Anda di halaman 1dari 9

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004 Sari Pediatri, Vol. 6, No.

1 (Supplement), Juni 2004: 85-93

Manajemen Masalah Neonatus di Rumah Sakit


Rujukan Dasar
M. Sholeh Kosim

ayi baru lahir (BBL) yang kecil atau dengan


berat yang dapat mengancam kehidupannya
(dalam keadaan emergensi) memerlukan
diagnosis dan pengelolaan segera. Terlambat
dalam pengenalan masalah atau manajemen yang
tepat akan mengakibatkan kematian. Setiap tahun
diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupannya, dan dua pertiga nya meninggal pada
minggu pertama. Penyebab utama kematian pada
minggu pertama kehidupan adalah komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan
komplikasi berat lahir.Kematian Neonatal Dini, di
negara berkembang kurang lebih 98% dan sebagian
besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan
dini dan pengobatan yang tepat.1 Kematian bayi baru
lahir disebabkan karena sebab medis, faktor sosial,
sistem pelayanan kesehatan yang kurang berhasil.2
Dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan
Menuju Indonesia Sehat 2010 , salah satu sasaran yang
ditetapkan adalah menurunkan Angka Kematian
Maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Neonatal menjadi 16 per 1000
kelahiran hidup.3
Penyebab kematian neonatus di Indonesia tahun
2001 masih sangat bervariasi, sebagian besar oleh
karena dampak pelayanan kesehatan maternal neonatal
yang kurang optimal.Pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan yang bekerja sama secara
intensip dan koordinatip dengan berbagai pihak telah
melakukan berbagai macam upaya, strategi dan
program untuk itu antara lain Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial, Penempatan Bidan di Desa,

Alamat Korespondensi:
M. Sholeh Kosim, Dr. Sp.A(K),
Ketua UKK Perinatologi IDAI Sub Bagian Perinatologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUNDIP/RS.Dr.Kariadi.
Telp/Fax 024-8311471, 0248318617 Semarang.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan


Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
Bidan di Desa dan di Puskesmas , Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Dasar ( PONED) di
Puskesmas, Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit
Kabupaten/Kota dan Propinsi.1,3,4
Tujuan penulisan ini ialah untuk memberi
gambaran tentang pentingnya Manajemen Masalah
Neonatus di Rumah Sakit Rujukan Dasar dan upaya
promosi Buku Panduan Manajemen Masalah
Neonatus di Rumah Sakit Rujukan Dasar yang telah
selesai disusun berdasarkan Adaptasi dengan situasi di
Indonesia dari Draft WHO. Buku ini sedang dalam
proses pencetakan, yang merupakan kerjasama antara
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam hal ini
Unit Kerja Koordinaso (UKK) Perinatologi IDAI
dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dengan MNH JHPIEGO Jakarta.5 (Gambar 1 dan
Tabel 1)
Secara demografi, kematian Neonatal 2/3 di Jawa
Bali, rasio desa:kota=6:4, bayi laki-laki 2 kali
perempuan, Kematian neonatal dini 4 kali lebih
besar di banding Kematian neonatal lambat
Perawatan kehamilan: perawatan antenatal 4 kali
sebanyak 61%, K1 65%, Imunisasi TT2 kali 53%
Perawatan persalinan: yang ditolong oleh tenaga
kesehatan (nakes) sebanyak 57%, tempat bersalin
bukan fasilitas kesehatan (faskes ) sebanyak 59%,
rujukan ke nakes 8%, partus dengan tindakan 3%,
Angka tindakan bedah sesar sebanyak 8%
Kondisi kesehatan ibu: umur kurang dari 20 tahun
dan ibu yang berumur 40 tahun atau lebih 26%,
primipara 75%, komplikasi perdarahan tertinggi,
anemi 23%
Perawatan bayi baru lahir: yang ditimbang
sebanyak 67%, 50% adalah BBLR, bayi yang tidak
berobat 73%

85

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Sumber: SKRT 2001


Gambar 1. Penyebab kematian neonatus di Indonesia
Tabel 1. Pola Penyebab Kematian Neonatal
Penyakit/Gangguan

ICD-10

KND=143

KNL=35

Neonatal D

P21
P07
P05
P08
A33
P36
A09
J18
P10-11
P22-24

33,6
35,0
1,4
2,1
4,2
0,7
1,4
-

5,7
31,4
8,6
2,8
14,3
8,6

27,0
29,2
1,1
1,7
9,5
2,2
0,6
2,6
1,1
1,7

P57-59
P75-76
P92

4,9
8,4

8,6
2,8
14,3

5,6
0,6
9,5

8,4

2,8

100,0

100,0

Asfiksia Neonatorum
BBLR + BKB (prematur )
BBLR
Postmature
Infeksi: Tetanus
Sepsis
Diare
Pneumonia
Trauma Kelahiran
Ggn pernapasan (RDS, Pneumonia kongenital,
neonatal aspiration syndr)
Ggn hematologik (kern icterus, neonatal jaundice)
Gangguan saluran cerna
Masalah pemberian minum
Kelainan kongenital (ensefalokel, hidrosefalus,
kelainan katup jantung )

Total

Q00, Q03,
Q21, Q24
100,0

7,3

KND: Kematian, Neonatal Dini


KNL: Kematian Neonatal Lambat
Data dari SKRT 20012

Akses ke faskes lebih dari 1 jam dijumpai pada 25%


bayi , bayi meninggal di rumah 54%, di faskes 41%
Penyebab kematian neonatal dini: asfiksia
neonatorum 33,6%, masalah pemberian minum
8,4%, Gangguan hematologik (ikterus) 4,9%,
86

tetanus neonatorum 4,2%


Penyebab kematian neonatal lambat: asfiksia
neonatorum 27%, tetanus 9,5%, gangguan
pemberian minum 9,5%, gangguan hematologik
5,6%.

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Pelayanan Kesehatan Neonatal yang


Kontinum dan Komprehensif

Regionalisasi Pelayanan Kesehatan


Neonatal

Dalam rangka menurunkan angka kematian Bayi


terutama angka kematian neonatal diperlukan
suatu Strategi dan Manajemen yang tepat.
Penanganan BBL adalah sangat penting dan unik.
Masalah manajemen terpadu dan komprehensip
haruslah dilaksanakan dengan baik dan benar
karena berhadapan dengan mahluk hidup manusia
yang baru saja mengalami proses adaptasi dari
kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin
dengan berbagai masalah yang disandangnya.
Penanganan yang kontinum dimaksudkan agar
tidak terjadi fragmentasi pelayanan berdasarkan
area dan kompentensi sumber daya manusia.
Keterbatasan sumber daya manusia harus diatasi
dengan sistem rujukan yang baik dan mantap
disertai dengan penyempurnaan fasilitas dan
kemapanan sistem dan prosedur . Oleh karena itu
penanganan yang tepat, cepat dan aman harus
diterapkan dengan konsekuen. (5)

Dalam upaya menurunkan angka kematian neonatal,


salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
adalah melaksanakan program regionalisasi pelayanan
kesehatan neonatal yang bertujuan agar bayi baru lahir
ditangani secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan
kondisi atau risiko yang dihadapinya. Program ini
dibedakan dalam,

Aspek manajemen yang harus diperhatikan di sini


meliputi,

Fasilitas kesehatan
Sumber daya Manusia
Sistem Pelayanan
Prosedur

Menyadari keterbatasan yang dimiliki maka


pemerintah dalam rangka menurunkan Angka
kematian Ibu dan Angka kematian bayi, telah
melakukan berbagai macam upaya sebagai berikut,

Regionalisasi Pelayanan Neonatal


Pendidikan dan Pelatihan
Pendekatan MTBS= Manajemen Terpadu Balita
Sakit dan MTBM= Manajemen Terpadu Bayi
Muda untuk Perawat dan Bidan
Pelayanan obstetri neonatal esensial dasar di
Puskesmas dan pelayanan obstetri neonatal
emergegensi komprehensip di Rumah Sakit
Kabupaten
Kerjasama dengan pihak donor dalam mengembangkan sistim pelayanan dalam bentuk pengembangan program sebagai berikut, asuh, APN, Safe
mother hood, Make pregnancy safer.

Tingkat I:
Pelayanan dengan sistem rawat gabung
Ditujukan untuk BBL dengan risiko rendah
Merupakan pelayanan neonatal dasar yang
dilaksanakan di Puskesmas dengan rawat inap
(Puskesmas dengan tempat tidur), rumah bersalin,
atau di bangsal perawatan bayi normal atau
bangsal rawat gabung di rumah sakit
Tingkat II
Pelayananan Spesialistik atau sering disebut
bangsal bayi risiko tinggi (BBRT) atau special care
Ditujukan untuk BBL dengan risiko sedang sampai
tinggi
Merupakan pelayanan neonatal spesialistik di
rumah sakit rujukan yang tersedia dokter spesialis
anak
Harus tersedia fasilitas yang cukup lengkap untuk
menunjang kehidupan BBL (live support treatment)
Tingkat III
Pelayanan sub spesialistik
Ditujukan untuk BBL dengan risiko tinggi
Merupakan pelayanan sub spesialistik di rumah
sakit rujukan tersier atau rumah sakit dengan
fasilitas lengkap denganruangan NICU (neonatal
intensive care unit)
Harus tersedia fasilitas perawatan intensip BBL

Perbedaan Level Pelayanan


Disadari bahwa perbedaan jarak atau jurang fasilitas
pelayanan berbagai level tersebut di atas cukup lebar,
maka pemerintah melakukan berbagai macam strategi
Penempatan bidan di desa
Implementasi program MTBS dan MTBM
87

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Memantapkan sistem rujukan, terutama jangkauan


rujukan ke rumah sakit rujukan dasar (Tabel 2)

karena melayani secara langsung pada saat pertama


BBL itu dilahirkan. Sebagian BBL dilahirkan di

Tabel 2. Fasilitas dan Sumber Daya pada berbagai Level Pelayanan


Tempat

Level

SDM

Buku Acuan

Jenis Pelayanan

Polindes/rumah

-1

Bidan/bidan
di desa

APN (Asuhan Per salinan Normal)


MTBS + MTBM

Puskesmas
dengan rawat
inap

Bidan/perawat
Dokter umum

APN
MTBS + MTBM
PONED

Rumah Sakit
rujukan dasar

Bidan/perawat
Dokter umum
Dokter spesialis

Asuhan BBL Normal


Resusitasi

Asuhan BBL Normal


Resusitasi
Gangguan Napas
ringan
Hipotermia
Ikterus Kremer II
(hiperbilirubinemia)
Kejang
Masalah Minum
(Konseling)
BBLR > 1750 gram
Hipoglikemia
Infeksi ringan
Diare dengan dehidrasi
ringan sedang
APN
Asuhan BBL Normal
MTBS + MTBM
Resusitasi
PONED
Gangguan Napas sedang
PONEK
berat
LSS ( Life Safing Skill )
Hipotermia
Panduan Manajemen Masalah Neonatus Ikterus Kremer III
di Rumah Sakit Rujukan Dasar
(hiperbilirubinemia
Kejang
Masalah Minum (ASI)
BBLR < 1750 gram
Hipoglikemia
Infeksi sedang berat
Diare dengan dehidrasi
sedang besar
Syok

Mengapa Rumah Sakit Rujukan Dasar


mempunyai Peran dan Kedudukan yang
penting ?
Pelayanan Kesehatan Neonatal, teruma BBL yang
mempunyai masalah haruslah ditangani secara
komprehensip dan kontinum, dengan pengertian
sebagai berikut,
Bidan atau Bidan di Desa: merupakan ujung
tombak Pelayanan Kesehatan Neonatal Utama
88

rumah. Bila BBL tidak mempunyai masalah maka


dapat dilakukan asuhan normal BBL. Apabila
terdapat masalah maka BBL tersebut harus dirujuk
ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi yaitu ke
Puskesmas. Di sini bidan atau bidan di desa yang
menolong persalinan di rumah merupakan filter
atau penyaring untuk kasus risiko sedang tinggi
untuk segera dirujuk
Bidan dan atau dokter di Puskesmas, merupakan
tujuan rujukan dari bidan atau bidan di desa,

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

terutama Puskesmas dengan tempat tidur. Dengan


fasilitas yang ada harus mampu menangani
rujukan ini. Bila tidak mampu laksana maka harus
segera merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu
rumah sakit kabupaten atau rumah sakit lain yang
merupakan rumah sakit rujukan dasar.
Rumah sakit kabupaten atau rumah sakit lain yang
merupakan rumah sakit rujukan dasar: merupakan
tujuan rujukan berikutnya, karena biasa lebih
mudah dijangkau dari pada rumah sakit rujukan
lanjut ( propinsi ), biasanya sudah tersedia tenaga
dokter spesialis meskipun masih sangat bervariasi.
Fasilitas di sini biasanya masih sangat terbatas
karena berbagai macam sebab rumah sakit ini
seharusnya lebih lengkap dan memadai, karena
peran dan posisi nya penting, dengan alasan.
- Jarak geografis dan waktu tempuh yang lebih
terjangkau dibanding Rumah Sakit Rujukan
Tersier
- Kasus BBL dengan masalah yang sampai di
fasilitas ini sudah dalam keadaan berat dan
perlu segera ditangani dengan perawatan lebih
lanjut yang lebih lengkap dan tenaga yang
lebih kompeten

Dalam kenyataan di Indonesia ini dengan rentang


area geogarfis yang luas dan terdiri dari pulau dan
kepulauan dengan variasi yang sangat luas tentang
fasilitas maka upaya untuk memberdayakan rumah
sakit rujukan dasar adalah sangat strategis dan perlu
diperhatikan.
Unit Kerja Koordinasi Perinatologi (UKK Perinatologi IDAI, pada tahun 2001 pernah melakukan
survei dibeberapa provinsi dalam rangka mengumpulkan data dasar pelayanan kesehatan neonatal
di rumah sakit rujukan dasar yaitu di RS tipe C atau
rumah sakit kabupaten. Meskipun ada keterbatasan
survei ini, beberapa hasil yang dapat dilihat sebagai
berikut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.6 (Tabel 3)
Data mengenai tempat tidur untuk perawatan bayi
bermasalah yang sering disebut dengan bangsal bayi
risiko tinggi (Tingkat II) ternyata masih kurang,
sebagaimana tertera dalam Tabel 4.
Fasilitas pelayanan penunjang, juga dirasakan
masih kurang, untuk pemeriksaan penunjang
laboratorium dengan parameter pemeriksaan terbatas
seperti tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6
Untuk itu Rumah Sakit Kabupaten atau Rumah

sakit lain yang merupakan Rumah sakit Rujukan Dasar


harus mempunyai fasilitas yang memadai, beberapa
di antaranya sebagai berikut:
Prasyarat Fasilitas di RS Rujukan Dasar
1. Alat laboratorium:
Darah rutin, hemoglobin, leukosit,
Trombosit, darah hapus, golongan darah
Biakan darah
Gula darah
Elektrolit: kalium, Natrium, kalsium
Bilirubin
Feses rutin
Urin rutin
2. Kamar operasi
3. Unit transfusi darah
4. Pemeriksaan radiologi
Prasyarat Pelayanan Kesehatan Neonatal di RS
Rujukan Dasar
1. Pelayanan perinatal risiko ringgi (bangsal bayi
risiko tinggi )
2. Pemasangan pipa lambung
3. Transfusi darah
4. Transfusi tukar
Tabel 3. Data pada rumah salit Tipe C
Propinsi

Jumlah

DIY
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan

5
12
4
6
2
2

16,13
38,71
12,90
19,35
6,45
6,45

Total

31

100,00

Tabel 4. Tempat tidur bangsal bayi bermasalah


Tahun (%)
Jumlah tempat tidur

1999

2000

2001

2(6,5)

2(6,5)

1(3,2)

1-9

23(72,3)

22(71,0)

23(73,6)

10-19

6(20,6)

6(19,4)

6(19,4)

> 20

0(0)

1(3,2)

1(3,2)

89

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

Tabel 5. Pemeriksaan laboratorium yang tersedia


Jenis pemeriksaan

1999

Tahun (%)
2000

2001

28(90,3)
25(80,6)
27(87,1)
26(83,9)
24(77,4)
1(3,2)
8(25,8)

26(83,9)
23(74,2)
25(80,6)
24(77,4)
22(71,0)
1(3,2)
8(25,8)

27(87,1)
24(77,4)
26(83,9)
25(80,6)
23(74,2)
3(9,7)
10(32,3)

1(3,2)
24(77,4)
27(87,1)
26(83,9)
0(0)

1 (3,2)
23 (74,2)
26 (83,9)
24 (77,4)
0(0)

1(3,2)
24(77,4)
27(87,1)
26(83,9)
1(3,2)

Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah leukosit dan hitung jenis
Jumlah trombosit
Gula darah
Biakan darah
Kadar elektrolit darah:
Na,K,Cl,Ca,Mg
Analisis Gas darah
Bilirubin
Feses rutin
Urin rutin
Tes kocok (pematangan paru)

Tabel 7. Fasilitas lain yang tersedia untuk pelayanan perinatal dan neonatus
Fasilitas lain yang tersedia

