S2 2016 352711 Introduction
S2 2016 352711 Introduction
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Airtanah adalah air yang terdapat pada lapisan akuifer di bawah
permukaan tanah pada zona jenuh air pada tekanan hidrostatis sama atau lebih
besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,
diperkirakan 96% merupakan airtanah yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih penduduk dan kebutuhan air industri. Sumber utama airtanah
berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan mengalami proses tertentu
yang disebut daur hidrologi. Daur hidrologi dapat dilihat pada Gambar 1.1
juga sering disebut sebagai reservoir airtanah. Formasi batuan yang bertindak
sebagai akuifer mampu menyimpan air (porositas) dan melalukan air
(permeabilitas) pada tingkat yang cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan.
Aspek-aspek penting yang termasuk dalam kajian akuifer dan airtanah
adalah kondisi geologi (struktur, stratigrafi dan litologi), kondisi geomorfologi
(morfologi, morfostruktur, morfogenesis), siklus hidrologi yang berpengaruh
terhadap perputaran dan perubahan air di bumi, dan mekanika fluida yang
berkaitan dengan pergerakan airtanah dalam berbagai lapisan batuan. Faktorfaktor tersebut berpengaruh terhadap karakteristik dan agihan akuifer dan airtanah
(Santosa,2004).
Arah gerakan airtanah, tipe dan potensi akuifer sangat dipengaruhi oleh
struktur geologi. Stratigrafi yang merupakan susunan dari beberapa lapisan batuan
akan berpengaruh terhadap jenis akuifer, kedalaman dan ketebalan akuifer serta
kedudukan airtanah. Jenis dan umur batuan mempengaruhi konsentrasi ion terlarut
yang akan menentukan kualitas airtanah dan koefisien permeabilitas akuifernya
(Santosa, 2004).
Secara teoritik, berdasarkan siklus hidrologi, jumlah air di bumi relatif
sama. Munculnya masalah terkait dengan ketersediaan air adalah akibat dari tidak
meratanya distribusi air menurut ruang dan waktu, juga sebagai akibat dari
pengelolaan yang kurang memperhatikan keberlanjutannya termasuk airtanah.
Peranan airtanah semakin lama menjadi semakin penting karena airtanah
mensuplai sekitar sepertiga dari kebutuhan air di dunia. Di beberapa daerah,
terutama pada daerah yang memiliki ketersediaan airtanah yang lebih banyak
dibandingkan air permukaan, terjadi eksploitasi airtanah secara besar-besaran.
Eksploitasi tersebut
cekungan airtanah dan sistem aliran airtanah secara regional (Ramli dan Bunga,
2011). Selain itu, juga dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat,
sehingga untuk mengetahui pola aliran airtanah di wilayah Makassar perlu
diketahui kondisi hidrogeologinya.
Kondisi hidrogeologi suatu wilayah merupakan syarat utama untuk
menentukan daerah tersebut merupakan daerah peresapan atau bukan yang
merupakan lapisan pembawa air. Dengan mengetahui distribusi aliran airtanah
berdasarkan kondisi hidrogeologi suatu wilayah akan sangat membantu untuk
mengetahui arah aliran airtanah sehingga dapat memetakan lokasi imbuhan
(recharge) dan lokasi pelepasan (discharge) Kota Makassar yang akan sangat
membantu dalam mengetahui ketersediaan air di dalam tanah serta pengelolaan
yang dapat dilakukan menyangkut kondisi airtanah Kota Makassar.
Upaya pengelolaan, pemanfaatan dan konservasi airtanah dilakukan untuk
menjaga
kelestarian
dan
kesinambungan
ketersediaan
airtanah
guna
langsung mengalir di permukaan bumi (run off) dan ada yang meresap ke bawah
permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi
tersebut ada yang mengalir ke sungai, sebagian mengalir ke danau, dan akhirnya
sampai kembali ke laut. Sementara itu, air yang meresap ke bawah permukaan
bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air
jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan
batuan dan berada pada suatu cekungan airtanah. Sistem inidipengaruhi oleh
kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang
membentuk cekungan airtanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir
pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer (aquifer)( Hadian dkk., 2006).
Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan antara 0-2 (datar)
dan kemiringan antara 3-15 (bergelombang) dengan hamparan dataran rendahnya
yang berada pada ketinggian 0-25 meter dpl. Secara umum kondisi topografi Kota
Makassar dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu bagian barat ke arah
utara relatif lebih rendah, dekat dengan pesisir pantai dan bagian timur dengan
topografi berbukit.
Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai yang
membentang sepanjang koridor barat dan utara sehingga sering disebut sebagai
kota dengan ciri waterfront city yang di dalamnya mengalir dua sungai besar.
Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah, yang
membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga ke arah timur
sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan ke utara merupakan
koridor utama kota yang termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, perkotaan,
perkantoran, pendidikan, dan pusat kegiatan industri di Makassar. Dua sungai
besar yang mengalir di dalam kota sudah banyak diteliti namun lebih ke arah
pemanfaatan sungai sebagai objek wisata hingga sebagai jalur alternatif baru
terhadap transportasi kota (Mansyur, 2010).
