Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KIMIA ORGANIK II

Kartiko Nugroho / M0312034

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

1. Klasifikasi enzim ada 6, sebutkan masing-masing 1 contoh dan sebutkan reaksi yang
dikatalis enzim tersebut!
Enzim merupakan senyawa protein dengan berat molekul sekitar 10.000
sampai dengan 2.000.000 D. Sebagian besar enzim dalam molekulnya memiliki
bagian-bagian yang bukan merupakan polipeptida yang biasanya memegang peran
penting dalam mekanisme kerja enzim. Bagian bukan enzim ini disebut kofaktor,
sedangkan bagian enzim yang merupakan rantai polipeptida disebut apoenzim.
Keseluruhan molekul enzim, yaitu meliputi apoenzim dan kofaktor disebut
holoenzim.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.
a. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.
b. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk
membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen.
Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya
menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu,
yang disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.
Enzim diklasifikasikan menjadi 6 kelas, yaitu :
1. Kelas Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi
dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor).
Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Ada beberapa macam
enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase dan
dehidrogenase.
Contoh reaksi: a primary alcohol + NAD+ an aldehyde + NADH + H+
2. Kelas Transferases
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan
suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang
termasuk golongan ini, ialah metiltransferase, hidroksimetiltransferase,
karboksiltranferase, asiltranferase dan amino tranferase atau disebut juga
transaminase.
Contoh reaksi: 5-methyltetrahydrofolate + L-homocysteine tetrahydrofolate + Lmethionine
3.

Kelas Hidrolase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada
tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ester atau esterase, memecah glikosida, dan

yang memecah ikatan peptide. Contoh enzim golongan ini adalah esterase, lipase,
fosfatase, amylase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin tripsin dan
krimotripsin.
Contoh reaksi: Celluohexaose + H2O 2 cellotriose
3. Kelas Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi
pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase dan hidratase.
Contoh reaksi: H2CO3 CO2 + H2O
4. Kelas Isomerase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada perubahan intramolekuler, misalnya
reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa
D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain.
Contoh reaksi: ATP + independent breakage of single strand ed DNA, followed by
passage and rejoining
6.

Kelas Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua
molekul. Oleh karena itu enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase. Ikatan yang
terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N, atau C-C. Contoh
enzim golongan ini antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.
Contoh reaksi: ATP + acetyl CoA + HCO3 - + H+ ADP + phosphate + malonyl CoA

2. Enzim yang tidak aktif memerlukan koenzim / kofaktor untuk dapat melakukan kerja
sama sebagai enzim. Bagaimana mekanisme nya?
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat
berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor ini
dibagi tiga kelompok, yaitu gugus prostetik, koenzim dan aktivator. Gugus prostetik
adalah kelompok kofaktor yang terikat pada enzim dan tidak mudah terlepas dari
enzimnya, contohnya flavin adenine dinukleotida yang merupakan gugus prostetik
yang terikat pada enzim suksinat dehidrogenase. Suatu koenzim adalah molekul
organik kecil, tahan terhadap panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan
dari enzimnya dengan cara dialisis, contohnya adalah NAD, NADP, asam tetra
hidrofosfat, tiamin pirofosfat dan ATP. Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam
yang terikat atau mudah terlepas dari enzim, contohnya aktivator logam adalah K ++,
Mn++, Mg++, Cu++atau Zn++.
Kofaktor berikatan secara reversibel dengan enzim atau substrat. Kofaktor
memiliki fungsi serupa dengan gugus prostetik untuk memperluas katalisis namun
kofaktor berikatan secara transien dan mudah terlepas dengan enzim atau substrat,
misalnya ATP. Tidak seperti gugus prostetik yang terikat secara stabil, kofaktor harus
terdapat dalam medium di sekitar enzim agar katalisis dapat terjadi. Enzim yang

memerlukan kofaktor ion logam disebut enzim yang di aktifkan oleh logam (metalactivated enzymes) untuk membedakannya dengan metalenzim, dengan ion logam
berfungsi sebagai gugus prostetik. Koenzim berfungsi sebagai pengangkut atau bahan
pemindah gugus yang dapat didaur ulang dan memindahkan banyak substrat dari
tempat pembentukannya ke tempat pemakaiannya. Ikatan dengan koenzim juga
menstabilkan substrat, seperti atom hidrogen atau ion hidrida yang tidak stabil dalam
lingkungan sel cair. Banyak koenzim, kofaktor dan gugus prostetik adalah turunan
vitamin B yang larut dalam air.
3. Setiap kenaikan suhu 10C (sampai 40C) kecepatan reaksi kerja enzim naik 2x lipat
dan reaksi terhambat/berhenti pada 60C. Mengapa?
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah suatu
protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi,
sehingga bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif
enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun. Kenaikan suhu
sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Namun
kenaikan suhu pada saat terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi.
Oleh karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik
optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu proses reaksi yang menggunakan
enzim tersebut.

Anda mungkin juga menyukai