Anda di halaman 1dari 28

ASPEK SOSIO BUDAYA &

GIZI

Antropologi Kesehatan

Sucita Lestari N, SKM, M.Kes

Fungsi Sosial Makanan

Fungsi Keagamaan &


ritual

Banyak simbol religi dan magis yang


diakitkan pada makanan. Dalam agama
islam, kambing sering dikaitkan dengan
upacara-upacara penting dalam
kehidupan seperti pada upacara
selamatan bayi baru lahir, atau pada
khitanan. Dalam agama khatolik, anggur
diibaratkan darah Kristus dan roti
tubuhnys. Pada masyrakat Jawa pada
berbagai selamatan dihudangkan nasi
tumpeng atau nasi kuning

Di balik tradisi tumpeng yang biasa dipakai dalam acara selametan, terdapat
nilai-nilai yang sifatnya filosofis. Tumpeng mengandung makna-makna
mendalam yang mengangkat hubungan antara manusia dengan Tuhan,
dengan alam dan dengan sesama manusia.

FUNGSI KOMUNIKASI
Didalam keluarga kehangatan hubungan antar
anggotanya terjadi pada waktu makan bersama.
Begitupun diantara keluarga besar, diupayakan
pertemuan secara berkala dengan makan-makan untuk
memelihara dan mempererat hubungan tali
silaturrahmi. Antar tetangga, sering dilakukan tukar
menukar makanan. Dalam bisnis, kesepakatan sering
diperoleh dalam jamuan makan di restoran atau di
tempat makan lain.

Parsel dibawa sebagai hantaran

Kue sebagai ucapan selamat ulang tahun

Fungsi Kenikmatan atau


Gastronomik
Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan
berbeda dari satu bangsa ke bangsa lain dan dari daerah/suku ke
daerah/suku lain.

Di Indonesia, kesukaan makanan antar


daerah/suku juga banyak berbeda.
Sudah terkenal bahwa makanan di
Sumatera, khususnya Sumatera Barat
lebih pedas dari pada makanan di Jawa,
khususnya Jawa Tengah yang suka
makanan manis.

Masakan minang berbumbu, bersantan dan


pedas

FUNGSI IDENTITAS/JATI DIRI


Makanan sering dianggap sebagai bagian
penting untuk menyataakan jati diri
seseorang atau sekelompok orang. Di
jepang misalnya, ikan mentah/sushi
merupakan makanan terhormat untuk
disajikan kepada tamu-tamu. Di sebagian
besar sumatera, daging dianggap sebagai
makanan berprestise. Amatlah
memalukan bila kepada tamu tidak dapat
menghidangkan daging.

Sushi makanan khas jepang

Makanan Sebagai Simbol Kekuasaan


Melalui makanan seseorang atau
sekelompok masyarakat dapat menunjukkan
kekuasaan terhadap orang atau kelompok
masyarakat lain. Majikan memberi makanan
yang bereda daripada yang ia makan kepada
bawahan/pembantunya. Memberi makanan
yang berkualitas rendah dalam jumlah yang
tidak mencukupi kepada orang tahanan
merupakan sebagian dari hukumannya.

FOOD HABIT
KEBIASAAN MAKAN adalah tingkah laku manusia atau
kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya
akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan
makanan (Khumaidi, 1989).
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan
individu atau kelompok individu adalah memilih pangan dan
mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
FISIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN BUDAYA.

Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kebiasaan


makan adalah konsumsi pangan (kuantitas dan kualitas),
Kesukaan terhadap makanan tertentu, kepercayaan,
pantangan, atau sikap terhadap makanan tertentu
(Wahyuni, 1988)
Kebiasaan makan dapat dibentuk oleh lingkungan sekitar
dimana seseorang hidup. Adapun beberapa variabel
lingkungan yang berpengaruh terhadap KEBIASAAN
MAKAN SUATU MASYARAKAT adalah lingkungan hidup
yang meliputi topografi, keadaan
tanah, iklim, dan flora, lingkungan budaya (sistem
Produksi pertanian) dan populasi (kelahiran, kematian,
migrasi, pertambahan penduduk, umur dan jenis kelamin

KOENTJARANINGRAT
Mengembangkan model untuk mempelajari faktor
sosial dan budaya yang mempengaruhi pola makan
dan pola konsumsi makanan keluarga.
Menurutnya, pola makan individu, keluarga dan
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut :

1) FAKTOR BUDAYA

cara seseorang berpikir atau berpengetahuan (what


people think), berperasaan (what people feel) dan
berpandangan (what people percieve) tentang
makanan. Apa yang ada dalam pikiran, perasaan dan
pandangan (persepsi) itu kemudian dinyatakan dalam
bentuk tindakan (what people do, practice) makan
dan memilih makanan

2) FAKTOR POLA KONSUMSI pangan yang dapat diamati dan diukur


3) FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL (segi kependudukan dengan susunan, strata
dan sifat-sifatnya), Lingkungan ekologi (kondisi tanah dan iklim) dan
lingkungan biologi/ekonomi (sistem usaha tani dan sistem pasar) dsb.
4) FAKTOR KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN, dipengaruhi oleh kondisi
yang bersifat hasil karya manusia (man-made) seperti sistem pertanian dan
peternakan (misalnya perladangan dan penggembalaan ternak), prasarana
dan sarana (jalan raya, jembatan-jembatan dsb), perundang-undangan dan
pelayanan pemerintah.
5) FAKTOR PERKEMBANGAN TEKNOLOGI, banyak sekali faktor teknologi
yang berpengaruh pada pola makan, misal bioteknologi dapat menghasilkan
jenis-jenis bahan makanan yang lebih praktis atau lebih bergizi (misalnya
durian tak berduri, semangka tak berbiji, ayam berdaging lunak); teknologi
pasca panen dapat menghasilkan berbagai jenis pangan olahan yang praktis,
murah dan menarik (misalnya jenis mie dan sosis)
6) FAKTOR LINGKUNGAN EKONOMI, daya beli, ketersediaan uang kontan.

Agama/Kepercayaan
Faktor budaya sangat berperan penting
dalam status gizi seseorang. Budaya memberi
peranan dan nilai yang berbeda terhadap
pangan dan makanan
Di Negara India yang mayoritas beragama
Hindu, Sapi sangat dihormati dan termasuk
hewan yang disucikan. Bahkan adalah dosa
besar "katanya" jika sampai memakan daging
sapi bahkan dapat menimbulkan masalah
besar.
Dalam Catur Weda, Sapi disebutkan sebagai
"Ibu" (yang menyusui) atau penyangga alam
yang memberikan kehidupan pada manusia,
karenanya harus disucikan, dihormati, dan
dilimpahi kasih sayang.

Food taboos/Tabu

Kata tabu terambil dari bahasa Polynesia dan bermakna


larangan (forbidden), sebagai pantulan ajaran agama
atau kebiasaan semi magis yang lain.
Makanan yang ditabukan (food taboos) memainkan peranan penting
dalam banyak kebudayaan yang menentukan jenis makanan apa saja yang
harus disediakan. Makanan yang ditabukan tersebut berarti semacam
regulasi untuk tidak mengkonsumsi bahan-bahan tertentu.
Kajian mengenai hal ini sudah dikenal oleh antropologi pada paruh kedua
abad ke-19. Makanan yang ditabukan ini tidak melulu terkait dengan
praktik ritual tertentu saja, akan tetapi juga diasosiasikan dengan hal-hal
yang tidak lazim (unfamiliarity), rujukan rasa menurut kebudayaan
setempat, atau berurusan dengan masalah kesehatan. Penabuan jenisjenis makanan umumnya dikaitkan dengan kandungan nutrisi tertentu di
dalamnya.

Dasar dari kebiasaan pangan dicirikan dalam suatu sistem nilai


seseorang dalam memilih makanan yang boleh dikonsumsi dan
tidak boleh dikonsumsi.
Sistem nilai tersebut pada dasarnya berasal dari tiga sumber
kebenaran yang dipercayai yaitu:

HUBUNGAN TABU DGN GIZI


Makanan Tabu di Indonesia masih menjadi
masalah karena masih banyak makanan yang
seharusnya dikonsumsi tapi masih ditabukan.
Akibat tabu makanan tersebut IBU HAMIL, IBU
MENYUSUI, BAYI DAN ANAK ANAK tidak berani
mengonsumsi makanan tertentu sehingga dapat
mengurangi asupan makanan yang pada
akhirnya akan MENURUNKAN STATUS GIZI
mereka.

IBU HAMIL DAN MENYUSUI

FAKTA
Ketika melahirkan memang normal jika merasa
sakit. Rasa sakit itu disebabkan oleh kontraksi
rahim dan peregangan mulut rahim, peregangan
dasar panggul, dan pelepasan plasenta.
Jadi tidak ada kaitan antara makan daun kelor
dengan nyeri saat melahirkan. Mitos tersebut
justru merugikan ibu hamil. Sebab daun kelor
merupakan salah satu sayuran yang kaya
kandungan gizi. Kandungan vitamin A daun kelor
setara 4 kali kandungan vitamin A pada wortel, 7 kali
kandungan vitamin C pada jeruk, 4 kali

FAKTA

Konsumsi pisang, nanas, dan mentimun justru


disarankan karena kaya akan vitamin C dan
serat yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh dan melancarkan proses pembuangan
sisa-sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak
selalu membahayakan.
Saat hamil maupun melahirkan, adalah normal
jika ibu mengalami keputihan. Kecuali jika
Keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri, jamur
dan virus yang biasanya ditandai dengan
keluhan gatal, bau tidak sedap, dan
warnanya kekuningan, kehijauan, atau
kecoklatan.

FAKTA

Padahal, protein yang terkandung


dalam ikan laut, ikan asin, udang dan
kepiting dapat meningkatkan
kecerdasan otak si anak

Bayi besar biasanya berhubungan


dengan ibu hamil yang mempunyai
penyakit kencing manis. Jadi mungkin es ini
diminum oleh ibu hamil yang
memang dengan riwayat penyakit
kencing manis. Jadi bukan minum es
lalu menyebabkan bayi besar karena
air es akan dikeluarkan oleh tubuh
sebagai keringat atau air seni.

Warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh


makanan pedas, tapi
faktor genetik dari orang tuanya.
Dan faktanya bahwa makan
makanan pedas saat hamil,
membuat rasa tak enak di perut
apalagi bila anda sedang mual, jadi bukan karena
menyebabkan
bercak kemerahan pada kulit.

Jeruk adalah sumber vitamin C dan


serat yang baik.

Sementara itu minum air kelapa muda


atau hijau tidak berkaitan dengan
rambut bayi. Lebat tidaknya rambut
bayi tidak ditentukan oleh minuman
ataupun makanan tertentu yang
dikonsumsi Ibu selama hamil,
melainkan karena faktor keturunan.

MASYARAKAT UMUM

Keputihan terjadi apabila ada reaksi asam yang


Banyak atau berlebihan pada lambung. Nanas seperti
juga buah yang lain pada saat kita mengkonsumsi
biasanya setelah makan makanan lain masuk ke
lambung.

Terhambat proses aliran gula buah menjadi energi


mengakibatkan terjadinya proses peragian dalam
lambung. Keadaan asam ini justru mengaktifkan
beberapa bakteri yang bisa merusak (membusukan)

Anda mungkin juga menyukai