Anda di halaman 1dari 36

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Panduan
Pelatihan Advokasi
Berbasis Komunikasi Persuasif
Pendekatan Neuro Linguistic Programming (NLP)

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

DAFTAR ISI
Hal.

Kata Pengantar

Tim Penyusun
Daftar Isi
Pendahuluan
Mengapa perlu buku advokasi satu lagi?
Cara mendapat manfaat penuh dari buku panduan ini
Desain pelatihan
Sistematika tiap modul
Metode pelatihan
Fasilitator dan Narasumber
Tata letak dan peralatan ruang pelatihan
Cara memulai pelatihan
Daftar periksa
Cara orang dew asa belajar
Menghadapi situasi sulit
Cara mempertahankan perhatian
Tolok Ukur Kinerja
Modul
Modul 1

Mengawali Pelatihan

Modul 2

Mengelola Perubahan

Modul 3

Kerangka Kerja Advokasi

Modul 4

Pendalaman Isu Dengan Narasumber

Modul 5

Perumusan Isu Strategis

Modul 6

Permainan Negosiasi

Modul 7

Pembahasan Negosiasi

Modul 8

Untung Rugi Berubah

Modul 9

Pengemasan Pesan dengan NLP

Modul 10

Pengemas Isu Anak dengan Framing dan Reframing

14

Modul 11

Advokasi Media

23

Modul 12

Bahasa Sugestif Berbasis NLP

15

Modul 13

Bahasa Tubuh Dan Intonasi

22

Modul 14

Strategi Hearing

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Modul 15

Simulasi Hearing

10

Modul 16

Praktek Hearing dengan Legislatif

26

Modul 17

Review Hasil Hearing dan Penyesuaian Ulang

Modul 18

Praktek Hearing dengan Eksekutif

Modul 19

Review Hasil Hearing dengan Eksekutif

Modul 20

Mengatasi Keberatan

Modul 21

Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi Terpadu

Modul 22

Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Penutup
Referensi
Lampiran 1 Sekilas NLP
Lampiran 2 Pre Wor kshop Kit
Lampiran 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 16/2006 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah
Lampiran 4 Artikel: Pembentukan Peraturan Daerah
Lampiran 5 Lembar Evaluasi Pelatihan
Index
Tentang Penulis & Editor

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

PENDAHULUAN
MENGAPA DIPERLUKAN SATU BUKU ADVOKASI LAGI?
Khazanah kepustakaan Indonesia di bidang advokasi sekalipun masih
cukup terbatas, namun sudah cukup beragam. Berbagai literatur tersebut
umumnya lebih mengedepankan mengenai jenis advokasi, alur advokasi dan halhal lain yang perlu dilakukan dalam gerakan advokasi. Buku Panduan Advokasi
ini

akan menjadi

pengisi

ceruk

buku

advokasi

secara

unik,

karena

mengedepankan mengenai aspek komunikasi persuasif dalam setiap tahap


proses advokasi. Pendekatan komunikasi persiasif ini secara fleksibel dapat
diterapkan dalam berbagai bentuk kegiatan advokasi apapun.
Pendekatan persuasif ini secara lebih spesifik menggunakan ilmu baru
yang disebut Neuro Linguistic Programming (NLP), yang akan dijelaskan secara
khusus dalam modul ini. Salah satu teknik yang dipergunakan adalah
penggunaan bahasa-bahasa sugestif untuk mendorong stake holder agar
bersedia berubah. Bahasa sugestif ini dimodel oleh NLP berbasif dari pola
bahasa hipnotik yang sangat terkenal dan dipakai secara ekstensif dalam
memfasilitasi perubahan dalam dunia kesehatan mental.
Panduan advokasi ini didesain untuk bisa dipergunakan sesuai dengan isu
yang berkaitan dengan program kerja Unicef (United Nations Children's Fund).
Dari pengalaman melakukan pelatihan ini di berbagai kabupaten dan kota, materi
ini sudah diaplikasikan untuk beberapa isu berikut:

Ad vokasi Penyederhanaan Prosedur Pencatatan Kelahiran.

Ad vokasi Penggratisan Akta Kelahiran.

Ad vokasi Garam Beryodium.

Ad vokasi Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk pada Anak (BPTA).

Ad vokasi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA).

Ad vokasi

Trafficking

(Perdagangan

manusia,

khususnya

anak

dan

perempuan)
Aplikasi panduan pelatihan advokasi ini untuk wilayah kerja lain seperti
pendidikan, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan sebagainya juga sangat

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

dimungkinkan, karena metode-metode yang digunakan amat fleksibel untuk


berbagai isu.
Penerapan Panduan Advokasi ini dititikberatkan dalam tataran legislatif dan
eksekutif, sekalipun prinsip-prinsipnya tetap bisa diterapkan dalam tataran
mobilisasi sosial juga.
Sesuai garis kerja Unicef yang selama ini bermitra dengan Bappeda (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah) provinsi, panduan ini disusun dengan
kondisi ideal gabungan peserta dari staf Pemda terkait, LSM, Orsos/Ormas dan
wartawan lokal. Dengan demikian, pelatihan ini akan memiliki situasi unik yakni
menggunakan tiga tahap advokasi:
1. Pada saat proses pelatihan, terjadi proses advokasi secara internal
kepada peserta yang berasal dari jajaran Pemda terkait. Di mana dalam
proses akan terjadi perbenturan nilai-nilai, keyakinan dan kepentingan
pribadi/golongan dengan
pentingnya melibatkan

kepentingan

yang diperjuangkan. Di sini

LSM, Orsos/Ormas

yang kompeten dalam

persoalan isu dan peserta dari dinas/instansi pemerintah terkait agar


terjadi dialektika yang diinginkan.
Misalnya saat pelatihan advokasi Penyederhanaan Prosedur/Penggratisan
Akta Kelahiran, tak jarang telihat bahwa peserta dari Dinas Catatan Sipil
merasa gamang untuk terlibat pada awal pelatihan karena implikasi pada
pekerjaannya sudah terasa sangat jelas.
Pada saat yang sama juga terjadi advokasi media, karena wartawan yang
menjadi peserta pun akan mengalami benturan-benturan konsep dan
pemahaman yang mungkin berbeda dengan yang selama ini dianutnya
(lihat modul 11: Advokasi Media).
2. Mengadvokasi Legislatif/DPRD melalui hearing dengan bertumpu pada
kekuatan

gabungan

peserta

eksekutif

(staf

Pemda)

LSM,

dan

Orsos/Ormas.
3. Mengadvokasi Eksekutif (Bupati atau Walikota) melalui hearing oleh

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

peserta yang sama.


Keberhasilan di tahap 1 akan berpengaruh pada tahap 2, keberhasilan tahap
2 akan mempengaruhi tahap 3. Di sinilah peran kemampuan persuasi dibutuhkan
semua pihak dan sekaligus hal ini menjadi ciri khas modul ini.

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

CARA MENDAPAT MANFAAT SEPENUHNYA


DARI BUKU PANDUAN INI
Buku Panduan ini terdiri dari:
1. Pendahuluan
Berisi petunjuk-petunjuk, dasar-dasar pelatihan, sistematika dan lain-lain yang
perlu diketahui oleh fasilitator dalam membawakan modul. Bagi fasilitator
yang sangat berpengalaman, tetap dianjurkan membaca minimal satu kali
agar mendapatkan gambaran dan pemahaman sepenuhnya terhadap istilahistilah yang digunakan.
2. Modul
Berisi modul dari sesi 1 sampai 22.
3. Lampiran-lampiran
Berisi

mengenai

bahan

bacaan

penunjang

dan

berbagai

lampiran

informasi/dokumen yang diperlukan bagi fasilitator dalam melaksanakan


pelatihan.

Untuk mendapatkan manfaat yang sepenuhnya dari panduan ini, fasilitator perlu
memperhatikan hal berikut:
1. Seyogyanya fasilitator sudah mempelajari seluruh isi buku ini jauh-jauh hari
sebelum pelaksanaan kegiatan. Untuk mempermudah, cetaklah seluruh
dokumen yang diperlukan. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa
memahami secara utuh panduan ini, sehingga mudah bagi Anda dalam
membawakannya.
2. Pelajari baik-baik Bagian 2 setiap modul (Bacaan Pengantar Untuk
Fasilitator). Hal ini akan memberikan latar belakang dan alur berpikir yang
sistematis untuk memahami modul tersebut.

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

3. Cobalah aktivitas yang ada (permainan, studi kasus atau role playing) kepada
diri Anda sendiri atau mainkan secara simulatif dengan teman Anda sebagai
percobaan. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa kenal dengan aktivitas
itu dan bisa menemukan berbagai kemungkinan reaksi yang akan muncul dari
peserta pelatihan. Fasilitator boleh melakukan adaptasi aktivitas dalam suatu
modul sepanjang tujuan dari aktivitas itu tercapai. Misalnya mengganti suatu
permainan dengan permainan lain yang dirasakan lebih sesuai situasi dan
kondisi pelatihan.
4. Ajukan pertanyaan pemandu kepada Anda sendiri setiap kali selesai
mencoba aktivitas dari suatu modul. Elaborasi kemungkinan jawaban dan
perkirakan kemungkinan pertanyaan lanjutannya.
Setelah empat langkah di atas, kaji kemungkinan variasi yang dapat
dilakukan, kendati Anda belum pernah membawakan secara riil. Kemampuan
mengolah variasi, akan memunculkan suatu sense of mastery.

Unicef

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

DESAIN PELATIHAN

Buku Panduan ini dibuat dengan pendekatan siap pakai yang melingkupi
konsep dan teknik secara terpadu. Di buku panduan ini terdapat 22 modul yang
merupakan suatu urutan penyampaian, terdiri dari:
No

3
4
5

9
10

Unicef

Deskripsi

Sesi

Keberhasilan pelatihan ini ditentukan


seberapa jauh peserta terlibat, dan
keterlibatan dipicu oleh excitement. Sesi
ini merangsang keterlibatan peserta
melalui berbagai aktivitas dalam suasana
yang hidup.
Sesi ini membawa peserta untuk
menginternalisasi nilai-nilai yang
diperlukan agar sukses dalam melakukan
advokasi.
Peserta mendiskusikan suatu kasus untuk
mengidentifikasi unsur-unsur advokasi dan
merangkumnya ke dalam alur. Alur versi
peserta kemudian dibandingkan dengan
Kerangka Kerja Alur Advokasi Terpadu
untuk melengkapi pemahaman peserta.
Diskusi pleno membahas isu yang dipakai
dalam sesi 3 bersama narasumber.
Diskusi kelompok sebagai kelanjutan
diskusi pleno, peserta belajar merumuskan
isu strategis yang akan diperjuangkan.
Peserta melalui game mempelajari
bagaimana tiap tahap negosiasi dapat
dikendalikan untuk meraih hasil yang
berbeda.
Negosiasi memiliki esensi yang sama
dengan advokasi: keterampilan
memperjuangkan kepentingan.
M empelajari motif dasar manusia dalam
berubah: mengejar keuntungan atau
menghindari kerugian.
Sesi ini mempelajari bagaimana NLP
memberikan strategi pengemasan pesan
(frame), peserta dapat mengarahkan cara
lawan menafsirkan pesan peserta. Dengan
demikian, peserta dapat mengendalikan
hasil negosiasi.
Prinsip yang sudah dipelajari di sesi
sebelumnya akan diterapkan secara