1999

Tahun (%)
2000

2001

Radiologi
Kamar operasi
Unit tranfusi darah

27 (87,1)
26 (83,9)
17 (54,8)

26 (83,9)
25 (80,6)
17 (54,8)

27 (87,1)
26 (83,9)
18 (58,1)

5. Pungsi lumbal
6. Vena seksi
7. Resusitasi
Pelayanan Kesehatan Neonatal Rumah Sakit Rujukan
Dasar

Asuhan bayi normal


Resusitasi bayi asfiksia
Hipotermia
Kejang
Gangguan napas sedang berat
Hiperbilirubinemia (Kraemer III)
BBLR > 1500 g
Masalah minum (konseling ASI )
Infeksi
Hipoglikemia
Diare dehidrasi berat
Syok

Buku Panduan Manajemen Masalah


Neonatus di Rumah Sakit Rujukan
Organisai kesehatan dunia (WHO) menetapkan
90

bahwa Masalah Kesehatan Neonatal saat ini agak


kurang diperhatikan karena lebih banyak komponen
maternal yang diakomodasi oleh berbagai pihak dalam
berbagai program kesehatan. Kemudian WHO
mengangkat masalah kesehatan neonatal ini menjadi
isu global dengan fokus di negara sedang berkembang.
Kemudian di susun suatu draft panduan manajemen
masalah neonatal ini dalam berbagai versi bahasa.
Unit Kerja Koordinasi Perinatologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, bekerjasama dengan MNH-JHPIEGO
Indonesia dan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, dan dengan konsultasi dengan pihak WHO,
menyusun buku panduan ini dengan salah tujuan
seperti yang tersebut di atas. Kemudian rancangan buku
panduan ini disampaikan kepada para stakeholders atau
mitra bestari yang berkaitan dengan kesehatan neonatal,
organisasi profesi seperti POGI, IBI, IDAI, PPNI dan
kalangan akademisi dari berbagai universitas di
Indonesia dan para birokrat di bidang pelayanan
kesehatan neonatal untuk dikaji ulang dan mohon
asupan, pendapat, kritikan dan koreksi.
Panduan ini memberikan petunjuk terbaru bagi
dokter, perawat,bidan atau petugas kesehatan lain yang
bertanggung jawab pada perawatan bayi yang
mempunyai masalah pada minggu pertama, yang

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

bekerja pada rumah sakit rujukan dasar (rumah sakit


kabupaten).yang mempunyai fasilitas terbatas.
Panduan ini dapat juga digunakan untuk pengenalan
keadaan yang sering dijumpai yang memerlukan
rujukan ke tingkat rujukan yang lebih tinggi.5

Garis Besar Buku Panduan


Penekanan panduan ini adalah pada penilaian cepat
dan pengambilan keputusan dengan memprioritaskan
bayi yang paling sakit dan tindakan penting yang perlu
dilakukan segera,
Prioritas pertama adalah penilaian cepat untuk
tanda bahaya dan mengenali tanda yang memerlukan manajemen segera
- Tanda bahaya
Gangguan napas berat : apne
Kejang
Dehidrasi berat
Hipotermia
Syok
- Bila terdapat tanda ini maka harus segera
ditangani
Penilaian lanjut termasuk anamnesis dan pemeriksaan lengkap yang perlu sebagai petunjuk bagi petugas
kesehatan dalam menentukan manajemen yang
tepat untuk masalah khusus yang sudah ditemukan
Panduan ini disusun menurut tanda dan temuan
klinis (misalnya kesulitan bernafas) Karena pendekatan
ini berbeda dengan buku sebagian besar buku teks yang
biasanya disusun berdasarkan penyakit,maka diagnosis
yang sesuai sebagian terdapat pada tabel diagnosis atau
diagnosis banding
Bagian 1. Penilaian dan temuan, dimulai dengan
bab singkat untuk mengenali bayi dengan risiko terjadi
kematian segera dan memberikan petunjuk awal untuk
manajemen segera yang diperlukan untuk menstabilkan
keadaan bayi. Bab berikutnya menjelaskan tentang
Penilaian lanjut untuk mengenali masalah khusus bayi,
termasuk anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap.
Terdapat tabel yang akan memberi petunjuk kepada
petugas kesehatan saat melakukan pemeriksaan, yang
memuat panduan manajemen awal yang diperlukan,
kemudian mengarahkan ke bab tentang manajemen
yang tepat sesuai dengan masalah spesifik tersebut. Bab
berikut dengan sedikit perkecualian akan membahas

setiap tanda atau temuan secara terpisah Setiap bab


dimulai dengan manajemen umum (yang tepat) diikuti
dengan tabel yang akan membantu petugas kesehatan
ke arah kemungkinan diagnosis (diagnosis banding)
penyebab masalah tersebut. Diikuti dengan protokol
manajemen singkat Apabila ada beberapa pilihan terapi
maka dipilih yang paling efektif dan murah Terdapat
petunjuk yang jelas tentang penggunaan obat, dosis dan
obat alternatipnya. Keadaan yang memerlukan rujukan
ke rumah sakit yang lebih lengkap terdapat di dalam
tabel pemeriksaan pada masing masing bab yang sesuai
Bagian ini diakhiri dengan bab yang menjelaskan
tentang Penilaian lanjut yang diperlukan untuk
menangani masalah bayi dengan tepat.(5)
Penilaian dan temuan membicarakan mengenai,
Penilaian cepat dan manajemen segera
Penilaian lanjut
Tanda dan temuan ganda
Ibu dengan riwayat infeksi uterin, demam yang
dicurigai infeksi berat selama persalinan, atau
ketuban pecah dini
Gangguan napas
Kejang , spasme atau tidak sadar
Kadar glukose darah rendah (hipoglikemia)
Suhu tubuh abnormal
Hipotermia berat
Ikterus
Letargi dan tanda tidak spesifik lainnya
Diare
Muntah dan/atau distensi abdomen
Masalah pemberian minum
Perdarahan dan/atau pucat
Trauma lahir
Masalah kulit dan selaput lendir
Infeksi talipusat
Masalah mata
Kelainan bawaan
Bayi baru lahir tanpa gejala dari ibu penderita
hepatitis B, tuberkulosis (TBC), diabetes, atau
sifilis
Ibu dengan HIV
Bagian 2. Prinsip perawatan bayi baru lahir,
membicarakan prinsip umum perawatan bayi sakit atau
kecil. Bagian ini meliputi prinsip umum perawatan
lanjut, pemberian minuman, mempertahankan suhu
tubuh, pencegahan infeksi, pemberian imunisasi dan
penilaian pertumbuhan. Terdapat pula bab mengenai
91

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

pemberian oksigen, pemberian antibiotika dan


pemberian transfusi darah. Bagian ini diakhiri dengan
bab mengenai dukungan emosional, petunjuk kunjungan keluarga, dan petunjuk pemulangan dan
kunjungan tindak lanjut.

untuk menjelaskan secara rinci bagaimana melakukan


tindakan terserbut tetapi lebih kearah langkah langkah
yang diambil berhubungan dengan tindakan tersebut.
Oleh karena prinsip umum prosedur sudah ada pada
bagian pertama maka pada bab ini tidak diulangi,
kecuali untuk tindakan khusus.

Prinsip perawatan bayi baru lahir membicarakan


mengenai,
Tata laksana neonatus sakit atau kecil
Mempertahankan suhu normal bayi
Terapi oksigen
Manajemen pemberian minum dan cairan
Antibiotik
Pemakaian darah dan produk darah secara klinis
Menilai pertumbuhan
Imunisasi
Komunikasi dan dukungan emosional
Pencegahan infeksi
Pemindahan dan rujukan
Memulangkan dari rumah sakit dan tindak lanjut

Prosedur pada bayi baru lahir membicarakan


mengenai,
Resusitasi
Pemasangan jalur intra vena
Pengambilan sampel darah
Pengukuran kadar glukose darah
Pengukuran suhu tubuh
Pemberian suntikan
Pemasangan pipa lambung
Transfusi darah
Tranfusi tukar
Pungsi lumbal
Insisi dan drainase abses

Bagian 3. Tindakan, menjelaskan tentang


tindakan yang mungkin diperlukan untuk perawatan
bayi sakit atau kecil. Dalam hal ini tidak dimaksudkan

Bagian 4. Tambahan, mengandung berbagai


informasi yang berguna bagi petugas kesehatan seperti,
persedian obat, perlengkapan dan alat habis pakai yang

