Anda di halaman 1dari 11

Tugas M.

K Biometrika Hutan

Hari/jam :Senin/08.00-09.40

MENDUGA PERUBAHAN SIMPANAN KARBON AKIBAT TERJADINYA


PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
DI SULAWESI SELATAN

Oleh
Kelompok 10
1. Kurniawan D.J
2. Ima Miratunnisa
3. Galih Citra Y
4. Robby DwiNugraha F
5. Tanti Venny P

E14110031
E14110034
E14110038
E14110043
E14110052

Dibimbing Oleh
Dr.Ir. Budi Kuncahyo, MS

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Deforestasi hutan adalah pengalihan hutan menjadi lahan dengan tujuan lain
atau pengurangan tajuk pohon di bawah ambang batas minimum 5 m (insitu) dan
areal minimum 0,5 ha (sumber FAO).Degradasi hutan adalah perubahan di dalam
hutan yang berdampak negatif terhadap struktur atau fungsi tegakan atau lahan
hutan sehingga menurunkan kemampuan hutan dalam menyediakan jasa atau
produk hutan. Emisi Gas Rumah Kaca yang terjadi di sektor Kehutanan umumnya
bersuber dari deforestasi (konversi hutan untuk penggunaan lain seperti pertanian,
perkebunan, pemukiman, pertambangan, prasarana wilayah dan lain-lain) dan
degradasi (penurunan kuaitas akibat illegal logging, kebakaran, over cutting,
perladangan berpindah dan perambahan). Deforestasi dan degradasi meningkatkan
sumber emisi sedangkan aforestasi, reforestasi dan kegiatan pertahanan lainnya
meningkatakan simpanan atau serapan karbon.
Konversi hutan dan degradasi hutan terjadi di Indonesia, Sulawesi Selatan
salah satu wilayah yang mengalami konversi lahan dan degradasi hutan.
Deforestasi hutan di Sulawesi Selatan pada periode tahun 2006 sampai 2010
sebesar 7.882 ha/tahun (Kemenhut 2011), sedangkana luas lahan kritis sampai
tahun 2010 sebesar 2.238.752 ha (Kemenhut 2011).
Pada makalah ini praktikan melakukan pendugaan simpanan karbon
sebelum dan sesudah terjadinya konversi hutan dan degradasi di Provinsi
Sulawesi Selatann. Sehingga dapat mengetahui perubahan simpanannya.
Tujuan
Tujuannya adalah untuk menduga perubahan simpanan karbon di Sulawesi
Selatan setelah konversi lahan.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam
ekosistem. Tanaman menyerap CO2 dari atmosfer kemudian penyimpannya dalam
bentuk biomassa tumbuhan dan melepaskan gas O2 ke atmosfer melalui proses
fotosintesis. Hutan yang sedang tumbuh atau masih muda akan berfunsi sangat
baik sebgai carbon stock, karena vegetasinya secara cepat menyerap gas CO 2

pada proses fotosintesis dalam rangka tumbuh dan berkembangnya vegetasi.


Pohon-pohon muda tumbuh lebih cepat dan menyerap lebih banyak CO 2 daripada
pohon-pohon tua. Pohon-Pohon tua paling sedikit mengikat CO 2, tetapi lebih
banyak menyimpan karbon dalam biomassanya (Retnowati 1998).
Pontesi Simpanan Karbon
Pendugaan potensi simpanan karbon didapatkan dari besarnya potensi
biomassanya yang dikalikan dengan faktor konversi pendugaan karbon sebsar
0.47 (BSN 2011). Adanya perbedaan simpanan karbon disebabkan oleh kerapatan
tegakan, umur tegakan, kualitas tampat tumbuh, iklim, topografi, karakteristik
tanah, komposisi umur pohon, dan perlakuan silvikultur yang diberikan
(Balitbang 2010). Whitten et al (1984) dalam Maretnowati (2004), simpanan
karbon yang terkandung alam tegakan berhubungan erat dengan pertumbuhan
tegakan, simpanan karbon cenderung terus meningkat sampai pertumbuhan
tegakan mencapai optimal kemudian relatif stabil. Besarnya potensi karbon yang
dikonversi dari biomassa sangat dipengaruhi oleh besarnya diameter pohon.
Kerapatan tegakan dan jumlah pohon juga faktor yang menentukan simpanan
karbon pada areal tersebut, selain iyu kerapatan tegakan mengindikasi kualitas
tempat tumbuh (Ridwanullah 2011).

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terletak pada Provinsi Sulawesi Selatan. Pengambilan
dan pengolahan data dilaksanakan pada tahun 2014 sampai 2044.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data
sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan (Dinhut
Sulsel) dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (Kemenhut). Datadata tersebut meliputi:
1. Data penggunaan kawasan hutan, antara lain:
a. Data perubahan fungsi kawasan hutan
b. Data pelepasan kawasan hutan
2. Data pemanfaatan kawasan hutan, antara lain:
a. Perkembangan luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam
Hutan Alam (IUPHHK-HA atau HPH)
b. Perkembangan luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam
Hutan Tanaman (IUPHHK-HT atau HTI)
c. Perkembangan luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam
Hutan Tanaman (IUPHHK-HTR atau HTR)
Alat yang digunakan yaitu seperangkat komputer serta perangkat
lunak (software) untuk mengolah data, yaitu Microsoft Office Word 2013 dan
STELLA 9.0.2.
Prosedur Penelitian
Metode

pengumpulan

data

dalam

penelitian

ini

yaitu

dengan

melakukan studi pustaka mengenai perubahan tata guna lahan di lokasi penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data
statistik kehutanan Sulawesi Selatan
Metode

pengembangan model

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan pendekatan sistem. Model yang dibangun dari pendekatan sistem
ini akan menjelaskan perbandingan tata guna lahan dengan tingkat serapan

karbon di lokasi penelitian. Tahapan pembuatan analisis dan simulasi model


adalah sebagai berikut (Purnomo 2012) :
1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan
Identifikasi isu, tujuan, dan batasan dilakukan untuk mengetahui dimana
sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Tujuan yang spesifik diperlukan untuk
memudahkan proses pembuatan model.
2. Konseptualisasi model
Pemodelan

dinamik

merupakan

pemodelan

yang

menggambarkan

perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu (bersifat dinamis).
Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model
yang dibuat, memasukkan data yang telah diolah ke dalam model (sebagai
input) dan membuat simulasi.
3. Spesifikasi model
Perumusan yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam model
konseptual dilakukan di fase ini. Jika pada model konseptual hubungan dua
komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak
panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang
jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam model juga harus ditentukan.
4. Evaluasi model
Fase evaluasi model bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat
telah logis seuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah:
a. Pengamatan kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan pada
dunia nyata
b.

Mengamati

perilaku

model

dengan

harapan

atau

perkiraan

yang

digambarkan pada fase konseptualisasi model


c. Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari
sistem atau dunia nyata. Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model
adalah melakukan pembandigan dunia nyata dengan model yang dibuat.
5. Penggunaan model

Tahapan penggunaan model bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang telah


diidentifikasi

pada

awal

pembuatan

model.

Tahapan

perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Gambar 1. Stok karbon lahan setelah konversi

ini

melibatkan

Gambar 2 Karbon stok setelah reklamasi tambang


Gambar 3 Perbandingan stok karbon lahan sebelum dan sesudah reklamasi

Pembahasan
Pemanasan global merupakan kondisi meningkatnya suhu rata rata diatas
permukaan bumi akibat radiasi gelombang pendek yang berasal dari matahari
masuk ke dalam bumi dan terperangkap di atmosfer. Biomassan hutan berperan
penting dalam siklus karbon, karena hutan memiliki kontribusi dalam menjaga
keseimbangan lingkungan. Seperti yang dikemukan Murray dalam Tiryana (2005)
ekosistem hutan dapat berfungsi sebagai penyerapan gas gas rumah kaca dengan
cara mentransformasi karbon dioksida (CO2) dari udara menjadi simpanan karbon
yang tersimpan daam komponen komponen ekosistem hutan, seperti pohon,
tumbuhan bawah, dan tanah.
Potensi hutan sebagai penyimpan biomassa karbon telah dibicarakan pada
Kyoto Protokol pada tahun 1997. Negara negara yang turut serta dalam Kyoto
Protokol memiliki komitmen untuk mengurangi emisi karbon dan gas rumah kaca.
Negara berkembang yang memiliki potensi hutan dapat melakukan kerjasama
dalam perdagangan karbon dengan negara negara industri. Sehubungan dengan
permasalahan diatas perlu dilakukan adanya pengembangan metode pendugaan
sebaran potensi karbon pada hutan tanaman mangium.
Pemodelan (modeling) adalah cara untuk meningkatkan pembelajaran
(learning) dalam sistem kompleks. Pemodelan merupakan metode untuk
mengembnagkan model-model simulasi atau tiruan untuk membantu memahami
kompleksitas dinamis dari system, memahami sumber-sumber kemacetan
kebijakan serta merancang kebijakan yang lebih efektif (Herry 2012).
Tahapan-tahapan dalam pemodelan sistem yaitu formulasi model
konseptual, spesifikasi model kuantitatif, evaluasi model dan penggunaan model.
Formulasi model konseptual mencakup penetapan tujuan, batas sistem dan
penggolongan komponen. Tujuan dari model yang dibuat yaitu untuk
membandingkan stok karbon pada beberapa pengelolaan lahan dengan stok
karbon setelah beberapa penggunaan lahan diganti. Sedangkan batasan dari sitem
ini yaitu perubahan stok karbon selama tiga puluh tahun dari tahun 2014 sampai
tahun 2044 setelah dilakukan perubahan pengelolaan lahan dan tempat dari
penelitian. Stok atau peubah state dari model ini yaitu luasan masing-masing
pengelolaan lahan, driving variable yaitu variable yang mempengaruhi stok atau

variable lain tetapi tidak ada yang mempengaruhi variable tersebut, dalam
penelitian ini termasuk Chutan primer, Chutan sekeunder dan Ctambang.
Penetapan basic time unit dalam scenario yang dibuat menggukan waktu tiga
bulan setiap perubahannya.
Hasil penelitian dari Reyna Ashari (2013) mengenai Model Dinamika
Simpanan Karbon dari Perubahan Tata Guna Lahan Kawasan Hutan di Sulawesi
Selatan bahwa dengan luas kawasan hutan setelah pemekaran Sulawesi Barat dari
(termasuk luas kawasan konservasi perairan) seluas 3 879 771 ha (SK Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No. 890/Kpts-II/1999) hingga menjadi 2 118 992 ha
(tidak

termasuk

kawasan

konservasi

laut)

(SK

Menteri

Kehutanan

No.434/Menhut-II/2009). Selain akibat pemekaran wilayah, penurunan luas


kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Selatan juga berasal dari aktivitas
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan di luar sektar kehutanan. Dinamika
luas kawasan hutan ini digambarkan dalam bagian model perubahan tata guna
lahan.
Jenis penggunaan lahan hutan lindung dan hutan konservasi menggunakan
nilai simpanan karbon hutan primer; hutan produksi terbatas, hutan produksi, dan
hutan produksi konservasi menggunakan nilai simpanan karbon hutan sekunder;
APL menggunakan nilai simpanan karbon alang-alang; sedangkan areal
pertambangan dianggap tidak memiliki simpanan karbon. Sub-submodel
simpanan karbon dari jenis penggunaan lahan. Berdasarkan skenario yang sudah
dibuat peneliti, kami mencoba menambahkan variabel pada skenario perubahan
lahan menjadi tambang agar di reklamasi, karena areal pertambangan dianggap
tidak memiliki simpanan karbon sama sekali. Reklamasi hutan adalah usaha untuk
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat
berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya (Permenhut No.P4/MenhutII/2011). Lahan yang direklamasi dalam penelitian ini adalah lahan-lahan bekas
tambang. Dari luasan tambang sebesar 5080 ha setelah terjadi reklamasi dan telah
memperhitungkan kegagalan yang terjadi akibat reklamasi tersebut terjadi
perubahan secara sigmoid dari C stok lahan baru setelah reklamasi.
Umpan balik dari reklamasi tambang menghasilkan pertumbuhan dan
meningkatkan perubahan, seperti tampak pada grafik dengan daur HTR 15 tahun

sebaran luas reklamasi lahan dapat dicapai. Waktu pencapaian ini akan lebih cepat
jika waktu tindakan koreksi yang dilakukan lebih besar. Jadi, semakin besar
tindakan reklamasi yang dilkukan maka pencapaian C stok lahan baru akan lebih
cepat tercapai.

SIMPULAN
Berdasarkan pemodelan yang telah dibuat dapat diketahui stok karbon
lahan setelah reklamasi lebih tinggi dibandingkan dengan stok karbon lahan
konversi yang belum direklamasi. Grafik yang dihasilkan membentuk goal
seeking.

DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Reyna. 2013. Model Dinamika Simpanan Karbon dari Perubahan Tata
Guna Lahan Kawasan Hutan di Sulawesi Selatan. Bogor (ID) : Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2010. Cadangan
Karbon pada berbagai tipe hutan Indonesia. Jakarta (ID): Balitbang.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional.2001. Pengukuran dan Perhitungan
Ccadangan karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan
Karbon Hutan (ground based forest carbon accounting). Jakarta (ID): BSN.
Maretnowati NA. 2004. Pengukuran potensi cadangan karbon di lahan
agroforestri Di Desa Cileuya, Perum Perhutani Unit II Jawa barat, KPH
Kuningan, BKPH Cibingin, RPH Cileuya dan BKPH Laragung, RPH
Sukasari [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Retnowati E.1998. Kontribusi hutan tanaman Eucaliptus grandis Maiden sebagai
rosot karbon di Tapanuli Utara. Buletin Penelitian Hutan 611. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Bogor.
Ridwanullah D.2011. Pendugaan i kandungan karbon melalui analisi biomassa
pohon Akasia (Acacia mangium Willd) studi kasus PT. Sumatra Sylva
Lestari [tesis]. Riau (ID): Universitas Riau.

Tiryana, Tatang. 2005. Pengembangan Metode Pendugaan Sebaran Potensi


Biomassa D dan Karbon Pada Hutan Tanaman Mangium. Bogor (ID) : Lab
Pemanenan Hutan Fakultas Kehutanan

Anda mungkin juga menyukai