentukan impedansi urutannya
dan menggabungkannya untuk membentuk jaringan urutan masing-masing.
Arus yang mengalir pada impedansi Zn di antara netral dan tanah adalah 3I a0. Dengan
berpedoman pada Gambar 2.4e, kita lihat bahwa jatuh tegangan urutan nol dari titik a ke
tanah adalah - 3 Ia0 Zn - Ia0 Zg0 di mana Zg0 adalah impedansi urutan nol per fasa pada
generator itu. Jaringan urutan nolnya, yang merupakan rangkaian fasa tunggal yang dianggap
hanya mengalirkan arus urutan nol salah satu fasanya

Gambar 2.4 Jalur yang digambarkan untuk arus pada setiap urutan (Stevenson 1985).
dengan demikian harus mempunyai impedansi sebesar 3Zn + Zg0 seperti terlihat dalam
Gambar 2.4f Impedansi urutan nol total di mana mengalir arus Ia0 adalah
Z0 = 3Zn + Zg0
(2-15)
Biasanya, komponen arus dan tegangan untuk fasa a diperoleh dari persamaan yang
ditentukan oleh jaringan urutannya. Persamaan untuk komponen jatuh tegangan dari titik a
fasa a ke rel pedoman (atau tanah) adalah, sebagaimana dapat diturunkan dari Gambar 2.4
Va1 = Ea Ia1Z1
(2-16)
Va2 = - Ia2Z2
(2-17)

Va0 = -Ia0Z0
(2-18)
Persamaan di atas berlaku untuk setiap generator yang mengalirkan arus seimbang.
menipakan titik tolak untuk menurunkan persamaan tadi untuk komponen arus dari
bermacam-macam jenis gangguan. Persamaan itu berlaku untuk generator yang dibebani
dalam keadaan tetap (Stevenson, 1985).
2.2.9 Gangguan Tidak Simetris
Hampir semua gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik adalah gangguan
tidak simetris, yang terdiri dari gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, gangguan
hubung singkat dau fasa (antar fasa) dan gangguan dua fasa ke tanah. Setiap gangguan tidak
simetris menyebabkan mengalirnya arus tidak seimbang dalam sistem.
a. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Gangguan satu fasa ke tanah merupakan jenis gangguan yang sering terjadi. Contoh
gangguan satu fasa ke tanah adalah gangguan akibat adanya pohon yang menimpa salah satu
fasa pada saluran transmisi tenaga listrik. Pada saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada
fasa a maka Ib = 0, Ic = 0 dan Va = IaZf , jika digambar menjadi :

Gambar 2.5 Gangguan satu fasa (Gonen, 1988).

Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen simetris arus :
I a 0=I a 1=I a 2 =

Vf
Z 0+ Z 1 +Z 2 +3 Z f

(2-19)

Dimana :
Vf = Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan
Z0 = Impedansi urutan nol
Z1 = Impedansi urutan positif
Z2 = Impedansi urutan negatif

Zf = Impedansi gangguan
a. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa
Gangguan dua fasa biasanya disebabkan oleh adanya kawat putus dan mengenai fasa
lain. Pada gangguan ini, fasa yang terganggu adalah fasa b dan fasa

c. Tetapi pada

gangguan dua fasa ini tidak terhubung dengan tanah sehingga arus urutan nol

I0

bernilai nol. Pada gangguan dua fasa yaitu fasa b dan fasa c yang terganggu berlaku
hubungan sebagai berikut

V a=V c

I a=0

dan

I b=I c

, Vb-Vc = ZfIb jika

diGambarkan menjadi

Gambar 2.6 Gangguan dua fasa (Gonen, 1988).

Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen simetris arus (Turan Gonen,
1988)
I a1 =I a 2=

Vf
Z 1 + Z2 + Z 3

(2-20)

Keterangan :
Vf = Tegangan di titik gangguan
Z1 = Impedansi urutan positif
Z2 = Impedansi urutan negatif
Z0 = Impedansi urutan nol
b. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
Pada gangguan dua fasa ke tanah dengan fasa yang terganggu adalah fasa b dan fasa c
maka Vb = 0 , Vc = 0 dan I a = 0,

Gambar 2.7 Gangguan dua fasa ke tanah (Gonen, 1988).

Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen simetris arus (Turan Gonen,
1988)
Vf
Z ( Z +3 Z f )
Z 1+ 2 0
Z 2 + Z 0+3 Z f

(2-21)

I a2 =I a 1

Z 0 +3 Z f
Z2 +Z 0 +3 Z f

(2-22)

I a 0=I a 1

Z2
Z 2 + Z0 +3 Z f

(2-23)

I a1 =

Dimana :
Vf = Tegangan di titik gangguan
Z1 = Impedansi urutan positif
Z2 = Impedansi urutan negatif
Z0 = Impedansi urutan nol
2.2.10 Gangguan simetris
Gangguan simetris merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga
arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadi. Gangguan ini
berupa gangguan tiga fasa.
a. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Gangguan tiga fasa merupakan gangguan simetris, karena kesimetrisan tegangan dan
arus pada saat terjadinya gangguan. Jenis gangguan ini dapat disebabkan oleh kegagalan
isolasi pada peralatan atau adanya flashover pada saluran yang disebabkan oleh petir atau

kesalahan operasi dari petugas. Gangguan ini merupakan jenis gangguan yang paling jarang
terjadi namun harus

diperhitungkan

dalam

perencanaan,

karena

gangguan

ini

mengakibatkan mengalirnya arus yang sangat tinggi pada peralatan proteksi sehingga harus
dapat dideteksi oleh rele.
Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa (Turan Gonen, 1986)
I a+ I b + I c =0
V a=V b=V c

Gambar 2.8 Gangguan tiga fasa (Gonen, 1988).

Karena sistem seimbang maka urutan nol dan urutan negatif tidak ada sehingga
diperoleh :
V a=V f I a 1 Z a 1=0

I a1 =I a =I f =

Vf
Z1 + Z f

Dimana :
Vf = Tegangan di titik gangguan
Z1 = Impedansi urutan positif
Zf = Impedansi gangguan

(2-24)

(2-25)

Anda mungkin juga menyukai