Tabel 7. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian


No

Masalah/tindakan

Lama

Diagnosis asfiksia

Skor Apgar

Tindakan untuk mulai resusitasi

Tindakan pemasangan infus talipusat

Suntikan natrium bikarbonas

5
6

Memotong kejang
Diagnosis hipoglikemia

7
8

Antibiotika profillaksis
Vitamin K 1

9
10

Imunisasi BCG
Komunikasi dan dukungan emosional

92

Baru

Penilaian 3 parameter: napas spontan/menangis,


denyut jantung, warna kulit
Skor Apgar menit 1 5 Segera, setelah penilaian awal dengan 5
parameter : air ketuban, napas/ menangis, warna
kulit, tonus otot, dan masa gestasi
Prioritas segera dipasang Tidak boleh dipasang sebelum Ventilasi dilakukan
dengan benar dan efektip
Segera diberikan
Tidak boleh segera diberikan mengingat bahaya
cukup besar dan hanya diberikan bila ada tanda
asidosis metabolik dan sesudah ventilasi dan
kompresi dada dilakukan dengan benar dan
efektip
Pemberian diazepam
Pemberian fenobarbital
Kadar glukosa tergantung Tidak tergantung masa gestasi,
masa gestasi
kadar glukosa < 45 mg/dL
Diberikan 3 hari
Tidak diberikan
Diberikan untuk kasus
Diberikan kepada semua bayi
tertentu: partus tindakan,
BBLR, bayi kurang
bulan
Segera lahir setelah
Umur 1 bulan
Jarang diperhatikan
Harus selalu dilakukan

Sari Pediatri, Vol. 6, No. 1 (Supplement), Juni 2004

esensial dan seharusnya ada di fasilitas pelayanan


rujukan dasar, contoh rekam medik dan formulir dan
sebagainya. Disediakan indeks yang dapat digunakan
pada keadaan gawat-darurat untuk kematian neonatal
dini apatkan keterangan dengan cepat. Informasi yang
sangat penting termasuk diagnosis, penatalaksanaan
dan langkah tindakan dicetak dengan huruf tebal. Data
lain dimasukkan menurut abjad.5 Tabel 7

JHPIEGO Jakarta, telah menyelesaikan penyusunan Buku tersebut yang juga merupakan
adaptasi Draft WHO, dengan versi Indonesia.
Buku tersebut saat ini sedang menunggu dana
untuk dicetak.
Perlu diperhatikan hal hal baru yang penting yang
berdasarkan bukti Medis (EBM = evidence based
medicine) untuk peningkatan kualitas pelayanan
neonatal .

Ringkasan
Daftar Pustaka

Angka kematian neonatal terutama neonatal dini


masih cukup tinggi
Penyebab kematian neontal adalah asfiksia
neonatorum, BBLR dan Infeksi
Upaya penurunan angka kematian neonatal ini
harus merupakan kegiatan yang terpadu, kontinum dan komprehensip
Pemerintah telah melakukan upaya tersebut
dengan melakukan regionalisasi pelayanan
neonatal, melengkapi sarana dan prasarana serta
berusaha untuk memantapkan sistem rujukan
Rumah sakit kabupaten atau rumah sakit lain yang
dapat berfungsi sebagai rumah sakit rujukan dasar
mempunyai peran yang sangat strategis oleh
karena itu haruslah dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang memadai serta sumber daya
manusia yang dapat memberi pelayanan neonatal
yang optimal
Buku Panduan Manajemen Masalah Neonatus di
Rumah Sakit Rujukan Dasar sangat diperlukan/
Untuk itu UKK Perinatologi IDAI bekerja sama
dengan Departemen Kesehatan R.I., dan MNH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

WHO.Managing Newborn Problems : A guides for


doctors, nurses and Midwives. Final Draft April 2003
(unpublished)
Tim Surkesnas . Survei Kesehatan Nasional 2001
Laporan Studi Mortalitas 2001 : Pola Penyakit Penyebab
Kematian di Indonesia.Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan R I. Jakarta, 2002
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan maternal
dan Neonatal. Editor Ketua Saifuddin AB, Editors
Wiknyosastro GH,Affandi B,Waspodo D. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. Jakarta .1999
Buku Panduan Manajemen Masalah bayi baru Lahir
Untuk Dokter, Perawat dan Bidan di Rumah sakit
rujukan Dasar. Kerjasama UKK Perinatologi IDAI
Departemen R I MHH JHPIEGO, Jakarta , 2003
( inprint )
Unit Kerja Koordinasi (UKK) Perinatologi IDAI. Survei
Rumah Sakit Tipe C di 6 Propinsi, 2001 (unpublished)

93

Anda mungkin juga menyukai