8 Teori Utama Kepemimpinan
8 Teori Utama Kepemimpinan
Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.
Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan
berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu
dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik,
dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin;
justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip
keteladanan.
3. Teori kontingensi
Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan lingkungan yang
mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok. Menurut
teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi.
usul
memperlakukannya
dan
memikirkan
setingkat
dirinya.
kesejahteraan
Di
samping
bawahan
itu
terdapat
serta
pula
Terdapat berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara umum teoriteori tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar, yaitu:
kebijakan.
Pemimpin
merupakan
segala-galanya.
Bawahan
harkat
dan
martabatnya
sebagai
manusia.
Pemimpin
mempunyai
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini
sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa
sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan
demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di
selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan
atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.