Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori akuntansi. Beberapa
dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan tradisional, karena pendekatan tersebut
ditandai dengan tidak adanya proses verifikasi yang jelas dalam upaya mengembangkan suatu
teori akuntansi. Pendekatan tradisional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran
baru yang mengandalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi
konseptual. Kita dapat membedakan beberapa pendekatan tersebut menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pendekatan nonteoritis;
Pendekatan deduktif;
Pendekatan induktif;
Pendekatan secara etis;
Pendekatan sosiologis; dan
Pendekatan ekonomi.

Pada bab ini, masing-masing pendekatan akan dibahas dari segi kontribusinya terhadap formulasi
suatu teori akuntansi, dan dari segi keunggulannya secara relatif bagi akuntansi, perbedaan antara
penyusunan

dan

verifikasi

teori,

hakikat

teori

akuntansi,

daan

metodologi

untuk

memformulasikan teori akuntansi.

BAB 2
PEMBAHASAN
Page | 1

4.1

HAKIKAT AKUNTANSI: BERBAGAI GAMBARAN

Committee on Terminology dari American Institute of Certified Public Accountants pada awalnya
mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran, dengan
aturan baku dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak
sebagian darinya, memiliki karakter keuangan,dan selanjutnya interpretasi atas
hasilnya.
Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi:
Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yang
dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan,
dan dalam membuat pilihan logis di antara serangkaian tindakan.
Definisi-definisi di atas mengacu kepada akuntansi baik sebagai seni maupun sebagai suatu
aktivitas pelayanan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup
sekumpulan teknik yang dianggap berguna bagi bidang-bidang tertentu.

4.1.1

Akuntansi sebagai ideologi


Ideologi merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya yang perihal dan
mungkin penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat di mana kita tinggal dan
kemungkinan untuk mengubahnya.

Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideologi (ideology) sebagai suatu sarana untuk
mempertahankan dan melegimitasi aturan-aturan sosial, ekonomi dan politik yang berlaku saat
ini. Akuntansi juga telah dianggap sebagai suatu mitos, simbol, dan ritual yang memungkinkan
penciptaan aturan-aturan simbolis yang mana di dalamnya agen-agen sosial dapat saling
Page | 2

berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga tertanam dalam pandangan umum yang melihat
akuntansi sebagai instrumen dari rasionalitas ekonomi dan sebagai alat sistem kapitalis.
Persepsi akuntansi sebagai instrument rasionalitas ekonomi digambarkan dengan sangat
baik oleh Weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan ekonomi sebagai
tingkat sampai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi mungkin dilakukan secara
teknis dan secara nyata dapat diterapkan.
4.1.2

Akuntansi sebagai bahasa

Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa (language) bisnis. Akuntansi adalah satu alat
mengkomunikasikan informasi suatu bisnis.
Persepsi akuntansi sebagai suatu bahasa ditekankan dalam banyak buku teks akuntansi
yang paling terkenal. Sebagai contoh, Ijiri berpendapat bahwa:
Sebagai bahasa bisnis, akuntansi memiliki banyak hal yang sama dengan bahasa
lain. Berbagai aktivitas bisnis sebuah perusahaan dilaporkan dalam laporan
akuntansi menggunakan bahasa akuntansi, seperti halnya berita yang dilaporkan
dalam surat kabar dengan bahasa Inggris. Dalam menunjukkan suatu peristiwa
dalam akuntansi, seseorang tidak hanya berhadapan dengan risiko tidak
dimengerti tetapi juga risiko menerima hukuman untuk kesalahan penyajian,
kebohongan atau sumpah palsu. Komparabilitas dari laporan menjadi satu hal
yang penting dalam menjalankan fungsi suatu bahasa secara efektif entah bahasa
inggris maupun bahasa akuntansi. Pada waktu yang sama, bahasa juga harus
fleksibel untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.
Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan
buletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literatur empiris, yang mencoba untuk
mengukur komunikasi dari konsep akuntansi.
Apa yang menjadikan akuntansi sebagai suatu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini,
mari lihat pada persamaan potensial antara akuntansi dengan bahasa. Hawes mendefinisikan
bahasa sebagai berikut:

