Anda di halaman 1dari 3

Anamesis

Pada anamnesis penderita DM tipe II sering ditemukan adanya perubahan


pola makan, status nutrisi, penurunan berat badan, gangguan tumbuh kembang
pada
anak atau pun dewasa, adanya riwayat infeksi kulit, gigi, traktus urogenitalis yang
tidak cepat sembuh. Selain itu pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai
pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap termasuk terapi gizi
Pemeriksaan fisik

pengukuran tinggi dan berat badan


pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri

untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik


pemeriksaan funduskopi
pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
pemeriksaan jantung
evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan

pemeriksaan neurologis
tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain

Evaluasi Laboratoris/penunjang lain

glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial


A1C
profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)
kreatinin serum, albuminuria keton, sedimen dan protein dalam urin
elektrokardiogramKriteria pengendalian DM tipe II dapat dilihat pada tabel berikut :

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Diabetes didiagnosis apabila19:

Gula darah puasa (FPG) adalah 7.0 mmol / l (126 mg / dl)atau


Gula darah post TTGO > 11,1mmol / l (200 mg/dl) atau
Gejala diabetes dengan gula darah sewaktu 200 mg / dl (11,1mmol / L).

Manifestasi klinis
Pada anak yang memiliki kecenderungan genetik dan risiko terpapar lingkungan
(misalnya, pola makan yang buruk dan kurang olahraga), resistensi insulin mungkin
menyebabkan hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa. Pasien seperti ini biasanya berkunjung
ke dokter dengan keluhan glikosuria tanpa ketonuria, poliuria, polidipsia, dan polifagi.. Namun,
hingga 33% dari anak-anak ini ditemukan ketonuria saat diagnosis, dan 5% sampai 25% pasien
kemudian diklasifikasikan sebagai pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang memiliki ketoasidosis
pada presentasi awal.18
2.4.

klasifikasi

international society of pediatric and adolesceance diabetes dan WHO merekomendasikan


klasifikasi DM berdasarkan etiologi.
DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh proses sel b-pankreas. kerusakan yang terjadi dapat
disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang
atau terhenti.
DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah
normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya di kaitkan dengan sindrom resistensi insulin
lainnya seperti obesitas, hyperlipidemia, akantosis nigrikans, hipertensi ataupun
hiperandrogenisme ovarium
DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi pancreas sel
b. Defek genetic pada kerja insulin
c. Klainan eksokrin pancreas
Pankreatitis: trauma/pankreatomi: neoplsia kistik fibrosis, Haemokhromatosis :
fibrokalkulus dan lain lain

d.
e.

gangguan endokrin
Akromegali,sindrom cushing,glukagonoma, feokromositoma hipertiroidisme
aldosteronoma dan lain lain
terinduksi obat dan kimia

Vakor pentamidin, asam nikotinik, glukokortikoid,hormon tiroid, diazoxid dan


lain lain
2.5 Manifestasi klinis
Seseorang yang menderita DM tipe II biasanya mengalami peningkatan frekuensi buang air
(poliuri), rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa
tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit
berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin
tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena
dianggap sebagai
keletihan akibat kerja, jika glukosa darah sudah tumpah kesaluran urin dan
urin tersebut tidak disiram, maka dikerubuti oleh semut yang merupakan
tanda adanya gula (Smeltzer & Bare, 2002).

Anda mungkin juga menyukai