Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Airtanah adalah air yang terdapat pada lapisan akuifer di bawah
permukaan tanah pada zona jenuh air pada tekanan hidrostatis sama atau lebih
besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,
diperkirakan 96% merupakan airtanah yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih penduduk dan kebutuhan air industri. Sumber utama airtanah
berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan mengalami proses tertentu
yang disebut daur hidrologi. Daur hidrologi dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Daur Hidrologi ( Todd, 1980 )


Airtanah terdapat dalam berbagai formasi geologi, terutama pada akuifer.
Akuifer adalah formasi batuan yang mampu menyimpan dan melalukan air yang

juga sering disebut sebagai reservoir airtanah. Formasi batuan yang bertindak
sebagai akuifer mampu menyimpan air (porositas) dan melalukan air
(permeabilitas) pada tingkat yang cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan.
Aspek-aspek penting yang termasuk dalam kajian akuifer dan airtanah
adalah kondisi geologi (struktur, stratigrafi dan litologi), kondisi geomorfologi
(morfologi, morfostruktur, morfogenesis), siklus hidrologi yang berpengaruh
terhadap perputaran dan perubahan air di bumi, dan mekanika fluida yang
berkaitan dengan pergerakan airtanah dalam berbagai lapisan batuan. Faktorfaktor tersebut berpengaruh terhadap karakteristik dan agihan akuifer dan airtanah
(Santosa,2004).
Arah gerakan airtanah, tipe dan potensi akuifer sangat dipengaruhi oleh
struktur geologi. Stratigrafi yang merupakan susunan dari beberapa lapisan batuan
akan berpengaruh terhadap jenis akuifer, kedalaman dan ketebalan akuifer serta
kedudukan airtanah. Jenis dan umur batuan mempengaruhi konsentrasi ion terlarut
yang akan menentukan kualitas airtanah dan koefisien permeabilitas akuifernya
(Santosa, 2004).
Secara teoritik, berdasarkan siklus hidrologi, jumlah air di bumi relatif
sama. Munculnya masalah terkait dengan ketersediaan air adalah akibat dari tidak
meratanya distribusi air menurut ruang dan waktu, juga sebagai akibat dari
pengelolaan yang kurang memperhatikan keberlanjutannya termasuk airtanah.
Peranan airtanah semakin lama menjadi semakin penting karena airtanah
mensuplai sekitar sepertiga dari kebutuhan air di dunia. Di beberapa daerah,
terutama pada daerah yang memiliki ketersediaan airtanah yang lebih banyak
dibandingkan air permukaan, terjadi eksploitasi airtanah secara besar-besaran.

Eksploitasi tersebut

berdampak pada penurunan muka airtanah secara

berkelanjutan meliputi wilayah yang luas.


Makassar adalah salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Pembangunan berbagai fasilitas perkotaan
seperti fasilitas perekonomian, fasilitas permukiman dan fasilitas pendidikan
diikuti dengan peningkatan jumlah sehingga menyebabkan alih fungsi lahan dari
daerah resapan menjadi daerah permukiman. Perubahan alih fungsi lahan tersebut
akan sangat mempengaruhi siklus geohidrologi di Kota Makassar. Perubahan
siklus geohidrologi akibat aktifitas manusia tersebut akan memicu timbulnya
dampak pada lingkungan airtanah.
Informasi yang dipeoleh dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kota Makassar tahun 2014 menyebutkan bahwa terjadi penurunan muka airtanah
sebanyak 0-3.25 cm/tahun di salah satu kecamatan di Kota Makassar akibat
penggunaan airtanah yang tidak terkontrol. Fenomena umum menujukkan bahwa
PDAM belum secara optimal mampu melayani kebutuhan air bersih, terutama
untuk kepentingan industri, perhotelan dan irigasi sehingga pemanfaatan airtanah
menjadi pilihan alternatif. Airtanah bebas umumnya dimanfaatkan dalam bentuk
sumur-sumur gali untuk kebutuhan domestik, namun pengelolaan dalam
pemanfaatannya kurang terkontrol. Pemanfaatan airtanah yang berlebihan akan
berdampak pada lingkungan yaitu dapat menyebabkan berubahnya daerah imbuh.
Aliran air dalam tanah sangat dipengaruhi oleh banyak objek hidrologi
lainnya di pemukaan tanah, misalnya danau, sungai, dan daerah-daerah genangan.
Hal ini menyebabkan analisis terhadap dampak lingkungan akibat pengembangan
airtanah memerlukan suatu pemahaman yang komprehensif terhadap kondisi

cekungan airtanah dan sistem aliran airtanah secara regional (Ramli dan Bunga,
2011). Selain itu, juga dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah setempat,
sehingga untuk mengetahui pola aliran airtanah di wilayah Makassar perlu
diketahui kondisi hidrogeologinya.
Kondisi hidrogeologi suatu wilayah merupakan syarat utama untuk
menentukan daerah tersebut merupakan daerah peresapan atau bukan yang
merupakan lapisan pembawa air. Dengan mengetahui distribusi aliran airtanah
berdasarkan kondisi hidrogeologi suatu wilayah akan sangat membantu untuk
mengetahui arah aliran airtanah sehingga dapat memetakan lokasi imbuhan
(recharge) dan lokasi pelepasan (discharge) Kota Makassar yang akan sangat
membantu dalam mengetahui ketersediaan air di dalam tanah serta pengelolaan
yang dapat dilakukan menyangkut kondisi airtanah Kota Makassar.
Upaya pengelolaan, pemanfaatan dan konservasi airtanah dilakukan untuk
menjaga

kelestarian

dan

kesinambungan

ketersediaan

airtanah

guna

mempertahankan fungsi dan manfaat airtanah bagi kehidupan manusia.


Pelestarian airtanah dilakukan dengan penyusunan kebijakan tentang tataguna
airtanah berdasarkan zona penurapan airtanah yang mencakup penelitian pada
daerah imbuh (recharge area) dan daerah pelepasan (discharge area) Kota
Makassar.
1.2. Rumusan Masalah
Air yang kita gunakan sehari-hari telah menjalani siklus meteorik, yaitu
telah melalui proses penguapan (precipitation) dari laut, danau, maupun sungai
lalu mengalami kondensasi di atmosfer, dan kemudian menjadi hujan yang turun
ke permukaan bumi. Air hujan yang turun ke permukaan bumi tersebut ada yang

langsung mengalir di permukaan bumi (run off) dan ada yang meresap ke bawah
permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi
tersebut ada yang mengalir ke sungai, sebagian mengalir ke danau, dan akhirnya
sampai kembali ke laut. Sementara itu, air yang meresap ke bawah permukaan
bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air
jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan
batuan dan berada pada suatu cekungan airtanah. Sistem inidipengaruhi oleh
kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang
membentuk cekungan airtanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir
pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer (aquifer)( Hadian dkk., 2006).
Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan antara 0-2 (datar)
dan kemiringan antara 3-15 (bergelombang) dengan hamparan dataran rendahnya
yang berada pada ketinggian 0-25 meter dpl. Secara umum kondisi topografi Kota
Makassar dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu bagian barat ke arah
utara relatif lebih rendah, dekat dengan pesisir pantai dan bagian timur dengan
topografi berbukit.
Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai yang
membentang sepanjang koridor barat dan utara sehingga sering disebut sebagai
kota dengan ciri waterfront city yang di dalamnya mengalir dua sungai besar.
Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah, yang
membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga ke arah timur
sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan ke utara merupakan
koridor utama kota yang termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, perkotaan,
perkantoran, pendidikan, dan pusat kegiatan industri di Makassar. Dua sungai

besar yang mengalir di dalam kota sudah banyak diteliti namun lebih ke arah
pemanfaatan sungai sebagai objek wisata hingga sebagai jalur alternatif baru
terhadap transportasi kota (Mansyur, 2010).
Perkembangan kota yang cukup pesat tersebut tidak diikuti dengan
penelitian yang cukup tentang kondisi, potensi dan ketersediaan airtanahnya.
Adapun beberapa penelitian di Kota Makassar mengenai airtanah hanya sebatas
rekonstruksi cekungan airtanah yang tidak begitu detail. Ramli dan Bunga (2011)
telah mengadakan penelitian

mengenai cekungan airtanah Makassar sebagai

langkah awal dalam konservasi airtanah Makassar namun secara keseluruhan


dapat dikatakan bahwa penelitian yang berkaitan dengan airtanah Kota Makasssar
sangat terbatas meskipun pemanfaatan airtanah Kota Makassar semakin
meningkat seiring dengan pembangunan yang terus berjalan.
Informasi dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Makassar
tahun 2014 menyatakan penggunaan airtanah di Kota Makassar telah dilakukan
sejak tahun 1904 namun tidak disertai dengan pengelolaan yang baik antara upaya
konservasi dan pendayagunaan airtanah. Pesatnya perkembangan pembangunan di
berbagai sektor di kota-kota besar, termasuk kota Makassar, dapat memicu
kebutuhan sumberdaya alam dan kemungkinan timbulnya permasalahan yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan, hingga persoalan sosial ekonomi. Salah satu
kebutuhan tersebut adalah tersedianya sumber air sebagai faktor utama untuk
berlangsungnya kegiatan proses produksi. Hal ini menjadi sangat dominan,
sehingga diperlukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air secara selektif
sesuai dengan kemampuan dan kapasitas sumber daya air yang dimiliki.

Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi airtanah


khususnya pada akuifer adalah dengan model hidrostratigrafi. Penelitian
mengenai hidrostratigrafi akuifer khususnya di Kota Makassar hingga saat ini
belum pernah dilakukan termasuk penentuan daerah imbuh dan pelepasannya
meskipun hal ini akan sangat membantu dalam penentuan arah kebijakan
konservasi airtanah di Kota Makassar. Penelitian mengenai hidrostratigrafi
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah karena
akan memberikan informasi mengenai keberadaan dan persebaran airtanah,
penentuan zonasi air bersih untuk kebutuhan domestik serta berkaitan dengan
potensi airtanah yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas airtanah. Informasi
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk hidrostratigrafi yang memperlihatkan
nilai resistivitas batuan, kedalaman rata-rata lapisan dan material penyusunnya,
namun dalam penelitian ini, hanya akan dibatasi pada keberadaan dan persebaran
airtanah di Kota Makassar. Untuk mengetahui keberadaan airtanah di Kota
Makassar yang dalam hal ini berhubungan dengan cadangan airtanah di Kota
Makassar dihitung dengan menggunakan metode dinamis. Ketersediaan airtanah
dalam hal ini ditentukan oleh besarnya debit dalam akuifer.
Menurut Santosa dan Adji (2014), ketersediaan airtanah dapat ditentukan
berdasarkan beberapa parameter seperti imbuhan airtanah ke dalam akuifer, aliran
airtanah, serta debit optimum dari setiap sistem akuifer. Perhitungan ketersediaan
airtanah dapat dilakukan berdasarkan metode dinamis, dimana airtanah dianggap
bersifat dinamis.
Daerah imbuh dan pelepasan dapat diketahui berdasarkan analisis
terintegrasi berdasarkan zona penurapan airtanah yang diperoleh dari analisis

kualitas, kuantitas airtanah dari pengolahan data lapangan dan data sekunder dan
model aliran airtanah dengan menggunakan surfer. Dari model tersebut, akan
digambarkan pola aliran airtanah Kota Makassar sebagai bentuk pendekatan
terhadap kondisi airtanah Kota Makassar yang sebenarnya, sehingga berdasarkan
hal tersebut, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi hidrostratigrafi di Kota Makassar?
2. Bagaimanakah sebaran pola aliran airtanah di Kota Makassar ?
3. Berapa cadangan airtanah di Kota Makassar?
4. Bagaimanakah sebaran spasial daerah imbuhan (recharge) dan daerah
pelepasan (discharge) berdasarkan zona penurapan airtanah di Kota
Makassar ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini :
1. Merekonstruksi penampang hidrostratigrafi akuifer di Kota Makassar.
2. Memetakan sebaran dan pola aliran airtanah di Kota Makassar untuk
mengetahui arah aliran airtanah di Kota Makassar.
3. Menghitung cadangan airtanah di Kota Makassar.
4. Menganalisis

daerah

imbuhan

(recharge)

dan

daerah

pelepasan

(discharge) berdasarkan zona penurapan airtanah di Kota Makassar.


1.4. Keaslian Penelitian
Farid, dkk (2013) melakukan penelitian Khyber Paktunkhwa Pakistan
untuk mengetahui karakteristik akuifer dan kondisi hidrostratigrafinya. Metode
yang digunakan adalah metode geolistrik dengan menggunakan analisis

komprehensif terhadap hasil interpretasi data geolistrik dan pumping test pada
daerah penelitian. Hasil yang diperoleh berupa informasi mengenai karakteristik
akuifer pada daerah penelitian.
Legowo (2008) melakukan penelitian mengenai pola aliran airtanah di
daerah Surakarta dengan menggunakan data perbandingan umur tritium. Dalam
penelitian ini dihasilkan pola aliran airtanah dan penurunan muka airtanah di
daerah Surakarta. Zeffitni (2010) melalakukan penelitian untuk mengetahui
agihan airtanah pada CAT Palu dengan pendekatan geomorfologi berdasarkan
kriteria kuantitas dan kualitas airtanah. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
agihan spasial sistem akuifer secara lateral dan potensi airtanah pada daerah
penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Adnan (2010) di Kota Semarang, bertujuan
untuk mengetahui kondisi geologi dan hidrogeologi Kota Semarang mencakup
pola aliran airtanah lokal serta interaksi antara airtanah dengan sungai yang ada
di sekitarnya. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan modflow. Hartono
(1996) melalukan penelitian mengenai agihan airtanah berdasarkan pendekatan
bentanglahan pada Pegunungan Barturagung DIY. Pada peneltian ini, dihasilkan
peta hidromorfologi untuk menggambarkan agihan kedalamam muka airtanah
freatik, DHL serta kualitas airtanah daerah penelitian.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, terdapat
perbedaan dengan penelitian ini, dimana pada penelitian ini obyek materialnya
tidak hanya pada pola aliran airtanah tetapi juga mengkaji hidrostratigrafi akuifer
bebas di Kota Makassar serta menghitung berapa besar cadangan airtanahnya.
Penelitian mengenai objek-objek material tersebut sudah pernah dilakukan namun

10

pada penelitian-penelitian sebelumnya objek kajiannya hanya ditekankan pada


salah satu objek saja. Pada penelitian ini, mencoba mengintegrasikan antara
hidrostratigrafi akuifer dengan pola aliran airtanah Kota Makassar yang setelah
dianalisis akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi airtanah Kota Makassar
mencakup daerah imbuhan dan daerah pelepasannya serta besaran cadangan
airtanahnya.
Keaslian penelitian secara sistematis dari beberapa penelitian sebelumnya
sebagai pembanding, baik dari segi tujuan,metode dan hasil penelitian disajikan
pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No.
1.

2.