Page | 3

Simbol manusia bukanlah tanda-tanda yang disusun secara acak yang mengarah
kepada konseptualisasi referensi yang terisolasi dan terpisah. Simbol manusia
disusun dalam suatu tata cara sistematis atau terpola dengan aturan khusus yang
mengatur penggunaannya. Susunan simbol ini disebut suatu bahasa, serta aturan
yang memengaruhi pola dan penggunaan simbol membentuk tata bahasa dari
bahasa tersebut.
Definisi ini dan definisi lainnya menunjukkan bahwa terdapat dua komponen dari bahasa, yaitu
simbol dan aturan tata bahasa. Jadi, pengakuan akuntansi sebagai dua tingkat dalam akuntansi.
Hal itu mungkin dapat dibuktikan sebagai berikut:
1. Simbol atau karakter Leksikal. Dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata yang
memiliki arti dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa mana pun. Simbol-simbol ini
merupakan objek linguistik yang digunakan untuk mengidentifikasi konsep-konsep tertentu.
Penyajian secara simbolik memang ada di akuntansi. Sebagai contoh, McDonald
mengidentifikasi angka dan kata serta debit dan kredit sebagai satu-satunya simbol yang
diterima dan unik dalam disiplin ilmu akuntansi.
2. Aturan tata bahasa. Dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apa
pun. Dalam akuntansi, aturan tata bahasa mengacu pada sekelompok prosedur umum yang
digunakan dan diikuti untuk menciptakan seluruh data keuangan bisnis. Jain membuat
persamaan berikut antara aturan tata bahasa dengan aturan akuntansi:
CPA (ahli dalam akuntansi) mensertifikasi kebenaran dari penerapan aturan sama
halnya dengan ahli bahasa untuk kebenaran tata bahasa dari kalimat. Aturanaturan akuntansi merumuskan struktur inheren dari suatu bahasa baku.

4.1.3 Akuntansi sebagai catatan historis


Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis (history)
suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik maupun
pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah kepengurusan

Page | 4

manjer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya Birnberg
membedakannya menjadi empat periode :
a. Periode Pemeliharaan Murni
b. Periode Pemeliharaan Tradisional
c. Periode Utilisasi Aktiva
d. Periode Terbuka
Dua periode pertama mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber daya secara
utuh kepada prinsipal dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna memenuhi fungsi
pemeliharaan. Dalam dua periode ini, pengungkapan data neraca dianggap sudah memadai.
Periode ketiga mengacu pada kebutuhan agen untuk memberikan inisiatif dan wawasan dalam
menggunakan aktiva untuk melakukan rencana yang telah disetujui. Sebagai tambahan selain
neraca, periode ini membutuhkan diperolehnya data evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan
aktiva. Terakhir, periode terbuka berbeda dari periode utilisasi aktiva dengan memberikan
fleksibelitas yang lebih tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk
memetakan arah dari utilisasi aktiva. Birnberg menguraikan konsep terakhir ini sebagai berikut:
Hal ini mencakup tidak hanya arah awal, tetapi juga menentukan titik waktu kritis
yang menentukan kapan aturan tersebut harus diubah. Seperti pengendalian
strategis, fungsi kepengurusan membutuhkan adanya suatu tingkat tanggung
jawab signifikan yang dijalankan oleh si pelayan. Gugus tugas ini mungkin
memiliki cirri-ciri struktur yang lemah dan sejumlah ketidakpastian yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin menemukan sistem
pelaporan kita terjepit oleh komunikasi. Kebutuhan akan detail di satu sisi dan
risiko kompleksitas yang berlebihan di sisi lain.

4.1.4

Akuntansi sebagai realitas ekonomi masa kini

Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas ekonomi
masa kini. Tesis utama dari pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba rugi
harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang lebih mencerminkan kenyataan ekonomi
daripada biaya historis. Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang
sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada suatu
periode waktu.

Page | 5

4.1.5

Akuntansi sebagai sistem informasi


Akuntansi selalu di pandang sebagai sesuatu sistem informasi (information system).

Akuntansi

diasumsikan

menjadi suatu proses yang menghubungkan suatu informasi atau

pemancar (biasanya si akuntan), dan serangkaian penerima (penguna eksternal). Pada dasarnya
ketika dianggap sebagai suatu proses komunikasi akuntan didefinisikan sebagai proses
pengodean observasi

dalam bahasa sistem akuntansi manipulasi tanda sekaligus pelaporan

sistem dan tambahan empiris. Pertama mengasumsikan bahwa sistem akuntansi adalah sebagai
satu-satunya sistem pengukuran formal yang ada di organisasi.
Kedua memperbesar kemungkinan perancangan sesuatu sistem akuntansi yang optimal
dan mampu menyediakan informasi yang berguna pada pengguna. Perilaku pengirim adalah hal
terpenting baik dari segi reaksi terhadap informasi maupun kegunaan dari informasi yang dibuat.
Keunggulan gambaran akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut:
Sistem akuntansi alternatif tidak perlu lagi dijusdifikasi dalam hal kemampuannya
untuk menunjukkan laba yang sebenarnya maupun ketepatannya dalam menyajikan
sejarah selama pengguna yang berbeda-beda memperoleh manfaat dari informasi
tersebut maka kegunaan dari sistem dapat ditentukan.
4.1.6

Akuntansi sebagai komoditas


Akuntansi juga dipandang sebagi suatu komoditas yang merupakan hasil dari suatu

aktivitas ekonomi. Akuntansi ada karena terdapat permintaan akan informasi khusus dan akuntan
mau dan mampu untuk menghasilkannya. Sebagai suatu komoditas publik, akuntansi
menyediakan dasar ideal untuk regulasi, memberikan dampak kepada kebijakan publik dan
mengawasi seluruh jenis kontrak antara organisasi dengan lingkungannya. Pilihan informasi
akuntan dan teknik akuntan selanjutnya mungkin memiliki dampak pada kesejahteraan dari
berbagai kelompok di masyarakat. Sebagai hasilnya, terdapat suatu pasar untuk informasi
akuntan yang mendorong adanya permintaan dan penyediaan. Sebagai contoh:
Munculnya gambaran akuntansi sebagai suatu komoditas sekali lagi menyediakan
suatu

contoh

langsung

mengenai

cara

di

mana

pemikiran

akuntansi
Page | 6

mencerminkan isi sosialnya. Akuntansi telah bangkit sebagai suatu era


menjamurnya regulasi dan meningkatnya kepedulian terhadap kepentingan publik
dalam situasi sumber daya yang langka dan banyaknya permintaan yang saling
bersaing. Hal ini telah memberikan pemikiran bagi kebijakan akuntansi yang
mencoba untuk

membantu pengalokasian dari sumber daya dalam melayani

kepentingan publik.
4.1.7

Akuntansi sebagai mitos


Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai mitos atau ritual simbolis. Akuntansi

menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan menjelaskan
fenomena kompleks. Melalui akuntansi, suatu fenomena ekonomi kompleks diterjemahkan bagi
para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat dimengerti, sehingga menciptakan
lebih banyak mitos daripada kenyataan. Sebagai akibatnya, penhgumpulan informasi akuntansi
sebagai ritual yang diharapkan dan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa telah dibuat pilihanpilihan yang cerdas dan bahwa terdapat suatu komitmen untuk melakukan penerapan secara
sistematis dari informasi akuntansi terhadap keputusan-keputusan. Suatu penggunaan informasi
akuntansi secara simbolis menjadi sebuah perilaku manajerial yang tepat. Seperti yang
dinyatakan oleh Martha Feldman dan James March:
Pengumpulan informasi menyediakan suatu jaminan yang bersifat ritual bahwa
telah dilakukan sikap yang benar dalam pengambilan keputusan. Dengan skenario
kinerja tersebut, informasi tidak hanya menjadi sekadar dasar untuk tindakan.
Informasi adalah suatu sebagai penyajian kompetensi dan pengukuhan dari nilai
sosial. Perintah dari informasi dan sumber informasi meningkatkan kompetensi
dan menginspirasikan keyakinan. Kepercayaan bahwa informasi yang lebih
banyak akan menunjukkan keputusan yang lebih baik menimbulkan suatu
keyakinan bahwa memilki informasi adalah baik. Dan bahwa seseorang atau
organisasi dengan lebih banyak informasi adalah lebih baik jika dibandingkan
dengan seseorang atau organisasi dengan sedikit informasi. Jadi pengumpulan
pengumpulan dan penggunaan informasi dalam organisasi merupakan bagian
kinerja dari suatu pengambil keputusan

atau suatu organisasi yang sering

mencoba membuat keputusan yang cerdas dalam suatu situasi di mana verifikasi
Page | 7

dari kecerdasan sangatlah prosedural dan normatif. Seorang pengambil keputusan


yang baik adalah seseorang yang membuat keputusan dengan cara seperti yang
dilakukan oleh seorang pengambil keputusan yang baik, dan para pengambil
keputusan dan organisasi membakukan legitimasi mereka dengan penggunaan
informasi mereka.
4.1.8

Akuntansi sebagai alasan logis


Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai suatu alasan logis (rationale). Akuntansi

mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan karenanya menyediakan
suatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang. Dengan adanya ketidaktepatan dan
ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angka akuntansi, akuntansi mungkin digunakan
sebagai suatu cara untuk melegitimasi pemunculannya. Oleh sebab itu, akuntansi menjadi suatu
perisai jaminan atau sertifikasi otoritas terhadap angka tersebut dan menyediakan suatu alas an
pemikiran atas tindakan yang berdasar pada angka tersebut. Pada dasarnya, angka tersebut
bukanlah angka imajiner, angka tersebut adalah produk sah dari akuntansi digunakan untuk
menjustifikasi pengambilan keputusan tertentu. Rasionalisasi tindakan menjadi penggunaan
utama dari laporan-laporan akuntansi. Karena keputusan organisasi, sekali dilakukan, perlu untuk
dijustifikasi, dilegitimasi, dan dirasionalisasikan, akuntansi menjadi suatu sarana tindakan yang
berguna. Pengembangan dari keahlian akuntansi mengikuti kebutuhan untuk menguatkan
tindakan organisasi. Perkembangan ini ditandai oleh dua kecenderungan: meningkatnya
pelembagaan keahlian serta tumbuhnya penentuan tujuan dan abstraksi dari ilmu akuntansi, yang
menyediakan dasar bagi seseorang untuk mencoba secara formal mengimplikasikan peran yang
dijalankan oleh akuntansi.
4.1.9

Akuntansi sebagai perumpamaan


Akuntansi

mungkin

dipandang

sebagai

perumpamaan

(imagery).

Akuntansi

memberikan kontribusi terhadap penciptaan suatu gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi
bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi
yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya adalah timbul perasaan akan pentingnya akuntansi
dan konsepsi tertentu mengenai realitas organisasi. Konsekuensi kedua adalah bahwa gambaran
yang diciptakan dari interpretasi terseleksi dan penyajian beberapa peristiwa selanjutnya
Page | 8

menciptakan suatu lingkungan yang stabil dan pasti serta menjadi dasar dari pengambilan
keputusan.
4.1.10 Akuntansi sebagai percobaan
Akuntansi dapat dipandang sebagai percobaan (experimentation). Akuntansi cukup
fleksibel untuk mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-solusi baru untuk masalah
baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks. Perusahaan-perusahaan dapat
melakukan percobaan melalui pemakaian data, teknik, laporan, atau pengungkapan akuntansi
yang berbeda agar sesuai dengan lingkungan tertentu yang mereka miliki dan untuk beradaptasi
terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhambat atau terpaku kepada pendekatan
konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan terutama ketika ia bersifat sukarela,
inovatif, dan tentatif. Akuntansi memungkinkan seseorang untuk menginvestasi respons-respons
yang diberikan terhadap berbagai opsi-opsi akuntansi dilihat dari kegunaannya terhadap berbagai
unsur penyusun dan untuk memastikan dampak dari respons sebelumnya yang belum dipelajari
dan menentukan serangkaian tindakan yang berbeda-beda. Sebagai percobaan, akuntansi
membiarkan dirinya melalui tahap percobaan dan kesalahan menuju pencarian solusi yang paling
kontinjen untuk situasi yang ada serta berbagai respons dan perilaku yang diharapkan.
Kesuksesan akuntansi sebagai percobaan terletak pada berbagai respons yang mungkin
diberikan oleh para individu terhadap data. L.A. Boland dan G.A. Newman mengidentifikasi
tanggapan yang mungkin dari tiga jenis individu terhadap data, tergantung pada teori-teori yang
dianut oleh individu mempertimbangkan pengetahuan yang ada dan bagaimana mereka
seharusnya merespons data tersebut; tiga jenis individu tadi adalah seorang apriori, seorang
skeptik, dan seorang pesimistis.
4.1.11 Akuntansi sebagai distorsi
Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau memengaruhi tindakan-tindakan baik
dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi menjadi sasaran ideal bagi pihak-pihak yang
mencoba untuk memanipulasi arti dari pesan yang akan dilihat oleh pengguna. Terdapat empat
kelompok yang mungkin memengaruhi atau dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi: subjek
yang perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi; akuntan yang menyiapkan data;
akuntan yang memeriksa data; dan penerima data. Masing-masing kelompok tersebut mungkin
Page | 9

selanjutnya tergoda untuk melakukan perilaku disfungsional dan bukannya tindakan normal
ketika terlibat dengan sebuah pesan akuntansi. Perilaku disfungsional mencakup pengiriman
suatu pesan yang tidak jujur atau terdistorsi, yaitu, suatu hal yang diharapkan oleh manajemen
untuk dinterpretasikan dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan keyakina aktual mereka
mengenai atribut-atribut yang belum diteliti dari keputusan mereka. Insentif untuk
memanipulasi pesan yang hendak diterima oleh pengguna internal atau eksternal berasal dari
adanya kebutuhan untuk memastikan atau meyakinkan bahwa pesan tertentu akan menciptakan
perilaku tertentu dari pengguna internal atau eksternal. Tindakan disfungsional berupa
manipulasi data ini disebut sebagai gangguan suara. Metode yang digunakan untuk mendistorsi
sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar, diantaranya:
a. Perataan atau penghalusan (smoothing) mencakup proses pengubahan arus data alami
atau terencana tanpa mengubah aktivitas aktual dari organisasi.
b. Pembiasan (biasing) mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki
kemungkinan paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim.
c. Pemfokusan mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek tertentu
dari sekumpulan informasi.
d. Permainan (gaming) mencakup proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh pengirim
sehingga menyebabkan terkirimnya pesan.
e. Penyaringan (filtering) mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang
menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi
melalui pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaan.
f. Tindakan Ilegal (illegal act) mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar
hukum privat atau publik.
4.2

PENYUSUNAN DAN VERIFIKASI TEORI


Walaupun akuntansi adalah kumpulan teknik-teknik yang dapat digunakan di area-area

khusus, akuntansi dipraktikkan dalam suatu kerangka teoretis implisit yang terdiri atas prinsip
dan praktik yang telah diterima oleh profesi karena dugaan kegunaan dan logikanya. Prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum ini memandu profesi akuntansi dalam memilih teknik
akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap sebagai praktik
akuntansi yang baik. Sebagai respons terhadap lingkungan, nilai, dan kebutuhan informasi yang

Page | 10

berubah, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum menjadi subjek dari pemeriksaan ulang
dan analisis kritis yang konstan.
Perubahan-perubahan pada prinsip terjadi terutama sebagai akibat dari berbagai usaha
yang dilakukan untuk memberikan solusi kepada masalah-masalah akuntansi yang muncul dan
untuk merumuskan suatu kerangka teoretis bagi disiplin ilmu tersebut. Jadi, suatu hubungan yang
jelas terjadi di antara usaha percobaan penyusunan teori akuntansi baik untuk menjustifikasi
ataupun untuk menyangkal praktik yang ada. Penyusunan teori akuntansi timbul dari adanya
kebutuhan untuk memberikan pemikiran mengenai apa yang dilakukan atau diharapkan
dilakukan oleh para akuntan.
Proses dari penyusunan teori akuntansi harus diselesaikan oleh verifikasi teori atau
validasi teori. Machlup mendefinisikan proses ini sebagai berikut:
Verifikasi dalam riset dan analisis mungkin mengacu pada banyak hal, termasuk
kebenaran matematis dan argumentasi logis, penerapan dari formula dan
persamaan, kebenaran dari laporan-laporan, keotentikan dokumen, keaslian dari
artifak atau relik, kecukupan reproduksi, terjemahan, dan parafrase, keakuratan
dari akun-akun historis dan statistik, bukti-bukti dari kejadian yang dilaporkan,
kelengkapan dari urutan kejadian-kejadian dalam suatu situasi konkret,
kemampuan percobaan untuk dilakukan kembali, nilai penjelasan atau prediktif
dari generalisasi.
Pernyataan ini memiliki arti bahwa teori seharusnya menjadi subjek dari suatu ujian logis
atau empiris untuk memverifikasi keakuratannya. Jika teori itu didasarkan pada matematika,
verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan kekonsistenan logika. Jika teori itu didasarkan atas
fenomena fisik atau sosial, verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan hubungan antara
peristiwa-peristiwa yang dideduksikan dan observasi di dunia nyata.
Teori Akuntansi, karenanya, harus menjadi hasil dari suatu proses penyusunan teori dan
verifikasi teori. Teori akuntansi yang sudah ada seharusnya menjelaskan dan memprediksi
fenomena akuntansi: kapan fenomena seperti itu terjadi, mereka seharusnya dapat dianggap
sebagai verifikasi dari teori. Jika suatu teori tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan, teori
tersebut akan diganti oleh suatu teori yang lebih baik.
Page | 11

4.3

HAKIKAT TEORI AKUNTANSI

Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan
menjelaskan perilaku serta kejadian kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai
sekumpulan gagasan ataupun konsep, definisi dan dalil yang menyajikan suatu pandangan
sistematis tentang suatu fenomena, dengan menjelaskan suatu variabel yang ada dan bertujuan
untuk menjelaskan serta memprediksi fenomena.
Diakui sejak awal bahwa tidak ada teori akuntansi komprehensif yang berlaku saat ini.
Sebaliknya, teori-teori yang berbeda telah ada dan terus diusulkan dalam literatur. Teori-teori ini
muncul dari penggunaan pendekatan yang berbeda dalam penyusunan teori akuntansi atau dari
usaha mengembangkan teori akuntansi tingkat menenga, dan bukan satu-satunya teori
komprehensif tunggal. Teori akuntansi tingkat menengah berasal dari perbedaan cara peneliti
melihat antara penggunaandata akuntansi dan lingkungan dimana para pengguna dan
pembuat data akuntansi seharusnya berperilaku. Perbedaan opini memancing komite konsep dan
standar (commitee on concepts and standar) atau laporan keuangan eksternal (external financial
report) dari America Accounting Association untuk menyimpulkan bahwa:
1. Tidak ada satupun teori yang mengatur tentang akuntansi keuangan yang cukup kaya
untuk mencakup secara menyeluruh spesifikasi lingkungan penggunaan dengan efektif.
2. Dicantumkan dalam literatur akuntansi keuangan sebagai teori akuntansi keuangan
melainkan kumpulan teori-teori yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi
dalam spesifikasi lingkungan penggunaan.
Ada beberapa pencetus teori yang berpendapat sebaliknya. E.S Hendrikson mendefinisikan teori
akuntansi sebagai sekumpulan prinsip-prinsip luas yang (1) menyajikan suatu kerangka acuan
umum di mana praktek akuntansi dapat dinilai, dan (2) mengarahkan pengembangan praktek dan
prosedur baru. McDonald berpendapat bahwa suatu teori memiliki tiga elemen: 1) pengodean
fenomena 2) manipulasi 3) penerjemahan kembali kedunia nyata.

4.5

PENDEKATAN UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

4.5.1

Pendekatan nonteoretis

Page | 12

Pendekatan nonteoretis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau praktis)dan pendekatan