Mengawali Pelatihan

Mengelola Perubahan

Kerangka Kerja Advokasi


Pendalaman Isu Dengan Narasumber

Perumusan Isu Strategis

Permainan Negosiasi

Pembahasan Negosiasi

Untung Rugi Berubah

Pengemasan Pesan dengan NLP


Pengemas Isu Anak dengan Framing dan
Reframing

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20
Unicef

langsung di sesi ini, dengan cara


mempelajari dan praktek pengemasan
pesan untuk isu anak.
M edia massa memiliki kekuatan penembus
batas yang luar biasa. M engadvokasi
media berarti memiliki channel dan alat
transmisi pesan yang memainkan peran
yang mempengaruhi keberhasilan persuasi.
Kata-kata memiliki kekuatan yang dahsyat
apabila tahu cara menggunakannya. Di sesi
ini dipelajari bahwa unsur-unsur tersebut
dapat memberi sugesti yang besar.
Sesi ini secara interaktif menunjukkan
bagaimana memadukan kekuatan body
language dan intonasi dengan unsur
persuasi yang lain sehingga memberi
dampak yang lebih besar.
Dengar pendapat adalah satu aktivitas
advokasi yang menuntut tingkat persiapan
yang tinggi. Sesi ini memastikan peserta
memahami peran masing-masing dan
aturan-aturan yang berlaku.
Sesi ini memastikan peserta benar-benar
memahami perannya dan menyiapkan diri
untuk situasi sebenarnya.
Peserta memraktekkan apa yang telah
mereka pelajari selama 2 hari sebelumnya
dalam situasi nyata dengan parlemen.
Peserta mempelajari pengalaman
melakukan dengar pendapat dengan
parlemen, sehingga dapat mengidentifikasi
bagian mana yang perlu disempurnakan
agar kelak kinerja peserta meningkat.
Dengar pendapat dengan eksekutif
mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan parlemen.Dalam sesi ini, peserta
diajak mengenali perbedaan tersebut dan
menindaklanjuti dengan langkah-langkah
penyesuaian.
Peserta mempraktekkan apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya dalam situasi
nyata dengan eksekutif.
Peserta mempelajari pengalaman
melakukan dengar pendapat dengan
parlemen, sehingga dapat mengidentifikasi
bagian mana yang perlu disempurnakan
agar kelak kinerja peserta meningkat
Dengan teknik NLP, keberatan bisa
diperlakukan secara tepat, fokus tidak
hanya pada teknik menjawab namun juga

Advokasi Media

Bahasa Sugestif Berbasis NLP

Bahasa Tubuh Dan Intonasi

Strategi Hearing

Simulasi Hearing

Praktek Hearing dengan Legislatif

Review Hasil Hearing dan Penyesuaian


Ulang

Praktek Hearing dengan Eksekutif

Review Hasil Hearing dengan Eksekutif

Mengatasi Keberatan

10

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

21

22

manajemen diri.
Peserta mempelajari aspek-aspek lain
dalam Kerangka Kerja Advokasi yang
belum dibahas sebelumnya.
Peserta membuat RKTL untuk
menyempurnakan hasil yang sudah
diperoleh dari 2 kali hearing.

Bagian-bagian Lain Bagan Arus Advokasi


Terpadu

Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Modul 6 dan 7 sebenarnya merupakan satu modul yang berkelanjutan, tapi


karena perlu waktu panjang maka dipecah menjadi 2 sesi.
Desain di atas merupakan suatu urutan logis yang mirip dengan batu undakan
yang artinya sebuah modul akan menjadi dasar bagi modul berikutnya. Dengan
demikian, mengikuti urutan di atas akan merupakan desain paling aman dalam
mencapai tujuan pelatihan.
Dalam beberapa kasus, di mana dituntut suatu fleksibilitas skedul, misalnya tidak
diperolehnya jadwal audiensi dari DPRD sesuai dengan urutan di atas, maka
pengubahan urutan boleh dilakukan dengan catatan sesi Persiapan Hearing
harus mendahului acara hearing itu sendiri.
Sekalipun urutan hearing dengan DPRD atau Bupati/Walikota digeser ke waktu
yang berbeda, perlu diupayakan agar urutan sesi yang lain tetap mengikuti
pakem di atas.

Unicef

11

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

MANAJEMEN WAKTU
Pelatihan dengan jumlah 22 modul ini di desain untuk 5 hari kerja. Empat
hari pertama dilakukan sampai malam, sedangkan hari ke 5 hanya setengah
saja. Pelatihan ini sebaiknya dilaksanakan di hotel, sehingga peserta bisa
menginap dan bekerja hingga jam 21.30.
Adapun rincian slot waktu yang biasanya dilakukan dalam pelatihan ini
adalah sebagai berikut:

Waktu
08.30 10.00

Durasi

Slot

90 menit

10.00 10.15
10.15 12.00

Break 1
105 menit

12.00 13.00
13.00 15.00

Slot 2
Istirahat

120 menit

15.00 15.30
15.30 17.00

Slot 1

Slot 3
Break 2

90 menit

17.00 19.30

Slot 4
Istirahat

19.30 21.30

120 menit

Slot 5

Total 5 Slot

525 menit

5 slot

Sesi 1 merupakan sesi yang harus diperlakukan sangat fleksibel dalam hal
waktu, mengingat berbagai kemungkinan terjadi:
o Pelatihan dimulai terlambat, karena alasan apapun.
o Pejabat yang memberi sambutan awal melampaui waktu yang
tersedia.
Dengan demikian, fasilitator harus pintar-pintar mengatur waktu untuk sesi
satu dengan cara melakukan penyesuaian pada tiap-tiap aktivitas yang
diperlukan.
Menimbang hal di atas dan bahwa waktu yang diperlukan untuk setiap
sesi tidak sama dengan besarnya slot waktu yang tersedia, maka ada dua cara
yang direkomendasikan untuk dilakukan fasilitator:

Unicef

12

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

o Mengubah

penjadwalan

untuk

break/istirahat

sesuai

dengan

kebutuhan.
o Jika suatu sesi sudah selesai dan masih tersisa waktu dalam slot
tersebut, maka lakukan break pendek (5 menit) dan bisa mulai dengan
sesi berikutnya.

Unicef

13

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

SISTEMATIKA TIAP MODUL


Setiap modul dibagi dalam tiga bagian yang menjelaskan bagaimana suatu sesi
dibawakan.
BAGIAN 1: HALAMAN JUDUL
Terdiri dari sebuah tabel sebagai berikut:

Nomor Modul

Judul Sesi

Tujuan Sesi

Waktu Total

Perlengkapan

BAGIAN 2: BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR


Berisi mengenai bahan-bahan yang perlu dibaca dan dikuasai seorang fasilitator
sehubungan dengan materi dalam sesi dimaksud. Misalnya dalam modul
negosiasi, akan dibahas mengenai materi negosiasi: prinsip-prinsip, contoh
penerapan, teknik dan sebagainya.
BAGIAN 3: RINGKASAN ALUR SESI
Terdiri dari sebuah tabel dengan kolom sebagai berikut:

Topik

Tujuan

Kegiatan

Alat Bantu

Metode

Waktu

Seyogyanya alur tidak diubah, kecuali fasilitator sudah mengujicobakan


hasilnya di kelompok percobaan terlebih dahulu. Urutan yang dituliskan dalam
modul ini sudah diujicobakan dan memperhitungkan kesiapan mental (state of
mind) para peserta.

Unicef

14

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

BAGIAN 4: PROSES LENGKAP


Terdiri dari sebuah tabel proses kegiatan yang umumnya berisi sebagai berikut:

CIPTA SUASAN A

Akti vitas kecil yang mengawali suatu sesi untuk menciptakan suasana
yang sesuai (state of mind).

Misalnya fasilitator menceritakan mengenai sebuah kisah atau


metafora

tertentu

untuk

menumbuhkan

insight

pada

peserta.

(Penjelasan mengenai metafora dapat dibaca pada Lampiran 1:


Sekilas NLP)

AKTIVITAS

Menjelaskan mengenai pengalaman berstruktur yang digunakan dalam


sesi ini. Misalkan aktivitasnya adalah game, analisa kasus atau role
playing.

Penting sekali bagi fasilitator untuk menguasai bagian ini, sehingga


saat pelaksanaan pelatihan tidak perlu lagi mencontek.

PERTAN YAAN PEMANDU

Bagian ini menjelaskan pada fasilitator cara membangkitkan insight


yang sudah diperoleh peserta dari mengikuti pengalaman b erstruktur di
atas.

Tanpa melalui pertanyaan panduan ini, biasanya insight yang diperoleh


peserta belum tentu tajam, mendalam dan jumlahnya hanya sedikit.

PRESENTASI

Bagian ini dijelaskan oleh fasilitator dengan menggunakan bahan yang


diambil di lampiran tiap modul. Berisi mengenai materi, prinsip-prinsip
dan berbagai teknik yang relevan.

Di beberapa sesi, akan dilakukan praktek mengenai teknik yang baru


saja dipresentasikan. Praktek ini bisa dilakukan dalam kelompok
berdua, bertiga atau bentuk kelompok lain mengikuti petunjuk yang
ada.

Unicef

15

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

DISKUSI

Menjelang akhir sesi, fasilitator akan membuka forum diskusi untuk


memberikan ruangan bagi peserta bertanya sesuai dengan apa yang
ingin diketahuinya.

Penerapan tahapan di atas bisa berbeda di setiap sesi tergantung tujuan dan
metode yang digunakan.
Di bagian bawah terdapat dua tabel tambahan yang berisi:

Catatan
o Penjelasan tambahan bagi fasilitator mengenai pembahasan suatu
topik dalam modul.
o Perkiraan atas

kemungkinan reaksi peserta, atau perkiraan

kemungkinan jawaban yang muncul dari pertanyaan Anda. Perkiran


ini berdasarkan pengalaman uji coba modul yang telah dilakukan
sebelumnya.
o Keterangan lainnya.

Variasi: Bagian ini menjelaskan kemungkinan variasi yang biasa dilakukan


fasilitator sesuai situasi dan kondisi tertentu.

BAGIAN 5: LAMPIRAN
Terdiri dari sejumlah dokumen berisi informasi pendukung yang diperlukan, yaitu:

Kisah/Metafora

Prosedur Permainan

Gambar/Bagan

Materi untuk dasar penyusunan powerpoint presentasi

Dan lain-lain.

Unicef

16

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Unicef

17

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

METODE PELATIHAN
Pelatihan ini menggunakan berbagai metode yang variatif, sehingga
fasilitator

punya

kesempatan

untuk

memanfaatkan

kemampuan

dan

fleksibilitasnya dalam membawakan suatu metode. Jika suatu sesi secara


spesifik menyebutkan suatu metode yang direkomendasikan, maka menurut
penulis, metode itu paling sesuai untuk menimbulkan insight bagi peserta. Meski
demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi fasilitator untuk mengganti dengan
metode lain yang dianggap lebih sesuai, sepanjang tujuan sesi bisa dicapai
dengan baik.
Walaupun diperlukan variasi dalam metode, tetap harus dijaga jangan sampai
tujuannya hanyalah semata-mata untuk tujuan variasi itu sendiri. Berikut
beberapa pertimbangan dalam memilih variasi metode:
1. Apakah metode yang dipilih akan membuat lebih mudah mencapai tujuan
sesi pelatihan?
2. Apakah waktu yang tersedia cukup?
3. Berapa jumlah peserta yang hadir dalam sesi tersebut?
o Misalnya: Game Untung Rugi Berubah, sangat mengandalkan adanya
perbedaan individual peserta, sehingga jumlah peserta di bawah 15
orang akan kurang menghasilkan efek maksimal.
4. Apakah peralatan yang dibutuhkan memang bisa disediakan?

Beberapa metode yang dipakai dalam pelatihan ini adalah:

Games

Role Playing

Diskusi Kasus

Diskusi Film

Metaplan dan Anjangsana

Ceramah

Penjelasan lebih detailnya ada pada halaman berikut:

Unicef

18

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Jenis Metode

Game

Role Playing

Si mulasi

Aktivitas

Atur an

Per an: Siapa

Situasi Yang

Melakukan

Melakukan

Melatarbelakangi

Aktivitas

Apa

Suatu Aktivitas

Ditentukan
dengan

Ditentukan
dengan

Tidak
ditentukan

Diterangkan

jelas

jelas

Apa Yang Dihayati?

1. Pelaksanaan suatu aksi


2. Efek satu aksi terhadap
suatu situasi

Diserahkan Diserahkan Ditentukan


kepada
kepada
dengan
pemeran
Ditentukan

pemeran
Ditentukan

jelas
Ditentukan

dengan
jelas

dengan
jelas

dengan
jelas

Diterangkan

Dinamika internal suatu peran


yang mendorong suatu aksi

Pertanyaan yang

Menghayati Dari

ter jawab

Sudut Siapa

Kalau begini
hasilnya

Pihak pertama
maupun ketiga

bagaimana, kalau
begitu hasilnya
bagaimana
Bagaimana
rasanya kalau saya

Pihak pertama

1. Pelaksanaan suatu aksi

jadi si A
Kalau sudah

2. Efek satu aksi terhadap


suatu situasi

begini, enaknya
bagaimana

maupun ketiga

Latar belakang situasi yang


mendorong terjadinya suatu

Seperti apa
situasinya kok

Pihak ketiga

aksi

sampai begini

Dinamika internal maupun


eksternal terjadinya suatu aksi

Seperti apa

Pihak ketiga

1. Gambaran suatu situasi


2. Peluang-peluang tindakan

Harusnya seperti
apa; siapa

Pihak ketiga

di dalamnya
3. Identifikasi peran yang
harus ada

melakukan apa

Diterangkan

Pihak pertama

3. Perubahan situasi dan


pengaruhnya terhadap aksi
berikutnya
Studi Kasus

Ditentukan

Tidak
ditentukan

Tidak
ditentukan

Diterangkan

Diskusi film

Ditentukan

Ditentukan

Tidak ada

Diamati

Metaplan

Ditentukan

Ditentukan

Tidak ada

Diterangkan

Unicef

19

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Metode dan Teknik Bertanya


Setelah peserta menjalani berbagai aktivitas melalui suatu metode, tidak
semuanya secara otomatis akan mampu melakukan ekstraksi nilai-nilai, ataupun
mendapatkan aha. Fasilitator perlu membantu memfasilitasi proses kognitif melalui
teknik mengajukan pertanyaan sehingga peserta dapat melakukan pengendapan
dari pengalamannya.
Fasilitator perlu mengenali berbagai teknik bertanya, tidak saja untuk
membantu peserta mendapatkan manfaat dari suatu metode, namun juga
menggunakan pertanyaan sebagai bagian dari proses fasilitasi.
Di bawah ini diuraikan berbagai teknik bertanya sebagai cara-cara untuk
mencapai tujuan tertentu:

Tujuan Pertanyaan
Mengajak refleksi

Contoh Pertanyaan

Apakah 5 pelajaran penting yang kita tarik


dari permainan tadi?

Menganalisa

Bagaimana
dikaitkan

jika

dengan

hasil

diskusi

rendahnya

tersebut
kesadaran

masyarakat mengenai Akta Kelahiran?


Membantu peserta

Menurut Anda, bagaimana jika role play tadi

menerapkan dalam

diterapkan pada sistem Manajemen Berb asis

situasinya sendiri

Sekolah di sekolah Anda?

Menggugah minat (misal di


awal sesi/awal pelatihan)
Menimbulkan kesadaran

Tahukah Anda saja yang b isa dilakukan oleh


seorang yang jago berkomunikasi ?
Apa yang akan terjadi jika bentuk pekerjaan
terburuk b agi anak terus dibiarkan ?

Memberi kesempatan
klarifikasi

Ada yang b elum jelas dan ingin mengajukan


pertanyaan?

Mengembalikan perhatian

Baik, saudara X, ada yang ingin Anda b agikan

peserta ke materi (peserta

kepada forum? (Gunakan nada yang halus)

mengobrol)

Unicef

20

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Cara mengajukan pertanyaan


Cara mengajukan pertanyaan sangat penting diperhatikan agar fasilitator
tidak terkesan merasa menjadi orang yang paling hebat dan ahli di dalam ruang
pelatihan.
Sebagai contoh, ada peserta mengobrol dan anda ingin mengajukan
pertanyaan agar perhatian peserta kembali pada forum, jangan lakukan dengan
suatu pertanyaan yang sulit seperti mau memberikan hukuman supaya malu.
Lakukan pertanyaan sederhana seperti dalam tabel di atas, tujuannya bukan
menghukum atau mempermalukan korban, namun sekedar membuat mereka
mengembalikan perhatian ke forum.
Cara yang lebih halus adalah cara lempar bola bebas. Jika cukup banyak
peserta yang kurang memperhatikan, maka ajukan pertanyaan kepada seluruh
kelas. Tunggu waktu secukupnya agar kelas merespon, arahkan pandangan secara
lembut kepada seluruh kelas secara memutar.
Jika respon tidak muncul dan perhatian dari kelas masih tetap kurang, maka
perlu dilakukan pembagian kelompok untuk diskusi. Pembagian kelompok dilakukan
dengan metode direct splitting, yakni membuat peserta yang bersebelahan menjadi
terpisah. Misalnya menggunakan potongan kata dis-ku-si, yakni setiap peserta
secara bergantian diminta menyebut kata dis, peserta sebelahnya ku, peserta
berikutnya si, dilanjutkan dis lagi dan seterusnya. Sebagai variasi bisa saja
digunakan kata lain, misal 1 kemudian 2, kemudian 3, kembali lagi ke 1 dan
seterusnya. Untuk membuat suasana menjadi segar bisa dengan kata lucu rokok,
susu dan donat.
Teknik ini akan membelah peserta dalam kelompok di mana peserta yang
tadinya duduk bersebelahan dan mengobrol akan langsung terpisah dalam
kelompok yang berbeda. Kemudian berikan pertanyaan untuk dijawab melalui
diskusi kelompok dan minta mereka menulis di metaplan atau flipchart.

Unicef

21

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

FASILITATOR DAN NARASUMBER

Fasilitator
Untuk meningkatkan keberhasilan program pelatihan ini, berikut beberapa catatan
penting mengenai kriteria fasilitator yang disarankan untuk menggunakan panduan
ini:

Idealnya diperlukan tim fasilitator yang terdiri dari 2 orang, mereka harus
merupakan satu tim, bukan 2 orang yang sekedar diundang dan baru
bekerjasama pada saat itu juga. Fasilitator bertanggung jawab dalam
merencanakan, melaksanakan proses fasilitasi dan mengevaluasi pelatihan.
Mengapa perlu 2 orang, tujuannya adalah:
o Agar terbentuk variasi penyampaian dan proses fasilitasi tanpa
kehilangan arah.
o Agar bisa saling menggantikan saat yang satu sedang berhalangan.
o Agar saling melengkapi saat memfasilitasi suatu aktivitas seperti game
dan sebagainya dimana diperlukan lebih dari satu fasilitator.

Kemampuan fasilitatif yang diperlukan adalah:


o Mampu menerima dan mengelola perbedaan pendapat.
o Mampu

memimpin

dan

mengarahkan

pembicaraan

tanpa

memaksakan.
o Bersedia dan mampu menerima kondisi peserta secara apa adanya,
menghindari memberikan cap buruk, menertawakan dan sebagainya.
o Memahami keseluruhan pelatihan sehingga bisa mengawal proses
pelatihan dari awal sampai akhir.

Secara garis besar, disarankan fasilitator yang cukup berpengalaman dalam


membawakan suatu pelatihan bagi orang dewasa.
o Pernah memfasiliasi pelatihan orang dewasa.
o Pernah memfasilitasi pelatihan bagi NGO, Ormas/Orsos.

Unicef

22

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

o Pernah memfasilitasi pelatihan untuk staf Pemda.

Fasilitator yang punya b ackground NLP akan lebih diuntungkan dalam


menggunakan modul ini, sungguhpun fasilitator yang tanpa background NLP
juga dapat menggunakan dengan baik,

Narasumber

Kehadiran narasumber diperlukan mutlak dalam beberapa sesi dari pelatihan


ini. Hal ini menyangkut isu spesifik, misalnya saat pelatihan membahas isu
pencatatan kelahiran, kesehatan ibu dan anak, manajemen berbasis sekolah
dan lain-lain.

Narasumber dipilih yang memiliki kompetensi sesuai isu yang dibahas.


Perannya adalah memberikan penjelasan mengenai isu secara lebih detail,
misal berupa data-data penelitian dan konsep terkait.

Jauh lebih baik apabila narasumber berasal dari wilayah yang bersangkutan,
karena bisa diharapkan yang bersangkutan memiliki data-data yang akurat
mengenai situasi dan kondisi daerah.

Sangat disarankan agar para narasumber bertemu sebelumnya dengan tim


fasilitator untuk menyelaraskan berbagai hal antara lain:
o Memberikan gambaran besar dari pelatihan.
o Arah/tujuan dari sesi yang dimaksud.
o Metode penyampaian dan alat bantu yang diperlukan.

Unicef

23

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Tata letak dan peralatan ruang pelatihan

Satu ruangan yang dapat menampung peserta untuk duduk dengan


membentuk tapal kuda atau U shape. Ada ruang/space kosong yang cukup
luas di tengah-tengah, untuk memainkan berbagai aktivitas seperti game dan
sebagainya.

Ruangan sebaiknya tidak silau sinar matahari sehingga bisa dilakukan


pengaturan terang-gelapnya cahaya ruangan. Hal ini berguna saat pemutaran
film atau slide-slide yang perlu kegelapan.

Sangat disarankan agar peserta menggunakan kursi yang memiliki papan


untuk menulis, jadi tidak menggunakan meja sama sekali. Sebisa mungkin
kursi cukup ringan untuk digeser-geser/diangkat. Jika tidak tersedia, letakkan
meja di belakang kursi.

Perencanaan persiapan alat yang akan dipergunakan, akan dirinci dalam


daftar periksa.

4 papan flipchart yang berisi masing-masing 10 kertas flipchart untuk kegiatan


diskusi kelompok, beserta spidol.

Sangat disarankan menggunakan wireless mic bagi fasilitator, alasannya


adalah membantu memproyeksikan

suara

(hemat energi

fisik)

dan

memungkinkan mobilitas yang tinggi.

Layout yang disarankan untuk pelatihan ini bisa dilihat dalam halaman berikut
ini.

Unicef

24

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Layout Ruang Pelatihan


Tertutup dari sinar matahari

Spanduk Pelatihan
Layar Infocus

White board

Listrik
Notebook
Projector

Kursi tinggi untuk roleplay

Flipchart
Flipchart

Kursi Peserta dengan


konfigurasi U

Flipchart

Flipchart
Kursi peserta yang memiliki papan untuk menulis,
atau jika tidak ada, letakkan meja di b elakang kursi

Meja Observer /Panitia

Listrik

Unicef

25

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

CARA MEMULAI PELATIHAN

Fasilitator perlu datang lebih awal, sehingga memiliki waktu cukup untuk
melakukan persiapan.

Berkenalan dengan peserta sebelum acara dimulai akan sangat membantu


kelancaran proses pelatihan. Beberapa fasilitator pemula tanpa alasan jelas
sering mengambil jarak dengan peserta untuk mempertahankan posisinya
(red: jaga image).

Sesi Pertama (Modul 1) perlu dilakukan dengan waktu dan perhatian yang
penuh, ini adalah investasi berharga yang akan sangat menentukan
kesuksesan sesi berikutnya.

Apresiasi kepada peserta yang datang tepat waktu harus menjadi pegangan
seorang fasilitator. Mulai tepat waktu, jangan menunda, menunggu peserta
yang datang terlambat. Menunggu peserta yang terlambat artinya memberi
reward kepada yang salah dan memberi punishment kepada yang tepat
waktu.

Di awal proses sangat penting untuk membangun kepercayaan peserta pada


modul dan para fasilitator yang membawakannya. Ungkapkan kepada peserta
bagaimana modul dikembangkan dan di daerah mana saja sudah diuji
cobakan serta hasil-hasil yang sudah diperoleh.

Unicef

26

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

DAFTAR PERIKSA
Gunakan daftar periksa ini dengan cara memberikan tanda apabila sudah tersedia
dengan baik. Kolom catatan dipergunakan jika ada sesuatu hal yang masih
membutuhkan tindakan lebih lanjut.
Disediakan dua jenis Daftar Periksa, yakni Daftar Periksa sebelum mulai Pelatihan
dan Daftar Periksa sebelum udah mulai suatu Sesi.
DAFTAR PERIKSA SEBELUM MULAI PELATIHAN
NO
1
2

PERIHAL

ADA

Apakah sudah dibentuk Panitia Lokal ?

Apakah Anda sudah menyiapkan Pre Kit Pelatihan?

(melakukan modifikasi pada Pre Kit yang tersedia)


Apakah sudah berkoordinasi dan mengirimkan
dokumen terkait untuk pelatihan?

Pre Kit Pelatihan

Property Pelatihan

Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan panitia pada


peserta?
Apakah Pre Kit Pelatihan sudah dikirimkan balik kepada
panitia?

Sudahkan Anda mempelajari Modul Pelatihan?

Apakah DPRD sudah dihubungi dan bersedia?

Apakah Bupati/Walikota sudah dihubungi dan

10

11

12

13

Unicef

bersedia?
Apakah sudah tersedia laptop untuk presentasi di
DPRD/Bupati?
Apakah sudah tersedia kendaraan untuk berangkat ke
lokasi hearing (Gedung DPRD/Bupati)?
Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak
komisi DPRD terkait?
Apakah sudah ada pendekatan/lobby kepada pihak
Bupati dan instansi Pemda terkait?
Apakah kain berwarna gelap sudah tersedia (hitam, biru
atau coklat)

27

CATATAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

14

15

16
17
18

Apakah kertas metaplan sudah tersedia?


Jumlah 3 warna x 50 lembar. Ukuran 10 x 20 cm.
Apakah sudah tersedia lem semprot (3M) atau double
tape dan gunting?
Jika menggunakan lem semprot, apakah sudah
disemprotkan ke pada kain hitam?

Apakah LCD Projector dan layar sudah tersedia

Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala

dengan baik?
Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari LCD

19

Projector sudah tepat, dan dapat terlihat dari orang

yang duduk paling belakang?


20
21
22
23

Apakah memerlukan kabel gulung tambahan?

Apakah sudah tersedia colokan kabel untuk LCD

Projector?
Apakah Narasumber sudah dihubungi dan bersedia?

Apakah sudah dilakukan pertemuan koordinasi dengan

narasumber?
24

Apakah data-data yang diperlukan dimiliki oleh

Narasumber?
25
26

27

Apakah data-data penunjang lain sudah tersedia?

Apakah papan flipchart sudah tersedia 4 buah dan

masing-masing dengan kertas 10 lembar?


Apakah sudah tersedia spidol white board berbagai
warna dalam jumlah cukup? (+/- 20)

Apakah sound system sudah tersedia?


28

3 wireless mic, atau


1 wireless mic dan 2 cable mic (untuk peserta)

Audio jack untuk output suara dari laptop


29

1 unit komputer dan printer untuk tugas peserta

30

Apakah kertas HVS sudah tersedia (5 rim)

Apakah peserta sudah terdiri dari:

31

Unicef

Pemda Terkait

Anggota LSM

Anggota Ormas/Orsos terkait

Wartawan

28

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

DAFTAR PERIKSA SEBELUM MEMULAI SESI


NO
1
2

PERIHAL

ADA

Sudahkan Anda mempelajari Modul Pelatihan?

Apakah LCD Projector sudah dicoba dan menyala

dengan baik?
Apakah posisi bayangan gambar/ukuran huruf dari LCD

Projector sudah tepat, dan dapat terlihat dari orang

yang duduk paling belakang?


4

Apakah semua powerpoint sudah tersedia dengan

lengkap?
5

Apakah sudah tersedia alat penunjuk (pointer) untuk

menjelaskan di layar proyektor?


Apakah peralatan sound system sudah dicoba dan
6

berfungsi dengan baik?

Periksa baterai wireless mic

Apakah peralatan untuk aktivitas peserta sudah


7

tersedia dengan lengkap dan dalam kondisi baik?

(Alat peraga, kertas kerja, dll)


8

Apakah lay out ruangan sudah sesuai dengan tujuan


Sesi?

Unicef

29

CATATAN

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

CARA ORANG DEWASA BELAJAR


(ANDRAGOGY)
Seorang fasilitator perlu mengetahui perbedaan cara belajar anak-anak dan orang
dewasa, sehingga mampu memperlakukan peserta secara tepat.

Cara anak belajar

Anak punya rasa ingin tahu yang

besar hampir pada semua hal. Dengan

demikian cukup mudah untuk mengajak seorang anak mempelajari hal baru.

Proses belajar pada anak sangat tergantung pada orang lain yang lebih
berpengalaman (guru/pembimbing). Mereka memerlukan jawaban dari orang lain
atas berbagai pertanyaan di pikirannya.

Cara orang dewasa belajar

Rasa ingin tahu pada orang dewasa terbatas pada apa yang tengah menjadi
kebutuhan atau keinginannya.
o Tantangan bagi fasilitator untuk menghidupkan suatu topik agar dirasa
penting dan dibutuhkan.
o Mampu menumbuhkan pikiran bahwa suatu sesi bermanfaat bagi peserta.

Orang dewasa mengalami suatu hambatan b elajar, ditandai dengan: rasa


enggan, malu terlihat bodoh atau tidak mengerti, rasa takut gagal dan tidak
percaya diri.
o Tantangan bagi fasilitator dalam mendesain dan menumbuhkan iklim
pembelajaran yang sifatnya tidak berisiko sosial seperti malu, dan lainlain.
o Fasilitator perlu bersikap mendukung, mendorong, tidak mencela, dan
menerima apa adanya.

Unicef

30

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Orang dewasa lebih senang diperlakukan secara setara, karena mereka juga
sudah memiliki pengalaman, pendapat, pandangan, kemauan, kesadaran,
tanggung jawab dan tujuan.
o Tantangan pada fasilitator untuk mampu membawakan pelatihan dengan
cara membangkitkan minat melalui cara bertanya, teknik menggali
jawaban dan membuka ruang diskusi/berpendapat.

Kemampuan berpikir abstraktif pada orang dewasa membuat mereka lebih


senang belajar dari pengalamannya.
o Tantangan bagi fasilitator dalam mengembangkan metode yang sifatnya
experiencial learning, yakni aktivitas pengalaman berstruktur seperti;
game, diskusi, b rainstorming, role playing, dll.

Unicef

31

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

MENGHADAPI SITUASI SULIT


Dalam modul pelatihan ini, tidak dikenal adanya istilah peserta sulit, yang
ada adalah situasi sulit. Penyebutan peserta sulit sangat perlu dihindarkan karena
bersifat memberi stigma. Selain itu istilah itu akan membuat kesan bahwa kita
mempersamakan antara subyek dengan perilakunya.
Selain itu, pemberian stigma peserta sulit akan mempengaruhi kondisi
pikiran fasilitator untuk mempercayai bahwa memang sulit menghadapinya, dan
tindakannya kemudian cenderung akan mengikuti kepercayaan itu.
Kenyataan dalam kehidupan, tidak ada orang yang benar-benar sulit bagi
setiap orang. Selalu saja ada orang yang sanggup menangani seorang yang
dianggap sulit dalam pandangan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kita
dapat mengendalikan sepanjang mengetahui caranya.
Dalam terminologi NLP ada suatu keyakinan yang perlu diinternalisasi oleh
seorang fasilitator: Tidak ada yang namanya peserta sulit, yang diperlukan adalah
seorang fasilitator yang leb ih fleksibel. Jadi, fleksibilitas sikap dan perilaku yang
tepat dari fasilitator akan menentukan apakah dia bisa mengarahkan seorang
peserta yang dianggap berperilaku sulit atau tidak.
Seorang peserta menjadi berperilaku yang menyulitkan fasilitator umumnya terpicu
oleh suatu kondisi yang mendahului. Beberapa kondisi yang memicu munculnya
situasi sulit adalah:

Pelatihan yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik, seperti


kurangnya fasilitas dasar untuk akomodasi, manajemen waktu yang buruk,
ruangan yang tidak memadai dan sebagainya.

Peserta yang terpaksa datang, biasanya disebabkan pemberian tugas yang


mendadak, peserta memiliki beban tugas saat meninggalkan pekerjaan,
sehingga peserta tidak tahu apa manfaat datang ke pelatihan.
o Mengatasi hal ini adalah dengan mengirimkan Paket Pre Kit

Unicef

32

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

Pelatihan kepada peserta seminggu sebelum pelaksanaan acara. Isi


Pre Kit ini dibahas di bagian lain dalam Panduan ini.

Pengalaman negatif dalam pelatihan sejenis yang sebelumnya, sehingga


peserta memiliki ekspektasi buruk pada pelatihan ini.

Dari penjelasan di atas, jelas sekali bahwa pada awal suatu pelatihan, seorang
fasilitator punya tugas penting dalam menyelesaikan dengan baik berbagai
persoalan laten yang disebut di atas. Untuk itulah, sesi pertama (modul 1) memiliki
kedudukan sangat penting dan Fasilitator perlu menginvestasikan waktu dan
energinya dengan sungguh-sungguh agar terhindar dari Situasi Sulit yang sewaktuwaktu bisa muncul.
Beberapa jenis situasi sulit yang biasanya muncul di suatu pelatihan:
1. Cara bertanya peserta
a. Beberapa peserta, punya kecenderungan cara bertanya yang tidak efektif.
Pertanyaan ini akan terdengar sulit dan menyerang bagi seorang
fasilitator. Biasanya ditandai dengan pertanyaan yang mempertanyakan,
mendebat, menyalahkan, memonopoli, menentang atau menertawakan.
Perlu digarisbawahi di sini, tidak semua kondisi di atas dimaksudkan untuk
menyerang pembicara, ada berbagai kemungkinan sebab lain: misalnya
peserta kurang pandai pemilihan kata (lack of argumentation skill), atau
ekspresi limiting b elief dari si penanya. Contoh:

Menurut saya, itu tidak mungkin karena .

Apa yang Anda sampaikan adalah omong kosong, bahwa

2. Peserta bergurau/melawak secara berlebihan, biasanya peserta ini merasa


bosan atau mungkin membutuhkan perhatian khusus. Jelas di sini dituntut suatu
fleksibilitas dari fasilitator.
3. Peserta yang tidak menyimak, tidur atau mengobrol bisa disebabkan berbagai
sebab. Misalnya terpaksa datang, kebosanan, merasa topik tidak penting dan
tidak menarik. Sekali lagi di sini jelas sekali pentingnya Pre Kit Pelatihan dan
pelaksanaan Sesi 1 (Modul 1) untuk mendapatkan rasa penting, berguna dan
menarik dari peserta.
Unicef

33

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

4. Pembahasan topik yang sensitif. Di beberapa daerah tertentu, adanya sejarah


konflik rasial, agama atau suku dapat menyebabkan sebuah topik menjadi
sensitif. Apabila fasilitator kurang fleksibel dan pandai mengemas isu (framing),
peserta mungkin akan merasa tidak nyaman. Tantangan bagi fasilitator adalah;
peserta belum tentu menyuarakan ketidaknyamanan mereka, namun dengan
mengamati bahasa non-verbalnya, maka kita bisa mendapatkan petunjuk
ketidaknyamanan tersebut.

Unicef

34

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

CARA MEMPERTAHANKAN PERHATIAN


Berikut ini sejumlah teknik untuk membantu mempertahankan agar sesi tetap dapat
menarik:

1. Pelajari dan terapkan materi-materi dalam modul ini yang merupakan teknik
NLP untuk Anda aplikasikan sendiri dalam pelatihan. Inilah yang disebut
Walk the Talk, menerapkan sendiri apa yang kita ajarkan.
2. Beberapa hal penting sebagai panduan:
a. Memulai suatu sesi dengan mantap dan suara cukup lantang.
b. Gunakan

sikap

yang

simpatik,

ramah,

bersahabat,

dan

menyenangkan.
c. Tunjukkan gaya yang serius namun tetap santai.
d. Gunakan bahasa tubuh yang menarik:
i. Berdiri tegak
ii. Kepalkan tangan Anda saat menunjukkan semangat.
iii. Tunjukkan ekspresi perasaan pada muka Anda saat berbicara
hal yang menunjukkan perasaan: gembira, sedih, prihatin, dan
sebagainya.
e. Berbicara dengan intonasi yang menarik. Untuk mengesankan suatu
hal menjadi penting, rendahkan suara dengan mimik cukup serius.
3. Peka terhadap bahasa tubuh peserta yang menunjukkan perasaan jenuh,
bosan atau ngantuk.
4. Sesekali ajukan pertanyaan sederhana (persoalan yang mudah saja) dengan
tujuan mendapatkan/mempertahankan perhatian, bukan untuk menguji
pengetahuan. Apapun jawaban peserta bukan hal yang penting, sebab yang
terpenting adalah mengembalikan perhatian mereka ke sesi.
5. Secara alami peserta akan terpecah perhatiannya karena kepenatan duduk
dalam menyimak suatu sesi, untuk itu sangat disarankan fasilitator siap untuk
menggunakan ice b reaker/energizer agar kembali segar.
6. Penggunaan humor yang sesuai dengan ikon juga bisa mengusir kejenuhan
dan mempertahankan perhatian peserta. Namun jangan sampai seorang
fasilitator berubah peran menjadi pelawak atau penghibur. Humor semata-

Unicef

35

Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif

mata hanyalah bumbu penyedap atau bagian dari suatu teknik metafor yang
berguna dalam mengarahkan suatu makna.

TOLOK UKUR KINERJA


1. Banyaknya pertanyaan dari peserta selama sesi atau setelah sesi menunjukkan
Anda berhasil menumbuhkan minat peserta. Utamanya jika pertanyaan itu
berupa:
a. Pertanyaan pendalaman atas apa yang Anda jelaskan.
b. Pertanyaan aplikasi pada suatu kasus tertentu.
c. Pertanyaan mengenai penerapan di luar konteks yang diajarkan.
2. Banyaknya pertanyaan yang mempertanyakan pengetahuan Anda atau
meragukan apa yang Anda sampaikan, hal itu menunjukkan belum terjadinya
proses penerimaan dari peserta kepada Anda atau modul.
3. Minat dan semangat yang ditunjukkan peserta selama sesi berlangsung
mengindikasikan keberhasilan Anda membangun suasana partisipatif dan
membangkitkan daya tarik.
4. Di luar sesi pelatihan, banyaknya peserta yang menggunakan jargon-jargon,
komentar dan sebagainya mengindikasikan adanya internalisasi suatu konsep.
5. Ketepatan waktu kehadiran peserta menunjukkan bahwa peserta sudah
meletakkan prioritas yang tinggi pada sesi dan bisa membayangkan manfaatnya.
Memonitor proses hearing secara langsung akan dapat membantu Anda menilai
sejauh mana akuisisi skill knowlege dan attitude sudah terjadi pada peserta.

Unicef

36

Anda mungkin juga menyukai