Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

PENDARAHAN PASCA PERSALINAN AKIBAT SISA


PLASENTA
Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD
Dr. Pirngadi Medan
Disusun oleh
Evelin Simarmata

110100226

Renjitha Gurunathan

110100386

Pembimbing
dr. Jenius L. Tobing, M.Ked. OG, Sp.OG
Mentor
dr. Novi Rindi Astuti

SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


RSUD DR. PIRNGADI
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judulPendarahan Pasca Persalinan Akibat Sisa Plasenta.
Penulisan laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUD dr. Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dokter
pembimbing kami, dr. Jenius L. Tobing, M.Ked. OG, Sp.OG, dan kepada
mentor kami, dr. Novi Rindi Astuti yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan,baik isi maupun susunan bahasa, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.

Medan, November 2016

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB 1. Pendahuluan..............................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................4
BAB 2. Tinjauan Pustaka......................................................................................5
2.1. Definisi..........................................................................................................5
2.2. Etiologi..........................................................................................................5
2.3. Diagnosis.......................................................................................................9
2.4. Penatalaksanaan...........................................................................................10
BAB 3. Status Pasien............................................................................................14
BAB 4. Analisa dan Pembahasan........................................................................21
BAB 5. Kesimpulan..............................................................................................25
Daftar Pustaka......................................................................................................36

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang persalinan sudah pasti berhubungan dengan

perdarahan, karena semua persalinan baik pervaginam ataupun perabdominal


(section caesarea ) selalu disertai perdarahan. Pada persalinan pervaginam
perdarahan dapat terjadi sebelum, selama ataupun sesudah persalinan. Perdarahan
bersama-sama infeksi dan gestosis merupakan tiga besar penyebab utama
langsung dari kematian maternal.
Suatu perdarahan dikatakan fisiologis apabila hilangnya darah tidak
melebihi 500 cc pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 cc pada
sectio cesarea. Perlu diingat bahwa perdarahan yang terlihat pada waktu
persalinan sebenarnya hanyalah setengah dari perdarahan yang sebenarnya.
Seringkali sectio cesarean menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, harus
diingat kalau narkotik akan mengurangi efek vasokonstriksi dari pembuluh darah.
Angka

kejadian

perdarahan

pasca

persalinan

setelah

persalinan

pervaginam yaitu 5-8 %. Perdarahan pasca persalinan adalah penyebab paling


umum perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi
pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang setelah
persalinan. Di negara kurang berkembang merupakan penyebab utama dari
kematian maternal hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai,
kurangnya layanan transfusi, kurangnya layanan operasi. Menurut laporan WHO
(2008) bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan setiap tahunnya di dunia.
Setidaknya 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian
besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di
Indonesia, sebagian besar persalinan terjadi tidak dirumah sakit, sehingga sering
pasien yang bersalin diluar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat
sampai ke rumah sakit sehingga meningkatkan angka mortalitas.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Perdarahan Pasca Persalinan


Pasca Pesalinan adalah masa dimulai setelah persalinan sampai selesai

kira-kira 6 minggu setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dimana tubuh menyesuaikan baik fisik
maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Sedangkan Perdarahan adalah
hilangnya volume darah dari pembuluh kapiler baik mengucur maupun merembes
dalam waktu yang cepat.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah 500
cc atau lebih yang terjadi setelah anak lahir atau sesudah lahirnya plasenta. 2
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan melebihi 500 cc pada persalinan
pervaginam dan lebih dari 1000 cc pada sectio cesarean. 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian : 4,6,7,8,9,15
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah anak lahir.
Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retensi plasenta, sisa plasenta dan robekan
jalan lahir. Seringnya perdarahan terjadi pada 2 jam pertama.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama sampai 6 minggu setelah
anak lahir.
2.1

Etiologi 4,5,7

1. Atonia uteri.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak perdarahan pasca
persalinan, mungkin sekitar 70% kasus. Pada kondisi ini otot polos uterus gagal
berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah spiral di tempat perlengketan

plasenta sehingga perdarahan terjadi sangat cepat. Kecepatan aliran darah pada
uterus aterm diperkirakan 700 ml per menit sehingga dapat dibayangkan
kecepatan darah yang hilang.
Saat plasenta masih menempel, volume darah yang mengalir kurang lebih
500-800 ml per menit, kemudian setelah terjadi pemisahan, seharusnya kontraksi
dan retraksi yang efisen oleh otot uterus menyumbat aliran tersebut dan mencegah
perdarahan terjadi.
Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal ataupun persalinan
abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi
pada persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan vaginal. Sebuah studi
kohort melaporkan insidensi atonia uteri setelah operasi sesar primer adalah 6%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya atonia uteri antara lain :
7,8,10,11,12

Uterus yang teregang berlebihan


o Kehamilan kembar
o Makrosemia (berat janin 4500-5000 gram)
o Polihidramnion
Akibat anestesi (relaksasi uterus)
Multiparitas (fibrosis otot-otot uterus)
Partus lama (fase aktif >12 jam terjadi kelelahan otot)
Riwayat atonia sebelumnya

2. Robekan jalan lahir 7,8,10,11,12


Adanya robekan jalan lahir merupakan 20% penyebab perdarahan post
partum. Yang termasuk robekan jalan lahir antara lain robekan pada leher rahim
dan atau vagina , episiotomi, dan robekan perineum spontan.
Faktor risiko robekan jalan lahir antara lain:

Episiotomi

Penggunaan forcep atau vakum

Adanya varises vulva

Primipara

Makrosomia janin

Umunya semua luka yang panjangnya lebih dari dua sentimeter atau yang
terus mengeluarkan darah banyak akan dijahit. Bila selama persalinan tidak
digunakan anastesi maka akan diberikan anastesi lokal sebelum penjahitan.
3. Inversio Uteri 7,8,10,11,12
Inversio uteri adalah keadaan dimana endometrium turun dan keluar dari
ostium uteri eksternum. Inversio uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Inversio uteri biasanya terjadi Karena:

Tarikan yang terlalu dini atau kuat pada plasenta yang


berimplantasi di fundus

Janin makrosomia

Adanya riwayat inversi uteri sebelumnya

Kehilangan darah bila terjadi inversi uteri sedikitnya 1000 ml, dan 65%
kasus inversi uteri akan disertai dengan perdarahan post partum dan lebih 45%
akan memerlukan tranfusi darah.
4. Ruptur Uteri 7,8,10,11,12
Ruptur uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan
rongga perintoeum dapat berhubungan.
Faktor resiko terjadinya ruptur uterus antara lain:

Pembedahan uterus sebelumnya

Persalinan terhambat

Pemakaian oksitosin berlebihan

Posisi janin abnormal

Multiparitas grande

Manipulasi uterus dalam persalinan (persalinan dengan forcep,


ekstraksi sungsang dan insersi kateter tekanan intrauterin)

Pengobatan dengan laparotomi dengan jahitan atau histerektomi.

5. Retensi Plasenta 7,8,10,11,12


Retensi plasenta biasanya didefinisikan sebagai plasenta tidak lahir setelah
30 menit, yang kejadiannya kurang dari 3% pada persalinan vaginal. Waktu ratarata lepasnya plasenta dari persalinan adalah 8-9 menit. Semakin lama kala 3
berlangsung maka risiko pendarahan pasca persalinan menjadi semakin tinggi
dengan peningkatan yang tajam setelah 18 menit. Plasenta yang lahir lebih dari 30
menit memiliki risiko mengalami pendarahan pasca persalinan 6 kali lipat
dibanding persalinan normal.
Retensi plasenta terjadi 10% dari persalinan dan akan menimbulkan
perdarahan post partum. Sebagian besar retensi plasenta dapat diambil secara
manual, tetapi kadangkala pada kasus plasenta akreta, inkreta, perkreta maka perlu
penanganan lebih khusus. Retensi plasenta menyebabkan kehilangan darah yang
cukup hebat karena uterus gagal berkontraksi sempurna akibat masih tersisanya
jaringan plasenta di cavum uteri.
Secara anatomis, penyebab terjadinya retensio plasenta adalah :
a) Plasenta Acreta, dimana vili choriales menanamkan diri lebih dalam ke
dalam dinding rahim.
b) Plasenta Increta, dimana vili choriales sampai masuk ke dalam lapisan otot
rahim.
c) Plasenta Percreta, dimana vili choriales menembus lapisan otot dan
mencapai serosa atau menembusnya.
6.

Gangguan koagulasi 7,8,10,11,12


Perdarahan post partum dapat terjadi kaibat adanya gangguan koagulasi.

Penyakit-penyakit keturunan atau didapat yang menyebabkan gangguan koagulasi


antara lain:

Hipofibrinogen

Trombositopeni

Idiopathic Trombocytopenic Purpura (kelainan autoimun)

Penyakit von Willebrand (gangguan pada factor VIII)

Penyakit Hemophilia (gangguan produksi faktor pembekuan darah)

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah penyakit von Willebrand


dan ITP.
2.3

Diagnosis 4,6,9
o Berdasarkan gejala klinis
- Perdarahan >500 cc pada persalinan pervaginam dan > 1000 cc
pada persalinan perabdominal
- Perdarahan tidak dapat terkontrol
- Darah berwarna merah segar ataupun merah pekat dan bergumpal
- Perdarahan terjadi setelah anak lahir ataupun setelah plasenta lahir
o Palpasi uterus
- Fundus uteri tinggi diatas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus
tidak baik merupakan tanda atonia uteri
o Memeriksa plasenta dan ketuban
- Plasenta dan ketuban, apakah lengkap atau tidak kotiledon atau
selaput ketubannya.
o Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
- Sisa plasenta dan ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
o Inspekulo
- Untuk melihat robekan pada servix, vaginal dan varises yang pecah
o Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan meliputi Hb, HCT, kadar fibrinogen, tes hemoragik
dan lain-lain.
Kehilangan

banyak

darah

pada

perdarahan

post

partum

dapat

menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,


denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain, Namum perdarahan
hanyalah gejala, haruslah diketahui penyebabnya dan ditatalaksana sesuai
penyebabnya.
2.4 Manajemen Perdarahan Pasca Persalinan

Penanganan terbaik perdarahan postpartum adalah pencegahan. Mencegah


atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting.

a.

Pencegahan pada masa kehamilan 4


Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah

dimulai sejak wanita hamil dengan antenatal care yang baik. Mencegah atau
sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang dicurigai akan terjadi
perdarahan yang dapat dilakukan dengan antenatal care dengan baik, seperti
menangani anemia dalam kehamilan adalah penting.
b.

Persiapan persalinan 7
Sebelum dilakukan persalinan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan keadaan

umum dan keadaan fisik pasien. Persiapkan darah untuk transfusi apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan.
c.

Persalinan 7
Setelah bayi lahir dapat dilakukan massage uterus dengan arah gerakan

circular atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan
baik. Massage dengan lembut dan tidak berlebihan.
d.

Kala III dan IV 7,11,13,14,16


Uterotonika dapat diberikan segera setelah bahu depan bayi dilahirkan, hal

ini terbukti mengurangi kejadian post partum sebanyak 40%. Umumnya plasenta
akan terlepas dengan sendirinya 5 menit setalah bayi lahir, namun apabila plasenta
sudah tampak keluar dari vagian, selanjutnya plasenta dapat dikeluarkan dengan
cara menarik tali pusat secara hati-hati dan perlahan. Segera periksa kelengkapan
plasenta setelah plasenta lahir. Lakukan pemerisaan secara teliti untuk mencari
adanya perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan perdarahan.
Secara garis besar, penanganan dilakukan tergantung dari etiologinya.
Penanganan pada postpartum hemoragik antara lain :
1. Hentikan perdarahan
2. Cegah/ atasi syok
3. Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan garam fisiologis,
plasma ekspander dan sebagainya), transfusi darah,berikan oksigen bila perlu

10

Gambar 2.1 Bagan penanganan pendarahan pasca persalinan


Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan
a. Atonia uteri
1. Masase uterus + pemberian utero tonika (infus oksitosin 10 IU s/d 100 IU
dalam 500 ml Dextrose 5%, 1 ampul Ergometrin i.v., yang dapat diulang
4 jam kemudian, suntikan prostaglandin.
2. Pengosongan kandung kemih bisa mempermudah kontraksi uterus
3. Kompresi bimanual

11

Gambar 2.2 Kompresi Bimanual


4. Tampon utero-vaginal secara legeartis, tampon diangkat 24 jam
kemudian.
5. Tindakan operatif :
a. Ligasi arteri uterina
b. Ligasi arteri hipogastrika
c. Histerektomi
b. Sisa plasenta
1. Apabila dijumpai ada sisa plasenta, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan
dilatasi dan kuret
2. Bila Hb 8 gr% berikan tranfusi atau berikan sulfat ferrous 600 mg per hari
c. Trauma jalan lahir dan ruptur uteri

1. Lakukan reparasi penjahitan setelah diketahui sumber perdarahan


2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan beri larutan antiseptik
3. Jepit dan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang
dapat diserap
4. Pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir dibawah
dasar luka
5. Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai.
6. Jika ditemukan hematom jalan lahir, dilakukan insisi dan drainase. Apabila
hematom sangat besar curigai sumber hematom karena pecahnya arteri,
cari dan lakukan ligasi untuk menghentikan perdarahan.
d. Gangguan koagualasi

12

Jika diketahui penyebab perdarahan berkaitan dengan gangguan koagulasi


maka pemberian penggati produk darah dapat dilakukan seperti transfusi
trombosit ataupun pemberian fibrinogen.
Jika dijumpai tanda-tanda shock hemoragik dapat diberikan resusitasi
terhadap perdarahan
1. Pasien dengan pendarahan postpartum memerlukan penggantian cairan
dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ organ penting. Pantau
terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien.
2. Pastikan dua kateter intravena ukuran besar 16 untuk memudahkan
pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila diperlukan resusitasi
cairan cepat.
3. Pemberian cairan : berikan normal saline atau ringer laktat
4. Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell
5. Evaluasi pemberian cairan dengan memantau produksi urine (dikatakan
perfusi cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1 jam 30 cc atau
lebih)

BAB 3
LAPORAN KASUS
A. STATUS IBU HAMIL
a. Anamnesis Pribadi
- Nama

: Ny. H

13

- Umur

: 30 tahun

- Suku

: Batak

- Alamat

: Jln. Pandu Sibura - Bura

- Agama

: Islam

- Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

- Pendidikan

: SMA

- Status

: Menikah

- Tanggal masuk

: 14 Desember 2016

b. Anamnesis Penyakit
Ny. H, 30 tahun, P4A0, Batak, Islam, SMA, IRT i/d Tn. H, 34 tahun,
Batak, Islam, SMA, Petani, datang dengan :
Keluhan Utama

Pendarahan

dari

kemaluan

setelah

Telaah

melahirkan
Pendarahan terjadi setelah pasien baru
melahirkan anaknya yang ke empat di
klinik dibantu oleh dokter, sekitar pukul
00.00 WIB. Volume darah yang keluar > 3
kali ganti sarung, warna merah segar, tidak
ada gumpalan darah.
Awalnya pasien datang ke klinik tersebut
dengan keluhan mulas mulas mau
melahirkan, akan tetapi bayi sudah keluar
sebelum dilakukan pimpinan persalinan.
Pasien

mengalami

pendarahan,

pasien

dirujuk ke RSUD Sidikalang, akan tetapi


karena darah tidak tersedia dan saat itu
tidak ada dokter yang sedang bertugas
pasien dirujuk ke RSUP dr.

Pirngadi

Medan
Riwayat

mengalami

pendarahan

pada
14

kehamilan sebelumnya tidak dijumpai


Riwayat mengalami pendarahan selama
RPT
RPO

:
:

kehamilan terakhir tidak dijumpai


-

c. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, reguler, siklus 28 hari, lama 5 -7 hari, ganti
pembalut 3 x sehari
d. Riwayat Persalinan
1. Aterm, PSP, dokter, RS, perempuan, 4500 gram, sehat, 9 tahun
2. Aterm, PSP, dokter, RS, laki - laki, 4700 gram, sehat, 8 tahun
3. Aterm, PSP, dokter, RS, perempuan, 3700 gram, sehat, 2,5 tahun
4. Aterm, PSP, dokter, RS, perempuan, 3000 gram, sehat, 0 hari
B. STATUS PRESENS
Kesadaran : Compos Mentis

Anemis

:+

TD

: 110/60 mmHg

Ikterik

:-

HR

: 108 x/i

Sianosis

:-

RR

: 22 x/I

Dispnoea : -

: 37,2 oC

Edema

:-

C. STATUS GENERALISATA
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas

: Konjungtiva Anemis (+/+)


Sklera Ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+), isokor, kanan = kiri
: Pembesaran KGB (-/-), TVJ R-2 cmH20
: SP : Vesikular
ST : Ronki (-), Wheezing (-)
: Status Obstetri
: Akral Hangat, CRT < 2 detik
Edema (-/-)

D. STATUS OBSTETRI
- Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal

15

- TFU

: 1 jari bawah pusat, kontraksi kuat

- P/V
: Minimal
- Genitalia : Tidak ada laserasi
E. STATUS GINEKOLOGIS
- Inspekulo : Tampak plasenta di portio, kemudian plasenta dievakuasi.
Kesan : Ukuran : 5 x 7 cm (sebesar genggaman tangan). Evaluasi
pendarahan : kesan tidak mengalir aktif. Evaluasi jalan lahir : Tidak
ada laserasi serviks
- VT

: Tidak dilakukan pemeriksaan

F. USG TAS
- Kantung kemih terisi
- Uterus antefleksi, Ukuran 11,5 x 5,8 x 9,3 cm
- E line (+), tidak tampak ada sisa plasenta
- Adnexa kiri dan kanan dalam batas normal
- Cairan bebaas (-)
- Kesan : Uterus involusi
G. LABORATORIUM (14 Desember 2016)
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

WBC

15.740

4.000-11.000/l

RBC

1,7

HGB

2,3

6
4 - 5,4 x 10 /L
12 - 16 gr/dL

HCT

9,6

36 - 48 %

PLT

336.000

150.000 - 440.000/l

HIV kualitatif

Negatif

Negatif

Ureum

20

10-50

Creatinin

0,92

0,6 1,2 mg/dL

Asam Urat

7,10

3,5 7 mg/dL

Glukosa ad random

91

< 140 mg/uL

Darah rutin

16

Natrium

133

136 - 155

Kalium

4.50

3,5 - 5,5

Chlorida

113

95 - 103

H. DIAGNOSIS SEMENTARA
Early PPH e.c Placenta Rest + Anemia Berat + NH1
I. TERAPI
- O2 2 3 L/i via nasal kanul
- IVFD RL (double line) cor
- Pasang Fooley Catheter No. 18 (pantau UOP dan tanda tanda
-

edema paru)
IVFD RL + Oksitosin 1 IU 20 gtt/i
Inj. Metergin 1 amp/12 jam
Asam mafenamat 3 x 500 mg
Cefadroxyl 2 x 500 mg

J. RENCANA
-Transfusi Whole Blood 4 bag
-Konsul interna untuk toleransi transfusi
-IVFD HES 1 fl cor
-Perbaikan keadaan umum (Observasi pendarahan, vital sign, kontraksi
uterus)
-Pasien masuk ruangan jika sudah stabil
K. TERAPI PASCA EVAKUASI SISA PLASENTA
- Transfusi PRC 6 bag
L. RENCANA PASCA EVAKUASI SISA PLASENTA
- Cek darah rutin 6 jam post transfusi
- Observasi vital sign, kontraksi uterus, dan tanda-tanda perdarahan.

17

M. FOLLOW UP PASIEN
14 Desember 2016
S

Keluar darah

Vital Sign :

Early PPH

dari

Sens : CM

e.c Placenta

kemaluan

TD : 110/60 mmHg

Rest

kanul
IVFD

HR : 108 x/i

Anemia

RR : 22 x/i

Berat

T : 37,2 oC

NH1

+
+

line) cor
Pasang

Fooley

edema paru)
IVFD RL + Oksitosin

1 IU 20 gtt/i
Inj.
Metergin

amp/12 jam
Asam mafenamat 3 x

500 mg
Cefadroxyl 2 x 500

kontraksi kuat
P/V : Minimal

(double

UOP dan tanda tanda

Normal
TFU : 1 jari bawah pusat,

RL

Catheter No. 18 (pantau

Status obstetrik :
Abdomen : Soepel, peristaltik (+)

O2 2 3 L/i via nasal

18

mg
Rencana :
-

Transfusi PRC 2 bag

15 November 2016
S
-

Vital Sign :

Early PPH

Sens : CM

e.c Placenta

TD : 110/60 mmHg

Rest

HR : 90 x/i

Anemia

RR : 24 x/i

Berat

T : 36,9 oC

NH1

Status obstetrik :
Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
Normal
TFU : 2 jari bawah pusat,

IVFD RL 20 gtt/i
Inj.
Metergin
1

amp/12 jam
Asam mafenamat 3 x

500 mg
Cefadroxyl 2 x 500

mg
Rencana :
Menunggu hasil darah
post tranfusi (Hb : 7 g/dl)
Lanjut transfusi PRC
2 bag

kontraksi kuat
P/V : Minimal, Lochia Rubra (+)
BAK : (+) via kateter, UOP : 50
cc/jam, warna : kuning jernih
BAB : (+)

19

BAB 4
ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN
KASUS
Ny. H. melakukan
pervaginam.

TEORI
persalinan Dilaporkan angka kejadian perdarahan
post

partum

pervaginam

setelah

adalah

persalinan

sebanyak

5-8%.

Perdarahan post partum adalah penyebab


paling umum perdarahan yang berlebihan
pada kehamilan.
Pada

pasien

ini

terdapat sisa plasenta.

ditemukan Menurut teori ada beberapa etiologi yang


menyebabkan

perdarahan

pasca

persalinan. Antaranya adalah:


1.Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan penyebab paling
banyak

perdarahan

pasca

persalinan,

mungkin sekitar 70% kasus. Pada kondisi


20

ini otot polos uterus gagal berkoktraksi


untuk menjepit pembuluh darah spiral di
tempat perlengketan plasenta sehingga
perdarahan terjadi sangat cepat.
2. Robekan Jalan Lahir
Adanya robekan jalan lahir merupakan
20% penyebab perdarahan post partum.
Yang termasuk robekan jalan lahir antara
lain robekan pada leher rahim dan atau
vagina , episiotomy dan robekan perineum
spontan.
3.Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau lebih
dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir
sebagian

besar

gangguan

plasenta

disebabkan

oleh

pelepasan
gangguan

kontraksi uterus.
4. Gangguan Koagulasi
Perdarahan post partum dapat terjadi
kaibat

adanya

gangguan

koagulasi.

Penyakit-penyakit keturunan atau didapat


yang menyebabkan gangguan koagulasi
antara lain:
Hipofibrinogen
Trombositopeni
Idiopathic Trombocytopenic Purpura
(kelainan autoimun)
Penyakit von Willebrand (gangguan
pada factor VIII)

21

Penyakit
Pada

pasien

ini

Hemophilia

(gangguan

produksi faktor pembekuan darah)


ditemukan Menurut teori terdapat beberapa faktor

multigravida dan perpanjangan resiko


persalinan

yang

postpartum

menyebabkan
haemorrhage.

terjadinya
Antaranya

adalah:

Inspekulo
portio,

Grande multipara
Perpanjangan persalinan
Chorioamnionitis
Kehamilan multiple
Injeksi Magnesium Sulfat
Perpanjangan pemberian oxytocin

: Tampak plasenta di Untuk mendiagnosis perdarahan post


kemudian

plasenta partum dilakukan :

dievakuasi.
Kesan : Ukuran : 5 x 7 cm (sebesar
genggaman tangan).
Evaluasi pendarahan : kesan tidak

Palpasi uterus
Memeriksa plasenta dan ketuban
Lakukan eksplorasi kavum uteri
Inspekulo
Pemeriksaan Laboratorium

mengalir aktif.
Evaluasi jalan lahir : Tidak ada
laserasi.
Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan:
WBC 15.740
RBC 1,7
HGB 2,3
HCT 9,6
Pada pasien ini dijumpai ada sisa Penanganan

terbaik

perdarahan

plasenta, lakukan evakuasi sisa postpartum adalah pencegahan.


plasenta dengan dilatasi dan kuret e.

Pencegahan pada masa kehamilan

serta diberikan terapi IVFD RL + Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan

22

Oksitosin 1 IU 20 gtt/I, Inj. sewaktu bersalin, namun sudah dimulai


Metergin 1 amp/12 jam, Asam sejak wanita hamil dengan antenatal care
mafenamat 3 x 500 mg Cefadroxyl yang baik.
2 x 500 mg,

f.

Persalinan

Transfusi Whole Blood 4 bag

Setelah

bayi

lahir

dapat

dilakukan

massage uterus dengan arah gerakan


circular atau maju mundur sampai uterus
menjadi keras dan berkontraksi dengan
baik. Massage dengan lembut dan tidak
berlebihan.
g. Kala III dan IV
Uterotonika dapat diberikan segera setelah
bahu depan bayi dilahirkan, hal ini
terbukti mengurangi kejadian post partum
sebanyak 40%. Umumnya plasenta akan
terlepas dengan sendirinya 5 menit setalah
bayi lahir, namun apabila plasenta sudah
tampak keluar dari vagian, selanjutnya
plasenta dapat dikeluarkan dengan cara
menarik tali pusat secara hati-hati dan
perlahan.
Secara garis besar, penanganan dilakukan
tergantung dari etiologinya. Penanganan
pada postpartum hemoragik antara lain :
1. Hentikan perdarahan
2. Cegah/ atasi syok
3. Ganti darah yang hilang : diberi
infus cairan (larutan garam fisiologis,
plasma ekspander dan sebagainya),
transfusi darah,berikan oksigen bila
perlu

23

BAB 5
KESIMPULAN
Ny.H, 30 tahun, P4A0, datang ke RSUPM pada tanggal 14 November
2016, dengan keluhan keluar darah dari kemaluan paska melahirkan, pukul 00.00
WIB. Volume darah yang keluar > 3 x ganti sarung, warna merah segar, tidak ada
gumpalan darah. Riwayat haid : menarche usia 12 tahun, reguler, siklus 28 hari, 5
-7 hari, ganti pembalut 3 x /hari. Riwayat persalinan : 1. Aterm, PSP, 2. Aterm,
PSP, 3. Aterm, PSP, 4. Aterm, PSP. Status present : HR : 108 x/i, RR: 22 x/i.
Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan, abdomen : Soepel, peristaltik
(+) Normal, TFU: 1 jari bawah pusat. Pada pemeriksaan ginekologi menggunakan
inspekulo didapatkan : Tampak plasenta di portio, kemudian plasenta dievakuasi.
Kesan : ukuran 5 x 7 cm (sebesar genggaman tangan). Evaluasi pendarahan :
kesan tidak mengalir aktif, evaluasi jalan lahir : tidak tampak laserasi jalan lahir.
Pasien didiagnosa : Early PPH e.c Placenta Rest + Anemia Berat. Pasien
diberikan terapi :
- O2 2 3 L/i via nasal kanul
- IVFD RL (double line) cor
- Pasang Fooley Catheter No. 18 (pantau UOP dan tanda tanda edema
paru)

24

- IVFD RL + Oksitosin 1 IU 20 gtt/i


- Inj. Metergin 1 amp/12 jam
- Asam mafenamat 3 x 500 mg
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
Paska evakuasi sisa plasenta pasien direncanakan :
- Transfusi PRC 6 bag
- Cek darah rutin 6 jam post transfusi
- Observasi vital sign, kontraksi uterus, dan tanda-tanda perdarahan
Keadaan ibu paska resusitasi, evakuasi sisa plasenta, dan transfusi PRC,
membaik. Pasien PBJ pada tanggal 17 November 2016.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOg, edisi Ketiga


cetakan Kelima,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999

2.

Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (Editor), Norman F.Grant


MD, Kenneth J,Md Leveno, Larry C.,III, Md Gilstrap,John C., Md Hauth,
Katherine D., Clark, Katherine D.Wenstrom, by McGraw-Hill Profesional
(April 27,2001)

3.

Gabbe : Obstretics Normal and Problem Pregnancies, 4th ed.,Copyright


2002 Churchil Livingstone, Inc.

4.

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obstetri, edisi 2 jilid 1, Editor Dr.
Delfi Lutan, SpOG

5.

Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke tiga Jilid Pertama , Editor Arif Mansjoer
, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri , Wahyu Ika Wardani , Wiwiek
Setiowulan.

6.

http://www.geocities.com/yosemite/Rapids/1744/clobpt12.html

7.

Curren Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment, Ninth edition :


Alan H. DeCherney and Lauren Nathan , 2003 by The McGraw-Hill
Companies, Inc.

8.

http://www.fpnotebook.com/OB16.htm

9.

http://www.medicine.com/EMERG/topic481.htm
25

10.

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=507&tbl=biaswanita

11.

http://www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_hrpregnant/pospart.cf
m

12.

http://www.rashaduniversity.com/poshem.html

13.

http://www.midwiferytoday.com/articles/hemoraghe.asp

14.

http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6issues/6jtn/v4/tn110hemor.htm

15.

http://www.pregnancy.about.com/cs/postpartumrecover/a/pph.htm

26

Anda mungkin juga menyukai