Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA NY. S


DENGAN HIPERGLIKEMI
DI IGD RSUD PRAMBANAN SLEMAN

Oleh :
NENDEN SRI ASTUTI
2520142501

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2017

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan gawat darurat pada Ny. S
dengan hiperglikemi di RSUD Prambanan Sleman, tugas ini disusun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat Semester V, pada :
Hari

Tanggal

Tempat

: IGD RSUD Prambanan Sleman

Praktikan,

(................................................)

Mengetahui,
CI lahan,

CI Akademik,

(..........................................)

(.............................................)

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hiperglikemia merupakan keaadaan dimana kadar glukosa darah yang
tinggi dari rentang kadar puasa normal 120 mg/100 ml darah (Elizabeth
J.Corwin, 2009).
Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah melonjak secara
tiba-tiba. Keadaan ini bisa disebabkan antara lain stres, infeksi, dan konsumsi
obat-obatan tertentu. (Saraswati, silvia.2009)
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi
pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah (Sujono & Sukarmin,
2008).
B. Etiologi
1. Defisiensi Insulin, seperti yang dijumpai pada DM tipe 1
2. Penurunan responsivitas sel terhadap insulin, seperti yang dijumpai pada
DM tipe II karena adanya penyebab obesitas, kurangnya aktifitas fisik
3. Stres kronis
Respon terhadap stres mencakup aktivasi sistem saraf simpatis dan
pelepasan hormon pertumbuhan (tyroid), katekolamin epinefrin dan
norepinefrin dari kelenjar adrenal yang selanjutnya akan merangsang
peningkatan pemecahan simpanan glukosa di hepar dan otot rangka.
4. Hipertiroid
Hormon-hormon tersebut menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan
oleh sel-sel pankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel
terhadap insulin
5. Autoimun
Autoimun menyebabkan kerusakan sel-sel beta pankreas yang berakibat
defisiensi insulin sampai kelainan yang menyebabkan retensi terhadap kerja
insulin.
6. Alkoholisme
Dianggap menambah resiko terjadinya kerusakan sel-sel beta pada pankreas.
(ADA, 2009)
C. Tanda dan Gejala

1. Kadar gula darah sewaktu melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula darah
puasa melebihi 126 mg/dl.
2. Poliuria (banyak dan sering kencing)
3. Polipagia (banyak makan)
4. Polidipsi (banyak minum)
5. Kelemahan tubuh, lesu cepat lelah tidak bertenaga
6. Berat badan menurun
7. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
8. Infeksi saluran kencing
9. Glukosuria
10. Infeksi yang sukar sembuh (ADA, 2009)

D. Pathway

E. Patofisiologi
Menurut Tjay (2007), hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin
sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau
hepar. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan terganggu,
glukosa tidak dapat masuk ke sel sehingga energi terutama diperoleh dari
metabolisme protein dan lemak. Lipolisis bertambah dan lipogenesis
terhambat, akibatnya dalam jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat yang
penting pada siklus asam sitrat dan prekusor utama dari lipid dan steroid,
terbentuk dengan cara menggabungkan gugus asetil pada koenzim A selama

oksidasi karbohidrat, asam lemak atau asam-asam amino), dan senyawa ini
akan banyak diubah menjadi zat keton karena terhambatnya siklus TCA
(Tricarboxylic Acid Krebs Cycle). Zat keton sebenarnya merupakan sumber
energi yang berguna terutama pada saat puasa. Metabolisme zat keton pada
pasien DM meningkat, karena jumlahnya yang terbentuk lebih banyak daripada
yang dimetabolisme. Keadaan ini disebut ketoasidosis yang ditandai dengan
nafas yang cepat dan dalam disertai adanya bau aseton.
F. Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia/koma hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula yang rendah kadar gula normal 60-100
mg%.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNC/HONK)
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
2. Komplikasi kronik
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskuler perifer dan vaskuler serebral
b. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati), dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskuler
maupun makrovaskuler
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberkolosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik (Mansjoer dkk, 2007)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa
darah meningkat di bawah kondisi stress.Kadar darah sewaktu dan puasa
sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati.

Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan

hiperglikemia :
1. Diet
a. Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % 70 %
Protein = 10 % 15 %
Lemak = 20 % 25 %
b. Jumlah kalori perhari
Antara 1100 -2300 kkal
Kebutuhan kalori basal : laki laki : 30 kkal / kg BB, perempuan : 25
kkal / kg BB
c. Penilaian status gizi :
1.) BB
BBR = x 100 %TB 100
Kurus : BBR 110 %
Obesitas bila BBRR > 110 %
Obesitas ringan 120% 130 %
Obesitas sedang 130% 140%
Obesitas berat 140% 200%
Obesitas morbit > 200 %
2.) Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah :
Kurus : BB x 40 60 kalori/hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
Gemuk : BB x 20 kalori/hari

Obesitas : BB x 10 15 kalori/hari
2. Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani :
a. Menurunkan kadar glukosa darah mengurangi resitensi insulin,
meningkatkan sensitivitas insulin).
b. Menurunkan berat badan.
c. Mencgah kegemukan.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan
lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.
3. Insulin
a. Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin, adalah jenis obat
insulin yang memiliki sifat transparan dan mulai bekerja dalam tubuh
dalam waktu 30 menit sejak dimasukan kedalam tubuh. Obat insulin ini
bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam aliran darah
penderita, dan segera menghilang setelah 6 sampai 8 jam kemudian.
b. Insulin reaksi panjang, merupakan jenis yang mulai bekerja 1 sampai 2
jam setelah disuntikan kedalam tubuh seseorang. Tetapi obat ini tidak
memiliki reaksi puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu
yang lama yaitu 24 sampai 36 jam didalam tubuh penderita, contohnya
lavemir dan lantus.
c. Jenis insulin reaksi menengah adalah insulin yang mulai efektif bekerja
menurunkan kadar gula darah sejak 1 sampai 2 jam setelah disuntikan
kedalam tubuh. Obat ini bekerja secara maksimal selama 6 sampai 10
jam, dan berakhir setelah 10 sampai 16 jam setelahnya. Contohnya
humulin m3, hypurin, dan insuman.
d. Insulin reaksi cepat yang bekerja 5 sampai 15 menit setelah masuk
kedalam tubuh. Ia memiliki tingkat reaksi maksimal selama 30 sampai 90
menit, dan pengaruhnya akan segera menghilanhg setelah 3 sampai 5 jam
setelahnya, contohnya lispro, actrapid, novorapid dan velosulin.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau
bendaasing yang menghalangi jalan nafas
2. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan
otot bantu pernafasan
3. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
4. Disability : Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.
Pengkajian Sekunder.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun,gangguan istrahat/tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
letargi/disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
takikardia.
Tanda :

Perubahan

tekanan

darah

postural,

hipertensi,

nadi

yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit


panas,kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain,

masalah

finansial

yang berhubungan dengan kondisiTanda : Ansietas, peka rangsang


4. Eliminasi
Gejala:Perubahan
pola
berkemih
(poliuria),
nokturia,

rasa

nyeri/terbakar,kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan


abdomen, diare.
Tanda:Urine encer,

pucat,

kuning,

poliuri

(dapat

berkembang

menjadioliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau


busuk(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan
menurun,hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,


peningkatanmasukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari
beberapahari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid).
Tanda:Kulit
kering/bersisik,
turgor
jelek,
kekakuan/distensi
abdomen,muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik
dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas
aseton)
6. Neurosensori
Gejala:Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, parestesi, gangguan penglihatan.
Tanda:Disorientasi, mengantuk, alergi,

stupor/koma

(tahap

lanjut),

gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam
menurun(koma), aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hatih.
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak).
Tanda : Lapar udara, batuk

dengan/tanpa

sputum

purulen,

frekuensi pernapasan meningka

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
a. Nyeri
akut NOC :
NIC :
1. Kontrol nyeri
Manajemen Nyeri :
berhubungan dengan

agens
biologis.

cedera

2. Tingkat nyeri

1. lakukan

pengkajian

nyeri

Setelah dilakukan tindakan

secara komprehensif meliputi

selama.... pasien dapat

lokasi, karakteristik, awitan

mengungkapkan secara

dan

verbal dengan kriteria

kualitas,

hasil :

keparahan nyeri dan factor

1. Memperlihatkan
pengendalian nyeri.
2. Menunjukkan

relaksasi

nyeri.
4. Melaporkan

frekuensi,

intensitas

atau

presipitasinya.
2. Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya

tingkat nyeri.
3. Memperlihatkan
teknik

durasi,

pada

mereka

mampu

yang

tidak

berkomunikasi

efektif
3. Berikan informasi tentang

nyeri

nyeri,

kepada perawat.
5. Melaporkan
pola

nyeri,

seperti
berapa

penyebab
lama

akan

berlangsung, dan antisipasi

tidur yang baik.

ketidaknyamanan

akibat

prosedur
4. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi

(relaksasi,

distraksi, terapi)
5. Gunakan

tindakan

pengendalian nyeri sebelum


nyeri menjadi lebih berat
6. Laporkan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil atau
jika

keluhan

saat

ini

merupakan perubahan yang


bermakna dari pengalaman
nyeri pasien dimasa lalu
NIC :
Manajemen sensasi perifer

1. Pantau perbedaan ketajaman


atau ketumpulan, panas atau
dingin
2. Pantau

parestesia,

kebas,

kesemutan, hiperestesia dan


hipoestesia
3. Pantau tromboflebitis

dan

thrombosis vena profunda


4. Pantau
kesesuaian
alat
penyangga,

prosthesis,

sepatu dan pakaian.


Perawatan sirkulasi
1. Lakukan
pengkajian
NOC :
b. Ketidakefektifan
perfusi

komprehensif

Perfusi jaringan perifer

jaringan Setelah dilakukan tindakan

perifer berhubungan

selama...pasien

dengan

merasakan

kurang

sirkulasi perifer
2. Pantau

pengetahuan tentang

sensasi dengan kriteria

proses penyakit.

hasil:

tingkat

ketidaknyamanan atau nyeri

dapat

perubahan

terhadap

saat melakukan latihan fisik


3. Pantau
status
cairan
termasuk

asupan

dan

haluaran

1. Menunjukkan
keseimbangan
cairan,

integritas

jaringan
2. pasien

akan

mendeskripsikan
rencana

perawatan

dirumah
3. ekstremitas
dari lesi

NIC :
bebas Manajemen cairan:
1. Pantau status hidrasi
2. Timbang berat badan setiap
hari

dan

kecenderungannya

pantau

3. Pertaruhkan

keakuratan

catatan asupan dan haluaran


4. Atur ketersediaan produk
darah untuk tranfusi, bila
perlu
5. Berikan

ketentuan

penggantian

nasogastrik

berdasarkan haluaran, sesuai


dengan kebutuhan
6. Berikan terapi IV, sesuai
NOC :
c. Kekurangan volume Keseimbangan Cairan
cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan

kehilangan

cairan aktif.

selama...

pasien

mengngalami
keadekuatan

program
7. Tingkatkan asupan oral, Jika
perlu
8. Pasang kateter urin, jika
perlu
9. Berikan cairan sesuai dengan

cairan

kebutuhan

yang adekuat dengan


kriteria hasil:
1. Kekurangan volume
cairan akan teratasi.
2. Keseimbangan
elektrolit dan asam
basa akan dicapai
3. tidak
mengalami
haus

yang

tidak

Manajemen Nutrisi
1. berikan informasi yang tepat
tentang

kebutuhan

dan

nutrisi

bagaimana

memenuhinya
2. Ketahui makanan kesukaan

normal
4. memiliki
keseimbangan
asupan dan haluaran
yang

NIC :

seimbang

dalam 24 jam
5. menampilkan
hidrasi yang baik
6. memiliki
asupan

pasien
3. Tentukan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
4. Pantau
dan

kandungan

kalori

asupan

pada

nutrisi
catatan

cairan

oral

intravena

atau

5. Timbang pasien pada interval

yang

yang tepat
6. tentukan dengan melakukan

adekuat

kolaborasi dengan ahli gizi


jika

dibutuhkan untuk memenuhi

Status nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
selama...pasien

nutrisi kurang dari

asupan

kebutuhan

terpenuhi

tubuh

jumlah

kalori, dan jenis zat gizi yang

NOC:

d. Ketidakseimbangan

diperlukan

dapat
makanan
dengan

berhubungan dengan

kriteria hasil:

faktor biologis.

1. Memperlihatkan
status gizi
2. mengungkapkan
tekad

untuk

mematuhi diet
3. menoleransi

diet

yang dianjurkan
4. mempertahankan
masa

tubuh

dan

berat badan dalam


batas normal
5. memiliki

nilai

laboratorium dalam
batas normal
6. melaporkan tingkat
energy yang adekuat

kebutuhan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA
ADA (American Diabetes, Assosciation, Diagnosis and Classification Of DM.
2009 . http.// Care Diabetes Journalis org /content / 27/ suppl.1/55. Full.
Diakses pada tanggal 17 oktober 20014
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, Edisi 3. Jakarta :


Media Aesculapius
Murwani, A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (pp. 35-36).
Yogyakarta : Fitramaya
Saraswati, sylvia .2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat Diabetes
Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : A Plus
Sujono, Sukarmin . 2008. Askep pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soegondo S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Soewondo P, Soegondo S, Suastika K, Pranoto A, W Djoko, Tjokroprawiro A.
Outcomes on control and complications of type 2 diabetic patients in
Indonesia. Med J Indones 2010: 19(4): 235-44.
Tjay, Tan Hoan dan Raharja. 2007 . Obat-obat Penting. Jakarta : Media
Komputindo

Anda mungkin juga menyukai