Anda di halaman 1dari 5

PEMEKARAN TANPA PERENCANAAN DI PAPUA

Pengantar
Pemekaran merupakan sebuah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, dalam rangka
membuat sebuah wilayah pemerintahan baru, untuk kebutuhan itu maka tentunya diperlukan
adanya instrument yang secara hukum mengatur tentang syarat, indikator,dll untuk dapat
memekarkan sebuah daerah.
Dalam beberapa tahun belakangan ini di Papua sedang gencar-gencarnya melakukan gerakan
pemekaran daerah baik pemekaran distrik, kabupaten dan provinsi, ide pemekaran dilakukan
tentunya telah dipikirkan oleh para penggagas secara baik dan menyeluruh, para penggagas
juga tentunya telah mendapat dukungan oleh masyarakat umumnya atau sebagian
masyarakat, Disatu sisi pemekaran juga membawa persoalan akibat tidak direncanakan secara
baik dan menyeluruh kadang pemekaran juga tidak memperhatikan atau mengesampingkan
aturan tentang pemekaran dalam peraturan perundang-undangan yang dijadikan sebagai dasar
pemekaran sebuah daerah.
Dasar Hukum
Usulan pemekaran daerah harus menaati UU No 32 tahun 2004. Beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang ini adalah: Pasal 4 (3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan
beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah
menjadi dua daerah atau lebih.
Pemekaran wilayah harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan fisik kewilayahan (Pasal
5(1)). Syarat administratif untuk provinsi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota
dan Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD
provinsi induk dan Gubernur, serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Syarat administratif
untuk kabupaten/kota meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan
Bupati/Walikota yang bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta
rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Sedangkan syarat teknis meliputi faktor yang menjadi
dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah,
sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor
lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Syarat fisik meliputi paling
sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima)
kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan
kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
Namun bukan berarti apabila suatu daerah telah memenuhi persyaratan administratif,
teknis, dan fisik kewilayahan maka dengan sendirinya pemekaran wilayah dapat dilakukan.
Hal ini disebabkan oleh adanya persyaratan jangka waktu jalannya pemerintahan induk. Ada
batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan untuk dapat melakukan pemekaran
wilayah. Untuk pembentukan Provinsi disyaratkan sepuluh tahun, Kabupaten/Kota
disyaratkan tujuh tahun, dan untuk Kecamatan batas minimal penyelenggaraan pemerintahan
adalah lima tahun.
Selanjutnya aturan tentang pemekaran juga diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 78
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
Prosesnya melengkapi tiga persyaratan, yakni administratif, teknis, dan fisik kewilayahan,
termasuk memenuhi batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan bagi daerah yang
dapat dimekarkan.
Alasan Pemekaran
Secara teori, tujuan pemekaran wilayah antara lain adalah: untuk peningkatan pelayanan

