Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum harus menggunakan model
pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran yang
berdasarkan teori pembelajaran kognitif yang salah satunya adalah pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning). Pembelajaran yang inovatif memusatkan kepada berfikir, dan laju
perkembangan berfikir sangat bergantung kepada seberapa jauh anak aktif dan kreatif
memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
inovatif tersebut guru harus menyiapkan segala fasilitas yang memungkinkan siswa dapat aktif,
kreatif, efekif dan senang dalam menemukan sendiri pengetahuan dengan melakukan kegiatankegiatan.
Kreatif yang dimaksud adalah guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkatan kemampuan siswa. Berpikir kreatif merupakan ciri yang khas dari
proses belajar.
1.PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Siwa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam
kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
3. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning)
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan, ada tujuannya, ada urusanya dengan orang
lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang
sifatnya nyata.
4. Bekerja sama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi, dan saling
berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical, and creative thinking)
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kretif dapat
menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan
menggunakan logika dan bukti-bukti.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurtuning the individual)
Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memeberi perhatian, memiliki harapanharapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil
tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang dewasa.
7. Mencapai standar yang tinggi (reching authentic assessment)
Mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut
excellent.
8. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment)
Menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang
bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka
pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa
inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah, atau membuat
penyajian perihal emosi manusia.
Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas
KOMPONEN
KONSTRUKTIVIS
ME Sebagai filosofi
KOMPONEN
INKUIRI Sebagai
kompetensi yang
strategi belajar
diinginkan di semua
bidang studi
(3) Bertanya sebagai alat
belajar: kembangkan
sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya
KOMPONEN
BERTANYA
Sebagai keahlian
dasar yang
dikembangkan
KOMPONEN
MASYARAKAT
kelompok-kelompok)
BELAJAR
Sebagai
penciptaan
lingkungan belajar
KOMPONEN
contoh pembelajaran
PEMODELAN
(benda-benda, guru,
Model sebagai
inovasi, dll )
acuan pencapaian
kompetensi
KOMPONEN
REFLEKSI
Sebagai langkah
PENILAIAN
Kegiatan Siswa
3.
Mengembangkan
bertanya
keterampilan
5. Melakukan pemodelan
6. Melaksanakan
pertemuan
6.Mendapat balikan/refleksi
refleksi
diakhir
2.PEMBELAJARAN KOOPERATIF
mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria
tertentu dicantumkan dalam lembar itu. Prosedur ini akan dijelaskan lebih rinci kemudian.
Kegiatan Siswa
2. Menyajikan
berbagai cara
informasi
dengan
3. Siswa membentuk
kelompok belajar
kelompok-
4. Membimbing kelompok-kelompok
belajar siswa untuk melaksanakan tugas
5. Melakukan evaluasi
Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, dan kemudia diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota
kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu.
Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah alat ekskresi, seorang siswa mempelajari
tentang ginjal, siswa lain mempelajari tentang hati, siswa yang lain lagi belajar tentang paruparu, dan yang terakhir belajar tentang kulit. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas
topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut
kelompok ahli. Dengan demikian terdapat kelompok ahli kulit, ahli ginjal, ahli paru-paru, dan ahli
hati.
Selanjut anggota tim ahli ini kembali ke kelornpok asal dan mengajarkan apa yang telah
dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman
kelompoknya sendiri. Gambar 2 menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli. Menyusul pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa itu dikenai kuis secara individual tentang materi belajar. Dalam jigsaw versi Slavin, skor tim menggunakan prosedur
skoring yang sama dengan STAD. Tim dan individu dengan skor-tinggi mendapat pengakuan
dalam lembar pengakuan mingguan atau dengan cara lain.
Kelompok Asal
5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan
xx x
x
xx x
x
xx x
x
xx x
x
xx x
x
Kelompok ahli
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal)
Kegiatan Siswa
1. Siswa
heterogen
membentuk
kelompok
Aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap langkap problem
based instruction dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Orientasi siswa pada masalah.
