Sosial Budaya : Di kota besar, masing masing individu sibuk memperjaungkan hidup
sehingga tidak waktu bersosialisasi. Situasi ini mendukung perilaku menarik diri.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain.
Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan
dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif
dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien
menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan
diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu
menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan
serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan
penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan
lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin
kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga
disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu
alkohol dan penganiayaan anak.
Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
Tanda tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek :
Aspek fisik :
o Makan dan minum kurang
o Tidur kurang atau terganggu
o Penampilan diri kurang
o Keberanian kurang
Aspek emosi :
o Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
o Merasa malu, bersalah
o Mudah panik dan tiba-tiba marah
o
Aspek sosial :
o Duduk menyendiri
o Selalu tunduk
o Tampak melamun
o Tidak peduli lingkungan
o Menghindar dari orang lain
o Tergantung dari orang lain
Aspek intelektual
Putus asa
o Merasa sendiri, tidak ada sokongan
o Kurang percaya diri
Tindakan:
Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
Tindakan:
Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
o Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien -perawat, klien
-perawat -klien lain, perawat-klien kelompok, klien -keluarga.
Tindakan:
Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat
yang sama.
Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
Tingkatkan interaksi secara bertahap
Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
Tindakan:
Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Tindakan:
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Stuart, G.W and Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed. St Louis
Mosby Year Book.1995
Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St Louis
Mosby Year Book. 2001
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung.