Daftar Isi
I.
Pendahuluan ....2
II.
Insidens........2
III.
Anatomi
dan
fisiologi....
..4
IV.
Etiologi.8
V.
Patogenesis..8
VI.
Diagnosis
Gambaran Klinis.9
Gambaran
Radiologi...11
Pemeriksaan
lainnya.
..20
VII.
Diagnosis
Banding.....
....21
VIII.
Penatalaksanaan....
.22
IX.
Komplikasi.....23
X.
Kesimpulan.....................................................................................
...............24
XI.
Daftar Pustaka.25
Lampiran Referensi
BAB I
Pendahuluan
I.
Pendahuluan
Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan
berupa aganglionik usus, mulai dari spinkter ani interna ke arah
proksimal
dengan
panjang
yang
bervariasi,
tetapi
selalu
gangguan
peristaltik
dibagian
usus
akibat
defisiensi
ganglion
Kelainan pada penyakit ini biasanya ditemukan mulai dari
bagian distal kolon yaitu di peralihan antara usus dengan anus.
Panjang dari bagian segmen yang tidak mempunyai sel ganglion
(aganglionik) itu biasanya berbeda-beda ; 75% pasien terbatas
pada bagian rektum dan sigmoid, 8% pasien mengalami segmen
aganglionik pada seluruh bagian kolon, dan jarang melibatkan
usus kecil.
II.
Insiden
sering
ditemukan
pada
bayi-bayi
dengan
kelainan
BAB II
Penyakit Hirschsprung
III.
(n.splanknikus) yang
(parasimpatis).
Kontinensia
sepenuhnya
sling
dan
tonus
spinkter
ani
eksterna
Tahap I. Tahap awal ini adalah berupa propulsi isi kolon yang
lebih proksimal ke rektum, seiring dengan frekwensi peristaltik
itu sendiri.
Tahap IV. Tahap terakhir ini berupa peninggian tekanan intra
abdominal secara volunter dengan menggunakan diafragma
dan otot dinding perut, hingga defekasi dapat terjadi.
IV.
Etiologi.
Penyakit Hirschsprung terjadi karena tidak ada pleksus
mienterikus Auerbach
dan atau kolon. Neuron enterik berasal dari neural crest dan
bermigrasi secara kaudal bersama dengan serat saraf vagus di
sepanjang usus. Sel-sel ganglion tiba di kolon proksimal pada 8
minggu usia kehamilan dan pada rektum pada 12 minggu usia
kehamilan. Kegagalan migrasi neuron enterik pada kolon dan
atau rektum ini akan membentuk segmen aganglionik. Hal ini
mengakibatkan penyakit Hirschsprung klinis.
V.
Patogenesis.
ke arah kaudal
segmen
aganglionik
yang
tidak
memiliki
pleksus
adalah
panjang,
yang
dan bahkan
diketahui
terdapat
beberapa
defek
berlainan
yang
VI.
Diagnosis
Gambaran klinis
Penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan
usia gejala klinis mulai terlihat :
Periode Neonatal.
Ada
trias
gejala
klinis
yang
sering
dijumpai,
yakni
10
11
dengan
distensi pada usus kecil jika hanya melalui foto polos abdomen.
Oleh karena itu, harus dilakukan pemeriksaan radiologi lanjutan
untuk mendiagnosa penyakit ini. Pemeriksaan dengan barium
enema adalah pemeriksaan yang terbaik untuk melihat obstruksi
yang disebabkan oleh penyakit Hirschsprung ini.
Pemeriksaan barium enema
Pemeriksaan yang merupakan standar dalam menegakkan
diagnosa Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan
dijumpai 3 tanda khas :
1. Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal
yang panjangnya bervariasi;
12
2. Terdapat
daerah
transisi,
terlihat
di
proksimal
daerah
dengan
obstipasi
kronis,
maka
barium
terlihat
13
14
Gambar 10. Rektum pada bayi baru lahir ini kelihatan lebih kecil
dari sigmoid dan kolon descendens, tetapi tidak terdapat zona
transisi yang jelas.
15
16
18
19
20
membuat
diagnosis.
Anak-anak
dengan
penyakit
21
biopsi
menunjukkan
adanya
ganglion,
penyakit
biopsi diperlukan
untuk mengkonfirmasi penyakit Hirschsprung. Pada biopsi fullthickness lebih banyak jaringan dari lapisan yang lebih dalam
dikeluarkan secara bedah untuk kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Tidak adanya sel-sel ganglion menunjukkan penyakit
Hirschsprung.
VII.
Diagnosis Banding.
Kegagalan bayi cukup bulan yang sihat mengeluarkan
mekonium pada waktu 24 jam pertama setelah lahir dapat
dicurigai adanya obstruksi pada usus bayi tersebut. Diagnosis
banding untuk obtsruksi usus besar adalah seperti penyakit
22
Hirschprung
sendiri
dan
beberapa
penyakit
lain
seperti
plug.
Pemeriksaan
ini
dikatakan
memiliki
efek
rektum
pemeriksaan
biasanya
dengan
rectal
menggunakan
touch,
dan
termometer
pemberian
saline
rektal,
enema
23
antara
lain
Intestinal
neuronal
dysplasia,
Penatalaksanaan
1.
Penanganan umum
Stabilisasi
penderita,
mencakup
keseimbangan
cairan
dan
24
2.
Penanganan khusus
operasi
(kurang
ini,
keadaan
baik)
kolon
dan
tetap
hasil
dalam
kedaan
penanganan
operasi
IX.
Komplikasi
Secara garis besarnya, komplikasi pasca tindakan bedah
penyakit
Hirschsprung
anastomose,
stenosis,
dapat
digolongkan
enterokolitis
dan
atas
kebocoran
gangguan
fungsi
penderita
mampu
menguasai
dengan
baik
fungsi
25
BAB III
KESIMPULAN
26
Daftar Pustaka
1. Budi Irawan , Bab 1 dan Bab 2 dalam; Pengamatan fungsi
anorektal pada penderita penyakit Hirschprung pasca operasi
pull-
through
Universitas
.Bagian
ilmu
Sumatera
bedah
fakultas
Utara
2003.
kedokteran
Halaman
May
25,2011.
Diundah
dari
www.emedicine.
medscape.com
3. Hansen, T.J., Koeppen, B.M. 2006. Chapter35 Digestive System in Netters
Atlas of Humans Anatomy. McGraw-Hill. New York. Page 617-640
4. Vera Loening-Baucke ,MD and Ken Kimura,MD, Failur to Pass
meconium: Diagnosing Neonatal Intestinal Obstruction 1999,
diundah dari website www.American Family Physician.com
5. Megacolon Kongenital/Hirschprung Disease , 2010 diundah
dari website www.infokedokteran UGM.com.
6. Alpha Fardah A, IG.M Reza Gunadi Ranuin Sulajanto Marto
Sudarno,
Penyakit
Hirschprung
2011
diundah
dari
www.pediatric.com.
7. Jon A. Vanderhoof And Rosemary J. Young, Chapter 130,
Hirschprung Disease
27
28