Rusnawati Ruslan
441413030
Kelas kimia B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu
menetapkan kadarnya menggunakan prinsip reaksi oksidasi dan reduksi.
B. Dasar Teori
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan
ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung
dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi
banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida,
dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium
tiosulfat. Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod.
Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan
iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia
Kuantitatif, Edisi V)
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat zat yang
potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium iodida, sehingga zat
tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan
menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri,
dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang
dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
(Aghnia amalia muthia, Iodometri
Iodimetri,
http://aghniaconnection.blogspot.com/2012/06/iod
ometri-iodimetri.html)
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan
menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu: Iodimetri metode
langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium,
contohnya pada penetapan kadar asam askorbat; iodimetri metode residual ( titrasi
balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah
berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.
Contohnya pada penetapan kadar natrium bisulfit.
Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen
pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang
cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu
jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi
penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung
dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah
tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zatzat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan
zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi
yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit
asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau
daya mereduksinya adalah maksimum.
(Saragih,
S.,
Iodometri
dan
Iodimetri,
http://www.scribd.com/doc/23569314/Iodo
metri-Dan-Iodimetri)
Iodium merupakan kristal hitam mengkilat yang mudah dimurnikan dengan
cara sublimasi (resublimated Iodine), tidak larut dalam air,larut dalam alkohol dan
dalam larutan KI,karena terbentuknya ion triiodida menurut reaksi:
I2 + I I3
Iodium merupakan indikator yang relative lemah dibanding dengan kalium
kromat, senyawa serium (IV), brom, dan kalium bikromat. Karena potensial
oksidasinya rendah, maka justru system ini lebih menguntungkan karena ia dapat
mereduksi oksidator-oksidator kuat, sehingga iodida dapat mereduksi oksidator
tersebut dan kemudian dibebaskan iodium. Iodium yang dibebaskan ini kemudian
dapat dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.
(Iodo-iodimetri, http://graciezpharmacy.blogspot.com/2012/11/titr
asi-iodo-iodimetri.html)
1. Titrasi Langsung (Iodimetri)
Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial
oksidator sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi
menjadi iodida sesuai dengan reaksi : I2 + 2e -----> 2I-. Iodium akan mengoksidasi
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding
iodium. Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk
membakukan larutan Natrium Tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini
dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna
biru pada saat tercapainya titik akhir.
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan
untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau
dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali
dengan menggunakan larutan tiosulfat.
(Titrasi Iodometri dan Iodimetri, http://selvio
zan.wordpress.com/2012/06/06/titrasiiodometri-dan-iodimetri/)
2. Titrasi Tidak Langsung (Iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa - senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebih besar dari pada system iodium-iodida atau senyawa-se-nyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume
natrium tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang
dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel.
HI + IO-
3IO
IO3- + 2ISehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar daripada
iodium akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S2O32-) tapi juga menghasilkan
sulfat (SO42-) sehingga menyulitkan perhitungan stoikiometri (reaksi berjalan
tidak kuantitatif). Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak pernah dilakukan
dalam larutan basa kuat. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod
(iodimetri), digunakan suatu larutan iodium dalam kalium iodida dan karena itu
spesi reaktifnya adalah ion triiodida (I3). Untuk tepatnya semua persamaan yang
melibatkan reaksi-reaksi iodium seharusnya ditulis dengan I3 dan bukan I2 ,misal:
I3 + 2S2O32 3I + SO62
Reaksi diatas lebih akurat dari pada : I2 + 2S2O32
2I+SO62
kimia
anallitik
Gorontalo:
FMIPA UNG)
Nama
o
1
Buret
Gambar
Fungsi
Sebagai wadah zat titran pada
saat titrasi.
Erlenmeyer
Gelas piala
Sebagai
wadah
melarutkan zat
untuk
mL
larutan.
Pipet Tetes
Mengukur
volume
dalam
2. Bahan
N
Nama
Sifat fisik
Sifat Kimia
o
1.
Na2S2O
a /serbuk
Dalam lembab meleleh bas
ah
Dalam
merapuh
Serbukhablur
putih.
2.