Perkembangan kota yang cukup pesat tersebut tidak diikuti dengan
penelitian yang cukup tentang kondisi, potensi dan ketersediaan airtanahnya.
Adapun beberapa penelitian di Kota Makassar mengenai airtanah hanya sebatas
rekonstruksi cekungan airtanah yang tidak begitu detail. Ramli dan Bunga (2011)
telah mengadakan penelitian
kualitas, kuantitas airtanah dari pengolahan data lapangan dan data sekunder dan
model aliran airtanah dengan menggunakan surfer. Dari model tersebut, akan
digambarkan pola aliran airtanah Kota Makassar sebagai bentuk pendekatan
terhadap kondisi airtanah Kota Makassar yang sebenarnya, sehingga berdasarkan
hal tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi hidrostratigrafi di Kota Makassar?
2. Bagaimanakah sebaran pola aliran airtanah di Kota Makassar ?
3. Berapa cadangan airtanah di Kota Makassar?
4. Bagaimanakah sebaran spasial daerah imbuhan (recharge) dan daerah
pelepasan (discharge) berdasarkan zona penurapan airtanah di Kota
Makassar ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini :
1. Merekonstruksi penampang hidrostratigrafi akuifer di Kota Makassar.
2. Memetakan sebaran dan pola aliran airtanah di Kota Makassar untuk
mengetahui arah aliran airtanah di Kota Makassar.
3. Menghitung cadangan airtanah di Kota Makassar.
4. Menganalisis
daerah
imbuhan
(recharge)
dan
daerah
pelepasan
komprehensif terhadap hasil interpretasi data geolistrik dan pumping test pada
daerah penelitian. Hasil yang diperoleh berupa informasi mengenai karakteristik
akuifer pada daerah penelitian.
Legowo (2008) melakukan penelitian mengenai pola aliran airtanah di
daerah Surakarta dengan menggunakan data perbandingan umur tritium. Dalam
penelitian ini dihasilkan pola aliran airtanah dan penurunan muka airtanah di
daerah Surakarta. Zeffitni (2010) melalakukan penelitian untuk mengetahui
agihan airtanah pada CAT Palu dengan pendekatan geomorfologi berdasarkan
kriteria kuantitas dan kualitas airtanah. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
agihan spasial sistem akuifer secara lateral dan potensi airtanah pada daerah
penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan (2010) di Kota Semarang, bertujuan
untuk mengetahui kondisi geologi dan hidrogeologi Kota Semarang mencakup
pola aliran airtanah lokal serta interaksi antara airtanah dengan sungai yang ada
di sekitarnya. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan modflow. Hartono
(1996) melalukan penelitian mengenai agihan airtanah berdasarkan pendekatan
bentanglahan pada Pegunungan Barturagung DIY. Pada peneltian ini, dihasilkan
peta hidromorfologi untuk menggambarkan agihan kedalamam muka airtanah
freatik, DHL serta kualitas airtanah daerah penelitian.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, terdapat
perbedaan dengan penelitian ini, dimana pada penelitian ini obyek materialnya
tidak hanya pada pola aliran airtanah tetapi juga mengkaji hidrostratigrafi akuifer
bebas di Kota Makassar serta menghitung berapa besar cadangan airtanahnya.
Penelitian mengenai objek-objek material tersebut sudah pernah dilakukan namun
10
2.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui
karakteristik
akuifer.
2. Mengetahui
kondisi
hidrostratigrafi
daerah penilitian
Menentukan pola
pergerakan dan letak
daerah imbuh
airtanah Daerah
Kodya Surakarta
menggunakan data
perbandingan umur
tritium.
Metode
Penelitian
Metode
geolistrik dan
analisis
pumping test.
Analisis umur
airtanah dengan
metode tritium
Hasil Penelitian
1. Daerah penelitian di
bagian
timur
memiliki
lapisan
pasir kasar yang
tebal
dengan
ransmisivitas yang
cukup baik untuk
bertindak
sebagai
akuifer.
2. Material akuifer di
bagian
timur
didominasi
oleh
pasir kasar hingga
kerikil dan di bagian
barat
didominasi
oleh pasir halus.
Interpretasi data
perbandingan umur
tritium menuju arah
timur kota Surakarta.
Terjadi penurunan muka
airtanah berbentuk
kerucut terbalik yang
mengakibatkan semua
aliran menuju ke titik
tersebut. Di perbukitan
Surakarta terjadi
pembelokan arah aliran
karena struktur patahan.
11
No.
3.
4.
Tujuan Penelitian
Rudi Hartono
Pemintakatan Agihan
Airtanah dengan
Satuan Bentuk Lahan
sebagai Satuan
Analisis Pegunungan
Baturagung DIY
(1996)
Mempelajari agihan
airtanah di daerah
penelitian dengan
satuan bentuklaha
sebagai satuan
pemintakatan
Mengetahui kondisi
geologi dan
hidrogeologi di
daerah kota
Semarang, pola
aliran airtanah lokal,
menghitung
keseimbangan air,
memahami interaksi
antara airtanah
dengan sungai.
Metode
Penelitian
Menentukan
morfometri
sungai secara
kuantitaf
dengan
pengkuran
lansung di
lapangan.
Pemodelan pola
aliran airtanah
menggunakan
mudflow
Pendekatan
bentanglahan
untuk
mengenali
karakteristik
bentuklahan
daerah
penelitian.
Menggunakan
uji statsitik (Uji
T) untuk
mengetahui
apakah terdapat
perbedaan
signifikan atas
kandungan
mineral tertentu
pada airtanah
antara dua
satuan
bentuklahan di
daerah
penelitian.
Hasil Penelitian
Berdasarkan korelasi
dari data borelog dan
data sekunder ketebalan
akuifer berkisar antara
30-40 meter. Material
akuifer berupa pasir,
lempung pasiran,
endapan lumpur dan
lensa lempung. Dari
hasil pemodelan, muka
airtanah di daerah ini
bervariasi antara 0.1 m
5 m. Pergerakan
airtanah bergerak dari
arah selatan ke utara
sesuai dengan bentuk
morfologi di daerah
penelitian, di mana
bagian utara memiliki
ketinggian yang lebih
rendah dar di selatan.
Peta hidromorfologi
yang ,menggambarkan
agihan kedalaman muka
freatik dan DHL serta
kualitas airtanah daerah
penelitian dengan
satuan bentuklahan
sebagai satuan analisis,.
12
No.
5.
6.
Fratiwi Rahman
Kajian
Hidrostratigrafi
Akuifer dan
Ketersediaan
Airtanah di Kota
Makassar (2015)
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji agihan
spasial
sistem
akuifer
berdasarkan
integrasi
pendekatan
geomorfogi dan
geologi di CAT
Palu
Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Mengkaji potensi
airtanah bebas dan
tertekan
berdasarkan
kriteria kuantitas
dan
kualitas
airtanah di CAT
Palu.
3. Mengkaji potensi
airtanah bebas dan
tertekan
berdasarkan
karakteristik
airtanah
pada
setiap
satuan
hidromorfologi
dan hidrogeologi
di CAT Palu.
4. Menyusun
pola
arahan
spasial
pemanfaatan
airtanah
untuk
kebutuhan
domestik di CAT
Palu.
1. Merekonstruksi
penampang
hidrostratigrafi
akuifer Kota
Makassar.
2. Memodelkan
sebaran dan pola
aliran airtanah
Kota Makassar
untuk mengetahui
arah aliran
airtanah Kota
Makassar.
3. Menghitung
cadangan airtanah
Kota Makassar.
4. Memetakan area
Metode
Penelitian
Metode survei
sebagai
dasar
untuk analisis
spasial dan
kelingkungan,
dengan
bentuklahan dan
kondisi geologi
sebagai
dasar
menentukan
titik
sampel
airtanah.
Penentuan
kebutuhan air
domestik
berdasarkan
hasil
wawancara.
Analisis kualitas
air dengan
analisis
laboratorium,
analisis
kuantitatif
agihan
airtanah dengan
pendekatan
dinamis.
Untuk
merekonstruksi
penampang
hidrostratigrafi
akuifer
menggunakan
metode inverse
modelling.
Model
pola
aliran airtanah
dengan surfer.
Penentuan
daerhan imbuh
dan pelepasan
ditentukan
berdasarkan
flownet daerah
Hasil Penelitian
1. CAT Palu
merupakan bagian
dari Cekungan Palu
yang secara geologi
terbentuk akibat
adanya struktur
sesar.
2. Agihan spasial
sistem akuifer secara
lateral berada
padaperbukitan
denudasional.
3. Zona potensi airtnah
berdasarkan kriteria
kuantitas dan
kualitas berfluktuasi
berdasarkan musim.
4. Tingkat potensi
airtanah berdasarkan
karakteristik
airtanah berada di
satuan
hidromorfologi
dataran alluvial
dengan agihan
tinggi-sedang.
1. Sebagian
besar
akuifer
didominasi
oleh batupasir dengan
ketebalan
rata-rata
42,5 meter.
2. Airtanah
mengalir
dari perbukitan lemah
di
sebelah
utara
menuju
daerah
cekungan
pada
bagian barat Kota
Makassar.
3. Besar
cadangan
airtanah
Kota
Makassar
adalah
8.930.859,66 m3/hari.
4. Daerah imbuh berada
13
No.
Tujuan
Penelitian
imbuhan
(recharge) dan
area pelepasan
(discharge) Kota
Makassar.
Metode
Penelitian
penelitian.
Perhitungan
cadangan
airtnah
menggunakan
metode dinamis.
Hasil Penelitian
pada bagian utara
dan timur Makassar
sedangkan
daerah
pelepasan
berada
pada bagian barat.