Anda di halaman 1dari 23

BAB VII

LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

7.1

LINGKUNGAN
Sektor pertambangan telah memberikan sumbangan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.


Pertambangan berpotensi besar membantu mengurangi kemiskinan dan
mempercepat pembangunan manusia, melalui peningkatan pendapatan
pemerintah

dan

masyarakat,

penciptaan

lapangan

kerja,

dan

menyediakan infrastruktur fisik dan manusia.


Meskipun
terhadap

penting

lingkungan

secara
hidup

ekonomi,
adalah

dampak

masalah

pertambangan

yang

mendesak.

Pertambangan, terutama pertambangan permukaan, memerlukan lahan


yang luas untuk dibuka dan untuk sementara terganggu. Hal ini
menimbulkan sejumlah tantangan lingkungan seperti erosi tanah, debu,
kebisingan dan polusi air, dan dampaknya terhadap keanekaragaman
hayati lokal.
Saat ini, perusahaan-perusahaan pertambangan ditantang untuk
berkontribusi pada pertumbuhan berkelanjutan masyarakat tempatnya
beroperasi. Prinsip utama dalam pembangunan berkelanjutan adalah
'prinsip

pencegahan',

yaitu

bahwa

adanya

ancaman

kerusakan

lingkungan yang serius atau tidak dapat diperbaiki, dan kurangnya


kepastian ilmiah tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menunda
langkah-langkah untuk mencegah degradasi lingkungan.

Di sektor

industri pertambangan, hal ini berarti bahwa investasi dalam proyekproyek pertambangan harus menguntungkan secara finansial, layak
secara teknis, ramah lingkungan, dan bertanggung jawab secara sosial.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 1

Dengan memperhatikan aspek lingkungan dengan baik, harapannya


kegiatan pertambangan PT Borneo Edo International nantinya akan
memberikan kontribusi positif bagi pembangunan masyarakat sekitar,
serta ikut andil dalam pembangunan daerah dan nasional, dengan tidak
meninggalkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup.
A.

Dampak Kegiatan
Sejarah mengajarkan bahwa kegiatan pertambangan bauksit, tidak

diragukan lagi, akan menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif,


bagi lingkungan dan masyarakat sekitar tambang.

Karenanya, untuk

meminimalkan dampak merugikan pada semua aspek lingkungan, pihak


perusahaan pertambangan harus secara cermat dan hati-hati dalam
menyusun perencanaan pertambangannya.
Dampak kegiatan berpotensi diakibatkan oleh setiap aktivitas
pertambangan, baik itu aktivitas di front tambang, proses pencucian
bauksit, maupun aktivitas yang dilakukan di sarana penunjang.
1) Tambang
Kegiatan tambang pada umumnya akan menimbulkan dampak
negatif berupa penurunan kualitas udara ambien akibat debu dan
emisi gas buang.
Debu-debu tambang dapat menimbulkan berbagai dampak buruk
bagi kesehatan para pekerja, antara lain penyakit pernafasan,
paru-paru berdebu, keracunan, dan peradangan pada mata.
Salah satu jenis debu yang berbahaya adalah jenis debu
pulmonary. Debu pulmonary adalah debu-debu tambang yang
dapat menyebabkan timbulnya penyakit gangguan pernafasan dan
penyakit paru-paru berdebu. Debu pulmonary yang berukuran
0,25 5 mikron adalah yang paling berbahaya, karena debu-debu

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 2

dengan butiran sedemikian kecil itu mengambang di udara dan


mudah terhisap ketika bernafas, dan selanjutnya debu-debu itu
akan mengendap di paru-paru. Dari segi pengaruh terhadap
peralatan, debu tambang dapat menimbulkan kerusakan alat
atau mesin-mesin tambang.
Selain debu, dampak negatif dari kegiatan tambang adalah
dihasilkannya emisi gas buang. Emisi gas buang merupakan sisa
hasil

