Hasil Percobaan
Kadar FFA
: 0,135 %
2. Metil ester
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar FFA Metil Ester
Run
I
Katalis
(%)
II
0,8
1,0
II
1,2
Waktu
(menit)
Suhu
(C)
Minyak :
Metanol
Massa Metil
Ester (gr)
Kadar
FFA
0,0948 %
60
60
1:6
20
0,1016 %
0,0948 %
Massa
(gr)
Densitas
(60oC)
kg/m3
Viskositas x
10-3 (60oC)
kg/m.s
Viskositas
Kinematik
(60oC) mm2/s
(cSt)
Yield (%)
150
877,6
0,03030
3,4525
60,6
832,2
0,002611
3,138
40,40
41,4
822,1
0,003740
4,529
27,60
34,8
822,1
0,003110
3,783
23,20
850-890
2,3-6,0
4.2
Pembahasan
825
820
815
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.7
1.9
Katalis (%)
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Perbandingan Katalis Terhadap Densitas (kg/m3)
Pada gambar di atas hubungan katalis terhadap densitas. Dari grafik terlihat
kurva mengalami penurunan dimana pada run I campuran dengan persen katalis 0,8
%, diperoleh metil ester dengan densitas 832,2 kg/m3; pada run II dan run III
campuran mengalami penurunan dengan persen katalis 1,0 % dan 1,2 %, diperoleh
metil ester dengan densitas 822,1 kg/m3.
Berdasarkan teori densitas adalah perbandingan jumlah massa suatu zat terhadap
volumenya pada waktu tertentu. Semakin rendah waktu, maka berat jenis biodiesel
akan semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya. Keberadaan gliserol dalam biodiesel
mempengaruhi densitas biodiesel karena gliserol memiliki densitas yang cukup
tinggi (1,26 g/cm3). Sehingga jika gliserol tidak terpisah dengan baik dari biodiesel,
maka densitas biodiesel akan meningkat (Putra, dkk., 2012).
Densitas dipengaruhi oleh tahap pemurnian karena tahap pemurnian yang kurang
baik dapat menyebabkan densitas biodiesel mempunyai densitas bervariasi. Biodiesel
memiliki densitas sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan petrodiesel (Sales, 2011).
Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2006) densitas
biodiesel pada suhu 40 oC adalah 850-890 kg/m3 (Affandi, dkk., 2013). Semakin
banyak persen katalis yang diberikan maka nilai massa jenis cenderung turun
(Dewajani, 2011).
Berdasarkan teori yang disebutkan diatas maka percobaan yang dilakukan
tidak sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan:
1. Pada proses pemisahan dengan corong pemisah terdapat biodiesel yang ikut
keluar dengan lapisan bawah yang merupakan lapisan gliserol, katalis sisa
dan metanol.
2. Proses pengendapan yang terlalu singkat, disarankan untuk pengendapan
selama 24 jam.
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.7
1.9
Katalis (%)
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Katalis terhadap Viskositas Metil Ester
Pada gambar di atas, terlihat kurva pengaruh persen katalis terhadap viskositas
mengalami fluktuasi, pada run I campuran dengan persen katalis 0,8 %, diperoleh
metil ester dengan viskositas 0,002611 kg/m.s; pada run II campuran dengan persen
katalis 1 %, diperoleh metil ester dengan viskositas 0,003740 kg/m.s, dan pada run
III campuran dengan persen katalis reaksi 1,2 %, diperoleh metil ester dengan
viskositas 0,0003110 kg/m.s.
Berdasarkan teori, semakin tinggi nilai katalis maka dapat meningkatkan
emulsi sehingga meningkatkan viskositas dari biodiesel (Rahkadima dan Purwati,
2011). Semakin tinggi nilai katalis dengan tidak melebihi nilai optimum katalis maka
nilai viskositas akan semakin naik. Jika pemakaian katalis yang tidak tepat dapat
meningkatkan emulsi sehingga meningkatkan viskositas dari biodiesel dan
mengganggu pemisahan gliserol (Hikmah dan Zulyana, 2010). Nilai viskositas
ASTM D 675108 pada suhu 40 oC menurut Standart Nasional Indonesia sebesar
1.96.0 mm2/s (Muppaneni, 2013)
Selain itu, viskositas merupakan tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan
dalam pipa kapiler pada gaya gravitasi atau daya alir. Kecepatan mengalir juga
tergantung pada massa jenis maka pengukuran ini dinyatakan dengan viskositas
kinematik. Salah satu tujuan transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester adalah
untuk menurunkan viskositas trigliserida. Nilai viskositas biodiesel mengalami
penurunan dengan semakin lamanya waktu reaksi dan semakin meningkatnya suhu
(Affandi, dkk., 2013).
Berdasarkan teori yang disebutkan diatas maka percobaan yang dilakukan tidak
sesuai dengan teori dimana viskositas biodiesel justru meningkat dengan semakin
tingginya rasio mol reaktan. Hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Pemurnian biodiesel yang kurang maksimal sehingga masih terdapat komponen
lain seperti air sehingga berpengaruh terhadap viskositas biodiesel.
2. Temperatur biodiesel yang tidak konstan selama pengkuran dalam viskosimeter.
2.00
1.00
0.00
0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5 1.7 1.9
Katalis (%)
pengukuran
resistensi terhadap aliran bahan bakar dan juga dapat digunakan untuk memilih profil
asam lemak dalam bahan baku yang digunakan untuk produksi biofuel. masing-
masing untuk bahan bakar biodisel. Viskositas adalah bahan bakar utama properti
karena membujuk atomisasi bahan bakar pada injeksi ke dalam mesin diesel
pengapian ruang dan akhirnya, pembentukan deposito mesin (Wendi dan Valentino,
2014).
Dengan adanya penambahan konsentrasi katalis menyebabkan penurunan
viskositas kinematik biodiesel (Kalyani, dkk., 2012). Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI), viskositas kinematik biodiesel pada suhu 40 oC adalah 2,3-6,0 cSt
(SNI, 2006).
Dalam proses transestrifikasi asam lemak bebas (FFA) isi bahan baku yang
merupakan parameter penting untuk menganggap seperti itu bisa mempengaruhi
reaksi kimia. FFA tinggi dalam bahan baku akan menghasilkan sabun formasi ketika
bahan kimia alkali digunakan sebagai katalis karena mereka bereaksi untuk
menetralkan FFA dalam minyak. Pembentukan sabun dapat menurunkan yield
biodiesel dan mempersulit pemisahan dan pemurnian produk biodiesel. Sebagai
akibat dari meningkatnya konsentrasi katalis, campuran katalis dan reaktan bisa
menjadi terlalu kental yang mengarah ke masalah pencampuran dan permintaan
konsumsi daya yang lebih tinggi untuk cukup pengadukan (Wendi dan Valentino,
2014).
Berdasarkan teori yang disebutkan di atas, maka hasil percobaan telah sesuai
dengan teori dan kondisi yang paling mendekati SNI adalah run II dengan persen
katalis 1% dimana viskositas kinematik metil ester sebesar 4,529 cSt. Jadi kondisi
optimum pada percobaan ini adalah percobaan run II.
2.00
1.00
0.00
820 822 824 826 828 830 832 834
Densitas (kg/m3)
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
1.7
1.9
Katalis (%)
Grafik 4.5 Pengaruh Perbandingan Katalis terhadap Yield Metil Ester
Pada gambar di atas, terjadi fluktuasi yield terhadap bertambahnya persen
katalis. Pada run I yield Metil Ester yang dihasilkan sebesar 40,400 % dengan persen
katalis 0,8 %; pada run II campuran dengan persen katalis 1,0 % diperoleh yield
sebesar 27,600 %; dan pada run III campuran dengan persen katalis 1,2 %, diperoleh
yield sebesar 23,200 %.
Berdasarkan teori pada awal reaksi, reaksi transesterifikasi tergantung pada
pencampuran dan penyebaran alkohol ke dalam minyak, reaksi berlangsung sangat
cepat. Waktu reaksi yang berlebih akan menimbulkan pengurangan jumlah yield
akibat reaksi balik transesterifikasi, sehingga jumlah ester berkurang dan juga
menyebabkan banyaknya asam lemak yang membentuk sabun (Affandi, dkk., 2013).