kepada masyarakat, peningkatan keamanan dan ketertiban, percepatan pertumbuhan


kehidupan demokrasi, percepatan pengelolaan potensi daerah, dan agar terjadinya percepatan
pembangunan ekonomi daerah. Sulit bagi kita tidak sepakat dengan alasan ideal ini. Kalau
saja pemekaran wilayah semata-mata dengan alasan-alasan tersebut, bukan main
kemungkinan hasil positif yang dapat dicapai bagi kepentingan masyarakat.
Dalam praktek, muncul dugaan adanya alasan-alasan lain mengapa kencangnya hasrat
untuk memekarkan wilayah dibanyak daerah, bukan dikarenakan alasan ideal tadi. Bahkan
dibeberapa tempat terjadi disharmonisasi antar berbagai komponen masyarakat akibat silang
pendapat soal pemekaran wilayah. Ada kelompok yang sangat ingin terjadinya pemekaran
wilayah. Namun disisi lain ada pihak yang dianggap mempersulit rencana itu. Dalam praktek,
ada beberapa alasan yang mungkin menjadi latar belakang pemekaran wilayah. Boleh jadi
ada alasan ideal sebagaimana dikemukakan pada aspek teori soal pemekaran wilayah tadi.
Namun juga berkembang kemungkinan alasan lain tentang mengapa ada pihak yang mau
memekarkan suatu wilayah. Dua kemungkinan alasan lain itu adalah: sebagai gerakan politik
pihak yang kalah dalam PILKADA dan agar tercipta jabatan-jabatan baru di wilayah
pemekaran.
PILKADA selalu saja menyisakan pihak yang kalah. Dalam PILKADA dibanyak daerah,
jumlah calon yang biasanya sekitar empat sampai duabelas pasang. Itu berarti ada banyak
pasang calon yang kalah. Memang semua kandidat akan berbicara soal sportivitas, soal janji
akan menerima segala hasil pemilihan. Namun dibeberapa tempat pihak yang kalah
melakukan perlawanan baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Secara terangterangan dimulai dari penggunaan kekerasan hingga kepada mempersoalkan perhitungan
suara. Boleh jadi memang ada soal dengan perhitungan suaranya, namun biasanya publik
menafsirkannya sebagai indikasi tidak siap menerima kekalahan.
Sebagai pihak yang kalah, cara paling aman adalah melakukan gerakan-gerakan politik yang
sah secara hukum. Diantara gerakan politik yang dianggap sah secara hukum itu adalah
melalaui prakarsa pemekaran wilayah. Pemekaran wilayah berarti ada kesempatan untuk
menjadi kepala daerah. Selain itu, bukan mustahil sebagai upaya menggembosi kekuasaan
kepala daerah yang sedang berkuasa. Bukankah pada Pilkada lalu ia adalah lawan politik?
Gerakan-gerakan dalam upaya pemekaran akan menjadi gesekan berarti atau malah cukup
memusingkan kepala daerah tersebut.
Hampir setiap manusia normal menginginkan jabatan. Hukum alamnya begini. Seseorang
yang belum memiliki kekuasaan akan berusaha untuk mendapatkan kekuasaan. Siapa yang
berkuasa akan berjuang mempertahankan kekuasaan itu. Jika telah berkuasa akan berusaha
meraih jenjang kekuasaan yang lebih tinggi lagi. Pemekaran wilayah sebagai salah satu upaya
untuk mempertahankan kekuasaan, rotasi kekuasaan dan mendapatkan kekuasaan yang lebih
tinggi.
Katakanlah terjadi pemekaran wilayah yang menghasilkan kabupaten baru, bakal terbuka
lebih banyak lowongan jabatan yang tersedia. Mulai dari jabatan kepala daerah dan wakil
kepala daerah, para asisten, Sekda, para KABAG, para kepala dinas. Ini jabatan yang utama
saja. Begitu juga di legislatif, tersedia lowongan puluhan anggota Dewan, Unsur pimpinan,
Ketua Komisi, Sekretaris Dewan, para kepala bagian. Bagi banyak orang pastilah lowonganlowongan ini sangat menggiurkan.
Disisi lain ide pemekaran juga digagas oleh dilakukan oleh pihak-pihak yang merasa
mempunyai kemampuan untuk membangun daerah, namun dikabupaten induk atau ditempat
dia bekerja tidak ditempatkan di posisi yang tepat untuk membangun daerah atau
mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya, sehingga dalam rangka menyiapkan ruang bagi
kelompok ini ide pemekaran ini didorong, ada juga pemekaran didorong juga oleh orang yang
daerahnya tidak tersentuh pembangunan secara baik dari daerah induk, dengan demikian
mereka berpandangan dengan pemekaran maka kemungkinan daerahnya dapat tersentuh

pembangunan. Gagasan pemekaran juga sering menjadi sebuah peluang bisnis bagi
kontraktor untuk berjudi dan membiayai karena jika disetujui akan membuka peluang untuk
mendapat proyek atau mengelola SDA didaerah pemekaran yang baru tersebut
Kondisi riil
Pemekaran di Papua, telah terjadi beberapa kali dan dibeberapa tempat, ada pemekaran
kampung, distrik kabupaten dan provinsi ada yang sesuai dengan aturan ada juga yang tidak
sesuai dengan aturan, ada yang dilakukan karena kecewa dengan hasil pilkada yang terlewati
beberapa tahun yang lalu dan juga karena akan terbuka peluang menduduki jabatan yang
dinginkan, dan juga keinginan untuk berbuat terbaik untuk tanah papua, bagi Jakarta semua
itu gampang tidak sulit, asal jangan minta merdeka, bagi Jakarta tidak sulit asal dalam rangka
membatasi meminimalisir keinginan aspirasi merdeka, sebenarnya tanpa permintaan macammacam pemekaran daerah adalah kewenangan pemerintah. Sebenarnya pemekaran itu baik,
karena banyak peluang jabatan terbuka, banyak proyek tersedia, terbuka peluang untuk
pengelolaan SDA oleh investor, namum pengalaman tidak semua putra daerahnya memiliki
pangkat/golongan yang memenuhi syarat, sehingga banyak juga pegawai non putra daerah
berdatangan disertai keluarga dari kampung untuk menduduki jabatan dan diterima sebagai
pegawai serta keluarga lainnya untuk membuka usaha tanpa memberdayakan putra daerah,
pemekaran juga telah melahirkan persaingan yang tidak sehat antara elit local dalam berebut
jabatan yang biasa disebut tempat basah (Kadis PU, BAPEDA, Kadis Kesehatan, Kadis
Keungan dan Kadis Pendidikan) yang berujung kepada adanya pertikaian karena kedua belah
pihak mengarahkan pendukung, yang terdiri dari berbagai kelompok sehingga tercipta sebuah
film action antar gang didaerah tersebut, sehingga memungkinkan bertambahnya pasukan
TNI/POLRI yang menjadi pengamanan disana, padahal masyarakat sedang trauma dengan
adanya pasukan berlebihan di Papua. Kehadiran pemekaran juga menghadirkan pedagang
non papua yang secara perlahan-perlahan akan menggeser pedagang asli, sehingga
perekonomian di wilayah baru ini dikuasai oleh pedagang non papua. Kehadiran pemekaran
juga telah membuat konflik tapal batas antar kabupaten, pencaplokan wilayah antar
kabupaten yang saling berbatasan yang sampai hari ini tidak bisa diselesaikan secara benar
dan menyeluruh serta tidak pernah usai dan pembuatan RTRW secara sepihak tanpa adanya
koordinasi dengan kabupaten yang berbatasan. Hal ini diperparah juga karena pada waktu
lalu pemekaran menjadi proyek biro pemerintahan setda provinsi papua, dalam ikut
menyiapkan persyaratannya serta dengan mudah oknum dosen uncen dan unipa menjual
dokumen ilmiah yaitu dengan menyiapkan naskah akademik serta study kelayakannya.
Perencanaan Pemekaran
Kamaruddin selaku Wakil Ketua Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD), menjelaskan
Usulan pemekaran daerah melewati tiga pintu, yakni DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),
DPD, dan Pemerintah. Ketiganya bersinergi, tidak terpisah-pisah. Prinsipnya sama, tidak
berbeda-beda Selanjutnya, ia menjelaskan, bahwa pemekaran daerah pada wilayah Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat tergolong regional lima, yang penduduknya minimal
berjumlah 35 ribu jiwa. Jika pemekaran daerah di regional lain, penduduknya minimal 100
ribu atau 150 ribu jiwa. Khusus di regional lima, Papua dan Papua Barat, penduduknya
minimal 35 ribu jiwa.
Jika pemekaran didorong oleh DPR dan DPD pada akhir-akhir masa jabatan, mungkin juga
dalam rangka menanggapi aspirasi masyarakat namun disisi lain dapat diduga dilakukan
dalam rangka mencari simpati dari konstituen untuk dipilih dalam Pemilu Legislatif,
Pandangan kami pemekaran akan lebih bijaksana jika direncanakan oleh pemerintah, dengan
mempertimbangkan semua aspek, agar pemekaran dapat didesain secara baik, dalam sebuah
komentar di harian Cendrawasih Pos kami pernah mengatakan bahwa perlu ada Grand Desain