pembakaran bahan

bakar di

dalam mesin

pembakaran

dalam maupun mesin pembakaran luar. Komposisi gas buang ini


merupakan sisa hasil pembakaran berupa air (H2O), gas CO atau
disebut juga karbon monooksida yang beracun, CO2 atau disebut
juga karbon

dioksida yang

merupakan gas

rumah

kaca,

NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang


sebagai akibat ketidaksempurnaan proses pembakaran serta
partikel lepas. Dampak yang ditimbulkan dari emisi gas buang
diantaranya

adalah

sebagai

pemicu hipertensi,

penyebab

iritasi mata, serta tenggorokan gatal dan batuk-batuk. Lebih dari


itu dalam tingkatan yang lebih signifikan emisi gas buang dapat
menyebabkan penurunan kecerdasan.
Di samping debu dan emisi gas buang, aktifitas tambang juga
menimbulkan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan juga dapat diartikan
sebagai semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
pada alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan
di tambang dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 3

gangguan sistemik yang dalam jangka waktu panjang dapat


menimbulkan gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas
tenaga kerja.
Dampak lingkungan lain yang akan timbul akibat aktivitas
penambangan adalah perubaan bentang alam. Pengupasan tanah
pucuk dan lapisan penutup serta kegiatan penggalian bauksit
akan mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang.
Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang
tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil galian (tanah
pucuk dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Seperti
halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang
tidak

teratur

atau

membentuk

lereng

yang

curam

akan

memperbesar laju aliran permukaan dan meningkatkan erosi.


2) Pencucian
Selain kegiatan di tambang, kegiatan pencucian bauksit juga
dapat

menimbulkan

dampak

bagi

lingkungan.

Kegiatan

penimbunan bauksit di stockpile dan peremukan bauksit yang


merupakan

bagian

dari

pencucian

dapat

menghasilkan

pencemaran air, timbunan tailing bauksit, serta kebisingan.


Air yang digunakan dalam proses pencucian akan tercemar dan
mengandung

pasir

dalam

jumlah

tertentu

sehingga

perlu

dilakukan pengendapan sebelum dialirkan ke badan air.


Secara umum, kegiatan pencucian bauksit akan memberikan
dampak negatif terutama terhadap penurunan kualitas air dan
badan air. Dengan tercemarnya badan-badan tersebut maka
aktivitas kehidupan masyarakat akan terganggu sehingga akan
timbul persepsi negatif masyarakat terhadap kegiatan ini.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 4

3) Sarana Penunjang
Sarana

penunjang

pada

kegiatan

pertambangan

sangat

dibutuhkan untuk mendukung dan menjamin keberlangsungan


kegiatan

tambang.

Pengadaan

fasilitas

penunjang

sangat

dibutuhkan untuk mendukung agar kegiatan penambangan dapat


berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Sarana penunjang
yang berada pada lokasi tambang diantaranya adalah bengkel,
sarana perkantoran, mess, pos keamanan, serta sarana ibadah.
Walaupun diperuntukkan untuk dapat mendukung kegiatan
penambangan, aktivitas kegiatan pada sarana penunjang juga
dapat menimbulkan dampak-dampak negatif bagi lingkungan. Hal
ini disebabkan karena kegiatan-kegiatan penunjang tersebut juga
akan menghasilkan limbah domestik baik dari kantor maupun
dari mess karyawan, serta limbah pelumas dan BBM pada lokasi
bengkel.
Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, kantin, limbah padat kegiatan perkantoran, serta dari
tempat-tempat umum. Limbah domestik dapat berupa sampah,
air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai
aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah domestik yang
dibuang

secara

sembarangan

dalam

jangka

pendek

dapat

menyebabkan bau busuk, saluran drainase tersumbat, dan


genangan air yang dapat menjadi tempat penyebaran jentik
nyamuk. Bau busuk akibat pembuangan limbah domestik yang
sembarangan terjadi karena adanya proses pembusukan sampah
organik oleh
pembuangan.

bakteri yang
Akibat

terjadi di

dari

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

sungai atau saluran

pembusukan

terus-menerus,

VII - 5

permukaan sungai atau saluran pembuangan menjadi lebih


dangkal.
Selanjutnya, adanya masukan limbah cair ke dalam badan
perairan menyebakan perubahan kualitas

perairan yang akan

berdampak terhadap keseimbangan biota perairan,

misalnya

gangguan atau kerusakan pada struktur plankton dan hewan


benthos serta nekton (ikan) berupa penurunan keanekaragaman
jenis dan kelimpahannya. Kematian pada nekton terutama ikan
dapat terjadi karena gangguan sistem pernafasan.

Pencemaran

air oleh limbah cair akan menghalangi proses kelarutan gas dari
udara ke air

yaitu gas oksigen dari

udara menjadi oksigen

terlarut dalam perairan. Oksigen terlarut ini sangat vital

bagi

kehidupan biota air, jika kandungan oksigen terlarut rendah


dalam perairan maka dapat menyebabkan kematian bagi biota
yang hidup di dalamnya.
Jenis limbah lain yang dapat dihasilkan dari sarana penunjang
tambang

adalah

limbah

pelumas

dan

BBM.

Limbah

ini

merupakan jenis limbah yang dominan dari berbagai macam


kegiatan antara lain perbengkelan, mesin/alat berat dan kegiatan
tambang lainnya. Sesuai dengan Tabel 1 Lampiran I Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999, pelumas
bekas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
sumber yang tidak spesifik. Limbah B3 dari kegiatan tambang
yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak pada
kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke
manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau
melalui rantai makanan, seperti memakan ikan yang telah

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 6

menggandakan

(biological

magnification)

pencemar

karena

memakan mangsa yang tercemar.

Potensi Sumberdaya Bauksit


Cadangan
Geologi Lokal
Hidrogeologi

Data Komponen Lingkungan


Iklim Mikro
Flora
Fauna
Kualitas Air

Aspek Teknis

Aspek Lingkungan

Penentuan Blok Penambangan

Pengupasan Lap. Tanah Pucuk dan Lap. Penutup

Penambangan Bauksit

Dampak

Bentang Alam
Sifat fisik dan Kimia Tanah
Erosi dan Sedimentasi
Bentang Alam
Debu
Erosi dan Sedimentasi

Pengangkutan dari tambang ke unit pencucian


Debu, Kebisingan, Vegetasi dan Satwa Liar, Biota Akuatik

Pencucian bauksit

Penanganan di stockpile kecil

Kebisingan, Kualitas air, Biota Akuatik

Debu, kualitas air

Pengangkutan menuju center point


Debu, Kebisingan, Vegetasi dan Satwa Liar, Biota Akuatik, kualitas air

Gambar 7.1
Bagan Alir Kegiatan Pertambangan Bauksit dan Dampak yang
Terjadi
Secara garis besar dampak penting lingkungan yang terjadi akibat
kegiatan PT Borneo Edo International dapat dilihat pada Gambar 7.1.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 7

Selanjutnya, uraian lengkap mengenai dampak kegiatan tambang


terhadap lingkungan akan dijabarkan secara rinci pada dokumen
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang merupakan bagian dari
dokumen AMDAL.
B.

Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu

untuk

melestarikan

fungsi

lingkungan

hidup

yang

meliputi

kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,


pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Dalam
konteks kegiatan pertambangan, pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan memperhatikan
keterpaduan

perencanaan

lingkungan

hidup.

dan

kebijakan

Pengelolaan

nasional

lingkungan

hidup

pengelolaan
kegiatan

pertambangan bauksit PT Borneo Edo International mempunyai tujuan


yang selaras dengan UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Pasal 3), yaitu:
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. Menjamin kelangsungan
kelestarian ekosistem;

kehidupan

makhluk

hidup dan

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;


e. Mencapai
keserasian,
lingkungan hidup;
f. Menjamin terpenuhinya
generasi masa depan;

keselarasan,
keadilan

dan keseimbangan

generasi

masa kini

dan

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan


hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. Mengendalikan
bijaksana;

pemanfaatan

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

sumber

daya

alam secara

VII - 8

i.

Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j.

Mengantisipasi isu lingkungan global.

1) Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah
kegiatan

adalah kegiatan terpadu yang meliputi

pengurangan

(minimization), segregasi (segregation),

penanganan (handling), pemanfaatan dan pencucian limbah.


Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatankegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan
bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja.
Apabila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan
pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pencucian
Air Limbah (IPAL) akan sangat berat, membutuhkan lahan yang
lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi.
Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah
(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat
membantu mengurangi beban pencucian limbah di IPAL.
Tren pengelolaan limbah di industri tambang adalah menjalankan
secara terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling
limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah
yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya. Integrasi
dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi
berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner production),
atau minimasi limbah (waste minimization).
I. Tambang
Secara umum, dampak yang harus dikelola akibat aktivitas
tambang secara langsung adalah pengelolaan debu dan emisi
gas serta kebisingan.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 9

Upaya pengelolaan dampak lingkungan yang akan dilakukan


untuk meningkatkan kualitas udara dan menurunkan tingkat
kebisingan

pada

proses

pertambangan

PT

Borneo

Edo

International adalah:
1. Pengaspalan badan jalan utama dan perkerasan jalan
penghubung dengan menggunakan pasir dan batu koral;
2. Melakukan penyiraman secara berkala sepanjang jalan
yang tidak diaspal, khususnya pada saat musim kemarau
atau pada saat musim kering untuk mengurangi kondisi
debu yang cukup tinggi;
3. Memasang rambu batas kecepatan pada jalan tambang
dan jalan desa di sekitar daerah pertambangan bauksit
yang beraspal;
4. Penggunaan sarana K3 berupa masker bagi karyawan
khususnya
operator

yang

dan

terkena

supir

atau

dampak

langsung

mewajibkan

seperti

semua

truk

menggunakan AC. Truk yang AC-nya tidak berfungsi


tidak akan dioperasikan;
5. Penanaman tanaman tinggi di sekitar areal tambang
untuk mengurangi tingkat kebisingan dan dapat juga
berfungsi sebagai buffer (penyangga) cemaran debu ke
areal perkantoran dan perumahan karyawan.
6. Penggunaan peralatan dan permesinan yang memenuhi
standard emisi yang berlaku;
7. Mengatur dan memperlambat laju kendaraan angkut
tidak lebih dari 30 40 km/jam
8. Pemasangan peredam suara pada sumber kebisingan
yang tidak bergerak.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 10

II. Pencucian
Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan dampak negatif
akibat

aktivitas

International

pencucian

akan

dilakukan

bauksit
dalam

PT

Borneo

beberapa

Edo

bentuk

pekerjaan, diantaranya adalah:


1. Dampak

kualitas

udara

dan

kebisingan

terhadap

karyawan tambang dapat dilakukan dengan penggunaan


peralatan K3 (masker dan ear plug), khususnya kepada
para pengawas stockpile, operator unit pencucian, dan
operator alat berat;
2. Melakukan pengurasan secara berkala pada KPL untuk
mencegah bauksit halus yang terbawa mengendap dalam
jumlah yang signifikan.

III. Sarana Penunjang


Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan dampak negatif
akibat aktivitas sarana penunjang kegiatan penambangan
bauksit PT Borneo Edo International dilakukan melalui
program pengurangan (reduce), peggunaan kembali (reuse)
dan daur ulang (recycle). Kegiatan ini dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Pemisahan limbah domestik sesuai dengan sifatnya.
Sampah domestik dapat dipisahkan dengan klasifikasi
organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya dan
beracun (B3). Pemisahan sampah ini dimulai dari saat
pembuangan sampah di tempat sampah. Tempat untuk
masing-masing jenis sampah dipisah untuk kemudian
dikelola berdasarkan sifatnya masing-masing.
2. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sebagai pupuk
tanaman. Sisa dari sampah organik yang tidak bisa diolah

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 11

kemudian
(landfill).