KIO3
3.
KI 20%
4.
H2SO4
Masa
hampa
molar
Praktis
larut
tidak
dalam
etanol
-
166,0028 -
molekul
Kelarutan dala
m air
128 gr/ 100 m
r dan ammonia
Asam sulfat san
H2SO4
gatlah
eksotermik
gr/mol
-
bagian air
udara
gr/mol
Densitas 3,123 gr/cm3
Titiklelah 681 0C
Titikdidih 1330 0C
Rumus
Densitas:1,84 gr/ml
Zat
pendehidrasi
yang
airan
baik
bening
-
Tak berwarna
D. Prosedur Kerja
-
Yodometri
a. Pembuatan larutan standar Natrium Tiosulfat 0,1 N
Na2S2O3
beninenyig
Larutan warna
bening
sangat
mL H2SO4 4 N
Menambahkan
Indikator
natrium
tiosulfat
24,8 gram
- Tidak larut
b) Melarutkan dengan aquadest 1
dm3
c) Menyimpan pada botol bersih
yang
sudah
dibilas
dengan
amylum
sampai
air
dan
aquadest
b) Memasukkan dalam labu
ukur 100 ml
c) Memipet 10 ml CuSO4 . 5
H2O kedalam erlenmeyer
d) Menambahkan KI 20 %
50 ml
larutan
menjadi
warna
natrium tiosulfat
gelap
- warna menjadi putih susu
pada volume 7 ml
Perhitungan
Menghitung kadar Cu
Cu( II)=
V x N x Mr
g
F. Pembahasan
1. Pembuatan larutan standar natrium tiosufat 0,1 N
Pada awalnya, praktikan membuat larutan standar natrium tiosianat 0,1 N.
dengan menimbang 24,8 gram natrium tiosulfat dan dilarutkan dalam aquades
samapi 1 liter, setelah itu diamati perubahan yang terjadi pada larutan, dan yang
terjadi yaitu larutan ini berwarna bening dan Na2S2O3 tidak larut dalam air .
Larutan natrium tiosianat ini nantinya akan dijadikan sebagai titran pada
penetapan Cu(II) dalam CuSO4 4 N.
Gamabar 1
2. Penetapan Cu (II) Dalam CuSO4.5H2O
Untuk menetapkan Cu (II) dalam CuSO4 . 5H2O terlebih dahulu kita
menimbang CuSO4 . 5H2O 2 gram, yang masih dalam bentuk serbuk. Kemudian
dilarutkan dengan aquades, larutan berwarna biru.
Gambar 2
Setelah CuSO4 . 5H2O telah menjadi larutan, pipet 10 mL dimasukkan
kedalam elemeyer ditambahkan KI 20% 5 mL berubah warna menjadi coklat
kekuningan dan ditambahkan H2SO4 4 N 8 mL terjadi lagi perubahan warna
menjadi coklat.
Gambar 3
Larutan ini digunakan sebagai Analit, sedangkan sebagai titran yaitu
larutan natrium tiosulfat yang ada dalam buret. Saat dititrasi dengan natrium
tiosulfat, terjadi perubahan warna menjadi kuning cerah dengan volume 6 ml.
Gambar 4
Dan saat ditambahkan tetes amylum terjadi perubahan warna menjadi
biru gelap. Setelah dititrasi kembali dengan natrium tiosulfat warna biru gelap
tersebut hilang dan berubah menjadi warna putih susu dengan volume 7 mL.
Gambar 5
G. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Kadar Cu
(II)adalah 2,2 % dan Titik akhir titrasi ditentukan dengan bantuan indikator
amilum pada saat warna biru hilang dan berubah menjadi warna putih susu.
H. Kemungkinan Kesalahan
1. Kesalahan praktikan dalam membuat larutan
2. Kesalahan praktikan dalam mencampurkan larutan
3. Kurang telitinya praktikan dalam menggunakan alat terutama buret, dalam
proses titrasi.
Daftar Pustaka
Anonim. (2012). Titrasi iodo-iodimetri. [Online] Available: http://graciezpharmacy.blogspot.com/2012/11/titrasi-iodo-iodimetri.html (10 November
2014)