Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 LEVINES CONSERVATION MODEL (Myra Estrin Levine)
2.1.1

Tingkatan Pengetahuan
Keempat konsep metaparadigma masing-masing sudah terklasifikasikan dalam
model konseptual ini, tetapi belum menggambarkan adanya sebuah hubungan timbal
balik (symbolic interactionism). Fokus model konseptual Levine pada hubungan
antara manusia dengan lingkungan.

2.1.2

Ruang Lingkup Aplikasi


Prinsip konservasi dalam model ini sesuai untuk diterapkan pada segala situasi
keperawatan, baik homecare, hospice, emergency department, maupun critical care
unit.

2.1.3

Asumsi terhadap Paradigma Keperawatan

2.1.3.1 Manusia
Manusia adalah makhluk holistik (holistic being) yang memiliki tiga dimesi,
yaitu: (a). sistem dari sebuah sistem (system of systems), (b). integritas (integrity), dan
(c). merupakan sebuah keutuhan (wholeness).
2.1.3.2 Lingkungan
Seseorang tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan sekitarnya dimana dia
berada. Lingkungan digambarkan sebagai lingkungan internal dan eksternal. Yang
dimaksud dengan lingkungan internal adalah aspek-aspek fisiologis dalam tubuh yang
berperan dalam keberlangsungan keadaan sehat-sakit. Terdiri dari dua dimensi, yaitu
homeostasis dan homeorrhesis. Homeostasis diartikan sebagai sebuah keadaan yang
stabil antara fisiologis dan psikologis sebagai sebuah hasil kesesuaian antara manusia
dengan lingkungannya. Homeorrhesis merupakan aliran stabil, menekankan pada
fluiditas perubahan dalam kontinum ruang-waktu. Ini menggambarkan pola adaptasi,
yang memungkinkan tubuh individu untuk bertahan terhadap perubahan dari
lingkungan.
Sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan persepsi, lingkungan
operasional, dan lingkungan konseptual. Lingkungan persepsi adalah bagian dari
lingkungan eksternal yang ditanggapi dengan organ-organ indera, misalnya cahaya,
suara, sentuhan, suhu, perubahan kimia yang berbau atau terasa, serta rasa posisi dan
keseimbangan. Lingkungan operasional adalah bagian dari lingkungan eksternal yang

berinteraksi dengan jaringan hidup dan dapat mempengaruhi individu meskipun


keberadaannya tidak dirasakan, seperti radiasi, mikroorganisme, dan polutan .
Lingkungan konseptual adalah bagian dari lingkungan eksternal yang terdiri dari
bahasa, ide, simbol, konsep dan penemuan yang mencakup pertukaran bahasa,
kemampuan untuk berpikir dan pengalaman emosi, sistem nilai, keyakinan agama,
etnis dan tradisi budaya, dan pola psikologis individu yang berasal dari pengalaman
hidup.
2.1.3.3 Kesehatan
Kesehatan dijelaskan melalui konsep perubahan, kesehatan, dan penyakit.
Ketiganya merupakan suatu unidimensional.
Levine lebih memilih untuk menggunakan istilah healthy daripada wellness untuk
menggambarkan konsep kesatuan (wholeness). Kesehatan merupakan sebuah
keberhasilan dari adaptasi, termasuk di dalamnya adaptasi sosial.
2.1.3.4 Keperawatan
Konsep keperawatan menurut Levine merupakan sebuah interaksi manusia.
Hubungan interaksi dalam perawatan sebaiknya memposisikan seorang pasien sebagai
partisipan atau partner, karena ketergantungan pasien bersifat sementara, sehingga

tujuan akhir dari proses keperawatan adalah untuk memandirikan pasien. Tujuan dari
keperawatan dicapai melalui penggunaan prinsip-prinsip konservasi, yaitu integritas
energi, struktur, personal, dan sosial.
Levine menekankan perlunya keilmuan dan pengetahuan untuk membangun
dasar keperawatan, sehingga tujuan keperawatan untuk mendukung keutuhan dirinya
baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dapat tercapai.
2.1.4

