b. Compound atau Open : merupakan fraktur yang disertai dengan luka luar
termasuk
kulit,
mukosa,
maupun
membran
periodontal
yang
dengan
jaringan
lunak
atau
bagian-bagian
lainnya,
2.
3.
4.
Angle : area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior otot masseter
hingga perlekatan poesterosuperior otot masseter (dari mulai distal gigi molar
3).
5.
6.
7.
8.
2.
Maloklusi biasanya tercatat dan tidak jarang berhubungan dengan open bite.
Pada fraktur ini kemungkinan terjadinya deformitas pada saat palpasi di area
infraorbital dan sutura nasofrontal. Keluarnya cairan cerebrospinal dan
epistaksis juga dapat ditemukan pada kasus ini.
Gambar 1.1
3.
ini
ialah
remuknya
wajah
serta
adanya
mobilitas
tulang
Gambar 1.2
orbita
dan
sinus
frontalis.
Fraktur
tulang
frontalis
umumnya
bersifat depressed ke dalam atau hanya mempunyai garis fraktur linier yang dapat
meluas ke daerah wajah yang lain.
Gambar 2.7
Klasifikasi Klinis Traumatic Dental Injuries (TDI) yang diadaptasi dari World
Health Organization (WHO) pada Application of international classification of
disease to dentistry and stomatology dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1
Klasifikasi Trauma Pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa
Kode
Trauma
Kriteria
N.502.50 Infraksi Email
N.502.50 Fraktur
EmailFraktur dengan adanya kehilangan
(uncomplicatedfraktur substansi gigi pada email, tanpa
mahkota)
melibatkan dentin.
N.502.51 Fraktur Email-DentinFraktur dengan adanya kehilangan
(uncomplicatedfraktur substansi gigi dengan melibatkan email
mahkota)
dan dentin, namun tidak melibatkan pulpa.
N.502.52 ComplicatedFraktur
Mahkota
N.502.54 Uncomplicatedfraktur
akar-mahkota
N.502.54 Complicatedfraktur
akar-mahkota
Tabel 2.2
Klasifikasi Trauma Pada Tulang Pendukung Gigi
Kode
Trauma
Kriteria
N.502.40 ComminutionSoket Hancur dan tertekannya soket alveolar.
Alveolar Maksila
Kondisi ini ditemukan bersamaan dengan
intrusif dan luksasi lateral gigi.
N.502.60 ComminutionSoket Hancur dan tertekannya soket alveolar.
Alveolar Mandibula Kondisi ini ditemukan bersamaan dengan
intrusif dan luksasi lateral gigi.
N.502.40 Fraktur dinding soketFraktur yang melibatkan
alveolar maksila
bagian fasial atau oral.
dinding soket
dinding soket
N.502.40 Fraktur
prosesusFraktur pada prosesus alveolaris dimana
alveolaris maksila
dapat atau tidak melibatkan soket alveolar.
N.502.60 Fraktur
prosesusFraktur pada prosesus alveolaris dimana
alveolaris mandibula dapat atau tidak melibatkan soket alveolar.
N.502.42 Fraktur Maksila
Survey awal digunakan untuk melihat kondisi sistemik pasien dan prioritas
perawatan pasien berdasarkan luka, tanda-tanda vital, dan mekanisme
terjadinya luka. Advance Trauma Life Support (ATLS) yang dianjurkan
oleh American College of Surgeon ialah perawatan trauma ABCDE.
A: Airway maintenance with cervical spine control/ protection
1.
2.
3.
2.
3.
2.
2.
Tabel 2.3
Glasgow Coma Scale (GCS)
Glasgow Coma Scale
Buka mata spontan
Nilai
4
Buka
mata
bila 3
dipanggil
/
ada
Respon Membuka Mata
rangsangan suara
(E)
Buka mata bila ada 2
rangsang nyeri
Tidak
ada
reaksi 1
dengan
rangsangan
apapun
Komunikasi verbal baik,5
jawaban tepat
Respon Verbal
Bingung, disorientasi 4
waktu, tempat, dan
orang
(V)
Tidak
ada
reaksi 1
dengan
rangsangan
apapun
Mengikuti Perintah
6
Respon Motorik
(M)
Dengan
rangsangan
nyeri, dapat mengetahui
tempat rangsangan
Dengan
rangsangan
nyeri, menarik anggota
badan
Dengan
rangsangan
nyeri, timbul reaksi
fleksi abnormal
Dengan
rangsangan
nyeri, timbul reaksi
ekstensi abnormal
Dengan
rangsangan
nyeri, tidak ada reaksi
5
4
3
2
1
Penilaian ini dilakukan terhadap respon motorik (1-6), respon verbal (1-5), dan
respon membuka mata (1-4), dengan interval GCS 3-15. Berdasarkan beratnya,
cedera kepala dikelompokkan menjadi :
(1) Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14-15
(2) Cedera kepala sedang dengan nilai GCS 9-13
(3) Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8
Glasgow Coma Scale ditujukan untuk menilai koma pada trauma kepala dan
sebagian tergantung pada respon verbal sehingga kurang sesuai bila diterapkan pada
bayi baru lahir, bayi, dan anak kecil. Oleh karena itu, diajukan beberapa modifikasi
untuk anak. Anak dengan kesadaran normal mempunyai nilai 15 pada GCS, nilai 1214 menunjukkan gangguan kesadaran ringan, nilai 9-11 berkorelasi dengan koma
Tabel 2.4
Glasgow Coma Scale Modifikasi Untuk Bayi dan Anak
Glasgow Coma Scale
Nilai
Berceloteh,
bersuara,5
berkata-kata
seperti
biasanya
Respon Verbal
(V)
Rewel, Bingung
4
Menangis bila ada 3
rangsangan
nyeri,
berkata-kata tidak jelas
Merintih
bila
ada 2
rangsang
nyeri,
bersuara tidak jelas
Tidak
dengan
apapun
ada
reaksi 1
rangsangan
A. Pengkajian
1. Primary Survey
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw trust
Suction / hisap
Guedel airway
Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b. Breathing
Kelemahan
menelan/
batuk/
melindungi
jalan
napas,
timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi
/aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar.
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in line harus dikerjakan
2. Secondary Survey
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post
illnes, Last meal, dan Event/ Environment yang berhubungan dengan
kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat
pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan pendekatan PQRST jika
pasien merasakan nyeri yang sangat kuat, yaitu :
P
Jejas pada sepertiga wajah bagian atas dan kepala biasanya menimbulkan
keluhan sakit kepala, kaku di daerah nasal, hilangnya kesadaran, dan mati rasa
di daerah kening.
Jejas pada sepertiga tengah wajah menimbulkan keluhan perubahan
ketajaman penglihatan, diplopia, perubahan oklusi, trismus, mati rasa di
daerah paranasal dan infraorbital, dan obstruksi jalan nafas.
Jejas pada sepertiga bawah wajah menimbulkan keluhan perubahan oklusi,
nyeri pada rahang, kaku di daerah telinga, dan trismus.
Gambar 2.8
C. Intervensi
Pre Operasi
No
Diagnosa Keperawatan
(NOC)
Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah
dilakukan
...x..
asuhan
jam
Intervensi
(NIC)
keperawatan Analgesic Administration
diharapkan
nyeri
Pain Level
1. Melaporkan gejala nyeri berkurang
2. Melaporkan lama nyeri berkurang
3. Tidak tampak ekspresi wajah
kesakitan
4. Tidak gelisah
5. Respirasi dalam
dari
analgesik
(narkotik,
normal
dari
satu
jika
diperlukan
4. Tentukan
batas
lebih
analgesik
yang
non-narkotik,
atau
diberikan
NSAID)
dilakukan
injeksi.
efek
samping
Selain
itu
pemberian
Kerusakan
integritas
kulit Setelah
dilakukan
...x..
asuhan
jam
keperawatan NIC
diharapkan
dapat
Pressure Management
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
hasil :
NOC :
Tissue Integrity : Skin and Mucous
kering
2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
3. Perfusi dengan baik
4. Mampu
melindungi
kulit
perawatan alami
Hambatan
berhubungan
mobilisasi
dengan
sesuai program
NIC :
Bantuan Perawatan Diri : Berpindah
NOC :
Mobilitas
Pengaturan Posisi
1. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
Post Operasi
No
Diagnosa Keperawatan
(NOC)
(NIC)
Nyeri Akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Analgesic Administration
cedera fisik (mis., abses, amputasi, ...x.. jam diharapkan nyeri berkurang
luka bakar, terpotong, mengangkat dengan kriteria hasil :
berat,
prosedur
olahraga berlebihan)
bedah,
trauma, NOC:
Pain Level
1. Melaporkan gejala nyeri berkurang
2. Melaporkan lama nyeri berkurang
Intervensi
3. Tidak
tampak
kesakitan
4. Tidak gelisah
5. Respirasi dalam
ekspresi
wajah
batas
normal
Risiko Infeksi
vital
sign
sebelum
dan
sesudah
1.
NOC
2.
3.
4.
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
kperawatan.
5.
6.
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Jumlah leukosit dalam batas normal
7.
Risiko Cedera
1.
2.
Fall Prevention
1. Kaji kelemahan kognitif/fisik pasien yang dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh
2. Kaji perilaku dan factor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi risiko jatuh
3. Edukasi anggota keluarga tentang factor-faktor
yang dapat menyebabkan pasien jatuh dan cara
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa NANDA
NIC NOC jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
Armis, dr., Trauma Sistema Muskuloskeletal, FK-UGM: Yogyakarta.
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.
United States of America: Elsevier.
Mithcell, R.N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta:EGC
Moorhead, Sue. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
United States of America: Elsevier.
Prasetiyono A. Penanganan fraktur arkus dan kompleks zigomatikus. Indonesian journal of
oral and maxillofacial surgeons. Feb 2005 no 1 tahun IX hal 41-50.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC: Jakarta.