Pemekaran. Dalam pandangan ini pemerintah perlu membuat kebijakan dan program
pemekaran seperti halnya ada Prolegda (Program Legislasi Daerah) untuk perencanaan
pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah. Pemekaran diperlukan adanya Grand
Desain dalam Program Pemekaran Daerah (Properda) dalam rangka mempersiapkan secara
baik pemekarannya terkait dengan wilayah yang akan diplot sehingga dalam beberapa tahun
sebelumnya dapat disiapkan sebagai Pengembangan Kawasan Terpadu, yang dibiayai oleh
pemerintah provinsi yaitu perkantoran, penyiapan lapangan terbang, pelabuhan perintis yang
diikuti dengan penyiapan pesawat terbang dan kapal perintis (Pembelian pesawat yang
ditempatkan dibeberapa titik seperti: Nabire, Timika, Keerom, Biak, Jayapura, Merauke
untuk menekan ongkos transportasi ke daerah pemekaran), hal ini penting karena saat ini
ongkos transportasi ke daerah pemekaran sangat mahal. Contoh: Tiket Nabire-Mulia, Rp.
2,500.000/Pax. Nabire- Ilaga, Rp.2.000.000, Jayapura-Mamberamo, Rp.3.000.000/Pax,
Jayapura-Mulia Rp.2.500.000,- karna dengan kondisi ongkos yang mahal ini, selama biaya
pembangunan akan banyak terserap dalam biaya transportasi. Penyiapan sarana transportasi
penting agar daerah-daerah dapat dijangkau dengan pesawat dan kapal karena selama ini
banyak daerah tidak terjangkau seperti : Di Mimika; Potoaiburu, Jila; Dumadama di Paniai,
Yamor diantara kaimana dan Nabire, Kirihi dan lembah roufer di Waropen. Pesawat di beli
oleh Pemprov secara leasing dan selanjutnya cicilan di selesaikan oleh kabupaten pengguna,
hasilnya pun dibagi merata.
Kawasan Terpadu dikepalai oleh seorang Pembantu Bupati yang bertanggung jawab kepada
Bupati dan Gubernur, hal ini penting, untuk sebuah kawasan calon kabupaten baru, hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi banyaknya kantor perwakilan kabupaten baru yang dibangun
di kabupaten induk atau kabupaten di kota besar, sampai-sampai penetapan APBD dan
pembahasannya pun dilakukan di kota bukan ibukota kabupaten, hal sangat penting sehingga
pelayanan pemerintahan dapat dilakukan secara maksimal.
Daerah yang baru dari segi kewilayahaan, dengan adanya Grand Design Pemekaran, sebuah
daerah baru telah di siapkan wilayahnya dengan kabupaten-kabupaten tetangganya agar
dipastikan tapal batas kabupatennya sehingga dikemudian hari tidak terjadi konflik tapal
batas antar kabupaten, serta tidak terjadi saling klaim dan pencaplokan wilayah yang
dilakukan antar kabupaten yang bertetangga. Seperti yang pernah terjadi antara: Mimika dan
Paniai, Yahukimo dan Asmat, Keerom dan Pegunungan Bintang. Ada beberapa kabupaten
yang sampai saat ini tidak jelas seperti tapal batasnya yaitu, Paniai dan Nabire, Deiyai dan
Dogiyai, Deiyai dan Paniai, Waropen dan Nabire, Tolikara dan sekitarnya, Jayawijaya, namun
ada gagasan dalam masyarakat dari kabupaten-kabupaten ini sedang berupaya akan
memekarkan wilayah ini, sehingga hal ini penyiapan wilayah dengan penentuan batas atau
disebutkan Tapal Batas sebagai wilayah sebagai bagian dari Grand Design Pemekaran.
Dari sisi lain perlu Grand Design Pemekaran membuat RTRW yang memberikan tempat bagi
tempat-tempat sacral sebagai bentuk penghormatan kepada alam sekitar, karena terkadang
kehadiran kabupaten baru menggusur tempat-tempat sacral di wilayah kabupaten baru,
sehingga didaerah-daerah yang perlu perlindungan tidak perlu dibongkar ditempat demikian
dijadikan sebagai Daerah Khusus yang perlu dilindungi dan tidak perlu ada wilayah
kabupaten.
Grand Design yang perlu disiapkan juga adalah regulasi-regulasi tentang pembatasan trans
spontan dalam membatasi masuknya penduduk nonpenduduk asli serta pengelolaan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa
Penutup
Mengakhiri tulisan ini, saya mau mengatakan sebuah gambaran yang terjadi pada waktu lalu,
dalam perencanaan perkawinan poligami di daerah pegunungan, yaitu sebagai berikut; jika
seorang bapak ingin melakukan poligami, idealnya dia akan menyiapkan lahan, rumah,

perahu, alat dapur bagi istrinya yang baru, setelah semua siap barulah bapak ini akan terbuka
kepada istrinya atau disampaikan kepada orangtua dari si gadis, jika belum maka bapak ini
tidak akan berani. Itu tadi gambaran masa lalu, yang ingin saya katakan dijaman modern ini
perencanaan adalah penting. Pemekaran sesungguhnya penting, namun perlu direncanakan
secara baik dalam kerangka Grand Design Pemekaran, sehingga penting dilakukan secara
baik oleh pemerintah pusat untuk provinsi dan pemekaran kabupaten dilakukan oleh
pemerintah provinsi, dalam kaitan dengan pemekaan di papua, saya sadar bagi mereka yang
sedang berjuang pemekaran pasti tidak dapat menerima usul ini, namun sebagai orang yang
biasa melihat masyarakat di nabire, timika, sentani susah untuk pulang karna tak ada
pesawat,tingginya harga tiket, saya perlu mengusulkan agar pemerintah perlu membuat
Grand Design Pemekaran, sehingga pemekarann dilakukan benar-benar direncanakan secara
baik, hal penting yang segera dilakukan adalah bukan pemekaran kabupaten tetapi
pembahasan tapal batas antara kabupaten yang telah ada, dan membuat program pemekaran
daerah dalam kerangka Grand Design Pemekaran.
Penulis adalah John NR Gobai, Ketua Dewan Adat Paniyai

Anda mungkin juga menyukai