Proses Keperawatan
Komponen proses keperawatan dalam model konsep Levine terdiri dari: (1)
Trophicognosis, (2) intervensi, (3) Evaluasi dari intervensi. Proses keperawatan dalam
model konsep Levine yaitu konservasi itu sendiri. Levine menyatakan bahwa
konservasi adalah menjaga bersama-sama (keeping together). Prinsip ini yang
selanjutnya menjadi pedoman dalam menyusun intervensi keperawatan yang dapat
mempertahankan keutuhan pasien.
Dalam proses keperawatannya, Levine menyampaikan sebuah terminologi
Trophicognosis sebagai sebuah alternatif untuk diagnosa keperawatan. Dia
menggambarkan sebuah metode ilmiah untuk menyusun tahapan-tahapan dalan
trophicognosis, yaitu observasi, menemukan fakta-fakta yang mempengaruhi,

menyusun konstruksi hipotesis yang dapat diuji. Selanjutnya perawat dapat


memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan perencanaan dan mengevaluasi.
Dalam fase pengkajian, klien dikaji melalui dua metoda yaitu interview dan
observasi. Dalam pengkajian berfokus pada klien, keluarga, anggota lainnya, atau
hanya mempertimbangkan penjelasan dari mereka dalam membantu memecahkan
permasalahan kesehatan klien.
Dalam pengkajian menyeluruh, perawat menggunakan empat prinsip teori
Levine

yang

disebut

pedoman

pengkajian.

Perawat

menitikberatkan

pada

keseimbangan energi klien dan pemeliharaan integritas klien. Kemudian perawat


mengumpulkan sumber energi klien yaitu nutrisi, istirahat (tidur), waktu luang, pola
koping, hubungan dengan anggota keluarga/orang lain, pengobatan, lingkungan dan
penggunaan energi yakni fungsi dari beberapa sistem tubuh, emosi dan stress sosial
dan pola kerja. Juga data tentang integritas struktur klien yaitu pertahanan tubuh,
struktur fisik, integritas personal (sistem diri klien) yakni keunikan, nilai, kepercayaan
dan integritas sosial yakni: proses keputusan dari klien dan hubungan klien dengan
orang lain serta hambatan dalam berhubungan dengan orang lain atau masyarakat.
Selain itu, dalam pengkajian perawat juga perlu menentukan besarnya kemampuan
partisipasi klien dalam perawatan.
Setelah mengumpulkan semua data, perawat menganalisis data secara
menyeluruh. Analisis ini mencerminkan keseimbangan kekuatan dan kelemahan dari
diri klien pada empat area pengkajian (prinsip konservasi). Dalam fase perencanaan
dimasukkan tujuan akhir. Levine tidak secara khusus mengidentifikasi atau
menekankan kebutuhan sebagai tujuan akhir. Tujuan harus mencerminkan usaha
membantu klien untuk beradaptasi dan mencapai kondisi sehat. Dalam fase
perencanaan, perawat harus menetapkan tujuan dengan cara: (1). Menetapkan strategi
yang dipakai untuk perencanaan, (2). Menentukan tingkat perencanaan yang harus
dikembangkan untuk mencapai tujuan. Selama fase perencanaan ini perawat dapat
melakukan konsultasi kepada tim kesehatan lain.
Lebih jauh Levine menyatakan bahwa perawat harus mempunyai dasar
pengetahuan praktis untuk mengimplementasikan perencanaan perawatan yang sudah
dibuat, yaitu harus berdasar dari prinsip, hukum, konsep, teori, dan pengetahuan
tentang diri manusia. Dalam mengembangkan perencanaan, perawat harus
meningkatkan kemampuan partisipasi klien dan mengidentifikasi tingkat partisipasi

klien. Karena posisi ketergantungan dari klien bersifat sementara, sebagai akibat dari
sakit yang dideritanya.
Fase selanjutnya adalah pelaksanaan perawatan yang disebut intervensi
(intervention/action). Tanggung jawab perawat untuk memonitor kondisi klien dalam
mengatur keseimbangan antara intervensi keperawatan dan partisipasi klien dalam
perawatan. Perawat harus mengawasi respon klien dengan segala keunikan dan
kespesifikannya, sehingga intervensi yang diberikan sesuai untuk masing-masing
orang. Data dikumpulkan kemudian dipakai dalam fase evaluasi. Selama fase evaluasi
perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan kepada klien.
2.2 NEUMANS SYSTEM MODEL (Betty Neuman)
2.2.1

Tingkatan Keilmuan
Barnum (1998) tidak memasukkan model system Neuman ke dalam klasifikasi
skema intervensi, konservasi, substitusi, dukungan dan kategori peningkatan. Tetapi
sebaliknya, diklasifikasikan sebagai sistem model.

