Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) ialah tanaman semusim yang dimanfaatkan bijinya
sebagai bahan pangan dan non pangan. Jagung merupakan sumber karbohidrat
yang banyak di konsumsi oleh masyarkat Indonesia setelah padi dan gandum.
Produksi jagung di Indonesia masih di bawah dari jumlah permintaan. Pada tahun
2015 produksi jagung meningkat, hal itu di karenakan adanya upaya pemerintah
untuk meningkatkan produksi jagung dengan progam subround. Berdasarkan data
badan pusat statistik (2015) produksi jagung pada tahun 2015 diperkirakan
sebanyak 19,83 juta ton pipilan kering, mengalami kenakian sebesar 0,82 juta ton
(4,34%) di bandingkan tahun 2014.
Permintaan akan jagung dari tahun ketahun yang semakin besar ini
dikarenakan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Pola pikir mereka yang
mulai keluar dari mengkonsumsi padi dan mulai beralih ke jagung, hal itu di
karenakan pola hidup mereka yang mulai berubah. Selain untuk dikonsumsi,
jagung merupakan bahan utama dalam pembuatan pakan ternak. Untuk memenuhi
kebutuhan akan permintaan jagung maka diupayakan untuk melakukan budidaya
jagung yang mempunyai hasil produksi tinggi, salah satu cara yaitu dengan
menggunakan varietas unggul. Varietas unggul ini di dapat dari hasil pemuliaan
yang mempunyai sifat lebih baik, baik dari segi produksi maupun ketahanannya.
Dalam upaya menciptakan varietas unggul, perlu adanya teknik-teknik khusus
agar hasil yang didapatkan dapat mampu bersaing dengan varietas yang sudah
terlebih dahulu ada. Varietas unggul ini didapatkan dari hasil persilangan dari 2
tetua jantan dan betina yang mempunyai sifat unggul tersendiri yang disebut juga
dengan hibrida. Dari persilangan ini diharapkan kedua sifat yang unggul pada
kedua tetua tersebut dapat terekspresi pada F1. Maka dari itu perlu adanya studi
khusus untuk memperdalam ilmu tentang pemuliaan tanaman jagung. Selain
membentuk varietas unggul, benih jagung perlu ada teknik khusus untuk menjaga
kualitas benih agar dapat tumbuh dengan optimal. Dalam upaya menjaga kualitas
benih, perlu adanya dilakukan beberpa step pengujian, seperti uji kadar air, uji
kemurnian uji daya tumbuh dll.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan jenis tanaman semusim yang termasuk jenis
tanaman rerumputan atau graminae. Jagung merupakan tanaman hari pendek,
jumlah daunnya ditentukan pada saat inisisai bunga jantan, dan dikendalikan oleh
genotipe, lama penyinaran dan suhu (nuning et al, 2007). Taksomnomi dari
tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: plantae,
division: spermatophyta, subdivision: angiospermae, klas: monocotyledone, ordo:
poales, family: poeceae (graminae), genis: zea, spesies: zea mays l. (iriany et al,
2002).
Akar jagung tergolong kedalam jenis akar serabut, yang dibagi menjadi tiga
macam yakni (a) akar seminal, (b) akar adventif dan (c) akar penyangga. Akar
seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari tiap buku di ujung mesokotil, kemudian
set akar adventif berkembang secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku,
semuanya berada dibawah permukaan tanah. Akar penyangga adalah akar
advebtif yang muncul pada dua atau tiga buku diatas permukaan tanah.
Perkembangan akar pada tanaman jagung tergantung pada jenis varietas,
pengolahan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah dan pemupukan.
Batang tanaman jagung memiliki bentuk yang beruas-ruas dengan jumlah ruas
yang bervariasi antar 10-40 ruas. Bentuk dari batang tanaman jagung pada
umumnya tidak memliki cabang, berbentuk silindris. Pada terdapat tunas yang
akan berkembang menjadi tongkol, yang merupakan bentuk dari hasil produksi
tanaman jagung. Daun pada tanaman jagung mempunyai bentuk tulang sejajar
dengan bentuk ujung daun yang meruncing. Jumlah dari daun jagung sama
dengan jumlah ruas dari batang jagung. Menurut Paliwal, (2000) tanaman jagung
di daerah tropis mempunyai jumlah relatif lebih banyak dari pada di daerah yang
mempunyai iklim sedang.
Pada umumnya tanaman jagung hanya mempunyai satu atau dua tongkol pada
satu pohon, tergantung dari varietas. Tongkol jagung terselimuti oleh daun
kelobot. Pada varietas yang mempunyai jumlah tongkol dua, tongkol yang terlebih
dahulu terbentuk adalah tongkol bagian atas, dan mempunyai ukuran yang lebih
besar dari pada tongkol yang kedua.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai
ketinggian 0-1.300 m dpl dan hidup baik di daerah panas maupun dingin.
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi baik pada daerah tropis seperti di
Indonesia. Tanaman jagung akan mampu berproduksi baik di daerah dataran
rendah maupun di dataran tinggi.
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu
penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Curah hujan
yang dikehendaki adalah antara 1000-2500 mm/tahun, dengan penyinaran
matahari penuh. Suhu yang di kehendaki jagung untuk dapat tumbuh secara
optimum yakni antara 23-270C. Faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan
jagung dalah intensitas cahaya, hal itu dikarenakan tanaman jagung merupakan
tanaman yang membutuhkan cahaya penuh dalam mengahsilkan produksi.
Menurut Fanindi et al. (2010) menyatakan tingkat intensitas cahaya di bawah
optimum dapat menurunkan jumlah daun. Daun merupakan organ tanaman yang
mampu melakukan fotosintesis, dengan rendahnya jumlah daun maka fotosintat
yang dihasilkan juga berkurang yang akan mengakibatkan produksi menurun.
Tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman jagung yaitu tanah yang
gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan drainase yang baik, kaya akan
bahan organik dan memiliki kemasaman tanah (pH) 5,6-7,5 (Rochani, 2007).
Jagung membutuhkan tanah yang gembur dan mempunyai unsur hara yang tinggi
karena tanaman jagung membutuhkan unsur hara N, P, K dalam jumlah yang
tinggi untuk dapat memproduksi dengan baik.
Jenis akar tanaman jagung adalah akar serabut, dan mempunyai jenis perkaran
yang dangkal, hal itu mengakibatkan jagung tidak cocok ditanam di daerah yang
memiliki kemiringan tempat yang terjal. Menurut Murni dan Arif (2008) tanah
dengan kemiringan kurang dari 8% dapat dilakukan untuk budidaya tanaman
jagung.
2.4
Menurut Syukur dan Rifianto (2013) teknik budiddaya jagung untuk benih,
yaitu:
2.4.1 Persiapan lahan
1. Isolasi
Lahan yang akan digunakan harus terisolasi dengan baik, hal itu
dikarenakan untuk menjaga kemurnian dari benih yang akan dihasilkan. Isolasi
ada dua cara, yaitu isolasi waktu, yang berhubungan dengan waktu penanaman
dengan tanaman jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, dan yang kedua yaitu
isolasi jarak, jarak minimal lokasi penanaman jagung minimal 400 m dari
jagung varietas lain.
2. Pengolahan tanah
Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dalam budidaya tanaman
jagung salah satunya dengan pengolahan lahan yang baik dan benar, yaitu
dibajak dan digaru. Dengan dilakukannya pengolahan tanah, maka akan
memperbaiki sifat tanah dan akan mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan akar. Pada tiap 4 meter di buat got yang tujuannya untuk jalur
irigasi dan drainase. Kegiatan pengolahan tanah ini sebaiknya dilakukan
minimal 15 hari sebelum tanam. Tujuan lain dari pengolahan tanah yaitu
memutus rantai hama dan penyakit yang kemungkinan tersimpan didalam
tanah.
3. Kebutuhan benih
Pada produksi benih jagung hbrida, ada dua jenis benih yang digunakan
yakni, benih jantan dan benih betina. Kebutuhan benih ini harus terkontrol
karena jika benih yang di berikan kepada petani mitra (jika pihak perusahaan
melakukan mitra) berlebihan, maka kemungkinan bessar benih tersebut akan
disalah gunakan oleh petani demi medapat keuntungan. Kebutuhan benih
jantan dan betina pada lahan satu hektar yaitu 3 kg/ha benih jantan dan 9 kg/ha
benih betina.
2.4.2 Penanaman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman yaitu split tanam antara
jantan dan betina, perbandingan populasi jantan dengan betina, jarak tanam dan
jumlah benih perlubang.
Cara penanaman benih jagung:
pemisahan waktu tanam, dimana benih jantan ditanam terlebih dahulu dan
diberi tanda patok berbendera, baru 6 hari kemudian benih betina ditanam.
Perbedaan waktu tanam ini dilakukan agar benih jantan lebih cepat dalam
pembungaan dan untuk mencegah jagung betina menyerbuk sendiri (selfing),
Jarak tanam antar betina 75 x 25 cm, dan jarak baris betina dengan jantan
adalah 50 cm,
2.4.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman
ini
meliputi
pemupukan,
pengairan,
dangir,
berdasarkan warna daun. Alat yang dapat mendeteksi kebutuhan pupuk pada
tanaman jagung dengan melihat warna daun yaitu leaf color chart (BWD).
2. Pengairan
Pengairan sebaiknya dilakukan dengan cara melihat kebutuhan air tanaman
jagung. Jika dilihat dari syarat tumbuh tanaman jagung, kebutuhan air tanaman
jagung yakni 100-140 mm/bulan. Air merupakan unsur yang sangat penting dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air berfungsi sebagai pelarut
unsur hara dan yang memudahkan dalam penyerapan unsur hara. Menurut Syukur
dan Rifianto (2013) pengairan dilakukan setiap kali selesai dilakukannya
pemupukan, yakni pada 3, 15, 30 dan 45 hst.
3. Dangir dan pembumbunan
Pendangiran merupakan usaha dalam mengurangi keberadaan gulma dalam
lahan budidaya. Tujuan dilakukannya pendangiran yaitu untuk mengurangi
persaingan unsur yang dibutuhkan tanaman budidaya. Menurut Syukur dan
Rifianto (2013) pendangiran sebaiknya dilakukan sebelum dilakukan pemupukan,
hal itu dikarenakan untuk meminimalisir terjadinya persaingan dalam penyerpan
unsur hara.
Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki siklus redoks dalam tanah serta
membantu mengoptimalkan pertumbuhan akar tanaman jagung. Fungsi lain dari
pembumbuna yaitu untuk memperkuat tegakan tanaman jagung.
4. Roguing
Roguing adalah kegiatan membunag tanaman yang bersifat menyimpang dari
tanaman yang diharapkan. Ini dapat dilihat antara lain dengan ciri-ciri sebagai
berikut: penampilan yang terlalu subur dengan daun yang lebar, warna pangkal
batang merah, serta warna bunga merah. Perlakuan ini dilakukan baik pada
tanaman jantan maupun betina. Roguing berfungsi untuk menjaga kemurnian
induk sebagai penghasil benih, dan dilakukan dengan kontrol setiap minggu
(Syukur dan Rifianto, 2013)
5. Cabut bunga (Detaseling)
Detaseling adalah mencabut bunga jantan tanaman betina saat tanaman
berumur 40-50 hst. Pencabutan bunga jantan pada tanaman betina ini dilakukan
untuk mencegah tanaman budidaya tersebut melakukan silang sendiri (selfing).
10
Pekerjaan ini dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 wib dan diulangi lagi
sebanyak 7-10 hari sampai benar-benar tidak ada lagi bunga jantan pada tanaman
betina. Syarat yang harus diperhatikan adalah jangan membiarkan kuncup bunga
jantan pada tanaman betina mekar dan pollen sudah pecah, karena akan
menyebabkan selfing (Syukur dan Rifianto, 2013).
6. Babat jantan
Tanaman jantan harus dibabat untuk menjaga kerahasiaan perusahaan bilal
proses serbuk silang sudah selesai dan untuk menghindari tercampurnya tongkol
jantan pada saat panen. Hal ini dapat dilihat dengan ciri-ciri rambut pada tongkol
jagung sudah kering dan berwarna kecoklatan. Kegiatan ini cukup dilakukan
sehari pada umur 65 hst (Syukur dan Rifianto, 2013).
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama utama yang biasanya dijumpai pada pertanaman jagung adalah lalat
bibit, penggerek batang dan tongkol. Khusus untuk pencegahan serangan hama
lalat bibit (terutama pada daerah endemik lalat bibit), dapat dilakukan dengan
pemberian carbofuran bersamaan dengan penanaman benih dalam lubang tanam,
takaran 10-15 kg (produk)/ha. Pengendalian hama penggerek batang dilakukan
jika ada gejala serangan hama, untuk itu dapat diberikan carbofuran melalui pucuk
tanaman dengan takaran 10 kg produk/ha (3-4 butir/tanaman) (Balitbang
Pertanian, 2013).
Penyakit utama pada tanaman jagung adalah bulai
2.5.1 Panen
Pada proses pemanenan ini sebaiknya dilakukan ketika pada saat masak
fisiologis karena dengan memanen pada saat jagung sudah masak fisiologis dapat
memperoleh mutu dari benih jagung yang bagus. Ketika pemamenan dilakakukan
sebelum masak fisiliogis, maka akan didapatkan mutu benih yang kurang
11
12
Pada proses pemipilan ini sangat tergantung pada kadar air jagung. Jika kadar
air jagung terlalu tinggi, maka biji tanaman akan mudah rusak dan jika kadar air
terlalu kering, maka biji jagung akan mudah retak (Firmansyah et al. 2006).
4. Penyortiran dan penggolongan
Setelah pemipilan selesai maka selanjutnya adalah dilakukan penyortiran.
Penyortiran ini mempunyai peran yang sangat penting untuk menjaga kualitas
benih. Penyortiran ini merupakan proses pemisahan biji jagung dari sisa-sisa
tongkol, biji kecil, biji hampa, biji pecah, dan kotoran (kerikil, benda lain selain
biji dll) akibat dari proses sebelumnya. Penyortiran ini sangat bermanfaat untuk
menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama penyimpanan dan
juga dapat memperbaiki sirkulasi udara (AAK, 1993).
Penggolongan benih sendiri dimaksudkan untuk menggolongkan biji sesuai
dengan ukuran. Penyeragaman biji ini sangat bermanfaat pada saat penanaman
dengan menggunakan mesin tanam.
5. Perlakuan benih
Untuk mengamankan benih yang diproduksi maka perlu dilakukan suatu
perlakuan untuk meningkatkan daya simpan, dan ketahanan benih terhadap faktor
lingkungan di sekitar tempat penyimpanan.
Beberapa teknik perlakuan yang umum dilakukan pada benih yaitu:
a. Fungisida
Perlakuan ini bertujuan untuk mencegah serangan jamur di tempat
penyimpanan dan mencegah serangan jamur atau soil borne pathogen lain
saat benih ditanam. Fungisida yang biasa digunakan adalah yang
menggunakan bahan aktif fluodioxonil, dan metalaxil.
b. Insektisida
Pengaplikasian insektisida pada benih jagung ini bertujuan untuk
mencegah benih jagung dari serangan hama gudang saat disimpan.
c. Pelapisan benih
Proses pelapisan benih ini bertujuan untuk:
13
6. Pengepakan
Pengepakan ini dilakukan setelah benih yang diproduksi mendapatkan label
sertfikat dari balai sertifikasi benih. Label diberikan setelah benih jagung lulus
dari uji laboratorium. Label yang diberikan biasanya label dengan warna ungu
(benih pokok) dan warna biru (benih sebar). Pengepakan ini bertujuan untuk
mempermudah dalam pengangkutan dan pengalokasian benih ke konsumen.
Bahan yang digunakan dalam pengepakan biasanya berasal dari karung goni,
plastik, kertas, alumunium maupun kaleng. Penyimpanan dengan bahan-bahan
tersebut dapat membantu mempertahankan kestabilan mutu benih. Menurut
Robiin (2007) baik kemasan yang baik tahan terhadap keusakan, tidak mudah
sobek, memiliki kekuatan terhadap tekanan, mudah diperoleh dan tahan lama.
7. Penyimpanan
Manajemen penyimpanan benih merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan karena apabila tidak sesuai standar maka benih dapat mengalami
deteriorasi (kemunduran mutu benih). Aspek yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan
biotik
tempat
penyimpanan seperti ada tidaknya serangga atau hewan lain yang dapat merusak
benih dalam penyimpanan.
Menurut Rahayu et al, (2011), ruang penyimpanan juga harus bersih, kering
dan rapat untuk menghidari adanya hama gudang dan tikus. Tumpukan kemasan
benih disusun dalam rak-rak benih dengan rapi sehingga memudahkan
pengawasan dan pengambilan.
14
15
Data sekunder diperoleh dari data luar seperti literature-literature yang memuat
tentang tanaman jagung atau segala sesuatu yang menyangkut proses produksi
benih induk tanaman jagung..
3.3
Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Minggu ke1
Pengenalan Perusahaan
1
Lokasi perusahaan
Struktur organisasi
Sinkronisasi Jadwal
Praktek di Lapang
a. Praktek magang kerja dan
diskusi dengan pembimbing
lapang
b. Mempelajari teknologi produksi dan pengolahan benih jagung
Persiapan lahan
Penanaman
Perawatan
Panen
Pasca panen dan prosesing
3
4
5
10
11
12
16
17
Seed Indonesia terdapat 1 bagian yang berada diantara R&D dengan Produksi
yang disebut dengan PPT (Production and Processing Technologi).
Organisasi Perusahaan
Production
Marketing
R and D
6.1
PPT
6.2
10
11
12
PLC 1 sampai dengan 6.2 meruupakan tahap pengujian yang dilakukan oleh
team R&D dan team PPT. pengujian dilakuan disemua wilayah pemasaran oleh
team R&D. Sedangkan team PPT melakukan mengujian di wilayah produksi.
Diharapkan jenis yang yang diproduksi merupakan jenis Unggul dari segala
aspek.
PPT berperan melakukan 4 jenis pengujian penting yaitu :
1. Parent test pada PLC 4-6.1
Parent test dilakukan untuk menguji galur yang sudah didapatkan dari R and
D, salah satu kegiatan yang ada pada parent test ini adalah pengamatan flowering
atau Nicking. Pengamatan ini penting untuk pembuatan split planting dan Rasio.
Dalam parent test menggunakan bedengan sepanjang 5 meter dan jarak tanam 70
x 20 cm.
2. Micro Pilot pada PLC 6.2
Micro pilot merupakan percobaan dalam skala kecil bagi galur yang sudah
melalui pengujian dan pengamatan di parent test. Micro pilot ini penting
dilakukan sebelum benih digunakan untuk produksi benih F1. Dalam micro pilot,
18
19
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tahapan micro pilot
Pada pelaksanaan percobaan micro pilot ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan untuk menunjang data hasil agar lebih konkrit. Tahapan-tahapan
tersebut secara garis besar sama dengan kegiatan yang ada pada divisi produksi
yakni persiapan lahan sampai dengan panen. Tetapi pada percobaan micro pilot,
ada beberapa tambahan yang tidak dilakukan pada bagian produksi, antara lain
pengamatan penyakit, penagamatan karakterisasi pada fase vegetative dan
generative dan yang terakhir yaitu pengamatan setelah panen. Untuk lebih
jelasnya tentang tahapan-tahapan yang dilakukan pada percobaan micro pilot akan
dijabarkan dibawah ini.
4.2.1.1 Persiapan lahan
Persiapan lahan ialah kegiatan menyiapkan lahan yang sesuai dengan jenis
tanaman budidaya untuk mendapatkan pertumbuhan secara optimal. Pada
persiapan lahan jagung ini memiliki cara dan tahapan sendiri. Hal yang harus
dilakukan adalah pembersihan lahan, pengolahan tanah, pembuatan got keliling
(untuk irigasi dan drainase), pemasangan tagging dan pembuatan bedeng. Dalam
mempersiapkan lahan, pada percobaan micro pilot sama dengan kegiatan
budidaya jagung biasa yakni lahan yang telah ditanamai tanaman jagung
didiamkan selama 2 minggu (bero). Menurut Syukur dan Rifanto (2013) tujuan
dari pemberoan yaitu untuk memutus rantai hama dan penyakit yang
kemungkinan tersimpan dalam tanah. Fungsi dari bero ini untuk mengistirahatkan
lahan agar fungsi tanah sebagai pendukung tumbuhnya tanaman kembali normal.
Setelah diberokan selama 2 minggu tersebut maka sisa panen yang jatuh pada
proses budidaya sebelumnya akan tumbuh dan gulma juga mulai tumbuh, untuk
mengatasi hal tersebut maka dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini
berfungsi untuk membuang gulma atau tanaman yang tidak diinginkan sehingga
kemungkinan adanya tanaman lain/ varietas lain yang tidak dikehendaki tidak
tumbuh pada lahan percobaan tersebut. Dalam melakukan pembersihan lahan
terdapat dua cara yaitu dengan cara mekanis seperti menggunakan mesin babat
atau besik, dan dengan cara kimiawi yaitu dengan cara penyemprotan herbisida
(gramoxone).
20
21
22
Gambar 4. Bedengan
(Sumber: dokumentasi pribadi, 2016)
4. Pemasan tagging
Pemasangan tagging berfungsi untuk mempermudah dalam memberikan
informasi kepada orang lain. Dalam tagging sudah berisi tentang informasi
pada bedengan tersebut ditanami jenis varietas, ratio dan split planting yang
23
akan digunakan. Selain itu dengan pemberian tagging juga mempermudah kita
dalam melakukan pengamatan dan pengelolaan data. Dengan adanya tagging
setidaknya dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dalam melakukan
penelitian.
Tata letak dari pemasangan tagging ini sudah diatur oleh pihak PPT yakni
oleh supervisor. Pemasangan tagging ini tidak serta merta asal pasang,
melainkan harus menggunakan rancangan acak. Supervisorlah yang mengatur
tentang rancangan acak yang akan digunakan.
24
benih ini bertujuan untuk mencegah serangan jamur di tempat penyimpanan dan
mencegah serangan jamur atau soil borne pathogen lain saat benih ditanam dan
untuk mencegah benih jagung dari serangan hama gudang saat di simpan.
25
sesuai letak yang telah ditentukan sebanyak 6 baris. 5 hari kemudian tanaman
jantan ditanam pada baris dengan tagging M1 dan 7 hari setelahnya menanam
tanaman jantan yang kedua yakni pada barisan yang ada tagging M2. Menurut
Fauziah dan Kumalasari (2011), penanaman secara split digunakan untuk
sinkronisasi antara bunga induk jantan dan bunga induk betina.
(a)
(b)
26
1. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan nutrisi dalam tanah yang
tujuaannya untuk mengoptmalkan hasil dari tanaman tersebut. Pupuk yang
diaplikasikan pada tanaman jagung di lahan adalah Urea, KCl, Phonska dan
pupuk cair. Pemupukan dilakukan pada beberapa tahap sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pemupukan pertama dilakukan sebagai pupuk dasar yakni
dengan mengaplikasikan Phonska dan Urea dengan dosis 250 kg/ha dan 100
kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 20-25 hst
dengan pupuk Phonska dan Urea dengan masingmasing dosis 250 kg/ha dan
100 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada tanaman berumur 40-45 hst
dengan jenis pupuk Urea dan KCL dengan dosis 250 kg/ha dan 50 kg/ha.
Pengaplikasian pupuk cair dilakukan pada saat tanaman berumur 15, 25, 35 hst.
Tabel 1. Jenis, dosis dan waktu pemberian pupuk yang diterapkan.
Umur tanaman
Jenis pupuk
7-12 hst
20-25 hst
40-45 hst
Urea/za
100 kg/ha
150 kg/ha
250 kg/ha
Phonska
250 kg/ha
250 kg/ha
KCL
50 kg/ha
50 kg/ha
Total
350 kg/ha
400 kg/ha
300 kg/ha
Pengaplikasian pupuk ini dengan cara ditugal dan diuruk, hal ini dilakukan
untuk agar pupuk yang diaplikasikan diserap oleh tanaman lebih optimal.
Karena kita ketahui sifat dari beberpa pupuk mudah tercuci dan menguap.
Menurut Syukur dan Rifanto (2013), pengaplikasian pupuk pada tanaman
jagung dilakukan sebanyak 3 kali dan cara pengaplikasian yang tepat yaitu
dengan cara digejik pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup kembali.
27
(a)
(b)
28
3. Penyiangan/pengendalian gulma
Gulma mempunyai potensi dapat menurunkan hasil panen hingga 50%
maka dari itu perlu adanya penyiangan. Penyiangan merupakan kegiatan
menghilangkan tumbuhan yang tidak diinginkan, untuk menghindari/
meminimalisir terjadinya persaingan hara, mineral dan sinar matahari sehingga
memperkecil dari potensi serangan hama dan penyakit. Tujuan dari penyiangan
yaitu untuk meminimalisir tingkat persaingan antara tanaman budidaya dengan
tanaman lain. Fungsi dari penyiangan yaitu memperkecil serangan hama,
efisiensi penggunaan pupuk dan air, melancarkan sirkulasi udara, serta
meningkatkan hasil. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengendalian
gulma harus dilakukan secara tepat yakni tepat waktu, jenis dan cara. Waktu
yang dianjurkan dalam pengndalian gulma pada percobaan micro pilot yaitu
sebelum tanam pada saat pengolahan lahan sampai dengan 7 hst, atau setelah
tanam antara 0-3 hst, umur 7-12 hst menggunakan herbisida selektif dengan
merek dagang calaris dengan dosis 1,5 liter/Ha dan terakhir pada umur 35-45
hst dengan menggunakan herbisida kontak dengan merek dagang gramaxone
dengan dosis 1,5 liter/Ha atau secara manual dengan diwatun.
4. Pembumbunan dan pendangiran
Pembumbunan merupakan pembalikan tanah pada sekitar tegakan tanaman
budidaya, dalam hal ini adalah tanaman jagung. Fungsi dari pendangiran yaitu
untuk menopang tumbuh tegaknya tanaman agar tidak mudah roboh,
meperlancar siklus redoks sehingga penyerapan unsur hara dalam tanah lebih
optimal dan juga meminimaslisir terjadinya kehilangan unsur hara akibat
penguapan. pembumbunan dilakukan secara manual dengan menggunakan
cangkul pada setiap baris tanaman. Yakni dengan membalik tanah sekitar
tanaman dan membunbun tanah tersebut pada batang tanaman jagung dengan
tinggi bumbun sekitar 5 cm. Menurut POT yang diterpakan oleh perusahaan,
sebaiknya pembumbunan dilakukan setelah diaplikasikannya pupuk.
29
30
(a)
(b)
secara
ekonomis.
Tujuannya
bukan
untuk
memberantas/
memusnahkan tetapi untuk menekan populasi OPT sampai pada tingkat yang
tidak menyebabkan kerugian. Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai
teknik pengendalian yang ada, sejak awal budidaya hingga pasca panen.
Teknik yang digunakan dalam pengendalian OPT harus 5 tepat, yakni tepat
sasaran, tepat waktu, tepat pengaplikasian, tepat cara, dan tepat dosis.
Pada percobaan micro pilot, pengendalian OPT dilakukan secara kimiawi
yaitu menggunakan pestisida. Pestisida yang digunakan yaitu alika yang
merupakan insektisida racun kontak dan lambung berebentuk pekatan suspensi
dan amistartop yang merupakan fungsida sistemik dan zat pengatur tumbuh
berebentuk pekatan. Dalam pengaplikasian pestisida, pelaku (orang yang
mengaplikasikan) harus dipastikan memakai alat pelindung diri yang benar dan
31
Amistartop
Pupuk daun
15 hst
150 ml/Ha
21 hst
400 ml/Ha
15 hst
250 ml/Ha
35 hst
250 ml/Ha
15 hst
500 ml/Ha
25 hst
500 ml/Ha
35 hst
500 ml/Ha
500 ml/Ha
45 hst
4.2.1.5 De tasseling
Detasseling merupakan pencabutan bunga jantan pada tanaman betina. Arti lain
dari detasseling yaitu fase menghilangkan bunga jantan pada tanaman betina
dengan cara dicabut untuk mendapatkan kemurnian benih. Fase ini dilakukan pada
saat umur tanaman memasuki 55 hst atau sesuai keadaan di lahan dan jenis
varietas yang dibudidayakan. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kemurnian
benih jagung dan mencegah jagung melakukan selfing melainkan hanya serbuk
sari dari tanaman jagung jantan yang menyerbuki rambut tongkol betina. Menurut
Syukur dan Rifianto (2013) Syarat yang harus diperhatikan adalah jangan
membiarkan kuncup bunga jantan pada tanaman betina mekar dan pollen sudah
pecah, karena akan menyebabkan selfing. Waktu yang tepat untuk melakukan
kegiatan detasseling yakni pada saat bunga jantan pada tanaman betina masih
dibungkus oleh 2-3 helai daun. Pencabutan bunga jantan ini disarankan dilakukan
sampai pukul 09.00 karena jika lebih dari jam 09.00 dikhawatirkan serbuk sari
dari bunga jantan akan pecah. Selain itu pencabutan bunga jantan juga disarankan
dengan mengikut sertakan 2-3 helai daun yang menutupi bunga, hal itu
32
33
34
di tulis pada tagging yang ada pada karung yang bertujuan untuk mengetahui
potensi hasil tongkol dari perlakuan tersebut. Setelah pemanenan selesai
kemudian hasil dikumpulkan di base camp untuk pengamatan setelah panen.
(a)
(b)
35
dengan memasukkan satu persatu dari semua ulangan. Hasil dari proses pemipilan
tersebut dimasukkan kembali kedalam wadah karung semula yang ada tagging
perlakuan dan ulangan, hal itu dilakukan karena untuk menghindari tercampurnya
hasil dari setiap perlakuan dan ulangan. Karena hasil dari pemipilan akan
ditimbang untuk melihat hasil berupa berat kernel, yang berfungsi untuk melihat
akumulasi persentase berat dari tongkol kedalam bentuk kernel.
4.2.1.11 Pengamtan Micro Pilot test
1. Pengamatan populasi awal (Germinasi)
Germinasi merupakan persentase daya berkecambah suatu benih dalam
kondisi yang optimal. Proses germinasi sangat tergantung pada beberpa factor,
antara lain air, oksigen, suhu dan cahaya. Keempat faktor tersebut sangat
berpengaruh dalam pemecahan masa dormansi benih. Pada percobaan micro
pilot pengamatan populasi awal dilakukan dengan melihat persentase daya
berkecambah, keserempakan waktu perkecambahan dan keseragaman tanaman.
Pengamatan ini dilakukan karena apabila pada saat awal perkecambahan telah
mengalami kegagalan atau tidak sesuai ketentuan maka proses percobaan akan
diulangi lagi dari awal. Selain itu, pengamatan germinasi ini berfungsi untuk
mengetahui persentase daya berkecambah varietas yang diuji pada media
sesungguhnya/keadaan lapang sesungguhnya. Ketentuan yang ditetapkan oleh
PT. Syngenta Seed Indonesia adalah 98% pada daya berkecambah, dan apabila
tidak sesuai ketentuan tersebut, maka varietas tersebut perlu dikaji ulang.
2. Pengamtan hama dan penyakit
Untuk mengetahui ketahanan dari varietas yang diuji pada percobaan micro
pilot maka dilakukan pengamatan penyakit. Pada pengamatan ini kita melihat
jenis penyakit yang menyerang pada setiap baris dari tanaman yang diuji.
Pengamatan ini dilakukan dengan melihat gejala yang nampak secara fisiologi
pada tanaman tersebut. Kemudian gejala tersebut dianalisis dengan literature
yang telah disiapkan oleh pihak PPT. Dalam pengamatan ini kita mencatat
tingkat serangan yang terjadi pada varietas yang diuji. Dalam penentuan
tingkat serangan sudah ditentukan dalam buku panduan pengamatan. Tingkat
serangan yang terjadi dipersentasikan dan ditulis pada buku pengamatan
berdasarkan ketentuan rating. Pada tingkat serangan < 30 % = 1, 30%-80% = 5
36
dan > 80% = 9. Fungsi dari rating ini mempermudah kita dalam mencatat dan
menyampaikan informasi. Salah satu penyakit yang penting bagi tanaman
jagung adalah penyakit bulai. Penyakit ini disebabkan oleh jenis spesies
Peronosclerospora maydis.
Penyakit bulai merupakan salah satu jenis penyakit yang belum bisa
ditanggulangi dan hanya bisa diantisipasi untuk meminimalisir tingkat
serangan. Pada saat ini para produsen benih jagung sangat kuwalahan dalam
menanggulangi serangan dari penyakit bulai. Dilihat dari laporan bagian
produksi, jagung yang banyak terserang penyakit bulai adalah jagung yang
berperan sebagai tanaman jantan, dan jarang sekali tanaman betina yang
terserang penyakit tersebut. Apabila penyebaran penyakit ini tidak ditangani
dengan baik akan menyebabkan kehilangan hasil sampai 100%. Maka dari itu
setiap percobaan yang dilakukan oleh perusahan tersebut dilakukan
pengamatan penyakit bulai, salah satunya pada percobaan micro pilot. Pada
umur 21 hst pada percobaan micro pilot dilakukan pengamatan penyakit bulai.
Pengamatan ini dilaksanakan pada pagi hari, hal itu dikarenakan pada pagi hari
pengamatan penyakit bulai lebih mudah karena sudut dari penyinaran matahari
masih condong dan itu memudahkan mata kita dalam mengamati tanaman yang
terserang tidak tegak lurus dengan tanaman. Teknik dari pengamatan ini adalah
menghitung jumlah tanaman jantan yang terserang penyakit pada setiap
percobaan dan ulangan. Kita menyisir satu persatu baris dari tanaman jantan
pada percobaan micro pilot dan dicatat berapa jumlah tanaman yang terserang
dengan melihat percobaan, ulangan dan baris dari tanaman jantan tersebut.
3. Pengamatan karakteristik
Pengamatan yang dilakukan selanjutnya pada micro pilot yaitu karakterisasi.
Pengamatan karakterisasi ini bertujuan untuk melihat perbedaan karakter dan
yang dimiliki oleh varietas tersebut dibandingkan dengan varietas lain.
Pengamatan ini bertujuan untuk menyeleksi galur-galur yang mempunyai sifat
unik dan mampu bersaing dalam pemasaran. Pengamatan karakteristik ini
meliputi penampakan fisiologi dari tanaman tersebut. Pengamatan karakterisasi
ini dilakukan pada fase generative, dan vegetative. Pengamatan yang dilakukan
pada saat fase generative yaitu flowering dengan menghitung jumlah bunga
37
jantan dan betina yang sudah pecah dan keluar. Pengamatan ini dilakukan
setiap hari selama semua bunga jantan (tassel) dan betina (silk) sudah pecah
dan keluar semua. Selain itu, pada fase generative juga dilakukan pengamatan
antara lain bentuk daun, diameter daun, warna buku, tinggi tanaman, warna
batang dan warna ruas tanaman.
Pengamatan karakterisasi yang dilakukan pada fase vegetative yaitu warna
daun ketika panen, jumlah tongkol yang berdaun pada ujung tongkolnya,
jumlah tanaman yang tidak keluar tongkol, jumlah tanaman yang roboh (akibat
dari akar tanaman, batang dan faktor luar tanaman seperti alam dan manusia),
jumlah tanaman yang bertongkol ganda pada satu buku, panjang klobot
penutup tongkol. Pengamatan ini dilakukan berdasarkan buku panduan yang
ada. Pada buku panduan pengamatan juga sudah ditentukan tentang penilaian
pengamatan berdasarkan rating. Misal seperti warna daun, pada buku panduan
pengamatan warna hijau =1, warna kuning = 5 dan warna kemerahan = 9.
4. Pengamatan pembungaan
Pengamatan yang dilakukan pada fase generatif antara lain yaitu
pengamatan pembungaan (nicking). Nicking merupakan sinkronisasi antara
munculnya bunga betina dengan bunga jantan. Sampling nicking ini penting
karena untuk mengevaluasi tentang teknologi yang telah diterapkan sudah tepat
atau perlu perbaikan. Hal ini bertujuan untuk pembuatan POT yang akan
datang, dengan melihat hasil produksi sekarang dan tekhnologi yang diterapkan
saat ini. Sampel yang digunakan dalam nicking ini adalah 2 jantan dan 1 betina
dengan
masing-masing
ulangan
dengan
masing-masing
ulangan
38
Cara pengamatan yaitu dengan mengambil sampel secara acak yang dapat
mewakili sebanyak 5 sampel pada setiap perlakuan dan ulangan. Kelobot dari
tongkol dibuka kemudian dilakukan penentuan kelas tongkol pada perlakuan
tersebut berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bagian PPT.
39
40
diameter tongkol dan warna janggel dilakukan dengan cara metode sampling,
yakni mengambil 5 sampel secara acak kemudian diamati setiap tongkol. Hasil
dari pengamatan tersebut dirata-rata kemudian dicatat hasil. Pada pengamatan
penyakit yang terdapat pada tongkol, kita harus menghitung berapa tongkol
yang terserang penyakit dalam satu ulangan dan perlakuan tersebut begitu pula
pada jumlah kernel yang pecah.
c. Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan berat jagung pada saat masih dalam
bentuk tongkol dengan bentuk pipilan. Pengamatan rendemen dilakukan
setelah jagung melewati proses pemipilan. Cara mengukur rendemen yaitu
dengan menimbang jagung yang sudah dalam bentuk pipilan berdasarkan
perlakuan dan hanya menggunakan 1 ulangan saja. Hasil dari penimbangan
jagung dalam bentuk piplan tersebut kemudian dibandingkan dengan berat
pada waktu jagung masih dalam bentuk tongkol, kemudian dilihat berapa besar
kehilangannya. Pengamatan rendemen ini perlu diamati karena dengan melihat
rendemen kita dapat mengetahui berapa besar rendement berat dan apakah
masih menguntungkan jika diproduksi untuk menjadi benih hibrida.
41
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat 3 divisi yang menentukan lanjut tidaknya suatu perusahaan, yakni
research dan development, produksi dan marketing dan ada 1 divisi yang berperan
penting dalam menjembatani ketiga divisi tersebut yaitu divisi PPT (production
and processing technology). Peran dari PPT sendiri yaitu menguji dan menyeleksi
galur dari RnD sampai dengan benih tersebut siap untuk diproduksi. Dalam divisi
PPT ada percobaan yang dilakukan setiap tahunnya yakni, parent test, micro pilot
test, pilot production dan proses research. Divisi PPT lah yang mempunyai tugas
untuk membuat POT (paket of technology) yang merupakan acuan bagian
produksi dalam proses budidaya varietas yang dibudidayakan.
Kegiataan yang dilakukan pada divisi PPT secara garis besar sama dengan
bagian Produksi yaitu mulai dari persiapan lahan sampai dengan pasca panen,
tetapi ada beberapa perbedaan dalam melakukan budidaya tanaman jagung.
Perbedaan tersebut antara lain yaitu luasan lahan budidaya, thinning/ penjarangan,
pengamatan germinasi, karakterisasi, pengamatan setelah panen, dll. Dalam
melaksanakan berbagai pengamatan tersebut, pihak PPT telah mempunyai
standart tersendiri. Standart tersebut tertulis dalam bentuk buku panduan
pengamatan dan penulisan. Adanya standart dari PT. Syngenta seed Indonesia,
memudahkan kita dalam menyampaikan informasi pada pihak yang berwenang
mengolah data, dan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pengolahan data.
5.2 Saran
Proses budidaya yang dilakukan oleh PT. Syngenta Seed Indonesia dalam
mendapatkan benih hibrida sudah sangat bagus dan memenuhi standart yang
ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan teknik budidaya jagung yang dilakukan
sudah sesuai tahapan proses dan rekomendasi yang telah ditentukan untuk
mendapatkan benih yang berkualitas. Tetapi masih perlu adanya pengawasan yang
lebih ketat dalam proses budidaya jagung agar meminimalisir terjadinya
penyimpangan dan ketidak sesuaian dengan POT dalam hal pelaksanaannya.
42
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta. Kanisius.
Badan pusat statistik. 2015. Angka Ramalan II Tahun 2015. Produksi Tanaman
Pangan. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Balitbang Pertanian. 2013. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor
Burris, J. S. 1994. Film Coating Perspctive. Seed World. 12: 36-40
Fanindi, A. Prawiradiputra, B. R. Dan Abdullah, L. 2010. Pengaruh Intensitas
Cahaya Terhadap Produksi Hijauan Dan Benih Kalopo (Calopogonium
mucunoides). Balai Penelitian Ternak, Bogor. JITV 15(3): 205-214.
Fauziah koes, Oom Kumalasari. 2011. Pengaruh Waktu Tanam Induk Betina
Terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Jagung Hibrida. Balai Penelitian
Serealia. Maros.
Firmansyah, U. I. Saenong, B. Abidin. Suarni, Y. Sinuseng. 2006. Proses
Pascapanen Untuk Menunjang Perbaikan Produk Biji Jagung Berskala
Industri dan Ekspor. Laporan hasil penelitian tanaman serealia. Maros.
Iriany. R.N., M. Yasin, H.G dan M.A. Takdir. 2002. Asal, Sejarah, Evolusi dan
Taksonomi Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros. 115.
Khan. K, Muhammad. I, zubair. S, bashir. A, abdul. A. and hassan. S. 2003. Grain
Stover Yield of Corn With Varying Time of Plant Density Reduction. Central
crops research institute. Pirsabak. Nowshera (NWFP). Pakistan. Bio sci. 6
(19): 1641-1643
Moentono, M. D. 1998. Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Hibrida
Jagung. Puslitbangtan, Bogor. Bogor.
Paliwal, R.L. 2000. Tropical Maize Morphology. In: Tropical Maize: Improvment
and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rome. p 13-20.
Purwono dan hartono, R. 2005. Bertanam jagung unggul. Penebar swadaya.
Jakarta.
Rahayu, S. Wanita, Y. P. Kobarsih, M. 2001. Penyimpanan Benih Padi
Menggunakan Berbagai Jenis Pengemas. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta. 15(1): 38-39.
43
44
Nama
: Yusuf Nugroho
NIM
: 135040201111199
Agama
: Islam
Universitas
: Brawijaya, Malang
Program Studi
: Agroekoteknologi
Jurusan
: Budidaya Pertanian
Minat
: Pemuliaan Tanaman
Alamat Asal
No. HP
: 087712728477
: 081336722911
: nugrohoyusuf14@gmail.com
Alamat di Malang
45