dibuang

ke

tempat

penimbunan

sampah

3. Sampah non-organik, seperti plastik bekas dan kemasan


kemudian dikumpul dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah yang telah ditentukan.
4. Limbah B3 akan dikelola agar jumlah yang dihasilkan
seminimal mungkin, dengan cara:
a. melakukan
reduksi
dan
pengelolaan awal bahan baku

sumbernya

melalui

b. subsitusi bahan yang berpotensi menghasilkan limbah


B3
c. optimalisasi operasi proses yang tepat
d. penerapan teknologi bersih
e. sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang
berlaku.
Selanjutnya, limbah B3 ini akan dikelola sesuai dengan
peraturan perudang-undangan yang berlakul.

2) Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pascatambang


I.

Rencana Reklamasi
Konsep rencana reklamasi PT Borneo Edo International adalah
untuk memastikan bahwa bentang alam (landscape) yang
stabil terhadap erosi dapat terbentuk. Selain itu kegiatan
reklamasi

juga

bertujuan

untuk

mengembalikan

lokasi

tambang ke kondisi semula atau kondisi yang memungkinkan


untuk digunakan sebagai lahan produktif sesuai dengan
potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat
setempat serta pemerintah (stakeholder).
Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan merupakan kegiatan
yang

terus

menerus

dan

berlanjut

sepanjang

umur

pertambangan bahkan pascatambang (reklamasi progresif).

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 12

Agar

rencana

International

reklamasi
akan

itu

berhasil,

melakukan

PT

Borneo

kegiatan-kegiatan

Edo

sebagai

berikut:
o

Pembentukan dan penyiapan lahan, disesuaikan dengan


tujuan tataguna lahan akhir,

Pengelolaan tanah pucuk (topsoil),

Revegetasi,

Pencegahan erosi dan sedimentasi,

Pencegahan dan pengendalian air asam tambang.

Kegiatan reklamasi harus dilakukan berdasarkan kondisi rona


akhir

penambangan

yang

telah

penambangan yang dilakukan


kegiatan

reklamasi.

Pada

disepakati.

Kondisi

sangatlah mempengaruhi

dasarnya

kegiatan

reklamasi

merupakan gabungan dari pekerjaan sipil dan revegetasi


terhadap lahan yang terbuka.
Adapun pekerjaan sipil meliputi: pembuatan teras, saluran
pembuangan akhir (SPA), bangunan pengendali lereng, check
dam, penangkap oli bekas dan lain lain. Sedangkan kegiatan
revegetasi meliputi penanganan media tanam seperti pelapisan
dengan tanah pucuk, penanaman tanaman dengan pola
tertentu, penanaman cover crop serta pemeliharaan tanaman.
Secara singkat, kegiatan dari reklamasi tambang PT Borneo
Edo International meliputi:

Penataan lahan

Penimbunan kembali lapis tanah (speading soil)

Pemadatan

Pengaturan
geometri
lereng
rekomendari studi kelayakan.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

sesuai

dengan

VII - 13

Uraian

Pengaturan drainage dengan membuat saluran ke


kolam pengendap lumpur

Pencucian tanah dan penebaran tanah pucuk yang


diambil dari timbunan tanah pucuk atau lokasi
bukaan baru dengan ketebalan 0-50 cm dari
permukaan.

Revegetasi

Penanaman dengan tanaman penutup (cover crop)

Penanaman
rencana

Pemeliharaan tanaman.
mengenai

tanaman

rencana

produktif

reklamasi

sesuai

PT

dengan

Borneo

Edo

International secara lengkap akan dijabarkan pada dokumen


Rencana Reklamasi.
II.

Pemanfaatan Lahan Pascatambang


Perencanaan

pascatambang

sesungguhnya

adalah

suatu

proses panjang dan kompleks. Dalam beberapa hal bahkan


sama kompleksnya dengan proses uji kelayakan. Waktu
perencanaan terentang dalam jangka panjang. Perencana
harus

berhadapan

dengan

perubahan-perubahan

sosial,

ekonomi, dan lingkungan selama bertahun-tahun. Karena itu,


perencanaan

pascatambang

yang

sesuai

kiranya

adalah

sebuah perencanaan yang berkelanjutan, yaitu suatu proses


perencanaan

yang

meluas

seiring

dengan

masa

hidup

tambang.
Dari

segi

pemanfaatan

lahan,

pertambangan

adalah

pemanfaatan lahan sementara. Sebanyak apapun sumberdaya


atau cadangan tertambang yang tersedia di suatu tempat,
pada suatu waktu tambang tetap harus ditutup.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 14

Program pemanfaatan lahan pascatambang di wilayah IUP PT


Borneo Edo International disusun berdasarkan ketentuan
dalam peraturan penutupan tambang (PP No. 78 tahun 2010
tentang Reklamasi dan Pascatambang; Permen ESDM No 18
Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang) dan
hasil

konsultasi

dengan

pemangku

kepentingan.

Hasil

konsultasi dengan pemangku kepentingan terutama mengatur


penatagunaan lahan pascatambang dan pengalihan fasilitas
tambang. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan
program pascatambang adalah pembangunan berkelanjutan.
Tiga

aspek

yang

sekaligus

dipertimbangkan

dalam

pengembangan program ini adalah keberlanjutan lingkungan,


sosial, dan ekonomi.
Uraian mengenai pemanfaatan lahan pascatambang PT Borneo
Edo International secara lengkap akan dijabarkan pada
dokumen Rencana Pascatambang.
Secara umum program pengelolaan lingkungan pada kegiatan
penambangan bauksit PT Borneo Edo International akan dibahas pada
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang merupakan
bagian dari dokumen AMDAL.

C.

Pemantauan Lingkungan
Telah diuraikan di atas bahwa kegiatan penambangan akan

menimbulkan dampak bagi lingkungan. Lebih khusus terhadap dampak


negatif yang akan timbul, PT Borneo Edo International menyusun
program pemantauan lingkungan. Pemantauan lingkungan dilakukan
untuk menilai efektivitas kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan dan
sebagai

sarana

untuk

terus

meningkatkan

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

kualitas

pengelolaan

VII - 15

lingkungan

dalam

rangka

menciptakan

penambangan

yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.


Program pemantauan lingkungan dilalakukan dengan tujuan
untuk

menjaga

dan

mempertahankan

keseimbangan

komponen

lingkungan di wilayah penambangan PT Borneo Edo International,


sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan secara optimal dengan
tetap menjaga daya dukung lingkungan.
Kegiatan pemantauan dilakukan pada lokasi kegiatan tambang,
pencucian, dan sarana penunjang kegiatan tambang, di mana aktivitas
pada lokasi-lokasi tersebut telah diuraikan berpotensi menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan.
1. Tambang
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak
negatif penting pada lokasi penambangan adalah kualitas
udara.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah mengetahui tingkat
penurunan kualitas udara dan kadar emisi.
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah kadar debu,
karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2), hidro karbon
(HC) dan oksida nitrogen (NOx).
d. Frekwensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama
tahap operasi penambangan.

2. Pencucian
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak
negatif penting pada tahap pencucian adalah kualitas air
dan tanah.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah:
i. Kualitas tanah: mengetahui tingkat penurunan kualitas
tanah.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 16

ii. Kualitas air: menekan penurunan kualitas air sungai


dan air sumur penduduk.
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah:
i. Kualitas tanah: tekstur tanah, pH (H2O), pH (KCl), Corganik, N-total dan nisbah C/N, Aldd, Hdd, Corganik, Ntotal,
Ptersedia, KTK, K, Na, Ca dan Mg, kejenuhan Al, asam dan
basa.
ii. Kualitas air: Fisika, kimia organik dan kimia anorganik.
d. Frekwensi pemantauan adalah:
i. Kualitas udara: tiga bulan sekali selama tahap operasi
pencucian.
ii. Kualitas air: tiga bulan sekali selama tahap operasi
pencucian.

3. Sarana Penunjang
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak
negatif penting pada lokasi sarana penunjang adalah
kualitas tanah dan air.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah:
i. Kualitas tanah: menekan perubahan parameter
kualitas tanah dan perubahan tingkat kualitas tanah.
ii. Kualitas air: menekan penurunan kualitas air sungai
dan air sumur penduduk
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah:
i. Kualitas tanah: tekstur tanah, pH (H2O), pH (KCl), Corganik, N-total dan nisbah C/N, Aldd, Hdd, Corganik, Ntotal,
Ptersedia, KTK, K, Na, Ca dan Mg, kejenuhan Al, asam dan
basa.
ii. Kualitas air: Fisika, kimia organik dan kimia anorganik.
d. Frekwensi pemantauan adalah:
i. Kualitas tanah: enam bulan sekali selama ada aktivitas
penunjang
ii. Kualitas air: tiga bulan sekali selama ada aktivitas
penunjang.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 17

7.2

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat

modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu,
dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya
kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka
diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
kegiatan pertambangan. Sesuai dengan tujuan perusahaan dalam
bidang K3 yaitu mencegah karyawan dari kecelakaan dan penyakit
akibat

kerja,

meminimalkan

kerugian

biaya

dan

material

serta

membangun suasana lingkungan kerja yang sehat dan aman maka PT


Borneo Edo International meletakkan pengelolaan K3 dalam prioritas
yang utama.

A.

Organisasi
Keselamatan dan kesehatan kerja PT Borneo Edo International

diorganisir oleh karyawan yang bertindak sebagai safety officer yang


bertanggung jawab langsung kepada Kepala Teknik Tambang. Dalam
melaksanakan tugasnya safety officer dibantu oleh kumpulan divisi yang
tergabung dalam safety commite.

KTT
Safety Officer
Safety Committee

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

Div Eksplorasi dan Perencanaan


Tambang

VII - 18

Div Produksi Tambang dan Unit


Pencucian
Div Konstruksi dan Perawatan
Div Grade Control
Div Laboratorium

Gambar 7.2
Diagram Organisasi K3

B.

Peralatan
Untuk mendukung terlaksananya program-program K3, PT Borneo

Edo International akan menyediakan peralatan di berbagai lokasi


kegiatan penambangan, pemuatan, pengangkutan, penimbunan dan
pencucian bauksit.
Jenis peralatan kesehatan dan keselamatan kerja diberikan sesuai
dengan kebutuhan seperti: pakaian keselamatan, alat pelindung telinga
(ear plug), alat pelindung pernapasan (dust masker), pelindung kaki
(safety shoes), sarung tangan dan lain sebagainya. Secara lengkap
peralatan tersebut dapat dilihat pada Tabel VII.1.

Tabel VII.1
Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No.
1.

Lokasi
Tambang

a.

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Helm pengaman

b.

Sepatu pengaman

c.

Kacamata pelindung

d.

Sarung tangan

e.

Masker debu dan earplug

f.

Reflector vest

g.

Alat

pemadam

api

dan

perlengkapan K-3 di kendaraan pengangkutan personil

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 19

dan alat-alat tambang


h.

Bendera

merah

atau

kuning (tinggi 2 m) untuk kendaraan pengangkutan


pengawas
i.

Rambu lalu lintas batas


kecepatan truk < 40 km/jam dan kendaraan personil <

C.

60 km/jam
Helm pengaman

Lokasi

a.

Pencucian

b.

Sepatu pengaman

Bauksit

c.

Sarung tangan kulit

d.

Masker debu dan earplug

Gudang suku

e.
a.

Kacamata pelindung
Masker debu

cadang

b.

Perlengkapan P3K

c.

Alat pemadam kebakaran

d.

Helm pengaman

e.

Sepatu pengaman

f.

Sarung tangan kulit

Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Kegiatan pelaksanaan K3 mengacu pada Keputusan Menteri

Pertambangan

dan

Energi

No.

555.K/26/M.PE/1995

tentang

keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan. Berikut beberapa


program

keselamataan

dan

kesehatan

kerja

PT

Borneo

Edo

International, yaitu:
1. Program Tahunan K3 yang akan dibuat berdasarkan pada
kebutuhan tiap tahun
2. Realisasi program per triwulan
3. Pelatihan fire rescue
4. Pelatihan K3
5. Melakukan induksi K3 pada setiap karyawan maupun tamu,
dengan cara:
a. lnduksi harus dilakukan di ruangan khusus.
b. Bahan/materi induksi harus tersedia dalam jumlah yang
sesuai dengan jumlah peserta dan jenis induksi.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 20

c. Alat
bantu untuk
mempermudah dan
memperjelas
penyampaian materi induksi harus disesuaikan dengan
jenis dan kondisi yang ada di lokasi.
d. Setiap perserta induksi harus mengisi daftar hadir dan
daftar periksa.
e. Daftar periksa yang telah ditandatangani peserta dan
penyaji induksi diarsipkan oleh bagian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
f. Hasil induksi didokumentasikan oleh perusahaan.
g. Jenis induksi K3 yang diberikan adalah induksi umum,
induksi lokal, induksi tamu, dan induksi ulang.
6. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi semua pekerja
disesuaikan dengan tingkat resiko pekerjaan dan menekankan
pemakaian APD pada saat bekerja.
7. Menyiapkan fasilitas peralatan keselamatan kerja, misalnya
APAR (Alat Pemadam Api Ringan), safety belt.
8. Mengadakan penyuluhan K3.
9. Pembuatan JSA (Job Safety Analysis) dan SOP (Standart
Operation Procedure)
10.Melaksanakan safety campaign dengan memasang sloganslogan mengenai keselamatan kerja dan pembagian brosur K-3.
11.Melaksanakan safety patrol secara rutin yang dilakukan oleh
tim gabungan antara perusahaan dengan sub kontraktor.
12.Melaksanakan safety talk di kalangan karyawan sesuai jadwal
dan topik.
13.Memasang tanda-tanda lalu lintas dan tanda peringatan
lainnya di tempat-tempat tertentu.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 21

Tabel VII.2
Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
No.
1

Kegiatan
Patroli

Uraian
Implementasi peninjauan/pengecekan untuk

a.

keamanan

mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman


b.

Melakukan tindakan pencegahan dengan


pemberhentian dan peringatan atau menyarankan jika
terdapat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan K-3

c.

Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari


pelanggar peraturan

d.
2

Batas kecepatan truk bermuatan < 40 km/jam dan

Inspeksi

kendaraan personil < 60 km/jam


a.
Cek kondisi dari alat pemadam api, buat inventaris

keamanan

b.

Cek kondisi dari fasilitas transportasi

c.

Cek kondisi dari fasilitas bengkel

d.

Cek kondisi dan penataan dari gedung

e.

Cek kondisi dan penataan dari camp utama dan

Diskusi

lokasi kerja
a.
Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja

masalah

b.

keselamatan
Kampanye

memonitor realisasi dari diskusi pagi


a.
Implementasi pengutamaan keselamatan pada setiap

keselamatan

Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan

tingkat pekerjaan dilakukan sistem pendekatan pribadi,


pemberian pelajaran yang
diedarkan

Pelindung

b.
a.

Evaluasi kontes keselamatan


Inventarisasi alat pencegahan sendiri

keamanan

b.

Melengkapi kekurangan

c.

Memonitor pemakaian

d.

Cek dan melengkapi pelindungan keselamatan pada


alat-alat

Pemilihan

e.
Cek dan melengkapi rambu-rambu
a. Cek jenis peralatan

operator
Laporan

a.

Laporan kecelakaan

keselamatan

b.

Laporan bulanan

kerja
Pengendalian

c.
a.

Laporan pelatihan
Cek kesehatan karyawan secara rutin

Kesehatan

b.

Penangan permasalahan kesehatan karyawan secara

dini
c.

Program pengobatan gratis bagi karyarwan

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 22

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


IUP Eksplorasi Sebadu
PT Borneo Edo International Kalimantan Barat

VII - 23

Anda mungkin juga menyukai