2.2.2

Ruang Lingkup
Aplikasi System Model Betty Neuman diterapkan pada klien Individu,
kelompok, keluarga maupun komunitas

2.2.3

Asumsi Terhadap Paradigma Keperawatan

2.2.3.1 Manusia
Neuman memandang manusia atau klien secara holistic yang terdiri dari
berbagai variabel diantaranya fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan dan
spiritual (Marriner-Tomey& Aligood. 2006). Variabel

tersebut akan berhubungan

secara dinamis dan tidak bisa dipisahkan. Manusia dipandang sebagai individu yang
utuh, oleh karena itu pendekatan yang digunakan kepada manusia atau klien adalah
pendekatan yang holistic. Menurut Neuman, klien/manusia memiliki garis pertahanan
yang normal dimana tiap individu berada pada area respon yang normal. Garis
pertahanan normal menurut Neuman adalah kondisi yang relative stabil atau keadaan
yang sehat. Garis pertahanan fleksibel yang menjaga garis pertahanan normal
didefinisikan sebagai sistem reaksi yang dapat digunakan untuk melawan stressor atau
menguatkan sistem buffer yang sudah ada. Manusia atau klien juga memiliki garis
perlawanan dalam yang akan berusaha menstabilkan manusia atau membawa manusia
kembali pada keseimbangan sistem setelah terjadi reaksi terhadap stressor

2.2.3.2 Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor internal dan eksternal yang berada
disekitar klien. Stressor yang berasal dari lingkungan

meliputi tiga hal yaitu

intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal yang akan saling berinteraksi dan


berpengaruh pada sistem stabilitas.
a. Lingkungan internal, yaitu lingkungan intrapersonal dalma sistem klien
b. Lingkungan Eksternal, yaitu lingkungan yang berada diluar sistem klien.
c. Lingkungan yang diciptakan, yaitu pertukaran energy dalam sistem terbuka
dengan lingkungan internal dan eksternal yang bersifat dinamis. Lingkungan
ini bertujuan untuk memberikan stimulus yang positif terhadap kesehatan
klien
2.2.3.3 Kesehatan
Sehat menurut Neuman adalah terpenuhinya kebutuhan total dari semua
sistem secara optimal. Kesehatan manusia dalam status sehat atau sakit selalu berubah
dalam lima variable yaitu fisiologi, psikologi, sosial budaya, spiritual dan faktor
perkembangan.Ketidakharmonisan dalam sebuah sistem akan menghasilkan sakit.
2.2.3.4 Keperawatan
Keperawatan berfokus pada tindakan untuk menurunkan stressor potensial
dan actual meliputin tindakan preventif yang terdiri dari primer, sekunder dan tertier
sebagai intervensi untuk mencapai level kesehatan optimal. Tujuan utama dari
tindakan keperawatan adalah untuk mengembalikan derajat kesehatan klien dengan
optimal menggunakan rencana intervensi yang selalu dibicarakan dan disepakati
dengan klien.
2.2.4

Proses Keperawatan
Proses keperawatan oleh Neuman terdiri dari tiga tahap : (1) Nursing
Diagnosis; (2) Nursing Goal; (3) Nursing Outcomes
1) Nursing Diagnosis
Pada tahap ini , perawat mengkaji dan mengumpulkan data-data yang
komprehensif, mengklasifikasikan data dan mengevaluasi interaksi yang dinamis
antar variabel inti (fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan dan
spiritual) dan interaksi variabel tersebut dengan lingkungan.
Perawat mengkaji persepsi klien mengenai :
-

Sumberdaya yang dimiliki yang menjadi kekuatan untuk mengatasi stressor

Karakteristik normal line defense, lineas of resistance, dan garis pertahanan


system yang dimiliki oleh klien

Mengkaji mengenai stressor yang berasal dari internal maupun eksternal yang
dapat mengancam stabilitas klien
-

Identifikasi stressor baik yang berasal dari internal maupun eksternal yang
bisa menganggu system

Mengidentifikasi stressor yang menyerang klien sesuai dengan derajat, runag


lingkup maupun tingkat toleransi klien terhadap stressor

Perawat mengkaji persamaan persepsi antara perawat dan klien


Merumuskan masalah/diagnose keperawatan sesuai dengan data-data yang telah
didapat
2) Nursing Goal
Tahap menentukan tujuan intervensi harus didiskusikan bersama dengan klien agar
tercapai hasil yang optimal
Tujuan akhir

yang ingin dicapai oleh perawat ketika merumuskan tujuan

keperawatan adalah tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh klien misalnya
menstabilkan normal line of defense atau mengembalikan kondisi normal dari
fleksibel line of defense
Prioritas tujuan yang akan dicapai berdasarkan pada level derajat kesehatan
yang dipahami bersama dengan klien, pengalaman klien dan sumber daya yang
dimiliki oleh klien
3) Nursing Outcomes
Neuman Model merumuskan tiga tahap tindakan preventif sebagai intervensi
keperawatan
a. Prevensi Primer tindakan keperawatan untuk mengembalikan stabilitas
system dengan bentuk intervensi sebagai berikut :
Mencegah invasi stressor baik internal, eksternal maupun yang dibuat
Membangun/membentuk sumberdaya yang bisa digunakan meningkatkan
kekuatan system klien
Mendukung koping dan fungsi positif dari system
Memberikan motivasi pada klien untuk mencapai kondisi sehat yang optimal
Menggunakan beberapa teori-teori yang berkaitan untuk mengatasi masalah
yang dihadapai oleh klien

Memberikan pendidikan/penyuluhan kepada klien untuk membangun dan


mengoptimalkan kekuatan system klien
Menggunakan stress sebagai strategi intervensi positif
b. Prevensi sekunder tindakan yang bertujuan untuk mencapai kondisi stabil
pada system.
Memberikan perlindungan pada struktur inti klien
Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki klien untuk mencapai kondisi
kesehatan/stabil
Memfasilitasi tindakan untuk memanipulasi stressor yang dating dan
bagaimana reaksi ketika menghadapi stressor
Memberikan motivasi, edukasi dan mempengaruhi klien untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan
Memfasilitasi tindakan pencegahan
Mendukung dilakukannya tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencapai
kesehatan optimal
c. Prevensi tersier tindakan yang bertujuan untuk memelihara/mempertahankan
kondisi stabil system
Mencapai dan mempertahankan derajat kesehatan optimal setelah tahap
rehabilitasi
Memberikan edukasi, penyuluhan bila diperlukan
Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain
d. Mengevaluasi tindakan keperawatan
Mengkaji kembali tujuan yang ingin dicapai
Merumuskan kembali tujuan yang ingin dicapai apabila diperlukan
2.3 BEHAVIOURAL SYSTEM MODEL (Dorothy Johnson)
2.3.1

Tingkatan Keilmuan
Konsep Behavioral System Model Johnson diklasifikasikan dalam tingkatan
Nursing Model oleh Barnum (1998), Marriner-Tomey (1989) dan Riehl and
Roy(1980). (Fawcett, 2005) dengan alasan sebagai berikut : Johnson menggambarkan
pokok pikirannya mengenai konsep keperawatan dalam sebuah kerangka pikir
berbentuk skema. Dalam skema digambarkan bahwa system yang menjadi inti adalah
klien yang digambarkan sebagai system perilaku yang terdiri dari 7 subsistem yang

terbuka dan saling berkaitan, dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun
eksternal. Nursing Action disini merupakan aspek yang bisa mempengaruhi system
yang berada di lingkup eksternal. Model Johnson menggambarkan secara jelas konsep
klien dan keperawatan, namun masih belum secara eksplisit menggambarkan definisi
lingkungan dan kesehatan.
Meskipun Johnson memberikan gambaran bahwa konsep paradigma keperawatan
memilki hubungan antara satu dengan yang lain, namun dalam konsepnya belum
menjelaskan secara spesifik bagaimana hubungan antara lingkungan dan keperawatan,
apakah keperawatan termasuk lingkungan eksternal yang dimaksud oleh Johnson.
2.3.2

Ruang Lingkup
Klinik , komunitas, home care.
Berada pada lingkup preventif dan kuratif. (Marriner-Tomey& Aligood. 2006)

2.3.3

Asumsi Terhadap Paradigma Keperawatan

2.3.3.1 Manusia
Johnson berasumsi bahwa keperawatan memandang klien sebagai sebuah
system perilaku,inilah yang membedakan profesi keperawatan dengan profesi lain.
Sistem perilaku yang dimaksud disini meliputi Behavioral System yang terdiri dari 7
subsistem (subsistem afiliasi (attachment or afiliative), ketergantungan (dependency),
pencernaan (ingestive), eliminasi (eliminative), seksual (sexual), agresifitas terkait
perlindungan diri (aggressive), dan penerimaan (achievment).
Fawcett menyatakan bahwa setiap subsistem dalam sistem perilaku ini
dipengaruhi/dibangun

oleh

dua

komponen

yaitu

komponen

structural

(motivasi/tujuan(drive or goal), alasan/kecenderungan (set) , pilihan(choice) , dan


aksi/perilaku(action or behavior)) dan functional requirement (perlindungan
(protection), pengasuhan (nurturance), dan stimulasi(stimulation). Oleh karena itu
structural dan functional requirement termasuk dalam Human Being yang dimaksud
oleh Johnson. Namun dalam gambaran skema oleh Jude A. Magers mengenai Johnson
Behavioral System Model, structural tidak termasuk dalam konsep klien (patient),
namun menjadi factor yang mempengaruhi system perilaku klien, begitu juga dengan
functional requirement yang merupakan nursing action.
2.3.3.2 Kesehatan
Sehat diasumsikan bahwa system perilaku klien berjalan secara seimbang
dalam artian efektif dan efisien. Kefektifan dan ke-efesienan system perilaku ini dapat

dikaji apabila perilaku yang ditunjukkan klien sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh lingkungan sosialnya, klien dapat menyesuaikan diri dengan perilaku yang
mendukung untuk mencapai keseimbangan biologis, dan jika mereka dapat
menjalankan perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan dalam kaitannya
dengan pemulihan pada saat sakit.
2.3.3.3 Lingkungan
Johnson menyebutkan lingkungan dalam modelnya

sebagai sebuah

komponen yang mempengaruhi system perilaku klien dari interaksi yang timbul
antara

keduanya.

Lingkungan

yang

dimaksud

bisa

berupa

objek/benda,

kejadian/peristiwamaupun situasi tertentu.


Dalam Nusing Theorist and Their Works, Brown,2006 menyatakan bahwa
lingkungan merupakan semua factor yang bukan termasuk system perilaku namun
yang bisa mempengaruhi perilaku klien. (Marriner-tomey& Alligood.2006).
a. Lingkungan internal : kondisi psikologis, biologis(suhu, pH, cairan dan
elektrolit), pengalaman, tumbuh-kembang
b. Lingkungan eksternal : lingkungan fisik, keluarga, social kultural. Ketika
membahas external regulatory force sebagai peran dari keperawatan, maka
nursing action disini bisa dklasifikasikan juga sebagai lingkungan eksternal
dari system perilaku klien.
2.3.3.4 Keperawatan
Johnson menyatakan bahwa keperawatan adalah sebuah profesi yang unik,
berbeda dan mandiri dari profesi kesehatan lain, berfokus pada kebutuhan manusia,
mengutamakan prinsip perawatan (care) dan kenyamanan (comfort) untuk
membantu klien dalam mengorganisasikan system perilaku dengan tujuan mencapai
keseimbangan fungsi optimalnya, pemeliharaan atau pemulihan keseimbangan sistem
perilaku. Perawatan dilihat sebagai kekuatan eksternal yang bertindak untuk
memulihkan keseimbangan sistem perilaku.
2.3.4

Proses Keperawatan
Johnson tidak menyebutkan proses keperawatan dalam modelnya, namun menyebut
Nursing Action sebagai tindakan yang dilakukan oleh perawat. Fawcet menyebut
Nursing Action sebagai External Regulatory Force yang memiliki 3 cakupan yaitu :
(1) mengontrol lingkungan luar yang dinamis; (2) merubah komponen structural yaitu
(motivasi/tujuan(drive or goal), alasan/kecenderungan(set) , pilihan(choice) , dan
aksi/perilaku(action or behavior)); (3) mendukung/membangun konsep yang menjadi

syarat fungsi perilaku yaitu perlindungan (protection), pengasuhan (nurturance), dan


stimulasi(stimulation). Nursing Action dijabarkan sebagai berikut :
1) Mengkaji masalah
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkaji adanya ketidakseimbangan
system perilaku yang muncul dari klien.
a. Pengkajian terhadap klien dan keluarga mengenai komponen structural yang
mempengaruhi perilaku klien meliputi motivasi/tujuan (drive or goal),
alasan/kecenderungan(set), pilihan(choice) , dan aksi/perilaku(action or
behavior)
b. Mengkaji perilaku klien dan memberikan penilaian apakah perilaku klien telah
seimbang dan stabil dengan kriteria sebagai berikut :
Klien menyadari dan mengerti konsekuensi perilaku yang ditampilkannya
Klien menampilkan ekspresi, motorik dan perilaku sosialnya dengan jelas
Semua perilaku yang ditampilkan klien mempunyai tujuan tertentu
Klien menampilkan perilaku yang terencana dan sistematis
Perilaku yang ditampilkan juga dapat diprediksi, sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi
Klien nyaman dengan apa yang dilakukannya
2) Klasifikasi masalah
a. Masalah yang terkait dengan internal subsistem :tidak ada functional
requirement dalam membangun perilaku, adanya inkonsistensi dalam
structural, dan perilaku yang ditampilkan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut masyarakat
b. Masalah yang terkait dengann intersystem :bila subsistem perilaku klien hanya
berfokus pada satu atau beberapa subsistem, dan adanya konflik yang timbul
antara beberapa subsistem perilaku klien
3) Intervensi Keperawatan
Dalam melakukan intervensi keperawatan, perawat harus selalu melibatkan klien
dalam memilih tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Tujuan Intervensi Keperawatan :

Mengembalikan keseimbangan perilaku dan stabilitas klien, serta membantu


klien membangun system perilaku yang optimal yang mungkin dicapai.

Intervensi Keperawatan yang dapat dilakukan meliputi :

1. Memperbaiki unit structural perilaku klien yaitu (motivasi/tujuan(drive or


goal), alasan/kecenderungan(set) , pilihan(choice) , dan aksi/perilaku(action
or behavior)

Menurunkan motivasi untuk merubah perilaku yang tidak sesuai

Merumuskan kembali tujuan yang baru yang sesuai

Merumuskan alasan-alasan dilakukannya perilaku baru

Menambahkan pilihan-pilihan perilaku dengan memberikan keahlian baru

2. Mengontrol stressor eksternal yang dapat mempengaruhi system perilaku


klien

Memberikan batasan yang jelas terhadap perilaku-perilaku yang boleh


atau tidak boleh dilakukan

Mencegah perilaku yang tidak efektif

membantu klien membangun perilaku baru

mendorong munculnya perilaku yang tepat

3. Memberikan perlindungan (protection), pengasuhan (nurturance), dan


stimulasi(stimulation) untuk mengatasi masalah perilaku klien jika masalah
timbul dari functional requirement.

Melindungi klien dari pengaruh perilaku yang tidak baik

Memberikan bantuan agar klien bisa membangun system perilaku yang


tepat sesuai tujuan yang telah dirumuskan

Mencegah adanya stagnansi dengan memberikan stimulasi agar klien terus


melakukan perilaku yang tepat

4. Membangun lingkungan yang tepat untuk mempengaruhi system perilaku


klien

Membuat kontrak yang jelas dengan klien

Membantu klien memahami intervensi yang akan dilakukan

Anda mungkin juga menyukai