kekuasaan.
pendekatan pragmatis (pragmatic approach) terdiri atas penyusunan suatu teori yang
ditandai oleh kesamaan dengan praktik di dunis nyata yang berguna dalam artian memberikan
solusi yang sifatnya praktis. Sedangkan pendekatan kekuasaan untuk merumuskan suatu teori
akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional terdiri atas penerbitan
pernyataan sebagai regulasi dari praktik-praktik akuntansi.
Karena pendekatan kekuasaan berusaha untuk memberikan solusi praktis, pendekatan ini
dengan mudah disamakan dengan pendekatan pragmatis. Kedua pendekatan berasumsi bahwa
teori akuntansi dan teknik akuntansi harus disebutkan dalam dasar penggunaan akhir laporan
keuangan, jika akuntansi memeiliki suatu fungsi yang berguna. Dengan kata lain, suatu teori
tanpa konsekuensi praktik adalah suatu teori yang buruk.
Intinya, pendekatan pragmatis untuk mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi
yang telah diikuti oleh otoritasakuntansi di masa lampau, dan berusaha untuk
menurunkan konflik-konflik dari praktik yang ada hingga saat ini masih bersifat
sangat hati-hati dan sementara.
Kita juga berpendapat bahwa pendekatan pragmatis adalah bagian dari suatu teori akun.
Pendekatan ini, yang berdasar pada rasionalisasi dari pembukuan berganda, dimuat dalam
Summa Aritmatica, Geometria, Propotioni et Proponationalita dari Luca Pacioli, yang
diterbitkan oleh di Venesia tahun 1494.
Pendekatan teori akun merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik akuntansi yang
berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan laba
akuntansi.
Pernyataan neraca biasanya dinyatakan sebagai :
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Persamaan laba akuntansi biasanya dinyatakan sebagai :
LABA AKUNTANSI = PENDAPATAN BEBAN
Page | 13

Dua persamaan dalam pendekatan teori akun ini mengarahkan kepada berkembangnya dua posisi
yang terdapat dalam badan penyusunan standar, yaitu, posisi yang beorientasi pada neraca dan
berorientasi pada laba. Dalam kasus manapun, pendekata teori akun, seperti juga pendekatan
pragmatis dan kekuasaan, tidak memiliki fondas yang teoritis.
4.5.2

Pendekatan deduktif

Pendekatan deduktif dalam penyususnan teori manapun diawali dengan dalil dasar dan
diteruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek yang dipertimbangkan.
Langkah yang dipergunakan untuk memperoleh pendekatan dediktif akan meliputi :
(1) menentukan tujuan dari laporan keuangan
(2) memilih postulat dari akuntansi
(3) menghasilkan prinsip dari akuntansi
(4) mengembangkan teknik dari akuntansi
Karenanya, teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik-teknik akan berhubungan
dengan prinsip, rumus, dan tujuan demikian sehingga teori akuntansi itu benar, maka tekniknya
harus benar. Struktur teoritis dari akuntansi didefinisikan oeh urutan tujuan, rumus, prinsip dan
teknis berdasarkan pada suatu formulasi yang benar dengan tujaun akuntansi. Suatu ujian yang
benar dari teori yang dihasilkan juga dibutuhkan. Menurut Popper, pengujian teori deduktif dapat
dilaksanakan dengan 4 pokok:
Pertama,terdapat perbandingan diantara masing-masing kesimpulan, di mana
kosistenan internal dari sistem yang diuji. Kedua, terdapat investigasi dari bentuk
yang logis teori dengan objek untuk menentukan apakah teori memiliki karakter
yang empiris atau sains. Ketiga, terdapat perbandingan dengan teori lain, terutama
dengan sasaran untuk menentukan apakah teori tersebut dapat dikatakan
merupakan kemajuan ilmiah jika ia dapat melewati berbagai ujian yang kita
berikan. Dan terakhir, terdapat ujian dengan cara penerapan empiris dari
kesimpulan yang diambil dari teori tersebut.
4.5.3

Pendekatan Induktif
Page | 14

Pendekatan induktif dari penyususnan sebuah teori diawali dengan observasi dan pengukuran
serta berlanjut pada kesimpulan umum. Pendekatan induktif untuk suatu teori mencakup empat
tahap :
(1) mencatat seluruh observasi
(2) menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi danya hubungan
yang berulang kembali.
(3) penurunan induktif dari generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yang
menggambarkan hubungan berulang.
(4) menguji generalisasi.

tidak seperti pendekatan induktif, kebenaran, atau ketidakbenaran dari dalil tidak bergantung
pada dalil lain, tetapi harus diverifikasi secara empiris.
Sama halnya, kita boleh menyatakan bahwa dalil akuntansi yang berasal dari esimpulan
induktif diartikan sebagai teknik akuntansi khusus hanya dengan kemungkinan yang lebih tinggi
atau lebih rendah, di mana dalil akuntansi yang berasal dari kesimpulan deduktif mengarah
kepada teknik akuntansi khusus dengan pasti.
Menarik untuk diingat bahwa walaupun pendekatan deduktif diawali dengan dalil umum,
formulasi dari dalil sering diselesaikan dengan alas an induktif, dikondidikan oleh pengetahuan
penulis, dan pengalamannya dengan praktik akuntansi.

4.5.4

Pendekatan Etis

Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran (fairness), kesadilan (justice),
ekuitas (equity), dan kenyataan (truth). Konsep tersebut merupakan kriteria utama dari D.R.
Scott untuk perumusan teori akuntansi. Scott menyamakan keadilan dengan perlakuan yang
sama kepada seluruh pihak yang berkepentingan, kenyataan dengan laporan akuntansi yang
benar dan akurat tanpa kesalahan penyajian, dan kewajaran dengan jujur, tidask bias, dan
penyajian yang tidak memihak.akuntan sejak zaman Scott telah menganggap bahwa ketiga
Page | 15

konsep ini adalah sama. Sebaliknya, Yu, hanya menerima keadilan dan kewajaran sebagai norma
etis dan melihat kenyataan sebagai suatau pernyataan nilai. Konsep kewajaran telah menjadi
etis secara emplisit; secara umum, konsep kewajaran mengandung

bahwa arti laporan

akuntansi tidak menjadi subjek dari pengaruh yang tidak sepantasnya atau bias. Kewajaran
secara umum mengandung arti bahwa pembuat informasi akuntansi telah bertindak dalam
keyakinan yang baik dan menggunakan praktik bisnis yang etis dan pertimbangan akuntansi
yang baik. Kewajaran adalah suatu pernyataan nilai yang dipakai dalam akuntansi secara
beraneka ragam. Patillo meranking kewajaran adalah suatu standar dasar yang akan digunakan
dalam evaluasi dari standar lain, karena ia adalah satu-satunya standar yang mengandung arti
pertimbangan etis.
Suatu diskusi mengenai aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya adalah hal yang
prematur dan tidak berarti hingga prinsip dasar yang akan menghasilkan suatu
penyajian yang wajar dari fakta dalam bentuk akuntansi keuangan dan laporan
keuangan ditentukan. Kewajaran dari akuntansi dan laporan ini harus untuk dan
kepada orang, dan orang-orang ini mewakili berbagai segmen dalam komunitas
kita.
Apa pun konotasinya, kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar akuntansi. Committee on
Auditing Procedures mengacu pada kriteria dari kewajaran dari penyajian seperti: (1)
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) pengungkapan, (3)
konsistensi, dan (4) dapat diperbandingkan. Dalam suatu laporan wajar, auditor tidak hanya
menyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar audit yang
berlaku umum tetapi juga suatu opini dengan kata-kata menyajikan secara wajar.
Di pemeriksaan yang lebih mendalam dari laporan auditor standar ini, kita lihat bahwa
pernyataan menyajikan secara wajar dimasukkan sebagai tambahan dari pernyataan auditor
mengenai kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akunasi yang berlaku umum dan standar audit yang
berlaku umum. Keadaan ini bias dilihat sebagai suatu hal yang menguntungkan secara
psikologis, karena dapat meningkatkan keyakinan pengguna. Di lain pihak, hal ini dapat

Page | 16

diartikan sebagai suatu standar ganda, karena konsep dari kewajaran disubsitusikan oleh ujianujian dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum.
Kewajaran adalah tujuan yang dinginkan dalam penyusunan suatu teori akuntansi jika
apa pun dinyatakan dasarnya diverifikasi secara logis dan empiris dan jika itu dibuat operasional
oleh suatu definisi yang cukup dan identifikasi dari propertinya.
4.5.5

Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh social dari teknik
akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran
yang lebih luas, kesejahteraan sosial. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau teknik
akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap
seluruh kelompok dalam komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspektasi
bahwa data akuntansi akan berguna dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan sosial. Untuk
mencapai tujuannya, pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari nilai sosial baku
yang mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi. Mungkin sulit
untuk mengidentifikasi suatu penerapan yang jelas dari pendekatan sosiologi terhadap
penyusunan

teori

akuntansi,

menentukannilai-nilai
mengidentifikasikan

sosial

kebutuhan

karena
yang

adanya
dapat

informasi

masalah

diterima
dari

yang

oleh

mereka

berhubungan

semua

yang

orang

membuat

dan

dengan
dalam

pertimbangan

kesejahteraan. Akan tetapi, kita dapat mengidentifikasi kasus-kasus di mana akuntansi


diharapkan untuk melayani suatu peran sosial yang berguna. Belkaouidan Beams dan Fertig,
yang antara lain mengacu kepada perlunya penginternalisasian biaya sosial dan keuntungan
sosial dari aktivitas pribadi perusahaan bisnis. Ladd dan Littleton dan Zimmerman membuat
beberapa pernyataan bahwa akuntansi seharusnya melayani kepentingan publik dan berevolusi
sebagai antisipasi dari input publik, kepemilikan minoritas, dan bahkan perselisihan di antara
kelompok.
Pendekatan sosiologis terhadap formulasi suatu teori akuntansi telah memberikan kontirbusinya
kepada evolusi dari sebuah subdisiplin ilmu akuntansi baru, yang dikenal sebagai akuntansi
sosioekonomi. Tujuan utama dari akuntansi sosiekonomi adalah untuk mendorong entitas-entitas
bisnis yang berfungsi di sistem pasar bebas untuk memperhitungkan dampak dari pengaruh
Page | 17

kegiatan produksi mereka sendiri dalam lingkungan sosial melalui pengukuran, internalisasi, dan
pengungkapan dalam laporan keuangan mereka. Selama bertahun-tahun, ketertarikan dalam
subdisiplin ini telah meningkat sebagai akibat dari tren tanggung jawab sosial yang didukung
oleh organisasi, pemerintah, dan publik. Akuntansi yang berorientasi nilai sosial-dengan
penekanannya pada pengukuran sosial, ketergantungsnnya pada nilai-nilai sosial, dan
kesesuaiannya kepada kriteria kesejahteraan sosial memungkinkan peran penting dsalam
perumusan masa mendatang dari teori akuntansi.
4.5.6

