HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2016 di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat. Hasil
penelitian digambarkan dengan analisis univariat dan analisis bivariat, pada analisis
univariat hasil penelitian tersaji dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan tabel
silang beda dua proporsi untuk bivariat. Hasil penelitian disajikan sebagai berikut:
A. Analisis Univariat
1. Penolong Persalinan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2016.
Penolong Persalinan
Frekuensi
Persentase (%)
Nakes
52
61,9%
Non-Nakes
32
38,1%
Jumlah
84
100%
Tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa dari 84 responden 52 orang (61,9%)
memilih Nakes sebagai penolong persalinan dan 32 orang (38,1%) responden
memilih Non-Nakes sebagai penolong persalinan.
2. Status Ekonomi
Tabel 5.2
4. Pengetahuan
Tabel 5.4
5. Pendidikan
Tabel 5.5
Distribusi Frekuens Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari
Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016.
Pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
Tinggi
23
27,4%
Rendah
61
72,6%
Jumlah
84
100,0
Tabel 5.5 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden 61 orang
(72,6%)
berpendidikan
rendah
sedangkan
berpendidikan tinggi.
6. Usia
Tabel 5.6
23
responden
(27,4%)
Status
No
Nakes
Ekonomi
1
2
>UMR
UMR
Total
N
18
34
52
%
94,7
52,3
62
Non-nakes
N
1
31
32
%
5,3
47,7
38,0
Total
N
19
65
84
%
100
100
100
OR
Value
0,002
16,412
Dukungan
OR
Value
No
Keluarga
Nakes
N
Non-nakes
N
%
Total
N
77
100
Mendukun
1
2
51
66,2
26
g
Tidak
1
14,3
6
mendukung
Total
52
62
32
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat
33,8
0,021
85,7
11.769
100
38,0
84
100
frekuensi Dukungan Keluarga dengan
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi-Square
diperoleh nilai P value (0,021) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2016. Dengan OR 11.769 yang berarti bahwa responden dengan dukungan keluarga
tinggi berpeluang lebih besar 11.769 kali untuk memilih penolong persalinan nakes
dibanding dengan responden yang dukungan keluarganya rendah. (Tabel 5.8)
3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Tabel 5.9
Frekuensi Faktor Pengetahuan yang berhubungan dengan Pemilihan
penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan
Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan
No Pengetahuan
1
2
Nakes
Non-nakes
N
%
N
%
Baik
50
70,4
21
29,6
Kurang
2
15,4
11
84,6
Total
52
62
32
38,0
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat frekuensi
Total
P
OR
Value
N
%
71
100
0,000 13,095
13
100
84
100
Pengetahuan dengan pemilihan
Tabel 5.10
Frekuensi Pendidikan yang Berhubungan dengan Pemilihan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles
Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan
No
1
2
Pendidikan
Tinggi
Rendah
Total
Berdasarkan
Nakes
N
%
23
100
29
47,5
52
62
tabel 5.10 dapat
Non-nakes
N
0
32
32
dilihat
Total
P
OR
Value
%
N
%
0
23
100
0,000 1,793
52,5
61
100
38,0
84
100
frekuensi Pendidikan dengan pemilihan
rendah berpeluang lebih besar 1,793 kali untuk memilih penolong persalinan nonnakes, dibanding dengan responden yang pendidikannya tinggi. (Tabel 5.10)
5. Hubungan Usia dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur Selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
Tabel 5.11
Frekuensi Faktor Usia yang berhubungan dengan Pemilihan penolong
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles
Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Pemilihan Penolong Persalinan
No
Usia
Nakes
N
1
2
Non-nakes
%
P
OR
Total
N
Value
%
Tidak
15
41,7
21
58,3
36
100
0,002 0,212
Berisiko
Berisiko
37
77,1
11
22,9
48
100
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat frekuensi Usia dengan pemilihan
penolong persalinan dari 84 responden yang memiliki Usia Berisiko sebanyak 48
responden (57,1%), 11 responden (22,9%) memilih penolong persalinan nonnakes dan 37 responden (77,1%) memilih penolong persalinan di nakes.
Sedangkan responden yang memiliki usia tidak berisiko sebanyak 36 responden
(42,9%), 15 responden (41,7%) memilih persalinan di nakes dan 21 responden
(58,3%) memilih persalinan dinon-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji Chi-Square
diperoleh nilai P value (0,002) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan
demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia
dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pusakasari
Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Dengan OR 0,212 yang berarti bahwa responden dengan usia beresiko berpeluang
lebih besar 0,212 kali lebih besar untuk memilih penolong persalinan nakes,
dibanding dengan responden usia tidak beresiko. (Tabel 5.11)
BAB VI
PEMBAHASAN
Setelah peneliti mendapatkan hasil penelitian dan memulai analisa univariat dan
analisa bivariat maka peneliti akan menjabarkan pembahasan yang mengacu pada
tujuan khusus pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
A. Analisa Univariat
1. Penolong Persalinan
Pemilihan penolong persalinan adalah suatu penetapan pilihan penolong
persalinan terhadap persalinan ibu yang melahirkan (Syafrudin,2009)
Hasil analisa menunjukan pada tabel 5.1 didapatkan data bahwa sebagian
besar responden memilih penolong persalinan di nakes yakni 52 responden
(61,9%) dan sisanya 32 responden (38,1%) memilih penolong persalinan di
non-nakes.
2. Status Ekonomi
Status Ekonomi menjadi alasan perempuan untuk lebih memilih dukun
sebagai penolong. Karena mereka beralasan bahwa dukun lebih murah
dibanding tenaga kesehatan lainnya. Mereka menganggap dukun murah
karena mereka dapat membayarnya dengan beras, kelapa atau ayam yang
tersedia di rumah mereka. Mereka tidak ingin memilih bidan atau dokter
karena mereka harus membayar bidan dan atau dokter dengan uang yang
kadang-kadang tidak tersedia di rumah mereka (Juariah, 2009).
(57,1%)
dinyatakan ada hubungan dan bila p0,05 berarti dapat dinyatakan tidak ada
hubungan antara kedua variabel tersebut.
1. Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
wilayah kerja Puskesmas pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat frekuensi Status Ekonomi dengan
pemilihan penolong persalinan dari 84 responden yang memiliki status
ekonomi rendah 65 responden (77,4%), 34 responden memilih penolong
persalinan di nakes dan 31 responden memilih penolong persalinan di nonnakes. Dan yang memiliki status ekonomi tinggi yaitu sebanyak 19 responden
(22,6%), 18 responden (94,7%) memilih persalinan di nakes dan 1 responden
(5,3%) memilih persalinan di non-nakes.
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,002 ) < (0,05) maka H 0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
status ekonomi dengan pemilihan penolong persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur selatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori (Juriah,2009) bahwa dalam
memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga
dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga
dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pendidikan. sehingga hal ini menjadi alasan
Dari hasil uji statistik analisis bivariat dengan menggunakan Uji ChiSquare diperoleh nilai P value (0,000) < (0,05) maka H0 ditolak dan Ha
diterima dengan demikian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur
selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Seperti yang dikemukakan pada tinjauan teori bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat dominan dalam
membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan akan memberikan penguatan
terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam berprilaku.
Perilaku yang baru di adopsi oleh individu akan bisa bertahan lama jika
individu menerima perilaku tersebut dengan kesadaran, didasari atas
pengetahuan yang jelas dan keyakinan (setiawati,2008).
4. Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusakasari Kecamatan Leles Kabupaten
Cianjur Selatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat frekuensi pendidikan dengan
pemilihan penolong persalinan dari 84 responden yang memiliki pendidikan
tinggi sebanyak 23 responden (27,4%), 23 responden tersebut semuanya
memilih penolong persalinan pada nakes. Sedangkan responden yang
pada umur 20-35 tahun, karena pada masa tersebut merupakan masa yang
aman untuk menerima kehamilan dan pada umur tersebut biasanya wanita
sudah merasa siap untuk menjadi ibu.
Ibu hamil yang berumur <20 tahun dan umur > 35 tahun menurut Depkes
RI (2001) merupakan kelompok umur yang beresiko terhadap kehamilan.
Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering kali belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah
menurun, akibatnya ibu hamil pada usia ini mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan. Ibu
hamil pada kelompok umur < 20 tahun (terlalu muda) dan umur 35 tahun
keatas (terlalu tua) adalah kelompok ibu hamil yang sebenarnya lebih
membutuhkan TTD.