Adapun Khittah Denpasar tahun 2002 atau Khittah Muhammadiyah dalam Berbangsa dan
Bernegara yang bersifat lengkap itu berisi sembilan butir pernyataan pokok, yaitu sebagai
berikut:
1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah
satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus
selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada
dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana
nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya
Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usahausaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil
society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik
yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar
maruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan
sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi
kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju
kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
6. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan
kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi
kritik sesuai dengan prinsip amar maruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan
yang demokratis dan berkeadaban.
7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang
dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah,
demi kemaslahatan bangsa dan negara.
8. 1. Faktor Internal
a. Kelemahan dan praktek ajaran Islam.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk.
Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan pengukuhan yang kuat
terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan
ijtihad dan pembaharuan pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan praktek agama seperti
ini mempersulit agenda umat untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak
datang dari luar(barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu termanifestasikan
dalam bentuk bentuk sikap penolakan terhadap perubahan dan kemudian berapologi terhadap
kebenaran tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup selama ini.
Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disanping telah memperkaya khasanah budaya
Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format format sinkretik, percampuradukkan antara
sistem kepercayaan asli masyarakat masyarakat budaya setempat. Sebagai proses budaya,
percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun kadang kadang menimbulkan
Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al - Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan
lain sebagainya. Persentuhan itu terutama diperoleh melalui tulisan tulisan Jamaluddin al
Afgani yang dimuat dala majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Tulisan tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat
mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasan gagasan pembaharuan ke
dalam tindakan amal yang riil secara terlembaga.
Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam
melaksanakan dawah amar maruf nahi munkar.
9. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan
prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
Talim
secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari alama-yualimu-taliman), secara istilah berarti
pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian pengertian, pengetahuan dan ketrampilan.
Menurut Abdul Fattah Jalal, talim merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala
kotoran sehingga siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya ( ketrampilan). Mengacu pada definisi ini, talim, berarti adalah usaha terus menerus
manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi tidak tahu ke posisi tahu seperti yang
digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78, dan Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan hati agar kamu bersyukur.
2. Tadib,
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-tadiban, yang berarti mengajarkan sopan
santun. Sedangkan menurut istilah tadib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan
kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata tadib adalah pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaanNya. Definisi ini, tadib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (talim),
pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu
pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, talim, dan tadib sekaligus. Karena tadib
adalah istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan dalam arti Islam.
3.Tarbiyah,
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik
dinamakan Murobi. Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda,
yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tarara-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama alaihi, wa
raaahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya
(atau mendidik).
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara
berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah
masyarakat.
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan
menyenangkan (tidak membosankan).
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai
syariat Allah SWT.
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg
mudah kepada yg sulit.
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga
ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian
ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
7. Tarbiyah terdiri atas (1) Tarbiyah Khalqiyyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal,
jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk, dan (2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat,
pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan
Allah SWT.
merupakan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang berarti pendidikan.
Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mangasuh, mendididk dan memelihara.
Muhammad Jamaludi al- Qosimi memberikan pengertian bahwa tarbiyah merupakan proses
penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang dilakukan secara setahap demi setahap.
Sedangkan Al-Asfahani mengartikan tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara
setahap dan dilakukan sesuai pada batas kemampuan.
Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai
potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti
pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep talim, tadib dan tarbiyah
Istilah talim, tadib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi
penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari
unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal
memelihara dan mendidik anak.
Dalam talim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman,
pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu talim di sini
mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam
hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya
potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu
pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang
benar dalam mendidik pribadi.
Adapun tadib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar
menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Denga pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai
satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang seutuhnya,
perfect man, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik. waAllahu alam.
1. Tarbiyah
a. Bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat
berkembang secara sempurna.
b. Memelihara
c. Mendidik
d.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3. Tadib
a. Penguasaan ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggungjawab dan
penanaman amanah kepada anak.
b. Kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
c. Pengetahuan ( unsur- unsur ilmu)
d. Instruksi ( talim )
e. Pembinaan yang berpola secara terus menerus ( tarbiyah )
Tarjih berasal dari kata " rojjaha yurajjihu- tarjihan ", yang berarti
mengambil sesuatu yang lebih kuat.[1] Jadi secara bahasa tajrih merupakan
cartaa pengambilan sesuatu dengan membandingkan antara dua hal yang
saling bertentangan dan mengambil sesuatu yang lebih kuat.
Ppt
Jadi majlis tarjih dapat didefinisikan sebagai suatu lembaga hukum dalam
persyarikatan Muhammadiyah yang mempunyai peranan sebagai lembaga
yang membidangi masalah-masalah keagamaan, khususnya hukum fiqh.
Majlis tarjih mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengembangan
pemikiran Muhammadiyah terutama yang berkaitan dengan masalah hukum.
Dengan adanya lembaga Tarjih ini, maka perpecahan antar warga
Muhammadiyah yang diakibatkan perbedaan pendapat dapat dihindarkan
dan majlis ini juga menetapkan pendapat mana yang lebih kuat untuk
diamalkan oleh warga Muhammadiyah. Selain itu, majlis tarjih dalam
perkembanganya tidak hanya sekedar menjatrjih masalah-masalah
khilafiyah, akan tetapi mengarah pada penyelesaian masalah-masalah baru
atau kontemporer.
Adapun tugas-tugas Majlis Tarjih, sebagaimana yang tertulis dalam Qaidah Majlis Tarjih
1961 dan diperbaharuhi lewat keputusan Pimpinan Pusat Muhammdiyah No. 08/SKPP/I.A/8.c/2000, Bab II pasal 4 , adalah sebagai berikut :
1. Mempergiat pengkajian dan penelitian ajaran Islam dalam rangka pelaksanaan tajdid
dan antisipasi perkembangan masyarakat.
2. Menyampaikan fatwa dan pertimbangan kepada Pimpinan Persyarikatan guna
menentukan kebijaksanaan dalam menjalankan kepemimpinan serta membimbing
umat , khususnya anggota dan keluarga Muhammadiyah.
Sedangkan beberapa keputusan yang dihasilkan oleh majlis tarjih, anatar lain:
a. Penetapan awal Ramadhan dan syawal.
b. Tuntunan idul adha. Memperbanyak takbir, mandi, berhias berpakaian terbaik, makan seteah solat,
tidak ada azan maupun iqomah
c. Keputusan pengharaman rokok, dll.
Dari feeding maka lahirlah panti asuhan. Dari schooling maka lahirlah
sekolah-sekolah. Dari healing maka lahirlah rumah sakit dan balai
pengobatan
meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal
Usaha Muhammadiyah & Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
1. Rumah sakit berjumlah 34
2. Rumah bersalin berjumlah 88
3. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 50
4. Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 11
5. Balai Pengobatan berjumlah 84
6. Apotek dan KB berjumlah 4
7. Institusi Pendidikan berjumlah 54
Pada tahun 2009 diperkiran jumlah fisik balai pengobatan Muhammaiyah lebih banyak lagi
seiring dengan makin berkembangnya usaha-usaha yang diselenggarakan oleh persyarikatan
Muhammadiyah.
Adapun Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial, telah
mendirikan lembaga amal usaha sosial dalam bentuk panti sosial Muhammadiyah, sebagai wujud
kepedulian persyarikatan Muhammadiyah dalam menghadapi permasalahan kemiskinan,
pembodohan dan meningkatnya jumlah anak yatim piatu dan anak terlantar. Dalam hal ini
Muhammdiyah terinspirasi dan berpijak pada QS Al-Maun. Panti sosial Muhammadiyah
sebagai lembaga pelayanan di masyarakat, memiliki perangkat dan sistem serta mekanisme
pelayanan yang diharapkan akan lebih menjamin efektifitas pelayanan.
Selanjutnya dalam bidang kesejahteraan sosial ini, hingga tahun 2000 Muhammadiyah
telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti jompo, 22 balai kesehatan sosial, 161 santunan
keluarga, 5 panti wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38 santunan
kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah (Forpama) yang dibentuk untuk Periode
2007 s.d 2010, sejak diberikan tanggungjawab, terus melakukan berbagai macam terobosan dan
langkah-langkah strategis untuk menjadikan panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai
lembaga profesionalisme, prima dalam kualitas pelayanan dan memiliki keteguhan komitmen
dalam pembinaan anak-anak asuh panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah yang berjumlah lebih
dari 22.000 anak se-Indonesia dari 351 kelembagaan Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
(Direktori Forpama, 2008). Dengan demikian anak asuh Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
menjadi labor kader utama guna membangun sumber daya insani yang berkualitas di
Persyarikatan Muhammadiyah.
Sisanya di ppt