Pendekatan Ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian
perilaku dari indikator-indikator makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai
teknik akuntansi. Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep kewajaran dan
pendekatan sosiologi pada suatu konsep kesejahteraan sosial, pendekatan ekonomi berfokus
pada suatu konsep dari kesejahteraan ekonomi umum. Berdasarkan pada pendekatan, pilihan
dari teknik akuntansi yang berbeda akan tergantung pada pengaruh mereka pada situasi ekonomi
nasional. Swedia adalah contoh yang biasa dari suatu Negara yang menyamakan arah kebijakan
akuntansinya dengan kebijakan ekonomi makro. Secara lebih ekplisit lagi, pilihan teknik
akuntansi yang bergsntung pada situasi ekonomi khusus. Sebagai contoh, metode masukterakhir keluar-pertama (last in, first out-LIFO) menjadi teknik akuntansi yang lebih menarik
selama periode adanya inflasi yang berkelanjutan dibanding metode masuk-pertama keluarpertama (first in, first out-FIFO) atau metode biaya rata-rata,karena LIFO dianggap akan
menghasilkan laba bersih tahunan yang lebih rendah dengan mengasumsikan biaya yang lebih
tinggi dan lebih terinflasi untuk barang yang dijual.
Kriteria umum dipakai dalam pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa
kebijakan dan teknik akuntansi seharusnya mencerminkan kenyataan ekonomi dan yang
kedua, bahwa pilihan teknik akuntansi seharusnya tergantung pada konsekuensi ekonomi
adalah istilah tepat yang digunakan untuk berargumentasi demi kepentingan pendekatan ekonomi
makro.
Hingga sebelum dibentuknya Financial Accounting Standards Board, pendekatan
ekonomi dan konsep dari konsekuensi ekonomi tidak banyak dipakai dalam akuntansi. Badan
professional diharapkan untuk menyelesaikan kontroversi penyusunan standar apa pun dalam
Page | 18

konteks dari akuntansi tradisional. Hanya sedikit orang yang peduli dengan konsekuensi
ekonomi dari kebijakan akuntansi. Pada satu kasus, perlakuan akuntansi dari kredit pajak
investasi menimbulkan suatu perdebatan diantara Accounting Principles Board, perwakilan
industri, dan administrasi dari Presiden Kennedy, Johnson, dan Nixon. Pemerintah menentang
penggunaan metode penangguhan tersebut atas dasar pemikiran bahwa ia akan mencairkan
pengaruh insentif dari suatu alat kebijakan pajak.
Oleh karenanya, dalam menyusun standar akuntansi pertimbangan yang tersirat oleh
pendekatan ekonomi adalah lebih ekonomi daripads operasional. Walaupun kepercayaan telah
ada dalam pertimbangan akuntansi teknis di masa lalu, arah dari waktu menyarankan bahwa
penyusunan standar mencakup juga kepentingan sosial dan ekonomi. Konsekuensi ekonomi dari
laporan keuangan termasuk, antara lain, (1) distribusi kesejahteraan, (2) tingkat risiko agregat
dan alokasi risiko diantara individu, (3) konsumsi dan produksi agregat, (4) alokasi sumber daya
antar perusahaan, (5) penggunaan sumber daya untuk produksi, sertifikasi, penyebaran,
pemrosesan, analisis dan interpretasi dari informasi keuangan, (6) penggunaan sumber daya
dalam pengembangan, penyesuaian, penekanan, dan litigasi dari regulasi, dan (7) penggunaan
dari sumber daya dalam sektor privat mencari informasi.

BAB 3
KESIMPULAN
Pendekatan tradisional terhadap perumusanb suatu teori akuntansi telah menggunakan
metodologi normatif atau metodologi deskriptif, suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis, suatu
bentuk alas an deduktif atau induktif, dan telah berfokus pada suatu konsep kewajaran,
kesejahteraan sosial atau kesejahteraan ekonomi. Pendekatan tradisional telah berubah
secara perlahan menjadi pendekatan selektif dan mulai digantikan oleh pendekatan-pendekatan
yang lebih baru. Apa pun pendekatan yang dipilih, penting untuk diingat bahwa suatu teori
akuntansi harus di konfirmasikan untuk dapat di terima.
Page | 19

DAFTAR PUSTAKA
Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
http://wintanghestimumpuni.blogspot.com/2010/10/pendekatan-tradisional-untuk
perumusan.html
http://citramincyza.blogspot.com/2012/04/teori-akuntansipendekatan-tradisional.html

Page | 20

Anda mungkin juga menyukai