Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga
ikut berkembang dan mengalami banyak perubahan. Seperti peristilahan
yang merupakan hal penting dalam sebuah bahasa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), istilah bermakna :
kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Di samping kata istilah, ada pula kata turunan istiah yang lain,
yaitu peristilahan yang bermakna perihal istilah dan peristilahan yang intinya
hampir mirip dimana juga membahas mengenai makna atau arti sebuah kata.
Atas dasar itu tidak heran beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul
berbagai kata yang memiliki banyak makna baru, meski demikian makna yang
melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna
suatu kata yang terjadi terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu
sendiri. Untuk itu perlu kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara
utuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah pengertian dari pembentukan kata?


Apa saja macam macam pembentukan kata?
Bagaimana proses proses pembentukan kata?
Bagaimana konstruksi morfologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa indonesia
2. Untuk mengetahui pengertian pembentukan kata
3. Untuk mengetahui macam macam pembentukan kata
4. Untuk mengetahui proses proses pembentukan kata
5. Untuk mengetahui konstruksi morfologi

BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembentukan kata
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah
subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.
Ciri suatu kata yang mengalami morfologis yaitu mengalami perubahan bentuk,
mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis kata.
2.2 Macam - Macam Pembentukan Kata
Bahasa indonesia memiliki berbagai macam pembentukan kata, yaitu :
1. Antonim, yaitu suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain.
Antonim juga disebut dengan lawan kata.
Contohnya : 1. Kemudahan lawannya kesulitan
2. Naik lawannya turun
3. Kaya lawannya miskin
2. Sinonim, yaitu suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun
memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim juga disebut
dengan persamaan kata atau padanan kata.
Contohnya : 1. Bohong sama dengan dusta
2. Berjumpa sama dengan bertemu
3. Pakaian sama dengan busana
3. Polisemi, yaitu kata kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu
karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata.
Satu kata seperti kata kepala dapat diartikan bermacam macam
walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas
leher.
Contohnya : 1.Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu
sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas.
( kepala bermakna pemimpin ).
2.Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit
hidrosepalus. ( kepala berarti bagian tubuh manusia yang
ada diatas ).
3.Tiap kepala harus membayar iyuran keamanan. ( kepala
berarti individu )
2

4. Hiponim, yaitu kata - kata yang terwakili artinya oleh hipernim. Umumnya
kata - kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota
dari kata hipernim.
Contohnya : 1. Hipernim : hantu.
Hiponim : pocong, kuntilanak, sundel bolong dan lain-lain
2. Hipernim : ikan
Hiponim : limbalumba, hiu, mujaer, tenggiri, sarden,
mas, nila dan sebagainya.
3. Hipernim :kue
Hiponim :bolu, nastar, biskuit,serabi,brownis dan
sebagainya.
5. Homonim, yaitu suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi
lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf,namun jika
yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.
Contohnya : 1. Amplop ( homofon )
- untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus
menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa )
- agarbisa diterima jadi PNS ia memberi amplop kepada
para pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
2. Bisa ( homofon)
- bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya( bisa =
mampu)
3. Masa dengan massa (homograf)
- guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa =
waktu)
- kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media
massa (massa = masyarakat umum)

2.3 Proses Proses Kembentukan Kata


Proses morfologi disebut cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Morfem adalah
fonem-fonem atau urutan fonem-fonem. Fonem yaitu tiap bunyi.
Yang termasuk morfologi antara lain:
A. Afiksasi
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:
1. Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar.
Contoh :
1.Awalan BerSifat:
- Semua imbuhan Ber- + (kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan,
kata keterangan) akan membentuk kata kerja.
- Mengalami morfofonemis menjadi be- pada kata yang dimulai dengan konsonan
r,
cth: beracun, dan kata yang suku pertamanya mengandung bunyi [-er], cth:
bekerja, beternak.
- Mengalami morfofonemis menjadi bel- pada kata dasar ajar menjadi belajar.
- Memiliki fungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif.
- Bila dipasangkan dengan kata benda umum akan membentuk makna
mempunyai atau memakai, cth: berdasi, bersepatu.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan alat angkutan atau
kendaraan akan membentuk makna naik, cth: bersepeda, berkuda.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan suatu kejadian akan
membentuk makna mengeluarkan atau menghasilkan, cth: berkarya, bertelur.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan zat akan membentuk
makna berisi atau mengandung, cth: berair.
- Bila dipasangkan dengan kata ganti akan membentuk makna memiliki atau
mempunyai, cth: beradik, berkakak.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna merasakan atau
mengalami, cth: bergembira, berduka cita.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama akan membentuk makna
kelompok atau himpunan yang terdiri dari yang disebut pada kata dasarnya, cth:
berdua, berlima.

2. Awalan MeSifat:
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi meng-, cth: menghilang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan y
akan mengalami morfologis, cth: melawan.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal d, t, c, dan j akan
mengalami morfofonemis menjadi men-, cth: mendobrak.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal p, b, dan f akan
mengalami morfofonemis menjadi mem-, cth: membanting.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal s, sy akan mengalami
morfofonemis menjadi meny-, cth: menyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi menge-, cth: mengebom.
- Jadi, prefiks me- mempunyai beberapa variasi bentuk, yaitu men-, mem-, meny-,
meng-, menge-, dan yang tidak mengalami morfofonemis me-.
- Prefiks me- jika dipasangkan dengan kata dasar berbentuk apapun akan
membentuk kata kerja.
3. Awalan PeSifat:
- Membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem l, m, n, r, ng, ny, dan w akan
mengalami morfologis, cth: pemain.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem d, t, c, dan j akan mengalami
morfofonemis menjadi pen-, cth: pendatang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi pem-, cth: pembela.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem s akan mengalami
morfofonemis menjadi peny-, cth: penyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi penge-, cth: pengebom.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi peng-, cth: pengasuh.
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata sifat, maka maknanya: alat untuk
(pembersih), yang memiliki sifat (pemarah), Yang menyebabkan
(pembersih), yang bersifat (pemuda)
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata benda, maka maknanya: pekerjaan
5

seseorang (petani), alat untuk (penggaris, penghapus), yang membuat jadi


(perusak).
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata kerha, maka akan memiliki makna
yang melakukan (pemain, pekerja).
4. Awalan PerSifat:
- Memiliki 3 macam bentuk, Per-, Pe-, dan Pel-.
- Membentuk kata kerja perintah, cth: Percepat!
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna Menjadikan lebih
, cth: pertegas, perkeras.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna Jadikan atau
anggap sebagai, cth: perbudak.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan akan membentuk makna Menjadi atau
Bagi, cth: perlima (Bagi lima).
5. Awalan DiSifat:
- Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan
pekerjaan pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna:
dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi.
- Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya.
6. Awalan TerSifat:
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna tiba-tiba, tak
disengaja, dapat di-, sudah di-, yang di-.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna paling, cth:
terpandai.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna dikenai atau
sampai /kena.
- Fungsi awalan Ter- antara lain, membentuk kata kerja pasif (terhukum),
Membentuk kata kerja aktif (tersenyum), Membentuk kata keadaan (terbaru),
Membentuk kata benda (tersangka).

7. Awalan KeSifat:
- Awalan Ke- tidak mempunyai variasi bentuk atau morfofonemis
- Fungsi awalan ke- antara lain: membentuk kata bilangan yang menyatakan
tingkat dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja,
membentuk kata benda dengan arti orang atau sesuatu yang di
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata benda
akan membentuk makna: tingkat (cth: Ia duduk di kursi kedua), himpunan atau
kumpulan (cth: kedua orang itu teman saya).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna kena atau tidak
sengaja, cth: ketipu, ketabrak.
- Bila dipasangkan dengan kata tua, kasih, dan kehendak akan menghasilkan
makna orang atau sesuatu yang di.
8. Awalan SeSifat:
- Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk
perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya:
satu (sebuah, sepotong), seluruh (sekampung), seperti(semacam).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya:
sama (secantik), sampai (sekenyang), sebatas (sekuat).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah segera setelah, cth: sepulang, sesampai.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami
morfologis tetap menjadi se-.
2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata.
Contoh :
Infiks el-, -em-, -erSifat:
Infiks memiliki makna :
- Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegargelegar, gulung-gemulung.
- Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa kata
benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari.
- Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar.
- Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji,
suling-seruling.

3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata.


Contoh :
1. Akhiran kan
Sifat:
- Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk
kata kerja transitif (bungkukkan, acungkan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna melakukan
perbuatan, cth: ambilkan.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna membuat jadi,
cth: damaikan.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna memasukkan
ke, cth: gudangkan.
- Sufiks kan searti dengan kata pada, dengan, atas, cth: berasaskan
kesetiakawanan = berasas pada kesetiakawanan.
2. Akhiran an
Sifat:
- Akhiran an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat
(kubangan), hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me(timbangan), cara me- (tendangan), dalam keadaan (tiduran).
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna:
yang bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/
kumpulan (rambutan), tiap-tiap (bulanan, tahunan), serupa/seperti (orangorangan), mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran).
3. Akhiran i
Sifat:
- Fungsi akhiran i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi) dan
membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi
(ketuai).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya:
membuat jadi (yakini, awali).

