(Direct Instruction)
Posted on 27 Januari 2011 by AKHMAD SUDRAJAT 22 Comments
1. Apa Model Pembelajaran Langsung itu?
Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong
siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk
mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)
mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsepkonsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam
langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;
(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan
cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4)
menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihanlatihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap
respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru
untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini
peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini
dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase
bimbingan latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung,
yaitu sebagai berikut.
Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan
pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan
informasi baru secara individu atau kelompok.
Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu
terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon
siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah
mereka pelajari.
Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan
garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan
keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki
struktur yang jelas dan pasti.
Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan
pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan suatu kegiatan praktik.
Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan
yang sangat terstruktur.
Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau
ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa
yang harus dicapai oleh siswa.
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang
relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa
yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan
menafsirkan informasi.
Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan
lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu,
tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan
berpartisipasi dan dipermalukan.
Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara
langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian
terkini.
Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas
dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa
tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model
pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru
dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa.
Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran
ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya
diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan
pembelajaran mereka akan terhambat.
Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi
dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung,
dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa.
Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran
langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses
dan memahami informasi yang disampaikan.
Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana
materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa.
Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan
perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang
disampaikan.
Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya
bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan
menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru
sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat
membuat siswa tidak paham atau salah paham.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/model-pembelajaran-langsung/
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data,
menganalisis data,
memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
memilih cara untuk memecahkan masalah,
merencanakan penerapan pemecahan masalah,
melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi
dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan
dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang
mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan
di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi
siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata
siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan
kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model
pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan
peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah
kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi
pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah
adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan
kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah
secara bersama.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber,
siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan
menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk
memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ideide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan
jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap
penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan
peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas
guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga
terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.
D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil
( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative
yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria
penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal
pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria
penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi
ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai
mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan
tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa
terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar
( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan
ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru
berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan
sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan
sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatih
Siswa sebagai problem solver
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
memonitor pembelajaran
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
menjaga agar siswa terlibat
mengatur dinamika kelompok
menjaga berlangsungnya proses
peserta yang aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran
membangun pembelajaran
menarik untuk dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusankeputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan
berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan
operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an
di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahaptahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah
yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan
aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar
yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok,
materi yang ditugaskan (Lie, 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim /
kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal,
dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa
ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda
yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Jigsaw
1)
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah
anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini,
setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian
materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok
Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang
akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok
asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
2)
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
3)
4)
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
5)
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
No
Keunggulan
Kelemahan
Dapat menambah kepercayaan siswa Prinsip utama pembelajaran ini adalah
akan kemampuan berpikir kritis.
Peerteaching yaitu pembelajaran oleh teman
sendiri. Ini akan menjadi kendala karena persepsi
dalam memahami suatu konsep yang akan
1.
didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam
hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak
diperlukan agar jangan sampai terjadi salah
konsep (Miss Conception).
Setiap siswa akan memiliki tanggung Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu
jawab akan tugasnya.
berdiskusi menyampaikan materi pada teman,
jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus
2.
mampu memainkan perannya dalam
memfasilitasi kegiatan belajar.
Mengembangkan kemampuan siswa Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian
mengungkapkan ide atau gagasan
siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini
3.
dalam memecahkan masalah tanpa
biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama
takut membuat salah.
untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas
tersebut.
Dapat meningkatkan kemampuan
Awal pembelajaran ini biasanya sulit
sosial: mengembangkan rasa harga diri dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup
4.
dan hubungan interpersonal yang
dan persiapan yang matang sebelum model
positif.
pembelajaran ini bias berjalan dengan baik.
Waktu pelajaran lebih efisien dan
Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40
5.
efektif.
siswa) sangat sulit.
Dapat berlatih berkomunikasi dengan
6.
baik.
6)
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
1. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Jigsaw
Tabel 2.5
Keunggulan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Jigsaw
http://elnicovengeance.wordpress.com/2013/01/21/model-pembelajaran-jigsaw/