Peneliti dan Judul


Penelitian
Asam Farid,
Khanzaib Jadoon,
Gulraiz Akhter dan
Muhammad Asim
Iqbal
Hydrostratigraphy
and Hydrogeology of
The Western Part of
Maira Area, Khyber
Pakhtunkhwa,
Pakistan:A Case
Stydy Using by
Electrical Resistivity
( 2013)
Budi Legowo
Penentuan Pola
Aliran Airtanah
Daerah Surakarta
Menggunakan Data
Perbandingan Umur
Tritium
( 2008)

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui
karakteristik
akuifer.
2. Mengetahui
kondisi
hidrostratigrafi
daerah penilitian

Menentukan pola
pergerakan dan letak
daerah imbuh
airtanah Daerah
Kodya Surakarta
menggunakan data
perbandingan umur
tritium.

Metode
Penelitian
Metode
geolistrik dan
analisis
pumping test.

Analisis umur
airtanah dengan
metode tritium

Hasil Penelitian
1. Daerah penelitian di
bagian
timur
memiliki
lapisan
pasir kasar yang
tebal
dengan
ransmisivitas yang
cukup baik untuk
bertindak
sebagai
akuifer.
2. Material akuifer di
bagian
timur
didominasi
oleh
pasir kasar hingga
kerikil dan di bagian
barat
didominasi
oleh pasir halus.
Interpretasi data
perbandingan umur
tritium menuju arah
timur kota Surakarta.
Terjadi penurunan muka
airtanah berbentuk
kerucut terbalik yang
mengakibatkan semua
aliran menuju ke titik
tersebut. Di perbukitan
Surakarta terjadi
pembelokan arah aliran
karena struktur patahan.

11

No.
3.

4.

Peneliti dan Judul


Penelitian
Mohd.Shalahuddin
bin Adnan
Groundwater Flow
Model in Semarang
Urban Area,
Indonesia ( 2010)

Tujuan Penelitian

Rudi Hartono
Pemintakatan Agihan
Airtanah dengan
Satuan Bentuk Lahan
sebagai Satuan
Analisis Pegunungan
Baturagung DIY
(1996)

Mempelajari agihan
airtanah di daerah
penelitian dengan
satuan bentuklaha
sebagai satuan
pemintakatan

Mengetahui kondisi
geologi dan
hidrogeologi di
daerah kota
Semarang, pola
aliran airtanah lokal,
menghitung
keseimbangan air,
memahami interaksi
antara airtanah
dengan sungai.

Metode
Penelitian
Menentukan
morfometri
sungai secara
kuantitaf
dengan
pengkuran
lansung di
lapangan.
Pemodelan pola
aliran airtanah
menggunakan
mudflow

Pendekatan
bentanglahan
untuk
mengenali
karakteristik
bentuklahan
daerah
penelitian.
Menggunakan
uji statsitik (Uji
T) untuk
mengetahui
apakah terdapat
perbedaan
signifikan atas
kandungan
mineral tertentu
pada airtanah
antara dua
satuan
bentuklahan di
daerah
penelitian.

Hasil Penelitian
Berdasarkan korelasi
dari data borelog dan
data sekunder ketebalan
akuifer berkisar antara
30-40 meter. Material
akuifer berupa pasir,
lempung pasiran,
endapan lumpur dan
lensa lempung. Dari
hasil pemodelan, muka
airtanah di daerah ini
bervariasi antara 0.1 m
5 m. Pergerakan
airtanah bergerak dari
arah selatan ke utara
sesuai dengan bentuk
morfologi di daerah
penelitian, di mana
bagian utara memiliki
ketinggian yang lebih
rendah dar di selatan.
Peta hidromorfologi
yang ,menggambarkan
agihan kedalaman muka
freatik dan DHL serta
kualitas airtanah daerah
penelitian dengan
satuan bentuklahan
sebagai satuan analisis,.

12

No.
5.

6.

Peneliti dan Judul


Penelitian
Zeffitni Agihan
Potensi Airtanah Di
Cekungan Airtanah
Palu Provinsi
Sulawesi Tengah
(2010)

Fratiwi Rahman
Kajian
Hidrostratigrafi
Akuifer dan
Ketersediaan
Airtanah di Kota
Makassar (2015)

Tujuan Penelitian
1. Mengkaji agihan
spasial
sistem
akuifer
berdasarkan
integrasi
pendekatan
geomorfogi dan
geologi di CAT
Palu
Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Mengkaji potensi
airtanah bebas dan
tertekan
berdasarkan
kriteria kuantitas
dan
kualitas
airtanah di CAT
Palu.
3. Mengkaji potensi
airtanah bebas dan
tertekan
berdasarkan
karakteristik
airtanah
pada
setiap
satuan
hidromorfologi
dan hidrogeologi
di CAT Palu.
4. Menyusun
pola
arahan
spasial
pemanfaatan
airtanah
untuk
kebutuhan
domestik di CAT
Palu.
1. Merekonstruksi
penampang
hidrostratigrafi
akuifer Kota
Makassar.
2. Memodelkan
sebaran dan pola
aliran airtanah
Kota Makassar
untuk mengetahui
arah aliran
airtanah Kota
Makassar.
3. Menghitung
cadangan airtanah
Kota Makassar.
4. Memetakan area

Metode
Penelitian
Metode survei
sebagai
dasar
untuk analisis
spasial dan
kelingkungan,
dengan
bentuklahan dan
kondisi geologi
sebagai
dasar
menentukan
titik
sampel
airtanah.
Penentuan
kebutuhan air
domestik
berdasarkan
hasil
wawancara.
Analisis kualitas
air dengan
analisis
laboratorium,
analisis
kuantitatif
agihan
airtanah dengan
pendekatan
dinamis.

Untuk
merekonstruksi
penampang
hidrostratigrafi
akuifer
menggunakan
metode inverse
modelling.
Model
pola
aliran airtanah
dengan surfer.
Penentuan
daerhan imbuh
dan pelepasan
ditentukan
berdasarkan
flownet daerah

Hasil Penelitian
1. CAT Palu
merupakan bagian
dari Cekungan Palu
yang secara geologi
terbentuk akibat
adanya struktur
sesar.
2. Agihan spasial
sistem akuifer secara
lateral berada
padaperbukitan
denudasional.
3. Zona potensi airtnah
berdasarkan kriteria
kuantitas dan
kualitas berfluktuasi
berdasarkan musim.
4. Tingkat potensi
airtanah berdasarkan
karakteristik
airtanah berada di
satuan
hidromorfologi
dataran alluvial
dengan agihan
tinggi-sedang.

1. Sebagian
besar
akuifer
didominasi
oleh batupasir dengan
ketebalan
rata-rata
42,5 meter.
2. Airtanah
mengalir
dari perbukitan lemah
di
sebelah
utara
menuju
daerah
cekungan
pada
bagian barat Kota
Makassar.
3. Besar
cadangan
airtanah
Kota
Makassar
adalah
8.930.859,66 m3/hari.
4. Daerah imbuh berada

13

No.

Penelitian dan Judul


Penelitian

Tujuan
Penelitian
imbuhan
(recharge) dan
area pelepasan
(discharge) Kota
Makassar.

Metode
Penelitian
penelitian.
Perhitungan
cadangan
airtnah
menggunakan
metode dinamis.

Hasil Penelitian
pada bagian utara
dan timur Makassar
sedangkan
daerah
pelepasan
berada
pada bagian barat.

Sumber : Telaah Pustaka (2014)


1.5. Mafaat Penelitian
Berdasarkan batasan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijabarkan,
maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran mengenai kondisi airtanah di Kota Makassar
berdasarkan kondisi hidrogeologinya sehingga dapat digunakan untuk
survei ketersediaan airtanah maupun evaluasi sumberdaya airtanah Kota
Makassar.
2. Memberikan informasi mengenai kondisi airtanah Kota Makassar yang
berhubungan dengan daerah imbuhan (recharge) dan daerah pelepasan
(discharge) yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam
pengelolaan airtanah Kota Makassar

Anda mungkin juga menyukai