4. Konfiks (Penggabungan antara Prefiks dan Sufiks) , yaitu afiks yang terdiri
dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan satu dibelakang bentuk dasar
kata.
Contoh :
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna
menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya, cth:
bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk
makna banyak serta tidak teratur (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang
menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna saling atau
berbalasan (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu
akan membentuk makna jadikan bahan (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu
akan membentuk makna jadikan supaya (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.

4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna melakukan
hal (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna masalah
tentang (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna tempat
. (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk
makna daerah, wilayah, atau kawasan (pegunugnan, pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna
lakukan supaya jadi (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna lakukan
yang disebutkan pada kata dasarnya (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan
membentuk makna hal atau peristiwa (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk
makna proses (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk
makna tempat (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan
mendapatkan makna alat, (penggorengan, penglihatan).

10

7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata
kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan
gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan, maka maknanya menyebabkan jadi (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang
mebentuk kata jadian, maka maknanya menyebabkan jadi (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk
gabungan kata, maka maknanya adalah membuat jadi (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna melakukan sesuatu
untuk orang lain (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna membuat jadi (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna meberi atau membubuhi
(menggarami, menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna melakukan sesuatu (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna melakukan
11

berulang-ulang (menembaki, memukuli).


- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna
merasakan sesuatu pada (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna dapat dilakukan
(terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna tidak
sengaja dilakukan (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna
dapat dilakukan, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk
makna tidak sengaja terjadi (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung
akan membentuk makna hal atau peristiwa (kedatangan, kenaikan,
keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk
makna tempat atau wilayah (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna sedikit
bersifat atau keadaan (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna mengalami atau tidak sengaja (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna terlalu
(kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna terlalu disarankan tidak
12

menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata


keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna hal atau
masalah (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.
5. Simulfik (Imbuhan gabung) , yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
segmental yang dileburkan pada dasar kata dan mempunyai fungsi membentuk
verba atau memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata lain.
Contoh :
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
menjadikan sebagai bahan (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan
akan membentuk makna menjadikan supaya (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna membuat supaya
obyeknya menjadi atau menjadi lebih (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
melakukan yang disebut pada kata dasarnya (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya dengan makna dibuat jadi.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
13

4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi.
6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental,
afiks ini tidak ada dalam bahasa indonesia, biasanya kata superfiks atau suprafiks
dapat dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama) menjadi suwi (lama
sekali).
7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa
indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan o-,Pada gabungan indonesia dan logi menjadi indonesianologi.
8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi
bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab
contohnya : ktb dapat diberi transfiks a-a, i-a, a-i, dsb.
Menjadi katab(menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung
dengan dasar kata. Contoh: memperkatakan, mempercayakan.

14

B. Reduplikasi
Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
1. Reduplikasi Fonologis
Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena
pengulangannya bersifat fonologis yang artinya bukan atau tidak ada pengulangan
leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru, dan lain sebagainya.
2. Reduplikasi Morfemis
Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem
yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres
menjadi kata beres-beres.
3. Reduplikasi Sintaktis
Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus
klausa (berada di luar cakupan morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian
lagi, diantaranya:
1. Dwipurwa
Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal.
Contohnya: tetangga, lelaki, sesama.
2. Dwilingga
Yaitu pengulangan leksem. Contohnya: pagi-pagi.
3. Dwilingga salin swara
Pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contohnya: mondar-mandir,
pontang-panting.
4. Dwiwasana
Yaitu pengulangan bagian belakang leksem. Contohnya: pertama-tama, sekalikali.
5. Trilingga
Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem.
Conthnya: cas-cis-cus, dag-dig-dug, dar-der-dor.

