Anda di halaman 1dari 2

Sejarahnya :

Indonesia memiliki tahun penting terkait kelistrikan nasional. Pada 1945, tepatnya pada 27
Oktober, Presiden Soekarno mendirikan jawatan listrik dan gas. Selanjutnya, pada tahun 1961
BPU Perusahaan Listrik Negara dibentuk, hingga pada tahun 1972 PLN ditetapkan sebagai
perusahaan umum. Pada tahun 1994, PLN kemudian menjadi perusahaan persero. Tahun tersebut
merupakan akhir dari monopoli PLN dalam usaha bidang kelistrikan secara integral. Sebab
kebijakan Pemerintah mulai memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak
dalam bisnis penyediaan listrik utamanya adalah di sisi pembangkitan.
Kendatipun PLN beralih dari perusahaan umum menjadi perusahaan perseroan (persero), tetapi
masih juga mendapat mandat sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan (PKUK) dalam
menyediakan listrik bagi kepentingan umum. Namun dengan hadirnya Undang-Undang No. 30/
2009 tentang UU Ketenagalistrikan yang menggantikan UU Kelistrikan No 20 Tahun 2000,
walaupun PLN sebagai perpanjangan tangan dari negara yang merupakan pelaksana utama usaha
penyediaan tenaga listrik tetap memegang hak untuk mendapatkan prioritas pertama (first right
of refusal) dalam penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, tetapi pemerintah
memberikan keluasan kesempatan kepada BUMD, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya
masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik untuk melakukan usaha
penyediaan tenaga Listrik dengan hak yang sama. Sehingga, penyelenggaraan usaha kelistrikan
dari hulu ke hilir tidak sepenuhnya lagi dipegang oleh PLN.

Tentang IPP :
Peluang yang Terbuka bagi swasta (IPP) dan actor lain sesungguhnya sangat
besar, tanpa perlu bersaing dengan PLN.
Perusahaan pembangkit Listrik swasta melalui IPP telah mulai menunjukkan perannya secara
signifikan dan dibutuhkan oleh PLN.
Biaya pembelian listrik dari IPP secara umum lebih tinggi daripada biaya
pembangkitan tenaga listrik dari pembangkit milik PLN sendiri yang sejenis.
Prakteknya pembangkit listrik swasta menjual listriknya kepada PLN melalui
kontrak jangka panjang dengan harga yang disepakati kedua belah pihak
yang tertuang dalam perjanjian pembelian tenaga listrik (power purchase
agreement) atau penjualan energy (energy sales contract), atau konsep
sewa (leasing) pembangkit, atau dengan skema kemitraan public dan
swasta, dimana pihak swasta membangun pembangkit listrik dengan insentif
dari pemerintah, yang kemudian listriknya dibeli atau pembangkitnya
dioperasikan oleh PLN.
Alasan perlunya ada listrik swasta :
- Pesatnya pertumbuhan permintaan listrik,

Penyediaan pasokan tenaga listrik tidak dapat ditanggung sendiri oleh


PLN karena keterbatasan kemampuan finansialnya.
sulitnya pendanaan untuk investasi guna menambah kapasitas, PLN akan masih terbelit
defisit daya
Melihat kinerja pengelola listrik negara yang makin hari makin carut marut
Pemadaman bergilir yang terjadi hampir setiap hari selama berjam-jam
merupakan bukti bahwa pengelola listrik di negeri ini butuh saingan
Barang-barang eletronik sudah banyak yang rusak akibat pe,madaman
bergilir

Peran IPP :
- membantu dalam upaya menutup gab antara kemampuan dengan kebutuhan investasi
yang sangat besar ini.
- penyediaan listrik utamanya adalah di sisi pembangkitan.
-

pemberian peluang kepada pihak swasta untuk ikut ambil bagian dalam membangun
proyek kelistrikan nasional di Negara kita.

Kendala listrik swasta :


Dengan segudang kemudahan, listrik swasta tidak otomatis berkembang.
Potensi pasar yang besar tidak mampu direalisasikan. Kendala utama dari
pengembang listrik swasta adalah rendahnya kemampuan modalsendiri,
akses terhadap fasilitas pembiayaan, penguasaan teknologi dan akses
terhadap energy primer.
Kemampuan financial yang rendah seringkali menjadi hambatan realisasi
pembangunan pembangkitlistrik. Tidak jarang, walaupun kontrak jual beli
telah disepakati oleh PLN dan calon pengembang, realisasi pembangkit tidak
jua dipenuhi Karen pengembang tidak punya cukup modal sendiri (equity)
sehingga suka mendapatkan kredit dari lembaga keuangan. Lemahnya
kapasitas dalam menganalisa serta memitigasi resiko finansial, social dan
politik, menyebabkan proyek listrik swasta stagnan.

Anda mungkin juga menyukai