Anda di halaman 1dari 21

BAB V

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2016 di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat. Hasil
penelitian digambarkan dengan analisis univariat dan analisis bivariat, pada analisis
univariat hasil penelitian tersaji dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan tabel
silang beda dua proporsi untuk bivariat. Hasil penelitian disajikan sebagai berikut:
A. Analisis Univariat
1. Penolong Persalinan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016.
Penolong Persalinan
Frekuensi
Persentase (%)
Nakes
52
61,9%
Non-Nakes
32
38,1%
Jumlah
84
100%
Tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa dari 84 responden 52 orang (61,9%)
memilih Nakes sebagai penolong persalinan dan 32 orang (38,1%) responden
memilih Non-Nakes sebagai penolong persalinan.
2. Status Ekonomi
Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas


Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016.
Status Ekonomi
Frekuensi
Persentase (%)
> UMR (1.800.000)
19
22,6%
UMR (1.800.000)
65
77,4%
Jumlah
84
100,0
Tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa responden yang memiliki status ekonomi
tinggi sebanyak 19 responden (22,6%), sedangkan jumlah responden dengan
status ekonomi rendah sebanyak 65 responden (77,4%)
3. Dukungan Keluarga
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016.
Dukungan Keluarga
Frekuensi
Persentase (%)
Mendukung
77
91,7%
Tidak Mendukung
7
8,3%
Jumlah
84
100,0
Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dukungan keluarga yang mendukung
pemilihan penolong persalinan sebanyak (91,7%), sedangkan jumlah
responden keluarga yang tidak mendukung sebanyak (14,3%)

4. Pengetahuan
Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas


Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016.
Pengetahuan
Frekuensi
Presentase (%)
Baik (70%)
71
84,5%
Kurang (<70%)
13
15,5
Jumlah
84
100,0
Tabel 5.4 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden 71 orang
(84,5%) memiliki pengetahuan baik dan 13 responden (15,5%) memiliki
pengetahuan kurang.

5. Pendidikan
Tabel 5.5
Distribusi Frekuens Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari
Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016.
Pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
23
27,4%
Rendah
61
72,6%
Jumlah
84
100,0
Tabel 5.5 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden 61 orang
(72,6%)

berpendidikan

rendah

sedangkan

berpendidikan tinggi.
6. Usia
Tabel 5.6

23

responden

(27,4%)

Distribusi Frekuensi Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari


Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016.
Usia
Frekuensi
Presentase (%)
Tidak Beresiko
36
42,9%
Beresiko
48
57,1%
Jumlah
84
100,0
Tabel 5.6 di atas menunjukan bahwa responden kelompok umur tidak berisiko
sebanyak 36 responden (42,9%), sedangkan kelompok umur yang berisiko
sebanyak 48 responden (57,1%)
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Tabel 5.7
Frekuensi Faktor Status Ekonomi yang berhubungan dengan Pemilihan
penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan
Leles Kabupaten Cianjur selatan Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan

Status
No

Nakes
Ekonomi

1
2

>UMR
UMR
Total

N
18
34
52

%
94,7
52,3
62

Non-nakes
N
1
31
32

%
5,3
47,7
38,0

Total
N
19
65
84

%
100
100
100

OR
Value
0,002

16,412

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat frekuensi Status Ekonomi dengan


pemilihan penolong persalinan dari 84 ibu bersalin yang memiliki status
ekonomi rendah 65 responden (77,4%), 34 responden (52,3%) memilih
penolong persalinan di nakes dan 31 responden (47,7%) memilih penolong
persalinan dinon-nakes. Dan yang memiliki status ekonomi tinggi yaitu
sebanyak 19 responden (22,6%), 18 responden (94,7%) memilih persalinan di
nakes dan 1 responden (5,3%) memilih persalinan di non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,002) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur
Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016. Dengan OR 16,412 yang berarti
bahwa responden dengan status ekonomi rendah berpeluang lebih besar
16,412 kali untuk memilih penolong persalinan non-nakes dibanding dengan
responden yang status ekonominya tinggi. (Tabel 5.7)
2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan
di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Tabel 5.8

Frekuensi Faktor Dukungan Keluarga yang berhubungan dengan


Pemilihan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari
Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016.
P
Pemilihan Penolong Persalinan

Dukungan

OR
Value

No
Keluarga

Nakes
N

Non-nakes
N
%

Total
N

77

100

Mendukun
1
2

51
66,2
26
g
Tidak
1
14,3
6
mendukung
Total
52
62
32
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat

33,8

0,021
85,7

11.769

100

38,0
84
100
frekuensi Dukungan Keluarga dengan

pemilihan penolong persalinan dari 84 responden sebagian besar mendapatkan


dukungan dari keluarganya yaitu sebanyak 77 orang (91,7%), 51 responden (66,2%)
mendapat dukungan dari keluarganya untuk memilih penolong persalinan di nakes,
dan 26 responden (33,8%) mendapat dukungan dari keluarganya untuk memilih
penolong persalinan di non-nakes. Sedangkan (8,3%) atau 7 keluarga responden tidak
memberikan dukungan atas pemilihan penolong persalinan, 1 responden (14,3%)
memilih penolong persalinan di nakes dan keluarganya tidak mendukung, sedangkan
6 responden (85,7%) yang memilih penolong persalinan di non-nakes keluarganya
tidak mendukung.

Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi-Square
diperoleh nilai P value (0,021) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016. Dengan OR 11.769 yang berarti bahwa responden dengan dukungan keluarga
tinggi berpeluang lebih besar 11.769 kali untuk memilih penolong persalinan nakes
dibanding dengan responden yang dukungan keluarganya rendah. (Tabel 5.8)
3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Tabel 5.9
Frekuensi Faktor Pengetahuan yang berhubungan dengan Pemilihan
penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan
Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan
No Pengetahuan
1
2

Nakes

Non-nakes

N
%
N
%
Baik
50
70,4
21
29,6
Kurang
2
15,4
11
84,6
Total
52
62
32
38,0
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat frekuensi

Total

P
OR
Value

N
%
71
100
0,000 13,095
13
100
84
100
Pengetahuan dengan pemilihan

penolong persalinan dari 84 ibu bersalin yang memiliki Pengetahuan baik

sebanyak 71 responden (84,5%), 50 responden (70,4%) yang memiliki


pengetahuan baik memilih penolong persalinan di nakes dan 21 responden
(29,6%) memilih penolong persalinan di non-nakes. Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (15,5%), 2 responden
(15,4%) memilih persalinan di nakes dan 11 responden (84,6%) memilih
persalinan non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi-Square
diperoleh nilai P value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016. Dengan OR 13,095 yang berarti bahwa responden dengan
pengetahuan baik berpeluang lebih besar 13,095 kali untuk memilih penolong
persalinan nakes, dibanding dengan responden dengan pengetahuan kurang.
(Tabel 5.9)

4. Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah


Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.

Tabel 5.10
Frekuensi Pendidikan yang Berhubungan dengan Pemilihan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles
Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan
No
1
2

Pendidikan
Tinggi
Rendah
Total
Berdasarkan

Nakes
N
%
23
100
29
47,5
52
62
tabel 5.10 dapat

Non-nakes
N
0
32
32
dilihat

Total

P
OR
Value

%
N
%
0
23
100
0,000 1,793
52,5
61
100
38,0
84
100
frekuensi Pendidikan dengan pemilihan

penolong persalinan dari 84 ibu bersalin yang memiliki Pendidikan tinggi


sebanyak 23 responden (27,4%), 23 responden tersebut memilih penolong
persalinan di nakes. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan rendah
sebanyak 61 responden (72,6%), 29 responden (47,5%) memilih persalinan di
nakes dan 32 responden (52,5%) memilih persalinan non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi-Square
diperoleh nilai P value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016. Dengan OR 1,793 yang berarti bahwa responden dengan pendidikan

rendah berpeluang lebih besar 1,793 kali untuk memilih penolong persalinan nonnakes, dibanding dengan responden yang pendidikannya tinggi. (Tabel 5.10)
5. Hubungan Usia dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
Tabel 5.11
Frekuensi Faktor Usia yang berhubungan dengan Pemilihan penolong
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles
Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan
No

Usia

Nakes
N

1
2

Non-nakes
%

P
OR

Total
N

Value
%

Tidak
15
41,7
21
58,3
36
100
0,002 0,212
Berisiko
Berisiko
37
77,1
11
22,9
48
100
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat frekuensi Usia dengan pemilihan
penolong persalinan dari 84 responden yang memiliki Usia Berisiko sebanyak 48
responden (57,1%), 11 responden (22,9%) memilih penolong persalinan nonnakes dan 37 responden (77,1%) memilih penolong persalinan di nakes.
Sedangkan responden yang memiliki usia tidak berisiko sebanyak 36 responden
(42,9%), 15 responden (41,7%) memilih persalinan di nakes dan 21 responden
(58,3%) memilih persalinan dinon-nakes.

Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi-Square
diperoleh nilai P value (0,002) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia
dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari
Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Dengan OR 0,212 yang berarti bahwa responden dengan usia beresiko berpeluang
lebih besar 0,212 kali lebih besar untuk memilih penolong persalinan nakes,
dibanding dengan responden usia tidak beresiko. (Tabel 5.11)

BAB VI
PEMBAHASAN

Setelah peneliti mendapatkan hasil penelitian dan memulai analisa univariat dan
analisa bivariat maka peneliti akan menjabarkan pembahasan yang mengacu pada
tujuan khusus pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
A. Analisa Univariat
1. Penolong Persalinan
Pemilihan penolong persalinan adalah suatu penetapan pilihan penolong
persalinan terhadap persalinan ibu yang melahirkan (Syafrudin,2009)
Hasil analisa menunjukan pada tabel 5.1 didapatkan data bahwa sebagian
besar responden memilih penolong persalinan di nakes yakni 52 responden
(61,9%) dan sisanya 32 responden (38,1%) memilih penolong persalinan di
non-nakes.
2. Status Ekonomi
Status Ekonomi menjadi alasan perempuan untuk lebih memilih dukun
sebagai penolong. Karena mereka beralasan bahwa dukun lebih murah
dibanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah
karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang
tersedia di rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan atau dokter
karena mereka harus membayar bidan dan atau dokter dengan uang yang
kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka (Juariah, 2009).

Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 84 responden yang mempunyai


pendapatan UMR berjumlah 65 responden (77,4%), sebagian responden
mempunyai pendapatan > UMR yaitu sebanyak 19 responden (22,6%).
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong
selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada
perempuan yang relatife muda usianya sehingga kemampuan mengambil
keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan
orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih
berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran
orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan
terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang
tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun
sebaliknya.
Hasil analisa menunjukan dukungan keluarga yang mendukung pemilihan
penolong persalinan sebanyak (85,7%), sedangkan jumlah responden keluarga
yang tidak mendukung sebanyak (14,3%).
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2003).
Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 84 responden yang memiliki
pengetahuan baik dengan skor 70% berjumlah 71 responden (84,5%), dan
sebagian responden memiliki pengetahuan kurang <70% yaitu sebanyak 13
responden (15,5%).
5. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon


terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan
alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh
dari gagasan tersebut. Mereka lebih mudah mengadop informasi tentang
kesehatan baik dari bidan atau tenaga kesehatan ataupun media cetak maupun
elektronik.
Hasil analisa pada tabel 5.5 didapatkan data bahwa dari 84 responden yang
mempunyai pendidikan yang rendah (SD-SMP) berjumlah 61 responden
(72,6%), dan sebagian responden mempunyai pendidikan tinggi (SMA-PT)
yaitu sebanyak 23 orang (27,4%).
6. Usia
Ibu hamil yang berumur <20 tahun dan umur > 35 tahun menurut Depkes
RI (2001) merupakan kelompok umur yang beresiko terhadap kehamilan.
Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering kali belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah
menurun, akibatnya ibu hamil pada usia ini mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan.
Hasil analisa pada tabel 5.6 didapatkan data bahwa dari 84 responden yang
termasuk kelompok usia berisiko yaitu sebanyak 48 responden

(57,1%)

sedangkan kelompok usia tidak berisiko sebanyak 36 responden (42,9%).


B. Analisa Bivariat
Untuk menyatakan ada tidaknya hubungan antara variabel ditentukan
dengan hasil perhitungan dari nilai p dimana bila p<0,05 berarti dapat

dinyatakan ada hubungan dan bila p0,05 berarti dapat dinyatakan tidak ada
hubungan antara kedua variabel tersebut.
1. Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
wilayah kerja Puskesmas pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat frekuensi Status Ekonomi dengan
pemilihan penolong persalinan dari 84 responden yang memiliki status
ekonomi rendah 65 responden (77,4%), 34 responden memilih penolong
persalinan di nakes dan 31 responden memilih penolong persalinan di nonnakes. Dan yang memiliki status ekonomi tinggi yaitu sebanyak 19 responden
(22,6%), 18 responden (94,7%) memilih persalinan di nakes dan 1 responden
(5,3%) memilih persalinan di non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,002 ) < (0,05) maka H 0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori (Juriah,2009) bahwa dalam
memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga
dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pendidikan. sehingga hal ini menjadi alasan

perempuan untuk lebih memilih dukun atau non-akes sebagai penolong


persalinan. Karena mereka beralasan bahwa dukun lebih murah dibanding
tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah karena mereka
dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang tersedia di rumah
mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan karena mereka harus membayar
bidan dengan uang yang kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka.
2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan
di wilayah kerja Puskesmas pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat frekuensi Dukungan Keluarga dengan
pemilihan penolong persalinan dari 84 responden sebagian besar mendapat
dukungan dari keluarganya yaitu sebanyak 77 responden (91,7%), 51
responden (66,2%) keluarganya mendukung untuk memilih penolong
persalinan di nakes, dan 26 responden (33,8%) keluarganya mendukung
memilih penolong persalinan non-nakes. Sedangkan (8,3%) atau 7 keluarga
responden tidak memberikan dukungan atas pemilihan penolong persalinan, 1
(14,3%) memilih penolong persalinan di nakes dan keluarganya tidak
mendukung, sedangkan 6 responden (85,7%) memilih penolong persalinan di
non-nakes keluarganya tidak mendukung.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,021) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di

Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur


selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori bahwa suami dan keluarga
memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatife
muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri
masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah
yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain
itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk,
maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab.
Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan
memilih dukun ataupun sebaliknya.
3. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong
Persalinan di wilayah kerja Puskesmas pusakasari Kecamatan Leles
Kabupaten Cianjur Selatan Tahun Provinsi Jawa Barat 2016.
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat frekuensi Pengetahuan dengan
pemilihan penolong persalinan dari 84 responden yang mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 71 responden (84,5%), 50 responden (70,4%)
yang memiliki pengetahuan baik memilih penolong persalinan di nakes dan
21 responden (29,6%) memilih penolong persalinan di non-nakes. Sedangkan
responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 13 responden
(15,5%), 2 responden (15,4%) memilih penolong persalinan nakes dan 11
responden (84,6%) memilih penolong persalinan non-nakes.

Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur
selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat dominan dalam
membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan akan memberikan penguatan
terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam berprilaku.
Perilaku yang baru di adopsi oleh individu akan bisa bertahan lama jika
individu menerima perilaku tersebut dengan kesadaran, didasari atas
pengetahuan yang jelas dan keyakinan (setiawati,2008).
4. Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat frekuensi pendidikan dengan
pemilihan penolong persalinan dari 84 responden yang memiliki pendidikan
tinggi sebanyak 23 responden (27,4%), 23 responden tersebut semuanya
memilih penolong persalinan pada nakes. Sedangkan responden yang

memiliki pendidikan rendah sebanyak 61 responden (72,6%), 29 responden


(47,5%) memilih penolong persalinan oleh nakes dan 32 responden (52,5%)
memilih penolong persalinan oleh non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan pemilihan penolong persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur
selatan Tahun Provinsi Jawa Barat 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori orang yang berpendidikan
tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang
datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut. Perempuan yang tidak lagi meyakini
atau sudah mulai longgar keyakinanya dengan adat istiadat. Biasanya
kalangan ini memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka lebih
mudah mengadop informasi tentang kesehatan baik dari bidan atau tenaga
kesehatan ataupun media cetak maupun elektronik. Mereka berpendapat
bahwa pendidikan kesehatan dan bidan lebih bermanfaat untuk kesehatan
mereka dan bayinya dan mereka meyakini kalau memeriksakan kehamilan
kepada tenaga kesehaan, pertolongan persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, tanpa memperdulikan adat istiadatpun bayinya akan selamat.

5. Hubungan Usia dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja


Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat frekuensi usia dengan pemilihan
penolong persalinan dari 84 responden yang termasuk kedalam kelompok usia
berisiko sebanyak 48 responden (57,1%), 11 responden (22,9%) memilih
penolong persalinan oleh non-nakes dan 37 responden (77,1%) memilih
penolong persalinan oleh nakes. Sedangkan responden yang tidak termasuk
kedalam kelompok usia tidak berisiko sebanyak 36 responden (42,9%), 15
orang (41,7%) memilih penolong persalinan oleh nakes dan 21 responden
(58,3%) memilih penolong persalinan oleh non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,002) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori bahwa penambahan umur
seseorang berbanding lurus dengan bertambahnya tingkat pengetahuan
seseorang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bertambah umur maka akan
bertambah pengalaman, banyak terpapar dengan informasi, sehingga dapat
dikatakan bertambah tingkat pengetahuan. Dalam hal ini adalah informasi
tentang pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. Ibu sebaiknya hamil

pada umur 20-35 tahun, karena pada masa tersebut merupakan masa yang
aman untuk menerima kehamilan dan pada umur tersebut biasanya wanita
sudah merasa siap untuk menjadi ibu.
Ibu hamil yang berumur <20 tahun dan umur > 35 tahun menurut Depkes
RI (2001) merupakan kelompok umur yang beresiko terhadap kehamilan.
Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering kali belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah
menurun, akibatnya ibu hamil pada usia ini mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan. Ibu
hamil pada kelompok umur < 20 tahun (terlalu muda) dan umur 35 tahun
keatas (terlalu tua) adalah kelompok ibu hamil yang sebenarnya lebih
membutuhkan TTD.

Anda mungkin juga menyukai