15

C. Komposisi
Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata.
Deskripsi tersebut jelas menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari
frase (gabungan kata, bukan gabungan leksem).
Ciri-ciri perbedaan kompositum atau paduan leksem :
1. Ketaktersisipan yaitu diantara komponen-komponen kompositum tidak dapat
disisipi apapun. Contoh: buta warna, tuna susila.
2. Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat
diafiksasikan atau dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin
untuk semua komponennya sekaligus. Contoh: kereta api menjadi perkeretaapian.
3. Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan.
Contoh: pulang pergi, bumi hangus.
D. Abreviasi
Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi
leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk
abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.
Jenis-jenis kependekan:
1. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja
Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
2. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem. Contoh : Prof (Profesor).
3. Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata
atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit
banyak memenuhi kaidah fonotaktik indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan
bukan/ef/, /ka/, /i/, /pe/
3. Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau
gabungan leksem. Contoh : tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
4. Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau
lebih yang menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur.
Contoh : g (gram), cm ( senti meter).

16

E. Derivasi Balik
Yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya berdasarkan polapola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang
secara historis tidak diramalkan. Contoh: kata mungkir dalam dipungkiri yang
dipakai orang karaena mengira bentuk itu merupakan padanan pasif dari
memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada, yang ada adalah kata mungkir).
Terjadinya pungkir menjadi mungkir didasarkan pada pola peluluhan fonem
dalam pasang menjadi memasang menjadi dipasang.
2.4 Kontruksi morfologi
Kontruksi morfologi adalah bentukan daripada kata yang mungkin
merupakan morfem tunggal atau gabungan antara morfem yang satu dengan
morfem yang lain. Bagian bagian dari kontruksi morfologi antara lain :
A. Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah konstruksi yang berbeda distribusinya dari pada dasarnya,
sedangkan infleksi konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan
dasarnya.Contoh: 1. Anak itu menggunting kertas ( Gunting )
2. Makanan itu sudah busuk ( Makan )
3. Nana ingin menjadi pelari ( Lari )
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan
ternyata dasar itu masing-masing tidak dapat menduduki distribusi yang sama
dengan konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimatkalimat: Anak itu gunting kertas, makan itu sudah busuk dan Nana ingin menjadi
lari. Jadi ketiga konstruksi itu termasuk derivasi.
Contoh : 1. Saya membaca buku itu (Baca)
2. Engkau mendengar suara itu (Dengar)
3. Saya memasak ikan (Masak)
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan
ternyata dasar itu masing-masing dapat menduduki distribusi yang sama dengan
konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat:
Saya baca buku itu, engkau dengar suara itu, dan saya masak ikan. Jadi ketiga
konstruksi itu termasuk infleksi.

17

B. Pemajemukan
Adalah konstruksi yang terdiri atas dua morfem, atau dua kata atau lebih. Contoh:

II

Sabun mandi

Orang mandi

Rumah sakit

Anak sakit

Kaki tangan

Kaki meja

Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem lain, sedangkan pada deretan II
dapat. Jika kita bisa mengatakan orang yang mandi, anak yang sakit, kaki nya
meja, tetapi tidaklah sabun yang mandi, rumah yang sakit, atau kaki nya tangan.
Konstruksi-konstruksi pada deretan I itu disebut majemuk, yang pada deretan II
disebut frasa.
C. Endosentrik dan Eksosentrik
Apabila konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu
unsur-unsurnya disebut endosentrik. Apabila konstruksi itu berlainan distribusinya
dari salah satu daripada unsur-unsurnya disebut eksosentrik.
Contoh endosentrik:
1. Rumah sakit itu baru dibangun
2. Rumah itu baru dibangun
Contoh eksosentrik:
1. Kedua orang itu mengadakan jual beli
2. Kedua orang itu mengadakan jual
3. Kedua orang itu mengadakan beli

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah
subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.
Macam macam pembentukan kata:
1.
2.
3.
4.
5.

Antonim
Sinonim
Polisemi
Hiponim
Homonim

Proses-proses pembentukan kata:


1.
2.
3.
4.
5.

Afiksasi
Reduplikasi
Komposisi
Abreviasi
Derivasi Balik

Konstruksi morfologi:
1. Derivasi dan Infleksi
2. Pemajemukan
3. Endosentrik dan Eksosentrik

DAFTAR PUSTAKA
19

Slametmuljana. 1957. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan


Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[1] Slametmuljana. 1957. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan hal 199
[2] Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga hal 190
[3] Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa
Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama hal 29-178
[4] Samsuri, Analisis, op.cit., hal 195-200
https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesiapembentukan-kata/
http://rezkap-kentangrebus.blogspot.com/2013/10/makalah-proses-pembentukanistilah-dan.html
http://messi-barcelona-ghofur.blogspot.com/2011/01/contoh-pembentukankata.html

20

Anda mungkin juga menyukai