Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH PADA KLIEN DENGAN HEMODIALISA DI POLI


HEMODIALISA RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Ners (PPN)


Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh
Chepy Tri Cita Widiyani, S. Kep
NIM 112311101007

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Konsep Hemodialisa
1.1 Definisi
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah
yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan
mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti
ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi
ekskresi ginjal (Kandarini, 2012). Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK
stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan
terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD
kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007). Menurut Price & Wilson (2006) tujuan dari
pengobatan hemodialisa antara lain :
1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi eksekresi, yaitu membuang
sisa-sisa metabolisme yang lain
2) Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya di keluar kan sebagai urin saat ginjal sehat
3) Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal
4) Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain

Gambar 1. Hemodialisa
Hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien
melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat
di pergunakan untuk memindah kan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini di
lakukan melalui ultra filtrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang
besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran.
Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler,antikoagulansi dan produksi dializer
yang dapat di percaya dan efisien (Price & Wilson, 2006)
1.2 Indikasi hemodialisis
Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera dan HD
kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera dilakukan.
A. Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al., 2007 dalam kandarinin,
2012):
1. Kegawatan ginjal
a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)

d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l )


e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropati/miopati uremikum
i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hipertermia
2. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran dialisis.
B. Indikasi Hemodialisis Kronik
Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut K/DOQI
dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR
<15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika
dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e. Komplikasi metabolik yang refrakter.
1.3 Kontraindikasi Hemodialisis
Menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak
mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,
sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut

1.4 Prinsip Kerja Hemodialisa

Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah, 2)


kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah
dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu, kemudian
masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi proses dialisis,
darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik, selanjutnya beredar di dalam
tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi dalam dialiser (Daurgirdas et al.,
2007). Prinsip kerja hemodialisis adalah komposisi solute (bahan terlarut) suatu
larutan (kompartemen darah) akan berubah dengan cara memaparkan larutan ini
dengan larutan lain (kompartemen dialisat) melalui membran semipermeable
(dialiser). Perpindahan solute melewati membran disebut sebagai osmosis.

Perpindahan ini terjadi melalui mekanisme difusi dan UF. Difusi adalah
perpindahan solute terjadi akibat gerakan molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah
perpindahan molekul terjadi secara konveksi, artinya solute berukuran kecil yang
larut dalam air ikut berpindah secara bebas bersama molekul air melewati porus
membran. Perpindahan ini disebabkan oleh mekanisme hidrostatik, akibat perbedaan
tekanan air (transmembrane pressure) atau mekanisme osmotik akibat perbedaan
konsentrasi larutan (Daurgirdas et al., 2007). Pada mekanisme UF konveksi
merupakan proses yang memerlukan gerakan cairan disebabkan oleh gradient tekanan
transmembran (Daurgirdas et al., 2007).
1.5 Komponen Hemodialisa
I. Bagian beserta fungsi dialis
a. Pompa darah
Pompa ini berguna untuk memompa darah dari dalam tubuh ke alat
hemodialisa dan mengalirkannya ke blood path. Pompa juga berguna untuk
memompa darah dari alat ke dalam tubuh.

Gambar 1. Pompa Hemodialisa


b. Blood path (jalur darah)

Blood path ini merupakan saluran darah pada proses hemodialisa. Digunakan
untuk mengalirkan darah dari pasien ("arterial" catheter port) menuju filter
dan detektor udara gumpalan dan kembali ke pasien.
c. Ultrafiltrate path
Ultrafiltrate path merupakan jalur yang digunakan untuk mengeluarkan air, zat
terlarut, creatinin, dan zat tertentu lainnya dari darah pasien. Zat-zat tersebut
dikeluarkan melewati detektor dan saringan ultrafiltrasi, yang nantinya
berakhir pada collection bag (kantong penampung).
d. Fluid replacement path
Cairan yang diambil oleh pompa ketiga, dipanaskan, dan dipompa kembali ke
sirkuit sebelum filter.
e. Quinton catheter
Kateter ini memiliki ujung terbuka (bercabang). Masing-masing ujung terbuka
tersebut digunakan sebagai aliran darah pasien untuk mengalir ke luar tubuh
dan kembali lagi ke tubuh
f. Hemofilter

Gambar 4. Hemofilter
Darah mengalir melalui bagian ini. Hemofilter memiliki beberapa ruang di
sekitar tabung clump dan dinding plastik bening.
g. Membran
Digunakan untuk menyaring molekul-molekul yang lewat, dengan ukuran
lebih besar dari lubang-lubang membran. Membran bersifat semipermeabel.
h. Air detector

Detektor udara ini berguna untuk memantau blood path utama, memantau
kondisi darah sebelum kembali ke tubuh pasien agar tidak terdapat udara yang
masuk. Sehingga menghindarkan terjadinya penyumbatan darah karena
adanya udara.
i. Blood leak detector
Detektor ini digunakan untuk mendeteksi adanya darah pada jalur ultrafiltrasi
(ulttrafiltrate path).
j. Transducer
Transduser berfungsi untuk memantau tekanan dalam sistem. Terdapat
beberapa macam transduser, yaitu arterial transducer, venous transducer, dan
transducer lainnya. Arterial transducer digunakan untuk mengukur tekanan
negatif, yaitu ketika darah ditarik ke luar tubuh pasien. Venous transducer
digunakan untuk mengukur tekanan positif yaitu ketika darah dikembalikan
masuk ke dalam tubuh. Transduser lainnya salah satunya berfungsi untuk
mengukur tekanan yang berasal dari blood leak detector yang penuh dengan
ultrafiltrat.
k. Circuit heater
Digunakan untuk meningkatkan suhu (panas) pada aliran replacement fluid
bags, karena cairan pada replacement fluid bags akan terasa dingin pada tubuh
pasien jika tanpa pemanasan.
l. Dialysate adalah cairan elektrolit yang mempunyai komposisi seperti cairan
plasma yang digunakan pada proses hemodialysis (Hoenich & Ronco, 2006).
Cairan dialysate terdiri dari dua jenis yaitu cairan acetat yang bersifat asam
dan bicarbonat yang bersifat basa. Kandungan dialysate dalam proses
hemodialisis menurut Reddy & Cheung ( 2009 ):
a. Sodium 135 145 mmol/l
b. Potasium 0 4 mmol/l
c. Calsium 1.5 mmol/l
d. Magnesium 0.25 0.5 mmol/l
e. Chlorida 102 106 mmol/l
f. Bicarbonat 30 39 mmol/l
g. Dextrose 11 mmol/l
h. Acetat 2.0 4.0 mmol/l

1.6 Komplikasi
Komplikasi dari hemodialisa menurut (Jevon, 2004) adalah sebagai berikut :
1. Hemodialisis, akibat kerusakan sel darah merah ketika melewati pompa, dapat
menyebabkan hiperkalemia dan henti jantung. Amati adanya nyeri dada dan
dispnea. Darah didalam sirkuit vena mungkin memiliki tampilan port wine
(Adam & Obsborne 1999)
2. Embolisme udara : amati adanya nyeri dada dan dispnea
3. Reaksi terhadap membran : jika menggunakan cuprophane (membran dializer)
berbahand asar selulosa, dapat menyebabkan sindrom respon inflamasi sistemik
(Hakim 1993) yang dapat menyebabkan lambatnya pemulihan ginjal dan
peningkatan mortalitas (Hakim et al. 1994)
4. Diskuilibrium : komplikasi ini disebabkan oleh pengeluaran ureum dan toksin
uremik secara tiba-tiba dan pasien dapat mengalami nyeri kepala, muntah, gelisah,
konvulsi dan koma (Adam 7 Osborne 1999)
5. Infeksi : perhatian yang ketat harus diberikan untuk mempertahankan kondisi
aseptik setiap saat

Daftar Pustaka
Daugirdas, J, T.,Blake, P, G.,& Ing, T, S. 2007. Handbook Of Dialysis 4th
Edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), 2003. Penyakit Ginjal Kronik dan
Glomerulopati: Aspek Klinik dan Patologi Ginjal. Jakarta : Pernefri
Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai