Anda di halaman 1dari 3

No

1.

Diagnosa
Tujuan/Kriteria hasil
Intevensi
Keperawatan
Intoleransi aktivitas Melaporkan
1. Kaji kemampuan 1.
pasien untuk
berhubungan
peningkatan toleransi
melakukan untuk 2.
dengan
aktivitas(termasuk
melakukan
tugas/AKS normal.
ketidakseimbangan aktivitas sehari-hari.
2. Kaji
antara suplai dan
kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya 3.
kebutuhan oksigen.
jalan, kelemahan
otot.
3. Awasi tekanan darah,
nadi, pernapasan
selama dan sesudah
aktivitas.
4.
4. Berikan lingkungan
tenang.
5. Ubah posisi pasien
dengan perlahan dan
pantau terhadap
pusing.
5.
6. Anjurkan pasien
untuk menghentikan
aktivitas bila
palpitasi.
6.

2.

Ketidakseimbangan Menunjukkan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan.

1. Kaji riwayat nutrisi,1.


termasuk makanan
peningkatan berat
yang disukai.
badan atau berat badan2. Observasi dan catat 2.
masukan makanan
stabil dengan nilai
pasien.
laboratorium normal. 3. Timbang berat badan
tiap hari.
3.
4. Berikan makan
sedikit dan frekuensi
sering dan/atau
makan diantara
4.
waktu makan.
5. Observasi dan catat
kejadian
mual/muntah, flatus
dan gejala lain yang 5.
berhubungan.
6. Berikan dan bantu

Rasional
Mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan
Menunjukkan perubahan
neurologi karena
defesiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan
pasien/resiko cedera.
Manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke
jaringan.
Meningkatkan istirahat
untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan
regangan jantung dan
paru.
Hipotensi postural atau
hipoksia serebral dapat
menyebabkan pusing,
berdenyut dan
peningkatan resiko
cedera.
Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
menimbulkan kegagalan.
Mengidentifikasi
defisiensi, menduga
kemungkinan intervensi.
Mengawasi masukan
kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi
makanan.
Mengawasi penurunan
berat badan atau
efektivitas intervensi
nutrisi.
Makan sedikit dapat
menurunkan kelemahan
dan meningkatkan
pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
Gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia) pada

hygiene mulut yang


organ.
baik sebelum dan 6. Meningkatkan nafsu
sesudah makan,
makan dan pemasukan
gunakan sikat gigi
oral, menurunkan
halus untuk
pertumbuhan bakteri,
penyikatan yang
meminimalkan
lembut. Berikan
kemungkinan infeksi.
pencuci mulut yang
Teknik perawatan mulut
diencerkan bila
khusus mungkin
mukosa oral luka.
diperlukan bila jaringan
7. Kolaborasi :
rapuh/luka/perdarahan
1.Berikan obat sesuai
dan nyeri berat.
indikasi, mis.Vitamin7. Kolaborasi :
dan suplemen
1. Kebutuhan penggantian
mineral, seperti
tergantung pada tipe
sianokobalamin
anemia dan/atau adanya
(vitamin B12), asam masukan oral yang buruk
folat (Flovite); asam dan defisiensi yag
askorbat (vitamin C), diidentifikasi.
2.Besi dextran
2. Diberikan sampai defisit
(IM/IV.)
diperkirakan teratasi dan
disimpan untuk yang tak
dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila
kehilangan darah terlalu
cepat untuk penggantian
oral menjadi efektif.
3.

Resiko infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
tubuh sekunder
yang tidak adekuat
(mis: penurunan
hemoglobin,
eukopenia,
supresi/penurunan
respon inflamasi).

4.

Konstipasi
berhubungan

Mngidentifikasi

1. Tingkatkan cuci
1.
tangan yang baik 2.
perilaku untuk
oleh oemberi
mencegah/menurunkan perawatan dan
3.
pasien.
resiko infeksi.
2. Pertahankan teknik
aseptic ketat pada
prosedur/ perawatan4.
luka.
3. Tingkatkan masukan
cairan adekuat.
5.
4. Pantau suhu, catat
adanya menggigil
dan takikardia
dengan atau tanpa
demam
5. Kolaborasi: berikan
antiseptic topical,
antibiotic sistemik.
Membuat/kembali pola
1. Observasi warna 1.
feses, konsistensi,
normal dari fungsi
frekuensi, dan

Mencegah kontaminasi silang.


Menurunkan resiko infeksi
bakteri.
Membantu dalam pengenceran
secret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan
mencegah statis cairan tubuh.
Adnya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
Mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local

Membantu mengidentifikasi
penyebab/ factor pemberat dan
intervensi yang tepat.

dengan perubahan usus.

jumlah.
2.
2. Auskultas bunyi
usus
3. Awasi masukan dan3.
haluaran dengan
perhatian khusus
pada
makanan/cairan.
4.
4. Kaji kondisi kulit
perianal dengan
5.
sering.
5. Kolaborasi: berikan
obat anti diare,
misalnya:
difenoxsilat
hidroklorida.

pada pola makan.

Bunyi usus secara umum


meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
Dapat mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan berlebiha
atau alat dalam mengidentifikas
defisiensi diet.
Mencegah ekskoriasi kulit dan
kerusakan kulit.
Menurunkan multilitas usus bila
diare terjadi.

D. EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2. A. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
B. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4. Fungsi usus mulai kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai