Kanker rongga mulut, atau hanya kanker mulut, adalah kanker yang
dimulai di mulut (juga disebut rongga mulut). Kanker orofaringeal dimulai
di orofaring, yang merupakan bagian dari tenggorokan di belakang mulut.
Untuk memahami kanker ini, harus mengetahui bagian-bagian mulut dan
tenggorokan. 1
EPIDEMIOLOGI 2,3
Frekuensi
Rongga mulut adalah 1 dari 10 tempat yang paling sering terkena kanker
secara umum, dengan sebanyak kasus yang ada
di dunia, kanker
rongga mulut adalah kanker ketiga terbanyak setelah kanker lambung dan
kanker serviks. Dengan perkiraan 378.500 kasus baru dari kanker rongga
mulut didiagnosis setiap tahunnya di dunia. Sayangnya, informasi yang
deskriptif (yaitu, kejadian, kematian, prevalensi) sering tidak tersedia. Di
negara-negara
tertentu,
seperti
Sri
Lanka,
India,
Pakistan,
dan
Proporsi
kanker
lidah
di
antara
kanker
rongga
mulut
menunjukkan tren bertambah, tahun 1980an telah naik 1,2 kali dibanding
1970an, dibanding 1950-60an telah naik 5,8 kali; proporsi pasien kanker
lidah wanita naik mencolok, juga meng ke usia lebih muda. Di China, usia
kejadian kanker lidah pada usia sebelum 50 tahun, lebih awal dibanding
Eropa Amerika. (4)
Ras
Prevalensi kanker lidah secara tetap ditemukan lebih tinggi (sekitar 50%)
pada kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih dalam wilayah yang
sama di Amerika Serikat. Prevalensi kanker mulut juga umumnya lebih
tinggi di etnis minoritas di negara-negara maju lainnya.
Seks
Kanker mulut lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan,
meskipun rasio tersebut menyamakan.
Usia
kanker mulut terutama ditemukan pada orang paruh baya dan lebih tua.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko dari kanker rongga mulut adalah alkohol dan tembakau. Penggunaan
tembakau/ merokok merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai penyakit misalnya
penyakit jantung, penyakit sistem pernapasan, kanker pada bibir, kanker rongga mulut dan
kanker pada faring serta merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya cleft palate pada
bayi. 4
Penggunaan tembakau/ merokok dapat menyebabkan terjadinya bau mulut, stain pada
gigi, rendahnya kebersihan mulut, dan berbagai penyakit pada rongga mulut. Daun tanaman
tembakau yang telah dikeringkan dan difermentasikan dapat menimbulkan kepuasan sensoris
bagi mulut. Pemakaian tembakau dapat dengan dibakar untuk dihidap asapnya yaitu
merokok, atau tanpa dibakar yaitu dengan mengunyah dan mengulum. Tembakau
mengandung garam sulfat, nitrat klorida, fosfat dan malat dari potasium kalsium dan
ammonium, albumin, resin, gutanin, asam sitrat nikotianis, dan nikotin. Asap pembakaran
tembaku terdiri dari 90% gas yang mengandung tar dan nikotin yang bersifat karsinogenik.
Iritasi tar menyerang sel epitel mukosa sehingga aktifitas sel bertambah dan epitel menjadi
lebih tebal, perubahan pada mukosa mulut tampak sebagai bercak putih. Bercak putih
disebabkan oleh karena epitel mukosa yang tebal jenuh dengan saliva. Nikotin merupakan
alkaloid yang toksik yang memengaruhi ganglion sistem saraf otonom pada dosis kecil,
pemakaian pada dosis besar menyebabkan depresi. Nikotin dengan produk pembusukannya
piridin menghasilkan stain pada gigi. 4
Pemakaian tembakau dengan dibakar mengandung komposisi kimia yang lebih
kompleks sebab destruksi destilasi yang terjadi pada saat tembakau dibakar menyebabkan zat
yang terkandung dalam tembakau akan terlepas. Unsur panas yang terjadi saat pembakaran
tembakau memengaruhi mukosa mulut. Pada perokok hoakli risiko terjadinya leukoplakia
7%, cara merokok terbalik 4.9%, merokok bidi 3%. Pada pemakaian hoakli lebih tinggi
risikonya karena pipa tanah liat menyimpan panas sehingga panas yang dihasilkan berlipat
dan bibir yang berkontak langsung menjadi sangat panas. Perokok dengan cara terbalik
meskipun panas yang dihasilkan jauh lebih besar karena ujung rokok yang dibakar langsung
menghadap mukosa mulut namun iritasi yang terjadi kecil sebab ujung rokok diletakkan pada
daerah palatum yang mempunyai derajat keratinisasi yang lebih tebal dibandingkan bibir. 4
Pemakaian tembakau dengan cara mengunyah dapat memberikan efek yang lebih
buruk pada mukosa mulut daripada perokok yaitu sebesar 11.6% risiko terjadinya
leukoplakia. Hal ini kemungkinan terjadi karena pemakaian tembakau dengan cara dikunyah
memerlukan waktu yang relatif lama daripada merokok, jadi kontak antara mukosa mulut
dengan tembakau juga relatif lebih lama, menggeser tembakau yang dikunyah juga
menyebabkan terjadi penambahan iritasi pada mukosa akibat kekuatan yang digunakan
pemakai pada saat menggeser tembakau. Kemungkinan lain karena pemakai tembakau
biasanya menambahkan bubuk biji pinang yang diduga berefek sehingga dapat meningkatkan
etiologi
tersebut
tidak
bekerja
'secara
terpisah,
utama dan pemandu untuk melakukan perawatan, karena perubahan morfologis terjadi
setelah adanya perubahan genetik. Kanker dan lesi prekanker rongga mulut berkembang
sebagai akibat dari siklus sel yang tidak terkontrol dikarenakan multiple mutations, Protoonkogen, Tumor supresor gen (TSC), dan molekul gatekeeper (cyclines dan CDK) merupakan
kelompok gen DNA perbaikan yang dapat bermutasi di karsinoma sel skuamosa.
Karsinogenesis berkaitan erat dengan etiologi dan patogenesis. Etiologi adalah faktorfaktor yang merupakan penyebab tumor. Patogenesis adalah mekanisme faktor- faktor
penyebab mengubah sel normal menjadi sel tumor. 4
a.
perubahan metabolisme sel yang menyebabkan gen pengendali pembelahan sel menjadi tidak
aktif (perubahan kariotip). Pada stadium awal pembentukan kanker, kerusakan ini tidak
terlihat, kemudian perubahan yang tidak terlihat ini secara langsung atau melalui bahan
karsinogenik lain akan menjadi perubahan yang terlihat, yang secara klinis tampak sebagai
kanker. 4
Feedback Deletion
Karsinogenik akan merusak sel pengatur (efek genetik) atau merusak enzim (efek
epigenetik) sehingga merusak mekanisme yang stabil. Pada sel tumor, gen pengatur
pertumbuhan menghilang sehingga kemampuan sel untuk membelah menjadi tidak
terhambat. Kehilangan gen pengatur atau rusaknya enzim pengontrol menyebabkan sel
mendekati perubahan menjadi kanker. Konsep kehilangan kontrol ini disebut dengan
(Feedback deletion). 4
Teori Multifaktor
Satu tumor dapat disebabkan oleh beberapa penyebab yang bekerja sinergistik atau
aditif. Contohnya faktor genetik, hormon dan virus atau kimia, virus dan penyinaran. Faktor
hormon memengaruhi jaringan sehingga jaringan mudah dipengaruhi oleh karsinogen lain. 4
Teori stadium ganda
Menurut teori ini, perubahan terjadi melalui 2 stadium yaitu inisiasi dan promosi.
Inisiator menimbulkan mutasi genetik tetapi setiap usaha regenerasi sel akan dirusak oleh
promotor, sehingga pada awalnya akan terjadi hiperplasia baru kemudian terjadi mutasi
spontan dengan terbentuknya kanker. 4
Multicellular origin of cancer field theory
Neoplasma terbentuk oleh beberapa sel yang berdekatan secara serentak dan bukan
berasal dari satu sel. Neoplasma mulai ditempat yang dipengaruhi karsinogen secara
maksimal, respon neoplastik kemudian terjadi pada jaringan sekitarnya yang juga terkena
pengaruh karsinogen yang sama. 4
Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium yang tidak
normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan pemeriksaan mulut, lesi
sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien akhirnya datang ke dokter gigi. Secara
histologis tumor terdiri dari lapisan atau kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai
dengan kumparan keratinasi. Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I IV
(Broder). Lesi yang agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus
oleh Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk sedikit kelamina propria, membentuk
massa papileferus pada permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi
jarang meluas ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan
pembuluh lymphe yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah benig
regioner dan ini juga dimungkinkan oleh susunan pembuluh lymphe yang saling berhubungan
kanan dan kiri.
Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan penyebaran
ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup dalam serta cepat ke
jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik
yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat terletak diantara kedua batas tersebut dengan
daerah nekrose yang dangkal pada bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol
dan infiltrate yang dalam. Walaupun terdapat penyebaran lokal yang besar, tetapi anak sebar
biasnya berjalan melalui lymph node sertikal. Metastase haematogenus terjadi pada tahap
selanjutnya.
Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat ketidakmampuan
DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya transformasi sel akibat paparan
b. Karsinogen
Karsinogen dibagi menurut asal yaitu eksogen (kimiawi, virus, fisik) dan endogen
(hormon). Sementara berdasarkan jenisnya karsinogen yaitu kimiawi, virus, fisis dan hormon.
Tiga faktor karsinogen utama dari kanker mulut adalah tembakau, alkohol, dan virus. Sekitar
60% kanker mulut berkaitan dengan HPV. 4
Karsinogen kimia meliputi jelaga, tir, zat warna, bahan alkali, plastik, asap rokok,
dan alfatoxin. Tir mengandung zat aktif hidrokarbon polisiklik. Hidrokarbon yang
mempunyai daya karsinogenik, minimal harus mempunyai 3 ikatan karbon aktif yang disebut
phenantrene. Tubuh manusia mempunyai enzim benzyprene hidroksilase atau enzim lain
yang terdapat dalam retikulum endoplasmik yang berkhasiat menghilangkan daya
karsinogenik dari karsinogen hidrokarbon. 4
Karsinogen virus. Virus onkogen dibagi dalam 2 kelompok yaitu virus RNA rantai
tunggal dan virus DNA rantai ganda. Contoh virus RNA adalah Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan contoh virus DNA adalah HPV. Virus HIV pada penderita AIDS berperan
dalam terjadinya Sarkoma Kaposi. Virus Hepatitis B, C, E berperan dalam terjadinya
karsinoma sel hepar. 4
Karsinogen fisis yang sangat penting adalah sinar radioaktif yang dihasilkan oleh
sinar-X, radium dan bom atom. Sinar menyebabkan perubahan nukleoprotein kromosom sel
sehingga terjadi kanker. Penyinaran mengenai atom molekul asam nukleat, menyebabkan
terlepasnya elektron sehingga terjadi perubahan fisik atom tersebut dan perubahan kimia
dalam molekul. Sinar matahari dan ultraviolet juga dapat menyebabkan kanker bibir. Faktor
fisis lain adalah sinar-X. 4
Hormon. Karsinogen hormon bekerja dengan memengaruhi fisiologi jaringan
sehingga mudah dipengaruhi oleh jaringan sekitarnya. 4
Patogenesis dan Siklus Sel
Siklus sel terdiri atas dua tahap, yaitu fase interfase dan mitosis. Tahap interfase
terdiri atas fase G1 (prasintesis), fase S (sintesis DNA) dan fase G2 (pasca duplikasi DNA).
Tahap mitosis terdiri atas empat fase, yaitu profase, metafase, anafase dan telofase. Siklus sel
dibagi menjadi 4 fase yang berlangsung selama 20-24 jam, yaitu fase G1 (Gap 1), Fase S
(Sintesis), Fase G2 (Gap 2) dan fase mitosis. Pada fase G1 terjadi sintesis RNA yang
kemudian diikuti oleh sintesisi protein sehingga sitoplasma akan bertambah banyak dan sel
akan tumbuh selama 9 jam. Fase kedua adalah fase S, merupakan proses sintesis DNA dan
terjadi pembentukan molekul histon yang pada umumnya berlangsung selama 10 jam. Fase
G2 merupakan fase akhir dalam pertumbuhan sel, dalam fase ini masih terjadi sintesis RNA
dan kemudian akan disusul oleh fase mitosis. Fase terakhir dalam proses proliferasi adalah
fase M (mitosis) yang merupakan fase tersingkat karena hanya berlangsung selama 30-60
menit.7
Siklus sel normal dikendalikan oleh suatu kelompok protein yang secara umum umum
disebut cyclin. Siklus berlangsung melalui fase mitosis (M), gap-1 (GI), sintesis DNA (fase
S), gap-2 (G2), mitosis (M) dan seterusnya. Sel anak hasil mitosis secara teratur mitosis
masuk ke siklus dalam fase GI, sebagian sel anak masuk ke fase istirahat (Go). Sel pada fase
Go dapat aktif kembali masuk ke fase GI siklus sel. Masuknya kelompok sel ke fase istirahat,
kemudian aktif kembali menyebabkan proses regenerasi tubuh berlangsung cepat. 8
Masing-masing fase memiliki fungsi untuk mengaktivasi dan melengkapi fase men
sebelumnya, dan siklus sel akan berhenti jika fungsinya sudah terganggu. Diantara Glis
terdapat checkpoint untuk memonitor DNA sebelum replikasi dan G2M untuk memonitor
DNA setelah replikasi. Checkpoint dilakukan oleh Tumor supresor gen (TSG) salah satunya
gen p53 atau dikenal sebagai master guardian of the genome dan merupakan unsur utama
dalam memelihara keseimbangan genetik. Fungsi gen p53 mendeteksi sintesis DNA yang
salah atau kerusakan DNA kemudian menginduksi gen reparasi DNA serta menginduksi
apoptosis. 8
Onkogen
Onkogen merupakan gen pengatur pertumbuhan yang mengalami perubahan dalam
pengaturan jalur trans sinyal-sinyal sel. Mutasi gen ini mengakibatkan teriadinya peningkatan
produksi atau fungsi protein dalam sel. Onkogen berperan penting dalam proses
karsinogenesis, tetapi tidak cukup untuk mengubah sel-sel epitel. 9
Beberapa onkogen mempunyai implikasi dalam karsinogenesis rongga mulut.
Penyimpangan reseptor faktor pertumbuhan epidermal proto-onkogen (EGFR c-erb 1), gen
anggota keluarga ras, c-myc int-2, hst-1. PRAD 1, dan bcl-1 diyakini berkontribusi terhadap
perkembangan kanker. 9
Deregulasi faktor pertumbuhan terjadi selama karsinogenesis rongga mulut, melalui
peningkatan produksi dan stimulasi autokrin. Penyimpangan ekspresi dari Transforming
growth factor a (TGF-a) dilaporkan teriadi pada awal karsinogenesis rongga mulut.
Penyimpangan ini terjadi pertama kali pada epitel hiperplastik dan emudian pada infiltrasi
sel-sel radang karsinoma. TGF-a merangsang proliferasi sel iengan mengikat EGFR secara
autokrin dan parakrin. 10
Onkogen dapat berhubungan dengan karsinogenesis, tapi ini tidak cukup untuk
pembentukan tumor. Beberapa agen karsinogenik seperti virus dapat mempengaruhi protoonkogen oleh gen mencuri, dengan menginduksi translokasi, atau dengan memasukkan
onkogen mereka ke dalam DNA inang. virus lainnya dapat mempengaruhi gen supresor
tumor seperti gen p53 (13). karsinogen kimia atau radiasi pengion juga dapat menghasilkan
efek yang sama pada proto-onkogen (10,13). Proto-onkogen dapat diaktifkan dengan
sejumlah agen onkogenik bertindak dalam salah satu dari 4 cara utama : 11
1. Mutasi titik. Misalnya, mutasi ditemukan di beberapa usus besar, payudara, dan
kanker mulut.
2. Transduksi dan masukkan mutagenesis ional. Sebagai contoh, beberapa retrovirus
dapat menyebabkan kerusakan DNA, atau dapat mengintegrasikan sebelah
onkogen proto dan transkripsi aktif.
3. Kromosom penyusunan ulang dan kromosom translokasi. Sebagai contoh, banyak
keganasan hematologi seperti hasil limfoma Burkitt dari translokasi.
4. Amplifikasi, memproduksi banyak salinan tambahan dari proto-onkogen.
Misalnya c-myc dan ErbB diperkuat dalam beberapa payudara dan mulut
karsinoma dan kemudian sering disertai dengan kelainan kariotipe, prognosis
buruk, dan resistensi terhadap obat sitotoksik.
Saranath et. al., (1989), menemukan bahwa ada amplifikasi beberapa onkogen,
termasuk c-myc, N-myc, Ki-ras, pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Mereka telah
menyarankan bahwa onkogen ini dapat alternatif atau secara bersamaan diaktifkan dalam
karsinogenesis oral. 11
b.
premalignan menjadi sel ganas teriadi akibat inaktivasi gen penekan tumor, dan dianggap
sebagai penyebab utama dalam perkembangan keganasan. Gen penekan tumor paling sering
diinaktivasi melalui mutasi titik, penghapusan, dan penyusunan ulang salinan gen. 10
Salah satu gen penekan kanker adalah gen ps3 yang menapakan pelindung siklus sel.
Gen p53 berperan dalam pengaturan siklus sel dengan mengontrol sejumlah gen termasuk
gen apoptosis jika kerusakannya berat. Rekonstitusi jalur apoptosis oleh p53 dapat terjadi
dengan mentransfer gen p53 wild type rekombinan pada sel kanker yang mengekspresi p53
null alau mutan. Bila sel terluka. p53 dalam inti memicu sel untuk melakukan arrest pada
perbatasan G1/S dengan menginduksi penghambat CDK (cyclin D kinase) dan sistem
perbaikan DNA terlebih dahulu menghilangkan luka tersebut sebelum sel memasuki fase S
tanpa adanya DNA yang rusak. Program "arrest" dan apoptosis ini tergantung pada
lingkungan fisiologik ataupun jenis sel. Oleh karena itu kehilangan fungsi gen p53 ini
merupakan penyebab munculnya malignansi. Inaktivasi gen p53 ini biasanya teriadi dalam
dua tahap yakni inaktivasi pada satu alel oleh mutasi titik atau delesi kecil dan berikutnya
adalah kehilangan alel normal oleh delesi segmen kromosom. Inaktivasi alel pertama dapat
terjadi pada sel somatik maupun sel germ. Gen ini juga disebut "guardian of the cell. Sel
yang tidak memiliki p53 menunjukkan ketidakstabilan genom dan memperbesar
karsinogenesis.12
KSSmuncul sebagai akibat dari berbagai kejadian molekular yang menyebabkan kerusakan
genetik yang mempengaruhi kromosom dan gen, yang akhirnya menuju kepada perubahan
DNA. Akumulasi perubahan tersebut memicu terjadinya disregulasi sel pada batas dimana
terjadinya pertumbuhan otonom dan perkembangan yang invasif. Proses neoplastik mulamula bermanifestasi secara intraepitel dekat membran dasar sebagai suatu hal yang fokal,
kemudian terjadi pertumbuhan klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan,
menggantikan epitelium normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun, terjadi invasi
membran dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif. 10
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Lesi prakanker rongga mulut
Umumnya lesi prakanker muncul sebagai lesi putih, merah atau bercampur antara lesi merah
dan lesi putih. Kondisi ini dikenal sebagai leukoplakia atau eritroplakia. Kondisi patologis
lainnya yang juga dikaitkan sebagai lesi prakanker yaitu oral lichen planus dan oral
submucous fibrosis.
a.
Leukoplakia
Leukoplakia didefinisikan sebagai bercak putih atau plak, yang melekat erat pada
mukosa mulut dan tidak dapat dibedakan dengan lesi putih lainnya. Leukoplakia merupakan
lesi putih pada mukosa rongga mulut dan sebagai prekursor terjadinya Oral Squamous Cell
Carcinoma (OSCC). 13 Leukoplakia dapat berkembang menjadi kanker rongga mulut
tergantung dari beberapa faktor yaitu progresifitas lesi, jenis kelamin penderita, ukuran lesi
dan tingkat terjadinya displasia. 14
Secara mikroskopis, leukoplakia nampak sebagai keratinosis hiperplasia dengan
karakter hiperorthokeratosis, hiperparakeratosis, dan acantosis atau beberapa atipia selular
yang diklasifikasikan sebagai lesi ringan, sedang atau berat, tergantung dari jumlah
munculnya atipia dan keterlibatan epitelium. Lesi ini biasanya terletak di dasar mulut.
Leukoplakia yang terjadi pada pemakaian tembakau dengan cara snuff dipping sebesar 1.3%,
hal ini disebabkan karena tembakau yang digunakan berupa bubuk sehingga dapat cepat larut
dalam saliva jadi kontak antara bubuk tembakau dengan mukosa mulut relatif lebih singkat,
tidak adanya iritasi lain berupa panas akibat pembakaran pada merokok atau mekanis akibat
kekuatan menggeser tembakau pada pengunyahan. 14
Leukoplakia biasanya akan tampak pada tempat dimana tembakau itu sering
ditempatkan, karena iritasi yang terjadi. Dimana daerah leukoplakia yang terjadi dapat juga
sebagai penentu kemungkinan kearah keganasan. Daerah yang mengalami keratinisasi seperti
palatum durum, lidah, gingiva dan mukosa bukal mengalami displasia yang lebih rendah
daripada daerah yang tidak mengalami keratinisasi seperti palatum molle atau dasar mulut.
Leukoplakia pada perokok hoakli banyak ditemukan pada daerah labial sebab daerah labial
yang paling banyak mendapat iritasi oleh panas yang dihasilkan pipa tanah liat. Leukoplakia
pengunyah tembakau banyak ditemukan pada daerah alveolar ridge dan 10% pada gingiva
karena tembakau yang dibentuk bulat seperti bola tersebut banyak ditempatkan pada daerah
alveolar ridge, sedangkan leukoplakia pada pemakaian tembakau dengan cara dikulum
banyak terdapat pada daerah vestibulum. 14,15
Perubahan leukoplakia menjadi ganas (karsinoma sel skuamosa) sukar atau tidak
dapat ditentukan secara makroskopis klinis. Eksisi percobaan harus selalu dibuat dan
diperiksa apakah sudah terdapat tanda-tanda ganas seperti displasia dan atipia. Pengalaman
klinis menunjukkan bahwa sekita 10% leukoplakia dapat mengalami degenerasi keganasan.
Tipe eritroleukoplakia, verukosa, speckled, dan erosif mempunyai risiko tinggi kearah
keganasan. 16
Keadaan displasia dan keganasan ditentukan berdasarkan gambaran inti sel seperti
perubahan dalam inti sel dalam ukuran (membesar), bentuk (bervariasi atau pleomorfik),
warna menjadi lebih gelap (hiperkromatik), perbandingan inti (sitoplasma bertambah, dinding
inti tidak teratur, anak inti lebih dari satu dan tidak teratur, serta distribusi kromatin yang
tidak normal).
16
Displasia dapat meliputi hanya bagian sepertiga basal lapisan epitel, dinamakan
displasia ringan. Bila sudah meliputi setengah lapisan epitel termasuk displasia tingkat
sedang, dan displasia tingkat berat bila sudah meluas ke seluruh ketebalan lapisan epitel.
Leukoplakia dengan tingkat displasia ringan mempunyai risiko berkembang menjadi
karsinoma sel skuamosa sebesar 3%. Sekitar 43% leukoplakia dengan displasia berat dan
karsinoma in situ akan berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. Oleh karena itu,
leukoplakia yang disertai displasia harus dianggap sebagai keadaan praganas yang
mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi karsinoma. 4
Leukoplakia; a. mukosa bukal; b. gingival; c. ventral lidah dan dasar mulut; d. lidah, disertai
adanya displasi berat. Sumber : Silverman S, Eversole LR, et al. Essentials of Oral Medicine.
Canada: BC Decker Inc. 2002. p. 192-3, 211
b.
Eritroplakia
Eritroplakia adalah salah satu lesi yang jarang timbul pada mukosa rongga mulut,
akan tetapi risiko dari perkembangan kanker rongga mulut adalah yang terbesar diantara
semua lesi prakanker. Eritroplakia didefinisikan sebagai lesi mukosa mulut yang muncul
sebagai lesi merah terang yang dapat berupa plak yang tidak biasa dikarakteristikkan secara
klinis maupun patogen sebagai kondisi patogen yang dikenali. Lesi ini dapat muncul di
bagian manapun pada rongga mulut, tapi lebih sering muncul pada dasar mulut, palatum
molle, lidah bagian ventral, dan tonsillarfauces. Lesi ini umumnya asimptomatik akan tetapi
beberapa pasien mengeluh adanya rasa terbakar pada rongga mulut. Pengkonsumsi alkohol
dan pengguna tembakau merupakan penyebab utama terjadinya eritroplakia. Epitelium
atropik dan menunjukkan kurangnya keratin, serta kadang menimbulkan hiperplasia. Warna
merah dari eritroplakia diakibatkan oleh menipisnya lapisan epitel sehingga memungkinkan
nampaknya struktur microvasculature. Eritroplakia harus segera dirawat, hal ini dikarenakan
tingginya kemungkinan eritroplakia berubah menjadi maligna (tumor ganas). 4
Eritroplakia pada palatum molle dan orofaring dengan sedikit komponen keratosit. Lesi ini
kelak akan berubah menjadi squamous sel karsinoma. Sumber : Silverman S, Eversole LR, et
al. Essentials of Oral Medicine. Canada: BC Decker Inc. 2002. p. 192-3, 211
c.
beberapa tipe DNA virus yang dapat menyebabkan infeksi mukosa epitelium yang terbagi
menjadi dua bagian yaitu sub tipe risiko tinggi (HPV-16, 18, 31, 33, dan 35) dan sub tipe
risiko rendah (HPV-6, 11, 13, dan 32). Risiko rendah HPV berimplikasi pada patogenesis dari
tumor
jinak,
squamous
sel
papiloma,
common
wart
(verrucous
vulgaris),
Oral
submucous
fibrosis
Oral submucous fibrosis adalah gejala kronis penyakit dengan karakter adanya
inflamasi dan progresif fibrosis dari jaringan submukosa (lamina propria dan jaringan
penghubung yang lebih dalam), sehingga mengakibatkan terjadinya rigid pada daerah
tersebut dan kesulitan membuka mulut (trismus).
e.
Oral
lichen
planus
(OLP)
Oral lichen planus (OLP) adalah inflamasi kronis dari penyakit mukosa rongga mulut
dengan etiologi yang belum diketahui. OLP muncul sebagai white striations, papula putih
atau plak berwarna putih. Simptomatik, dengan gejala klinis erithema, erosi atau blisters yang
sangat sakit. OLP biasanya terletak pada mukosa bukal, lidah dan gingiva. OLP terjadi pada
1%-2% orang dewasa. Potensi OLP menjadi maligna masih kontroversi, akan tetapi beberapa
penelitian menunjukkan tingginya kemungkinan kejadian kanker rongga mulut pada
penderita OLP. Sehingga OLP dikategorikan sebagai kondisi yang berpotensi berubah
menjadi kanker rongga mulut. World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan OLP
sebagai lesi prakanker. 18
Erosi lichen planus pada palatum. Sumber : Silverman S, Eversole LR, et al. Essentials of
Oral Medicine. Canada: BC Decker Inc. 2002. p. 192-3, 211
Patologi
Jenis patologik Kanker lidah umumnya timbul pada epitelmukosa
normal
korpus
eritroplakia.
lidah
Kanker
bertransformasi
lidah
stadium
ganas
dini
dari
leukoplakia
umumnya
tampil
atau
sebagai
penebalan mukosa setempat. Tipe umum kanker lidah tipikal terdapat tipe
kembang kol, tipe ulseratif, tipe infiltratif dan tipe nodular. Pengamatan di
bawah
mikroskop
menunjukkan
kebanyakan
kanker
lidah
adalah
terasa terikat dan sulit untuk digerakkan. Hal ini dapat dideteksi secara klinis dengan palpasi
digital dengan karakteristik sukar digerakkan dan membesar. Perluasan invasi dapat bersifat
kontralateral dan bilateral. Literatur melaporkan angka sampai 84%, data dari RS Kanker
Universitas Kedokteran Zhongshan adalah 34,9%. Kelenjar limfe yang sering terkena sesuai
urutannya adalah kelenjar limfe leher area II, area la, area III, area Ib dan area IV. Angka
metastasis jauh kanker lidah sekitar 5%, umumnya ke paru dan hati. 6
Karsinoma sel skuamosa yang terdapat pada bibir bawah dan dasar mulut akan
menginvasi nodus submental, sedangkan untuk karsinoma yang berada didaerah posterior
mulut akan menginvasi nodus jugular superior. Karsinoma juga mampu menginvasi organ
tubuh seperti tulang. Organ lainnya yang dapat terinvasi karsinoma adalah jantung dan hati. 6
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya
pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada
posterior lidah. Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker
tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit. Bila
timbul pada 1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh
penderita dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan rasa
sakit tenggorokan. Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat
dideteksi dini daripada rang terletak pada 1/3 posterior lidah. Kadangkadang metastase limph node regional mungkin merupakan indikasi
pertama dari kanker kecil pada lidah. Pada stadium awal, secara klinis
kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, dapat berupa
bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau endofitik
bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus. Lama-kelamaan
ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang
mengalami indurasi. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada
infeksi sekunder. 5
Kanker pada bibir
Kanker bibir selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki
aktivitas diluar seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin
terlibat dalam patogenese kanker bibir. Umumnya lebih banyak terjadi
pada bibir bawah jaripada bibir atas. Pada awal pertumbuhan, lesi dapat
berupa modul kecil atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh. Deteksi tumor
pada keadaan ini memberikan kesempatan untuk menemukan karsinoma
dini. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk papillari, ulseratif atau
infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal dan
sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang
ulseratif dan infiltratif diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya
mengalami infiltrasi lebih dalam. Tanda yang paling penting adalah
terdapat indurasi yang didapat pada pinggiran ulkus. 5
Kanker dasar mulut
lesi
yang
dihasilkan
oleh
trauma
kronis
atau
hiperplasia
dapat
berdarah.
Kebanyakan
kanker
palatum
merupakan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Berdasarkan klasifikasi WHO, tumor di rongga mulut dan orofaning diklasifikasikan sebagai
berikut: 19