Saat awal fase pertama guru harus menginformasikan tujuan pembelajaran secara jelas,
menumbuhkan sikap-sikap positif siswa terhadap pelajaran dan menjelaskan apa yang
diharapkan untuk dilakukan siswa. Guru harus menjelaskan hal-hal berikut.
a. Tujuan utama dari pembelajaran yaitu tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah
penting dan bagaimana menjadi pembelajaran mandiri.
b. Masalah yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak benar.
c. Selama tahap penyelidikan siswa akan didorong untuk mengajukan pertanyaan dan
untuk mencari informasi. Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan kelompoknya.
d. Saat tahap analisis dan penjelasan siswa harus didorong untuk menyatakan ideidenya secara terbuka dan bebas.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Problem based instruction membutuhkan keterampilan kolaborasi di antara siswa yang
membantu mereka untuk menyelidiki masalah bersama. Oleh karena itu guru perlu
memberikan bantuan dalam hal perencanaan penyelidikan mereka dan tugas-tugas
pelaporan.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Kebanyakan penyelidikan melibatkan aktivitas pengumpulan data dan eksperimen, tahap ini
guru mendorong siswa melaksanakan eksperimen dan mengumpulkan data yang aktual
sampai benar-benar mengerti tujuannya. Tujuannya ialah agar siswa dalam mengumpulkan
informasi cukup memahami dalam mengembangkan dan menyusun ide-ide mereka sendiri.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Tahap penyelidikan diikuti pameran. Peragaan poster sesuai kemampuan kognitif anak usia
SD. Guru seringkali mengorganisasikan pameran untuk mempublikasikan hasil karya siswa
tersebut kepada seluruh kelas atau kepada orang tua untuk mendapatkan umpan balik.
Pameran memiliki arti lain selain untuk memamerkan hasil-hasil kerja siswa, yaitu
merupakan penutup dari proyek berdasarkan masalah tersebut.
Menurut Ibrahim (2003:15) di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru di dalam kelas PBI antara lain sebagai berikut :
1) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah
kehidupan nyata sehari-hari.
2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan
eksperimen/percobaan,
3) Memfasilitasi dialog siswa dan
4) Mendukung belajar siswa.
Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah seperti pada tabel
berikut.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
pemecahan masalah
3.Membimbing
penyelidikan
siswa
melakukan
4. PEMBELAJARAN INKUIRI
Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993:193) menyatakan bahwa discovery
merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang
digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiri berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inquiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran dan (3)
mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses
inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
(1) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi,
(2) Inkuiri berfokus pada hipotesis dan
(3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
(1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir.
(2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
(3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
(4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
(5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
(6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
(7) Revarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses
ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil
(1992:198), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains,
produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
Munandar (1990:47), mengemukakan beberapa perumusan kreativitas adalah sebagai
berikut :
Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan
data atau informasi yang tersedia- menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
sesuatu masalah di mana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam
jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu
masalah makin kreativitas seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan
masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang
menentukan kreativitas, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya.
Lebih lanjut Munandar, memberikan alasan bahwa kreativitas pada anak perlu
dikembangkan karena :
....dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya, sebagai kemampuan untuk melihat
bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan
kepuasan kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.
Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan masyarakat dan negara
bergantung pada sumbangan kreatif dari masyarakat, untuk itu perlulah sikap dan perilaku
dipupuk sejak dini pada peserta didik yang kelak mampu menghasilkan pengetahuan baru.
Ciri perkembangan afektif yaitu menyangkut sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan
dari dalam untuk berbuat sesuatu misalnya rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas
majemuk yang dirasakan siswa sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat
kesalahan atau dikritik oleh siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun
orang lain. (Munandar, 1990:51)
Proses Inkuiri
Gulo (2002) menyatakan, bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2002) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan
bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian
siswa diminta untuk merumuskan hipotesis
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang
dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa
gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah
satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan
dapat berupa tabel, matrik atau grafik.
d. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisa
data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran,
benar atau salah. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan
proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan
sumber
yang
tersedia
merupakan
permasalahan
dalam
pembelajaran.
Menanggapi
permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah
dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini
menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga
meningkat.
Dahlan (1990:35) menyatakan bahwa Suchman berkeyakinan bahwa sisa akan lebih
menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah
secara langsung. Selanjutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa
pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentatif. Joyce (1992:199) menyatakan, bahwa
teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :
(1) Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya.
(2) Mengidentfikasi komponen-komponen yang berada disekeliling kondisi tersebut.
(3) Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.
(4) Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya ya
atau tidak
(5) Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan pada siswa sebagai alternatif untuk prosedur pengumpulan data.
(1) Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan dengan pelatihan
mereka akan terampil melakukan sesuatu.
(2) Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum
Perbedaan umum antara inkuiri Suchman dengan inkuiri umum adalah pada proses
pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu periode penemuan baru yang menuntun
siswa mengumpulkan data melalui bertanya.
Struktur Sosial Pembelajaran
Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri
Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik. Kerjasama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan
juga adanya dorongan secara aktif dalam berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibanding bila siswa bekerja sendiri.
Peran Guru
Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah
agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan
penting, yaitu :
(1) Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan dengan suatu cara
siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan.
(2) Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru
memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan
jawabannya sendiri.
1.Menyajikan masalah
Kegiatan Siswa
2. Membimbing
kelompok
3. Membimbing
hipotesis
siswa
siswa
membentuk
2. Membentuk
belajar
kelompok-kelompok
membuat
yang
4.
Merancang
percobaan
mengidentifikasi variabel
dan
5. Membimbing
percobaan
5.
Melakukan percobaan
mendapatkan informasi
siswa
melakukan
untuk
7. Membimbing
kesimpulan
7. Membuat kesimpulan
siswa
membuat
menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar,
jumlah dan sebagainya. Contoh konsep dalam biologi adalah biotik, abiotik, individu, populasi,
dan komunitas. Dengan demikian konsep-konsep itu sangat penting bagi manusia dalam
berpikir dan dalam belajar. Dengan menguasai konsep, dimungkinkan untuk memperoleh
pengetahuan yang tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud peta konsep adalah ilustrasi garfis konkret yang mengindikasikan
bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang
sama (Martin, 1994). Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1989)
yang dikutip oleh Erman (2003), mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
(1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsepkonsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia,
biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi
itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
(2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu
bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan
proporsional antara konsep-konsep.
(3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih
inklusif daripada konsep-konsep yang lain.
(4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif,
terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan ciri tersebut di atas maka sebaiknya peta konsep disusun secara hirarki,
artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep
diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Dalam IPA peta konsep membuat informasi
abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep
pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk.
Macam-macam Peta Konsep
Menurut Nur (2000b), peta konsep ada empat macam yaitu pohon jaringan (network tree),
rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map) dan peta konsep labalaba ( Spider concept map).
a. Pohon Jaringan (Network Tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain
dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan
hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis apda garis memberikan hubungan antara
konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan
daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Periksalah daftar dan
mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke
khusus. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya
pada
garis-garis
itu.
Pohon
jaringan
cocok
digunakan
untuk
memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) menunjukkan sebab akibat, (b) suatu hirarki, (c)
prosedur yang bercabang, dan (d) istilah-istilah yang berkaitan dengan yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
Contoh peta konep model pohon jaringan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Komponen ekosistem
Terdiri dari
Biotik
Abiotik
Berdasarkan fungsi
Produsen Konsumen Dekomposer
Berdasarkan jenis makanan
Herbivor
Karnivor
Omnivor
Contoh
Contoh
Contoh
Kelinci
Harimau
Manusia
Contoh
Air, tanah, cahaya matahari
kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut : (a) memerikan tahaptahap dari suatu proses, (b) langkah-langkah dalam suatu prosedur linier, dan (c) suatu
urutan kejadian.
Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Kejadian awal
Batuan lava yang mendingin
Tumbuhan Perintis
Melapukkan batuan
Tumbuhan lumut
Semak-semak
Hutan
Peta konsep rantai kejadian suksesi primer
Kondensasi
Uap Air
Tanah
Fisik
Udara
Kimiawi
Suara
Pencemaran Lingkungan
Penipisan lapisan ozon
Hujan asam
Reboisasi
Daur Ulang
Pemanasan Global
(1) Struktur kognitif diatur secara hirarkis dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang
lebih inklusif, lebih umum, superordinat, terhadap konsep-konsep dan proporsisi-proporsisi
yang kurang inklusif dan lebih khusus.
(2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Prinsip ini
menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana konsepkonsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuk lebih banyak kaitan-kaitan
proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari,
dimodifikasi dan dibuat lebih inklusif.
(3) Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila
siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaiatan baru antara segmen-segmen konsep atau
proposisi. Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan
silang antara segmen-segmen konsep.
Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga
dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep
dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta
konsep.
Kegiatan Siswa
4.Menempatkan ide
sekeliling ide pokok
sekunder
di
6.PEMBELAJARAN SALINGTEMAS
Pengertian
Salingtemas merupakan pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk berpikir
komprehensif dengan menggunakan secara terintegratif berbagai pengetahuan yang dimiliki
yang mengarah pada produk yang kreatif dan inovatif pada bidang yang ditekuni dengan
berlandaskan sains dan teknologi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik Pembelajaran/ Pendekatan Sets
Pendekatan SETS memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat.
Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan SETS ini diharapkan anda/siswa
akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara integrasi dengan memperhatikan
keempat unsur SETS, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
pengetahuan yang dimiliki. Urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk
menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk Teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E)
secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan
SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan
(manusia). Pendekatan SETS bertujuan :
(1). Membantu siswa/anda mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana
perkembangan
sains
dapat
mempengaruhi
lingkungan,
teknologi
dan
Pada gambar tersebut dilihat bahwa, unsur-unsur SETS menggambarkan dominasi setara
antara Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat. Pada keadaan tertentu seperti misalnya,
India dan Pakistan saling bersaing dalam kemampuan mengendalikan senjata nuklir, maka
pada masa itu fokus perhatian lebih pada teknologi, bukan pada lingkungan, sains, atau
Society
Technology
masyarakat. Maka gambaran keterkaitan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Environment Science
Pada gambar ini terlihat unsur teknologi digambarkan berada di tengah sebagai ungkapan
atau pernyataan bahwa perhatian utama masyarakat pada masa tersebut adalah pada bidang
teknologi.
Jika perhatian pada keadaan perekonomian yang gawat seperti yang terjadi di sejumlah
negara. Maka perhatian utama, masyarakat tentu akan tertumpu pada kepentingan
masyarakat.
Dalam
arti
itu masalah
sains
dan teknologi
dikesampingkan hingga unsur masyarakat mendapat keutamaan. Dalam keadaan semacam ini,
maka keterkaitan antara unsur-unsur SETS dapat ditampilkan seperti gambar.
Science
Society
EnvironmentTechnology
Society
Pada keadaan tertentu atau situasi tertentu, kita memberi perhatian lebih besar kepada
bidang sains. Pada saat itu seolah-olah sains menjadi primadona dari segalanya, maka fokus
Science
perhatian pada pembelajaran adalah sains. Dalam keadaan semacam ini, maka keterkaitan
EnvironmentTechnology
antara unsur-unsur SETS dapat ditampilkan seperti gambar
Dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian, seperti yang biasa dilakukan dalam
kegiatan pengajaran sains, maka guru sains serta para siswa yang menghadapi pelajaran sains
dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya (sains)
dikaitakan dengan unsur lain dalam SETS. Oleh karena sepertiyang diungkapkan di atas,
bahwa masing-masing unsur SETS itu saling terkait, maka dalam pengajaran sains seharusnya
guru dan siswa dapat mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau kemungkinan fakta
yang dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan atau pembelajaran konsep sains yang
dihadapi
sesuai
dengan
tujuan
pengajaran
dan
pada
saat
memungkinkan
siswa
entitas sains itu sendiri (dengan kemungkinan gerak ke arah teknologi) tanpa memikirkan
dampaknya pada masyarakat ataupun lingkungan. Akan tetapi apabila ketekunan mereka di
bidang sains tersebut selalu dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS secara terintegratif dan
bertanggung jawab, maka kesejahteraan kehidupan di muka bumi itulah yang dapat kita
peroleh.
Demikian pula halnya dengan teknologi, kemajuan dan perkembangannya sangat
ditentukan oleh kemajuan sains, kepentingan masyarakat dan keadaan lingkungan. Pada saat
yang sama kemajuan teknologi itu akan berpengaruh kepada perkembangan sains, masyarakat
serta lingkungan dalam berbagai bentuk. Kepentingan masyarakat sendiri juga dibatasi oleh
kemampuan sains serta teknologi serta sumber daya yang terdapat pada lingkungan. Yang
terpenting,
kondisi
lingkungan
sangat
ditentukan
oleh
kesadaran
masyarakat
akan
Manfaat / kerugian
Sains
Manfaat / kerugian
Masyarakat
Manfaat / kerugian
Masyarakat
Jelas bahwa melalui pembelajaran SETS siswa akan selalu dan seharusnya selalu dibawa
ke suasana yang memberi perhatian kepada setiap unsur yang ada dalam SETS itu sendiri
beserta perhatian pada makna urutan beserta implikasinya dalam kegiatan pengajaran sains.
Pendekatan SETS
Dalam pembelajaran SETS, tentunya pendekatan yang paling sesuai adalah pendekatan
SETS itu sendiri. Sejumlah ciri atau karakteristik dari pendekatan SETS adalah sebagai berikut
Bagaimana sains dapat dipengaruhi oleh teknologi yang dikembangkan itu nanti ?
teknologi ?
Dan sebagainya.
Berpedomankan pada sejumlah pertanyaan di atas guru sains seharusnya tidak akan
alami kesulitan dalam hal mencari hubungkait antara topik-topik sains dalam pelajaran dengan
unsur-unsur lain SETS yang ingin diajarkan. Satu atau dua contoh kecil di atas telah membawa
guru kepada pengenalan tentang cara menghubungkaitkan antara topik sains dengan unsur
lain SETS sebagai manifestasi penggunaan pendekatan SETS pada waktu mengajar sains.
Oleh karena guru juga dapat mengawali pengajaran sains dalam konteks SETS dari
mana saja, maka guru dapat mengambil bahan dari berbagai sumber untuk mengajar sains.
Sebagai contoh dalam penerapan pendekatan SETS untuk pengajaran sains dapat kita ambil
salah satu topik yang sering dan perlu kita perkenalkan mengikuti silabus pengajaran sains
yang ada.
Misalnya, kita ingin memperkenalkan konsep kecepatan dalam pengajaran IPA kelas V. Di
sini konsep kecepatan tersebut sudah kita kenal sebagai konsep sains. Selanjutnya, karena
kebiasaan kita untuk selalu membahas konsep sains tersebut dimulai dari konsep itu sendiri,
maka kita anggap bahwa konsep kecepatan tersebut sebagai fokus perhatian sesaat
(setidaknya pada waktu mengajarkan konsep). Berkenaan dengan kondisi tersebut, maka
Kecepatan
Di masyarakat
gambaran keterkaitan antara unsur sains (konsep) dengan unsur lain dalam SETS akan
Kecepatan
tercermin
dalam diagram berikut :
Konsep Sains
KecepatanKecepatan
Di lingkungandalam Technology
Keterkaitan antar unsur SETS Dalam pembahasan konsep ecepatan dalam pengajaran sains
Seperti halnya dengan uraian di atas, maka dalam penerapan pengajaran saisnya, dalam
konteks SETS ini maka sejumlah pertanyaan berikut mungkin dapat dipakai sebagai pedoman
untuk melaksanakan pengajaran atau pengenalan konsep kecepatan.
Pertanyaan pertanyaan berikut, karenanya dapat dipakai sebagai pemacu kegiatan
belajar konsep kecepatan dalam konteks SETS.
Bagaimana konsep kecepatan dapat dipengaruhi oleh teknologi yang dikembangkan itu
nanti ?
menerapkan konsep sains tersebut ke dalam bentuk teknologi yang sesungguhnya (tergantung
kemampuan para siswanya ), secara individual atau secara berkelompok.
Contoh Tugas
Buatlah secara berkelompok (tidak lebih dari lima orang ) suatu alat yang
dapat dipakai untuk pengangkutan barang seberat 75-100 kg dan dapat dikendalikan dengan
kecepatan minimal 10 km perjam.
Persyaratan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Tenaga penggerak hendaknya tidak menghasilkan polusi atau gangguan pada lingkungan.
Biaya pembuatan peralatan hendaknya tidak melebihi lima puluh ribu rupiah.
Tugas di atas hendaknya dapat diselesaikan dalam masa satu minggu, selanjutnya jawab
pertanyaan berikut :
Tunjukkan hasil percobaan anda, berapa kecepatan maksimal yang dapat dicapai dengan
menggunakan peralatan anda untuk pengangkutan barang sebanyak 100 kg dengan jarak
10 km.
pengajaran sains dengan pendekatan SETS dapat menjadi sangat menarik atau bermanfaat,
tergantung dari bentuk tugas yang anda berikan kepada para siswa anda.
Kegiatan Siswa
6. Berdiskusi tentang
berbagai
arah
dan
kontruktivis
7.PEMBELAJARAN TEMATIK
SETS dari
berkonteks
b.
Isu-isu
c.
Masalah-masalah
d.
Even~event khusus
e.
Minat siswa
f.
Literatur
2. Mengorganisasikan Tema
Pengorganisasian tema dilakukan dengan menggunakan jaringan topik.
3. Mengumpulkan Bahan dan Sumber
Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran berdasarkan buku paket tidak hanya
dalam mendesain, melainkan juga berbagai bahan yang digunakan. Inilah beberapa
sumber:
a. Sumber-sumber yang tercetak
b. Sumber-sumber visual
c. Sumber-sumber literatur
d. Artifac
4. Mendesain Kegiatan dan Proyek
Inilah beberapa saran:
a. Integrasikan bahasa - membaca, menulis, berbicara, dan mendengar.
b. Hendaknya bersifat holistik.
c. Tekankan pada pendekatan hands on, minds-on.
d. Sifatnya lintas kurikulum
5. Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik.
Beberapa kemungkinan implementasi :
a. Lakukan pembelajaran tematik sepanjang hari, untuk beberapa hari.
b. Lakukan pembelajaran tematik selama setengah hari, untuk beberapa hari.
c. Gunakan pembelajaran tematik untuk satu atau dua mata pelajaran.
d. Gunakan pembelajaran tematik untuk beberapa mata pelajaran.
e. Gunakan pembelajaran tematik untuk kegiatan lanjutan.
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan Penutup
JARINGAN TEMA
BAHASA INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
SENI BUDAYA
1.
Mengidentifikasi unsur rupa pada karya seni rupa Seni
Rupa
2.
Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresi
HEWAN
IPA
1.
2.
3.
MATEMATIKA
1.
Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
2.
Melakukan pembagian bilangan dua angka
Mengenal bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah
melalui pengamatan
Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air, tanah dan tempat lainnya)
Mengidentifikasi makhluk hidup yang menguntungkan dan membahayakan
Menyebutkan bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah
melalui pengamatan
Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air, tanah dan tempat lainnya)
Tema
: Hewan
Kelas/Semester : II / 2
Waktu
: 3 x 35 menit (1 x pertemuan)
A. STNDAR KOMPETENSI
1. Bahasa Indonesia
Mendengarkan
Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan.
Berbicara
Mengungkapkan
secara
lisan
beberapa
informasi
dengan
3.
Matematika
Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
4.
SBK
Mengekspresikan diri melalui seni rupa
B. KOMPETENSI DASAR
1. Bahasa Indonesia
- Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarkan.
- Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai dengan menggunakan
-
tulis.
Menyalin puisi anak dengan huruf sambung yang rapi.
melalui pengamatan.
Mengidentifikasi berbagai tempat hidup mahkluk hidup.
Mengidentifikasi makhluk hidup yang menguntungkan dan merugikan
3. Matematika
- Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
- Melakukan pembagian bilangan dua angka.
- Melakukan operasi bilangan campuran.
4. SBK
- Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresi
C. INDIKATOR
1. Bahasa Indonesia
- Menjelaskan ciri-ciri tumbuhan dan binatang secara rinci (nama, ciri khasnya,
-
suaranya, tubuhnya, tempat hidupnya) dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut.
Membaca teks cerita dengan nyaring
Membaca teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Menulis menggunakan huruf tegak bersambung dengan rapi dan dengan kecepatan
tertentu.
Menjawab pertanyaan sesuai dengan isi cerita yang didengarkan.
3. Matematika
- Mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.
- Mengenal pembagian sebagai pengurangan berulang.
- Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.
4. SBK
- Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresi
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui pengamatan gambar, siswa dapat menyebutkan minimal empat ciri-ciri
tumbuhan dan binatang secara rinci dengan pilihan kata dan kalimat yang runtut.
2. Melalui membaca teks, siswa dapat membaca dengan nyaring.
3. Melalui membaca teks, siswa dapat membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat.
4. Melalui membaca teks, siswa dapat mendeskripsikan isi teks cerita dengan jelas dan
tepat.
5. Melalui membaca teks, siswa dapat menjawab pertanyaan dari bacaan dengan tepat
dan jelas minimal 5 pertanyaan.
6. Melalui latihan menulis, siswa dapat menulis menggunakan huruf tegak bersambung
dengan rapi dengan kecepatan tertentu minimal 8 kalimat.
7. Melalui pengamatan terhadap gambar, siswa dapat menyebutkan bagian-bagian utama
hewan dengan tepat minimal 5 buah.
LANGKAH PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal (Pendekatan Kooperatif Learning Teknik Mencari Pasangan)
(15 menit)
1. Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing.
2. Mengajak siswa menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa
3. Bertanya jawab tentang syair lagu. Dan dikaitkan dengan tema
hewan yang akan dipelajari.
4. Memberikan motivasi kepada siswa.
5. Menginformasikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
b. Kegiatan Inti (80 menit)
Eksplorasi
Meminta semua siswa mengamati gambar tentang hewan pada
bacaan dan bertanya binatang apa saja yang ada di sana?
1)
2)
Gambar 3 Paman, adi dan sinta melihat ikan arwana di akuairum besar
Elaborasi
1). Dilanjutkan dengan
gambar secara
3)
tulisan
dengan
gambar.
Kalau
sudah
bertemu
dengan
7). Menugaskan semua siswa untuk mengerjakan tugas dari guru (Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA). Disesuaikan dengan potensi, kondisi siswa, mana yang akan
didahulukan.
Konfirmasi
1). Guru Memberikan klarifikasi hasil laporan siswa. Dan memberikan
penjelasan tentang :
Itulah Seaworld.
c.
Bersama-sama
siswa
menyimpulkan
hasil
3)
Mengajak
mengakhiri pelajaran
semua
siswa
berdoa
untuk
V. PENILAIAN
a. Prosedur :
- Tes awal : saat tanya jawab pada apersepsi.
- Tes proses : saat proses pembelajaran berlangsung.
- Tes akhir : saat proses pembelajaran berakhir.
b. Jenis Tes :
- Tes tertulis : tes obyektif
- Tes lisan : tes unjuk kerja
- Tes portofolio
c. Soal Tes :
No
1.
Aspek
Pembelajaran
Kemampuan siswa
menjawab
pertanyaan guru
1 (Kurang)
Deskriptor
2 (Cukup)
3 (Baik)
Menjawab
dengan bahasa
yang sulit
dipahami
Menjawab
dengan intonasi
pelan tetapi
mudah dipahami
2.
Kemampuan siswa
bekerja sama
dengan
kelompoknya
Hanya diam
dan melamun
Berbicara sendiri
dan sedikit
menyumbangka
n pendapatnya
3.
Kemampuan siswa
memberikan
informasi kepada
temannya
Menyampaikan
dengan intonasi
pelan tetapi
mudah dipahami
4.
Kemampuan siswa
mengungkapkan
pendapatnya di
depan kelas
Menyampaika
n dengan
intonasi pelan
dan sulit
dipahami
Menyampaika
n dengan
intonasi pelan
dan sulit
dipahami
Menyampaikan
dengan intonasi
pelan tetapi
mudah dipahami
Menjawab
dengan intonasi
yang jelas, keras
tetapi sulit
dipahami
Menyumbangka
n pendapatnya
dan sesekali
bergurau dengan
temannya
Menyampaikan
dengan intonasi
yang jelas, keras
tetapi sulit
dipahami
Menyampaikan
dengan intonasi
yang jelas, keras
tetapi sulit
dipahami
Skor maksimal = 16
Skor hasil pengamatan
Persentase aktifitas siswa = ---------------------------- x 100%
Skor maksimal
Skala Penilaian :
13 16 = A (sangat baik)
8 12 = B (baik)
4 7
= C (cukup)
1 3 = D (kurang}
4 (Baik Sekali)
Menjawab
dengan intonasi
yang jelas, keras,
mudah dipahami
Menyumbangka
n pendapatnya
dan antusias
dalam
pembelajaran
Menyampaikan
dengan intonasi
yang jelas, keras,
mudah dipahami
Menyampaikan
dengan intonasi
yang jelas, keras,
mudah dipahami
Matematika
= 12
Satu ekor harimau memiliki 4 kaki, maka banyaknya kaki harimau untuk :
2 ekor harimau = 2 X 4 = 4 + 4 = 8
3 ekor harimau = 3 X 4 = 4 + 4 + 4 = 12
Gajah dan
gurita
Kucing dan
kambing
`````12