Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
DWI WAHYU ARSITA
10611023
ISI
Letak stop instrumen pada titik referensi insicivus dan molar. B. Fraktur insisal harus diratakan untuk
mendapatkan titik referensi. (Sumber: Harun Honggowidjojo. Pengukuran Panjang Kerja dan Foto
Rontgen pada Perawatan Saluran Akar. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti)
Untuk gigi anterior titik referensi terletak diinsisal, dan pada gigi posterior
terletak ditonjol gigi. Titik referensi ini harus stabil. Bila ada tonjol gigi yang fraktur,
harus diratakan terlebih dahulu. Instrumen yang akan dipakai dalam metode
radiografik harus di beri stop instrumen yang terbuat dari metal, karet silicon, atau
plastik. Stop instrumen yang terbaik adalah karet silicon yang berbentuk
tetesan air mata karena bahan ini dapat disterilkan dan disesuaikan dengan
lengkung instrumen.
Metode radiografi ini dimulai dengan
menggunakan jarum file yang kecil. Jarum file yang dipakai pada foto
rontgen harus diatas nomor 15, agar ujung instrumen ini dapat terlihat
jelas dalam film rontgen. Instrumen harus berhenti paling sedikit 0,5
sampai 1 mm lebih pendek daripada saluran yang diukur.
Metode radiografi yang cukup lama dikenal adalah metode Grossman
dengan menggunakan panjang rata-rata gigi atau foto praoperatif dikurang
3 mm sebagai faktor pengaman, kemudian penghitungan panjang
kerja dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
untuk usia diatas 35 tahun sebesar 1 mm. Faktor pengaman ini tidak
tergantung pada kondisi apeks. Bila tidak ada resorpsi akar, faktor
pengaman ini sebesar 1,5 mm, dan bila ada resorpsi tulang serta akar,
faktor pengaman ini sebesar 2 mm (Hardianti, 2014).
Penentuan jarak panjang kerja yang tepat dari apeks. Faktor pengaman bervariasi. A. Jika
tidak ada resorpsi tilang atau akar 1mm dari apeks. B. Resorpsi tulang tetapi tidak ada
resorpsi akar 1,5 mmdari apeks. C. Resorpsi tulang dan akar 2 mm dari apeks (Walton
dan Torabinejad).
4. ConeBeam
B. Teknik Preparasi
1. Teknik Crown Down Plesssureless
Teknik Crown Down Plesssureless ini hamper sama dengan teknik
step-down,
karena tekniknya
pemakaian bur GGD, diikuti dengan penggunaan file dari ukuran besar ke
kecil. Bedanya yaitu pada teknik step-down, preparasi apikal dilakukan
dengan menggunakan file ukuran kecil ke besar sesuai dengan teknik stepback.
Teknik preparasi ini mencakup preparasi saluran radicular dengan
bur GGD, diikuti pembersihan isi saluran dan preparasi dentin di kavitas
orifice sampai panjang kerja dengan file lurus yang digunakan dari ukuran
besar ke kecil.
Teknik ini bertujuan menghilangkan masalah ekstrusi yang
berhubungan dengan preparasi system konvensional dengan tetap
membuat saluran yang melebar dengan potongan melintang tersempit
pada penyempitan apikal.
Teknik Crown Down Plesssureless dilakukan setelah atap pulpa
dibersihkan dengan bur bulat yang memberikan pandangan yang jelas ke
arah orifice dan saluran akar kemudian dilakukan pembersihan awal dari
kotoran koronal dan meluaskan bagian saluran akar yang lurus dengan bur
GGD, diikuti pembersihan jaringan pulpa dari koronal dan 2/3 tengah
saluran akar. Hal ini dilakukan sampai ke seluruh panjang kerja.
Dengan menggunakan file lurus dari ukuran besar ke kecil saluran
akar dibersihkan dan panjang keseluruhan slauran akar dihaluskan untuk
menghilangkan step. Dengan mengurangi tekanan dalam saluran akar
selama preparasi, terdorongnya kotoran ke penyempitan apikal dihindari.
Teknik ini diteukan Dr. James Roane dan menggunakan desain alat
yang berbeda dimana alat yang dipakai file R-flex dan Canal Master,
dengan ujung file dimodifikasi sehingga tidak dapat memotong.
Teknik ini digunakan untuk saluran akar yang bengkok dan alat
dimasukkan ke dalam saluran akar tanpa dibengkokkan trlebih dahulu.
Alat ini efisien untuk memotong dentin.
Konsep teknik Balanced force sama dengan gerakan reaming, yaitu
rotasi searah jarum jam tidak lebih dari 180 untuk mencegah potongan
dentin masuk lebih mjauh ke apikal. Pemotongan dilakukan dengan
gerakan rotasi berlawanan arah dengan jarum jam sebesar 120.
Roane (1970) menggunakan file-K, karena mempunyai banyak
keuntungan. Cara kerjanya adalah alat dimasukkan ke dalam saluran akar
dan diputar searah jarum jam kemudian alat ditahan di apeks dan
selanjutnya alat digerakkan ke arah berlawanan sampai terasa dentin
terpotong.
Preparasi awal dilakukan untuk memperbesar bagian koronal dan
2/3 saluran akar dengan bur GGD dari ukuran 1-6. Kemudian dilakukan
teknik instrumentasi balanced force. Daerah 1/3 apikal diperbesar dengan
file no.30 sampai panjang gigi, dilanjutkan dengan file no.40 dengan
mengurangi 0,5 mm dari panjang gigi, kemudian file no.45 digunakan
dengan mengurangi 1 mm dari panjang gigi.
DAFTAR PUSTAKA