Bab Ii
Bab Ii
KONSEP DASAR
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.(Price dan Wilson, 2005).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. ( Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis
merupakan
penyakit
menular
yang
disebabkan
oleh
oleh
mikrooganisme
Mycobacterium
tuberculosis
(Elizabeth
J.
Corwn, 2001).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium
tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan
mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau
saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.
B. Anatomi Fisiologi
a.
Anatomi Paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya, yaitu
digfrahma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
6
menurunkan kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk
melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan di dalam dan mengembangkan
paru. Ketika dinding dada dan diagfrahma kembali ke ukurannya semula
(ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut mengempis dan mendorong udara
keluar melalui bronkus dan trakea. Fase inspirasi dari pernapasan normalnya
membutuhkan energi: fase ekspirasi normalnya positif. Inspirasi menempati
sepertiga dari siklus pernapasan, ekspirasi menempati dua pertiganya.
Pleura. Bagian terluar dari paru-paru, dikelilingi oleh membran halus, licin
yaitu pleura, yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan
permukaan superior diagfrahma. Pleura parietalis melapisi tiraks dan pleura
viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut
spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduannya bergeser dengan bebas selama ventilasi.
Mediastinum. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks
menjadi dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua
struktur toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.
Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobu-lobus. Paru kiri atas lobus bawah dan
atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang
merupakan perluasan pleura.
Bronkus dan bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap
lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada
paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan
dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi
drainase postural yang paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental
kemudian dibagi lagi menjadi bronkus subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf.
Bronkus segmental kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus,
yang tidak mempunyai kartilagi dalam dindingnya. Patensi bronkiolus seluruhnya
tergantung pada rekoil elastik otot polos sekelilingnya dan pada tekanan alveolar.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan nafas. Bronkus
7
dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut
pendek yang disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan
yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju
laring.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis,
yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara
jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai pada titik ini, jalan
udara konduksi mengandung sekital 150 ml udara dalam percabangan
trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas. Ini dikenal sebagai
ruang rugi fisiologik. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbon
dioksida terjadi dalam alveoli.
Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam
kluster antara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika
mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter
persegi (seukuran lapang tenis).
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara
metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (misal : lendir,
bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
(Brunner & Suddarth, EGC : 2002)
b.
Fisiologi
Transpor Oksigen. Oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari
sel melalui sirkulasi darah. Sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang
berdinding tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran atau lewatnya
oksigen dan karbon dioksida dengan mudah. Oksigen berdifusi dari kapiler,
menembus dinding kapiler ke cairan interstisial dan kemudian melalui membran
sel-sel ke jaringan, tempat dimana oksigen dapat digunakan oleh mitokondria untuk
8
pernafasan selular. Gerakan karbon dioksida juga terjadi melalui difusi dan
berlanjut dengan arah yang berlawanan dari sel ke dalam darah.
Pertukaran Gas. Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena
sistemik (dimana disebut darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulmonal.
Konsentrasi oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih rendah
dibanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru, yang disebut alveoli.
Sebagai akibat gradien konsentrasi ini, oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam
darah. Karbon dioksida yang mempunyai konsentrasi dalam darah lebih tinggi dari
dalam alveoli, berdifusi dari dalam alveoli. Gerakan udara ke dan keluar jalan nafas
(ventilasi) secara kontinue memurnikan oksigen dan membuang karbon dioksida
dari jalan dalam paru. Keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan
darah dan antara darah dengan sel-sel tubuh ini disebut respirasi. (Brunner &
Suddarth, EGC : 2002).
C. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar
kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol)
sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun
dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan
tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya.
Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin,
2007)
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
9
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam
hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon)
selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat
kompleks
(ranke).
keduanya
dinamakan
tuberkulosis
yang
dalam
powh 2001)
1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2).
D. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana
badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbul demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari
serangan demam influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.batuk
ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal
sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh
darah yang pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada
kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan
11
E. Klasifikasi
Adapun klasifikasi TB paru berdasarkan petogenesisnya yaitu:
Kelas
0
Keterangan
Tipe
Tidak ada pejanan TB.
Tidak terinfeksi
Reaksi
Terpajan TB
negative.
Riwayat terpajan
Ada infeksi TB
terhadap
tes
tuberculin
dilakukan)
3
4
TB,
dilakukan).
Riwayat episode TB atau
radiografik
penyakit
12
Tersangka TB
Diagnosa ditunda
(Price, 2005)
F. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru- paru.
Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan
dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg
1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paruparu atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit
bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama
leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala
dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri
akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh
13
14
15
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 3
bulan.
* Streptomisin injeksi 750 mg.
* Pas 10 mg.
* Ethambutol 1000 mg.
* Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
16
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang
diberikan dengan jenis :
* INH.
* Rifampicin.
* Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
* Rifampicin.
* Isoniazid (INH).
* Ethambutol.
* Pyridoxin (B6).
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2
fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
Observed Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang
terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
17
2. Rifampisin
Efek samping ringan
nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan,
muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan
jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
- Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air
mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar
dimengerti dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin)
dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini
kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang
lain.
4. Etambutol
Etambutol
dapat
menyebabkan
gangguan
penglihatan
berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun
demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai,
jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB
yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal
dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
19
ialah
telinga mendenging
(tinitus),
pusing dan
kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau
dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan
alat
keseimbangan
makin
parah
dan
menetap
(kehilangan
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Tuberkulin
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan Bakteriologis
4. Pemeriksaan Patologi Anatomi
5. Uji BCG
(Asril Bahar, 2001).
I.
Konsep Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
20
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada
pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu
bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2000). Jadi, pertumbuhan lebih
ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau
lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang
bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik
dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala
berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian
bawah. Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa
setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan
bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang
dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih
dari seperempatnya.
J.
Konsep Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2000).
Dengan
demikian,
aspek
perkembangan
ini
bersifat
kualitatif,
yaitu
dengan
berfungsinya
jantung
untuk
memompakan
darah,
Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
yang
menurut
beberapa
penelitian
ditunjukkan
dengan
Fakta
tersebut
merupakan
masalah
penting
yang
harus
22
individual,
dan
sangat
bergantung
pada
tahapan
usia
reaksi
anak
terhadap
sakit
adalah
kecemasan
karena
perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi
anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai dengan tahapan
perkembangan anak.
1. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan
dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan
kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger
anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada
anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan
sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan
merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan
adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya
perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan
ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.
2. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan
sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat
perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya yaitu tahap
protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku
yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua
atau menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif,
kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis.
Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar
mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan
anak
mulai
pembatasan
terlihat
menyukai
terhadap
lingkungannya.
pergerakannya,
anak
Oleh
karena
akan
adanya
kehilangan
23
darah,
anak
akan
meringis,
menggigit
bibirnya,
dan
yang
menyenangkan,
dirasakannya
yaitu
aman,
lingkungan
penuh
rumah,
kasih
sayang,
permainan,
dan
dan
teman
secara
perlahan,
dan
tidak
kooperatif
terhadap
petugas
fisik.
Reaksi
terhadap
perlukaan
atau
rasa
nyeri
akan
usia
remaja
memersepsikan
perawatan
di
rumah
sakit
proses
penyembuhan
anak
dan
dapat
mengganggu
misalnya
distraksi,
relaksasi,
imaginary.
Apabila
tindakan
pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama
pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan
akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat
tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui
modifikasi
lingkungan
fisik
yang
bernuansa
anak
dapat
sehingga
anak
selalu
berkembang
dan
merasa
nyaman
di
L.
Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1.
2.
sakit.
3.
Riwayat
penyakit
sekarang:
26
Riwayat
sosial
ekonomi
dan
lingkungan.
Riwayat keluarga.
Masalah
berhubungan
dengan
kondisi
ekonomi,
untuk
Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang
padat, ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran
udara kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup
sinar matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas
padakuadran
dan
hepatomegali,
kiri
atas
nyeri
tekan
dan splenomegali.
tidur,
frekwensi
tidur
berkurang
dari
biasanya,
sering
membuat
kondisi
penderita
menjadi
perasaan
tak
dengan
TB
paru
akan
mengalami
gangguan
dalam
hal
yang lain.
(Marilyn. E. Doenges,
1999).
Aktivitas/istirahat
Gejala
kelemahan
dan
kelelahan
28
Cardiovaskuler
Gejala : takikardia
(Doengoes, 2000)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
pekak.
Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila
infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi
vesikuler melemah.
cukup
yang
amforik. Bila
mengenai
pleura, auskultasi
sama sekali.
Palpasi
badan
teraba
hangat
(demam)
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak
aktif.
Reaksi
secara
berarti
menunjukkan
penyakit
LED
meningkat
terutama
pada
fase
akut
umumnya
nilai
kerusakan paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB;
Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan
dapat
termasuk
rongga
akan
fibrosa.
Perubahan
mengindikasikan
TB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous.
Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam
dan diafragma menonjol ke atas.
Bronchografi : merupakanpemeriksaan
khusus untuk
adalah penebalan
pleura,
efusi
TBC
pleura
atau
empisema, penumothoraks
(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau
pleura). c. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural.
2.
sekret darah,
kelemahan,
upaya batuk
4.
Gangguan keseimbangan
finansial.
5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
7.
8. Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
pengobatan,
informasi
yang
tidak
akurat,
yang
terbatasnya
pengetahuan/kognitif
3) Rencana Tindakan
Dx 1
Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya
infeksi kuman tuberkulosis.
Tujuan:
Tujuan:
Tidak
terjadi
penyebaran
infeksi
setelah
Klien
penyebaran infeksi
-
Intervensi
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui
droplet udara selama batuk, bersin,meludah, bicara, tertawa
ataupun menyanyi. Untuk
Membantu
bagaimana
pasien
menyadari/
pengobatan
pengaktifan berrulang.
penyakit
disebarkan
dan
32
kesadarankemungkinan
tranmisi
membantu
pasien
orang
yang
terpajan
ini
perlu
program
terapi
obat
yang
diperlukan
untuk
melakukan
pencegahan
penyebaran infeksi.
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/ isolasi
pernafasan.
Dapat
membantu
menurunkan
rasa
terisolasi
pasien
an
pola
hidup
dan
menghindarimenurunkan
insiden
eksaserbasi.
8. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi
pada adanya rongga/ penyakitluas sedang, resiko penyebaran
infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
9. Dorong memilih/ mencerna makanan seimbang, berikan sering
makanan kecil dan makanan besardalam jumlah yang tepat.
Adanya
anoreksia
dan
malnutrisi
sebelumnya
merendahkan
33
mempercepat
penyembuhan
infeksi.
Dx 2
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental
atau
sekret
darah,
kelemahan,
upaya
batuk
buruk,
edema
trakeal/faringeal.
Tujuan:
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama
2x30
pasien
melaporkan
sesak
berkurang
-
pernafasan teratur
ekspandi
dinding
dada
simetris
-
ada
-
frekuensi
nafas
normal
(16-
24)x/menit
Intervensi
Mandiri
1) Auskultasi suara nafas, perhatikan bunyi nafas
abnormal
34
usaha
pernafasan,
pengembangan
dada,
dan
belakang
Merupakan indikasi dari kerusakan jaringan otak
4) Pantau
tanda-tanda
vital
terutama
keadaan
umum
frekuensi
pernapasan
Untuk
mengetahui
pasien
5) Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
Meningkatkan
ekspansi
paru
optimal
6) Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam
keadaan sadar
Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran secret
sehingga jalan
Membantu
membebaskan
jalan
napas
Kolaborasi
a. Berikan O2 sesuai indikasi
Memenuhi kebutuhan O2
b. Berikan
obat
sesuai
indikasi
misalnya
bronkodilator,
Dx 3
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan kerusakan membran alveolar kapiler.
Tujuan: Setelah diberikan askep selama 2x30 menit diharapkan
pertukaran gas kembali efektif dengan kriteria :
lemas
Napas teratur
95100 mmH
Intervensi
Mandiri
36
1.
Mengkaji
penggunaan
frekuensi
otot
dan
aksesori,
kedalaman
napas
pernafasan.
bibir,
ketidak
Catat
mampuan
berbicara / berbincang
Berguna
dalam
evaluasi
derajat
distress
pernapasan
atau
Mengobservasi
serta mencatat
atau
Sianosis
kuku
warna
kulit,
membran
adanya sianosis
mukosa
dan
perifer
kuku,
(kuku)
vasokontriksi/respon
tubuh
kritis
jika diindikasikan
Shock dan oedema paru-paru merupakan penyebab yang sering
menyebabkan
kematian
memerlukan
intervensi
medis
memantau
perubahan
proses
penyakit
dan
memfasilitasi perubahan
37
Dx 4
Gangguan
keseimbangan
nutrisi,
kurang
dari
kebutuhan
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan
Intervensi:
Mandiri
1. Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi
yang tepat
2. Kaji ulang pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan
intake diet pasien.
3. Monitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
4. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya
dengan
medikasi.
Awasi
frekuensi,
volume,
Membantu
menghemat
energi
khusus
saat
demam
terjadi
peningkatan metabolik.
6.
Lakukan
perawatan
mulut
sebelum
dan
sesudah
sputum
atau
tindakan
pernapasan.
Mengurangi
rasa
tidak
enak
dari
obat-obat
pemeriksaan
laboratorium.
albumin).
Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program
terapi.
Dx 5
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeridapat berkurang
atau terkontrol, dengan KH:
Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
Pasien tampak rileks
Intervensi:
Mandiri
1.
2. Pantau TTV
Perubahan frekuensi jantung TD
ketidaknyamanan dan
memperbesar
sementara
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
1x24
jam
Pasien
melaporkan
panas
badannya
turun.
-
37,70C.
40
Nadi
dalam
batas
normal
60-100
x/menit.
-
mmHg.
-
RR
dalam
batas
normal
16-
20x/menit.
Intervensi :
Mandiri
1) Pantau TTV
Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Observasi suhu kulit dan catat keluhan demam
Untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh pasien
3) Berikan masukan cairan sesuai kebutuhan perhari, kecuali
ada kontraindikasi.
Untuk menanggulangi terjadinya syok hipovolemi
4)
Berikan
kompres
air
menurunkan
suhu
tubuh
yang
bekerja
langsung
di
dengan
ketidak
seimbangan
keperawatan
pasien
hipotalamus
Dx 7
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
diberikan
tindakan
diharapkan
41
Intervensi:
1.
laporan
atau
kebutuhan
pasien
3.
baring
dipertahankan
selama
fase
akut
untuk
istirahat.
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja atau bantal.
5.
Bantu
aktivitas perawatan
kelelahan
dan
membantu
keseimbangan
Dx 8
Kurang
pengobatan, pencegahan
Melakukan
perubahan
prilaku
dan
pola
hidup
unruk
memperbaiki
kesehatan umurn
dan
menurunkan
resiko
pengaktifan
ulang
luberkulosis paru.
Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.
Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensi
1.
penglihatan,
kering,
kepala, peningkatan
konstipasi,
tekanan
darah.
terapi.
5. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.
Kebiasaan minuM alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis
6. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.
Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat
warna hijau.
7. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap
penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan,
pengecatan..
Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi
paru/bronkus.
8. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Pengetahuan
yang
cukup
dapat
mengurangi
resiko
penularan/
efusi
pleura,
empierna,
bronkiektasis,
4) Evaluasi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas pasien kembali efektif
Dx 2 : pertukaran gas pasien efektif
Dx 3 : Nutrisi terpenuhi/ adekuat
Dx 4 : Nyeri berkurang atau hilang
Dx 5 : Suhu tubuh pasien kembali normal
Dx 6 : Klien dapat beraktivitas tanpa kelelahan
Dx 7 : Klien tahu dan mengerti tentang penyakit serta pengobatannya
44