Anda di halaman 1dari 407

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PROMOSI KESEHATAN


Gedung Prof. DR. Sujudi Lantai 10
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 4-9, Jakarta 12950
Telp / Fax. (021) 5203873
www.promkes.depkes.go.id
Tahun 2013

MODUL PELATIHAN PENGANGKATAN PERTAMA


JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) TERAMPIL

Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Modul Pelatihan
PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH
KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)
TERAMPIL

PUSAT PROMOSI KESEHATAN


BEKERJA SAMA DENGAN PUSDIKLAT APARATUR
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2013

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KATA PENGANTAR

Tujuan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan


dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang profesional terutama di bidang penyuluhan
kesehatan masyarakat, yaitu Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) ditetapkan melalui SK
Menpan No. 58 tahun 2000. Dalam Surat Keputusan tersebut dipersyaratkan tentang
kriteria pengangkatan jabatan fungsional PKM, diantaranya harus mengikuti pelatihan
pengangkatan pertama.
Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil tahun
2013 ini dikembangkan mengacu kepada Standar Kurikulum Pelatihan yang telah dibuat
pada tahun 2012 oleh Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Kami berharap Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM
Ahli maupun Terampil dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi terhadap upaya
peningkatan kapasitas Pejabat Fungsional PKM Ahli maupun Terampil di pusat maupun
di daerah. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan perbaikan
modul ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, November 2013


Kepala Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

dr. Lily S. Sulistyowati, MM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

ii

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

SAMBUTAN
KEPALA PUSDIKLAT APARATUR

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditetapkan, bahwa


tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemajuan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi ekonomis. Selanjutnya, ditetapkan pula bahwa
setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan
dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mecapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut, diupayakan bahwa setiap orang harus mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab serta memperoleh
pelayanan kesehatan yang meliputi upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.
Upaya meningkatkan kesadaran, kemauan serta kemampuan dalam melakukan kewajibannya
untuk berperilaku hidup sehat, bukan merupakan hal yang mudah. Sehubungan dengan
itu, diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten di bidang penyuluhan atau promosi
kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut adalah Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat. Jabatan fungsional kesehatan yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 58 tahun 2000. Dalam Surat Keputusan
tersebut dipersyaratkan bahwa pengangkatan pertama sebagai Jabatan Fungsional PKM
Ahli maupun Terampil, terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan pengangkatan pertama.
Sehubungan dengan itu diperlukan, Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama bagi Jabatan
Fungsional PKM Ahli dan Terampil yang terstandar serta sesuai peraturan kediklatan yang
berlaku.
Kami menyambut baik, bahwa Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan revisi Modul
Pelatihan Pengangkatan Pertama bagi Jabatan Fungsional PKM Ahli dan Terampil yang
mengacu pada standarisasi serta peraturan kediklatan yang berlaku. Hal ini merupakan
upaya penting, mengingat pelatihan pengangkatan pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

iii

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

dan Terampil. Setiap tahun diselenggarakan di provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan


demikian, Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli dan
Terampil sangat dibutuhkan oleh daerah.
Kami berharap agar modul pelatihan pengangkatan pertama Jabatan Fungsional PKM Ahli
dan Terampil ini dapat menjadi acuan pihak penyelenggara pelatihan di pusat maupun
daerah.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul pelatihan ini kami
ucapkan terimakasih

Jakarta, November 2013


Kepala Pusdiklat Aparatur


Suhardjono, SE, MM

iv

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................

Sambutan Kepala Pusdiklat Aparatur ...............................................................

iii

Daftar Isi .........................................................................................................

Struktur Program Pelatihan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Jenjang Terampil .............................................................................................

ix

Materi Dasar I
Kebijakan Diklat Aparatur Kesehatan .........................................................

Arah Bangkes Jangka Panjang ....................................................................

Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan ......................................................

Strategi Utama ...........................................................................................

Program Kesehatan Tahun 2010 - 2014 .......................................................

Peranan SDM Kesehatan ............................................................................

Masalah SDM Kesehatan ............................................................................

Program PPSDM Kesehatan .......................................................................

Program Badan PPSDM Kesehatan ............................................................

Struktur Organisasi Badan PPSDM Kesehatan ............................................

Struktur Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Badan PPSDM


Kesehatan Kemenkes RI .............................................................................

Target Pembangunan Tahun 2010 - 2014 ....................................................

Peran Diklat dalam Bangkes .......................................................................

Tantangan Kebutuhan Diklat .......................................................................

10

Kebutuhan Diklat ........................................................................................

11

Tindak Lanjut Hasil Pemetaan .....................................................................

11

Kebijakan Diklat .........................................................................................

12

Implementasi Tugas dalam Manajemen Diklat ..............................................

12

Kegiatan Prioritas di Bidang Diklat Aparatur .................................................

15

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Materi Dasar 2
Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Promosi Kesehatan .................
I.

16

Deskripsi Singkat ..................................................................................

16

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

16

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

17

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

17

V. Uraian Materi ........................................................................................

18

Materi Dasar 3
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat ..............................
I.

31

Deskripsi Singkat ..................................................................................

31

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

32

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

32

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

32

V. Uraian Materi ........................................................................................

34

VI. Referensi ..............................................................................................

40

Materi Dasar 4
Etika Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat ..........................................
I.

41

Deskripsi Singkat ..................................................................................

41

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

41

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

41

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

42

V. Uraian Materi ........................................................................................

44

Materi Inti 1
Persiapan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ...............................
I.

vi

55

Deskripsi Singkat ..................................................................................

55

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

55

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

56

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

57

V. Uraian Materi ........................................................................................

59

VI. Referensi ..............................................................................................

82

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Materi Inti 2
Pelaksanaan Advokasi Kesehatan ..............................................................
I.

83

Deskripsi Singkat ..................................................................................

83

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

84

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

84

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

84

V. Uraian Materi ........................................................................................

87

VI. Referensi ..............................................................................................

117

Materi Inti 3
Penggalangan Dukungan Sosial .................................................................
I.

119

Deskripsi Singkat ..................................................................................

119

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

120

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

120

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

121

V. Uraian Materi ........................................................................................

123

VI. Referensi ..............................................................................................

166

Materi Inti 4
Pelaksanaan Penyuluhan untuk Pemberdayaan Masyarakat .....................
I.

167

Deskripsi Singkat ..................................................................................

167

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

167

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

168

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

169

V. Uraian Materi ........................................................................................

173

VI. Referensi ..............................................................................................

228

Materi Inti 5
Karya Tulis/Karya Ilmiah Bidang Kesehatan ...............................................
I.

229

Deskripsi Singkat ..................................................................................

229

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

229

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

230

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

230

V. Uraian Materi ........................................................................................

232

VI. Referensi ..............................................................................................

242

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

vii

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Materi Inti 6
Teknologi Tepat Guna di Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ......
I.

243

Deskripsi Singkat ..................................................................................

243

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

244

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

244

IV. Metode ................................................................................................

244

V. Media dan Alat Bantu ............................................................................

244

VI. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

245

VII. Uraian Materi ........................................................................................

246

VIII. Referensi ..............................................................................................

326

Materi Inti 7
Penghitungan Angka Kredit dan Pengajuan DUPAK ..................................
I.

331

Deskripsi Singkat ..................................................................................

331

II. Tujuan Pembelajaran .............................................................................

332

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ..............................................

332

IV. Langkah - Langkah Kegiatan Pembelajaran ............................................

333

V. Uraian Materi ........................................................................................

335

VI. Referensi ..............................................................................................

370

Materi Penunjang

viii

Membangun Komitmen Pembelajaran (Building Learning Commitment) ...............

371

Rencana Tindak Lanjut ....................................................................................

381

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

STRUKTUR PROGRAM PELATIHAN


JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
JENJANG TERAMPIL

NO

MATERI

MATERI DASAR
1. Kebijakan Diklat Aparatur Kesehatan
2. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
dan Promosi Kesehatan
3. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat
4. Etika Profesi Penyuluh Kesehatan
Masyarakat
SUB TOTAL

MATERI INTI
1. Persiapan Kegiatan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
2. Pelaksanaan Advokasi Kesehatan
3. Penggalangan Dukungan Sosial
4. Pelaksanaan Penyuluhan untuk
Pemberdayaan Masyarakat
5. Karya Tulis/Karya Ilmiah Bidang
Kesehatan
6. Teknologi Tepat Guna di Bidang
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
7. Penghitungan Angka Kredit dan
Pengajuan DUPAK
SUB TOTAL

MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar
2. Rencana Tindak Lanjut
SUB TOTAL
TOTAL

ALOKASI WAKTU
P
PL

JUMLAH

5
2
2

12
4
4

17
6
6

19

10

18

48

74

3
2

3
2

26

53

87

KETERANGAN :
T = Teori; P = Penugasan; PL = Praktik Lapangan; 1 JPL @ 45 Menit

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

ix

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DIKLAT
APARATUR KESEHATAN

UUD 1945
SETIAP ORANG BERHAK
MEMPERTAHANKAN HIDUP DAN
KEHIDUPANNYA
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

KESEHATAN ADALAH
HAK AZASI MANUSIA

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

ARAH BANGKES JANGKA PANJANG


(2005 - 2025)

1. Bangnas wawasan
kesehatan.
2. Pemberdayaan
Masyarakat &
daerah
3. Pengembangan
upaya & pembiayaan
kesehatan.
4. Pengembangan
& pemberdayaan
SDM-Kesehatan

UPAYA POKOK

STRATEGI

NO
1
2
3
4

SASARAN
INDKT
2009
UHH
69
IMR
32,3
MMR
262
KR GIZI
26

2025
73,7
15,5
74
9.5

TUJUAN BANGKES

ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN


INDONESIA
SEHAT 2025

PRO RAKYAT

EFEKTIF

MISI

NILAI

INKLUSIF
VISI
Masyarakat sehat
yang Mandiri dan
Berkeadilan

RESPONSIF
BERSIH
PROGRAM BADAN
PPSDM KES

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

VISI
MASYARAKAT SEHAT YANG
MANDIRI DAN BERKEADILAN

MISI
1. Meningkatkan derajat Kesmas melalui pemberdayaan masyarakat
2. Melindungi Kesmas dgn menjamin tersedianya upaya kes yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan SDMKes
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

STRATEGI UTAMA

Pemberdayaan masyarakat, swasta & masyarakat madani dlm bangunkes melalui


kerjasama nasional & global

Yankes merata, terjangkau, bermutu & berkeadilan berbasis bukti dengan


mengutamakan upaya promotif & preventif

Pembiayaan bangunkes untuk mewujudkan jamsoskesnas

Pengembangan dan pendayagunaan SDM Kes yang merata & bermutu

Ketersediaan pemerataan, keterjangkauan obat & alkes serta menjamin keamanan,


khasiat, kemanfaatan & mutu sediaan farmasi alkes & makanan

Manajemen kes akuntabel, transparan, berdayaguna & berhasilguna untuk


memantapkan desentralisasi yang bertanggung jawab

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2010 - 2014
GENERIK
1. Dukungan manajemen & pelaksanaan tugas teknis lainnya
2. Peningkatan pengawasan & akuntabilitas aparatur kemenkes
3. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan
4. Penelitian dan pengembangan kesehatan

TEKNIS
1. Bina gizi & kes ibu anak
2. Pembinaan upaya kesehatan
3. Pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan
4. Kefarmasian & alkes
5. PPSDMKES

PERANAN SDM KESEHATAN

INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN (WHO)

80% DITENTUKAN OLEH SDM KES SELAIN PEMBIAYAAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MASALAH SDMKES

1. & Jenis Nakes meningkat (produksi) _ Kebutuhan & Pemerataan belum


terpenuhi _ DTPK.
2. & Jenis Nakes kurang (saryankes) dan terdistribusi kurang merata _ kualitas
pelayanan rendah _ bermasalah dalam sistem pelayanan rujukan untuk kasus
tertentu
3. Kualitas Nakes _ Rendah ,
Pengembangan Karier _ belum berjalan
Sistem Reward & Punishment _ belum berjalan

PROGRAM PPSDM KESEHATAN

OUTCOME

MENINGKATNYA KETERSEDIAN & MUTU SDM


KES SESUAI STANDAR PELAYANAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

PROGRAM BADAN PPSDM KES

Perencanaan Kebutuhan Nakes Pusat dan Daerah termasuk DTPK

Peningkatan keterampilan dan profesionalisme Nakes melalui Diklat Nakes

Pemenuhan kebutuhan Nakes _Yankes Puskesmas, RS Kab/Kota , terutama di


daerah terpencil dan bencana termasuk desa siaga

Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan serta pemberdayaan


TKKI ke Luar Negeri

Pengembangan Sistem Informasi dan Manajemen SDM Kesehatan serta


pemberdayaan organisasi profesi

Pengembangan Institusi Pelatihan Kesehatan

STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
(PERMENKES Nomor 1144 Tahun 2010)
Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan

Sekretariat Badan
PPSDM Kesehatan

Pusat
Perencanaan &
Pendayagunaan
SDM Kesehatan

Pusat
Pendidikan
& Pelatihan
Aparatur

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Pusat Pendidikan
& Pelatihan
Tenaga Kesehatan

Pusat
Standarisasi,
Sertifikasi & Dikjut
SDM Kesehatan

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

STRUKTUR ORGANISASI PUSAT PENDIDIKAN


DAN PELATIHAN APARATUR BADAN PPSDM
KESEHATAN KEMENKES RI

TARGET PEMBANGUNAN TH 2010 -2014

PROGRAM
/KEGIATAN

PUSDIKLAT
APARATUR

OUTCOME/
INPUT

Meningkatnya
Pendidikan
dan Pelatihan
Aparatur

TARGET
INDIKATOR
2010
1. pelatihan bagi
aparatur yang
terakreditasi
2. lembaga unit
pelatihan kesehatan
yang terakreditasi
3. aparatur yang
telah mengikuti
pelatihan
penjenjangan,
fungsional, dan
manajemen
kesehatan

2014

120

180

5000

25000

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

TARGET PEMBANGUNAN TH 2010 -2014

TARGET
INDIKATOR KINERJA
2011
1. pelatihan bagi aparatur yang
terakreditasi
2. lembaga unit pelatihan
kesehatan yang terakreditasi
3. aparatur yang telah mengikuti
pelatihan penjenjangan,
fungsional, dan manajemen
kesehatan

2012

2013

2014

140

150

160

180

10

13

10000

15000

20000

25000

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

PERAN DIKLAT DALAM BANGKES


DIKLAT
SDM KES
BANGKES

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

TANTANGAN KEBUTUHAN DIKLAT


ENTITAS
ORGANISASI

UNIT KERJA
PROFESI

TUGAS POKOK
& FUNGSI

JABFUNG
KINERJA
AKTUAL

GAP

PROGRAM
STANDAR
KOMPETENSI

KEGIATAN
PELAYANAN

10

STANDAR
PELAYANAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

KINERJA
OPTIMAL

KEBUTUHAN
DIKLAT

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KEBUTUHAN DIKLAT

TINDAK LANJUT HASIL PEMETAAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

11

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KEBIJAKAN DIKLAT
Menetapkan arah kebijakan dan mengkoordinasikan seluruh aspek perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pelatihan
Perencanaan: Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat sesuai kebutuhan
program kesehatan
Pelaksanaan: melaksanakan TOT,pelatihan2 strategis/ berskala nasional dan
internasional meliputi pelatihan teknis, fungsional, kepemimpinan, penjenjangan, dan
manajemen kesehatan.
Pengendalian: pengendalian mutu institusi diklat kes dan pelatihan kesehatan

IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT
PERENCANAAN DIKLAT

Inventarisasi kebutuhan diklat _ TNA, rapat2 koordinasi

Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat dgn kebutuhan program kesehatan _


sesuai arah pemb kes, meminimalkan tumpang tindih pelatihan, efisiensi anggaran

Penetapan kebutuhan pelatihan skala nasional termasuk penentuan satuan biaya


kegiatan pelatihan dan rencana pelaksanaan

PENGEMBANGAN DIKLAT

Penyusunan pedoman kediklatan meliputi: TNA, Penyusunan Kurmod,


Penyelenggaraan Pelatihan, Evaluasi Pelatihan

Penyusunan kurikulum dan modul (kurmod) pelatihan skala nasional

Uji coba pelatihan berdasarkan kurmod yg disusun, _

menyampaikan pelatihan ke

seluruh provinsi, penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih (TOT), memantau pelatihanpelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes di propinsi

12

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT
PEMBINAAN DIKLAT

Memfasilitasi bantuan teknis dalam pelaksanaan: TNA, Penyusunan Kurmod,


Penyelenggaraan Pelatihan, dan Evaluasi Pelatihan

Akreditasi dan sertifikasi terhadap: institusi diklat kesehatan (pemerintah dan non
pemerintah), dan kegiatan pelatihan

Pelaksanaan monev diklat: quality qontrol diklat, pendataan kegiatan diklat,


pendataan peserta diklat _ untuk mendukung ketersediaan data (sistim informasi
diklat)

PERMENKES 971 TAHUN 2009


PEMENUHAN KOMPETENSI
PEJABAT STRUKTURAL KESEHATAN di Dinkes, RS,
Puskesmas & UPT
KEMAMPUAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIMILIKI OLEH SEORANG
PEGAWAI BERUPA PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN SIKAP
PERILAKU YANG DIPERLUKAN PADA TUGAS JABATANNYA SEHINGGA
PEGAWAI TERSEBUT DAPAT MELAKSANAKAN TUGASNYA SECARA
PROFESIONAL, EFEKTIF DAN EFISIEN.

KOMPETENSI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

13

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KOMPETENSI DASAR
kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat struktural.

KOMPETENSI BIDANG
kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural
sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya

KOMPETENSI KHUSUS
kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat struktural dalam
mengemban tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan
jabatan

14

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KEGIATAN PRIORITAS
DI BIDANG DIKLAT APARATUR

Menyusun NSPK kediklatan

Menyusun dan mengembangkan kebijakan perencanaan dan pelaksanaan Diklat


Apatarur sesuai dengan rencana aksi Badan PPSDM Kesehatan, mengacu pada
Renstra Kemenkes guna mendukung visi dan misi Kemenkes

Melakukan kajian dan analisis kebutuhan diklat aparatur untuk pengembangan di


bidang kepemimpinan, manajemen kesehatan, teknis maupun fungsional

Melakukan pembinaan dan kemitraan dengan penyelenggara kediklatan : UPT vertikal


Kemenkes maupun UPT Daerah

Melatih para pelatih dilingkungan Unit Teknis Kemenkes tentang kediklatan aparatur,
meliputi: TPPK, TOC, MOT, TNA, Akreditasi Pelatihan, EPP.

Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan utk mendukung Permenkes 971/2009


(pelatihan bagi struktural Dinkes, RS, Puskesmas & UPT), jabatan fungsional & TOT.

Menyiapkan Aparatur untuk mendukung terwujudnya program nasional ( TKHI, dokter


plus, ponek/poned, Save Papua, prajab, diklatpim, dll)

Revitalisasi peran institusi diklat kesehatan daerah (kolaborasi antara pusat dan
daerah) _ sbg penyelenggara pelatihan2 skala nasional, penguatan thd SDM diklat
dan sarana serta prasarana diklat

Pengembangan Unit Fungsional Diklat di Kab/ Kota _ sbg unit yang bertanggung
jawab dalam pengembangan SDM Kes kab/ kota melalui pelatihan

Pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi terhadap _ institusi diklat kesehatan


(pemerintah & non pem.), dan kegiatan pelatihan

Pendataan kegiatan pelatihan yang akan dan sudah dilaksanakan lengkap untuk
tiap jenis diklat dan biodata lengkap peserta yg sudah dilatih _ untuk mendukung
ketersediaan data diklat (sistim informasi diklat)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

15

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DAN PROMOSI KESEHATAN

I.

Deskripsi Singkat
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor penentu
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama manusia
untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, telah ditetapkan bahwa arah pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka panjang adalah terwujudnya Indonesia
Sehat tahun 2025, dimana masyarakat hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku
masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta mampu mengakses pelayanan
kesehatan yang bermutu.
Untuk mencapai visi Indonesia Sehat Tahun 2025 tersebut, maka faktor perilaku
masyarakat mempunyai determinan utama dalam pembangunan kesehatan.
Perilaku tersebut meliputi upaya mewujudkan lingkungan yang sehat, proaktif dalam
memelihara kesehatannya serta akses dalam pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sehubungan dengan itu, intervensi perilaku terhadap peningkatan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat melalui promosi kesehatan merupakan upaya yang
strategis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan baik
dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan maupun dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Ruang lingkup materi yang akan dibahas
pada sesi ini meliputi: kebijakan pembangunan kesehatan dan kebijakan promosi
kesehatan.

II.

16

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu memahami Kebijakan
Pembangunan Kesehatan, Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kebijakan
Promosi Kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

B.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan:
1. Tujuan pembangunan kesehatan
2. Visi, misi dan nilai-nilai Kementerian Kesehatan
3. Strategi Kementerian Kesehatan
4. Promosi Kesehatan

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan
Pokok bahasan 2. Kebijakan Promosi Kesehatan

IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menjelaskan permasalahan kesehatan di Indonesia
Langkah 2.
Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 20052025 serta Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 20102014 (25 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan kebijakan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan
tahun 2005-2025.
b. Fasilitator menjelaskan rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 20102014
c. Fasilitator menjelaskan jangka panjang Fasilitator menjelaskan Visi dan Misi
Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Tahun 2010-2014
d. Fasilitator menjelaskan Strategi Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan
Kesehatan Tahun 2010-2014

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

17

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 3.
Kebijakan dan Peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan tahun
2010-2014 (25 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan dan sasaran
promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut selanjutnya menyampaikan
penegasan singkat melalui penayangan slide
c. Fasilitator menjelaskan visi dan misi promosi kesehatan
d. Fasilitator menjelaskan kebijakan umum promosi kesehatan
e. Fasilitator menjelaskan pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan
Langkah 4
Indikator kinerja utama kegiatan promosi kesehatan tahun 2010-2014 (20 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator menjelaskan indikator kinerja utama promosi kesehatan
b. Fasilitator menjelaskan strategi promosi kesehatan
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan pokok promosi kesehatan
d. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk menyampaikan materi
yang kurang dipahami.
e. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap pertanyaan atau klarifikasi yang
disampaikan oleh peserta latih.
Langkah 5
Kesimpulan (10 menit)
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Pada akhir sesi, fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat
serta harapan agar peserta dapat mengikuti pelatihan ini dari awal sampai akhir
dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa senang.
V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan
A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia telah mengalami peningkatan, hal ini
terlihat dari menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi
anak balita serta meningkatnya umur harapan hidup. Meskipun demikian upaya

18

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

meningkatkan status kesehatan masyarakat ini perlu terus dioptimalkan. Hal


ini disebabkan masih banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat lainnya
di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus dan harus diwaspadai, yaitu
pengendalian penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif seperti : penyakit
jantung, diabetes militus, kanker, dll, juga penyakit menular, sperti: diare, demam
berdarah, TB, malaria, HIV-AIDS, serta penyakit baru, seperti: flu burung, H1N1,
lupus, dll dan penyakit akibat bencana.
Salah satu penyebab utamanya adalah perilaku masyarakat yang belum
mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Sehubungan dengan itu
arah pembangunan kesehatan nasional jangka panjang adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.
B.

Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 20052025


Kebijakan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-2025,
diarahkan pada upaya terwujudnya Indonesia Sehat Tahun 2025
Visi Indonesia Sehat Tahun 2025 adalah :
Tercapainya hak hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem
kesehatan yang dapat menjamin hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku
masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta mampu akses dalam
pelayanan kesehatan yang bermutu.
Misi Indonesia Sehat Tahun 2025 adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumberdaya kesehatan
Pentahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun
2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. RPJMN 1: 2005-2009 Fokus pada meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan.
2. RPJMN 2: 2010-2014 Fokus pada pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs) dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

19

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. RPJMN 3: 2015-2019 Fokus pada peningkatan akses masyarakat terhadap


pelayanan kesehatan berkualitas semakin mantap
4. RPJMN 4: 2020-2025 Fokus pada akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas merata di seluruh Indonesia.
C.

Rencana Strategi Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 20102014


1. Arah pembangunan kesehatan nasional tahun 2010-2014, adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Dasar pembangunan kesehatan adalah perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan (ibu, bayi, anak, manula dan
keluarga miskin).
2. Visi pembangunan kesehatan nasional tahun 2010-2014 adalah: Masyarakat
Sehat yang mandiri dan Berkeadilan
3. Misi pembangunan kesehatan nasional adalah :
a.
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b.
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
c.
Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
d.
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
4. Tujuan adalah :
Terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna
dalam mencapai derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Guna mewujudkan visi, misi serta tujuan tersebut diatas, Kementerian
Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:
a.
Pro-rakyat artinya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan harus mengasilkan yang
terbaik untuk rakyat, tanpa membeda-bedakan suku, golongan, agama
dan status sosial ekonomi.
b.
Inklusif artinya semua program pembangunan kesehatan harus
melibatkan semua pihak dan seluruh komponen masyarakat yakni lintas
sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat, pengusaha/dunia
usaha maupun masyarakat madani semuanya harus berpartisipasi aktif.

20

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c.

d.
e.

Responsif artinya program kesehatan harulah sesuai dengan kebutuhan


dan keinginan rakyat serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di
daerah sesuai dengan situasi setempat.
Efektif artinya program kesehatan harus mencapai hasil sesuai target
yang ditetapkan dan bersifat efisien.
Bersih artinya penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan yang dapat di
pertanggung jawabkan.

Pembangunan kesehatan tahun 2010-2014 diharapkan dapat mendukung


tercapainya tujuan MDGs yaitu:
a.
Meningkatkan umur harapan hidup dari 70,6 tahun menjadi 72 tahun
b.
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup
c.
Menurunkan angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1000 kelahiran
hidup
d.
Menurunkan prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi kurang dan gizi
buruk) pada anak balita dari 18,4 persen menjadi dibawah 15,0 persen.
e.
Memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
5. Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan nasional
tahun 2010-2014 ada enam yaitu:
a.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat
madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional
dan global
b.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan pengutamaan pada
upaya promotif-preventif
c.
Meningkatnya pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
d.
Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu
e.
Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
f.
Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparant,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggungjawab.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

21

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 2.
Kebijakan dan peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan
tahun 2010-2014
A. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (SK Menkes No. 1193/Menkes/SK/X/2004)
B. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah:
Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya
C. Visi Promosi Kesehatan
Individu, keluarga dan masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka: a) mencegah timbulnya penyakit dan
masalah kesehatan lain; b) menanggulangi penyakit dan masalah-masalah
kesehatan lain dalam rangka menigkatkan derajat kesehatan; c) memanfaatkan
pelayanan kesehatan; d) mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat
D. Misi Promosi Kesehatan
a. Memberdayakan
individu,
keluarga,
kelompok-kelompok
dalam
masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun melalui
pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
b. Membina suasana dan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS
masyarakat.
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu kebijakan serta pihakpihak lain yang berkepentingan dalam rangka: mendorong diberlakukannya
kebijakan publik berwawasan kesehatan, mengintegrasikan promosi
kesehatan khusunya pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan, meningkatkan kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah
dan masyarakat termasuk LSM dan dunia usaha, meningkatkan investasi
dalam promosi kesehatan dan bidang kesehatan.

22

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

E. Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan Umum :
Meningkatnya PHBS individu, keluarga dan masyarakat serta berperan aktif
dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan
yang terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan masyarakat
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para
pengambil kebijakan dari berbagai pihak .
b. Meningkatkan kerjasama, antar masyarakat, antar kelompok, serta antar
lembaga dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan
c. Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
d. Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang efektif dengan mempertimbangan kearifan lokal.
e. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dengan seluruh program dan sektor terkait,
di pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu kepada rencana
strategis kementerian kesehatan
F. Kebijakan Umum Promosi Kesehatan
a. Menempatkan upaya promosi kesehatan menjadi salah satu prioritas
pembangunan kesehatan
b. Melaksanakan peningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggungjawab
c. Memantapkan peran serta masyarakat, kelompok-kelompok potensial,
termasuk swasta dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan
d. Melaksanakan upaya promosi kesehatan secara holistik dan terpadu
e. Melaksanakan peningkatan kualitas penyelenggaraan upaya promosi
kesehatan
G. Strategi Umum Promosi Kesehatan
a. Memperkuat sistem, kelembagaan dan penganggaran serta sarana promosi
kesehatan ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
b. Mengupayakan terbitnya peraturan perundangan dibidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat
c. Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis di semua tingkatan
d. Meningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan bertanggungjawab
e. Meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor terkait, swasta/dunia usaha,
dan Ormas/ LSM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

23

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f.

Menumbuhkan partisipasi dan peran serta individu, keluarga, dan masyarakat


dalam upaya kesehatan
g. Memadukan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
dalam setiap upaya pencegahan penyakit, peningkatan KIA dan Gizi dan
peningkatan akses ke pelayanan kesehatan
h. Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
i. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi untuk kemajuan upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
H. Peran Promosi Kesehatan dalam pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan nasional
Peran promosi kesehatan sangat penting dalam mewujudkan visi, misi dan strategi
pembangunan kesehatan nasional terutama di bidang pemberdayaan masyarakat,
membangun suasana yang kondusif untuk hidup sehat, serta pengembangan
kebijakan publik berwawasan kesehatan di berbagai jenjang administrasi.
I. Kegiatan pokok promosi kesehatan
a. Mengembangkan, menjabarkan dan mengimplementasikan Kebijakan,
Pedoman dan Standar Promosi Kesehatan
b. Memperjuangkan anggaran promosi kesehatan
c. Mengembangkan sumber daya dan organisasi promosi kesehatan
d. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia promosi
kesehatan
e. Menyusun arah kebijakan dan strategi promosi kesehatan
f. Mengkaji metode dan teknik promosi kesehatan yang efektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan.
g. Mengkoordinasikan dan mengelola pelaksanaan promosi kesehatan antara
pusat dan daerah
h. Menggalang kemitraan dengan berbagai mitra internasional/ regional/ nasional
dalam mengembangkan promosi kesehatan.
i. Melaksanakan kampanye kesehatan
j. Mendayagunakan data dan informasi dalam perencanaan, pencatatan dan
pelaporan serta sistem informasi
k. Melaksanakan bimbingan, supervisi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program Promosi Kesehatan
J. Program Promosi Kesehatan diprioritaskan pada :
a. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
Tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
24

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Indikator PHBS di Rumah Tangga adalah :


1)
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2)
Memberi bayi ASI Eksklusif
3)
Menimbang bayi dan balita setiap bulan
4)
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5)
Menggunakan air bersih
6)
Menggunakan jamban sehat
7)
Memberantas jentik di rumah
8)
Makan sayur dan buah setiap hari
9)
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok didalam rumah.
b. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru
dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit,
memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara lingkungan sehat,
terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat sekitarnya.
Indikator PHBS di Sekolah adalah:
1)
Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun
2)
Mengkonsumsi jajanan di warung/ kantin sekolah
3)
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4)
Olahraga yang teratur dan terukur
5)
Memberantas jentik nyamuk
6)
Tidak merokok
7)
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
8)
Membuang sampah pada tempatnya
c.

PHBS di Institusi Kesehatan


PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan
pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif
dalam mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat dan mencegah penularan
penyakit di institusi kesehatan.
Indikator PHBS di Institusi Kesehatan adalah:
1)
Menggunakan air bersih
2)
Menggunakan jamban
3)
Membuang sampah pada tempatnya
4)
Tidak merokok di Institusi Kesehatan
5)
Tidak meludah sembarangan
6)
Memberantas jentik nyamuk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

25

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d. PHBS di Tempat-tempat Umum


PHBS di Tempat-tempat Umum merupakan upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu,
mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan Tempat-tempat umum yang Sehat.
Indikator PHBS di Tempat-tempat Umum adalah:
1)
Menggunakan air bersih
2)
Menggunakan jamban
3)
Membuang sampah pada tempatnya
4)
Tidak merokok di tempat umum
5)
Tidak meludah sembarangan
6)
Memberantas jentik nyamuk
e.

PHBS di di Tempat Kerja


PHBS di tempat kerja merupakan upaya untuk memberdayakan para pekerja
agar tau, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.
Indikator PHBS di Tempat Kerja
1)
Tidak merokok di Tempat Kerja
2)
Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3)
Melakukan oleh raga/ aktivitas fisik secara teratur
4)
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar atau buang air kecil
5)
Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
6)
Menggunakan air bersih
7)
Menggunakan jamban saat buang air kecil dan buang air besar
8)
Membuang sampah pada tempatnya
9)
Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaannya.

f.

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS)


PKRS adalah upaya rumah sakit meningkatkan perilaku petugas rumah
sakit, klien, kelompok-kelompok masyarakat dan pasien beserta keluarganya
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhannya dan
rehabilitasinya, selanjutnya klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatannya, mencegah masalah kesehatan
dan mengembangkan upaya bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran
dari oleh dan bersama mereka sesuai sosial budata mereka dan didukung oleh
kebijakan publik berwawasan kesehatan
Kegiatan PKRS adalah melakukan penyebarluasan informasi kesehatan atau
komunikasi informasi dan edukasi kesehatan di dalam dan di luar gedung.

26

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

g. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah desa dan kelurahan yang:
1)
Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan
lain yang ada di wilayahnya dan yang memberikan pelayanan setiap
hari.
2)
Memiliki upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku),
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, serta
penyehatan lingkungan.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa dan kelurahan Siaga
Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) UKBM yang
melaksanakan survailans berbasis masyarakat, penanggulangan kedaruratan
kesehatan dan bencana, penyehatan lingkungan, serta (3) Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Kriteria dan pentahapan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
adalah sebagai berikut.
1). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, yaitu desa/kelurahan yang:
Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan, tetapi belum
berjalan.
Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis
Desa/ Kelurahan Siaga Aktif minimal 2 orang.
Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
Sudah memiliki Posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif.
Sudah ada dana untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum
ada sumber dana lainnya.
Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif
organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif.
Belum memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif.
Pembinaan PHBS kurang dari 20 persen pada rumah tangga di
desa/kelurahan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

27

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2).

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, yaitu desa/kelurahan yang:


Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang
berjalan, tetapi belum secara rutin setiap tri-wulan
Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara tiga sampai lima Orang.
Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
Sudah memiliki Posyandu dan 2 (dua) UKBM lainnya yang aktif.

3).

28

Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan


Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta satu sumber dana lainnya baik dari masyarakat
ataupun dunia usaha.
Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang
melandasi dan mengatur pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif, tetapi belum direalisasikan.
Minimal 20 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan kelurahan
yang:
Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan
secara rutin, setiap tri-wulan.
Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara enam sampai delapan orang.
Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.
Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4).

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri, yaitu desa/kelurahan yang:


Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa/Kelurahan yang berjalan
secara rutin setiap bulan.
Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis
Desa/ Kelurahan Siaga Aktif lebih dari sembilan orang.
Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.

Sudah memiliki Posyandu dan lebih dari 4 (empat) UKBM lainnya


yang aktif dan berjejaring.
Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua
ormas dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
Minimal 70 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Dalam bentuk matriks, pentahapan perkembangan Desa/Kelurahan


Siaga Aktif tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
KRITERIA

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

1.

Forum Desa /
Kelurahan

Ada, tetapi
belum berjalan

Berjalan, tetapi
belum rutin setiap
tri-wulan

Berjalan
setiap Tri-wulan

Berjalan
setiap bulan

2.

KPM/Kader

Sudah ada minimal


2 orang

Sudah ada 3-5


orang

Sudah ada 6-8


orang

Sudah ada 9
orang atau lebih

3.

kemudahan
Akses
Pelayanan
Kesehatan
Dasar

Ya

Ya

Ya

Ya

4.

Posyandu &
UKBM lainnya
aktif

Posyandu ya,
UKBM lainnya
tidak aktif

Posyandu &
2 UKBM lainnya
aktif

Posyandu &
3 UKBM
lainnya aktif

Posyandu &
4 UKBM lainnya
aktif

5.

Dukungan
dana untuk
kegiatan
kesehatan
di Desa dan
kelurahan
Pemerintah
desa dan
kelurahan
Masyarakat
Dunia usaha

Sudah ada dana


dari pemerintah
desa dan
kelurahan serta
belum ada sumber
dana lainnya

Sudah ada dana


dari pemerintah
desa dan
kelurahan serta
satu sumber dana
lainnya

Sudah ada
dana dari
pemerintah
desa dan
kelurahan serta
satu sumber
dana lainnya

Sudah ada dana


dari pemerintah
desa dan
kelurahan serta
satu sumber
dana lainnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

29

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

KRITERIA

PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

6.

Peran serta
masyarakat
dan Organisasi
kemasyarakatan

Ada peran aktif


masyarakat dan
tidak ada peran
aktif ormas

Ada peran aktif


masyarakat dan
tidak ada peran
aktif ormas

Ada peran aktif


masyarakat dan
tidak ada peran
aktif ormas

Ada peran aktif


masyarakat dan
tidak ada peran
aktif ormas

7.

Peraturan
Kepala Desa
atau peraturan
Bupati/
Walikota

Belum ada

Ada, belum
direalisasikan

Ada, belum
direalisasikan

Ada, belum
direalisasikan

8.

Pembinaan
PHBS Rumah
Tangga

Pembinaan PHBS
kurang dari 20 %
rumah tangga yang
ada

Pembinaan PHBS
minimal 20 %
rumah tangga yang
ada

Pembinaan
PHBS minimal
40 % rumah
tangga yang
ada

Pembinaan
PHBS minimal
70 % rumah
tangga yang ada

K. Indikator Kinerja Utama Promosi Kesehatan tahun 2010-2014


Indikator kinerja utama promosi kesehatan tahun 2010-2014 adalah:
1. Secara umum adalah meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi
kesehatan kepada masyarakat tahun 2014.
2. Secara khusus adalah :
a.
Persentase rumah tangga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) sebesar 70%;
b.
Persentase desa dan kelurahan siaga aktif sebesar 70 %;
c.
Jumlah poskesdes yang dikembangkan dan beroperasi adalah 58.500
buah poskesdes
L. Penutup
Peran promosi kesehatan dalam mendukung visi dan misi pembangunan
kesesehatan menuju Masyarakat Hidup Sehat secara Mandiri sangat penting.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, sangat ditentukan
oleh kegiatan promosi kesehatan. Ruang lingkup kegiatan promosi kesehatan
sangat luas meliputi komunikasi informasi dan edukasi (KIE), advokasi, bina
suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat, membangun jejaring kemitraan,
pendukung tercapainya cakupan semua program pelayanan kesehatan, meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

30

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI DASAR 3
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

I.

Deskripsi Singkat
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat, ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta memberdayakan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan untuk meningkatkan
dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini dimanatkan dalam
Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 16, 17 dan 18, selanjutnya
pasal 62 ayat 1 bahwa Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan
informasi,atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat. Mengacu
pada ketentuan tersebut maka salah satu strategi Kementerian Kesehatan RI adalah
meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu. Salah satu jenis SDM Kesehatan yang bermutu dan bersifat profesional
adalah Pejabat Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM).
Keberadaan Pejabat Fungsional PKM telah ditetapkan serta diatur dalam Keputusan
Menteri Negara PAN No. 58/Kep/Men.PAN/8/2000. Secara umum Jabatan
Fungsional PKM merupakan tenaga yang mempunyai kemampuan dalam melakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang meliputi
pelaksanaan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat melakukan penyebarluasan informasi, membuat rancangan media,
melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan, merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan serta mengembangkan kemampuan dan
keterampilan perorangan.
Ada dua jenis Pejabat Fungsional PKM yaitu Penjabat Fungsional PKM Ahli dan Pejabat
Fungsional PKM Terampil. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli adalah Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep
dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran dengan
cara yang sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

31

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan. Sedangkan Penyuluh


Kesehatan Masyarakat Terampil adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional yang
bersifat keterampilan di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu menjelaskan:
1. Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1.
Pokok bahasan 2.
Sub
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

IV.

Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Kedudukannya

pokok bahasan:
Pengertian
Tugas Pokok
Jenjang Jabatan dan Pangkat
Hak dan kewajiban
Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional
Persyaratan pengangkatan, pemberhentian, kenaikan jenjang
Butir kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2 Jpl: 2 x 45
menit = 90 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri

32

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b.
c.
d.

dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang
akan disampaikan.
Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
Dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan ruang lingkup secara
singkat mengenai materi dan pokok bahasan ini.
Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang pentingnya fungsi Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung tujuan
pembangunan kesehatan.

Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Kebijakan Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (10 menit).
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang kebijakan jabatan
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian menyampaikan paparan
materi Kebijakan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya (60 menit).
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang jabatan fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta pada kertas flipchart, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan materi Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
c.
Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

33

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b.

V.

Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi


yang disampaikan. Fasilitator melakukan kegiatan refleksi terkait dengan proses
pembelajaran sesi ini. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi
kepada seluruh peserta.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
Dalam rangka meningkatkan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang
berkualitas perlu didukung sumber data manusia kesehatan yang profesional, untuk
itu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI telah menetapkan 28 jabatan
fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak yang
penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan profesi masing-masing.
Salah satu jabatatan fungsional kesehatan adalah jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.
Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Jenjang jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat terdiri dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli dan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Terampil.
Pokok Bahasan 2.
JABATAN FUNGSIONAL
KEDUDUKANNYA
A.

34

PENYULUH

KESEHATAN

MASYARAKAT

DAN

Pengertian
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan pada instansi
pemerintah dan non pemerintah.
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh


Kesehatan Masyarakat dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah suatu upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan,
kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan, dengan membuka
jalur komunikasi, menyediakan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku dengan cara melakukan
advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan agar masyarakat dapat mengenali, memelihara, melindungi
dan meningkatkan kesehatannya.
Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi
nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pejabat Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat yang merupakan penilaian prestasi kerja sebagai
salah satu syarat untuk pengangkatan, kenaikan pangkat dan/atau jabatan.

B.

Tugas Pokok
Tugas pokok Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah
melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat serta dilandasi oleh semangat kemitraan, melakukan penyebarluasan
informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi
dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Tugas pokok Jabfung PKM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan
masyarakat;
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan
saluaran komunikasi;
3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun media luar
ruang;
4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan;
5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan.

C.

Jenjang Jabatan dan Pangkat


Jabfung PKM ada 2 jenis, yaitu:
1. Jabfung PKM Ahli adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan
seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran dengan cara yang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

35

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung


upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Jabfung PKM Ahli ada 3 jenjang:
a) PKM Pertama (Penata Muda gol III a Penata Muda Tkt I gol III b)
b) PKM Muda (Penata gol III c Penata Tkt I gol III d)
c) PKM Madya (Pembina gol IV a Pembina Utama Muda gol IV c)
2. Jabfung PKM Terampil. adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional
yang bersifat keterampilan di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Jabfung PKM Terampil ada 3 jenjang :
a) PKM Pelaksana (Pengatur muda Tkt I gol II c Pengatur gol II d)
b) PKM Pelaksana Lanjutan (Penata Muda gol III a Penata Muda Tkt I gol
III b)
c) PKM Penyelia (Penata golongan III c Penata Tkt I gol III d)
D.

Hak dan Kewajiban


Hak seorang Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat:
a) Memperoleh tunjuangan pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Memperoleh angka kredit atas pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Kewajiban seorang Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
a) Memiliki kompetensi yang menunjang profesi
b) Berpendidikan dan lulus dari pendidikan, pelatihan tertentu yang diakui
resmi
c) Memenuhi angka kredit kumulatif baik untuk pengangkatan kedalam jabatan
ataupun kenaikan jabatan/pangkat
d) Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Penyelia, pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, setiap tahun sejak menduduki
pangkat dan jabatan puncak wajib mengumpulkan sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) angka kredit dari unsur utama dan unsur penunjang.
e) Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Madya, pangkat
Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, setiap tahun sejak menduduki
pangkat dan jabatan puncak wajib mengumpulkan paling kurang 20 (dua
puluh) angka kredit dari unsur utama dan unsur penunjang.
f) Mencatat, menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan
mengusulan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK)

36

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

E.

Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional


a) Berpeluang memperoleh kepangkatan yang lebih tinggi tanpa dibatasi oleh
pendidikan yang tertinggi yang dimiliki.
b) Berpeluang memperoleh kenaikan pangkat lebih cepat.
c) Berpeluang meningkatkan profesionalisme di bidang penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih luas
d) Berpeluang mengembangkan kreativitas lebih bebas
e) Berpeluang berkarya lebih mandiri
f) Berpeluang memperoleh tunjangan jabatang fungsional sesuai peraturan
yang ada.
g) Terbuka kesempatan untuk berpindah jalur ke jabatan struktural

F.

Persyaratan pengangkatan, pemberhentian dan kenaikan jenjang


1. Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
a. Pengangkatan Pertama
Untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi angka
kredit kumulatif minimal yang ditentukan dan didasarkan pada formasi
yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil harus memenuhi
syarat
1) berijazah serendah-rendahnya adalah Diploma III Kesehatan/
Diploma III Promosi Kesehatan;
2) pangkat serendah-rendahnya Pengatur, golongan ruang II/c;
3) telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
penyuluhan kesehatan masyarakat serta memperoleh sertifikat bagi
Diploma III Kesehatan;
4) nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
5) membuat Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli harus memenuhi
syarat:
1) berijazah serendah-rendahnya Sarjana Kesehatan/Diploma IV
Kesehatan/Diploma IV Promosi Kesehatan;
2) pangkat serendah-rendahnya Penata Muda, golongan ruang III/a;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

37

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3)

4)
5)

telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang


penyuluhan kesehatan masyarakat dan memperoleh sertifikat bagi
Sarjana Kesehatan/Diploma IV Kesehatan;
nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir; dan
membuat Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan Pasal 10 ayat (2)

Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud diatas merupakan


pengangkatan sesuai dengan lowongan formasi dari Calon Pegawai
Negeri Sipil.
Calon Pegawai Negeri Sipil dengan formasi jabatan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat setelah ditetapkan sebagai Pegawai Negeri Sipil paling
lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dengan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud diatas.
Pegawai Negeri Sipil yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
fungsional di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat dan memperoleh
sertifikat paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat dalam jabatan
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.

38

b.

Pengangkatan PNS dari Jabatan lain kedalam Jabatan Fungsional


Penyuluh Kesehatan Masyarakat dapat dilakukan selama memenuhi
persyaratan seperti pengangkatan pertama ke dalam Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat sesuai dengan jenjang
jabatan, tersedia formasi, memiliki pengalaman dibidang pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan minimal 1 (satu) tahun dan usia
paling tinggi 50 (lima puluh) tahun serta memiliki nilai prestasi paling
kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

c.

Pengangkatan Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Terampil menjadi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Ahli, apabila memenuhi persyaratan:
1) Tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli;
2) Ijazah yang dimiliki sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan untuk
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli;
3) Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan Penjenjangan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli; dan
4) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif yang ditentukan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat


Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat diberhentikan dari
jabatannya, apabila:
a. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara
dari jabatannya, tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang telah
ditentukan untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
b. Apabila dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin penurunan
pangkat dan penurunan jabatan
3. Kenaikan Jenjang Jabatan dan Pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Kenaikan jenjang Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dapat
dipertimbangkan apabila:
a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
b. Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya
80% berasal dari unsur utama, tidak termasuk unsur pendudukan dan
sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang
c. Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Kenaikan pangkat Pejabat Peyuluh Kesehatan Masyarakat dapat
dipertimbangkan apabila :
(1) Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam jabatan terakhir;
(2) Memenuhi angka kredit kumulatif paling rendah, sekurang-kurangnya
80% berasal dari unsur utama, tidak termasuk unsur pendudukan dan
sebanyak-banyaknya 20% berasal dari unsur penunjang\
(3) Setiap unsur penilaian nilai prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
G.

Butir Kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Unsur dan sub unsur kegiatan
Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat
1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat.
2. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:
a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana; dan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

39

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan meyarakat dalam upaya pemberdayaan


masyarakat dan promosi kesehatan yang dilandasi semangat kemitraan.
3. Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi :
a. Menyusun Rencana Jangka Panjang/Pendek;
b. Menyusun Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat;
c. Merumuskan kebijakan Pengembangan Penyuluhan Masyarakat; dan
d. Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Pengembangan Profesi, meliputi:
a. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
b. Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
c. Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang
pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan; dan
d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan.
5. Penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:
a. Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
c. Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan kesehatan
masyarakat;
d. Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e. Menjadi anggota organisasi profesi bidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan;
f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g. Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan advokasi,
penggalangan dukungan sosial, pemberdayaan masyarakat di bidang
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
VI.

40

Referensi
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/MEN.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan dan Angka
Kreditnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI DASAR 4
ETIKA PROFESI
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT

I.

Deskripsi Singkat
Pejabat Fungsional (Jabfung) PKM berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000, mempunyai tugas melaksanakan
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan serta menjalankan fungsi sebagai
agen perubahan perilaku.
Tenaga promotor dan pendidik kesehatan adalah seseorang yang memiliki keahlian
dan atau ketrampilan dalam promosi kesehatan/pendidikan/penyuluhan kesehatan
yang diperoleh melalui pendidikan formal yang diakui oleh Perkumpulan Promosi dan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya di singkat Perkumpulan PPKMI.
Dalam menjalankan perannya Pejabat Fungsional PKM/Promotor dan Pendidik
Kesehatan harus dilandasi dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi, sehingga
kegiatan yang dilakukan menjadi efektif, bersifat tidak diskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan untuk pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang sehat dan
produktif seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami etika profesi Penyuluh
Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan
2. Menjelaskan Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan
Pendidik Kesehatan

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

41

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok bahasan 1.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Ciri-ciri profesi
c. Kode Etik Profesi
d. Syarat-syarat
e. Organisasi profesi Perkumpulan PPKMI
Pokok bahasan 2.
Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Prinsip-prinsip etika
IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2 jpl x 45 menit
= 90 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang latar belakang pentingnya
pejabat Fungsional PKM dalam melaksanakan tugasnya harus dilandasi nilai-nilai
yang ada dalam etika profesi.
Langkah 2.
Pengertian profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan dan ciri-ciri nya
(15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian profesi PKM/ Promotor
dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian merangkum.
c. Fasilitator menyampaikan penegasan singkat tentang pengertian profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya, dan
mengemukakan pendapatnya.

42

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 3.
Kode etik profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan (25 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memasang dua lembar kertas flipchart di depan kelas.
b. Fasilitator menuliskan pada kertas flipchart pertama Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang baik.
Selanjutnya pada kertas flipchart kertas kedua dituliskan : Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang tidak
baik
c. Fasilitator minta setiap peserta menuliskan contoh-contoh seorang Jabfung PKM
yang mengerjakan pekerjaannya dengan moral atau budi pekerti yang baik pada
kertas pertama, kemudian yang tidak baik pada kertas kedua.
d. Fasilitator merangkum hasil tulisan peserta yang ada dalam kertas pertama dan
kedua.
e. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang kode etik profesi PKM/Promotor
dan Pendidik Kesehatan.
Langkah 4.
Syarat-syarat profesi (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan presentasi untuk menjelaskan syarat-syarat profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan
b. Fasilitator memberikan kesempatan bertanya kepada peserta atau menyampaikan
pendapatnya.
Langkah 5.
Organisasi Profesi Perkumpulan PPKMI (20 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang nama perkumpulan, azas dan dasarnya, tujuan,
siapa saja anggotannya, dan musyawarah nasional organisasi Perkumpulan
PPKMI.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya.
Langkah 6.
Pengertian Etika, Etiket, dan Etos (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan pembentukan kelompok, sehingga peserta berkumpul
dalam empat kelompok.
b. Fasilitator memberikan tugas untuk didiskusikan apa arti dari
c. Etika, etiket, dan etos.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

43

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 7.
Kesimpulan (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan beberapa hal penting tentang Etika Profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator kembali menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus untuk
pokok bahasan Etika Prrofesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat
c. Fasilitator menyampaikan ucapan terima kasih serta memberikan apresiasi kepada
peserta yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran pokok bahasan ini.
V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PROFESI PENYULUH
PENDIDIK KESEHATAN.

KESEHATAN

MASYARAKAT/PROMOTOR

DAN

A. Pengertian
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan pendidik Kesehatan adalah
Pekerja/Sumber Daya Manusia Promosi Kesehatan termasuk di dalamnya
Jabfung PKM baik yang terampil maupun ahli, yang menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan pendidikan/ ketrampilan spesifik yang komprehensif dan memiliki
sertifikasi resmi dari Organisasi Profesi yaitu Perkumpulan Promotor Pendidik
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Perkumpulan PPKMI).
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan,
enjalankan tugas dan fungsinya sesuai profesi dan keahlian, yang senantiasa
berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan menjunjung tinggi kode etik profesi Promotor
dan Pendidik Kesehatan.
B. Ciri-ciri Profesi.
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu:
1. Memberikan pelayanan pada orang secara langsung.
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3. Anggotanya relatif bersifat homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5. Etika profesi ditegakkan oleh suatu organisasi.

44

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai suatu profesi adalah:


Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian
yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai edukuasi pendidikan maupun
mengenal kompetensi orangorang hasil didiknya.
Penguasaan tradisi kultural dalam menggunaan keahlian dan ketrampilan
tertentu.
Komplek pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk menjamin
bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara bertanggungjawab,
wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur penegakkan, serta
rekruitasi pengemban profesi.
C. Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
Kode Etik Profesi Penyuluh Kesehatan/Promotor dan Pendidik Kesehatan
dirumuskan dalam 33 butir dan 8 bagian meliputi:
Pembukaan/Mukadimah
Bab I. Kewajiban Umum (5 butir)
Bab II. Kewajiban Terhadap Masyarakat (7 butir)
Bab III. Kewajiban Terhadap Sesama Profesi (4 butir)
Bab IV. Kewajiban Terhadap Profesi Lain (3 butir)
Bab V. Kewajiban Terhadap Profesinya (7 butir)
Bab VI. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri (5 butir)
Bab VII. Penutup (1 butir)

MUKADIMAH
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan
tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat, baik secara individu, kelompok
maupun masyarakat.
Promosi kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Sasaran atau klien profesi
promosi kesehatan adalah individu, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, promosi kesehatan sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

45

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Dalam rangka pengabdian terhadap bangsa Indonesia, kami para profesi


Penyuluh Kesehatan/ Promotor dan Pendidik kesehatan, dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa, merumuskan KODE ETIK PROFESI PENYULUH KESEHATAN
MASYARAKAT/ PROMOTOR DAN PENDIDIK KESEHATAN yang diuraikan dalam
babbab dan pasal sebagai berikut:
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan Pendidik Kesehatan
harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan etika profesi kesehatan.
Pasal 2
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya profesi
Penyuluh Kesehatan
Masyarakat/ Promotor dan Pendidik Kesehatan mementingkan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pendekatan
kemitraan dengan mengutamakan prinsip kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan.

Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak boleh membeda-bedakan
masyarakat atas pertimbangan keyakinan, agama, suku, golongan, sosial,
ekonomi, politik dan sebagainya.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tugas harus sejalan dengan profesi
atau keahliannya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat
baik sebagai individu, kelompok, maupun masyarakat luas sesuai dengan potensi
sosial budaya masyarakat setempat.

46

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan
dan keadilan
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menggunakan pendekatan
yang menyeluruh secara multi disiplin dengan mengutamakan upaya preventif
dan promotif.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus berdasarkan fakta melalui
penelitian atau kajian ilmiah.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus sesuai dengan prosedur dan
langkahlangkah yang profesional.
Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bertanggungjawab dalam upaya
melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus melihat antisipasi ke depan baik
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah bukan kesehatan yang dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat.

BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP SESAMA PROFESI
Pasal 13
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 14
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
wajib bekerjasama dengan teman sejawatnya dan melakukan tugas dan fungsinya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

47

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pasal 15
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
tidak boleh mengambil alih tugas teman sejawatnya tanpa persetujuan teman
sejawat bersangkutan yang telah diberi tanggung jawab sebelumnya.
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI LAIN
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bekerja sama, saling menghormati
dengan profesi lain tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan pertimbangan
keyakinan, agama, suku, golongan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.
Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bersamasama dengan profesi lain,
hendaknya berpegang pada pendekatan kemitraan dengan mengutamakan
prinsip kesehatan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
Pasal 18
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
bersifat proaktif dalam mengatasi masalah kesehatan.
Pasal 19
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa memelihara dan meningkatkan profesi promosi kesehatannya.
Pasal 20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa selalu berkomunikasi, membagi pengalaman dan saling membantu di
antara sesama anggota.
BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 21
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.

48

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pasal 22
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus menjadi
panutan dalam menetapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Pasal 23
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan senantiasa
berusaha untuk mengembangkan dirinya dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB VII
PENUTUP
Setiap anggota profesi Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan
Pendidik Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus berusaha
dengan sungguh -sungguh dan memegang teguh kode etik Penyuluh Kesehatan
Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.

D. Syarat-syarat Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan


Pendidik Kesehatan.
Syarat minimal sebagai profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan:
1. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi termasuk metode pendidikan, pelatihan serta penelitian,
2. Mempunyai kemampuan satu atau lebih beberapa materi substansi yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku/promosi kesehatan,
3. Memiliki kemampuan dan keahlian dalam mempergunakan berbagai metode
pendidikan kesehatan dan perilaku, penyuluhan kesehatan, Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE), Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Pemberdayaan
Masyarakat, Pemasaran Sosial, Mobilisasi Sosial, mengembangkan jejaring
kemitraan yang terkait dengan promosi kesehatan, dan
4. Pernah mengikuti dan lulus diklat profesional: PKM dasar ahliterampil, magang
di bidang PKM/Promosi Kesehatan, Training of Trainers (TOT), Master of Trainer
(MOT) di bidang promosi kesehatan/PKM.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan wajib
mentaati hal-hal berikut:
1. Menunjukkan secara seksama kemampuan sesuai dengan pendidikan, pelatihan
dan pengalaman, serta bertindak dalam batasbatas kecakapannya yang
profesional.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

49

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Mempertahankan kecakapan pada tingkatan tinggi melalui belajar, pelatihan dan


penelitian berkesinambungan.
3. Melaporkan hasil penelitian dan kegiatan praktik secara jujur dan bertanggung
jawab.
4. Tidak membedabedakan individu berdasarkan ras, warna kulit, bangsa, agama,
usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dalam menyumbangkan pelayanan,
pekerjaan, pelatihan atau dalam meningkatkan kemajuan orang lain.
5. Menjaga kemitraan klien (individu, kelompok, institusi) yang dilayani.
6. Menghargai hak pribadi (privasi), martabat (dignity), budaya dan harga diri setiap
individu, dan menggunakan keterampilan yang didasari dengan nilai-nilai secara
konsisten.
7. Membantu perubahan berdasarkan pilihan, bukan paksaan.
8. Mematuhi prinsip Informed Consent sebagai perhargaan terhadap klien.
9. Membantu perkembangan suatu tatanan pendidikan yang mengasuh /
memelihara pertumbuhan dan perkembangan individu.
10. Bertanggungjawab untuk menerima tindakan/hukuman selayaknya sesuai
dengan kepentingan malpraktek yang dilakukan
Tiga Fungsi Kode Etik Profesi :
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan;
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan;
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi
E. Organisasi Profesi Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan
Masyarakat (Perkumpulan PPKMI)
Nama dan kedudukan
Perkumpulan ini bernama Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan
Masyarakat Indonesia (Indonesian Society For Health Promotor Educator ISHPE)
disingkat dengan Perkumpulan PPKMI. Berkedudukan dan didirikan di Jakarta pada
tanggal 14 Februari 1988 untuk waktu yang tidak ditentukan dan selanjutnya dalam
Anggaran Dasar ini disebut PERKUMPULAN. Perkumpulan ini adalah perkumpulan
profesi promotor dan pendidik kesehatan masyarakat bernaung di bawah Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
Azas Dasar dan Tujuan Perkumpulan
Azas- Dasar Perkumpulan PPKMI adalah Pancasila dan Undang- Undang Dasar 45.

50

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tujuan Perkumpulan PPKMI


Tujuan Perkumpulan PPKMI secara umum sejalan dengan tujuan IAKMI yakni:
1. Turut dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalm bidang kesehatan
Masyarakat.
2. Turut dalam peningkatan derajat kesehatan badaniah, rohaniah, dan sosial rakyat
Indonesia khususnya dan umat manusia umumnya.
3. Melindungi kepentingan Anggota
4. Membantu Pemerintah dalam program pembangunan nasional.
Tujuan Perkumpulan PPKMI secara khusus adalah :
1. Melestarikan profesi promotor dan pendidik kesehatan masyarakat Indonesia
2. Mengembangkan, mempraktikkan, mendayagunakan ilmu dan seni promosi
kesehatan serta keterampilan profesi dalam program pembangunan Indonesia
Sehat berbasis perilaku.
3. Meningkatkan kapasitas promosi kesehatan utamanya kapasitas SDM Promkes
Profesional
4. Melakukan pembinaan kehidupan profesi, integritas moral dan etika profesi serta
melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota dan profesi.
5. Menggalang kemitraan baik dengan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah, antar Profesi Kesehatan, LSM,Swasta, Media massa serta
mengembangkan jejaring nasional, regional dan global.
Keanggotaan
Anggota terdiri dari Anggota Muda, Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa, dan Anggota
Kehormatan. Tenaga Fungsional Penyuluhan Kesehatan Masyarakat secara otomatis
menjadi Anggota Biasa. Anggota Biasa secara otomatis adalah anggota IAKMI.
Pengurus
Pengurus Pusat berkedudukan di Jakarta/Ibu kota RI dan terdiri atas Dewan
Penasehat dan Pengurus Harian dan Dewan Pakar, serta dipilih untuk masa 4 tahun
oleh Musyawarah Besar/Nasional.
Pengurus cabang berkedudukan di propinsi atau di kabupaten/kota, dipilih untuk
masa 4 tahun oleh Musyawarah Cabang. Cabang Perkumpulan PPKMI dapat
dibentuk bila mempunyai anggota sekurang-kurangnya 5 orang.
Musyawarah Nasional.
Musyawarah besar/nasional diadakan 4 tahun sekali kecuali bila sewaktu-waktu
diperlukan dan diminta oleh setengah jumlah cabang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

51

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 2.
ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR DAN
PENDIDIK KESEHATAN
A. Pengertian Etika
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode
etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan
buruk.
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia
hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengahhutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia
pada seorang wanita.
Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan
ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja
yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas
sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam
menjalankan tugasnya.
Etika (Inggris = Ethics), adalah istilah yang muncul dari pemikiran aristoteles
(yunani-ethos) yang berarti = adapt atau budi pekerti. Dalam filsafat pengertian
ETIKA adalah telaah dan penilaian kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaan.
Kesusilaan yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang disusun bagi diri
seseorang, atau merupakan kumpulan keharusan, kumpulan kewajiban yang
dibutuhkan oleh masyarakat atau golongan tertentu. Kesusilaan biasanya
berdasarkan hal tertentu, misalnya: agama, kesejahteraan, atau kemakmuran
negara.
Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai
otonomi moral, artinya bahwa ia mempunyai hak dan kewajiban untuk
menentukan sendiri tindakantindakannya serta mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan YME.
Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak lepas dari sistem
kemasyarakatan serta kodrat manusia yang terdiri atas aspek tubuh/jasmani,
jiwa dan rohani. Aspek jiwa mencakup kodrat alamiah, budaya serta nilai. Kodrat
alamiah dan budaya terdiri atas Cipta (pikiran dan rasio), Karsa (kehendak,

52

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

kemauan), Rasa (perasaan, emosi). Cipta melalui logika menciptakan ilmu


pengetahuan, sedangkan Karsa melalui etika menciptakan religi, akhlak, sopan
santun dan hukum. Sedangkan aspek rohani mencakup roh kebaikan, roh
kepercayaan, roh pengabdian, roh cinta-kasih.
Secara umum, etika dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.
Etika umum membicarakan kondisi-kondisi atas dasar bagaimana, manusia bertindak
secara etis, teori etika dan prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak, serta tolok ukur menilai atas baik atau buruk.
Etika khusus adalah penerapan prinsip dasar moral dalam bidang kehidupan yang
khusus. Etika khusus dibagi menjadi 3 bagian: (1) etika individual, (2) etika sosial dan
(3) etika spiritual.

Etika Individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain, baik secara
perorangan dan langsung atau bersamasama dalam bentuk kelembagaan,
sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, serta tanggung jawab manusia terhadap
lainnya.
Etika spiritual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap Sang Pencipta
yaitu Tuhan YME.

B. Prinsip-prinsip Etika
Prinsip etika berkembang dari sumpah Hipocrates, bunyinya: Saya bersumpah
demi Apollo Dewa penyembuh Aescupalius dan Hygea, dan Panacea dan semua
dewadewa sebagai saksi bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran saya
akan mematuhi sebagai berikut (ada 10 janji):
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan
bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.
2. Saya akan memperlakukan anakanaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau
mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak anaknya saya
sendiri dan kepada anakanak guruguru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan,
dan tidak merugikan siapapun.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

53

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengeahuan dan


kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita dan tidak akan
merugikan siapapun.
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun diminta atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih.
7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang walaupun ia
menderita penyakit baru, tetapi akan menyerahkan kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini.
8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat buruk atau mencelakakan dan lebih
lagi tanpa berbuat cabul terhadap wanita ataupun pria baik mereka maupun
hamba sahaya.
9. Apapun yang saya dengar dan lihat tentang kehidupan seseorang yang
tidak patut disebarluaskan tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya.
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup
dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang sepanjang
waktu. Tetapi jika saya sampai mengkhianati sumpah ini balikkanlah nasib
saya.
Dari sumpah tadi ada 7 prinsip pokok yaitu: tidak merugikan, membawa kebaikan,
menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil, sopan dan
menghormati privasi.
Dalam menjalankan profesinya, hanya pengemban profesi yang bersangkutan
sendiri yang dapat atau paling mengetahui apakah perilakunya dalam mengemban
profesi sudah memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Kepatuhan kepada
etika profesi akan sangat bergantung pada akhlak pengemban profesi yang
bersangkutan.

54

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 1
PERSIAPAN KEGIATAN
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

I.

Deskripsi Singkat
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka panjang
adalah terwujudnya Indonesia Sehat Tahun 2025, dimana masyarakat hidup dalam
lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta
mampu mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu.
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan tersebut peran
promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan sangat penting, terutama dalam
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi. Hal ini ditegaskan dalam UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 7 yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab. Selanjutnya, pada pasal 9, pasal 10, pasal
11, pasal 12, serta pasal 174 menyatakan tentang kewajiban individu, keluarga
maupun kelompok untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
serta menghindarkan diri dari masalah kesehatan.
Permasalahan kesehatan yang diakibatkan perilaku yang tidak bersih dan sehat masih
banyak ditemukan di Indonesia, seperti penyakit menular (TB Paru, DBD, Diare,
HIV/Aids, dll) dan penyakit tidak menular / penyakit degeneratif (Diabetes, Jantung
koroner, dll) maupun penyakit baru (new-emerging deseases).
Salah satu upaya merubah perilaku hidup masyarakat yang bersih dan sehat yaiut
melalui penyediaan SDM kesehatan yang kompeten dalam memberika penyuluhan
kesehatan masyarakat. Salah satu kompetensi/kemampuan yang harus dimiliki
penyuluh kesehatan masyarakat adalah mempersiapkan kegiatan penyuluhan
kesehatan masyarakat.

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan persiapan kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

55

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan perencanaan promosi kesehatan
2. Menyusun rencana 5 tahunan dan tahunan
3. Mengidentifikasi potensi wilayah yang terkait dengan masalah kesehatan
4. Mengembangkan rencana strategi penyuluhan kesehatan masyarakat
5. Mengembangkan media penyuluhan
6. Membuat rancangan (design) media penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Melakukan uji coba media penyuluhan
8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat
9. Melaksanakan evaluasi atas proses dan hasil dari media penyuluhan
10. Memprakondisikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat di lapangan
III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Perencanaan promosi kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Manfaat
d. Jenis-jenis
e. Langkah-langkah
Pokok bahasan 2. Penyusunan rencana 5 tahunan dan tahunan
Sub pokok bahasan:
a. Pembuatan kerangka acuan
b. Analisa dan evaluasi data
c. Persiapan perencanaan
d. Evaluasi penyusunan rencana
Pokok bahasan 3.

Identifikasi potensi wilayah yang terkait dengan masalah


kesehatan

Sub pokok bahasan:


a. Penyusunan kerangka acuan dalam rangka identifikasi identifikasi potensi wilayah
b. Penyusunan instrument terbuka dan tertutup
c. Pengumpulan data primer dengan cara:
1) Wawancara mendalam
2) Diskusi kelompok terarah
3) Observasi berkelanjutan
d. Pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber
e. Tabulasi dan pengolahan data dengan komputer

56

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f. Analisa hasil tabulasi data secara analitik


g. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa instrumen
Pokok bahasan 4.

Pengembangan rencana strategi penyuluhan kesehatan


masyarakat
a. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan program terpadu tingkat:
1) Kecamatan
2) Kabupaten
3) Provinsi
4) Nasional
b. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan tingkat internasional
c. Penyusunan uji coba rancangan strategi
Pokok bahasan 5.
Pokok bahasan 6.
Pokok bahasan
Pokok bahasan
Pokok bahasan
Pokok bahasan

IV.

Mengembangkan media penyuluhan


Membuat rancangan (design) media penyuluhan kesehatan
masyarakat
7. Melakukan uji coba media penyuluhan
8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat
9. Melaksanakan evaluasi atas proses dan hasil dari media
penyuluhan
10. Memprakondisikan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
di lapangan

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (14 Jpl: 14 x 45
menit = 630 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Perkenalan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode:
- Dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya
- Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan
dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan temantemannya
- Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

57

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 2.
Menjelaskan bahasan dan pokok bahasan ( 60 menit)
a. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator menjelaskan bahasan dan pokok bahasan
c. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk melakukan klarifikasi jika ada yang
belum jelas.
Langkah 3.
Bedah modul persiapan penyuluhan kesehatan masyarakat (240 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok, kemudian masing-masing
kelompok diberi tugas untuk menelaah modul materil persiapan penyuluhan
kesehatan masyarakat. Kelompok I membahas pokok bahasan 1 dan 2, kelompok
II membahas pokok bahasan 3 dan 4, kelompok III membahas pokok 5 dan 6,
Kelompok IV membahas pokok bahasan 7 dan 8, kelompok 5 membahas pokok
bahasan 9 dan 10.
b. Setelah masing-masing kelompok selesai menelaah materi materi secara
berkelompok, fasilitator mempersilahkan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok,
fasilitator mewajibkan kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi.
c. Setelah presentasi kelompok selesai kemudian fasilitator menjelaskan dan mengulas
kembali kembali materi sesuai pokok bahasan yang masih kurang dipahami peserta.
d. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk bertanya atau melakukan klarifikasi
jika ada yang belum jelas.
e. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi
reinforcement positif untuk peserta yang bertanya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses
pembelajaran,agar terjadi proses yang dinamis.
Langkah 4.
Penugasan peserta membuat perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat
(440 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 peserta.
b. Fasilitator memberikan tugas pada masing-masing kelompok untuk membuat
perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan kasus yang berbedabeda.
c. Fasilitator meminta masing-masing kelompok mendiskusikan persiapan penyuluhan
kesehatan mulai dari identifikasi masalah, perumusan dan prioritas masalah
perilaku, penetapan tujuan perubahan perilaku, sasaran penyuluhan, pemilihan
media dan metode penyuluhan, isi pesan, alat bantu yang dipilih, dan membuat
tabel perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat. Kemudian masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing

58

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d. Setelah masing-masing kelompok selesai mendiskusikan dan membuat


perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat secara berkelompok , fasilitar
mempersilahkan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok, fasilitator mewajibkan kelompok lain
untuk bertanya dan menanggapi.
e. Fasilitator menyimpulkan hasil presentasi kelompok tentang perencanaan
penyuluhan kesehatan masyarakat.
Langkah 5.
Menutup sesi (15 menit)
a. Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
b. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan persiapan
penyuluhan kesehatan masyarakat
c. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
d. Fasilitator mengucapkan salam

V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan tujuan dan sasaran,
serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang diharapkan.
Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dibuat
dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah satu siklus
dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada saat ini kepada
posisi yang diinginkan.
Perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) mendefinisikan perencanaan
sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3)
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4) kebijakan yang ada serta 5) jangka
waktu pencapaian tujuan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

59

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan)
sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa
depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, memuat hal-hal
yang merupakan prinsip perencanaan, yakni : 1) apa yang akan dilakukan, yang
merupakan jabaran dari visi dan misi; 2) bagaimana mencapai hal tersebut; 3)
siapa yang akan melakukan; 4) lokasi aktivitas; 5) kapan akan dilakukan, berapa
lama; dan 6) sumber daya yang dibutuhkan.
B. Tujuan Perencanaan
Tujuan umum
Mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian target program dalam
waktu tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang
harus dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan
dicapai dalam waktu tertentu.
Tujuan khusus
1. Adanya kejelasan
2. Adanya kejelasan
3. Adanya kejelasan
4. Adanya kejelasan
5. Adanya kejelasan
6. Adanya kejelasan
7. Adanya kejelasan
8. Adanya kejelasan
9. Adanya kejelasan

tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang

jenis serta tahapan kegiatan yang konkrit


sumberdaya yang dibutuhkan
kebijakan yang harus dikembangkan
metode yang digunakan
media yang dibutuhkan
waktu yang dibutuhkan
sasaran wilayah garapan
peran berbagai pihak yang terlibat.
indikator keberhasilan.

C. Manfaat Perencanaan
1. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengurangi resiko ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus
dilakukan.
3. Mencegah pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan
sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
4. Kegiatan terjadwal dengan baik
5. Menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu pelaksanaan,
pengawasan, pemantauan dan penilaian.

60

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

D. Jenis-jenis Perencanaan
Ada beberapa jenis perencanaan promosi kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan alokasi waktu (jangka pendek, menengah dan panjang).
2. Perencanaan promosi kesehatan berdasarkan program prioritas
3. Perencanaan berdasarkan tatanan promosi kesehatan.
4. Perencanaan berdasarkan kegiatan promosi disetiap jenjang administrasi, di pusat,
provinsi, kabupaten/kota, puskesmas/ kecamatan, dan kelurahan.
5. Perencanaan berdasarkan pencapaian indikator kinerja, misalnya: pencapaian
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, pencapaian Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, pencapaian target imunisasi lengkap pada bayi, peningkatan target
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dll
6. Perencanaan berdasarkan pada strategi promosi kesehatan (perencanaan
advokasi, bina suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat).
7. Perencanaan berdasarkan ruang lingkup program kesehatan, yaitu untuk satu
program atau program terpadu.
8. Perencanaan dalam menghadapi keadaan darurat.
9. Perencanaan berdasarkan fungsi operasional misalnya: keuangan, ketenagakerjaan,
dll).
E. Langkah-langkah
Langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan merupakan siklus yang terdiri
dari beberapa tahapan kegiatan yaitu:
1. Analisa situasi, Identifikasi masalah, masyarakat, wilayah dan kebijakan.
2. Menetapkan prioritas masalah
3. Melakukan identifikasi penyebab masalah
4. Menentukan prioritas penyebab masalah
5. Menentukan tujuan promosi kesehatan
6. Menentukan sasaran promosi kesehatan
7. Menentukan jenis kegiatan promosi kesehatan
8. Menentukan metode promosi kesehatan
9. Menetukan media promosi kesehatan
10. Menentukan pelaksana kegiatan
11. Menentukan alokasi dana kegiatan
12. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan
13. Menentukan kegiatan monitoring
14. Menentukan kegiatan evaluasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

61

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Siklus Perencanaan Promosi Kesehatan













Menetapkan
prioritas
masalah

Analisa situasi,
Identifikasi masalah,
masyarakat, wilayah
dan kebijakan

Menentukan
kegiatan
evaluasi

Melakukan
identifikasi
penyebab
masalah

Menentukan
prioritas
penyebab
masalah

Menentukan
tujuan promosi
kesehatan


Menentukan
sasaran promosi
kesehatan




Menentukan
jenis
kegiatan

Menentukan
kegiatan
monitoring





Menentukan waktu
pelaksanaan
kegiatan kesehatan





Menentukan
alokasi dana
kegiatan




Menentukan
pelaksana
kegiatan

Menentukan
metode
promosi


Menentukan
media promosi
kesehatan 

Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUNAN DAN TAHUNAN
A. Pembuatan Kerangka Acuan
Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK adalah
dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai
apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya
suatu kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang, tujuan,
ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu
kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term Of Reference yang disingkat
TOR.
Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian
Negara/Lembaga. Dalam KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan,
indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan
penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan.
Format Kerangka Acuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga: ..................................
Unit Organisasi: ..................................
Program: ..................................
Sasaran Program: ..................................
Usulan SBK: Kegiatan/Subkegiatan/Detil Kegiatan *)

62

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kegiatan: ..................................
Subkegiatan: ..................................
Detil Kegiatan: ..................................
1. Latar Belakang (why)
Dasar Hukum
Gambaran Umum
Alasan Kegiatan Dilaksanakan
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (what)
Uraian Kegiatan
Batasan Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan (why)
Maksud Kegiatan
Tujuan Kegiatan
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
Indikator Keluaran (kualitatif)
Keluaran (kuantitatif)
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (how)
Metode Pelaksanaan
Tahapan Kegiatan
6. Tempat pelaksanaan Kegiatan (where)
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan (who)
Pelaksana kegiatan
Penanggungjawab kegiatan
Penerima manfaat
8. Jadwal Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan (when)
Matriks pelaksanaan kegiatan (time table)
9. Biaya (How much): total biaya yarrg diperlukan dalam kegiatan.
Tata cara pengisian format KAK adalah sebagai berikut:
1. Kementerian Negara/Lembaga, diisi dengan nomenklatur Kementerian
Negara/Lembaga.
2. Unit Organisasi, diisi dengan nomenklatur Unit Eselon I yang bersangkutan.
3. Program, diisi dengan nama program.
4. Sasaran Program, diisi dengan sasaran program dalam Renja K/L atau RKP.
5. Usulan SBK: diisi sesuai dengan posisi (level) usulan SBK serta keterkaitan
dengan kegiatan, subkegiatan dan detil kegiatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

63

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Sistematika
1. Latar Belakang
Menjelaskan dasar hukum yang terkait dan kebijakan Kementerian Negara/
Lembaga yang merupakan dasar keberadaan kegiatan/alctifltas berkenaan
berupa Peraturan Perundangan yang berlaku, Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga, dan Tugas Fungsi Kementerian Negara/Lembaga,
sedangkan gambaran umum merupakan penjelasan secara singkat mengapa
(why) kegiatan tersebut dilaksanakan dan alasan penting kegiatan tersebut
dilaksanakan serta keterkaitan kegiatan yang dipilih dengan kegiatan keluaran
(output) dalam mendukung pencapaian sasaran dan kinerja program/yang
pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan kebijakan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan
Menjelaskan uraian kegiatan apa (what) yang akan dilaksanakan dan batasan
kegiatan.
3. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan mengapa (why) kegiatan harus dilaksanakan dan berisikan hasil
akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan (bersifat kualitatif) serta manfaat
(outcome) kegiatan.
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
Menjelaskan indikator keluaran berupa target yang ingin dicapai (bersifat
kualitatif) dan keluaran (output) yang terukur dalam suatu kegiatan (bersifat
kuantitatif). Misalnya: 37% RT sehat, dan lain-lain.
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan bagaimana (how) cara pelaksanaan kegiatan baik berupa metode
pelaksanaan, komponen, tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran
(output) kegiatan.
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan dimana (where) kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Menjelaskan siapa (who) saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatannya.
8. Jadwal Kegiatan
Menjelaskan berapa lama dan kapan (when) kegiatan tersebut dilaksanakan,
dengan dilengkapi time table kegiatan.
9. Biaya
Berisikan total biaya (how much) kegiatan sebesar nilai nominal tertentu yang
dirinci dalam (Rencana Anggaran Biaya) RAB sebagai lampiran KAK.
10. Penandatangan KAK
Diisi pejabat yang bertanggung jawab pada kegiatan yang akan dilaksanakan.

64

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

B. Analisa dan Evaluasi data


Perencanaan program penyuluhan yang baik harus mengungkapkan hasil analisis
fakta dan keadaan yang lengkap yang menyangkut: keadaan sumberdayaalam, sumberdaya-manusia, kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana, dan
dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial, keamanan, dan stabilitas politik. Untuk
keperluan tersebut, pengumpulan data dapat dilakukan dengan menghubungi
beberapa pihak (seperti: lembaga/aparat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat,
organisasi profesi, dll) dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data
(wawancara, pengamatan, pencatatan data-sekunder, pengalaman empirik,
dll), agar data yang terkumpul tidak saja cukup lengkap tetapi juga dijamin
kebenarannya.
Data yang sudah diperoleh kemudian dikoreksi untuk menjamin keakuratan dan
kualitas data. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dan dievaluasi.
Jenis data yang dianalisa dan dievaluasi meliputi:
1. data umum antara lain keadaan geografis dan musim, keadaan penduduk
(jumlah, kepadatan), pendidikan, keadaan ekonomi dll.
2. data khusus kesehatan antara lain meliputi angka kesakitan, angka kematian,
angka kelahiran, keadaan gizi, jenis-jenis penyakit tertentu.
3. data perilaku antara lain pola makan, pola kepemimpinan, kebiasaan buang
sampah, kebiasaan berobat, kebiasaan buang air besar, kebiasaan, dll.
Analisa yang digunakan dengan analisa deskriptif. Semua data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun bentuk pie. Dari hasil analisa data
tersebut kemudian dapat diketahui rencana kebutuhan penyuluhan kesehatan
masyarakat. Data tersebut bisa diperoleh melalui: Statistik, laporan petugas
kesehatan, pengamatan terhadap masalah kepercayaan, sikap, tingkah laku
berbagai kelompok, masyarakat, pembahasan bersama teman. Perumusan
masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata (real-problems) yang
telah dirasakan masyarakat (felt-problems). Artinya, perumusan masalah
hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai sebagai penyebab
tidak terpenuhinya kebutuhannyata (real-needs) masyarakat, yang telah dapat
dirasakan (felt-needs) oleh mereka. Jika ada lebih dari satu masalah kesehatan,
maka perlu diadakan penyusunan prioritas masalah sehingga permasalahan
dapat diselesaikan secara bertahap.
Dalam menetapkan prioritas masalah harus mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Beratnya/besarnya masalah
2. Kelompok masyarakat yang diserang
3. Distribusi geografis
4. Pertimbangan politis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

65

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

C. Persiapan Perencanaan
Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan,
berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.
Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pelaku utama
dan pelaku usaha;
2. Ketersedian teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain
yang mendukung kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat;
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keternampilan dan Sikap) Penyuluh
Kesehatan Masyarakat;
4. Situasi lingkungan fisik sosial dan budaya yang ada; dan
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.
Rencana penyuluhan kesehatan masyarakat
harus memuat unsur-unsur:
SIADIBIBA:
1. Siapa yang akan melaksanakan?
2. Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?
3. Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (Kwantitas dan Kwalitas)?
4. Berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll)?
5. Bagaimana melaksanakannya (melalui kegiatan apa)?
Rencana kegiatan yang disajikan dalam bentuk tabulasi/matriks yang berisi
masalah, kegiatan, metode, keluaran, sasaran, volume/frekuensi, lokasi, waktu,
biaya, sumber biaya, penanggungjawab pelaksanaan dan pihak terkait.
D. Evaluasi Penyusunan Rencana
Pokok Bahasan 3.
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH YANG TERKAIT DENGAN MASALAH
KESEHATAN
Pengertian Identifikasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan informasi
potensi wilayah (data sekunder dan data primer) yang dilakukan secara partisipatif.
Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau tersedia dan yang dapat digunakan
dalam upaya mengatasi masalah yang ada ataupun digunakan dalam upaya mencapai
tujuan. Beberapa langkah kegiatan indentifikasi potensi wilayah terkait masalah
kesehatan sebagai berikut:

66

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

A. Penyusunan kerangka acuan (TOR) dalam rangka identifikasi potensi


wilayah
Membuat kerangka acuan kegiatan identifikasi potensi wilayah merupakan salah
satu syarat untuk mencairkan anggaran/pembiayaan dan sebagai acuan kegiatan
identifikasi potensi wilayah.
Isi TOR:
1. Uraian mengenai apa (WHAT) pengertian dan apa keluaran (output) yang akan
dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan.
2. Mengapa (WHY) kegiatan tersebut perlu dilaksanakan dalam hubungan tugas
pokok dan fungsi atau sasaran program yang hendak dicapai.
3. Siapa (WHO) satker/panitian/tim/personal yang bertanggung jawab
melaksanakan dalam mencapai keluaran (output) dan siapa yang menerima
manfaat dari kegiatan tersebut.
4. Kapan (WHEN) kegiatan dimulai dan selesai,
5. Berapa lama (HOW LONG) waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikanya.
5. Dimana/lokasi (WHERE) kegiatan tersebut dilaksanakan. 6. Bagaimana
(HOW) kegiatan tersebut dilaksanakan. 7. Berapa perkiraan biayanya (HOW
MUCH) yang dibutuhkan
B. Penyusunan instrument terbuka dan tertutup
Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner
(angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Jenis pertanyaan terbagi atas terbuka dan tertutup. PertanyaanTerbuka : responden
bebas memberikan jawaban tanpa dibatasi jenis jawabannya. Pertanyaan terbuka
baik untuk memastikan subyektifitas data. Dengan pertanyaan terbuka kita dapat
menangkap beragam pendapat tentang suatu hal yang kita tanyakan. Pertanyaan
terbuka biasanya diletakkan pada akhir daftar pertanyaan untuk mengetahui
pendapat responden tentang hal yang diteliti.
Kerugian pertanyaan terbuka :
1. Harus dibaca dan dianalisis satu pers atu
2. Interpretasi beberapa pembaca dapat berbeda sehingga sulit disimpulkan.
3. Butuh waktu dan pikiran yang lebih banyak bagi responden untuk
menjawabnya, sehingga mudah bosan.
Pertanyaan tertutup : menggunakan pertanyaan yang jawabannya berupa pilihan.
Tidak ada ketentuan dalam banyaknya pilihan. Biasanya berkisar antara 5-10
pilihan jawaban. Untuk pertanyaan yang mengukur satu variabel atau pendapat,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

67

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

misalnya kemudahan penggunaan, dengan kisaran dari mudah ke sulit, suka ke


tidak suka biasanya pilihannya berjumlah gasal .
Untuk kuesioner yang mengukur opini dan variabel yang jumlahnya banyak, seperti
misalnya uji musik, lebih baik menggunakan jumlah pilihan jawaban yang genap,
untuk menghindari banyaknya jawaban yang kosong (tidak punya pendapat).
Keuntungan Pertanyaan Tertutup :
1. Mudah dihitung persentase jawabannya.
2. Dapat menggunakan lembar jawaban komputer sehingga
menghitungnya.
3. Mudah melacak pendapat berdasarkan waktu
4. Mudah memfilter jawaban yang tidak berguna atau yang ekstrim.

cepat

C. Pengumpulan data primer


Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan identifikasi
potensi wilayah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama).
Pengumpulan data primer dengan cara:
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang
banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek
emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari
sangat diperlukan.
2. Diskusi kelompok terarah
Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion), yaitu upaya menemukan
makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari
diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. FGD memungkinkan peneliti
mendapatkan data yang lengkap dari informan yang biasanya dijadikan
landasan suatu program (pilot study). Pelaksanaan FGD juga relatif cepat,

68

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

yang terlama adalah waktu rekruitmen informan. FGD juga memungkinkan


peneliti lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas
bertanya kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun FGD relatif
membutuhkan biaya yang cukup besar, bahkan dalam beberapa kasus, para
informan mendapat selain konsumsi juga uang lelah karena telah mengikuti
diskusi.
Tujuan FGD adalah untuk memperoleh informasi mendalam pada konsep,
persepsi dan gagasan untuk suatu kelompok FGD mengarahkan untuk
menjadi lebih dari suatu pertanyaan-pertanyaan interaksi jawaban. Ini
merupakan suatu diskusi kelompok antara 6 sampai 12 orang yang dipandu
oleh seorang fasilitator dan co-fasilitator.
Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan
yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple,
jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang
kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
negative.
3. Observasi berkelanjutan
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian.
Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu
mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau
kondisi yang ada di lapangan.
Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial
yang sukar untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan
untuk menjajaki sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita
akan memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin
petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan
observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung
di lapangan atau tempat penelitian.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

69

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut:


1)
Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
2)
Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.
3)
Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.
4)
Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancar.
5)
Harus diketahui tentang cara mencatat hasi! observasi, seperti telah
menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis
lainnya.
D. Pengumpulan data sekunder dari beberapa sumber
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada seperti
profil kesehatan, laporan tahunan program promkes, hasil kajian PHBS, dan lainlain. Data sekunder dikumpulkan untuk diolah dan dianalisa sebagai kelengkapan
bahan untuk membuat perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat.
E. Tabulasi dan pengolahan data dengan komputer
Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Editing Data (Pemeriksaan data)
Pengertian dari editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk meneliti
apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau membingungkan,
dan apabila ada kasus seperti ini ada beberapa cara untuk mengatasinya
misalnya:
a.
Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survai lagi tidak
mungkin dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti
dengan missing value atau ditulis tidak menjawab,
b.
Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap (apabila
jumlahnya kecil dan sampel yang diambil besar)
c.
Dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul dari
penyebaran kuesioner. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang terkumpul sudah cukup baik. Pemeriksaan data atau
editing dilakukan terhadap jawaban yang telah ada dalam kuesioner
dengan memperhatikan hal-hal meliputi: kelengkapan pengisian
jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, serta kesesuaian
antar jawaban. (Suplemen MPS1 Kuantitatif)
d.
Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi,
keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul.
Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah
data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual
atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data. Dengan adanya

70

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut


tidak mengganggu proses analisa sehingga dapat menimbulkan bias
penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data
yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi
penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup keajegan
jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan.
Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya data secara lengkap
sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah
dirumuskan dalam penelitian tersebut.
2. Pengembangan Variabel
Spesifikasi semua variable yang diperlukan yang tercakup dalam data yang
sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variable yang diperlukan
sudah termasuk dalam data. Jika belum ini berarti data yang terkumpul belum
lengkap atau belum mencakup semua variable yang sedang diteliti.
3. Koding Data (Pemberian Kode pada data)
Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/ bilangan. Misalnya untuk variabel pekerjaan dilakukan
koding 1 = Pegawai Negeri, 2 = Wiraswasta, 3 = Pegawai Swasta dan 4 =
Pensiunan. Jenis kelamin: 1 = Pria dan 2 = Wanita, dsb. Kegunaan dari koding
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat
pada saat entry data. Entry data, adalah transfer coding data dari kuisioner ke
software. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik
pada respon jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan
data. Dengan data sudah diubah dalam bentuk angka-angka, maka peneliti
akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer dan mencari program
perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk digunakan sebagai sarana
analisa, misalnya apakah data tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan
software SPSS?
4. Cek Kesalahan
Peneliti melakukan pengecekan kesalahan sebelum dimasukkan kedalam
komputer untuk melihat apakah langkah-langkah sebelumnya sudah
diselesikan tanpa kesalahan yang serius.
5. Membuat Struktur Data
Buatlah struktur data yang mencakup semua data yang dibutuhkan untuk
analisa kemudian dipindahkan kedalam komputer. Penyimpanan data kedalam
komputer mempertimbangkan 1) apakah data disimpan dengan cara yang
sesuai dan konisten dengan penggunaan sebenarnya? 2)apakah ada data

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

71

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

yang hilang / rusak dan belum dihitung? 3) bagaimana caranya mengatasi


data yang hilang atau rusak? 4) sudahkan pemindahan data dilakukan secara
lengkap?
6. Cek Preanalisa Komputer
struktur data yang sudah final kemudian dipersiapkan untuk analisa komputer
dan sebelumnya harus dilakukan pengecekan preanalisa komputer agar
diketahui konsistensi dan kelengkapan data.
7. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan
cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan statistik
deskriptif variable-variable yang diteliti atau yang variable yang akan di tabulasi
silang.
8. Cleaning Data (Pembersihan data)
Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen
yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan data yang
out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data
dengan nilai-nilai tdk terdefinisi, sedangkan treatmen yang hilang adalah nilai
dari suatu variabel yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang
membingungkan. Untuk mengatasi treatmen yang hilang dapat dilakukan
beberapa cara untuk mengatasinya adalah:
a.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Substitusi dengan nilai yang netral
b.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jawaban substitusi yang
dimasukkan berdasarkan pola jawaban responden pada pertanyaanpertanyaan lain
c.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Menghilangkan beberapa kasus,
responden yang banyak tidak memberikan response di buang dari
analisis (bila hanya sedikit/bila jumlahnya banyak dapat dikelompokkan
sendiri)
d.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Penghapusan sebagian; untuk
responden yang mempunyai nilai-nilai missing tidak langsung dibuang
tetapi diambil sebagian dan dianalisis untuk bagian yang lengkap
nilainya, hasil analisis didasarkan ukuran sampel berbeda bila ukuran
sampel besar, ada sedikit saja yang missing, variabel-variabelnya tidak
terlalu berhubungan
9. Recording Data (Pencatatan Data)
Recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau mencatat
data ke dalam suatu draft atau aplikasi komputer guna memudahkan dalam

72

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

mengolah data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan bagian
dari sesudah tahap coding data (Pengkodean Data),
10. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa
instrumen
F. Analisa hasil tabulasi data secara analitik
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diintepretasikan. Kegiatan analisis data ini sering digunakan
alat bantu seperti penghitungan dengan tes statistik. Fungsi pokok tes statistik
adalah menyederhanakan daata hasil penelitian yang jumlahnya sangat besa
rmenjadi suatu informasi yang sederhana dan mudah dimengerti.
Setelah analisis data selesai dan telah memperoleh informasi, hasilnyua harus
diinterpretasikan guna mencari makna dan implikasi dari hasil penelitian.
Menurut Singarimbun dan Sofyan efendi (dalam Suyanto Bagong&Sutinah,2005).
Interpretasi atau inferensi dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Interpretasi
secara terbatas Peneliti hanya melakukan interpretasi atas data dan hubungan
yang ada dalam penelitiannya. Interpretasi yang demikian ini dilakukan peneliti
secara bersamaan pada saat analisis data dilakukan. 2. Peneliti berusaha mencari
pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang diperoleh dari analisis data.
. Interpretasi yang demikian dengan membandingkan hasil analisisnya dengan
kesimpulan peneliti lain serta menghubungkan interpretasi tersebut dengan
teori, tahap ini sangat penting, akan tetapi sering tidak dilakukan oleh peneliti.
Analisis data terbagi menjadi 2 kategori: 1. Analisis data untuk data kategorikal
adalah metode tabulasi silang yang juga dikenal sebagai analisis elaborasi. 2.
Analisis untuk data bersambungan, biasanya digunakan berbagai teknik atau tes
statistik seperti distribusi frekuensi ukuran analisis varians, analisis korelasi dan
sebagainya. Dalam menyusun analisis tabulasi silang perlu diperhatikan beberapa
urutan:
Pokok Bahasan 4
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT

RENCANA

STRATEGI

PENYULUHAN

KESEHATAN

1. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan program terpadu


1. Tingkat Kecamatan
2. Kabupaten
3. Provinsi
4. Nasional
2. Penyusunan rancangan strategi penyuluhan tingkat internasional
3. Penyusunan uji coba rancangan strategi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

73

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 5.
MENGEMBANGKAN MEDIAN PENYULUHAN
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga
sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan (DEPKES RI, 2006).
Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses P.
Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH (Program
for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS (Population
Communication Services). Adapun tahap-tahap Proses P dalam pengembangan media
promosi kesehatan yaitu:
A. Tahap analisis masalah dan sasaran
Pada tahap ini dilakukan penelaahan analisis:
1. Masalah Kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidemiologi
masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat sehubungan dengan
masalah kesehatan yang ditimbulkan.
2. Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial-ekonomi, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adatistiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan masalah kesehatan.
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang
telah ada dari berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang
lalu, harapan di masa yang akan datang. Di sini dapat dipelajari arahanarahan dan dalam membuat suatu program kegiatan KIE, masing-masing
sektor. Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan
politik. Dan melihat program serta pendukung-pendukung apa saja yang telah
tersedia.
4. Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program.
Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana
yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku
masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat, pendapatan
serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan denmagan
masalah kesehatan

74

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

B. Tahap Rancangan Pengembangan Media


Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi
yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu:
1. Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang
yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,2005).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus:
a.
Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
b.
Jelas dan dapat diukur.
c.
Apa yang akan diukur.
d.
Siapa sasaran yang akan diukur.
e.
Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
f.
Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.
Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi
kesehatan dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak
jelas dan tidak operasional maka program menjadi tidak fokus dan tidak
efektif (Notoatmodjo,2005).
2. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang
tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan
memberikan kepuasan pada masing-masing segmen.
Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan produk.
Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang
mudah diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi kesehatan
diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran seperti:
a.
Data karakteristik perilaku khalayak sasaran.
b.
Data epidemiologi.
c.
Data demografi.
d.
Data geografi.
e.
Data psikologi (Notoatmodjo,2005).
3. Mengembangkan posisioning pesan
Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang
dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan sesuatu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

75

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak
calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi
strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen
menempatkan produk kesehatan di dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).
4. Menentukan strategi posisioning
Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning
memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk
dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
(Notoatmodjo,2005):
a.
Identifikasi para pesaing.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di
masyarakat.
b.
Persepsi konsumen
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap penting
oleh khalayak sasaran.
c.
Menentukan posisi pesaing
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai sudut
pandang.
d.
Menganalisis preferensi khalayak sasaran yaitu mengetahui posisi yang
dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu produk tertentu.
e.
Menentukan posisi merek produk sendiri
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan halhal sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen pasar,
jangan mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan simbolsimbol produk.
f.
Ikuti perkembangan posisi
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah
masih cocok dengan keadaan.
5. Memilih Media Promosi Kesehatan
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini
adalah:
a.
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada
selera pengelola program.
b.
Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
c.
Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
d.
Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).

76

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

C. Tahap pengembangan pesan, uji coba dan produksi media


Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang
sesuai untuk khalayak sasaran (www.pamsimas.org, 2009). Pesan dalam suatu
media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
Penyebaran berbagai informasi program kesehatan masyarakat yang selama ini
dilakukan langsung pada sasaran, perlu dibarengi dengan dukungan media cetak
maupun media elektronik dan tentunya saat ini untu Radio dan Televisi teriri dari
berbagai stasiun sehingga apa yang dilakukan saat ini memang dirasakan tidak
memadai. Pertemuan kelompok atau pertemuan tatap muka selama ini dirasakan
paling efektif, tetapi dengan dinamika kehidupan masyarakat yang terus bergerak
metoda ini jangkauannya sangat terbatas, sehingga perlu dibarengi dengan
peretemuan melalui kerja sama dengan kelompok pengajian,kelompok arisan bahkan
mungkin dengan Media cetak.
Selama ini media cetak menjadi media utama tapi media cetak itu disetiap daerah
ada beberapa penerbitan belum yang pusat sehingga dalam proses penyampaian
informasi program perlu diperhatikan aspek jangkauan. Disinilah perlunya
pengembangan media penyuluhan terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah
khusus dengan fasilitas terbatas.
Kondisi ini hampir dirasakan oleh seluruh Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat
dimanapun berada bahkan mengalami kesulitan dalam menjangkau sasaran
pelayanan kesehatan masyarakatB. Perlu dilakukan modifikasi dan inovasi yang
terus menerus dalam upaya penyebarluasan informasi secara komprehensif
baik melalui penyuluhan langsung dengan memanfaatkan kader, Toga, Toma
serta memanfaatkan media tradisional, kerjasama dengan kelompok-kelompok
masyarakat memanfaatkan media cetak, radio dan semua media berjalan bersama
terus menerus dan atau menggunakan jaringan internet, facebook, Blog atau twiter,
SMS dan semuanya. Pengembangan Media penyuluhan secara komprehensif
ini perlu dijadikan sebagai suatu sistem penyebarluasan program kesehatan
masyarakat , bertujuan untuk mengembangkan Media Promosi Kesehatan secara
terpadu, terintegrasi, tepat guna dan bermanfaat bagi penyuluh, institusi kesehatan,
serta stakeholder lain yang membutuhkan karena ini sudah menjadi tantangan diera
digital sekarang ini
D. Penyusunan materi penyuluhan untuk radio
Materi penyuluhan disusun oleh institusi penyelenggara penyuluhan kesehatan
masyarakat dan atau penyuluh kesehatan masyarakat berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan dan kepentingan pelaku utama, pelaku usaha, dan sasaran antara.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

77

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Penyuluh kesehatan masyarakat memilih dan menetapkan metode penyulihan yang


paling tepat untuk menyampaikan materi penyluhan kesehatan kepada sasaran
kelompok penyuluhan.
1. Spot
2. Ceramah
3. Wawancara/dialog
Pokok Bahasan 6
MEMBUAT RANCANGAN
MASYARAKAT

(DESIGN)

MEDIA

PENYULUHAN

KESEHATAN

Apa itu Media ?


Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Apa kegunaan media ?
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis
dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara
kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran,
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh
yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah
pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Jenis / Macam Media itu apa saja?
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1. Benda asli,
yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga
yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran
yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke manamana sebagai alat bantu menyuluh.

78

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Beberapa macam alat peraga antara lain:


a. Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
b. Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam
botol pengawet, dll
c. Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit,
dll
2. Benda tiruan
Benda tiruan yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena
menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu
besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.
3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
a. Poster: adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lainlain.
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan
singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang
mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat
mendorong untuk bertindak.
b. Leaflet : Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan
untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya
deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lainlain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat
pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu,
kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan
sederhana seperti di photo copy.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

79

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Gambar Optik. seperti photo, slide, film, dll


a. Photo: Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
1)
Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan
suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album.
Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan
topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi
kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi
di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
2)
Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan
atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur,
leaflet, dll
b. Slide: Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan
slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkalikali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok
anak sekolah, karena alat ini lebih trnedi disbanding dengan gambar, leaflet,
dll.
c. Film: Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi
dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah
kelompok besar, dan kolosal.
PESAN DALAM MEDIA
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang
sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif,
untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu
pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak
sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
2. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan
informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media
diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
3. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare,
dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat
didekat tempat tinggalnya.

80

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya.
5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia
apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap
sama.
6. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang
effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus
menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat adalah
contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:
1. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan,
kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara
keseluruhan.
2. Prates konsep pesan pada kelompok sasaran atau wakil-wakil perorangan yang
diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian
khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari
salah paham.
3. Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana
pendukungnya
4. Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna keseluruhan,
kemampuan mengingat, titik yang kuat dan lemah, relevansi pribadi dan hal-hal
peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5. Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum diproduksi ulang untuk meyakinkan
daya muat apakah masih efisien dan effektif.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

81

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

VI.

82

Referensi
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media
Promosi Kesehatan, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Promosi Kesehatan dan Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 2
PELAKSANAAN
ADVOKASI KESEHATAN

I.

Deskripsi Singkat
Di era desentralisasi dukungan kebijakan publik berwawasan kesehatan yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh penentu kebijakan merupakan suatu strategi yang
penting dipahami dan dilakukan dalam pelaksanakan promosi kesehatan untuk
mewujudkan tujuan pembangunan berwawasan kesehatan. Selain itu, satu diantara
indikator kinerja utama promosi kesehatan adalah jumlah kabupaten/kota yang telah
melaksanakan advokasi kesehatan serta menghasilkan kebijakan publik berwawasan
kesehatan, terutama yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
ber-perilaku hidup bersih dan sehat.
Petugas kesehatan terutama petugas pengelola promosi kesehatan serta Pejabat
Fungsional PKM, sesuai tugas dan fungsinya dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan, diharapkan mampu menjadi inisiator dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan serta penilaian penyelenggaraan kegiatan advokasi
kesehatan di wilayah kerjanya.
Kegiatan advokasi kesehatan dapat berhasil apabila para pengelola program kesehatan
memahami kaidah-kaidah dalam pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan dengan
benar dan tepat sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Sehubungan dengan itu, Pejabat Fungsional PKM Ahli dalam kegiatan pelatihan ini,
akan mendapatkan materi tentang pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan.
Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi : pengertian, tujuan,
manfaat dan sasaran advokasi kesehatan, pengelolaan advokasi kesehatan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi atas hasil advokasi kesehatan, serta penyusunan
laporan hasil advokasi kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

83

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan advokasi kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan advokasi kesehatan.
2. Menyusun perencanaan advokasi di wilayah kerjanya
3. Melakukan advokasi di wilayah kerjanya
4. Melakukan evaluasi atas hasil advokasi

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Advokasi kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prinsip-prinsip
d. Unsur-unsur
e. Teknik-teknik
f. Langkah-langkah
Pokok bahasan 2. Penyusunan perencanaan advokasi di wilayah kerjanya
Pokok bahasan 3. Pelaksanaan advokasi di wilayah kerjanya
Pokok bahasan 4. Evaluasi atas hasil advokasi di wilayah kerjanya

IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6 jpl x 45 menit
= 270 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang
akan disampaikan.

84

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima


materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Advokasi kesehatan (45
menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Advokasi
kesehatan. Ada 6 (enam) pertanyaan yang diajukan kepada peserta yaitu: 1)
pengertian advokasi kesehatan, 2) tujuan advokasi kesehatan, 3) prinsip-prinsip
dalam advokasi kesehatan, 4) unsur-unsur advokasi kesehatan, 5) teknik-teknik
dalam pelaksanaan advokasi kesehatan, serta 6) langkah-langkah dalam advokasi
kesehatan.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan
menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Penyusunan perencanaan
advokasi di wilayah kerjanya (80 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan penjelasan bahwa setiap kelompok nantinya akan
melaksanakan advokasi kesehatan melalui cara bermain peran, untuk itu setiap
kelompok sesuai penugasan harus terlebih dahulu menyusun perencanaan
advokasi kesehatan di wilayah kerjanya. Perencanaan pelaksanaan advokasi :
Kelompok 1 melakukan kegiatan advokasi di tingkat kabupaten/kota; Kelompok 2
melakukan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat kecamatan serta Kelompok 3
melakukan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat desa/kelurahan. Sehubungan
dengan itu, setiap kelompok harus mempersiapkan diri untuk menyusun rencana
kegiatan advokasi kesehatan yang akan dilakukan di tingkat kabupaten/kota
(kelompok 1), di tingkat kecamatan (kelompok 2), di tingkat desa/kelurahan
(kelompok 3).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

85

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Setiap kelompok menggunakan lembar kerja penyusunan rencana kegiatan


advokasi kesehatan yang sudah dipersiapkan fasilitator pada Lampiran A Waktu
diskusi kelompok 45 menit. Setelah itu setiap kelompok diminta untuk menyajikan
hasil diskusinya.
b. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian hasil diskusi setiap
kelompok.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi terhadap materi yang kurang dipahami, kemudian fasilitator
menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.
Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 4. Pelaksanaan advokasi di
wilayah kerjanya (90 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan penjelasan bahwa setiap kelompok akan melaksanakan
advokasi kesehatan melalui cara bermain peran, untuk itu setiap kelompok
sesuai penugasan melakukan persiapan untuk berbagi peran sesuai dengan
hasil perencanaan advokasi kesehatan di wilayah kerjanya yang telah disiapkan
pada saat berdiskusi pada pokok bahasan sebelumnya. Pelaksanaan advokasi
yang akan diperankan : Kelompok 1 : melakukan kegiatan advokasi di tingkat
kabupaten/kota, Kelompok 2 : melakukan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat
kecamatan serta Kelompok 3 : melakukan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat
kecamatan. Sehubungan dengan itu, setiap kelompok harus mempersiapkan diri
untuk menyusun rencana kegiatan advokasi kesehatan secara rinci (rundown)
yang akan dilakukan di tingkat kabupaten/kota (kelompok 1), di tingkat kecamatan
(kelompok 2), di tingkat desa/kelurahan (kelompok 3).
Setiap kelompok menggunakan lembar kerja penyusunan rencana kegiatan
advokasi kesehatan yang sudah dipersiapkan fasilitator pada lampiran A Waktu
diskusi kelompok 45 menit. Setelah itu setiap kelompok diminta untuk menyajikan
hasil diskusinya.
b. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap pelaksanaan advokasi kesehatan
melalui bermain peran dari setiap kelompok berdasarkan wilayah kerjanya.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi terhadap materi yang kurang dipahami, kemudian fasilitator
menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.

86

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 5.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 5. Evaluasi atas hasil advokasi
kesehatan di wilayah kerjanya (45 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta berdiskusi dalam 3 (tiga)
kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan cara-cara
melakukan evaluasi atas hasil advokasi kesehatan berdasarkan tingkatannya di
provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.
Kelompok 1: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat kabupaten/kota
Kelompok 2: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat kecamatan.
Kelompok 3: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat desa/kelurahan.
b. Fasilitator memberikan waktu diskusi selama 20 menit, setelah itu, setiap kelompok
diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dengan cara mendisplay hasil diskusi
kelompoknya. Setiap kelompok berkeliling ke kelompok lainnya untuk mempelajari
dan memahami materi yang didiskusikan demikian halnya juga faslitator.
c. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian kelompok tersebut
sekaligus memberikan klarifikasi, masukan dan penegasan pentingnya evaluasi atas
hasil advokasi kesehatan yang telah dilaksanakan.

V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
ADVOKASI KESEHATAN
A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia, masih perlu mendapat perhatian
pemerintah serta segenap lapisan masyarakat. Status kesehatan masyarakat
merupakan salah satu indicator HDI (Human Develompment Index) atau Indeks
Pembangunan Masyarakat (IPM). Di era desentralisasi atau otonomi, status
kesehatan masyarakat merupakan salah satu indicator kinerja pemerintah daerah
yang dapat diketahui dari nilai IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat).
Penilaian kinerja pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dapat diketahui
perkembangannya dari tahun ke tahun dari nilai IPKM tersebut.
Provinsi maupun kabupaten/kota yang menduduki urutan teratas, berdasarkan nilai
IPKM yang ada, akan menyandang predikat sebagai provinsi/kabupaten/kota yang
mempunyai kinerja yang baik dalam memperjuangkan peningkatan status kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

87

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

masyarakatnya. Selain itu pemerintah kabupaten/kota juga harus melaksanakan


pelayanan publik termasuk pelayanan kesehatan yang dapat diukur melalui Standard
Pelayanan Minimal atau biasa disbut dengan KW-SPM bidang kesehatan yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005, Permendagri Nomor 6 tahun 2007
tentang Penetapan Petunjuk teknis SPM Kabupaten/Kota kemudian ditindaklanjuti
dengan Permenkes Nomor 741 tahun 2008 dan Kepmenkes Nomor 828 tahun
2008 tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan.
Upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat tidak cukup hanya meningkatkan
anggaran untuk biaya pengobatan gratis saja, melainkan meningkatkan anggaran
untk upaya promotif dan preventif. Telah diakui bahwa upaya pencegahan lebih
murah serta efisien dan efektif dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat
dibanding upaya pengobatan dan rehabilitasi. Sehubungan dengan itu, diharapkan
para pejabat publik (terutama pemerintah) pusat dan daerah hendaknya, memberikan
dukungan kebijakan serta sumberdaya yang seimbang antara upaya promotif
dan preventif dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Permasalahan yang ada aat
ini, dukungan kebijakan serta anggaran untuk upaya kuratif, tidak disertai dengan
dukungan kebijakan serta anggaran untuk upaya promotif dan preventif. Hal ini,
akan mempengaruhi upaya dalam meningkatkan kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat. Selain itu, jumlah anggaran yang besar untuk biaya pengobatan akan
menjadi beban yang cukup berat bagi pemerintah daerah.
Tantangan permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini, adalah
rendahnya kemauan serta kemampuan masyarakat untuk ber-perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS). Hal ini yang menjadi salah stu faktor penyebab utama terjadinya
permasalahan kesehatan masyarakat yang kompleks di Indonesia. Rendahnya PHBS
di masyarakat, akan berdampak pada tingginya: Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), Kesehatan Anak, penyakit infeksi/ penyakit menular, penyakit
degeneratif, penyakit yang ditularkan melalui binatang, kesehatan jiwa, kesehatan
remaja, kesehatan lansia, penyakit baru (new emerging diseases), penyakit akibat
bencana, dll yang sangat mempengaruhi HDI /IPM dan Umur Harapan Hidup di
Indonesia.
Peningkatan kemampuan masyarakat untuk ber-PHBS, meliputi perilaku yang
sehat dalam meningkatkan atau menjaga status kesehatannya, melakukan upaya
pencegahan terhadap ancaman penyakit, melakukan pengobatan sesuai dengan
anjuran dokter atau petugas medis serta sesuai dengan ketentuan pengobatan yang
berkualitas, dll. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ber-PHBS
tersebut, perlu didukung oleh peraturan atau kebijakan publik berwawasan kesehatan
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah atau pejabat publik yang berwenang serta
diberlakukan secara konsisten dan konsekuen. Namun, dalam kenyataannya masih

88

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

banyak daerah (terutama kabupaten/kota), masih sangat minim dalam mendukung


serta menetapkan kebijakan publik yang berawawasan pada upaya promotif dan
preventif. Akibatnya, peningkatan alokasi anggaran pengobatan tidak berdampak
secara signifikan terhadap penurunan masalah kesehatan di Indonesia, contoh:
penyakit TB di Indonesia saat ini (tahun 2013) menduduki urutan ke tiga dunia,
dimana pada tahun 2012 yang lalu masih menduduki urutan ke lima dunia.
Perhatian atau kepedulian pemerintah, swasta dan masyarakat untuk melakukan
upaya promosi kesehatan untuk mencegah serta mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan tersebut belum memadai. Promosi kesehatan yang mendukung
keberhasilan upaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilititatif belum menjadi
issue penting dalam agenda pembangunan daerah, hal ini terlihat dari besarnya
anggaran untuk promosi kesehatan yang masih kecil.
Sehubungan dengan itu, diharapkan petugas kesehatan, terutama petugas
pengelola promosi kesehatan serta Pejabat Fungsional PKM diharapkan memahami
konsep dasar pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan dengan benar, sehingga
diharapkan mampu mengelola kegiatan advokasi kesehatan sesuai dengan kondisi
permasalahan kesehatan prioritas yang ada di wilayah kerjanya.
B. Pengertian
1. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacammacam bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999)
2. Advokasi pada dasarnya merupakan suatu perangkat kegiatan yang dilakukan
secara terencana dan terorganisir, ditujukan pada para pengambil keputusan
agar memberikan dukungan kebijakan untuk mengatasi masalah spesifik.
3. Advokasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan atau menciptakan perhatian
para pembuat keputusan terhadap sesuatu permasalahan / issue yang penting
dan mengarahkan agar mau memberikan dukungannya untuk memecahkan
permasalahan tersebut.
4. Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu
strategi global Promosi Kesehatan. Advokasi bidang kesehatan adalah usaha
untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau pengambil keputusan untuk
membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan
masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

89

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5. Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk


mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan,
menjual ide agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah
kesehatan masyarakat.
C. Tujuan
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-kebijakan
publik oleh pejabat publik sehingga dapat mendukung dan menguntungkan
kesehatan.
Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik menjadi paham terhadap
masalah kesehatan, kemudian tertarik, peduli, menjadikan program kesehatan
menjadi agenda prioritas serta bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Dukungan tersebut, dalam bentuk :
1. Komitmen politis (political commitment)
Adalah komitmen pejabat publik atau berbagai pihak terkait terhadap upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.
2. Dukungan kebijakan (policy support)
Adalah dukungan nyata yang diberikan oleh pejabat publik serta para pimpinan
institusi terkait untuk memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan publik untuk
mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya. Dukungan
kebijakan tersebut dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan daerah, surat keputusan, instruksi / surat edaran, dll
3. Penerimaan sosial (social acceptance)
Adalah diterimanya suatu program kesehatan oleh masyarakat terutama tokoh
masyarakat. Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah dikeluarkan
oleh pejabat publik, selanjutnya harus disosialisasikan untuk memperoleh
dukungan masyarakat terutama tokoh masyarakat. Selanjutnya, dalam
penerapan kebijakan publik tersebut, maka perlu dibuat kebijakan operasional
yang mengacu pada kebjakan publik yang telah ditetapkan tersebut. Contoh:
Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dikeluarkan oleh Walikota Bogor,
ditindak lanjuti oleh peraturan perusahaan, peraturan organda dll tentang
mewujudkan perusahaan KTR serta KTR di dalam kendaraan umum.
4. Dukungan sistem (system support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan program kesehatan
dalam program kerjanya (partnership). Upaya mengatasi masalah kesehatan

90

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

tidak dapat dilakukan hanya oleh sector kesehatan saja, melainkan dengan
berbagai lintas sektor terkait, misalnya: upaya perbaikan gizi masyarakat
terkait dengan sektor pertanian, pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan
rakyat. Pengedalian flu burung dan rabies terkait dengan sektor peternakan
dan transportasi, dll. Sehubungan dengan itu untuk mengatasi masalah
kesehatan, maka sektor kesehatan harus bekerjasama dengan lintas sector
terkait. Agar hasilnya optimal, maka upaya advokasi kesehatan perlu dirancang
serta dikelola dengan baik.
D. Prinsip-prinsip
E. Unsur-unsur
Ada delapan unsur-unsur advokasi yaitu; tujuan, pemanfaatan data dan riset,
identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi, penyajian/
presentasi, dan penggalangan dana.
1. Penetapan tujuan advokasi kesehatan.
Seringkali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor
yang saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil, tujuan advokasi
harus dibuat lebih spesifik berdasarkan pertanyaan berikut;
a.
Apakah isu atau masalah itu dapat menyatukan atau membuat beberapa
kelompok bersatu dalam suatu ikatan koalisi yang kuat?
b.
Apakah tujuan advokasi dapat tercapai?
c.
Apakah tujuan advokasi memang menjawab permasalahan?
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi kesehatan.
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan yang
dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Karena itu data dan riset
diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi
solusi pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan yang realistis. Selain
itu, adanya data dan fakta tersebut seringkali sudah bisa menjadi argumentasi
yang sangat persuasif.
3. Identifikasi sasaran advokasi kesehatan.
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang
yang berpengatuh dalam pembuat keputusan. Siapa saja yang membuat
keputusan agar tujuan advokasi dapat dicapai?
Siapa dan apa pengaruhnya dari pembuat keputusan ini yang perlu dipelajari?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

91

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Sasaran advokasi para penentu kebijakan harus dipetakan dengan


menggunakan metode analisa pemercaya (stakeholders). Misalnya sasaran
advokasi pejabat pemerintah, legisltif , eksekutif dan yudikatif, para
petugas kesehatan, para media massa, wartawan, swasta. Juga kelompok
yang bertentangan, untuk mendapatkan saling pengertian, mungkin bisa
dipengaruhi terhadap isu yang akan dibahas.
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi kesehatan.
Khalayak sasaran akan berbeda bereaksi atas suatu pesan. Seorang
tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui bahwa banyak
dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Menteri
kesehatan mungkin akan mengambil keputusan ketika disajikan data rinci
mengenai besarnya masalah kesehatan tertentu. Jadi penting diketahui,
pesan apa yang diperlukan agak khalayak sasaran yang dituju dapat membuat
keputusan yang mewakili kepentingan advokator.
Misalnya menyusun materi pesan advokasi berupa data, informasi sebagai
bukti yang dikemas dalam bentuk table, grafik, atau diagram, disertai foto
sebagai alat bukti.
5. Membangun koalisi.
Sering kali kekuatan advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau organisasi
yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana situasi di
negara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi
merupakan suatu hal yang relatif baru. Dalam situasi ini melibatkan banyak
orang dan mewakili berbagai kepentingan, sangat bermanfaat bagi upaya
advokasi maupun dukungan politis . Bahkan dalam satu organisai sendiri,
koalisi internal yaitu melibatkan berbagai orang dari berbagai divisi dalam
mengembangkan program baru, dapat membangun konsensus untuk aksi
bersama. Pertimbangkan siapa saja yang dapat diajak bermitra dalam aliansi
atau koalisi upaya advokasi yang dirancang.
6. Membuat presentasi yang persuasif.
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali terbatas
waktunya. Seorang tokoh politik mungkin memberi kesempatan sekali
pertemuan untuk mendiskusikan isu advokasi yang dirancang. Seorang pejabat
hanya punya waktu 10 menit bertemu dengan tim advokator. Kecermatan
dan kehati-hatian dalam menyiapkan argument yang meyakinkan atau
memilih cara presentasi dapat mengubah kesempatan terbatas ini menajdi
upaya advokasi yang berhasil. Apa yang akan disampaikan, dan bagaimana
penyampaian pesan tersebut menjadi penting.

92

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

7. Penggalangan dana untuk advokasi kesehatan.


Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerluan dana. Mempertahankan
upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang memerlukan waktu
dan energi. Jadi memerlukan sumber dana lain untuk menunjang upaya
advokasi. Perlu menjadi pemikiran tim advokasi bagaimana caranya dalam
menggalang dana atau sumber daya lain.
8. Pemantauan dan penilaian upaya advokasi kesehatan.
Pemantauan dan penilaian terhadap upaya advokasi kesehatan yang telah
dilaksanakan sangat penting. Pemantauan dan penilaian pelaksanaan
advokasi kesehatan ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan advokasi yang
telah ditetapkan dapat dicapai? Bagaimana penerapan metode dan teknik
advokasi sesuai atau tidak, atau ada hal-hal yang harus disempurnakan dan
diperbaiki? Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.
F. Teknik-teknik
Ada banyak teknik advokasi dan yang sering digunakan seperti :
1. Lobi
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal para pengambil keputusan
dan pembuat kebijakan untuk menginformasikan isu-isu strategis yang
menjadi permasalahan di masyarakat. Tahap pertama lobi tim inti advokasi
menyampaikan seriusnya masalah kesehatan yang dihadapi di suatu wilayah
dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan
alternatif terbaik untuk mengendalikan masalah tersebut. Dalam lobi yang
paling baik adalah melalui komunikasi interpersonal.
Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan/pejabat
publik dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan tokoh). Pengalaman
menunjukan bahwa untuk melakukan suatu lobi, terlebih dahulu harus mencari
waktu untuk bisa bertemu dengan pejabat publik merupakan suatu tantangan/
seni tersendiri bagi para pelobi. Aspek lain yang perlu dipersiapkan adalah
data dan argumen yang kuat untuk meyakinkan si pejabat public tentang
seriusnya permasalahan kesehatan dan betapa pentingnya peranan si pejabat
tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Prinsip melobi dalam
program advokasi kesehatan, adalah low profile, high pressure.
2. Petisi
Petisi adalah cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advokator
dan memberikan tekanan kolektif terhadap para pembuat keputusan.
Biasanya dalam petisi sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan singkat dan jelas

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

93

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

tentang isu tertentu dan tindakan apa yang akan dilakukan. Di dalam petisi
tersebut tercantum nama dan tanda tangan individu atau organisasi serta
identitas lainnya sejumlah pihak yang mendukung petisi tersebut. Semakin
banyak pendukung, semakin meningkat perhatian penerima petisi.
Di era teknologi informasi sekarang ini karena besarnya peran sosial media,
petisi sering dimanfaatkan oleh organisasi atau individu dengan mudah
menggalang dukungan terhadap isu tertentu seperti lingkungan, kesehatan,
pendidikan dll.
3. Dialog
Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai metode
advokasi melalui pendekatan kelompok. Namun, pelaksanaan dialog
sebaiknya didukung oleh media massa, khususnya TV dan Radio, sehingga
dialog ini bisa menjangkau kelompok yang sangat luas. Metode ini memberi
peluang yang cukup baik untuk mengungkapkan isu/aspirasi/pandangan
khalayak sasaran terhadap program kesehatan.
4. Negosiasi
Negosiasi merupakan metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama tentang upaya
mengatasi permasalahan kesehatan, sekaligus menyatukan upaya mencapai
kepentingan tersebut sesuai tupoksi atau valuenya masing-masing.
Negosiasi merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kesepakatan
tentang pentingnya memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya
dalam mencapai tujuan program kesehatan. Adapun cara untuk melakukan
negosiasi adalah dengan jalan kompromi, akomodasi dan kolaborasi.
Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar
dengan alternatif yang cukup terbuka. Oleh sebab itu sebelum melakukan
negosiasi, pelaku harus mempelajari kepentingan dan tupoksi sasaran
advokasi. Pelaku advokasi / negosiator harus fokus terhadap inti permasalahan.
Seorang negosiator harus dalam keadaan SHAPE yaitu sincere/sensitive
(tulus/peka), honest/humoris (jujur/humoris), attentive/articuler (menarik,
pandai bicara), proficient (pandai/cakap) enthusiastic/empathy (antusias/
empati). Tiga faktor kunci negosiasi yaitu mau mendengarkan, mengamati
dan menyampaikan.

94

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5. Paparan (presentasi)
Paparan atau presentasi merupakan metode advokasi yang sering
dipergunakan. Materi paparan adalah isu strategis tentang masalah kesehatan
yang disampaikan dalam bahasa yang baik, cukup menyentuh, efektif, tidak
berbelit-belit, dapat dimengerti dan dipahami dengan cepat dan jelas.
Penerapan metode presentasi ini, dinilai menguntungkan untuk menyamakan
persepsi, menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen. Hampir
sama dengan lobi, data yang akurat dan argumentasi yang kuat tentang
pentingnya dukungan untuk mengatasi permasalahan kesehatan merupakan
hal penting yang harus dipersiapkan bila ingin berhasil. Selain itu, dalam tehnik
presentasi diupayakan agar menggunakan berbagai alat bantu penyajian yang
menarik misalnya: LCD, film dokumentasi/ testimoni sehingga mempermudah
pemahaman serta ketertarikan sasaran advokasi.
Diperlukan persiapan yang terencana, didukung data lengkap, tampilan slide
yang menarik, pengemasan cetakan / audio visual serta ilustrasi foto dan
grafik yang menarik dan lengkap.
6. Seminar
Seminar merupakan salah satu metode advokasi yang membahas isu strategis
secara ilmiah yang dilakukan bersama beberapa pejabat publik sebagai
sasaran advokasi. Seminar biasanya diikuti 20 sampai 30 orang peserta yang
dipimpin oleh seorang pakar dalam bidang yang dibahas/diseminarkan.
Tujuan seminar untuk mendapatkan keputusan atau rekomendasi terhadap
upaya pemecahan masalah tertentu yang merupakan hasil kesepakatan
dalam pembahasan bersama semua peserta.
Teknik seminar juga menguntungkan dalam menyamakan persepsi,
menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen dalam mendukung
kebijakan dan penerapan serta memberi kesempatan diskusi dengan para
peserta seminar secara aktif. Dalam penerapan teknik seminar diperlukan
kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan berbagai teknik
komunikasi serta penggunaan alat bantu penyajian yang berkembang
kecanggihannya.
7. Studi Banding
Studi banding juga merupakan salah satu metode advokasi yang baik, yakni
dengan mengajak sasaran advokasi mengunjungi suatu daerah yang baik
maupun yang kurang baik kondisinya. Melalui kegiatan ini, mereka dapat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

95

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

mempelajari secara langsung permasalahan yang ada. Teknik ini diarahkan


untuk dapat memberikan gambaran maupun informasi yang kongkrit kepada
sasaran advokasi, sehingga sasaran advokasi dapat melakukan analisa dan
menetapkan langkah langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada
serta mempunyai gambaran terhadap dukungan yang harus diberikan.
8. Pengembangan kelompok peduli
Pengembangan kelompok peduli adalah metode advokasi dengan cara
menghimpun kekuatan baik secara peorangan maupun organisasi dalam
suatu jaringan kerjasama untuk menyuarakan/memperjuangkan isu yang
diadvokasikan. Kelompok ini bisa bernama Koalisi seperti Koalisi Indonesia
Sehat, Aliansi Pita Putih atau Forum Peduli Kesehatan lainnya yang memiliki
jaringan yang kuat dalam ide/gagasan meskipun secara organisasi tidak terlalu
ketat keterikatannya. Dalam pengembangan kelompok peduli ini, pemilihan
tokoh pelopor dan penyamaan persepsi terhadap program kesehatan menjadi
dua hal penting yang harus mendapat perhatian.
9. Penggunaan media massa
Peranan media massa sangat besar dan menentukan dalam keberhasilan
advokasi kesehatan, baik dalam membentuk opini, menyamakan persepsi
maupun dalam memberikan tekanan.
Media massa merupakan media yang mampu memberi informasi kepada
banyak orang pada banyak tempat yang berbeda dalam waktu yang hampir
bersamaan. Dalam advokasi kesehatan kita bisa memilih media massa
elektronik ( TV, radio, internet ) dan cetak (koran, majalah, tabloid dan lainlain). Beberapa rincian tehnis dalam pemanfaatan media massa yang perlu
diketahui oleh perancang/pelaksana advokasi di antaranya :
a.
Siaran pers
b.
Press kit
c.
Lembar fakta (fact sheet)
d.
Koferensi pers
e.
Wisata pers (press tour)
Memperhatikan besarnya peranan media massa dalam suatu upaya advokasi
kesehatan, maka bagaimana menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
media massa merupakan suatu tantangan sekaligus seni tersendiri yang perlu
dipelajari oleh perancang dan pelaksana advokasi. Sebaiknya para pelaksana
memiliki daftar media yang ada di wilayahnya secara rinci dan menggalang
hubungan pribadi yang akrab dengan jurnalis dan redakturnya

96

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Selanjutnya, ada beberapa teknik advokasi yang merupakan cara penerapan


metode advokasi, yaitu :
1.
Secara formal: presentasi, seminar, konferensi, semiloka, telekonferensi.
2.
Secara informal: pertemuan umum dan khusus, studi banding, festifal,
event-event khusus seperti olah raga, reuni, arisan, pertemuan keluarga
dll.
3.
Secara langsung: komunikasi langsung dalam presentasi, seminar,
negosiasi, surat, email, telepon, fax, media sosial, dll
4.
Secara tidak langsung: komunikasi melalui kolega, teman, keluarga, dll
G. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan secara
sistematis. John Hopkins UniversityCenter for Communication Program (JHU
CCP) mengembangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan advokasi yang
dikenal sebagai bagan A (A frame) yang terdiri dari langkah-langkah, sebagai
berikut :

A frame
3
Mobilisasi

Strategi

1
Analisis

6
Kes
ina
mb
ung
an

4
Tindakan/
Aksi

5
Evaluasi

1. Analisis.
Analisis merupakan langkah pertama untuk merencanakan kegiatan advokasi
kesehatan yang efektif. Hasil analisis menjadi dasar atau acuan dalam
menyusun strategi advokasi yang tepat. Oleh karena itu mutu analisis akan
sangat mempengaruhi kualitas dari strategi advokasi yang akan disusun.
Ruang lingkup analisis meliputi:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

97

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

a.

Analisis Isu
Analisis isu diawali dengan melakukan identifikasi masalah kesehatan
yang ada di suatu wilayah. Selanjutnya, dari beberapa masalah kesehatan
yang ada diprioritaskan. Masalah kesehatan prioritas tersebut, dijadikan
sebagai landasan untuk menetapkan beberapa isu yang terkait dengan
terjadinya masalah tersebut. Dari beberapa isu tersebut, kemudian
ditetapkan isu strategis yang benar-benar mempunyai hubungan
terhadap terjadinya masalah kesehatan di wilayah tersebut. Mengacu
pada isu strategis, pengelola kegiatan advokasi kesehatan, kemudian
merumuskan tujuan, sasaran, isi pesan serta media advokasi. Analisis
isu dapat dilakukan melalui kajian data dan informasi atau laporan,
termasuk teori, yang dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur).
Analisis isu ini dapat kita lakukan dengan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah isu itu mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya
masalah kesehatan prioritas?
2) Apakah isu dirasakan oleh sebagian besar masyarakat?
3) Apakah isu didukung oleh data yang akurat?
4) Hasil isu akankah memperbaiki status kesehatan masyarakat?
5) Mungkinkah isu dialiansikan dengan sektor lain?
6) Apakah isu itu memperkuat nilai (value) pejabat publik?
7) Apakah isu dapat memperkuat jejaring LSM/lintas sektor?

b.

98

Analisis Publik
Analisis publik selain penting untuk merumuskan isi pesan juga akan
sangat diperlukan dalam pemilihan bentuk aksi dan tindakan serta
media maupun saluran informasi yang akan digunakan. Analisis publik
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai hasil penelitian,
need assessment maupun dari hasil penjajakan/pendekatan pribadi,
khususnya untuk sasaran individu. Analisis publik ini sebaiknya dilakukan
secara rinci untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1) Unsur/instansi pemerintah mana yang berwewenang membuat
kebijakan publik terkait dengan upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bentuk kebijakan apa yang bisa dibuat/dilaksanakan oleh masingmasing unsur/instansi pemerintah itu ?
3) Bagaimana nilai kepentingan (value) yang berkembang pada masingmasing unsur/instansi pemerintah tersebut terhadap masalah ini ?
4) Bagaimana praktek perilaku yang terjadi dalam masing-masing
unsur/instansi pemerintah tersebut dalam masalah ini ?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5) Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing unsur/


instansi pemerintah tersebut dalam kaitan mengatasi masalah ini
dan seberapa besarkah?
6) Siapa saja/kelompok masyarakat mana yang akan mendapat manfaat
apabila masalah ini ditanggulangi/ proses advokasi berhasil?
7) Bagaimana praktek perilaku masing-masing kelompok masyarakat
tersebut terhadap masalah ini ?
8) Sumberdaya (resources) apa yang dimiliki masing-masing kelompok
masyarakat tersebut dalam kaitan mengatasi masalah ini dan
seberapa besar ?
c.

Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan
mobilisasi dan tindakan dan aksi kegiatan advokasi kesehatan. Analisis
kebijakan dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap
kebijakan yang sudah ada tetapi belum berjalan sebagaimana mestinya
maupun kebijakan baru yang perlu dibuat untuk mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat yang ada. Disamping itu analisis kebijakan juga
perlu dilakukan untuk mengkaji efektifitas kebijakan tersebut dalam
mengatasi pemasalahan kesehatan yang ada.
Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini :
1) Adakah kebijakan yang mendukung upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bagaimana pengaruh dan efektifitas penerapan kebijakan yang
sudah ada dalam mendukung tujuan tercapainya upaya pemecahan
masalah kesehatan tersebut?
3) Kebijakan apa yang perlu dikembangkan untuk mendukung
upaya pemecahan masalah kesehatan tersebut, agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai?
4) Apa bentuk kebijakan yang perlu dikembangkan tersebut?

d.

Analisis tentang program-program komunikasi yang potensial


untuk mendukung kegiatan advokasi.

e.

Analisis tentang stakeholder (mitra kerja) terkait dengan


pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

99

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f.

g.

Analisis tentang jejaring yang mampu melakukan/ mendukung


kegiatan advokasi kesehatan sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
Analisis terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan advokasi kesehatan.

2. Menyusun Strategi Advokasi.


Ada beberapa tahapan kegiatan dalam menyusun strategi advokasi yaitu:
a.
Membentuk kelompok kerja atau jejaring advokasi.
b.
Melakukan identifikasi sasaran advokasi, baik yang bertindak sebagai
advokator, maupun sasaran penentu/ pengambil kebijakan.
c.
Mengembangkan tujuan advokasi. Dalam menyusun tujuan advokasi
harus memperhatikan kaidah SMART (S = specific/khusus; M =
measureable/dapat diukur; A = action/dapat dikerjakan; R = realistic
dan T = time bound/ada ukuran waktu yang jelas).
d.
Menentukan rencana aksi/ kegiatan advokasi, diantaranya adalah
menyelenggarakan forum komunikasi, pengembangan pesan dan media
advokasi, penyiapan dan pendayagunaan tenaga advokasi, merancang
medode advokasi, merancang berbagai jenis komunikasi efektif untuk
advokasi, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan advokasi, merancang
proses pembuatan dukungan kebijakan yang diharapkan.
e.
Menentukan indikator, baik input, proses maupun out put kegiatan
advokasi, serta merancang kegiatan pemantauan dan penilaian advokasi
tersebut.
f.
Menentukan dana serta sumberdaya lainnya yang dibutuhkan untuk
kegiatan advokasi dan pengembangan kebijakan yang diperlukan.
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
strategi advokasi yaitu :
a.
Credible : artinya program yang diajukan harus dapat meyakinkan para
penentu kebijakan, oleh sebab itu harus didukung data dari sumber
yang dapat dipercaya.
b.
Feasible : artinya program tersebut secara teknik, politik maupun
ekonomi layak untuk dilaksanakan. Secara teknik dapat dilaksanakan
karena tersedia petugas yang mempunyai kemampuan yang memadai,
tidak membawa dapak politik yang meresahkan masyarakat, dana
terjangkau.
c.
Relevant : artinya memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar
memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat serta ada keterkaitan
dari program yang dilakukan oleh lintas program maupun lintas sektor.

100

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

Urgent : artinya program itu mempunyai urgensi yang tinggi, harus


segera dilaksanakan kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan
masalah yang lebih besar lagi.

e.

High priority : artinya program yang diajukan harus mempunyai prioritas


tinggi, oleh sebab itu diperlukan analisis cermat, baik terhadap masalahnya
sendiri, maupun terhadap alternatif pemecahan masalah atau program
yang diajukan.

3. Menggalang Kemitraan (Mobilisasi).


Mobilisasi merupakan salah satu langkah penting dalam proses advokasi.
Mobilisasi perlu dilakukan untuk membangun kebersamaan, kekuatan dan
sekaligus tekanan kepada pihak-pihak yang tidak/belum mendukung. Mobilisasi
ini sangat penting khususnya untuk membuat nilai kepentingan dari berbagai
kelompok yang terkait menjadi kompatibel. Mobilisasi selain merupakan
suatu tehnik, juga merupakan suatu seni dengan berbagai trick yang bisa
dikembangkan melalui pengalaman.
Mobilisasi melalui penggalangan kemitraan dapat dilakukan melalui beberapa
langkah berikut ini, yaitu:
a.
Melakukan identifikasi mitra potensial
b.
Melakukan sinkronisasi program kerja kesehatan dari setiap mitra
potensial.
c.
Mengembangkan koalisi dan melakukan nota kesepahaman (MoU)
d.
Membuat program kerja terpadu
e.
Mendelegasikan tanggung jawab dan kewenangan
f.
Melakukan peningkatan kapasitas, misalnya menyelanggarakan pelatihan/
orientasi
g.
Mengembangkan jaringan informasi serta menyelenggarakan forum
komunikasi secara rutin
h.
Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh mitra serta
mengekspose kegiatan yang telah dilakukan melalui berbagai jenis media.
4. Tindakan Aksi Pelaksanaan Advokasi.
Tindakan aksi atau pelaksanaan advokasi mengacu pada rencana yang telah
disusun berdasarkan hasil analisis, rancangan strategi yang telah dituangkan
dalam plan of action (POA).
Tindakan atau aksi dalam proses advokasi pada dasarnya adalah serangkaian
kegiatan komunikasi baik yang bersifat individual, kelompok atau massa. Melalui
langkah tindakan/aksi dalam proses advokasi perlu terus dibangun dijaga citra

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

101

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

(image) bahwa : proses advokasi ini merupakan tindakan bersama. Makin


banyak orang yang dicitrakan terlibat dalam kegiatan ini makin baik. Proses
advokasi ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten sampai tujuan
advokasi yang ditetapkan dapat tercapai.
Dengan memanfaatkan berbagai metode dan teknik advokasi serta penerapan
strategi advokasi maka diharapkan:

102

a.

Para Penentu Kebijakan.


1) Tahu dan yakin, bahwa masalah kesehatan benar-benar perlu
dilaksanakan serta akan menguntungkan bagi semua pihak.
2) Tahu faktor-faktor penyebab masalah kesehatan.
3) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa diatasi/dipecahkan.
4) Mampu memilih cara yang cocok untuk menyelesaikan masalah
kesehatan.
5) Tahu bahwa pemerintah mempunyai pilihan bentuk kebijakan publik
untuk memecahkan masalah kesehatan, baik berupa Perda maupun
Surat Keputusan.
6) Menyadari bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk membuat
kebijakan untuk memecahkan masalah kesehatan.
7) Melakukan proses pembuatan kebijakan publik berwawasan
kesehatan.
8) Mensosialisasikan serta menerapkan kebijakan publik berwawasan
kesehatan yang telah dibuat tersebut secara konsisten dan
bertanggung jawab.
9) Mampu menggalang potensi untuk kesinambungan pelaksanaan
program kesehatan.
10) Penentu Kebijakan publik bertindak memberikan dukungan
sumberdaya (resources) untuk memecahkan masalah kesehatan
yang ada.

b.

Kelompok Pendukung/pro.
1) Tahu dan yakin bahwa ada kelompok masyarakat (marjinal) yang
mengalami masalah dalam pelayanan Kesehatan.
2) Tahu bahwa masalah pelayanan kesehatan bisa diatasi melalui
program kesehatan.
3) Tahu dan yakin bahwa masalah kesehatan benar-benar tidak
menguntungkan bagi kelompok masyarakat yang mengalami.
4) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa dipecahkan.
5) Tahu bahwa dia memiliki potensi untuk ikut mengatasi masalah
kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6) Tahu bahwa dia akan mendapat manfaat dan atau memiliki kewajiban
moral untuk ikut membantu menyeselsaikan kesehatan.
7) Mampu dan mau ikut mendukung pemecahan masalah ini sesuai
dengan potensi yang dia miliki.
5. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan bagian penting dari advokasi. Pelaksanaan evaluasi
mengacu pada indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang meliputi
indikator input, proses, out put maupun dampak dari advokasi yang telah
dilakukan.
Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala, diantaranya:
a.
Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai tujuan
advokasi
b.
Kegiatan komunikasi advokasi.
c.
Kejelasan isi pesan yang disampaikan.
d.
Kekuatan media advokasi yang digunakan.
e.
Pemahaman, ketertarikan, kepedulian serta tindakan sasaran advokasi
dalam memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk
program kesehatan.
f.
Realisasi dukungan dari sasaran advokasi
g.
Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program
kesehatan.
6. Kesinambungan
Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis yang dirancang
untuk menghasilkan perubahan nilai dan perilaku sasaran penentu atau
pengambil kebijakan. Dalam proses mengembangkan suatu kebijakan,
memerlukan waktu yang panjang serta pengawalan yang ketat. Apabila
kebijakan tersebut sudah ada maka perlu diterjemahkan atau ditindak lanjuti
menjadi kebijakan operasional atau kebijakan teknis dan harus disosialisasikan
kepada berbagai pihak terkait agar dapat diimplementasikan.
Salah satu bentuk implementasi adalah mengusulkan sumberdaya (dana,
tenaga, sarana, dll) yang dibutuhkan, untuk melaksanakan program kesehatan
masyarakat di berbagai jenjang administrasi. Upaya membuat usulan sampai
dengan adanya realisasi terhadap usulan yang diajukan juga memerlukan
waktu dan pengawalan yang ketat, belum lagi apabila ada pergantian pejabat.
Sehubungan dengan itu proses advokasi seringkali memerlukan waktu yang
cukup panjang, harus dilakukan secara berkesinambungan.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam penetapan tujuan
advokasi harus disusun secara rinci dan jelas dari waktu ke waktu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

103

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA
A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam suatu kegiatan
apapun, hingga ada suatu pernyataan yang menyebutkan lebih baik gagal
merencanakan dari pada perencanaan yang gagal. Demikian halnya dengan
kegiatan advokasi kesehatan perlu disusun perencanaannya secara baik dan
benar.
Analisis situasi merupakan langkah awal dalam menyusun perencanaan kegiatan
advokasi kesehatan. Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan
tujuan dan sasaran, serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang
diharapkan. Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang
dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah satu
siklus dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada saat ini
kepada posisi yang diinginkan. Menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) perencanaan
sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3)
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4) kebijakan yang ada serta 5) jangka
waktu pencapaian tujuan.
B. PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA
Tujuan penyusunan perencanaan ddalam kegiatan advokasi kesehatan adalah
mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian tujuan advokasi kesehatan
dalam upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada, pada waktu
tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang harus
dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan dicapai
dalam waktu tertentu.
Manfaat penyusunan perencanaan kegiatan advokasi kesehatan adalah 1)
memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai; 2) mengurangi resiko
ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus dilakukan; 3) mencegah
pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai; 4) kegiatan
terjadwal dengan baik; 5) menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu
pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan penilaian.

104

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Ciri-ciri perencanaan advokasi kesehatan yang baik adalah 1) mengarah pada


upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah tersebut;
2) sesuai dengan tugas pokok, kewenangan serta pencapaian indikator kinerja
program kesehatan;.3) memperhatikan sumberdaya dan kapasitas yang ada;
4) melibatkan berbagai pihak potensial terkait; 5) bersifat fleksibel, artinya
memungkinkan diadakan perubahan-perubahan di dalam rencana tanpa
mengganggu hasil akhirnya. Perancanaan dapat sewaktu-waktu berubah kareba
adanya tuntutan situasi dan kondisi yang ada; 6) memperhatikan kendala-kendala
yang ada. Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendalakendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, termasuk
adanya peraturan-peraturan pemerintah, kapasitas tenaga, kondisi sosial budaya
masyarakat dan pejabat publik.
Hal yang penting adalah dalam membuat perencanaan advokasi kesehatan
harus menetapkan batasan-batasan yang jelas, misalnya: prosedur, rincian
jenis kegiatan, tujuan, sasaran, kebijakan yang ada, kebijakan yang perlu dibuat
disetiap jenjang administrasi termasuk adanya kebijakan-kebijakan khusus dalam
mendukung upaya pemecahan masalah kesehatan atau pencapaian indikator
kinerja program kesehatan.
Petugas kesehatan termasuk Pejabat Fungsional PKM harus memahami
keberadaan dan kedudukannya bertugas di tingkat pemerintahan sehingga
mereka dapat melaksanakan fungsinya sebagai advokator di wilayah kerjanya
melaksanakan advokasi baik di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/
kelurahan.
Lembar kerja penyusunan rencana kegiatan advokasi di tingkat
Kabupaten/Kota, Kecamatan/Puskesmas serta Desa/Kelurahan
Jenis
Kegiatan
Advokasi

Tujuan

Sasaran

Media
Advokasi

Pesan
Advokasi

Pelaksanaan
Advokasi

Penanggung
Jawab

Sumber
Dana

Waktu
Pelaksanaan

Lembar kasusnya dibedakan berdasarkan kab, kecamatan dan desa


Jenis masalahnya sama namun intervensi advokasinya beda.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

105

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok bahasan 3.
PELAKSANAAN ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA.
Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan merupakan implementasi penerapan
pengetahuan tentang materi advokasi kesehatan yang telah dibahas dalam pokok
bahasan terdahulu. Implementasi pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan ini,
dilakukan dalam bentuk bermain peran.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan, meliputi:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pembahasan dan pemberian umpan balik
Dalam melaksanakan kegiatan advokasi mengacu pada rencana yang telah dibuat
merupakan suatu keharusan, kerjasama dalam tim menentukan kelancaran dan hasil
pelaksanaan kegiatan advokasi. Apabila ada perbedaan pendapat segera lakukan
klarifikasi serta upayakan penyelesaiannya. Untuk memastikan kesiapan pelaksanaan
kegiatan maka perlu mengecek kembali persiapan pelaksanaan kegiatan advokasi
kesehatan yaitu :
1. Penetapan isu strategis
2. Penetapan tujuan advokasi kesehatan
3. Penetapan sasaran advokasi kesehatan
4. Penyiapan media advokasi kesehatan
5. Pemilihan serta merancang teknik advokasi kesehatan
6. Penetapan acara kegiatan advokasi kesehatan.
7. Pembagian peran /tugas pelaksana advokasi kesehatan
8. Pembuatan skenario dan rundown pelaksanaan kegiatan advokasi
9. Penyiapan sarana yang diperlukan
Persiapan pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan, sangat menentukan kelancaran
proses pelaksanaan kegiatan advokasi tersebut. Ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu:

106

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

1. Membuat lembar kerja persiapan pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan.

Lembar Kerja Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Advokasi Kesehatan


Di: Desa/Kelurahan atau Kecamatan/Puskesmas atau Kab/Kota
Isu strategis
Tuliskan isu strategis yang telah ditetapkan melalui
pembahasan materi sebelum sesi ini
Tujuan
Jelaskan dukungan apa yang diperlukan dari pejabat publik
advokasi
dalam mengatasi masalah kesehatan isu strategis tersebut
(dukungan kebijakan atau sumberdaya/dana)
Sasaran
Jelaskan secara jelas siapa sasaran advokasi, dan ada di
advokasi
mana. Misalnya: Kepala Desa, atau Bupati, Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Kab A.
Jelaskan pula kewenangan atau potensi yang dimiliki oleh
pejabat publik tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan
atau isu strategis tersebut.
Pemosisian
Buatlah pemosisian pesan yang dapat membangun atau
pesan
meningkatkan citra/value pejabat publik tersebut.
Metode dan
Tetapkan dan siapkan dengan baik metode dan teknik
teknik
advokasi .
advokasi
Pesan janji
Tetapkan serta jelaskan kerugian dan keuntungan yang
diperoleh pejabat publik apabila memberikan dukungan
kebijakan/ sumberdaya dalam mengatasi masalah kesehatan
tersebut.
Pernyataan
Alasan-alasan pendukung terhadap perilaku yang dianjurkan,
pendukung
misalnya dari hasil penelitian, fakta-fakta yang ada, pengakuan
/ testimoni, kisah sukses, ilustrasi, anjuran orang terkenal,
grafik, gambar, dll
Misalnya: Kab. K yang meningkat kinerjanya serta dapat
menghemat dana Jamkesda sebesar 2 milyar/th karena
masyarakat telah melakukan PHBS secara mandiri.
Respon yang Merupakan tindakan spesifik yang diharapkan dilakukan oleh
diinginkan
Pejabat Publik untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.
Misalnya: dikeluarkannya Perda KTR di tempat umum, tempat
ibadah, tempat kerja. Atau adanya peningkatan jumlah dana
APBD untuk kegiatan promosi pengendalian TB.
Nada
Himbauan, emosional, mengajak, meneladani, rasa bangga, dll
penyampaian
Media yang Tetapkan jenis media yang akan dipergunakan untuk
digunakan
menempatkan pesan tersebut. Jenis media bisa lebih dari
satu.
Tetapkan serta rinci secara jelas peran setiap anggota Tim
Pembagian
Advokasi (anggota kelompok) dalam pelaksanaan kegiatan
peran dan
advokasi, misalnya:
tanggung
1. Penanggung jawab kegiatan Advokasi.
jawab dari

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

107

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tim Advokasi 2. Penyusun skenario dan rundown kegiatan advokasi.


(Kelompok
3. Menjadi MC atau pembawa acara
Pelatihan)
4. Penerima tamu, yang mempersilahkan tamu undangan
duduk pada tempat yang telah disediakan.
5. Penyiapan bahan presentasi
6. Penyaji materi
7. Moderator
8. Pembaca testimony bila ada
9. Tim yang menjawab pertanyaan/ verifikasi dari sasaran
advokasi
10. Penulis kesepakatan atau hal-hal penting pada papan
flipchart atau komputer.
11. Notulen dan pembaca kesimpulan hasil advokasi.
12. Penyiapan, pemasangan dan pembagian media (termasuk
pemberian lembar fakta kepada sasaran advokasi)
13. Perlengkapan yang memastikan fungsi sound sistem, LCD,
Laptop, meja, kursi, papan flipchart, konsumsi,
akomodasi,dll
14. Pemantau waktu pelaksanaan advokasi.
15. Dokumentasi kegiatan advokasi.
16. Dll
Rinci dan tetapkan rincian acara serta alokasi waktu yang
Tetapkan
rincian acara dibutuhkan (rundown), misalnya:
1. Penerimaan tamu
kegiatan
2. Pemutaran radio spot atau filer kesehatan
3. Ucapan selamat datang serta pembacaan rincian acara
4. Pembukaan , perkenalan serta penyampaian tujuan
pertemuan
5. Doa
6. Penyajian materi advokasi
7. Pembagian media advokasi kepada peserta
8. Pembacaan testimoni
9. Lobi atau negosiasi
10. Diskusi dan tanya jawab
11. Penyampaian kesimpulan (hasil notulen) serta komitmen
hasil advokasi
12. Sambutan penutup
13. Doa penutup
Laporan
Jelaskan secara rinci proses serta hasil pelaksanaan advokasi,
pelaksanaan termasuk permasalahan yang dihadapi.
kegiatan
advokasi

108

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Mempersiapkan sarana dan media advokasi yang diperlukan.


3. Mempersiapkan bahan atau materi presentasi, serta menguasai substansi yang
dibahas dalam kegiatan advokasi.
4. Mempersiapkan keterampilan diri, dengan melakukan latihan sesuai peran dan
tanggung jawabnya, seperti yang tertera dalam lembar kerja.
Pelaksanaan kegiatan advokasi mengacu pada rencana yang telah dibuat. Selama
proses berlangsung semua peserta fokus pada acara advokasi. Kerjasama secara
tim menentukan kelancaran dan hasil pelaksanaan kegiatan advokasi. Apabila ada
perbedaan pendapat segera lakukan klarifikasi serta upayakan penyelesaiannya.
Ciptakan suasana pertemuan advokasi yang santai tapi serius serta nyaman dan
menyenangkan, jangan tegang.
Selama kegiatan advokasi berlangsung, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
pemantauan atau pengamatan, diantaranya adalah:
Lembar kerja pemantauan atau pengamatan pelaksanaan advokasi kesehatan
Di Desa/Kel, Kec/Puskes, Kab/Kota: ...........................................
Tanggal :.......................................................
Waktu mulai : ..............................................
Waktu selesai :
Indikator Pemantauan
Penilaian
Permasalahan
Hal-hal
yang perlu
diperbaiki
Input
1. Kelengkapan lembar
kerja persiapan
2. Anggota tim
memahami peran dan
tanggung jawabnya
3. Persiapan materi
presentasi
4. Persiapan media
advokasi
5. Persiapan sarana
advokasi
6. Ketepatan waktu
mulai pelaksanaan
kegiatan adv
7. Kehadiran sasaran
advokasi
8. Kehadiran tamu
undangan
Proses
1. Keterlibatan anggota
kelompok
2. Ada tidaknya peserta
yang dominant
3. Kerja Tim
4. Acara berjalan sesuai
rencana
5. Penggunaan alokasi
waktu efektif

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

109

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6. Suasana pertemuan
advokasi baik
7. Sarana berfungsi
dengan baik.
8. Media yang
dibagikan mendapat
respon positif
9. Materi yang disajikan
dapat dipahami
sasaran advokasi
10. Proses diskusi
berjalan efektif
11. Kemampuan
mendengarkan
12. kemampuan peserta
bernegosiasi/lobi
13. kemampuan peserta
membangun suasana
yang kondusif
14. Respon peserta
pertemuan baik
15. Ada respon positif
dari sasaran
advokasi
16. Kemampuan
komunikasi dari :
MC
Pembuka acara
Penyaji
Pembaca testimony
Pembaca kesimpulan
Penutup
Doa
17. Penulisan notulen
18. Dokumentasi
kegiatan.
Output
1. Isu strategis yang
disampaikan dapat
dipahami
2. Value atau
posisioning pesan
mendapat respon
yang baik
3. Media yang
dibagikan ke peserta
pertemuan di respon
dengan baik
4. Adanya komitmen
yang disampaikan
oleh sasaran
advokasi
5. Adanya dukungan
positif dari peserta
pertemuan
6. Adanya tindak lanjut
dalam bentuk
rekomendasi
Pedoman pengisian lembar kerja pemantauan atau pengamatan:
1. Penilaian dapat disisi dengan angka
2. Permasalahan : dapat diisi dengan uraian singkat masalah yang ada, bila
tidak ada masalah dituliskan tidak ada masalah
3. Hal-hal yang perlu diperbaiki : dapat diisi catatan khusus, misalnya:
himbauan atau tanggapan atau hal-hal penting yang harus diperhatikan /
diperbaiki oleh peserta pelatihan dalam pelaksanaan kegiatan advokasi, dan
kolom ini diisi berdasarkan pendapat si pemantau atau pengamat.

110

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pada tahap pelaksanaan hal lainnya yang penting adalah penentuan sasaran advokasi
dalam pelaksanaan kegiatan advokasi, sesuai dengan tingkatan wilayah kerja :
1. Wilayah Kabupaten/Kota
Ketua TP. PKK Kabupaten/Kota
Ketua Pokja IV, TP. PKK Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Pendidikan Formal, Kabupaten/Kota
Bappeda, Kabupaten/Kota
DPRD, Komisi Kesehatan, Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Dinkes Kabupaten/Kota
Forum Kabupaten/Kota Sehat
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat
Para Asisten terkait kesehatan
Pengelola media massa : Stasiun TV (jika ada), Surat kabar/Koran/ tabloid
atau majalah local, Stasiun RRI
2. Wilayah Kecamatan
Camat
Ketua TP. PKK Kecamatan
Ketua Pokja IV, TP. PKK Kecamatan.
Kasie. Kemasyarakatan
Forum Kecamatan Sehat
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Tingkat Kecamatan
Forum Komunikasi Kelurahan Siaga Tingkat Kecamatan
Lintas sektor di wilayah Kecamatan
Kepala Puskesmas Kecamatan
Pengelola media massa : Stasiun TV, Surat kabar/koran, Stasiun RRI
3. Wilayah Desa/ kelurahan
Lurah
Ketua TP. PKK Kelurahan
Ketua Pokja IV, TP. PKK Kelurahan
BPD/LPM Tingkat Kelurahan
Kasie. Kemasyarakatan
Forum Komunikasi Kelurahan Siaga
Puskesmas Kecamatan
Pengelola media massa : Stasiun TV Mega Swara, Koran Radar Bogor,
Stasiun RRI Bogor

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

111

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Umpan balik setelah kegiatan advokasi merupakan hal penting yang harus dilakukan
pasca pelaksanaan kegiatan advokasi. Pemberian umpan balik diawali dengan
menggali pengalaman peserta tentang pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
yang telah dilakukannya. Pengalaman yang disampaikan meliputi : pengalaman positif
maupun hambatan serta masalah yang dirasakan atau ditemui.
Selanjutnya, pemberian umpan balik juga dilakukan oleh fasilitator dan pendamping
pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan tersebut. Pemberian umpan balik mengacu
pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dengan menggunakan lembar kerja
atau panduan.
Pada kegiatan ini, juga didiskusikan proses pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
yang dapat dilakukan di daerah seusai mengikuti pelatihan ini.
Pokok bahasan 4.
EVALUASI ATAS HASIL ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA.
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk melihat sejauh
mana keberhasilan dari kegiatan advokasi. Evaluasi dapat melalui pemantauan dan
penilaian dari kegiatan advokasi dan pembuatan instrumen pemantauan dan penilaian
kegiatan advokasi sangat penting, karena merupakan acuan petugas pelaksana
kegiatan ini. Instrumen merupakan alat ukur proses pelaksanaan kegiatan yang
mengacu pada indikator kegiatan advokasi kesehatan, yang meliputi indikator input,
proses dan out-put. Instrumen pemantauan kegiatan mengacu pada indikator input
dan proses, sedangkan instrumen penilaian mengacu pada indikator out-put.
1. Indikator kegiatan advokasi kesehatan
a. Di tingkat Kabupaten/Kota
1)
Indikator input
Tim Advokasi Kesehatan
Hasil analisis situasi, meliputi analisis situasi masalah kesehatan,
analisis isu kesehatan, analisis publik serta analisis kebijakan di
tingkat Kabupaten/Kota
Rencana kerja kegiatan advokasi kesehatan di tingkat Kabupaten/
Kota
Proses administrasi kegiatan advokasi kesehatan: penyiapan dan
proses pencairan alokasi dana, sarana serta surat menyurat.
2)

112

Indikator proses
Jumlah dan jenis media advokasi yang dikembangkan, diproduksi
serta didistribusikan untuk mendukung kegiatan advokasi kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3)

Jumlah tenaga advokasi kesehatan yang telah mengikuti : orientasi,


seminar, pelatihan di bidang advokasi kesehatan
Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan: melakukan kegiatan
lobi, presentasi, seminar, konferensi pers, dll
Penggunaan alokasi dana kegiatan advokasi kesehatan di kab/
kota, kecamatan dan desa/kelurahan, termasuk untuk kampanye
kesehatan melalui media massa.
Dilakukannya proses penerbitan kebijakan (SK, Perda, Edaran) serta
pengajuan alokasi anggaran untuk kegiatan promosi kesehatan
terutama promosi PHBS di RT, Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, Revitalisasi Posyandu serta pengembangan UKBM
lainnya.
Adanya laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan
advokasi kesehatan di kabupaten/kota.

Indikator out-put
Adanya peningkatan dukungan dana, tenaga dan sumberdaya
dari APBD atau Donatur/ Swasta terhadap pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan, terutama promosi PHBS di Rumah Tangga,
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, revitalisasi
posyandu serta pengembangan UKBM lainnya.
Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah terkait
dengan promosi kesehatan, terutama promosi PHBS di Rumah
Tangga, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, revitalisasi
posyandu serta pengembangan UKBM lainnya.

b. Di tingkat Kecamatan/Puskesmas
1)
Indikator input
Tim Kesehatan di kecamatan (misalnya: Pokja Pembinaan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif, Pokja Pembina Posyandu, dll)
Hasil analisis situasi, meliputi analisis situasi masalah kesehatan,
analisis isu kesehatan, analisa publik serta analisa kebijakan yang
ada di tingkat kecamatan
Rencana kerja kegiatan advokasi kesehatan di tingkat Kecamatan
Proses administrasi kegiatan advokasi kesehatan: penyiapan dan
proses pencairan alokasi dana, sarana serta surat menyurat.
2)

Indikator proses
Jumlah dan jenis media advokasi yang dikembangkan, diproduksi
serta didistribusikan untuk mendukung kegiatan advokasi kesehatan
di tingkat kecamatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

113

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3)

Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat kecamatan:


melakukan kegiatan lobi, presentasi, seminar, konferensi pers,
pertemuan, musyawarah pembangunan tingkat kecamatan, dll
Penggunaan alokasi dana kegiatan advokasi kesehatan di kecamatan
(termasuk penggunaan dana untuk kampanye kesehatan melalui
media cetak dan media luar ruang).
Dilakukannya proses penerbitan kebijakan (SK, Surat Edaran, dll)
serta pengajuan alokasi anggaran untuk kegiatan promosi kesehatan
terutama promosi PHBS di RT, Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, Revitalisasi Posyandu serta pengembangan UKBM
lainnya di tingkat kecamatan.
Adanya laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan
advokasi kesehatan di kecamatan.

Indikator out-put
Adanya peningkatan dukungan dana, tenaga dan sumberdaya
dari APBD atau Donatur/ Swasta terhadap pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan, terutama promosi PHBS promosi PHBS di
RT, Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Revitalisasi
Posyandu serta pengembangan UKBM lainnya di tingkat kecamatan.
Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Camat dalam mendukung
kegiatan promosi kesehatan yaitu PHBS dan pemberdayaan
masyarakat dalam desa/kelurahan siaga aktif.

c. Di tingkat Desa/Kelurahan
1)
Indikator input
Tim Kesehatan di desa/kelurahan (misalnya: Pokja Desa/Kelurahan
Siaga Aktif, Pokja Posyandu, dll)
Hasil analisis situasi, meliputi analisis situasi masalah kesehatan,
analisis isu kesehatan, analisa publik serta analisis kebijakan yang
ada di tingkat desa/kelurahan.
Rencana kerja kegiatan advokasi kesehatan di tingkat desa/
kelurahan.
Penetapan proses pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
beserta petugas advokatornya di tingkat desa/kelurahan.
Proses administrasi kegiatan advokasi kesehatan: penyiapan dan
proses pencairan alokasi dana, sarana serta surat menyurat di
tingkat desa/kelurahan.

114

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2)

Indikator proses
Jumlah dan jenis media advokasi yang dikembangkan, diproduksi
serta didistribusikan untuk mendukung kegiatan advokasi kesehatan
di tingkat desa/kelurahan.
Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat desa/kelurahan:
melakukan kegiatan lobi, kunjungan lapangan, pertemuan,
musyawarah pembangunan tingkat desa/kelurahan (musbangdes),
dll
Penggunaan alokasi dana kegiatan advokasi kesehatan di desa/
kelurahan.
Penggunaan dana untuk kampanye kesehatan melalui media cetak
dan media luar ruang.
Dilakukannya proses penerbitan kebijakan (SK atau Surat Edaran)
serta pengajuan alokasi anggaran untuk kegiatan promosi kesehatan
terutama promosi PHBS, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif, Revitalisasi Posyandu serta pengembangan UKBM lainnya di
tingkat desa/kelurahan.
Adanya laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan
advokasi kesehatan di desa/kelurahan.

3)

Indikator out-put
Adanya peningkatan dukungan dana (ADD dan alokasi dana lainnya),
tenaga dan sumberdaya dari APBD atau Donatur/ Swasta terhadap
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa/kelurahan.

Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah dalam


mendukung kegiatan promosi kesehatan yaitu PHBS di RT serta
pemberdayaan masyarakat dalam desa/kelurahan siaga aktif.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

115

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Contoh : Instrumen pemantauan dan penilaian kegiatan advokasi di wilayah kerja.


Keterangan pengisian instrumen pemantauan/penilaian:
Instrumen pemantauan dan penilaian kegiatan advokasi kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan
Aspek yang dipantau/diniliai berdasarkan
indikator kegiatan advokasi kesehatan

1
Input
a. Tim Advokasi Kesehatan
b. Hasil analisis situasi:
analisa situasi masalah kesehatan.
analisis isu kesehatan
analisa publik
analisa kebijakan
c. Rencana kerja kegiatan advokasi
kesehatan di tingkat Kab/Kota
d. Penetapan proses pelaksanaan
kegiatan advokasi kesehatan beserta
petugas advokatornya.
e. Proses administrasi kegiatan advokasi
kesehatan:
penyiapan lapangan
proses pencairan alokasi dana,
sarana
surat menyurat.
Proses
a. Jumlah dan jenis media advokasi yang
dikembangkan, diproduksi serta
didistribusikan untuk mendukung
kegiatan advokasi kesehatan.
Media cetak
Media luar ruang
Media elektronik
b. Peningkatan kapasitas tenaga
advokasi kesehatan:
orientasi,
seminar,
pelatihan di bidang advokasi
kesehatan
c. Pelaksanaan kegiatan advokasi
kesehatan: melakukan kegiatan lobi,
presentasi, seminar, konferensi pers,
pertemuan, dll
d. Penggunaan alokasi dana kegiatan
advokasi kesehatan
di kab/kota,
kecamatan
desa/kelurahan.

116

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Hasil
pemantauan
/ penilaian
ada tidak
2

Sumber
data/
informasi

Indikator kunci

Adanya Tim
Advokasi
Kesehatan

Adanya
Rencana
Kegiatan
Advokasi
Kesehatan
berdasarkan
hasil analisis
situasi

Tersedianya
dana kegiatan
advokasi
kesehatan

Adanya media
Advokasi
Kesehatan

Adanya
Tenaga
Advokasi
Kesehatan
yang
berkompeten

Adanya
komitmen
pejabat publik
mendukung
kegiatan
promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat.

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

e. Penggunaan dana untuk kampanye


kesehatan melalui media massa.
f. Dilakukannya proses penerbitan
kebijakan :
Surat Keputusan
Perda
Surat edaran
pengajuan alokasi anggaran untuk
kegiatan pelayanan kesehatan
terutama promosi PHBS.
g. Adanya laporan pertanggung jawaban
pelaksanaan kegiatan advokasi
kesehatan di kabupaten/kota.
Out-put
a. Adanya peningkatan dukungan:
dana, tenaga dan sumberdaya dari
APBD
Donatur/ Swasta
terhadap pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan, terutama
promosi PHBS.
b. Adanya kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah terkait dengan
PHBS.

Adanya
peningkatan
dukungan dana
APBD/ADD
untuk kegiatan
Promosi
Kesehatan dan
pemberdayaan
Masyarakat

Adanya
kebijakan yang
dikeluarkan
oleh Pejabat
Publik tentang
Promosi
Kesehatan dan
pemberdayaan
Masyarakat

Masalah yang ditemukan:..

Saran pemecahan masalah : ...


........., .20..
Petugas Pemantau:

1. Kolom 1 : berisi tentang aspek yang dipantau atau dinilai berdasarkan indikator
kegiatan advokasi kesehatan.
2. Kolom 2 dan 3 : diisi hasil pemantauan dan penilaian kegiatan advokasi kesehatan,
dengan cara menuliskan tanda V pada kolom ya atau tidak.
3. Kolom 4 : diisi dengan sumber data atau informasi tentang aspek pemantauan/
penilaian, misalnya: di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, ada catatan / laboran
hasil analisis situasi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

117

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Kolom 5: diisi dengan indikator kunci keberhasilan pelaksanaan kegiatan advokasi


kesehatan untuk setiap indikator. Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
dikatakan berhasil apabila indikator kunci tersebut, dapat tercapai.
5. Apabila ditemukan permasalahan, petugas pemantauan dan penilaian dapat
menuliskannya dibagian bawah kolom (ditempat yang sudah disediakan)
6. Apabilai ada saran atau usulan terhadap upaya pemecahan masalah serta
kegiatan tindak lanjut, petugas pemantauan dan penilaian dapat menuliskannya
dibagian bawah kolom (ditempat yang sudah disediakan).

VI.

118

Referensi
Kemenkes. RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Modul Pelatihan Pengelola
Advokasi, Jakarta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 3
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL

I.

Deskripsi Singkat
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh hasil kerja dan
kontribusi positif berbagai sector pembangunan lainnya, termasuk sektor swasta dan
masyarakat. Hal ini tidak lain karena derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Tidak hanya pelayanan kesehatan yang dapat menentukan derajat kesehatan
masyarakat, melainkan juga faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Di sisi
lain, derajat kesehatan masyarakat juga merupakan modal dasar bagi terciptanya
kemampuan masyarakat untuk membangun. Masyarakat yang sehat akan menjadikan
negara kuat, karena sumber daya manusia yang ada bagi pembangunan negara
menjadi berkualitas. Oleh sebab itu, derajat kesehatan masyarakat pada hakikatnya
merupakan tujuan sosial (social goal) yang harus menjadi perhatian dan urusan
semua pihak. Tanggung jawab harus dibagi di antara para pemangku kepentingan
(stakeholders).
Untuk menciptakan harmonisasi dalam mendapatkan dukungan sosial perlu diciptakan
opini positif atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat
untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Kemauan untuk melakukan
sesuatu timbul apabila lingkungan sosial di manapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat,
khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase
mau, perlu dilakukan Bina Suasana
Mengingat pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM harus memahami
tentang ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Pelaksanaan
Penggalangan dukungan sosial dalam mendukung program prioritas Kementerian
Kesehatan RI.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

119

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penggalangan
dukungan sosial.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang penggalangan dukungan sosial
2. Melakukan identifikasi dalam rangka menggalang dukungan sosial/bina
suasana
3. Menyusun perencanaan untuk melaksanakan penggalangan dukungan sosial
4. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1.
Penggalangan dukungan sosial
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pendekatan
e. Metode
f. Langkah-langkah
Pokok bahasan 2.

Identifikasi dalam rangka menggalang dukungan sosial/bina


suasana

Sub pokok bahasan:


a. Identifikasi sasaran sekunder (crisis response community, coping community dan
caring community).
b. Identifikasi peluang untuk menjaring kemitraan
Pokok bahasan 3.

Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan cara


untuk mendapatkan dukungan sosial

Sub pokok bahasan:


a. Tingkat Kecamatan/desa
b. Tingkat Kabupaten/kota

120

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok bahasan 4.
Pelaksanaan penggalangan dukungan sosial
a. Tingkat Kecamatan/desa
b. Tingkat Kabupaten/kota
IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6 Jpl: 6 x 45
menit = 270 menit; T=2 JPL; P=4 JPL PL=0JPL), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memperkenalkan diri
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang judul pokok bahasan dan tujuan
pembelajaran umum dan khusus yang ingin dicapai
c. Fasilitator menjelaskan diskripsi singkat pokok bahasan ini
Langkah 2.
Pengertian, tujuan, sasaran ,pendekatan, metode dan langkah-langkah
penggalangan dukungan sosial (35 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan, sasaran,
pendekatan, metode dan langkah-langkah penggalangan dukungan sosial/bina
suasana terhadap program penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi
kesehatan.
b. Fasilitator mencatat pada kertas flipchart semua pendapat peserta
c. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat, kemudian menjelaskan pengertian,
tujuan, sasaran, pendekatan, metode dan langkah-langkah penggalangan
dukungan sosial/bina suasana terhadap program penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, kemudian
fasilitator menyampaikan jawaban yang sesuai.
Langkah 3.
Identifikasi dalam rangka menggalang dukungan sosial/bina suasana (45
menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat Identifikasi sasaran sekunder (crisis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

121

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

response community, coping community dan caring community) dan Identifikasi


peluang untuk menjaring kemitraan terhadap program penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum semua pendapat peserta, kemudian menayangkan slide
dan menjelaskan tentangcurah pendapat Identifikasi sasaran sekunder (crisis
response community, coping community dan caring community) dan Identifikasi
peluang untuk menjaring kemitraan terhadap program penyuluhan kesehatan
masyarakat atau promosi kesehatan
c. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya hal-hal yang
kurang dipahami.
d. Fasilitator memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.
Langkah 4.
Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan cara untuk
mendapatkan dukungan sosial di tingkat Kec/Desa dan Kab/Kota: (60 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membentuk tiga kelompok
b. Fasilitator menugaskan pada setiap kelompok agar berdiskusi selama 15 menit,
untuk Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan cara untuk
mendapatkan dukungan sosial di tingkat Kec/Desa dan Kab/Kota.
c. Fasilitator minta semua kelompok menyajikan hasil diskusinya, dan memberi
kesempatan kepada kelompok lain untuk menyampaikan tanggapannya.
d. Fasilitator merangkum hasil diskusi kelompok tersebut, kemudian menyampaikan
penjelasan tentang Penyusunan perencanaan dengan membuat rancangan cara
untuk mendapatkan dukungan sosial di tingkat kecamatan/desa dan kabupaten/
kota dengan menayangkan slide.
e. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
f. Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.
Langkah 5.
Merancang Pelaksanaan penggalangan dukungan sosial di tingkat kecamatan/
desa dan kabupaten/kota (90 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator minta peserta tetap berada dalam 3 kelompok.
b. Fasilitator menugaskan kepada setiap kelompok untuk merancang pelaksanaan
penggalangan dukungan sosial di tingkat kecamatan/desa dan kabupaten/kota

122

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c.
d.
e.
f.
g.

selama 45 menit.
Fasilitator menjelaskan pedoman dan tugas diskusi untuk setiap kelompok.
Fasilitator minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya, dan kelompok
lain diberi kesempatan menyampaikan tanggapannya.
Fasilitator merangkum hasil diskusi setiap kelompok, kemudian menyampaikan
penegasan tentang penyusunan perencanaan promosi kesehatan.
Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.

Langkah 6.
Kesimpulan (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa salah satu kompetensi Pejabat Fungsional PKM
Terampil adalah mampu menyusun perencanan dengan membuat rancangan cara
untuk mendapatkan dukungan sosial di tingkat kecamatan/desa dan kabupaten/
kota dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi
kesehatan.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu membuat atau menyusun
bentuk penggalangan dukungan sosial dalam melaksanakan penyuluhan
kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih baik lagi.

V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL
A. Pengertian
Bina Suasana (social support) adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

123

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan
Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase
tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.
B. Tujuan Bina Suasana
1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta peraturan formal
maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT PHBS
3. Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok potensial dalam
meningkatkan cakupan RT PHBS
C. Sasaran Bina Suasana
1. Sasaran individu yaitu:
1.
Anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif
2.
Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat
3.
Petugas
4.
Kader
2. Sasaran kelompok yaitu:
1.
Organisasi kemasyarakatan (organisasi pemuda, organisasi wanita,
organisasi keagamaan)
2.
Organisasi profesi
3.
Dunia usaha/ swasta
4.
Kelompok peduli kesehatan
3. Sasaran massa yaitu :
Masyarakat umum yang dapat dijangkau oleh media massa baik cetak,
elektronik maupun tradisional.
Ketiga kelompok sasaran ini bisa berada di pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota. Sedangkan di kecamatan dan di desa, sasaran bina suasana
dikelompokan menjadi dua yaitu:
1.
Formal : tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas, guru, pengurus
RW/RT dll
2.
Informal : dukun bayi, tokoh adat, kader, dll
D. Pendekatan Bina Suasana
Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu:
1. Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.

124

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Dengan pendekatan ini diha-rapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang


positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Di samping itu, mereka
juga diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku
yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama
yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi
mencegah munculnya wabah demam berdarah). Lebih lanjut bahkan dapat
diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan
informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku
individu
2. Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga
(RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi
Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain.
Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/
tokoh masyarakat yang telah peduli. Dengan pendekatan ini diharapkan
kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini
dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mem-praktikkan perilaku
yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan
atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
3. Pendekatan Masyarakat Umum
Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio,
televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta
pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa
tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi
mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang
diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif
tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini
akan dirasakan pula sebagai pendukung atau penekan (social pressure)
oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
E. Metode Bina Suasana
Pendekatan bina suasana perlu diterapkan untuk menciptakan norma norma dan
kondisi /situasi kondusif dimasyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

125

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan


opini memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu
diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang
mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
Selanjutnya ada beberapa metode bina suasana yaitu:
1. Pelatihan
2. Semiloka
3. Konprensi pers
4. Dialog terbuka
5. Sarasehan
6. Penyuluhan
7. Pendidikan
8. Lokakarya mini
9. Pertunjukan tradisional
10. Diskusi meja bundar (round table discussion)
11. Pertemuan berkala di desa
12. Kunjungan lapangan
13. Studi banding
14. Traveling seminar
F. Prinsip Bina Suasana
Prinsip melakukan bina suasana adalah kemitraan yakni menggalang partisipasi
semua sektor untuk berperan aktif serta sebagai motor penggerak pemberdayaan
masyarakat dalam mewujudkan atau meningkatkan cakupan RT PHBS. Untuk
menjaga kelanggegan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Forum komunikasi
Dokumen data yang up to date (selalu baru)
Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan
Memanfatkan kegiatan dan sumber sumber dana yang mendukung upaya
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Adanya umpan balik dan penghargaan
G. Langkah-Langkah Bina Suasana
1. Persiapan
a.
Identifikasi sasaran
Sasaran bina suasana biasanya disebut mitra. Mitra yang ditetapkan
harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: 5C
Kompetensi (competent)

126

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Apakah mitra tersebut memiliki potensi ?


Apakah mitra tersebut memiliki pengalaman dalam kegiatan yang
sama?
Apakah mitra tersebut memiliki tugas, fungsi serta kegiatan yang dapat
diintegrasikan?
Komitmen (commitment)
Apakah mitra tersebut mendukung promosi kesehatan atau kegiatan
PHBS?
Apakah mitra tersebut mampu meberikan dukungan yang kuat dalam
promosi kesehatan?
Relasi (clout)
Apakah mitra tersebut mempunyai akses atau kontak dengan pembuat
kebijakan atau para tokoh yang berpengaruh di masyarakat?
Jangkauan (coverage)
Apakah mitra tersebut dapat menjangkau sasaran promosi PHBS di
tatanan RT di berbagai wilayah, berbagai segmen (demografi, psikologi,
sosial ekonomi), dll ?
Kesinambungan (continuity)
Apakah mitra tersebut memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya
untuk jangka waktu panjang?
Apakah mitra tersebut pernah menangani kegiatan yang serupa dengan
promosi PHBS?

b.

Menyiapkan paket informasi


Bahan informasi untuk mendukung kegiatan bina suasana haruslah
dikemas secara baik, up to date, berdasar data yang akurat, mengandung
value yang sesuai dengan sasaran. Dengan demikian maka bahan
informasi tersebut dapat meyakinkan mitra, mudah dipahami serta dapat
menumbuhkan motivasi untuk memberikan dukungan yang sesuai. Bahan
informasi dapat berbentuk hasil kajian atau pemetaan PHBS,dll.

c.

Menentukan metode atau cara melakukan bina suasana


Langkah berikutnya adalah menetapkan metode yang sesuai serta
penerapan teknik yang baik.

d.

Merencanakan waktu dan tempat


Menjajagi waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan bina suasana,
dimana sasaran dapat mengahadirinya. Demikian juga tempat
dilaksanakannya kegiatan, apabila perlu tempat maupun waktu berdasar
pada kesepakatan sasaran atau tempat yang mudah untuk dijangkau

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

127

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

e.

serta bersifat netral.


Menyiapkan instrumen pemantauan dan penilaian

FORMAT ISIAN
Format ini diisi oleh Petugas Pusat Promosi Kesehatan untuk
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
fasilitasi
organisasi
kemasyarakatan dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
A. PEWAWANCARA
: Promkes
B. TEMPAT DAN WAKTU WAWANCARA
: ..........................
C. IDENTITAS INFORMAN
Nama
: ......................
Jabatan
: ......................
Telepon/Faksmile
: ......................
D. PERTANYAAN
1. Informan Pengelola Ormas Pusat
a. Rapat Koordinasi Pusat
1) Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat pusat sudah
dilaksanakan ?
Sudah,
Berapa kali : ..
Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................
Jumlah peserta
Dimana

: .......
:...........

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................
2) Apa pokok bahasan rapat koordinasi ?
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
b. Penyusunan dan Pengadaan Media
a. Apakah penyusunan dan pengadaan
dilaksanakan?
Sudah

128

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

media

Kapan : ..

sudah

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................
Jumlah peserta
Dimana

: .......
:...........

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................
2) Apa pokok bahasan rapat koordinasi ?
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
.............................................................................................
b. Penyusunan dan Pengadaan Media
a. Apakah penyusunan dan pengadaan media sudah
dilaksanakan?
Sudah

Kapan : ..

Berapa jumlahnya

: ..

Kemana saja didistribusikan :


.............................................................................................
.............................................................................................
Belum,

Mengapa : .................................................

Berapa jumlah buku yang dicetak ? :


1. Buku Panduan Pelaksanaan PHBS :......buah
2. Buku saku Desa siaga dan PHBS :......buah
3. Stiker :...............buah
c. Sosialisasi dan Orientasi Desa Siaga Aktif dan PHBS di
Rumah Tangga.
a. Apakah sosialisasi dan orientasi desa siaga aktif dan
PHBS di rumah tangga sudah dilaksanakan?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

129

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Sudah
Dimana
Jumlah peserta

Kapan : ...................................
: ....
: ....

Siapa pesertanya : ....


...........................................................................................
...........................................................................................
Siapa yang menjadi narasumbernya :
............................................................................................
............................................................................................
Siapa yang menjadi fasilitatornya :
............................................................................................
............................................................................................
Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan
orientasi :
............................................................................................
............................................................................................
Apakah ada Pra tes ? ada/tidak: Nilai rata-rata: .....
Apakah ada Pasca tes ? ada/tidak:

Nilai rata-rata: .....

Apakah tujuan sosialisai dan orientasi tercapai:


............................................................................................
............................................................................................
Apakah ada masukan untuk perbaikan buku panduan:
............................................................................................
............................................................................................
Hambatan/kendala apa yang ada dalam pelaksanaan
orientasi
............................................................................................
............................................................................................
Kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta pasca
orientasi
............................................................................................
............................................................................................

130

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Apakah peserta mendapat sertifikat? Ya/Tidak


Sertifikat yang megeluarkan :
.
Jika tidak, alasannya:
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
Apakah ada Publikasi di media ? Ya/Tidak
Belum, Mengapa :
...........................................................................................
............................................................................................
d. Implementasi
1) Apakah implementasi sudah dilaksanakan ?
Sudah,

Berapa kali : ..

Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................
Jumlah peserta
Dimana

: ..........................
:............................

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
...........................................................................................
............................................................................................
2) Apa hasil dari kegiatan implementasi tersebut ?
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
e. Pembinaan
1) Apakah pembinaan sudah dilaksanakan ?
Sudah,
Berapa kali : ..

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

131

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Siapa sasarannya :
............................................................................................
............................................................................................
Berapa jumlah
Dimana dilaksanakan
Waktunya

: 
:
: 

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Tidak, mengapa ?
............................................................................................
............................................................................................
2) Apa hasil dari pembinaan tersebut ?
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
............................................................................................
f. Monitoring dan evaluasi oleh pusat
A. Apakah kegiatan monitoring
dilaksanakan ?

dan

evaluasi

telah

Sudah, Kapan : ..


Dimana: 
Siapa yang melakukan monitoring dan evaluasi
Pusat
: 
Provinsi
: 
Kabupaten
: 
Petugas Puskesmas : ........
Informan :
1. Pengelola promkes provinsi
: ....
2. Pengelola Ormas Provinsi
: 
3. Pengelola Promkes Kab
: ....
4. Pengelola Ormas Kab
: 
5. Petugas Puskesmas
: ...
6. Kecamatan.
: ...............
7. Ketua Forum Desa
: 
8. Kader
: 
9. Masyarakat
: 
132

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Apa keberhasilan yang dicapai dalam program PHBS :


1. : .............
2. : .............
3. : .............
Apa hasil temuan monitoring dan evaluasi (sesuai dengan
10 indikator PHBS) :
............................................................................................
............................................................................................
Masalah/kendala :
............................................................................................
............................................................................................
Solusi :
............................................................................................
............................................................................................
B. Monitoring
dan
Kecamatan/Desa

evaluasi

kabupaten/kota

ke

a. Apakah dalam melakukan monitoring dan evaluasi


melibatkan pihak lain ? Ya/tidak
Jika Ya sebutkan unsur yang terlibat :
......................................................................................
......................................................................................
b. Berapa lokasi yang dikunjungi
.......................................................................................
.......................................................................................
c. Tiap berapa bulan dilakukan monitoring dan evaluasi
.......................................................................................
.......................................................................................
d. Apa bentuk kegiatan yang dilakukan motivator/kader
(lengkapi dengan format rekapitulasi)
No

Nama

Kegiatan

Materi

Sasaran,
tempat
dan waktu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

133

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

e. Apa hasil monitoring dan evaluasi


.......................................................................................
.......................................................................................
f. Materi apa yang masih perlu ditingkatkan:
.......................................................................................
......................................................................................
g. Penyusunan Pelaporan Kegiatan
1) Apakah peenyusunan pelaporan sudah dilaksanakan ?
Sudah,

Berapa kali : ..

Siapa pesertanya :
......................................................................................
.......................................................................................
Jumlah peserta
Dimana

: 
:

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
.......................................................................................
.......................................................................................
Kendala apa yang dihadapi dalam penyusunan
pelaporan?
.......................................................................................
.......................................................................................
2. Informan Pengelola Ormas Provinsi
1. Rapat koordinasi tingkat provinsi
a. Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi sudah
dilaksanakan ?
Sudah,

Berapa kali : ..

Siapa pesertanya :
.......................................................................................
.......................................................................................

134

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Jumlah peserta
Dimana

: ......
: 

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
.......................................................................................
......................................................................................
b. Apa hasil pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi ?
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
2. Sosialisasi dan Orientasi Desa Siaga Aktif dan PHBS di
Rumah Tangga.
a. Apakah advokasi dan orientasi desa siaga aktif dan PHBS
di rumah tangga sudah dilaksanakan?
Sudah

Kapan : .

Dimana
Jumlah peserta

: ....
: ....

Siapa pesertanya : ....


............................................................................................
............................................................................................
Siapa yang menjadi narasumbernya :
............................................................................................
............................................................................................
Siapa yang menjadi fasilitatornya :
............................................................................................
............................................................................................
Apa Metode yang digunakan dalam sosialisasi dan
orientasi :
............................................................................................
............................................................................................
Apakah ada Pra tes ? ada/tidak:

Nilai rata-rata: .....

Apakah ada Pasca tes ? ada/tidak:

Nilai rata-rata: ....

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

135

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Apakah tujuan sosialisai dan orientasi tercapai:


............................................................................................
...........................................................................................
Apakah ada masukan untuk perbaikan buku panduan:
............................................................................................
...........................................................................................
Hambatan/kendala apa yang ada dalam pelaksanaan
orientasi
............................................................................................
...........................................................................................
Kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta pasca
orientasi
............................................................................................
...........................................................................................
Apakah peserta mendapat sertifikat? Ya/Tidak
Sertifikat yang megeluarkan :
.
Jika tidak, alasannya:
............................................................................................
...........................................................................................
Apakah ada Publikasi di media ? Ya/Tidak
Belum, Mengapa :
............................................................................................
...........................................................................................
3. Informan Pengelola Ormas Kabupaten
1. Rapat koordinasi tingkat Kabupaten
a. Apakah
pertemuan
rapat
koordinasi
Kabupaten/Kota sudah
dilaksanakan ?
Sudah,

tingkat

Berapa kali : ..

Siapa pesertanya :
............................................................................................
...........................................................................................

136

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Jumlah peserta
Dimana

: 
: 

Sesuai target (frekuensi) : Ya/Tidak?


Belum, mengapa ?
............................................................................................
...........................................................................................
b. Apa hasil pertemuan rapat koordinasi tingkat provinsi ?
............................................................................................
...........................................................................................
............................................................................................
...........................................................................................
..............,.................. 20..
(Nama Pewawancara)

Contoh:
2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
a.
Membangun forum komunikasi
b.
Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
c.
Saling berbagai peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
potensinya.
d.
Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
dokumentasinya
e.
Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
f.
Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun
rencana tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang
berkesinambungan
g.
Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
h.
Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang
prinsip-prinsip kemitraan
i.
Tidak meracuni komitmen
j.
Menggalang sumberdaya/sumberdana serta potensi yang ada dimasingmasing mitra.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

137

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Pemantauan dan penilaian


Pemantauan dan penilaian di arahkan pada proses serta hasil (output)
pelaksanaan kegiatan.
Penilaian dalam bentuk output dilakukan dengan melihat opini publik
terhadap penerapan PHBS di RT, cakupan RT PHBS, dll Hasil pemantauan
dan penilaian dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan
berikutnya.
H. Indikator keberhasilan Bina Suasana
1. Indikator input :

Adanya data tentang mitra potensial, sumberdaya yang dimiliki, kegiatan


mitra yang dapat diselaraskan

Adanya informasi yang akan disosialisasikan pada mitra


2. Indikator proses:

Adanya forum komunikasi.

Sosialisasi informasi melalui berbagai media

Terbentuknya jejaring komunikasi

Adanya rencana kegiatan yang terpadu

Adanya dukungan sumberdaya dalam pelaksanaan promosi PHBS


3. Indikator output :

Adanya peningkatan jumlah kegiatan serta jaringan kemitraan

Adanya dokumentasi kegiatan

Adanya komitmen yang dapat direalisasikan

Adanya opini publik tentang pentingnya mewujudkan PHBS di tatanan


RT.

Terpeliharanya opini, norma, etika dan kondisi yang baik di masyarakat


dalam penerapan PHBS
Pokok Bahasan 2.
IDENTIFIKASI DALAM RANGKA MENGGALANG DUKUNGAN SOSIAL/BINA
SUASANA
A. Identifikasi Mitra Potensial
Dalam melaksanakan mobilisasi sosial dalam pelaksanaan promosi PHBS,
petugas/ sektor kesehatan tidak mungkin berjalan sendiri, perlu bantuan dan
dukungan berbagai mitra. Setidaknya dalam ruang lingkup wilayah kerja perlu
dijalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak terkait seperti Lintas sektor,
Lembaga Kemasyarakatan (LSM, PKK dan lain-lain), Tokoh masyarakat, Tokoh

138

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

agama, Organisasi profesi yang terkait dan swasta/dunia usaha. Oleh karena
itu perlu diidentifikasi siapa diantara pihak tersebut yang dapat menjadi mitra
potensial dalam pelaksanaan promosi PHBS di wilayah kerja. Tentunya akan
berbeda disetiap wilayah tergantung situasi kondisi masing-masing.
1. Kemitraan
Untuk mengidentifikasi siapa mitra potensial dalam dalam pelaksanaan
promosi PHBS
Apa Kemitraan?
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok orang/institusi yang bekerja sama
dalam mencapai tujuan yang sama.
Prinsip dasar kemitraan: Kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan.
Kesetaraan: Setiap mitra kerja dalam penanggulangan TB patut
dihormati dan diberi pengakuan dalam hal kemampuan dan nilainilai yang dimiliki mereka serta diberi kepercayaan penuh dalam
penanggulangan TB.
Keterbukaan: Setiap mitra harus saling percaya dan terbuka, serta
mempunyai keyakinan bahwa mereka melakukan perjanjian dengan
terbuka dan jujur dalam pelaksanaan penanggulangan TB.
Saling menguntungkan: Hubungan kemitraan harus saling
menguntung kan semua pihak.
Dalam upaya mewujudkan kemitraan, pelaksana promosi PHBS harus mampu
mengidentifikasi mitra potensial yang ada di wilayahnya.
2. Siapa Mitra Potensial?
Yaitu setiap orang/pihak yang memiliki kepedulian, kemauan, kemampuan
serta komitmen yang tinggi untuk memberi dukungan serta kontribusi dalam
pelaksanaan promosi PHBS dengan berperan sesuai potensi yang dimilikinya.
Potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk keberhasilan dalam
pelaksanaan promosi PHBS.
Berikut ini unsur unsur landasan kemitraan, yang mungkin dapat dijadikan
acuan dalam mengidentifikasi mitra potensial disesuaikan dengan situasi dan
kondisi wilayah kerja.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

139

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tabel 1. Unsur Unsur Landasan Kemitraan


Unsur-unsur
Landasan
Kemitraan
1. Saling
hubung

2. Struktur

3. Keterbukaan

4. Kapasitas

5. Imbalan

6. Kedekatan

7. Sinergi

140

Pihak Yang
Berinisiatif

Pihak Yang
Diajak Bermitra

Gagasan
Kemitraan

Mengembangkan
komunikasi dua
arah dengan
calonmitra
Peduli terhadap
masalah calon
mitra dan
pemecahannya
Memiliki rencana
kerja yang
sistematis
Secara tim
Memiliki
pembagian kerja
koordinasi yang
baik

Mengembangkan
komunikasi dua
arahdengan calon
mitra
Peduli terhadap
masalah calon
mitra &
pemecahannya
Memiliki pemikiran
& cara kerja yang
sistematis
Secara internal
memiliki
pembagian kerja &
koordinasi yang
baik

Relevan dengan visi


/misi pihak-pihak
yang bermitra
Memiliki acuan
hukum dan keilmuan
yang sesuai

Memungkinkan
Terjadinya
komunikasi dua
arah dan kontak
langsung

Meyakinkan dan
berbobot
Disusun secara
Sistematis
(dirancang,disusun
dan dikemas dengan
baik)

Memiliki
kesediaan
dibantu
Siap untuk
menerima saran
perbaikan
Fleksibel dan
mudah dihubungi
Dapat
mengerahkan
dan
menginvestasika
n berbagai
sumber daya
Tahu cara-cara
memiliki
pengalaman
bermitra
Mau dan dapat
memberi imbalan
dalam bentuk
uang atau
pengakuan
/penghargaan
atau lainnya
Memiliki atau
mau membangun
kedekatan dan
kesiapan akses
dengan calon
mitra
Dalam tim yang
kompak
Upaya-upayanya
Berkelanjutan
dan sinkron satu
sama lain

Memiliki kesediaan
membantu
Siap memberikan
saran konstruktif
dan dukungan
Fleksibel dan
mudah dihubungi

Dapat diuji-coba
untuk kelayakannya
Dapat dimodifikasi
dan atau dipecahpecah tanpa
kehilangan esensi

Disiapkan
dengan strategi
yang tepat dan
sistematis
Sesuai dengan
waktu yang
tersedia oleh
masing-masing
pihak
Fleksibel/dapat
disesuaikan
dengan situasi
yang dihadapi
Memungkinkan
komunikasi
secara informal

Dapat
menyediakan
waktu, tenaga dan
sumber daya untuk
bermitra
Tahu caracara/memiliki pengalaman
Bermitra

Dihasilkan dari kerja


keras dan investasi
sumberdaya yang
memadai
Dikemas dengan
teknologi canggih

Dapat
menampung
gagasan secara
keseluruhan
Dapat diakses
oleh sebanyak
mungkin pihak
yang bermitra

Mau dan dapat


memberikan
kontribusi sesuai
kesepakatan
dalam rangka
kemitraan

Mengandung
manfaat/keuntungan
bagisemua pihak
yang bermitra

Memungkinkan
berlangsungnya
umpan balik dan
teguran-teguran.

Memiliki atau mau


membangun
kedekatan dan
kesiapan akses
dengan calon mitra

Memiliki kesamaan/
kemiripan dengan
upaya yang
dilakukan masingmasing pihak yang
bermitra
Disampaikan
berulang-ulang
dalam berbagai
kesempatan
Dalam berbagai
bentuk tetapi
konsisten

Akrab (familiar)
untuk semua
pihak dan mudah
diakses

Dalam tim yang


kompak
Kontribusinya
berkelanjutan dan
taat kepada
kesepakatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Media
Penyampai
Gagasan

Berbagai
macam/bentuk
dalam kesatuan
Dilakukan
berulang-ulang
tetapi konsisten

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Langkah-langkah Identifikasi Mitra Potensial


Seperti telah dikemukakan, kemungkinan setiap wilayah kabupaten/ kota
memiliki mitra potensial yang berbeda. Dalam mengidentifikasi mitra potensial,
lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Kenalilah orang/perorangan, tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga/


organisasi kemasyarakatan (LSM, PKK dan lain-lain), organisasi profesi
dan pihak swasta/dunia usaha yang ada di wilayah masing-masing yang
selama ini menunjukkan perhatian terhadap penanggulangan masalah
kesehatan khususnya pelaksanaan promosi PHBS

b.

Calon Mitra memiliki kriteria sebagai berikut:


1) Peduli terhadap masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
tersebut melalui gagasan bermitra.
2) Bersedia mengembangkan komunikasi dua arah.
3) Memiliki pemikiran dan cara kerja yang sistematis.
4) Secara internal memiliki pembagian kerja dan koordinasi yang baik.
5) Memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu melalui kemitraan.
6) Siap memberikan saran-saran yang konstruktif dan dukungan bagi
terlaksananya gagasan kemitraan.
7) Fleksibel, informal dan mudah dihubungi.
8) Bersedia dan dapat menyediakan waktu, tenaga, dan sumber daya
lain untuk kepentingan kemitraan.
9) Mengetahui cara-cara bermitra, lebih baik lagi jika memiliki
pengalaman bermitra.
10) Bersedia dan dapat memberikan kontribusi untuk gagasan atau
proyek kemitraan sesuai dengan kesepakatan.
11) Memiliki atau bersedia membangun kedekatan (setidaktidaknya
secara sosial psikologis) dan kesiapan akses.
12) Dalam tim yang kompak, satu konsep dan satu bahasa.
13) Kontribusinya berkelanjutan dan taat kepada kesepakatan yang
telah dirumuskan bersama.

c.

Kenali juga potensi apa yang ada di masyarakat di wilayah kerja masingmasing, yang berkaitan dengan:
1) Para pemimpin baik formal maupun informal (Community leaders).
2) Organisasi/ lembaga/ kelompok yang ada di masyarakat (Community
organizations ).
3) Dana yang ada di masyarakat (Community funds )
4) Bahan dan sarana milik masyarakat (Community materials and infra
structures).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

141

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5) Pengetahuan masyarakat tentang pelaksanaan PHBS di RT


(Community knowledge ).
6) Teknologi di masyarakat terkait PHBS (Community technology).
7) Pengambilan keputusan yang menjadi acuan masyarakat se- tempat
seperti pengambilan keputusan dilingkungan keluarga serta yang
menyangkut masyarakat banyak (Community decision making).
8) Budaya masyarakat (Community Culture)
Buatlah daftar dari orang/lembaga tersebut, kemudian dapatkan
informasi tentang potensi yang dimiliki masing-masing. Potensi bisa
dalam hal :
1) Kemampuan dalam menyediakan sumber daya (SDM/tenaga,
sarana dan prasarana, dana dan lain-lain).
2) Kesediaan memberikan pelayanan dalam pelaksanaan PHBS di RT
3) Kemampuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
4) Kemampuan dalam menyediakan tenaga ahli tertentu seperti
kemampuan dalam melakukan berbagai teknik advokasi dan
komunikasi, keahlian dalam bidang hukum/kebijakan/legislasi dan
sebagainya.
5) Kemampuan dalam mempengaruhi masyarakat.
6) Kemampuan dalam menggalang dana dari berbagai sumber. Dan
lain-lain.

142

d.

Undanglah mereka dalam suatu pertemuan, untuk :


1) Mendapatkan informasi yang jelas tentang situasi dan pelaksanaan
PHBS di RT serta perkembangan terkini di wilayah kerja.
2) Mencapai kesepakatan tentang pentingnya jalinan kemitraan dalam
pelaksanaan PHBS di RT di wilayah kerja.
3) Mencapai kesepakatan tentang peran masing-masing dalam
kemitraan pelaksanaan PHBS di RT.

e.

Buatlah dalam bentuk matriks/tabel tentang siapa yang dapat menjadi


mitra potensial serta dalam bidang apa peranannya.

f.

Persiapan Advokasi di awali konsolidasi yang mengacu kepada landasan


kemitraan yang bertujuan agar pihak yang berinisiatif:
1) Dapat mengembangkan komunikasi dua arah dengan calon mitra.
2) Dapat lebih memahami masalah atau hambatan yang mungkin
dihadapi oleh calon mitra (jika ada) dan pemecahan masalah tersebut
dikaitkan dengan gagasan bermitra.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3) Memiliki rencana kerja yang sistematis berkaitan dengan pelaksanaan


gagasan kemitraan.
4) Secara tim memiliki pembagian kerja dan koordinasi yang baik.
5) Tidak merasa superior dan memiliki kesediaan untuk dibantu oleh
pihak-pihak lain.
6) Siap untuk menerima saran perbaikan dari pihak lain dan bersedia
berubah ke arah perbaikan.
7) Fleksibel, informal dan mudah dihubungi.
8) Memiliki kemampuan mengerahkan berbagai sumber daya yang
diperlukan dan bersedia menginvestasikan sumber daya tersebut
dalam proyek kerjasama.
9) Mengetahui cara-cara bermitra yang baik.
10) Bersedia dan dapat memberikan imbalan kepada pihakpihak yang
diajak bermitra, apakah dalam bentuk uang atau materi, pengakuan
/penghargaan, atau bentukbentuk lainnya.
11) Memiliki atau bersedia membangun kedekatan (setidak-tidaknya
secara sosial psikologis) dan kesiapan akses dengan pihak-pihak
yang diajak bermitra.
12) Dapat membina kekompakan, kesamaan konsep, dan kesatuan
bahasa berkaitan dengan gagasan kemitraan.
13) Dapat menjamin upaya-upaya dalam menggalang kerjasama
dilakukan secara berkelanjutan dan sinkron satu sama lain.
Menurut WHO 1989 Advokasi adalah kombinasi disain individu dan
tindakan untuk mendapatkan dukungan politik, dukungan kebijakan,
perencanaan sosial dan dukungan sistem untuk tujuan program
kesehatan tertentu.
Contoh :
Tabel 2. Matriks Mitra Potensial dan Perannya.
NO
1.

MITRA POTENSIAL
Tokoh agama

2.

Organisasi profesi (IDI wila


yah)

3.

Tokoh masyarakat

4.
5.

LSM (sebutkan!)
Dst

PERAN
Menyampaikan informasi tentang
pelaksanaan PHBS di RT dan
mempengaruhi masyarakat
Penerapan
strategi
pelaksanaan
PHBS di RT oleh Dokter Praktik
Swasta (DPS)
Mempengaruhi dan menggerakkan
masyarakat
pada
kampanye
pelaksanaan PHBS di RT
Mengadvokasi pengambil keputusan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

143

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

g.

Membuat kesepakatan tentang pertemuan selanjutnya sebagai


bentuk forum komunikasi yang berkesinambungan. Mungkin dapat
dipertimbangkan perlunya pengorganisasian kemitraan PHBS di RT.
Sampai disini anda sudah dapat mengerjakan Latihan 1, yaitu :
Latihan Mengidentifikasi Mitra Potensial di wilayah kerja masingmasing, berdasarkan kondisi nyata wilayah kerja.
Latihan 1
Mengidentifikasi Mitra Potensial

Peserta dibagi dalam kelompok sesuai asal kabupaten/kota. Masing-masing kelompok


mencoba mengidentifikasi mitra potensial dalam pelaksanaan promosi PHBS sesuai dengan
situasi dan kondisi wilayah masing-masing. Bahan diskusi bersumber dari paparan narasumber
dan data PHBS di Rumah Tangga lokal yang telah disiapkan masing-masing peserta, serta
hasil latihan Analisis Masalah PHBS-RT dan Perkembangan Penanggulangannya
Tugas Kelompok:
1. Tuliskan kembali hasil Analisis Masalah PHBS-RT tersebut agar dapat dibaca oleh semua
anggota kelompok. Tentukan tujuan mobilisasi sosial yang ingin dicapai.
2. Didalam kelompok peserta mengidentifikasi mitra potensial mengacu kepada langkahlangkah yang telah disampaikan oleh fasilitator.
3. Secara curah pendapat setiap anggota kelompok menyampaikan pendapatnya tentang
mitra potensial yang ada di wilayah kerja.
4. Kelompok diharapkan mampu menjawab pertanyaan berikut :
a. Siapakah orang/perorangan, tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga/organisasi
kemasyarakatan (LSM, PKK dan lain-lain), organisasi profesi dan pihak swasta/dunia
usaha yang ada di wilayah anda yang selama ini menunjukkan perhatian terhadap
penanggulangan masalah kesehatan khususnya PHBS-RT.
b. Potensi apa yang ada di masyarakat wilayah anda , berkaitan dengan:
& Pemimpin baik formal maupun informal.
& Organisasi/lembaga/kelompok yang ada di masyarakat.
& Dana yang ada di masyarakat.
& Bahan dan Sarana milik masyarakat.
& Pengetahuan masyarakat tentang Masalah PHBS - RT dan penanggulangannya.
& Teknologi di masyarakat.
& Pengambilan keputusan yang menjadi acuan masyarakat setempat seperti
pengambilan keputusan dilingkungan keluarga serta yang menyangkut masyarakat
banyak.
& Budaya masyarakat setempat.
c. Buatlah daftar dari orang/lembaga tersebut, kemudian diskusikan lagi dengan semua
anggota kelompok kira-kira apa potensi yang dimiliki masing-masing. Apakah dalam :
& Kemampuan menyediakan sumber daya (SDM/tenaga, sarana dan prasarana, dana
dan lain-lain).
& Kesediaan memberikan kontribusi dalam pelaksanaan PHBS-RT.
& Kemampuan melakukan upaya pemberdayaan masyarakat.
& Kemampuan dalam menyediakan tenaga ahli tertentu.
& Kemampuan dalam mempengaruhi masyarakat.
& Kemampuan dalam menggalang dana dari berbagai sumber.
& Dan lain lain sesuai hasil diskusi anda
d. Buatlah dalam bentuk tabel/matriks tentang siapa yang dapat menjadi mitra potensial
penanggulangan PHBS-RT di wilayah anda serta dalam bidang apa peranannya.

144

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Mitra potensial dalam pelaksanaan PHBS-RT di kabupaten/kota ..........................


No

Tujuan Mobilisasi
Sosial

Mitra (Orang/Lembaga)

Potensi Dalam
Pelaksanaan PHBS-RT

1.
2.
3.
4.

5.
dst

Hasil diskusi/kerja kelompok ditulis dalam kartu metaplan atau kertas flipchart dan
ditempelkan di tempat yang telah disediakan berdasarkan kabupaten/kota masingmasing
Pleno
Setiap kelompok/perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi/kerja
kelompok masing-masing dan peserta dari kelompok lain diminta untuk menanggapi
Pada akhir sesi fasilitator memandu kelompok menarik kesimpulan atau gambaran
umum tentang Mitra Potensial dalam pelaksanaan PHBS-RT

4. Bentuk Mobilisasi Sosial


Ada beberapa bentuk mobilisasi sosial, diantaranya:
a.
Kampanye
Digunakan dalam rangka mensosialisasikan isu strategis yang telah
dikembangkan kepada berbagai sasaran seperti: masyarakat, organisasi
profesi, lintas sektor, lembaga di masyarakat (LSM, PKK dan lainlain), tokoh masyarakat, tokoh agama, swasta/dunia usaha dan lainlain sesuai kondisi daerah masing-masing. Tujuan yang ingin dicapai
melalui kampanye diharapkan akan menumbuhkan kesadaran dan rasa
memiliki serta terpanggil untuk berpartisipasi sesuai dengan perannya
dalam menyelesaikan isu tersebut.
Langkah kegiatan dalam menyelenggarakan kampanye :
1) Menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan kampanye PHBSRT. Ada beberapa peristiwa yang dapat dipilih, seperti Hari CTPS
Sedunia (World Handwashing Day) dan hari-hari penting lainnya yang
menurut situasi dan kondisi wilayah setempat memang tepat untuk
melakukan kegiatan kampanye PHBS-RT, misalnya: Hari Kesehatan
Sedunia, Hari Kesehatan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, Hari
Anak Nasional, Hari Jadi Kabupaten/Kota setempat dan lain-lain.
Dalam menentukan waktu tersebut perlu dimusyawarahkan dengan
lintas program, lintas sektor, Bupati/Walikota dan lain-lain pihak
terkait.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

145

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2) Mengundang lintas program, lintas sektor dan lain lain pihak terkait
untuk membahas pelaksanaan dan pengorganisasian kampanye
agar ada kejelasan rencana kegiatan serta penanggung jawab
untuk setiap kegiatan. Buatlah Matriks untuk kejelasan jadwal waktu
pelaksanaan setiap kegiatan sampai hari pelaksanaan (Hari- H).
Tabel 3. Matriks Jadwal Kegiatan Kampanye

NO

Waktu/
Tanggal

Kegiatan

Tujuan

Penanggung
Jawab

Tempat

3) Membuat pesan kampanye. Sesuaikan pesan kampanye dengan


permasalahan PHBS-RT yang ada di wilayah tersebut, atau tujuan
yang ingin dicapai. Apabila kampanye dilakukan dalam rangka
peringatan Hari Kesehatan Sedunia, sebaiknya pesan kampanye
disesuaikan dengan tema Hari Kesehatan Sedunia pada tahun
tersebut. Mintalah pendapat orang yang ahli dalam menentukan
pesan kampanye.
4) Mengidentifikasi tokoh masyarakat, tokoh agama serta lembaga
kemasyarakatan yang akan menjadi penggerak masyarakat dalam
mendukung keberhasilan kampanye PHBS-RT serta melibatkan
mereka.
5) Melakukan beberapa kali pertemuan untuk memastikan bahwa
semua kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.
6) Melaksanakan kampanye PHBS-RT pada waktu yang telah
ditentukan
7) Memantau pelaksanaan meliputi:
Tercapai tidaknya sasaran kampanye
Tercapai tidaknya tujuan kampanye.
Sesuai tidaknya penyelenggaraan proses dengan rencana.

146

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

8) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil pemantauan


Melakukan evaluasi ada tidaknya dampak dari kampanye, baik
positif atau negatif. serta menentukan langkah tindak lanjutnya.
9) Memelihara kemitraan yang telah terjalin dengan melakukan
hubungan komunikasi secara periodik.
b.

Penyuluhan Kelompok
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
kelompok masyarakat melalui berbagai metode dan media penyuluhan.
Tujuannya adalah agar kelompok tersebut terlibat secara aktif atau
memberi kontribusi yang nyata dalam pelaksanaan PHBS-RT.
Pesan yang disampaikan dalam penyuluhan kelompok antara lain:
1) Kejelasan tentang PHBS-RT dan program yang dilaksanakan.
2) Kejelasan tentang peran yang diharapkan dari kelompok masyarakat
3) Komitmen terhadap peran dan kontribusi pelaksanaan PHBS-RT
dalam bentuk tindakan nyata.
Langkah-langkah penyuluhan kelompok:
1) Merumuskan tujuan penyuluhan kelompok yang ingin dicapai,
apakah sebatas penyadaran/pengetahuan, atau sampai terjadi
perubahan sikap dan atau perilaku.
2) Menentukan siapa sasaran, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3) Menyiapkan pesan/informasi yang akan disampaikan/dibahas,
kemudian dikemas secara jelas, menarik dan mudah dipahami.
4) Menentukan metode yang akan digunakan untuk penyampaian
pesan tersebut. Metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai serta kelompok sasaran. Dapat berupa ceramah tanya
jawab, diskusi kelompok, simulasi dan lain-lain.
5) Menyiapkan alat bantu dan media yang akan digunakan, yang akan
mendukung tercapainya penerimaan pesan oleh sasaran.
6) Membuat rencana pelaksanaan (waktu, tempat, pembicara dari
tokoh masyarakat dan lain-lain)
7) Melaksanakan penyuluhan kelompok sesuai dengan rencana.
Harus diusahakan agar tepat waktu, jangan membiarkan sasaran
menunggu lama.

c.

Diskusi Kelompok
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah PHBS-RT

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

147

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

melalui metode diskusi kelompok. Dalam hal ini peserta diskusi dapat
bervariasi, terdiri dari berbagai kalangan di masyarakat yang sama-sama
memiliki kepedulian terhadap pelaksanaan PHBS-RT. Dengan metode
diskusi kelompok justru peserta yang secara aktif membahas tentang
pelaksanaan PHBS-RT di wilayahnya serta apa yang bisa diperankan
oleh masing-masing. Diskusi kelompok sebaiknya dilaksanakan secara
berkala dan berkesinambungan, karena untuk membahas masalah
pelaksanaan PHBS-RT dan penanggulangannya tidak cukup satu atau
dua kali pertemuan.
Apabila anggota kelompok diskusi adalah orang-orang yang setara
untuk membahas satu masalah tertentu, maka dapat digunakan metode
Diskusi Kelompok Terarah/DKT (Focus Group discussion/FGD).
d.

Kunjungan Rumah
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dari keluarga agar terjadi perubahan perilaku sehubungan dengan TB.
Kunjungan rumah dapat menjadi suatu gerakan mobilisasi sosial apabila
dilaksanakan secara serentak atau bersamaan, paling tidak pada waktu
yang tidak terlalu jauh, kepada sejumlah sasaran keluarga.

e.

Konseling
Digunakan untuk membantu menggali alternatif pemecahan masalah
pelaksanaan PHBS-RT dalam suatu keluarga. Konseling tidak hanya
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan akan tetapi juga oleh anggota
masyarakat dengan kriteria tertentu yang sebelumnya sudah dilatih
dalam hal konseling PHBS-RT. Dengan demikian dapat menjangkau
sasaran yang banyak.
Sebagai contoh keberhasilan mobilisasi sosial adalah kegiatan
gotong-royong berkaitan dengan pelaksanaan PHBS-RT seperti
arisan pengadaan jamban rumah tangga, penataan dan pemeliharaan
lingkungan perumahan dan lain-lain yang bermanfaat dalam mengurangi
penularan/penyebaran penyakit menular. Kampanye pelaksanaan
PHBS-RT yang menggunakan peluang Peringatan Kesehatan Sedunia,
dengan pendekatan kepada pengusaha dan industri lokal dapat
membuahkan keterlibatan dan dukungan terhadap pelaksanaan PHBSRT, misalnya menjadi sponsor pelaksanaan PHBS-RT.
Dalam menentukan bentuk mobilisasi sosial dapat digunakan tabel
berikut:

148

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tabel 4. Matriks Identifikasi Bentuk Mobilisasi Sosial


Tujuan Mobilisasi
Sosial

Sasaran

Bentuk Upaya

Mitra Potensial

Peran Mitra

Sampai disini anda dapat mengerjakan Latihan 2, yaitu latihan


Menentukan bentuk mobilisasi sosial yang sesuai di wilayah kerja
anda.
Latihan 2.
Mengidentifikasi bentuk mobilisasi sosial
Pelaksanaan PHBS-RT di wilayah kerja
Setelah penyajian materi oleh narasumber, peserta kemudian dibagi
dalam kelompok sesuai asal kabupaten/kota. Masing-masing
kelompok mencoba mengidentfikasi bentukbentuk mobilisasi sosial
pelaksanaan PHBS-RT sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah
masing-masing. Bahan diskusi bersumber dari paparan narasumber
dan data-data PHBS-RT lokal yang telah disiapkan masing-masing
peserta, hasil Analisis Masalah PHBS-RT dan Perkembangan
Penanggulangannya, seperti pada hasil Identifikasi Mitra Potensial
pada latihan 1.
Tugas Kelompok:
1. Tuliskan kembali hasil Analisis Masalah PHBS-RT dan Identifikasi
Mitra Potensial tersebut agar dapat dibaca oleh semua anggota
kelompok.
2. Didalam kelompok peserta mengidentifikasi bentuk mobilisasi sosial
yang sesuai, dalam rangka mencapai tujuan mobilisasi.
3. Secara curah pendapat setiap anggota kelompok menyampaikan
pendapatnya tentang bentuk mobilisasi sosial yang sesuai di
wilayah kerja.
4. Kelompok diharapkan mampu menjawab pertanyaan berikut :
a. Apa bentuk-bentuk mobilisasi sosial yang menurut kelompok
sesuai dengan kondisi wilayah kerja? Lakukan curah pendapat
agar semua anggota kelompok aktif berperan dalam diskusi.
Pilihlah dua bentuk mobilisasi sosial yang paling sesuai.
b. Kemukakan apa alasan memilih bentuk mobilisasi sosial
tersebut?
Hasil diskusi/kerja kelompok ditulis dalam kartu metaplan atau kertas
flipchart dan ditempelkan di tempat yang telah disediakan berdasarkan
kabupaten/kota masing-masing. Hasil diskusi dituangkan dalam
bentuk matriks/tabel 4 sebagaimana yang telah dipaparkan.
Pleno
Setiap kelompok/perwakilan kelompok diminta mempresentasikan
hasil diskusi masing-masing dan peserta dari kelompok lain diminta
untuk menanggapi.
Pada akhir sesi fasilitator memandu kelompok menarik kesimpulan
atau gambaran umum tentang bentukbentuk mobilisasi sosial
pelaksanaan PHBS-RT.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

149

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 3.
PENYUSUNAN PERENCANAAN DENGAN MEMBUAT RANCANGAN CARA
UNTUK MENDAPAT DUKUNGAN SOSIAL
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan banyak
pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan tindakan untuk
waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik merupakan pekerjaan berat
karena menyangkut masa depan yang tidak pasti.
Perencanaan sebetulnya merupakan salah satu siklus dari proses pemecahan
masalah yaitu bagaimana mengubah posisi yang ada saat ini ke posisi yang
diinginkan. Seorang perencana harus menentukan terlebih dahulu bagaimana posisi
presentasi keadaan yang ada pada saat ini, bagaimana yang seharusnya idealnya
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

"#
!!% !"!
!"

"#
$ #!#

"#
!!% !"!$


Dapat dikatakan bahwa suatu rencana adalah pemyataan tentang apa yang
ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Dengan demikian perencanaan
adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai, dan bagaimana
posisi yang ingin dicapai.
Perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai dan
bagaimana posisi yang ingin dicapai.
Langkah-Langkah Merencanakan Cara Untuk Mendapat Dukungan Sosial
Beberapa Pemikiran Dasar
1. Dukungan Sosial merupakan bagian integral dari program kesehatan itu
sendiri. Ini berarti bahwa materi/model dukungan sosial program kesehatan
harus sudah dibuat dan dikembangkan sejak perencanaan program itu
sendiri.

150

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Perencanaan Dukungan Sosial merupakan kegiatan bersama (kegiatan tim) yang


melibatkan :
a. pimpinan dan pelaksana program yang bersangkutan
b. petugas latihan dan penelitian
c. petugas dari pihak sasaran/mitra
d. masyarakat (jika perlu)
Sifat serta derajat keterlibatan masing-masing pihak berbeda-beda, tergantung
kebutuhan dan tingkat administrasi dimana perencanaan itu berlangsung.
Perencanaan Cara Untuk Mendapat Dukungan Sosial didasarkan atas
pengetahuan yang cukup tentang :
a. para pemegang/pimpinan serta pelaksana program yang memiliki persepsi
yang besar serta sikap yang positif terhadap penyuluhan kesehatan.
b. dukungan kebijakan yang positif dari pimpinan.
c. tersedianya biaya untuk pelaksanaan langkah langkah kegiatan.
d. unit-unit pelaksana yang berfungsi dengan baik.
Rencana yang dihasilkan hendaknya :
a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat
b. Diterima oleh masyarakat
c. Sesuai dengan kebutuhan program
d. Didukung oleh kebijakan yang ada
e. Bersifat praktis dan dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat
Langkah-Iangkah dalam melakukan perencanaan
Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan diatas tadi, maka untuk
penyusunan perencanaan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah
Tindakan pertama yang penting ialah mengumpulkan data atau keterangan
tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan
maupun untuk data awal (data based) sebagai pembanding dalam rangka
evaluasi.
b. Mengenal masalah
Dalam rangka mengenal masalah, kegiatan yang perlu dilakukan secara
berturut-turut adalah:
1)
Mengenal program yang akan ditunjang dengan Dukungan Sosial/ Bina
Suasana.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

151

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2)

3)

Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.


Misalnya dalam program PHBS RT, masalah yang akan ditanggulangi
adalah Diare yang bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
gizi.
Dasar-dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan
masalah yang akan dipecahkan itu dalam arti:
- Bagaimana pandangan para pimpinan (administrator) dan juga
para ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah mereka
menganggap masalah tersebut memang perlu mendapat perhatian/
prioritas untuk ditanggulangi?
- Bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah ini, apakah
mereka mengganggap masalah ini merupakan prioritas bagi mereka?
- Apakah memang masalah tersebut bisa dipecahkan dan apakah
dukungan sosial dapat berperan?

c. Mengenal masyarakat
Program yang akan direncanakan adalah untuk masyarakat. Karena itu
sudah jelas bahwa siapapun yang merencanakan program, harus mengenal
masyarakat dalam segala segi kehidupannya. Sehubungan dengan
perencanaan penggalangan dukungan sosial yang perlu dikenal tentang
masyarakat ini antara lain adalah:
1)
Jumlah penduduk
- Jumlah penduduk keseluruhan menurut golongan umur
- Kelompok-kelompok khusus risiko tinggi, seperti ibu hamil, ibu
menyusui, PUS, dan lain-lain yang kira-kira dibutuhkan dalam
menyusun perencanaan
- Jumlah balita.
2)
Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
- Tingkat pendidikan (buta huruf dan sebagainya)
- Norma-norma setempat, pantangan-pantangan, dan sebagainya
sehubungan dengan perilaku yang diharapkan
- Agama
- Pola kepemimpinan setempat, artinya kelompok-kelompok mana
saja yang berpengaruh, hubungan pemuka masyarakat satu sama
lainnya dan sebagainya. Siapa-siapa. yang berpengaruh mengambil
keputusan di masyarakat, dan siapa-siapa yang berpengaruh
dalam mengambil keputusan dalam keluarga.
- Pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial, pemuda,
kemasyarakatan dan LSM serta dunia usaha yang ada.
- Tingkat ekonomi masyarakat serta jenis mata pencaharian
masyarakat serta pola konsumsi masyarakat.

152

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3)

4)

5)

Pola komunikasi di masyarakat


- Bagaimana berita menyebar di masyarakat
- Siapa-siapa sebagai sumber berita informasi di masyarakat
- Pusat-pusat penyebaran informasi di masyarakat seperti misalnya
di cafe-cafe, warung kopi, pos jaga, pertemuan sosial seperti arisan
dan sebagainya.
- Saluran komunikasi yang ada di masyarakat, seperti radio, surat
kabar, pengeras suara di masjid, media transional dan sebagainya.
Sumber daya (resources)
- Sumberdaya apa saja yang dimiliki masyarakat baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat secara keseluruhan yang bisa
dipergunakan oleh mereka untuk perubahan perilaku seperti yang
diharapkan.
- Sumberdaya apa saja yang ada baik pada institusi pemerintah
maupun swasta yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk
perubahan perilaku Misalnya Posyandu untuk mendapatkan
pelayanan imunisasi, KB dan lain-lain.
- Sumberdaya apa saja yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta
dan juga yang sudah ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan
untuk mendapatkan dukungan sosial, misalnya tempat pertemuan,
pengeras suara di masjid, dan sebagainya
Khusus mengenai sumberdaya tenaga, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Jumlah pejabat fungsional penyuluh kesehatan masyarakat yang
ada
- Jumlah pejabat fungsional lainnya
- Macam-macam kategori tenaga kesehatan yang ada yang dapat
dimanfaatkan/dilibatkan dalam penyuluhan kesehatan yang akan
dilaksanakan.
- Tugas pokok masing-masing kategori tenaga kesehatan. Perkiraan
tugas apa yang dapat dilakukan untuk membantu pejabat fungsional
penyuluh kesehatan masyarakat pelatihan/pendidikan yang pemah
diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan yang pemah diperoleh
masing-masing tenaga kesehatan
- Bimbingan yang diterima di bidang penyuluhan kesehatan oleh
masing-masing jenis tenaga kesehatan dan dari siapa
- Kesulitan pokok yang harus diatasi dalam melibatkan tenaga
kesehatan lain dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan bagi
program yang bersangkutan
- Adakah tenaga-tenaga di institusi lain baik pemerintah maupun
swasta/LSM, dunia usaha dan masyarakat yang dapat membantu
upaya penggalangan dukungan sosial.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

153

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6)

7)

Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap program-program


sebelumnya, dan bagaimana sikap mereka terhadap pelayanan yang
diberikan, terhadap para petugas dan sebagainya.
- Yang mana dari sikap ini mempunyai pengaruh positif terhadap upaya
penggalangan dukungan sosial kesehatan yang direncanakan.
- Yang mana yang mempunyai pengaruh negatif
- Bagian yang mana dari program tersebut yang memberikan
pengalaman pahit di masa lalu.
Apakah daerah tersebut banyak kontak dengan luar?

d. Mengenal wilayah
Program akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencana program
mengetahui dengan jelas situasi medan atau situasi lapangan yang dihadapi.
Yang perlu diketahui sehubungan dengan mengenal wilayah ini antara lain
adalah:
1)
Lokasinya, yaitu apakah:
- terpencil, tidak berbatasan dengan desa kecamatan lain
- apakah daerah tersebut daerah pegunungan, daerah pantai atau
daerah datar yang bukan pantai atau pegunungan
- apakah terjangkau oleh transportasi umum, dan sebagainya
2)
Sifatnya, yaitu :
- kapan musim hujan, kemarau panjang dan sebagainya
- daerah kering atau cukup air
- daerah banjir, pasang surut atau daerah rawan gempa dan
sebagainya
- daerah perbatasan, dan lain-lain
e. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penggalangan dukungan sosial harus sejalan dengan
prioritas masalah yang ditentukan oleh program yang ditunjang. Penyuluhan
kesehatan hendaknya tidak menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan
menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri.
Penentuan prioritas dapat berdasarkan bebagai pertimbangan, antara lain :
berdasarkan magnitude masalah tersebut, hingga diperlukan prioritas
penanggulangannya
berdasarkan pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik negara,
dan sebagainya
berdasarkan sumberdaya yang ada.

154

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah-Iangkah menentukan prioritas masalah yaitu sebagai berikut :


1) Menetapkan parameter
Ada beberapa parameter yang perlu ditetapkan atas kesepakatan kelompok :
a)
Menentukan besamya masalah (prevalensi)
Besamya masalah adalah banyak anggota masyarakat yang kena
masalah tersebut. Jika semakin banyak anggota masyarakat yang
merasakan masalah tersebut, maka harus diprioritaskan .

b)

Kelompok harus menentukan faktor-faktor apa saja yang dapat


digunakan untuk menentukan masalah ditentukan oleh:
- Persentase penduduk yang terkena efek langsung masalah tersebut
- Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh
karena masalah tersebut.
- Besamya kerugian-kerugian yang dialami penduduk ?
Menentukan berat ringannya akibat yang ditimbulkan (severity) Berat
ringannya akibat yang timbulkan dari masalah tersebut, artinya semakin
berat akibat yang ditimbulkan oleh masalah bagi masyarakat berarti
masalah tersebut mendapat prioritas.
Pada langkah ini kelompok banyak menggunakan data kuantitatif untuk
menentukan nilai, oleh karena itu penilaiannya bersifat subjektif.
Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan berat ringannya akibat
yang ditimbulkan dari masalah tersebut ialah:
- Tingkat urgensinya, artinya apakah masalah tersebut memang harus
segera diatasi.
- Kecenderungannya, artinya apakah masyarakat yang terkena
masalah tersebut makin lama makin bertambah banyak atau
meningkat.
- Tingkat keganasannya, artinya apakah masalah tersebut bersifat
akut, maksudnya jika masyarakat terserang atau terkena masalah
tersebut pada pagi hari maka malamnya kalau tidak segera ditolong
akan meninggal dunia. Contohnya bila masyarakat tersebut Diare
atau keracunan makanan, dalam keadaan demikian harus diberi
score yang tinggi.

c)

Menentukan keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah


tersebut (degree of unmetneed), untuk menanggulangi suatu masalah,
bukan hanya keinginan dari petugas saja, akan lebih baik jika keinginan
masyarakat yang berkeinginan untuk membantu menyelesaikannya.
Jika ada dukungan dan motivasi yang tinggi dari masyarakat, maka
masalah tersebut akan mudah diatasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

155

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d)

Menentukan rasa prihatin masyarakat terhadap masalah tersebut (public


concern)
Masyarakat merasa prihatin jika masalah tidak atau belum ditanggulangi.
Sebagai contoh, biaya berobat di puskesmas cukup mahal dibandingkan
dengan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat tidak mampu
untuk berobat ke puskesmas. Dalam hal ini masyarakat tidak bisa protes
kepada petugas puskesmas hanya mereka menjadi prihatin dengan
keadaan yang demikian.

e)

Menentukan sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk


mengatasi masalah tersebut (resources availability).
Masyarakat bersama petugas merasa adanya kemudahan-kemudahan
dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh karena adanya sumberdaya
yang tersedia dalam bentuk dana, sarana, tenaga, waktu, teknologi
yang tepat guna untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebagai
contoh kekurangan vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah
mendapat vitamin A pada balita, karena masyarakat mudah mendapat
vitamin A dosis tinggi di puskesmas atau Posyandu, hal ini berarti
adanya teknologi yang tepat guna untuk mengatasi kekurangan vitamin
A atau penyakit buta senja, dan mudah mendapatkan sumber-sumber
vitamin A di pedesaan seperti makan sayur daun hijau, buah pepaya,
tomat, hal ini berarti masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak uang
untuk mencegah kekurangan vitamin A.

2) Menetapkan nilai terhadap parameter


Setelah parameter seperti diatas ditetapkan, masing-masing masalah
diberi nilai sesuai dengan parametemya, hal ini dilaksanakan agar dapat
membandingkan satu parameter dengan parameter lainnya.
Biasanya nilai yang diberikan berkisar antara 1-5.
Berilah nilai pada setiap parameter diatas. Cara melakukan penilaian ialah
dengan memberikan angka 5 bila masalahnya besar, angka 3 masalahnya
sedang dan angka 1 bila masalahnya kecil. Masalah yang jumlah nilainya
paling tinggi adalah prioritas masalah yang dicari.

156

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Secara sederhana cara scoring technique ini dapat digambarkan dalam


bagan sebagai berikut :
NO

PARAMETER

1
2
3

Besamya masalah (prevalence)


Berat ringannya (severity)
Keinginan masyarakat (degree of unmeet
need)
Keprihatinan masyarakat (public concem)
Sumber daya yang tersedia (resources
availability)

4
5

f.

MASALAH
B
C

Merumuskan tujuan Dukungan Sosial


Merumuskan tujuan Dukungan Sosial merupakan salah satu langkah
yang paling penting dalam perencanaan cara untuk mendapatkan
Dukungan Sosial karena seringkali dijumpai bahwa kita dengan mudah
dapat menje!askan kegiatan-kegiatan yang sedang kita lakukan, tetapi
apabila kita diminta menyebutkan secara spesifik apa sebenamya yang
ingin kita capai atau wujudkan melalui kegiatan tersebut, kadangkala
menjadi bingung. Pengertian tujuan secara umum dapat didefinisikan
sebagai berikut :
Tujuan adalah suatu pemyataan atau gambaran tentang suatu keadaan
dimasa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatankegiatan tertentu yang telah direncanakan.
Dalam perencanaan penyuluhan kesehatan, cara merumuskan tujuan
Dukungan Sosial hendaknya berkaitan dengan perubahan perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan.
Secara sangat sederhana, tahap-tahap penyuluhan / penyuluhan
kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut :
Tujuan Jangka


!
!"


!! 

- "#

- 
- " 

- !







""#!
!"

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

157

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Melihat gambar diatas, jelas bahwa tujuan jangka panjang Dukungan


Sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
tujuan jangka menengah adalah perilaku hidup bersih dan sehat sedang
tujuan jangka pendeknya adalah terciptanya pengetahuan, sikap, norma,
dan keterampilan yang diharapkan. Perlu diingat, bahwa terciptanya
pengetahuan, sikap, norma, keterampilan tersebut tidak selalu akan menuju
kepada terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat. Sebab itu, yang lebih
penting adalah tujuan terciptanya perilaku hidup sehat.
Yang mana pun yang akan dipilih sebagai tujuan, yang penting bahwa tujuan
harus dibuat realistis (bisa dicapai), bisa diukur. Hal ini perlu diperhatikan
agar evaluasi penggalangan dukungan sosial dapat dilakukan dengan baik.
Bila program yang akan dikembangkan dari sisi penggalangan dukungan
sosial sekarang ini sudah berjalan beberapa lama, perlu dilakukan review
apa yang sedang dan sudah dilaksanakan, misalnya :
- seberapa jauh penggalangan dukungan sosial sudah dijalankan pada
waktu yang lalu
- kalau sudah ada, apa tujuan penggalangan dukungan sosial pada
waktu itu,
- apa kegiatan penggalangan dukungan sosial yang dilaksanakan pada
waktu itu, dan bagaimana hasilnya. Ini perlu agar kita dapat menentukan
tujuan baru.
Berdasarkan semua informasi tersebut, ditentukan penggalangan
dukungan sosial yang akan dikembangkan sekarang yaitu tujuan jangka
pendek, menengah, dan panjang.
Cara Merumuskan Tujuan Penggalangan Dukungan Sosial
Sebelum kita membahas bagaimana cara merumuskan tujuan penggalangan
dukungan sosial, ada baiknya kita mengetahui pengertian, tujuan umum
penggalangan dukungan sosial, dan tujuan khususnya penggalangan
dukungan sosial.
Tujuan umum penggalangan dukungan sosial ialah tercapainya perilaku
sehat masyarakat sebagai akibat dari adanya dukungan sosial terhadap
program kesehatan.
Tujuan umum dukungan sosial bersifat abstrak artinya ukurannya tidak
jelas dan bersifat jangka panjang artinya tidak jelas kapan tujuan tersebut
akan dicapai.

158

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tujuan khusus dukungan sosial adalah suatu pelaksanaan perumusan


perilaku yang meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku
sebagai akibat adanya dukungan sosial terhadap program kesehatan.
Penting : Tujuan khusus dukungan sosial harus jelas, realitas (bisa
dicapai) jelas ukurannya, jelas waktunya yaitu kapan mau dicapai,
jelas lokasinya dan jelas sasarannya. Agar penilaian dukungan
sosial dapat dilaksanakan dengan baik.
g.

Menentukan sasaran penggalangan dukungan sosial terhadap program


kesehatan.
Sasaran program dan sasaran penggalangan dukungan sosial terhadap
program kesehatan tidak selalu sama. Dalam sasaran penggalangan
dukungan sosial terhadap program kesehatan yang dimaksud dengan
sasaran ialah kelompok sasaran, yaitu individu atau kelompok. Sasaran
ini dibagi lagi ke dalam sasaran primer, sekunder dan tertier serta dipilih
lagi menurut tatanan yang ada, apakah tatanan rumah tangga, institusi,
tempat kerja, dan tempat-tempat umum. Menentukan kelompok
sasaran menyangkut pula soal strategi.

h.

Menentukan bentuk dukungan sosial terhadap program kesehatan


Setelah tujuan dan sasaran ditentukan, dan setelah mengenal situasi
dan masalah serta latar belakang sasaran, maka bentuk dukungan
sosial terhadap program kesehatan dapat ditentukan.
Dalam bentuk dukungan sosial terhadap program ini harus dikemukakan
juga apa keuntungannya jika sasaran melaksanakan apa yang dianjurkan.
bentuk dukungan sosial terhadap program harus dituangkan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh khalayak sasaran, dan pesannya
tidak ruwet, melainkan applicable untuk dilaksanakan dengan kondisi
dan situasi yang mereka miliki, atau yang dapat dilaksanakan oleh
khalayak sasaran.

i.

Menentukan metode penggalangan dukungan sosial terhadap program


kesehatan
Setelah materi ditentukan, maka perlu ditentukan bagaimana caranya
melaksanakan dukungan sosial terhadap program kesehatan tersebut
kepada khalayak sasaran, agar tujuan dukungan sosial terhadap program
kesehatan tersebut dapat tercapai. Metoda atau cara penggalangan
dukungan sosial terhadap program kesehatan, tergantung pada tujuan
penggalangan dukungan sosial terhadap program kesehatan yang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

159

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

ingin dicapai. Tujuan penggalangan dukungan sosial terhadap program


kesehatan kesehatan dapat dikelompokkan mencakup 3 hal yang penting
yaitu (1) Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang
ber PHBS,(2)Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta
peraturan formal maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT
ber PHBS, dan (3) Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok
potensial dalam meningkatkan cakupan RT ber PHBS
j.

Menentukan media dukungan sosial terhadap program kesehatan


Bila misalnya telah ditentukan akan mempergunakan pendekatan
massa, maka selanjutnya masih perlu ditentukan apa media yang akan
dipergunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster,
pembuatan film, siaran di radio, TV, surat kabar dan sebagainya.

k.

Menentukan format monitoring dan evaluasi


Format monitoring dan evaluasi harus dirancang bersama dengan
perumusan tujuan penggalangan dukungan sosial, agar seluruh proses
penyuluhan dapat dipantau dan dievaluasi pokok tujuan penyuluhan
tercapai atau tidak.

B. Manfaat Perencanaan
Perencanaan yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengurangi risiko ketidakpastian
Dalam organisasi yang semakin kompleks dan berbeda dalam lingkungan
yang selalu berubah, seorang perencana memerlukan cara-cara yang lebih
baik, untuk melakukan tugasnya. Perencanaan tidak dapat lagi bersikap
sebagai pemadam kebakaran karena semakin beragamnya persoalan
yang dihadapi. Yang diharapkan sekarang adalah mencegah terjadinya
kebakaran.
Melalui cara-cara yang lebih rasional dan berdasar, seorang perencana dapat
mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi dalam pekerjaannya. Dengan
perencanaan yang baik pula seorang perencana dapat mencoha untuk
mempengaruhi apa yang akan terjadi dikemudian hari.
2. Memusatkan perhatian pada khalayak sasaran
Perencana yang baik memungkinkan perencana dapat menggunakan sumber
daya yang dimilikinya secara lebih efisien. Perencana dapat menangani
beberapa kegiatan secara simultan dan memberikan perhatian yang cukup
pada masing-masing kegiatan.

160

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain


Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang utama. Melalui perencanaan
maka fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pemantauan dan evaluasi
diatur. Perencanaan memungkinkan kita untuk mengukur keberhasilan
pelaksanaan tugas dengan cara membandingkan hasil (realisasi) dengan
rencana. Dari situ kita dapat menilai apakah program telah terlaksana
dengan baik. Secara singkat dapat kita katakan bahwa pelaksanaan proses
manajemen yang efektif harus diawali dengan perencanaan yang baik.
C. Ciri Perencanaan Yang Baik
Untuk dapat merencanakan dengan baik, beberapa hal pokok yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Adanya pengetahuan yang mantap tentang tugas pokoknya
Seorang perencana yang tidak mengetahui tugas pokoknya akan membuat
rencana yang salah. Tanpa mempunyai dasar pengetahuan yang mantap,
rencana yang dibuat mungkin tidak dapat dijalankan atau tidak efisien.
2. Adanya batas toleransi atas penyimpangan
Pelaksanaan suatu rencana mungkin saja menyimpang dari apa yang telah
ditentukan. Meskipun demikian rencana yang dibuat harus mempunyai batas
toleransi penyimpangan jika kita tidak ingin rencana tersebut kehilangan arti.
3. Memperhatikan sumberdaya yang dimiliki
Seorang perencana harus mengenal sumber daya yang dimilikinya. Ia harus
memastikan bahwa rencana yang dibuat cukup praktis ditinjau dari sudut
pandang kemampuan dan keahlian/keterampilan pelaksananya. Disamping
itu perencana harus yakin bahwa ia mampu untuk mengadakan/mengerahkan
sumber daya yang diperlukan.
4. Fleksibilitas
Rencana yang memiliki fleksibilitas memungkinkan diadakannya perubahanperubahan didalam rencana tanpa mengganggu perencanaan itu sendiri atau
mempengaruhi hasil akhimya. Dalam pelaksanaan rencana mungkin saja
diperlukan perubahan-perubahan karena tuntutan situasi.
5. Melihat kemungkinan adaptasi
Sebelum menyusun suatu rencana sebaiknya seorang perencana meninjau
apakah rencana yang serupa pemah dilakukan. Jika rencana yang serupa
sudah pemah dilakukan sebelumnya maka perencana mungkin hanya perlu
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana yang terdahulu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

161

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6. Memperhatikan kendala-kendala
Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendalakendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Tidak
seorang perencana pun yang tidak mempunyai kendala ataupun dibatasi
oleh aturan-aturan baik dari pemerintah, masyarakat maupun lingkungan
fisik. Hal penting juga yang harus diperhatikan adalah batasan-batasan yang
ditentukan oleh organisasi dimana perencana itu berada misalnya peraturan,
prosedur, dan kebijakan yang telah disusun serta keterkaitan rencana satu
dengan lainnya.
D. Macam-Macam Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) Lamanya (durasi), (2) Fungsi
atau Penggunaannya dan (3) Cakupannya (scope).
a. Perencanaan berdasarkan Lamanya (durasi)
Setiap perencanaan dapat digolongkan berdasarkan waktu pelaksanaannya.
Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu
yang singkat, sedangkan rencana jangka panjang dalam waktu yang lebih
lama.
Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan mungkin sudah
merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya untuk pimpinan tingkat atas,
rencana 6 bulan tersebut dapat dianggap rencana jangka pendek. Terlepas
dari waktunya, rencana operasional seringkali digolongkan ke dalam rencana
jangka pendek jika rencana tersebut merupakan bagian dari rencana yang
lebih besar.
Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah. Keterlibatan
seseorang dalam perencanaan jangka panjang semakin besar dengan
semakin tingginya tingkatan seseorang.
b. Perencanaan berdasarkan Fungsi
Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi operasional
manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan personalia.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini memungkinkan untuk menggambarkan
hubungan antar bagian/unit dan mempelajari adanya kemungkinan pengaruh
perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.
c. Perencanaan berdasarkan Cakupan
adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada berapa cakupan
baik populasi ataupun lainnya untuk dapat dilaksanakan berdasarkan hasil
analisis

162

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Untuk mendapatkan perubahan perilaku pada masyarakat sasaran diperlukan


perencanaan yang baik, dalam menyusun perencanaan perumusan tujuan
program harus jelas dan memenuhi syarat-syarat tertentu agar monitoring
dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perumusan tujuan antara lain:
tujuan harus jelas dan mudah difahami (simpel)
tujuan harus bisa diukur (measurable)
tujuan harus bisa dicapai (achievable)
tujuan harus wajar dan tidak berlebihan (reasonable)
tujuan harus mempunyai tenggang waktu (time bound)
E. Rancangan Mobilisasi Sosial
Setelah dapat merumuskan langkah-langkah mobilisasi sosial, selanjutnya tim
membuat rancangan mobilisasi sosial, yang menggambarkan secara menyeluruh
tentang upaya mobilisasi sosial yang akan dilaksanakan di suatu wilayah, meliputi:
Tujuan mobilisasi sosial
Kelompok sasaran
Bentuk mobilisasi sosial
Langkah-langkah kegiatan
Dukungan sumber daya yang dibutuhkan
Waktu dan tempat pelaksanaan
Mitra potensial dan peran masing-masing
Hasil yang diharapkan
Rancangan mobilisasi sosial dapat dapat dibuat dalam matriks/tabel berikut:
Tabel 6. Matriks Rancangan Mobilisasi Sosial
Tujuan
Mobilisasi
Sosial

Sasaran

Bentuk
Upaya
Mobsos

Langkah
Kegiatan

Dukungan
Sumber
Daya yang
Dibutuhkan

Waktu
Pelaksanaan
& Tempat

Mitra
Potensial

Peran
Mitra

Hasil yang
diharapkan

Sampai disini anda sudah dapat mengerjakan Latihan 4, yaitu Latihan


Merancang Mobilisasi Sosial Gerakan PHBS RT di wilayah kerja anda.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

163

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Latihan 4
Merancang Mobilisasi Sosial
Gerakan PHBS RT di Wilayah Kerja
Setelah mengerjakan Latihan 1, 2 dan 3, sebagai kelanjutannya
kelompok diminta untuk merancang mobilisasi sosial di wilayah kerja.
Seperti halnya untuk latihan 1,2 dan 3, kelompok dibagi sesuai asal
kabupaten/kota.
Didalam kelompok peserta membuat rancangan mobilisasi sosial
Gerakan PHBS RT yang sesuai berdasarkan hasil latihan-latihan
sebelumnya. Dalam menyusun rancangan tersebut, kelompok
mengacu pada paparan tentang rancangan mobilisasi sosial yang
telah disampaikan oleh fasilitator.
Tugas Kelompok:

Kelompok melihat kembali hasil diskusi/latihan sebelumnya


berkaitan dengan mobilisasi sosial.
Ketua memandu kelompok melakukan curah pendapat untuk
menyusun rancangan mobilisasi sosial.
Kelompok diharapkan mampu menjawab pertanyaan berikut,
berdasarkan langkah-langkah mobilisasi sosial pada latihan 3 :
o Dukungan sumber daya apa yang dibutuhkan?
o Kapan waktu pelaksanaannya dan dimana?
o Siapa mitra potensial
o Apa peran masing-masing mitra?

Hasil diskusi/kerja kelompok ditulis dalam kertas flipchart sesuai


dengan matriks/tabel 6 yang telah dipelajari, dan ditempelkan di
tempat yang telah disediakan berdasarkan kabupaten/kota masingmasing.
Pleno
Setiap kelompok/perwakilan kelompok diminta mempresentasikan
hasil diskusi masing-masing dan peserta dari kelompok lain diminta
untuk menanggapi.
Pada akhir sesi fasilitator memandu kelompok menarik kesimpulan
atau gambaran umum tentang rancangan mobilisasi sosial Gerakan
PHBS RT .

164

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 4.
PELAKSANAAN PENGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL
A. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
1. Membangun forum komunikasi
2. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
3. Saling berbagi peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
potensinya.
4. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
dokumentasinya
5. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
6. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun rencana
tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang berkesinambungan
7. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
8. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang prinsipprinsip kemitraan
9. Tidak meracuni komitmen
10. Menggalang sumberdaya / sumberdana serta potensi yang ada di masingmasing mitra.
Contoh Pelaksanaan Strategi Dukungan Sosial Larangan Merokok
No
.
1.

2.

3.

Sasaran
Individu:
- Komisi E DPRD
se-Bali
- Bupati/ walikota
se-Bali
- Perahda Ida
MD. Gunung
- Prof. MD,
Bahdem
- I.Gd Prama
Kelompok:
- KNPI - PDGI
- PHDI - PHRI
- GOW - PWI
- IDI
- PKK
- IBI
- Koalisi Bali
Sehat
- Yayasan Citra
Usada
Sasaran massa

g
Tujuan

Kegiatan

g
Metode

Indikator

Memberi
dukungan
moral

Diseminasi
informasi

Sarasehan

- Adanya daftar
hadir
- Adanya
komitmen

Memberi
dukungan
moral

Diseminasi
informasi

Lokakarya
mini

- Adanya daftar
hadir
- Adanya
komitmen

Meningkatkan
pemahaman
pada bahaya
merokok

Sosialisasi
melalui media
elektronik

Pertunjuka
n
tradisional
Bondres

Ada kelompokkelompok
masyarakat yang
sudah tidak
merokok.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

165

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

VI.

Referensi
Standar Kurikulum Pelatihan Pengangkatan Pertama JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHTAN MASYRAKAT
Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan dengan Lembaga Swadaya,
Pusat Promosi Kesehatan-Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Drs.
Dachroni,MPH
Kemitraan dengan sektor swasta, Pusat Promosi Kesehatan-Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Drs. Dachroni,MPH, jkt, tahun 2001
Pedoman harmonisasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam rangkapercepatan pencapaian Tujuan Pembanguna Milenium (Milenium
Development Goals / MDGs)
Pembelajaran Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Mitra
Kementerian Kesehatan - Organisasi Kemasyarakatan dan Dunia Usaha, Pusat
Promosi Kesehatan-Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr.Lily S
Sulistyowati, MM, tahun 2012.
Pedoman Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Pusat Promosi KesehatanKementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2013.
Pedoman Penyelenggaraan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Pembangunan Kesehatan.
LAMPIRAN
1. Standar Kurikulum Pelatihan Pengangkatan Pertama JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHTAN MASYRAKAT

166

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 4
PELAKSANAAN PENYULUHAN
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

I.

Deskripsi Singkat
Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini disusun untuk
membekali para Jabatan Fungsional Terampil di Bidang Kesehatan agar mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mandiri, sehubungan dengan itu maka, upaya yang
langsung akan dirasakan oleh masyarakat yaitu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Mengingat pentingnya Konsep pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM terampil harus memahami
tentang pelaksanaan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat . Ruang lingkup
materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Tentang pemberdayaan masyarakat,
melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung, melaksanaan kegiataan pameran,
menyelia kesenian tradisional untuk penyuluhan , pelayanankonseling dan survey
mawas diri

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung
3. Melaksanakan kegiatan pameran
4. Menyelia kesenian tradisional untuk kegiatan penyuluhan kesehatan
5. Memberikan pelayanan koseling kepada individu / masyarakat
6. Membimbing dan membantu masyarakat dalam melakukan suvey mawas
diri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

167

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1.
Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pendekatan
e. Metode
f. Langkah-langkah
Pokok bahasan 2.
Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung.
Sub pokok bahasan:
a. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan massal dengan
1) Pemutaran film
2) Ceramah tanpa alat bantu
3) Ceramah dengan satu alat bantu
4) Ceramah dengan beberapa alat bantu
b. Pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Kelompok
1) Ceramah tanpa alat bantu
2) Ceramah dengan satu alat bantu
3) Cermah dengan beberapa alat bantu
c. Penyuluhan individu
1) Ceramah tanpa alat bantu
2) Ceramah dengan satu alat bantu
3) Cermah dengan beberapa alat bantu
Pokok bahasan 3.
Pelaksanakan kegiatan Pameran
Sub pokok bahasan:
1) Kaji bahan-bahan untuk pelaksanaan pameran dan hunting lokasi
2) Seleksi dan pembuatan materi/ media untuk kegiatan pameran
3) Pelaksanaan tugas sebagai pramuwicara pada pameran tingkat local

168

Pokok bahasan 4.

Penyelia kesenian tradisional kegiatan penyuluhan kesehatan

Pokok bahasan 5.

Pelayanan konseling kepada individu/ masyarakat

Pokok bahasan 6.

Pemberian bimbingan dan membantu kepada masyarakat


dalam melakukan survey mawas diri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (19 Jpl: 19 x 45
menit = 855 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengantar dan penjelasan tujuan pembelajaran (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan
pembelajaran serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi
ini.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Teori Melaksanakan
penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat (120 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Pelaksanaan
Penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat. Ada enam pertanyaan yang diajukan
kepada peserta secara bertahap, tahap awal pertanyaan yang disampaikan: 1)
pengertian pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan 2) Pelaksanaan kegiatan
penyuluhan langsung dan contoh, 3)Pelaksanan kegiatan penyuluhan kelompok,
4) pelaksaan kegiatan penyuluhan individu. Selanjutnya fasilitator melakukan
curah pendapat dengan mengajukan pertanyaan: 5) Pelaksanaan kegiatan
pameran 6)pelaksanaan konseling dan suvey mwas diri. Fasilitator mencatat
semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan
materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

169

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan


klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai
Langkah 3.
Penyampaian pokok bahasan 2 & 3. Praktek bermain peran di Kelas
Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung atau Melaksanakan kegiatan
pameran (120 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan jalan berhitung 1-4
kemudian nomor satu bergabung dengan nomor satu, nomor dua bergabung
dengan nomor 2, demikian seterusnya sampai terbentuk memjadi 4 kelompok.
b. Fasilitator meminta peserta melakukan diskusi kelompok dengan topik
Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung atau Melaksanakan kegiatan
pameran tentang Desa siaga aktif.
c. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok
d. Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
e. Fasilitator melakukan klarifikasi tentang
Melaksanakan kegiatan penyuluhan
langsung atau Melaksanakan kegiatan pameran tentang Desa siaga aktif serta
memberikan penegasan singkat tentang pentingnya kegiatan Melaksanakan
kegiatan penyuluhan langsung atau Melaksanakan kegiatan pameran tentang
Desa siaga aktif
Langkah 4.
Penyampaian pokok bahasan 4 & 5. Praktek bermain peran di Kelas
Menyelia kesenian tradisional untuk kegiatan penyuluhan kesehatan atau
Memberikan pelayanan konseling kepada individu/ masyarakat (120 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok (masih kelompok yang sama)
b. Masing-masing kelompok diskusi masalah kesehatan dari lembar kasus.
c. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok
d. Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
e. Fasilitator menjelaskan berdasarkan penyajian 4 kelompok tersebut adalah
f. Fasilitator menjelaskan berdasarkan penyajian empat kelompok tersebut adalah
Menyelia kesenian tradisional untuk kegiatan penyuluhan kesehatan atau
Memberikan pelayanan konseling kepada individu/ masyarakat
g. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

170

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

h. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan


klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 5.
Penyampaian pokok bahasan 6.
Praktek bermain peran di Kelas Membimbing dan membantu masyarakat
dalam melakukan survey mawas diri (120 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok
melakukan simulasi dan bermain peran sesuai skenario yang dibagikan , secara
bergantian kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain peran Musyawara Desa/
Kelurahan, kelompok 2 melakukan simulasi dan bermain peran Perencanaan
Partisipatif dan kelompok 3 melakukan simulasi dan bermain peran melakukan
kegiatan Promosi Kesehatan Melalaui Dasawisma
b. Setiap selesai simulasi dan bermain peran peserta diminta untuk memberikan
evaluasi
c. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran
fasilitator memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut
adalah menggambarkan penyelanggaraan desa dan kelurahan siaga aktif.
Langkah 6.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2.
Praktek Kerja Lapangan Melaksanakan Kegiatan Pameran. (360 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan persiapanyang harus dilakukan untuk PKL, peserta dibagi
menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jumlah RW dari desa/ kelurahan
lokasi PKL (setiap kelompok mengunjungi 1 RW ) setiap kelompok menunjuk
ketua, seketaris dan penyaji.Setiap kelompok menyusun agenda PKL. Insrumen/
panduan , dialog. Langkah ini sebaiknya dilakukan sehari sebelumdan diharapkan
peserta telah mendapat informasi profile desa bahkan profil kecamatan. (60 menit)
b. Masing-masing kelompok melakukan pengenalan kondisi di RW identifikasi masalah
kesehatan dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah, kesehatan
dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah, menganalisis situasi
di RW, perkembangan desa/ kelurahan siaga aktif, UKBM, potensi RW/ Desa/
kelurahan: tokoh masyarakat/ tokoh agama dan lain-lain , bantuan dukungan
yang diharapkan. Pengumpulan data ini dinamakan survey mawas diri (SMD).
Hasil musyawarah RW dibawa ke Musyawarah Desa/ Kelurahan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

171

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c. Melakukan musyawarah desa/ kelurahan dengan tujuan:


Mensosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan dan program
pengembangan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif
Kesepakatan tentang urusan prioritas masalah
Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan
kembali
Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
Mengalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengebangan Desa dan Kelurahan siaga aktif
Menyusun rencana partisipatif
d. Masing-masing kelompok menyusun laporan PKL, hasil PKL disajikan secara
pleno dan Fasilitatormemberikan feed back hasil PKL tersebut
e. Fasilitator menyampaikan simpulan tentang sesi PKL ini dengan menegaskan
peran dan fungsi peserta sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan dan fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan
apresiasi kepada peserta.
Langkah 7.
Kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa peran keberhasilan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dalam melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat
sangat penting, karena hasilnya sebagai dasar merencanakan kegiatan promkes
atau merancang intervensi perilaku dll.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu mengelola kegiatan
komunikasi dengan baik dan benar.

172

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude),
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
tindakan atau practice).
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,
dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta
aktif (berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan
B. Tujuan
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan
inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan.
Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam
dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
C. Sasaran
1. Sasaran Utama adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat
2. Sasaran pendukung adalah individu maupun kelompok yang berperan aktif
dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
yaitu petugas kesehatan, kader, tokoh masarakat, tokoh agama, tokoh adat,
TP.PKK, Organisasi Masyarakat, Organisasi Keagamaan, Pramuka, Organisasi
Pemuda, Organisasi Profesi, Media masa, lintas sektor dan swasta/ Dunia
Usaha.
3. Sasaran lainnya adalah penentu kebijakan yang mempunyai kewenangan
memberikan dukungan kebijakan dan sumbernya sasaran tersebut adalah RT,
RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati, Wali kota, BPD,DPRD,Ketua TpPKK.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

173

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

D. Pendekatan
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan
a) Makro, dilakukan dengan membangun komitmen di setiap jenjang, membangkitkan
opini masyarakat, menyediakan petunjuk teknis operasional atau petunjuk pelaksanaan
dan biaya operasional, serta monitoring dan evaluasi serta koordinasi; b) Mikro,
dilakukan dengan menggali potensi yang belum disadari masyarakat (potensi dapat
muncul dari adanya kebutuhan masyarakat) yang diperoleh melalui pengarahan,
pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian serta membuat modelmodel percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat.
1. Tingkat Pusat
a.
Persiapan :
Diseminasi informasi mengenai pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan kementerian/lembaga dan pihak
lain yang terkait termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Mengembangkan sistim database dan informasi terkait pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi.
b.

Perencanaan
Merencanakan teknis pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat dengan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait
termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

c.

dan

pembinaan

Pelaksanaan
Membentuk kelembagaan untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat pusat yang
beranggotakan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait termasuk
organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Menetapkan kebijakan yang mendukung operasionalisasi pelaksanaan
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Menerbitkan pedoman dan petunjuk teknis yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Mensosialisasikan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang
mendukung operasionalisasi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.

174

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas aparatur provinsi


dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
Melakukan pembinaan dan pendampingan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Provinsi.
Memfasilitasi stimulan untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan.
Menyelenggarakan sistim database dan informasi terkait pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi
di tingkat pusat.
d.

Monitoring Evaluasi
Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan pada lingkup nasional
Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada Kementerian
Kesehatan dan Kementerian/Lembaga terkait secara berkala
Melakukan evaluasi secara periodik. Pemantauan dan pengawasan
independen oleh berbagai pihak, baik secara internal maupun eksternal.
Hasil monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk
melakukan kegiatan yang berkelanjutan.

2. Tingkat Provinsi
a.
Persiapan
Diseminasi informasi upaya pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan di tingkat provinsi dengan dinas kesehatan dan SKPD serta
pihak lain yang terkait.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat provinsi
yang beranggotakan dinas kesehatan dan SKPD serta pihak lain yang
terkait.
b.

Perencanaan
Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

175

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat


bidang kesehatan yang bersumber dari APBN, APBD, Swasta/Dunia
Usaha dan masyarakat.
c.

Pelaksanaan
Menerapkan kebijakan yang sudah ditetapkan dari tingkat pusat.
Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
Menetapkan mekanisme koordinasi antar instansi terkait dengan seluruh
instansi yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat
Provinsi bersama SKPD dan pihak terkait.
Menyelenggarakan peningkatan kapasitas bagi petugas pelaksanaan,
yaitu pelatihan manajemen dan pelatihan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana untuk pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Melakukan pembinaan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Kabupaten/Kota.
Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi

d.

Monitoring dan Evaluasi


Pemantauan berkala terintegrasi mengenai perkembangan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkup provinsi secara
berkala.
Pemantauan dan pengawasan dilakukan oleh lembaga yang terbentuk
di tingkat provinsi sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pemantauan dan pengawasan independen dilakukan oleh berbagai
pihak baik secara internal maupun eksternal.

176

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan tingkat
provinsi secara berkala
Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi
ini digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
a.
Persiapan
Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
tingkat Kabupaten/Kota dengan SKPD dan pihak lain yang terkait.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan tingkat kabupaten/kota yang beranggotakan SKPD
dan pihak lain yang terkait.
b.

Perencanaan
Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
SKPD dan pemangku kepentingan terkait.
Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan yang bersumber dari dana APBN, APBD, Swasta/
Dunia Usaha dan masyarakat.

c.

Pelaksanaan
Menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat provinsi.
Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
Menetapkan mekanisme koordinasi antar dinas terkait dengan seluruh
dinas yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
Melakukan pembinaan teknis dan pendampingan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada
Kecamatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

177

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Menyelenggarakan peningkatan kapasitas mengenai pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan bagi aparatur desa/kelurahan, Kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan lembaga kemasyarakatan serta
pihak-pihak lain.
Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana dari APBD Kabupaten/
Kota dan sumberdaya lain untuk pelaksanaan dan pembinaan kegiatan
permberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan pada lingkup Kabupaten/Kota yang
terintegrasi.
d.

Monitoring Evaluasi
Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan lingkup Kabupaten/Kota secara berkala.
Pemantauan dan pengawasan oleh lembaga yang terbentuk di tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten/kota secara berkala.
Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi ini
digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang berkelanjutan.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas selanjutnya dilakukan di
tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan sesuai dengan kewenangannya.
Dengan
menerapkan
langkah-langkah
pelaksanaan
kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, maka keberhasilan
kegiatan yang dilakukan, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan dapat terukur dengan baik.

E. Metode
Berikut dapat digunakan beberapa metode dalam upaya pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta potensi
yang dimiliki:

178

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) atau penilaian desa secara


partisipatif
Merupakan teknik penilaian yang relatif terbuka, cepat dan bersih dibanding
dengan teknik kunjungan singkat sebagai sebuah metode penilaian. RRA
menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a.
review atau telaah data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan
lapangan,
b.
observasi lapangan secara langsung,
c.
wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
d.
pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
e.
studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
f.
pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
g.
pembuatan laporan lapangan secara cepat.
2. Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA)
Merupakan metode pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih
banyak melibatkan pihak dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku
kepentingan kegiatan) dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai
narasumber atau fasilitator. PRA merupakan metode penilaian keadaan
secara partisipatif yang dilakukan pada tahapan awal perencanaan kegiatan.
Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok yaitu penjajakan/pengenalan
kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan/ pengorganisasian kegiatan,
pemantauan kegiatan dan evaluasi kegiatan.
Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi :
a.
Penelusuran sejarah desa
b.
Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan
c.
Penyusunan kalender musim dan profil perubahan
d.
Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari)
1) Observasi langsung terhadap dinamika social
2) Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan
(pemetaan prasarana, bangunan, ruangan, sumberdaya alam dan
lokasi)
3) Pembuatan diagram kajian lembaga desa
4) Pembuatan bagan alur input-output
5) Bagan hubungan antar pihak (diagram venn)
6) Mengkaji mata pencaharian masyarakat
7) Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan
ditemukan masyarakat
8) Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

179

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

9) Analisis pola keputusan


10) Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi
masyarakat.
11) Pengurutan potensi atau kekayaan
12) Pengorganisasian masalah
3. Metode Participatory Learning and Action (PLA)
Metode PLA merupakan penyempurnaan dari metode learning by doing.
Persyaratan dasar PLA adalah a) adanya kemauan dan komitmen untuk
mendengarkan, menghormati dan beradaptasi, b) tersedia banyak waktu
yang dibutuhkan untuk pertemuan atau pelatihan, c) komunitas telah
didampingi oleh organisasi yang paham dengan keadaan masyarakat, dan
d) perlu dibangun suasana/komunikasi yang mendorong masyarakat memiliki
kepercayaan pada pihak luar (fasilitator).
Adapun proses PLA terdiri dari : 1) pertukaran ide yang adil dan terbuka
antara masyarakat dan organisasi/fasilitator, 2) diawali dengan pelatihan/
orientasi untuk staf organisasi/fasilitator mengenai filisofi dan metode PLA,
3) sekurangnya ada 2 hari bekerja bersama masyarakat, lebih baik lagi dapat
tinggal/hidup bersama masyarakat, 4) perlu ada dukungan lanjutan dalam
melakukan tindakan masyarakat dari pihak pemerintah desa, dsb
4. Participatory assessment and planning (PAP)
PAP sejalan bahkan serupa dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari 2
sumber yaitu Field Book WSLIC dan Partisipatory Analysis Techniques DFID.
Metode PAP terdiri atas 4 langkah yaitu :
a.
Menemukan masalah
Langkah ini dimaksudkan agar masyarakat mengidentifikasi kondisi,
situasi dan masalah sosial di sekitar masyarakat setempat.
b.
Menemu Kenali Potensi
Potensi yang dimiliki masyarakat ini merupakan sistem sumber yang
dapat dikelola secara optimal guna mengatasi permasalahan sosial
maupun pemberdayaan masyarakat setempat.
c.
Menganalisis masalah dan potensi
Mengkaji berbagai masalah, penyebab, hubungan kausalitas serta
fokus masalah, mencari prioritas masalah, faktor pendukung maupun
penghambat.
d.
Memilih solusi pemecahan masalah
Langkah ini merupakan upaya-upaya kongkrit untuk memecahkan
masalah melalui kegiatan 1) mencegah timbulnya masalah lebih jauh,

180

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2) memobilisasi sistem sumber dan potensi, 3) menentukan alternative


pemecahan masalah dan 4) pertemuan masyarakat untuk menentukan
skenario tindakan.
5. Participatory Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST)
PHAST merupakan metode pembelajaran partisipatif dalam membangun
kemampuan swadaya masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat.
Tujuan PHAST adalah untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola
air dan mengendalikan penyakit yang berhubungan dengan sanitasi melalui
peningkatan kesadaran terhadap kesehatan serta perbaikan dan perilaku.
Prinsip prinsip pemberdayaan masyarakat pada PHAST adalah : 1) warga
masyarakat menentukan prioritas pencegahan penyakit, 2) warga masyarakat
secara kolektif telah memiliki pengalaman dan pengetahuan kesehatan
yang sangat hebat, dalam dan luas 3) masyarakat mampu untuk mencapai
kesepakatan mengenai perilaku-perilaku hygiene dan system sanitasi yang
lebih tepat dengan lingkungan ekologis dan budaya, 4) bila warga masyarakat
mengerti bahwa sanitasi itu menguntungkan, maka mereka akan bertindak,
5) warga masyarakat dapat mengelola seperangkat penghalang atau barrier
yang dapat membantu untuk menghambat penularan penyakit, masyarakat
dapat mengidentifikasi penghalang yang tepat berdasarkan pada persepsi
efektifitas dan menurut sumberdaya setempat.
6. Communication for Behaviour Impact (COMBI)
COMBI merupakan mobilisasi yang diarahkan pada penggerakan tugas
semua masyarakat dan perorangan yang mempengaruhi tindakan tepat
secara perorangan dan keluarga. COMBI merupakan proses dengan strategi
campuran berbagai intervensi komunikasi yang dimaksudkan untuk mengikut
sertakan perorangan dan keluarga dalam mempertimbangkan perilaku-peri
laku sehat yang direkomendasikan dan untuk mendorong penerimaan dan
pemeliharaan perilaku.
Adapun langkah-langkah kunci dalam merancang rencana COMBI meliputi 1)
mengidentifikasi tujuan yang berhubungan dengan perilaku, 2) analisis situasi
pasar, 3) strategi komunikasi dan campuran, 4) implementasi, pemantauan
dan penilaian, serta anggaran.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

181

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

F. Langkah-langkah
1. Perumusan upaya pemecahan masalah oleh masyarakat dan membuat
perencanaan
Perumusan upaya pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat atas dasar
musyawarah, yang menghasilkan kesepakatan tentang upaya atau kegiatan apa
yang menjadi prioritas untuk diangkat sebagai program kerja. Prioritas masalah
yang telah ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah ini mempunyai kekuatan
politis yang tangguh untuk menggali dan meningkatkan peran masyarakat, serta
menjamin kelestarian program. Prioritas dari kegiatan yang telah disepakati
tersebut kemudian dipergunakan sebagai bahan untuk mengembangkan
perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan yang ada di desa tersebut.
Peran petugas kecamatan pada pertemuan MMD ini adalah memandu jalannya
musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan.
Upaya menetapkan prioritas masalah dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan
atau dapat juga dengan jalan membuat skoring terhadap beberapa permasalahan
yang ada berdasarkan:
a.
Kegawatannya: besar/kecilnya akibat masalah kesehatan ini bagi
masyarakat.
b.
Mendesaknya: berkaitan dengan waktu. Kalau tidak segera ditanggulangi
akan menimbulkan akibat yang serius.
c.
Penyebarannya: semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah
yang terkena, menjadi semakin penting.
d.
Sumber daya yang dimiliki: kaitannya dengan kemampuan yang mereka
miliki untuk mengatasi masalah tersebut dana, sarana, tenaga, dan
teknologinya.
Sedangkan cara melakukan identifikasi penyebab masalah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode analisa sebab-akibat (cause and efect analysis)
atau Fishbone Analysis dari Isikawa, melalui curah pendapat yang melibatkan
seluruh anggota kelompok, dengan sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan masalah-masalah yang ada, kemudian klasifikasikan
masalah-masalah tersebut ke dalam variabel faktor-faktor penyebab
(manusia/pengetahuan, sikap, perilaku, metode, alat, bahan, lingkungan
dan variabel lainnya).
b.
Siapkan bagan tulang ikan dari Isikawa dan tempatkan potongan-potongan
kertas pendapat diatas dalam posisi sebab-akibat, dengan menggunakan
beberapa kali (3-5 kali) pertanyaan why, sesuai dengan variabel faktor-

182

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c.

faktor penyebabnya, sampai tidak bisa dijawab lagi yang terakhir inilah
kemungkinan sebagai akar penyebab masalah untuk setiap faktor.
Ketika pertanyaan why tidak bisa lagi diberikan jawaban yang logis
mengenai penyebabnya, maka itulah why terakhir yang dianggap sebagai
akar penyebab masalah yang akan dijadikan dasar dalam menyusun
program kerja (plan of action).

2. Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat


Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat,
merupakan rangkaian penerapan kegiatan sebagai penjabaran dari
perumusan prioritas masalah, prioritas mengatasi masalah kemudian rencana
kegiatan yang telah disusun dan disepakati untuk dipergunakan sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan di desa.
Rangkaian kegiatan ini dapat berjangka waktu pendek, sedang dan lama.
Namun minimal satu tahun berjalan harus diadakan penilaian, jenis kegiatan
bervariasi mulai dari yang sangat sederhana sampai yang rumit, semua
tergantung pada kesepakatan yang ditetapkan dalam masyarakat desa.
Komponen yang merupakan program kerja dalam mengatasi masalah
meliputi:
a.
Jenis Kegiatan (POA) yang akan dikerjakan dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
b.
Tujuan yang diharapkan
c.
Sasaran kegiatan dapat berupa orang, tempat/wilayah, dll
d.
Siapa yang terlibat dalam kegiatan tersebut, dan apa peran serta
tanggung jawabnya
e.
Waktu atau jadwal pelaksanaan kegiatan
f.
Sumber dana atau jumlah dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan
3. Pembinaan dan pengembangan upaya pemberdayaan masyarakat
Langkah terakhir serangkaian kegiatan permberdayaan masyarakat dalam
pemecahan masalah kesehatan di masyarakat adalah pembinaan dan
pengembangan program.
Setiap pelaksanaan program harus dibina agar mantap jalannya. Setelah
mantap harus dikembangkan, agar tidak jenuh dan makin maju tingkat
pencapaiannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

183

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pemantapan dan pembinaan juga bermaksud memantapkan dan membina


pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan kemandirian para tenaga
pembangunan desa dan masyarakat dalam mewujudkan desa yang sehat.
Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a.
Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa supervisi petugas
sangat menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh karena itu,
supervisi secara berkala perlu dilakukan. Bila memungkinkan, pada saat
melakukan supervisi, petugas sebaiknya melakukan sistem pemantauan
dan penilaian yang utuh.
b.

Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di tingkat
kabupaten, maupun kecamatan merupakan wahana pemantauan
yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu,
hasil supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat
membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga
perlu dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan
desa dengan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal.
Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa dapat menyampaikan
rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan serta
keberhasilan yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai wadah
untuk pemecahan masalah, menyempurnakan rencana yang disusun
dan lain-lain sehingga dapat berfungsi untuk pemantauan dan penilaian
oleh masyarakat sendiri.

c.

Menunjukkan film-film tentang pemberdayaan masyarakat di bidang


kesehatan
Film tersebut bisa diangkat dari dokumentasi kegiatan masyarakat
desa yang telah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan di wilayahnya.
Dengan menunjukkan film tersebut diharapkan dapat meningkatkan
memotivasi dan semangat pelaksana pembangunan desa dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan di waktu mendatang.

184

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

Kunjungan tamu dari luar


Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk membenahi desanya
karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan sampai terlalu
sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan masyarakat.

e.

Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju


Kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan memotivasi masyarakat
untuk lebih maju.

f.

Perlombaan-perlombaan di bidnag kesehatan masyarakat yang telah


melakukan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

g.

Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara lain:


Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang
telah dilakukan di desa bersangkutan, termasuk kegiatan posyandu,
polindes, pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS, komunitas tidak
merokok, ambulan desa, tabulin/dasolin, donor darah, pengadaan air
bersih secara gotong-royong, kampanye cuci tangan pakai sabun,
arisan jamban, kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dll
termasuk mengekpose peran serta berbagai pihak termasuk tenaga
pembangunan desa,

Pokok bahasan 2.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PENYULUHAN LANGSUNG.
Penyuluhan langsung
Adalah penyuluhan tanpa menggunakan suatu media/ alat perantara teknik komunikasi,
baik yang berupa barang cetak maupun berbentuk alat elektronika. Dalam kegiatan
komunikasi primer, komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti
khusus, dan penggunaan isyarat-isyarat. Misalnya, kita berbicara langsung kepada
seseorang di hadapan kita.
A. Penyuluhan Massal
Metode dan teknik yang diterapkan dalam komunikasi massa, dapat menggunakan
ceramah, pidato, siaran radio, siaran di televisi, di surat khabar, media cetak.
Dengan demikian metode promosi kesehatan yang diterapkan melalui kegiatan
komunikasi massa dapat dilakukan melalui komunikasi langsung maupun tidak
langsung.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

185

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Contoh: penyebarluasan informasi melalui penyebaran media cetak melalui


pemasangan media kesehatan ditempat-tempat yang strategis/ditempat-tempat
berkumpulnya orang banyak (warung/kedai, pasar), atau dapat juga menitipkan
pesan kepada para pemuka masyarakat/agama dengan memanfaatkan forum
yang ada, atau kampanye melalui media elektronik dan melalui media tradisional
sehingga masyarakat lingkungan mengenal situasi dan masalah kesehatan
beserta faktor-faktor risiko yang ada di wilayahnya. Pidato, siaran pedesaan (radio
dan televisi), wayang, sandiwara/dagelan, selebaran dari udara (pamlet), poster,
spanduk, dll.
Teknik yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini adalah melibatkan public
figure, media komunikasi massa yang disenangi sasaran, mengangkat tema
yang spektakuler, melakukan kuis berhadiah, ditambahkan nuansa hiburan,
menyelaraskan dengan even-even khusus, misalnya: Hari Jadi Kota, Hari
Kemerdekaan, dll
Metode Penyuluhan Massal adalah :
1. Ceramah umum
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN), Kepala Puskesmas memberikan pidato didepan warga masyarakat.
Metode ini dillakukan jika ada kelompok orang yang perlu mendapat penjelasan
yang sama, sedangkan waktu terbatas. Ceramah memerlukan ruangan yang bisa
ditempati sekelompok orang, dengan pembicara yang menguasai masalah yang
akan diberikan. Ceramah jangan terlalu lama, cukup 30 menit. 10 menit pertama
untuk memberi penjelasan yang singkat tetapi jelas, 20 menit berikutnya untuk
tanya jawab.
2. Pidato
Pidato tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Siaran berprogram
Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui
siaran radio dan televisi yang bertujuan mengubah sikap, pengetahuan dan
tindakan masyarakat. Metode ini dapat dipakai dengan beberapa persyaratan,
antara lain:
Sasaran heterogen dilihat dari segi umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
Informasi bersifat umum atau terbuka.
Pesawat radio dan televisi sudah banyak dimiliki oleh dan tersebar merata di
masyarakat.

186

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kekuatan:
Dapat mencakup sasaran yang luas.
Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum.
Sumber tenaga pengajar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)
Kelemahan:
Pesawat penerima siaran (radio dan televisi) belum merata dimiliki oleh
masyarakat.
Memerlukan perencanaan dan desain matang dan memakan waktu lama.
Memerlukan penyiar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)
4. Pemutaran film dan slide
Informasi disampaikan kepada sasaran melalui media film dan slide. Persyaratan
penggunaan cara ini antara lain adalah:
Tersedia proyektor, listrik dan tenaga untuk mengoperasikan proyektor
tersebut.
Tersedia ruangan yang dapat menghalangi cahaya dari luar.
Kekuatan:
Dapat mencapai sasaran yang besar.
Karena bersifat visual, maka dapat membantu proses pengamatan,
pengenalan dan ingatan.
Lebih menarik perhatian.
Kelemahan:
Mahal
Memerlukan peralatan dan teknologi tinggi.
Memerlukan ruang yang khusus.
Tidak dapat dilaksanakan di sembarang tempat.
Kesulitan dalam menerima informasi (kesalahan persepsi) tidak dapat segera
diatasi.
5. Pemasangan/penggunaan pamflet, leaflet dan booklet
Penyampaian informasi kepada sasaran dilakukan dengan menggunakan
pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya sebagai media. Persyaratan umum dalam
penggunaan metode ini antara lain adalah:
Harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah ditangkap oleh sasaran.
Tidak menimbulkan persepsi yang salah pada sasaran (masyarakat).
Harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi secara spontan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

187

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kekuatan:
Menarik perhatian.
Sasaran lebih besar, bahkan menjadi bersifat massal.
Lebih efektif dan efisien.
Kelemahan:
Kemungkinan timbulnya salah persepsi lebih besar.
Kesulitan dalam persepsi atau penerimaan oleh sasaran tidak dapat segera
diketahui.
Memerlukan rancangan yang matang dan perancang yang ahli.
Kurang cocok untuk masyarakat sasaran yang buta huruf.
6. Tulisan-tulisan di majalah atau koran
Membuat tulisan di media cetak, seperti koran, majalah, atau bisa juga membuat
tulisan di majalah dinding sekolah.
7. Bentuk lain: billboard, spanduk, poster pencanangan, menyelipkan pesan
pada khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pada kesenian tradisional,
memanfaatkan pengeras suara di tempat ibadah, membuat koran dinding di
sekolah, menempelkan pesan di tempat-tempat ramai, pemutaran film di tempat
terbuka juga termasuk promosi kesehatan massa
Sebelum melakukan promosi kesehatan massa terlebih dahulu dilakukan
persiapan yang akan dipakai dalam menetapkan metode dan teknik yang akan
diplih, yaitu:
1. Identifikasi Masalah kesehatan yang ada di suatu tempat
Buatlah daftar masalah-masalah kesehatan yang ada, dan bisa juga tanyakan
mengenai data 10 penyakit terbanyak pada petugas kesehatan, dan juga
mewawancarai warga setempat.
2. Tentukan prioritas masalah
Dari hasil identifikasi, tentukanlah prioritas masalah yang akan kita bahas.
Biasanya dapat taeridentifikasi dari banyaknya warga yang merasakan
masalah tersebut, atau beratnya masalah yang ditimbukan seperti kematian.
3. Susunlah rencana promosi kesehatan massa
Menyusun rencana strategi promosi kesehatan massa yang akan digunakan.
Perencanaan promosi kersehatan massa yang baik meliputi penentuan tujuan
yang dicapai, sasarannya, pesan yang akan disampaikan, cara dan media
yang digunakan, waktu dan bisa juga dengan menentukan tokoh penggerak
yang dihormati.

188

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Komunikasi massa
Adalah penyampaian pesan / informasi kepada sejumlah sasaran yang tidak
saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.
Dari segi proses komunikasi, tidak berbeda dengan proses-proses komunikasi
yang lain. Wilbur Schramm menyatakan bahwa perbedaan antara proses
komunikasi massa dengan yang lain adalah sifat-sifat yang terkandung dalam
proses komunikasi massa, yaitu bahwa sumbernya atau komunikatornya lebih
banyak bersifat terorganisasikan atau terlembagakan, kemudian disalurkan
melalui media massa secara massal dan ditujukan kepada Orang banyak yang
bersifat anonim dan heterogen (1965).
Charles Wright (1959) mengidentifikasikan beberapa karakteristik komunikasi
massa sebagai berikut :
a. Komunikasi massa ditujukan kepada sasaran yang jumlahnya besar atau
luas, umumnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen) dan tidak
dikenal (anonim).
b. Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu tertentu.
c. Komunikator dilakukan oleh suatu bentuk organisasi.
d. Pesan-pesan disiarkan secara umum, sehingga dalam waktu yang bersamaan
pesan yang disampaikan dapat mencapai sebagian besar.
Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada komunikasi
interpersonal. Sebab, komunikator harus menyampaikan pesan kepada banyak
komunikan yang berbeda karakteristiknya, pada saat yang sama. Pesan dalam
komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan melalui media massa,
bersifat massal dan ditujukan kepada sasaran yang luas.
Media massa terdiri dari :
a. Media tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku pamflet,
billboard, dan lain-lainnya.
b. Media elektronika, yaitu radio, TV, film, dan sebagainya.
Secara umum, yang dikenal media massa adalah pers, radio, TV, dan film.
Syarat untuk dapat berfungsi sebagai media massa adalah: sifat massal dalam
produksinya sehingga produknya itu mudah didapat oleh banyak orang, dan
dengan demikian harganya relatif begitu murahnya sehingga diharapkan setiap
orang dapat menikmatinya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

189

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Model-model Komunikasi Massa adalah:


a. Model Jarum hipodermis (hypodermic needle model)
Pada hakekatnya adalah model komunikasi searah. Model ini beranggapan
bahwa media massa mempunyai pengaruh langsung, sangat kuat, segera atau
cepat, sangat menentukan terhadap sasaran dan hampir tak ada kekuatan
apapun yang dapat menghambatnya. Di sini media massa digambarkan
sebagai jarum raksaksa yang menyuntik sasaran yang pasif. Menurut Elihu
Katz : model ini menurut para peneliti dahulu didasarkan pada anggapan
bahwa :

Media yang sangat berpengaruh mampu memaksakan kehendaknya


pada sasaran yang sama sekali tidak berusaha mencoba berpikir lain.

Sasaran dianggap tidak mempunyai hubungan satu sama lain, terikat


pada media massa tetap tidak terikat pada kelompoknya.
b. Model Komunikasi Dua Tahap.
Setelah berbagai penelitian Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948) mereka
memperkenalkan konsep atau model komunikasi dua tahap. Tahap pertama
adalah pengalihan informasi dari media massa kepada para pemuka pendapat,
dan ini merupakan bentuk komunikasi massa. Tetapi tahap kedua, dari
pemuka pendapat kepada para pengikutnya atau anggota masyarakat lainnya
selain merupakan pengalihan informasi, yang lebih penting ialah merupakan
penyebarluasan pengaruh; ini bukan lagi berbentuk komunikasi massa, tetapi
komunikasi antar persona. Jadi, dalam model komunikasi dua tahap ini selain
diperkenalkannya orang-orang yang dapat dianggap kaya informasi yang
disebut pemuka pendapat, diperkenalkannya juga hubungan atau peranan
yang sangat erat antara komunikasi antar personal dan komunikasi massa.
Berbeda dengan model jarum hipodermis yang senantiasa memandang
massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang terikat
pada media, tetapi terpisah hubungan sosialnya, maka model komunikasi
dua tahap memandang massa sebagai individu-individu yang berinteraksi.
Sesudah model ini dipergunakan selama 25th, ditemukan beberapa
kelemahan, hingga muncul dua model berikutnya.
c. Model Komunikasi Satu Tahap
Model ini mungkin merupakan penyempurnaan dari model jarum hipodermis.
Model satu tahap ini beranggapan bahwa media massa langsung berpengaruh
pada sasaran tanpa melalui pemuka pendapat. Bedanya dengan model jarum
hipodermis adalah :

Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa semua media memiliki


kekuatan pengaruh yang sama.

190

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Model ini memperhitungkan peranan selektivitas sebagai faktor yang


menentukan penerima sasaran. Artinya, sasaran memilih media massa
atau isinya, sasaran berbeda-beda persepsi dan kemampuannya
mengingat pesan.
Model ini mengakui pula kemungkinan timbulnya dampak yang berbeda
pada sasarannya dari pesan yang sama.

d. Model Komunikasi Banyak Tahap


Model ini mencakup semua model yang dibicarakan terdahulu. Model ini
dikembangkan berdasarkan pengertian bahwa pada kebanyakan komunikasi
terjadi suatu fungsi penyebaran informasi secara estafet kepada sasaran yang
jumlahnya besar. Artinya, beberapa sasaran mungkin menerima informasi
langsung dari media massa, tetapi beberapa lainnya menerima informasi
setelah informasi tersebut melalui beberapa sasaran lainnya.
Komunikasi Massa Yang Efektif
Seperti diketahui, komunikasi massa merupakan komunikasi searah, dan pesannya
ditujukan kepada sasaran yang banyak, baik jumlah maupun latar belakang sosial
budayanya. Jelaslah, bahwa komunikasi massa bisa tidak efektif ataupun malah
bisa gagal total kalau dilaksanakan tanpa mengenal dengan baik keadaan sosial
budaya dan ekonomi daripada sasaran. Walaupun hal ini sebenarnya berlaku
untuk semua jenis komunikasi, baik komunikasi massa maupun komunikasi antar
persona, namun dalam komunikasi massa hal ini lebih penting untuk diperhatikan.
Hal ini mengingat akan hal-hal berikut:
Mencakup sasaran yang luas.
Latar belakang sasaran lebih banyak variasinya.
Komunikasi biasanya dilaksanakan dari jarak jauh, tidak berhadap-hadapan.
Tidak ada umpan balik (feedback) langsung.
Selain pesan dalam komunikasi massa harus bertolak dari situasi sosial budaya
dan ekonomi sasaran, pesan juga dikembangkan dengan mempergunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran dan sifatnnya umum.
Apa yang bisa disumbangkan melalui komunikasi massa:
a. Menyebarluaskan informasi.
Hal ini sering tidak dirasakan oleh masyarakat. Di masyarakat di mana orang
sudak terbiasa membaca surat kabar, atau mendengar radio atau melihat TV,
sering tidak menyadari betapa banyaknya mereka telah belajar oleh media
massa tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

191

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Memperluas wawasan.
Dengan memperoleh informasi dari media massa maka orang lau mengetahui
apa yang sedang terjadi di bagian lain daripada dunia ini walaupun orang
tersebut tidak berkunjung ke tempat tersebut. Begitu juga melalui media
massa orang bisa tahu kehidupan masyarakat di tempat lain. Demikianlah
media massa telah memperluas wawasan mereka.
c. Dapat memusatkan atau mengalihkan perhatian masyarakat.
Biasanya apa yang sedang hangat-hangatnya muncul di media massa seperti
surat kabar misalnya, itulah yang menjadi perhatian masyarakat.
d. Dapat menggali aspirasi masyarakat.
Misalnya, media massa dapat merangsang masyarakat untuk mempunyai
keinginan hidup yang lebih baik, memiliki rasa harga diri, dan sebagainya.
Dengan perkataan lain, media massa dapat menciptakan suasana positif
untuk terjadinya perubahan.
e. Dapat merubah sikap masyarakat yang tidak begitu kuat.
Kalau sikap yang dimiliki itu kuat dalam dirinya, maka yntuk merubahnya, tidak
bisa hanya melalui media massa, tetapi harus didukung dengan komunikasi
antar personal.
f. Dapat menyebarluaskan informasi kepada komunikasi antar personal.
Seperti diketahui, dalam komunikasi antar personal, peranan pemuka
masyarakat sangat berpengaruh, dan mereka inilah biasanya bertindak
sebagai komunikator. Sebagai pemuka masyarakat, biasanya mereka lebih
banyak kontak dengan media massa. Nah di sinilah massa bisa berperan
mensuplai informasi kepada pemuka masyarakat tersebut.
g. Dapat memberikan atau meningkatkan status seseorang.
Seorang yang sering dimuat dalam media massa biasanya statusnya akan
naik.
h. Dapat mendukung berlakunya suatu norma.
Kalau suatu norma sudah didukung dan sering dimuat dalam media massa,
maka biasanya masyarakat menerima norma tersebut.
i. Dapat menciptakan selera.
Misalnya kalau media massa berulang kali memuat lagu-lagu tertentu,
biasanya masyarakat ikut-ikutan.
j. Dalam pendidikan, media massa tidak dapat berperan sendiri. Ia harus
ditunjang dengan komunikasi antar personal, lebih-lebih untuk mengembangkn
sikap dan keterampilan.
B. Penyuluhan Kelompok
Metoda dan teknik yang digunakan dalam melakukan promosi kesehatan
didalam kelompok adalah diskusi kelompok, demontrasi, ceramah tanya jawab,
permainan/ bermain peran.

192

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Sedangkan teknik yang dilakukan adalah teknik menggunakan media/alat peraga,


teknik membangun peran aktif semua peserta, teknik mengatasi peserta yang
dominan, teknik peserta yang acuh, dll. Agar peserta mau mengikuti pertemuan
diskusi kelompok, demonstrasi, ceramah tanya jawab maupun permainan, ada
beberapa teknik yang dapat dipergunakan yaitu menggunakan fasilitator yang
mempunyai kredibilitas baik, dipercaya sasaran, atau menggunakan teknik
perintah, kompetisi, penggunaan media KIE yang menarik, pemberian hadiah, dll
Metode dan Teknik dalam penyuluhan kelompok:
1. Ceramah tanya jawab
Ceramah tanya jawab (CTJ) adalah penyampaian pesan oleh seorang
pembicara di depan se-kelompok sasaran yang disertai tanya jawab. CTJ
dapat dilakukan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
CTJ akan berhasil apabila pembicara mengasai materi, menguasai audiens
serta menguasai penggunaan alat bantu atau media. Disamping itu, pembicara
berpenampilan baik dan meyakinkan, percaya diri, tidak bersikap ragu-ragu,
kemudian suaranya jelas dan keras, sesekali disertai humor, pandangan
tertuju keseluruh peserta, berdiri didepan (ditengah), menggunakan alat
bantu semaksimal mungkin. Mampu menciptakan suasana serius tapi santai,
menggunakan bahasa sederhana, memberikan kesempatan sasaran untuk
bertanya, kemudian menjawab sesuai pertanyaan, memberikan pertanyaan
evaluasi serta menyampaikan rangkuman sebelum ceramah diakhiri.
Kekuatannya adalah :

dapat dipakai pada orang dewasa

penggunaan waktu efisien

dapat dipakai pada kelompok sasaran besar

tidak memerlukan banyak alat bantu

bahan dapat dibaca ulang oleh peserta.


Kelemahannya adalah:

menghambat respons sasaran

diperlukan pembicara yang handal dan menguasai materi penyuluhan

seringkali membosankan

sebagian besar hanya melibatkan indera pendengaran

kurang baik dipakai pada sasaran anak-anak

pembicara sulit mengetahui reaksi sasaran.


2. Diskusi kelompok terarah (DKT)
Diskusi kelompok terarah adalah diskusi antar kader keluarga dari masingmasing keluarga untuk mengenali, menetapkan dan memecahkan masalah

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

193

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

yang ada dalam keluarga. Jumlah peserta dalam setaip kelompok DKT antara
8-10 orang. Diskusi sebaiknya berlangsung tidak lebih dari 2 jam.
Pengelompokkan peserta dapat berdasarkan kedekatan lingkungan tempat
tinggal, kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok pengajian, dasa
wisma.
Manfaat DKT adalah:

untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan

untuk mengenal dan memecahkan masalah kesehatan terkait PHBS


yang dihadapi setiap keluarga.

Mendorong setiap keluarga untuk bertindak mengatasi masalah dengan


menggunakan sumber daya yang dimiliki (dana, tenaga, dll).
Teknik melakukan DKT adalah:

mengaktifkan semua anggota kelompok

mengupayakan agar semua anggota kelompok dapat bebas


menyampaikan pendapatnya dan berpartisipasi dalam diskusi. Untuk
itu maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga
mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran, segi empat. Pimpinan diskusi
juga duduk di antara peserta, sehingga tidak menimbulkan kesan ada
yang lebih tinggi antara pimpinan diskusi dengan anggota kelompok
atau antara sesama anggota kelompok. Semua peserta DKT mempunyai
taraf dan hak yang sama dalam mengeluarkan pendapat.
Ada 3 tahap yang perlu dilakukan dalam memandu DKT yaitu;
Tahap pertama : Pembukaan

Ucapkan selamat datang dan ajak peserta berbicara yang sifatnya umum
yang tidak berkaitan dengan topik diskusi, agar peserta tidak merasa
tegang, misalnya menanyakan keadaan kesehatan, hasil pertanian atau
hal-hal lain yang erat dengan keadaan peserta atau lingkungan tempat
tinggal.

Jelaskan tujuan DKT

Perkenalkan nama pemandu, pencatat dan pengamat beserta peran


masing-masing, bila belum saling mengenal.

Minta peserta memperkenalkan diri jika diantara mereka memang belum


saling mengenal. Pemandu harus cepat mengingat nama peserta dan
menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.

194

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tekankan bahwa pendapat semua peserta sangat penting dan


bermanfaat untuk mengatasi permasalahan PHBS, sehingga diharapkan
semua peserta bebas mengeluarkan pendapat.
Minta peserta berbicara saling bergantian supaya lebih mudah di dengar.

Tahap kedua : isi diskusi


Isi diskusi sesuai dengan panduan yang telah dibuat sebelumnya oleh pemandu
untuk disampaikan kepada peserta. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memandu DKT, yaitu : a) Sampaikan pertanyaan yang ada dalam
panduan DKT satu persatu, dan minta seluruh peserta memberi tanggapan
atau berdiskusi sesama mereka tentang topik yang diajukan. b) Gali masalah
yang terjadi dalam setiap keluarga dan tindakan apa yang telah dilakukan oleh
keluarga tersebut dan apa yang tidak dapat dilakukan; c) Ajak peserta lain untuk
berdiskusi dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam keluarga;
d) Beri bekal pengetahuan secara singkat untuk memecahkan masalah yang
ada dan beri kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas; e) Kembangkan kesepakatan bahwa setiap keluarga atau kelompok
agar merencanakan pemecahan masalahan, sesuai dengan keadaan dan
kemampuannya; f) Hasil diskusi untuk setiap topik dicatat oleh pencatat.
Tahap ketiga : Penutupan
Jelaskan bahwa diskusi telah berakhir. Pemandu merangkum hasil diskusi
meliputi: kesamaan pendapat dalam mengenali dan mengatasi masalah, kegiatan
pemecahan masalah yang perlu dilakukan keluarga, bantuan seperti pelayanan
kesehatan dan penyuluhan yang dapat diberikan petugas.
Ucapkan terima kasih dan sepakati bersama, apa yang akan dibicarakan, kapan
dan dimana DKT berikutnya akan dilaksanakan
Kekuatan dan kelemahan DKT

Kekuatannya adalah mendapat pemikiran yang lebih luas dalam pemecahan


masalah, keputusan yang dicapai lebih efektif, serta hubungan kerjasama
lebih terbina.

Kelemahannya adalah sering didominasi oleh seseorang dalam kelompok,


pembicaraan sering meluas dan proses pencatatan dan analisa tidak
mudah.
3. Peragaan atau demonstrasi
Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memberi
contoh nyata bagaimana suatu kegiatan dilakukan dengan benar.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

195

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Ada beberapa macam demonstrasi, yaitu:


a.
Mengembangkan keterampilan sasaran dalam bidang tertentu
b.
Menunjukkan proses kerja penanganan suatu perilaku (misalnya: proses/
cara melakukan perawatan tali pusat bayi baru lahir).
c.
Menunjukkan suatu alat yang baru.
d.
Memantapkan penerimaan hal baru
Kekuatan dan kelemahan

Kekuatannya adalah dapat menarik perhatian sasaran, materi mudah


dipahami sasaran, bisa lebih cepat meyakinkan dan diyakinkan karena
berkesempatan melakukan sendiri, menyajikan hal-hal yang abstrak ke
tindakan yang konkrit.

Kelemahannya adalah perlu keterampilan tertentu, terbatas pada situasi


belajar tertentu, perlu waktu lama dan biaya besar serta perlu persiapan
matang
4. Curah pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta
memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat) Tanggapan atau
jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan
tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi
diskusi.
Kekuatan dan kelemahannya:

Kekuatannya adalah memperoleh sejumlah pemikiran atau pendapatpendapat baru dari peserta, mengetahui tingkat pemahaman peserta
terhadap materi yang akan dibahas tersebut. Kemudian dapat
merangsang partisipasi, bisa menghasilkan reaksi berrantai, tidak
menyita waktu banyak, dapat dilakukan pada kelompok besar/kecil
serta tidak memerlukan peralatan yang banyak

Kelemahannya adalah kurang memperoleh pandangan atau pendapat


serta sulit merumuskan beberapa pendapat peserta.
5. Bola Salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang terdiri dari 2 orang)
dan kemudian diberikan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih
kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap

196

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian


tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi
diskusi seluruh anggota kelompok.
Kekuatannya adalah:

Setiap orang aktif menyampaikan pendapatnya

Materi yang dibahas dapat lebih banyak

Waktu efektif dan efisien


Kelemahannya adalah:

Ada peserta yang tidak tau apa-apa

Bisa didominan oleh beberapa orang saja setelah digabungkan.


6. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)
yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.
Metode ini digunakan apabila :
a.
Kelompok terlalu besar, sehingga tidak dimungkinkan setiap orang
berpatisipasi.
b.
Pokok pembahasan terhadap pemecahan masalah dapat dibahas dari
beberapa sudut pandang.
c.
Ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok
d.
Waktu terbatas
e.
Ingin diciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
Kekuatannya adalah:

Mendorong peserta yang malu-malu

Mencipatakan suasana yang menyenangkan

Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan

Menghemat waktu

Memupuk kepemimpinan

Memungkinkan pengumpulan pendapat sebanyak mungkin dari peserta

Dapat dipakai dalam metode lain

Memberi variasi dalam proses belajar.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

197

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kelemahannya adalah:

Mungkin terbentuk kelompok dari orang-orang yang tidak tau apa-apa

Mungkin ada pemimpin yang lemah

Perlu belajar sebelumnya bila ingin mencapai hasil yang baik

Biasanya makan banyak waktu untuk persiapan.


7. Memainkan peran (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai bidan, dokter,
perawat, pasien dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai
pengamat atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan konseling
dengan menggunakan kaidah SATU TUJU tentang pentingnya minum tablet
tambah darah bagi ibu hamil.
Anggota kelompok yang tidak bermain peran, diberi tugas untuk melakukan
pengamatan. Setelah bermain peran selesai, pemain diminta menyampaikan
perasaannya saat melakukan kegiatan bermain peran. Selanjutnya, pengamat
diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya. Pada akhir
bermain peran disimpulkan bersama tentang peran bidan dalam melakukan
konseling tentang pentingnya minum TTD bagi ibu hamil.
Kekuatannya adalah

segera mendapat perhatian,

dapat diterapkan pada kelompok besar/kecil,

bisa digunakan untuk menganalisis situasi,

menambah rasa percaya diri,

sasaran dapat menyelami permasalahan,

sasaran memperoleh pengalaman dari orang lain serta dapat


membangkitkan semangat untuk memecahkan masalah.
Kelemahannya adalah

masalah diasosiasikan dengan pemeran,

ada orang yang tidak senang bermain peran,

butuh pemimpin yang terlatih,

terbatas situasi atau permasalahan yang diperankan serta

adanya kesulitan memerankan peran


8. Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara bermain peran dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli, ular tangga, beberan. Cara

198

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu,


gaco (petunjuk arah), selain papan main. Beberapa orang menjadi pemain,
dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
9. Metode Panel
Panel adalah pembicaraan tenang sebuah topik yang suidah direncanakan,
dilakukan di depan pengunjung. Di dalam sebuah diskusi panel diperlukan
3 atau lebih panelis (mereka yang menjadi pembicara dalam diskusi) dan
seorang moderator / pemimpin.
Metode panel ini digunakan bila:

Diperlukan untuk mendengar pendapat yang berbeda.

Panelis memenuhi syarat.

Pokok pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan dalam kelompok.

Dipandang perlu untuk mengajak pendengar / pengunjung untuk :


melihat ke dalam tetapi tidak memberikan tanggapan secara verbal
dalam diskusi.

Dianggap perlu mempertimbangkan keuntungan dan kerugian suatu


pemecahan masalah.

Panelis dan moderator bersedia mempersiapkan diri.


Kekuatannya adalah:

Membangkitkan pikiran yang kritis.

Memberikan kesempatan mengemukakan pandangan yang berbeda


beda.

Mendapatkan hasil yang nyata.

Meningkatkan kemampuan analitis.

Memanfaatkan orang lain yang betulbetul memenuhi syarat.


Kelemahanya adalah:

Mudah tersesat dan berlarut larut, sehingga tujuan diskusi tidak


tercapai.

Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.

Tidak memungkinkan semua peserta mengambil bagian.

Cenderung untuk menjadi serial pidato pendek.

Dapat memecah-belahkan pendengar, bila mereka memihak panelis


tertentu.

Membutuhkan waktu dan persiapan yang cukup banyak.

Memerlukan seorang moderator yang terampil.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

199

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

10. Panel Forum


Metode seperti ini seperti metode panel, tetapi disertai partisipasi dari
pengunjung. Penggunaan metode ini berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut:

Jika ingin menggambungkan penyajian ini dengan reaksi pengunjung.


Jika anggota kelompok diharapkan memberi reaksi pada diskusi itu.
Jika ada pendapat yang sulit didiskusikan sehingga perlu dibahas
sebelum diajukan secara terbuka.
Jika waktunya cukup.
Jika ingin mempertimbangkan untung rugi suatu pemecahan masalah.
Jika ada panelis yang memenuhi syarat.
Jika ingin menelaah pandangan yang berbeda beda.

Kekuatannya adalah:

Memungkinkan sebagian besar anggota ambil bagian dalam diskusi.

Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya.

Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian.

Memungkinkan adanya tanggapan terhadap pendapat panelis.

Ada hasil nyata.

Memungkinkan mengemukakan pendapat yang berbeda beda.


Kelemahannya adalah:

Membutuhkan banyak waktu.

Memerlukan moderator yang terampil.

Mungkin terasa terputus putus.

Memungkinkan panelis menyampaikan pidato dan bukan bicara dengan


pengunjung.

Mudah berlarut larut.

Mungkin peserta kurang mampu memformulasikan pertanyaan dengan


benar.

Memungknkan orang yang suka bicara memakai waktu yang banyak.


11. Metode Case Study (Studi Kasus)
Studi kasus ialah gambaran sekumpulan situasi masalah, termasuk detail
detail yang memungkinkan kelompok menganalisa masalah tersebut.
Permasalahan itu merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang
memerlukan analisa diagnosa, dan terapi. Dapat disampaikan secara lisan
maupun tertulis juga secara dramatis. Metode ini dapat dipakai:

Untuk menghubungkan masalah dengan situasi hidup.

Untuk menganalisa suatu masalah.

200

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Jika anggota tidak mampu melakukan role play.


Untuk membantu anggota memahami masalah.
Jika mencari kemungkinankemungkinan pemecahan masalah.
Untuk mengenalisa fakta yang ada tentang suatu masalah.

Kekuatannya adalah:

Dapat tertulis, lisan, difilmkan, direkam, diperankan atau diceritakan.

Dapat ditugaskan sebelum diskusi.

Memberikan kesempatan yang merata bagi anggota untuk mengusulkan


pemecahan.

Menciptakan suasana untuk pertukaran pendapat.

Meneropong masalah yang menyangkut kehidupan.

Memberi kesempatan untuk memakai pengetahuan dan keterampilan


peserta.

Memungkinkan dilakukannya tindak lanjut dengan menggunakan


simulasi.
Kelemahannya adalah:

Membutuhkan keterampilan untuk menuliskan masalah.

Masalah itu tidak selalu sama pentingnya bagi anggota.

Memerlukan banyak waktu jika dilakukan secara mendalam.

Meskipun cukup datanya, tetapi mungkin timbul perdebatan tentang


data itu.

Membutuhkan pemimpin yang terampil.


12. Metode Simposium
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan
seorang pemimpin. Pidatopidato itu mengemukakan aspekaspek yang eda
dari suatu topik tertentu. Metode ini digunakan dalam:

Jika ingin mengupas aspekaspek yang berbeda dari topik tertentu.

Jika kelompok itu besar.

Jika kelompok itu membutuhkan keterangan yang ringkas.

Jika ada pembicara yang memenuhi syarat.

Jika tidak memerlukan reaksi pengunjung.

Jika pokok pembicaraan sudah ditentukan.


Kekuatannya adalah:

Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.

Dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu singkat.

Pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan lebih menarik.

Dapat direncanakan jauhjauh hari.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

201

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kelemahannya:

Kurang spontanitas dan kreativitas.

Kurang interaksi kelompok.

Hanya menekankan pada pokok pembicaraan.

Agak terasa formil.

Kepribadian pembicara dapat mempengaruhi pembawaan materi serta


penekanan ini.

Sulit mengadakan kontrol waktu.

Secara umum membatasi pendapat pembicara.

Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hatihati untuk


menjamin jangkauan yang tepat.

Cenderung untuk dipakai secara berlebihan.

Individu/Perorangan
C. Penyuluhan Individu
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individu/perorangan adalah
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lainnya atau lebih, dapat
dilakukan melalui komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
langsung, misalnya kunjungan rumah, komunikasi ditempat pelayanan kesehatan.
Sedangkan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media, misalnya
komunikasi melalui telepon, surat, email, dll.
Metode dan teknik yang dapat diterapkan dalam penyuluhan atau promosi secara
individu/ perorangan adalah:
1. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal yaitu interaksi dari individu ke individu atau dari
individu dengan kelompok kecil, bersifat dua arah, kemudian pesan yang
disampaikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Kedua belah pihak saling
berbagi informasi dan perasaan. Adapun langkah-langkah melakukan
komunikasi interpersonal adalah SAJI (Salam, Ajak Bicara, Jelaskan dan
Ingatkan).
2. Konseling
Konseling yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling
kepada klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan
informasi yang tidak memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien
mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga
dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya sendiri dengan
kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Atas dasar
tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan keputusan yang telah
dipilihnya secara mantap karena memahami alasan dan tujuannya. Dasar dari

202

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

pengertian konseling adalah pemberian informasi yang tujuan akhirnya adalah


klien dapat membuat keputusan untuk mengatasi masalahnya.
Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi:
a.
Teknik Pendengar Aktif
Pengertian mendengar aktif adalah suatu proses merekam semua
informasi yang disampaikan oleh klien, sehingga diperoleh suatu
gambaran yang komprehensif dari keadaan klien yang sesungguhnya.
Tujuan menjadi pendengar aktif adalah diperolehnya gambaran yang
benar tentang keadaan masalah klien baik secara fisik maupun secara
psikologis, kebutuhan klien, perasaan klien, arah percakapan klien.
Sehingga dapat memikirkan tindakan apa yang harus dilakukan.
Teknik menjadi pendengar aktif adalah:
Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak.
Bantu agar klien merasa bebas berbicara
Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan.
Mendengarkan untuk mengerti dan bukan untuk menentang
Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara
dengan bebas.
Memberikan perhatian dan simpati saat klien berbicara
Bersabar untuk tidak memotong pembicaraan
Mampu menguasai emosi.
Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima
kritik
Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan
dengan masalah klien
Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele,
gunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami.
b.

Teknik melakukan observasi


Pengertian observasi/pengamatan artinya adalah suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk memahami keadaan orang lain sehingga
diperoleh informasi tentang keadaan orang itu yang sesungguhnya.
Observasi juga merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja yang bertujuan untuk dapat menetapkan penilaian secara
obyektif dan tidak secara subyektif. Tujuan lainnya adalah diketahuinya
adanya ketidak sesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal klien,
antara pernyataan dengan kejadian yang sesungguhnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

203

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Teknik melakukan observasi adalah dengan jalan:


- melihat dan mendengar serta memahami tingkah laku non-verbal
klien dengan jalan melihat bahasa tubuh, tatapan mata, ekspresi
wajah (raut muka), nada/kualitas suara, tempo bicara, sikap diam,
gerakan-gerakan fisik saat berbicara, posisi jalan/duduk, bentuk
penampilan, dll semuanya merupakan indikator penting untuk
mengetahui apa yang telah terjadi pada diri klien/seseorang.
- Melihat dan mendengar serta memahami tingkah laku verbal,
yaitu semua suara-suara / kata-kata bermakna yang disampaikan.
Termasuk juga ungkapan-ungkapan pujian, pertanyaan, omelan, dll
- Melakukan penafsiran dan memberikan tanggapan atau refleksi,
baik refleksi isi maupun refleksi perasaan. Refleksi isi percakapan
(paraphrasing) adalah mengungkapan kembali atau memberi
masukan kepada klien tentang inti dari apa saja yang baru
dikatakannya dengan cara memendekkan dan memperjelas
pendapat klien. Merefleksi isi tidak sama dengan membeo karena
merefleksi isi menggunakan sebagian dari kata-kata petugas
ditambah dengan kata-kata inti dari klien.

204

c.

Teknik mengajukan pertanyaan:


- Mulailah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat terbuka agar klien berbicara banyak
- Fokuskan pembicaraan pada topik bahasan, jangan bertele-tele,
jangan menggurui dan jangan menghakimi, jangan mengajukan
pertanyaan ketopik lain apabila topik yang sedang dibicarakan
belum anda pahami
- Pakai bahasa verbal dan non verbal serta nada suara yang bersahabat
- Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
- Jadilah pendengar yang baik dan aktif, tunjukkan perhatian
sepenuhnya pada klien, tatap matanya kemudian lakukan refleksi
isi, refleksi perasaan atau kombinasi, kemudian ajukan pertanyaan
lain bila masih perlu.
- Tunjukan sikap dapat menjaga rahasia
- Hindari pertanyaan yang menyudutkan klien
- Hindari terlalu banyak bertanya pada klien
- Apabila klien terlihat mulai jenuh, akhiri pertemuan saat itu dan buat
janji agar bisa
- dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

d.

Teknik melakukan refleksi


Refleksi adalah memberikan umpan balik terhadap ungkapan klien.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tujuan refleksi adalah memberikan perhatian kepada klien. Cara


melakukan refleksi adalah menyampaikan kembali kata-kata klien
dengan menggunakan bahasa petugas (disebut refleksi isi), selain
itu petugas juga menyampaikan ungkapan perasaan sebagai bentuk
respon terhadap pernyataan klien (disebut refleksi perasaan).
e.

Teknik membantu klien mengambil keputusan


Ada rumusan sederhana yang dapat digunakan petugas dalam
membantu klien mengambil atau menetapkan keputusan yaitu dengan
4 K yaitu kondisi, kehendak, konsekuensi dan keputusan. Kondisi yaitu
gambaran permasalahan yang dihadapi klien saat itu. Kehendak adalah
kemauan klien apa untuk mengatasi permasalahan itu. Konsekuensi
yaitu upaya klien dibantu petugas melakukan kajian tentang bebrapa
alternatif pemecahan masalah beserta konsekuensinya. Dianjurkan
agar petugas tidak mengajak klien memikirkan terlalu banyak alternatif
pemecahan masalah, karena bisa membuat klien bingung. Selanjutnya,
adalah memotivasi klien untuk menetapkan keputusannya sendiri.

f.

Teknik menggunakan media KIE


Tujuan menggunakan media KIE adalah untuk memperjelas
penyampaian pesan serta membantu klien untuk memahami informasi
yang disampaikan, menumbuhkan daya tarik, membantu petugas untuk
memfokuskan pembicaraan.
Petugas konseling seharusnya tidak menggambar di udara saat
menyampaikan penjelasan pada klien, karena akan terjadi salah tafsir/
persepsi.
Teknik penggunaan media KIE tergantung pada jenis media-nya
misalnya: lembar balik, poster, model, CD, dll. Namun secara prinsip
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petugas yaitu:
Ajak klien untuk memperhatikan media tersebut, hendaknya dalam
menggunakan media kontak mata antar petugas dan klien tidak
terhalang.
Fokuskan pembicaraan sesuai dengan informasi (kata-kata maupun
gambar) yang ada pada media yang sedang dipergunakan.
Tekankan bahwa informasi yang ada di dalam media ini penting

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

205

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Lakukan pengecekan pemahaman klien terhadap informasi yang


dibahas dengan menggunakan media KIE tersebut. Apabila klien sudah
mempunyai pemahaman yang baik berikan pujian dan lanjutkan dengan
informasi lainnya. Tetapi apabila klien masih kurang paham ulangi dan
beri penekanan pada hal-hal yang penting.

206

g.

Teknik melakukan Empati


Empati adalah merasakan apa yang sedang dirasakan klien, tetapi
petugas tidak larut dalam perasaan klien. Adapun teknik melakukan
empati adalah:
Menjadi pendengar yang baik dan aktif.
Melakukan refleksi isi dan perasaan
Memberikan perhatian, rasa tenang, pujian, dukungan moril dan
memberikan bantuan terhadap masalah klien
Melakukan tindakan pelayanan yang cepat dan akurat
Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap tindakan serta
keadaan klien.

h.

Teknik menyampaikan informasi atau pesan


Ada beberapa teknik yang harus dilakukan dilakukan oleh petugas saat
menyampaikan informasi atau peasan pada klien yaitu:
Menggunakan bahasa sederhana, verbal dan non-verbal, tidak
bertele-tele, sesuai dengan permasalahan serta berisi tindakan
konkrit yang mampu di lakukan klien untuk mengatasi masalahnya.
Pesan disampaikan secara bertahap dan sistematis Memberi contohcontoh nyata yang memudahkan klien untuk bisa memahaminya
Mengulangi pesan yang peting dan perlu ditindak lanjuti oleh klien
Berbicara dengan wajah ramah serta sikap yang sopan, vocal jelas,
ada sentuhan emosional, nada bicara yang tidak monoton, dll
Memperhatikan atau selaras dengan nilai-nilai social budaya atau
karakter spesifik klien
Melakukan pengecekan pemahaman.
Menggunakan alat bantu atau media KIE
Tidak menyampaikan informasi dengan menggambar di udara
Memberikan pujian serta solusi yang tepat
Menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Apabila klien sudah
jenuh jangan di paksakan
Menghindari sikap arogansi, mengancam, menakut-nakuti, mengobral
janji, mengecewakan, menyinggung perasaan, menyalahkan,
menghina, memojokkan, menghakimi, dll
Berusaha menempatkan diri pada posisi klien.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

i.

Teknik memperlakukan klien secara terhormat


Menerapkan SAJI atau SATU TUJU
Memahami keinginan serta kebutuhan klien terhadap pelayanan
kesehatan, meliputi :
Memberikan perhatian dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
klien.
Penyediaan tempat pelayanan kesehatan yang nyaman, bersih, aman,
dan bersahabat.
Pelayanan yang dirasakan berkeadilan oleh semua golongan,
perempuan dan laki-laki; orang dewasa, remaja, anak-anak; orang
kaya dan orang miskin, dan sebagainya.
Menepati janji.
Tersedianya sarana pendukung komunikasi, seperti alat peraga dan
media KIE (komunikasi, informasi, edukasi) lainnya.
Menyusun rencana bersama klien tentang tindakan prioritas yang
akan dilakukan.
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Melakukan penilaian bersama klien tentang asuhan kebidanan yang
telah diberikan.
Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien yang berkaitan dengan
upaya pemecahan masalah kesehatan untuk tahap berikutnya.

j.

Teknik menghadapi situasi sulit


Klien diam atau tidak mau berbicara
Upaya :
Katakan Ya saya mengerti kalau hal ini enak untuk dibicarakan
(refleksi). Atau katakan : Apa ibu merasa cemas ? (refleksi perasaan
tunjukkan dengan sikap tubuh yang penuh perhatian).

Klien tidak berhenti menangis


Upaya :
Berusaha menenangkan, menunggu beberapa saat dan katakan
Tidak apa apa, menangislah kalau ingin menangis.

Petugas meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien


Upaya :
Uraikan keterbatasan atau hambatan yang ada. Minta klien
memahaminya dan mau memikirkan kembali sehingga dapat
memperoleh keputusan yang terbaik. Tawarkan untuk dibahas pada
pertemuan selanjutnya, atau bisa juga menawarkan klien untuk datang
kepada petugas konseling lainnya (merujuk).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

207

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Waktu yang dimiliki petugas terbatas


Upaya :
Sampaikan sejak awal sebelum memulai pembicaraan : Maaf, kali
ini waktu saya terbatas karena saya harus menghadiri pertemuan
lain. Saya berharap kita dapat melanjutkannya pada pertemuan
selanjutnya. Bila perlu, ulangi tentang pertemuan selanjutnya itu
diakhir percakapan. Jangan langsung menolak klien. Usahakan untuk
dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif.

Klien yang marah atau emosional


Upaya :
Upayakan anda selaku petugas tidak terpancing emosi dan tetap
bersikap sopan, tegas, profesional dan tenangkan dia. Ajak klien untuk
memahami keadaan / kejadian secara lebih arif dan jernih. Batasi
percakapan anda dan perhatikan apabila klien sudah terlihat reda,
baru anda kembali melakukan konseling atau rujuk pada petugas lain.

Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok


pembicaraan
Upaya :
Fokuskan pembicaraan klien dengan cara memotong secara halus
misalnya dengan mengatakan Maaf Bu, apakah ibu mencemaskan
sesuatu ? Ibu mengatakan hal yang sama berulang ulang, apakah
ada kesulitan untuk menceritakan permasalahan lainnya ?

D. Penyuluhan Partisipatif
Penyuluhan Partisipatif adalah kegiatan terencana berupa pendidikan non-formal,
yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya melibatkan sasaran didik secara
aktif. (Pemeran Utama)
Pelibatan masyarakat setempat sebagai sasaran didik dilakukan mulai
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi seluruh kegiatan.
Dalam perencanan: identifikasi masalah dan kebutuhan yang menjadi titik tolak
perencanaan penyuluhan harus yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyartakat
setempat.
Dalam pelaksanaan: anggota masyarakat menjadi pemeran utama; potensi
(pengetahuan, keterampilan, pengalaman) yang ada mereka dimanfaatkan secara
maximal. Penyuluh sebagai fasilitator

208

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Dalam tahap evaluasi: pendapat masyarakat menentukan. Apakah semua yang


dilakukan tepat atau berhasil, atau kurang berhasil
Dalam pemberdayaan dan penyuluhan ini petugas penyuluh bertindak sebagai
inisiator dan organisator awal (bukan memutuskan segalanya), yang secara
perlahan peran itu akan dialihkan kepada anggota (pengurus) masyarakat.
Pada tahap awal masyarakat pasti belum siap untuk mampu berpartisipasi untuk
mampu dan mau berpartisipasi
Kebutuhan pelatihan masyarakat harus benar benar digali dari masyarakat, bukan
diasumsikan oleh penyuluh. Ini menyangkut substansi penyuluh.
Dalam penyuluhan partisipatif sikap penyuluh terhadap masyarakat sangat
penting. Anggota masyarakat bukan pegawai pemerintah dan bukan bawahan
penyuluh; jadi jangan diperintah atau dipaksa untuk melalkukan segala sesuatu
yang dukehendaki pemerintah.
Dalam penyuluhan partisipatif angota masyarakat adalah mitra kerja penyuluh
untuk bekerjasama berusaha mencapai tujuan penyuluhan. Sebagai fasilitator
Penyuluh wajib melayani anggota masyarakatndengan baik agar mereka dapat
belajar dan berdaya dengan lebih cepat dan berhasil. Program pemberdayaan
masyarakat yang telah ditentukan segala-galanya dari pusat bukanlah program
pemberdayaan masyarakat yang baik.
Penyuluh dilapangan harus menyusun program penyuluhan dengan melakukan
improvisasi, inovasi, inisiatif dan memperhatikan potensi-potensi sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat setempat.
Untuk memberdayakan masyarakat kita harus menempatkan masyarakat sebagai
suatu identitas yang bmandiri, memiliki kewaspadaan dan memiliki potensi untuk
menumbuhkan kehidupan yang lebih baik.
Jika masyarakat didorong-dorong untuk mengikuti arahan pemerintah, akan
berdampak melemahnya partisipasi masyarakat dan lemahnya sikap kritis kepada
pemerintah.
Pendekatan yang keliru bisa berakibat kurangnya motivasi dan daya dorong
masyarakat untuk ikut terlibat dalam melakukan prakarsa, perencanaan,
memberikan usul, merumuskan, memperdebatkan, dan mengevaluasi serta
melakukan pengawasan terhadap kebijakn publik ditingkat pusat ataupun lokal

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

209

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Penyuluhan partisipatif pada hakekatnya adalah mendorong dan memberi ruang


selebar-lebarnya bagi masyarakat untuk melakukan inisiatif dan partisipasi social.
Adanya partisipasi sosial menjadi indikator yang sangat penting untuk keberhasilan
penyuluhan partisipatif.
Partisipasi sosial diartikan sebagai keterlibatan sukarela masyarakat dalam
kelompok sosial dan kegiatannya
Disini ada kelompok-kelompok sosial setempat menjadi sangat penting. Perlu
ada inisiatif terbentuknya Kelompok Petani Hutan dari bawah. Jangan memberi
kesan kelompok bentukan pemerintah
Kelompok ini harus benar-benar milik masyarakat setempat dan tidak menjadi
sub ordanisasi instansi lain.
Sosialisasi Social Forestry afdalah acara pertama pertemuan kelompok Petani
(KPH) dengan penekanan pada maksud dan tujuan SE, manfaat yang bisa diperoleh
masyarakat, apa peran masyarakat/ kelompok dan apa peran pemerintah.
Pemeran utama kegiatan kelompok adalah masyarakat sedangkan penyuluh
sebagai penggali dan pengembang potensi masyarakat
Masyarakat diajak menyadari (bukan digurui) apa saja manfaat (fungsi) hutan
dan apa saja bahaya dan ancaman sebagai akibat adanya hutan yang tidak
terpelihara secara semestinya. Masyarakat diingatkan akan adanya kasus-kasus
di nusantara dan dunia yang terbukti merugikan masyarakat.
Hal-hal di atas tidak dilakukan melalui acara ceramah tetapi melalui dialog yang
dilakukan berkali-kali
Menurut mereka apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus melakukan
Dalam kelompok masyarakat diberi peluang membuat analisa dan mengambil
keputusan yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan menentukan cara-cara
untuk mencapai tujuan yang diinginkan
Penyuluh menentukan batas-batas kebebasan mereka, misal menentukan batas
areal yang dapat dijadikan areal usaha, hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh
dil;akukan di areal tsb. Dan berusaha mempercepat perubahan dan merangsang
tumbuhnya kemampuyan masyarakat untuk menentukan langkahnya sendiri dan
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri.

210

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Penyuluh menyediakan informasi tentang berbagai alternatif kegiatan usaha yang


bisa dilakukan dalam hutan untuk dipilh atau dimodifikasi sendiri oleh masyarakat
setempat.
Tujuan pendekatan ini adalah agar masyarakat memperoleh pengalaman belajar
mengembangkan dirinya melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan sendiri
secara kolektif. Disinlah letak hakekat pemberdayaan Masyarakat
Prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan dalam pemberdayaan masyarakat
adalah bahwa masyarakat memiliki potensi untuk memecahkan masalah sendiri,
partisipatif, demokratis, kesukarelaan dan berkeadaban.
Jadi kalau masyarakat terlihat tidak partisipatif, maka yang harus dipertanyakan
adalah apakah cara pemberdayaannya sudah benar.
Untuk memberdayakan masyarakat langkah awal yang sangat penting adalah
penorganisasian masyarakat sasaran ke dalam kelompok (unit) yang akan menjadi
wahana pemberdayaaan.
Pengorganisasian masyarakat adalah proses membangun kekuatan dengan
melibatkan anggota masyarakat sebanyak mungkin melalui proses:
Menemu-kenali ancaman yang ada secara bersama;
Menemu-kenali penyelesaian-penyelesaian yang diinginkan terhadap
ancaman-ancaman yang ada
Menemu-kenali orang-orang dan struktur, birokrasi,perangkat yang ada agar
proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin dilakukan
Menyusun sasaran/tujuan yang harus dicapai
Membangun sebuah institusi yang secara demokratis diawasi oleh seluruh
anggota
Mengembangkan kapasitas (belajar, berlatih, mencari dukungan, menggalang
dana, dll) untuk menangani ancaman yang ada
Menampung semua keinginan dan kekuatan anggota yang ada
Jadi pengorganisasian masyarakat bukan hanya sekedar melakukan pengerahan
masyarakat untuk mencapai sesuatu kepentingan semata, tetapi suatu proses
pembangunan organisasi masyarakat yang dialksanakan dengan jalan mencari
permasalahan dan tujuan bersama dan kemudian mencari penyelesaian secara
bersama pula yang didasarkan pada potensi yang ada dalam masyarakat yang
bersangkuta. Disini permasalahan yang berkaitan dengan kelestarian hutan akan
muncul kritis dan penggalian potensi pengetahuan lokal masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

211

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Penyuluhan partisipatif ini menutamkan pengembangan masyarakat berdasarkan


dialog atau musyawarah yang demokratis.
Pendapat dan usulan masyarakat merupakan sumber utama gagasan yang harus
ditindaklanjuti secara kritis, sehingga partisipasi masyarakat dalam merencanakan,
membuat keputusan dan melaksankan program merupakan tonggak yang sangat
penting.
Tujuan utama pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan partisipatif adalah
berkembangnya kedasaran masyrakat sehingga mampu mengelola potensi
sumberdaya mereka dan lingkungannya.
Penyuluhan partisipatif melalui pengorganisasian masyarakat adalah penumbuhan
kesadaran kritis, partisipasi aktif, pendidikan (nonformal) berkelanjutan dan
penggalangan kekuatan masayarakat
Jadi pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari pengembangan SDM yang
bermuara pada peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalah yang mengancam kehidupan mereka.
Jadi kalau Kemkes akan melaksanakan Social Forestry dengan melibatkan
masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka
dengan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, maka para petugas/
penyuluh di lapangan harus disiapkan untuk dapat menempatkan masyarakat
sebagai subyek utama.
Para penyuluh dilapangan perlu belajar dan berlatih bagaimana
menorganisasikan masyarakat
Para penyuluh dilapangan perlu berlatih bagaimana memberdayakan
masyarakat
Para penyuluh perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan berbagai
alternatif kegiatan usaha pada areal hutan yang mendatangkan manfaat bagi
masyarakat sekaligus berdampak melestarikan hutan dan lingkungan
Para penyuluh perlu dilatih untuk mampu berimprovisasi sesuai kondisi dan
situasi setempat dalam memberdayakan masyarakat tani hutan
Social Forestry akan berhasil baik kalau program dan pelaksanaannya dapat
menempatkan kepentingan masyarakat tani hutan pada prioritas utama dan
kegiatannya berdampak pada pelestarian hutan dan lingkungan
Penyuluhan partisipatif akan berhasil bila program dan penyulunya secara
tulus memperhatikan memperjuangkan, membela dan berpihak pada
kepentingan masyarakat setempat. Bukan hanya semata-mata bekerja untuk
kelestarain hutan dan lingkungan dengan memanfaatkan kekuatan yang ada
pada masyarakat.

212

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pemberdayaaan masyarakat perlu didukung oleh adanya tenaga-tenaga


ahli yang menguasai pengetahuan dan keterampilan teknis penorganisasian
dan pemberdayaan masyarakat, serta siap-sedia setiap saat melatih dan
mendampingi para penyuluh di lapangan.

Pokok bahasan 3.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PAMERAN
Pada hakekatnya promosi kesehatan adalah keseluruhan proses pengenalan produk
tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dipasarkan kepada khalayak
sasaran, sehingga diharapkan mereka menerima dan mengadopsi PHBS yang
ditawarkan.
Promosi dalam pemasaran sosial meripakan bauran komunikasi pemasaran (marketing
communication mix), yaitu suatu perpaduan antara periklanan, penjualan personal dan
publisitas. (Rhenald Kasali). Jadi, kalau hanya mengandalkan iklan saja dari produk
yang dipasarkan, tanpa di ikuti oleh penjualan personal, maka bisa saja mengalami
kegagalan dalam mempromosikan suatu produk tersebut.
Pameran merupakan salah satu bentuk media promosi kesehatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap proses adopsi, apabila pameran tersebut dirancang
dengan baik dan seksama. Penyelenggaraan pameran sampai sampai saat ini sangat
digemari oleh khalayak masyarakat dari berbagai lapisan. Terlebih apabila dalam
penyelenggaraan pameran disertai dengan berbagai games berhadiah, pemutaran
film, pemberian sofenir, buku-buku.
Konsep Dasar Pameran:
1. Pengertian pameran.
a. Pameran adalah suatu kegiatan terintegrasi, dimana terjadi interaksi langsung
antara khalayak sasaran dengan produk/ jasa yang ditawarkan.
b. Pameran memberikan informasi produk/ jasa yang ditawarkan kepada
khalayak sasaran. Informasi yang disampaikan diharapkan dapat tersampaikan
kepada sasaran sehingga khalayak sasaran dapat melakukan sesuatu yang
diinginkan dari produk/ jasa tersebut.
c. Pameran adalah salah satu media yang melibatkan semua panca indra
manusia.
d. Pameran adalah suatu kegiatan untuk menginformasikan berbagai macam
obyek yang meliputi produk, karya dan gagasan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

213

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

e. Pameran adalah kegiatan untuk memperlihatkan atau mempertunjukkan


model, contoh, barang, peta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan
sebagainya secara sistematis pada suatu tempat tertentu, dalam rangka
promosi.
f. Informasi yang dimaksud bukanlah sekedar informasi biasa, tetapi informasi
yang mengandung makna yang lebih dalam. Artinya mempunyai maksud dan
tujuan yang beragam. Pameran merupakan ajang promosi bagi produk yang
baru atau mengingatkan kembali keberadaan produk yang telah dipromosikan.
2. Manfaat Pameran
Apabila dikaji lebih mendalam pameran bermanfaat untuk memperkenalkan suatu
produk, mengajak, menghimbau, memperkenalkan, membangun kepercayaan,
menghibur serta membidik khalayak sasaran untuk mengadopsi produk yang
ditawarkan tersebut.
3. Fungsi Pameran
Fungsi pameran adalah salah satu bentuk promosi yang pada prinsipnya
menjembatani dua pihak antara yang mempunyai ide dengan penerima
ide atau sasaran, antara produsen dengan konsumen, antara komunikator
dengan komunikan, antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Melalui
penyelenggaraan pameran, akan diperagakkan ide, jasa, barang produksi dan
lain lain serta berbagai macam kegiatan pendukung lainnya.
Selain dari pada itu, fungsi pameran adalah sebagai sarana promosi karena :
a. Ikut pameran produk/jasa/kebijakan, kita tawarkan di kenal masyarakat.
b. Dapat memberikan informasi sejelas-jelasnya secara langsung kepada
masyarakat.
c. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan pendapat masyarakat
d. Mengangkat citra produk/jasa.
e. Mengetahui minat masyarakat secara langsung
f. Ikut pameran dapat berinteraksi langsung
g. Alternatif promosi pameran
Fungsi pameran di bidang kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya PHBS serta membangun sikap positif agar PHBS
diterima dan dilakukan dalam kehidupan sehari hari.

214

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Tujuan pameran
Ada beberapa macam tujuan pameran yaitu:
a. Penyebarluasan Informasi.
Melalui penyelenggaraan pameran diharapkan pengunjung dapat menerima
informasi tentang apa saja yang ingin diketahui. Pada pameran kesehatan
sasaran bisa mendapatkan informasi tentang kesehatan dan permasalahannya.
Tujuan pameran juga untuk memperkenalkan atau menginformasikan suatu
kebijakan produk dari suatu instansi
Contoh pameran pada Hari Kesehatan Nasional, informasi yang disampaikan
berkaitan dengan tema hari kesehatan tersebut.
b. Pendidikan
Pengunjung pameran diharapkan dapat menyerap pengetahuan yang
dipamerkan sehingga akan menjadi dasar dalam proses perubahan perilaku.
c. Promosi.
Setelah mengunjungi pameran, pengunjung dapat lebih mengenal semua
produk yang dipamerkan, menyenangi dan akhirnya memiliki.
d. Hiburan.
Penyelenggaraan pameran juga bertujuan agar pengunjung merasa terhibur dan
senang. Hiburan ini biasanya menjadi pelengkap dalam suatu penyelenggaraan
pameran sebagai daya tarik pengunjung.
5. Macam-macam Pameran.
a. Pameran di ruang terbuka (outdoor)
Pameran yang diadakan di ruang terbuka, maka partisi dan desain pameran
harus tahan terhadap cuaca panas, hujan maupun angin. Perlu jadi perhatian
pula mengenai lantai pameran, gunakan karpet plastik karena dapat menahan
hujan. Begitu pula mengnai pengamaan kabel listrik, perlu diantisipasi bila terjadi
hujan supaya tidak terjadi hal membahayakan, misalnya terkena setrum. Untuk
mengantisipasi kejadian ini perlu ada petugas lapangan yang selalu stand by
(bisa bergantian).
b. Pameran di ruang tertutup (indoor)
Pemasangan stand pameran bisa dilaksanakan setelah office hours (diluar jam
kerja) bahkan pada larut malam sekitar pukul 22.00 (sepuluh malam) dan pagi
hari harus sudah selesai sebelum karyawan datang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

215

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6. Pengelolaan Pameran
a. Perencanaan Pameran
Perencanaan yang baik akan menentukan kepada keberhasilan sebuah
pameran apalagi jika penyelengaraan pameran di kelola oleh orang yang memiliki
kreatifitas yang tinggi, konseptor ulung, mediator, inisiator dan komunikator
yang profesional.
Dalam merencanakan sebuah pameran perlu ditentukan apakah pameran untuk
membentuk image atau menimbulkan simpati atau mengubah pandangan
umum atau memberikan informasi/penerangan, kemudian kita juga perlu
menentukan target pengunjung apakah pengunjung segmented (terbatas)
atau pengunjung umum. Hal ini akan menentukan upaya-upaya khusus untuk
menarik perhatian dan dilayani oleh orang-orang khusus yang sudah di latih.
Perencanaan pameran dimulai dengan penyusunan proposal. Dalam proposal
tersebut mencantumkan hal hal sebagai berikut:
1)
Pendahuluan / latar belakang
2)
Maksud dan tujuan
3)
Tema dan sub tema
4)
Sasaran
5)
Pelaksanaan dan peserta
6)
Materi yang akan dipamerkan
7)
Waktu pelaksanaan
8)
Lokasi dan denah ruang pameran
9)
Biaya, sponsor pendukung pameran
Proposal ini bermanfaat sebagai pegangan yang jelas dalam merancang
penyelenggaraan pameran, sehingga orang lain juga dapat memahami
gagasan atau pola pikir pengelola pameran. Proposal juga digunakan sebagai
bahan acuan untuk mencari dukungan dana dan bahan bahan atau materi
kepada berbagai pihak terkait.
Selanjutnya, ada beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian pengelola
pameran, yaitu:
1)
Penentuan Tema merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan
langkah selanjutnya, misalnya pameran yang bertema kesehatan dengan
subtema peran institusi kesehatan dalam menyambut hari kesehatan.
Tema-tema yang memunculkan suatu fenomena baru akan banyak
mendapat perhatian dari calon peserta pameran maupun pengunjung
pameran.

216

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2)

3)

4)

Penetapan jenis pameran, di tujukan untuk mencapai target sasaran yang


tepat, baik peserta maupun pengunjung dan juga akan mempermudah
memasarkan pameran, karena peserta pameran sudah bisa diarahkan.
Menentukan Sumber Daya Manusia, adalah orang yang terlibat dalam
sebuah tim kerja yang dapat diandalkan dengan pembagian tugas yang
jelas.
Menentukan desain stand, ukuran stand serta dekorasi di arena
pameran. Luas stand sangat tergantung dari barang yang dipamerkan,
umumnya ukuran luas stand standar untuk pameran yaitu 2 m x 2 m,
untuk pameran skala besar, ukuran luas stand minimal 3 m x 3 m dengan
stand standar 2,44 m 2,50 m

Pengelola pameran dalam merencanakan penyelenggaraan berperan sebagai:


1)

2)

3)

4)

Berperan sebagai organizer, adalah membuat proposal dan menjalin


kemitraan dengan berbagai pihak, pengurusan rapat dan pertemuan,
pengurusan perizinan, publikasi, penyelenggaraan, monitor dan evaluasi
pameran.
Berperan sebagai tim pelaksana. Kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan pertemuan dengan berbagai pihak, melakukan koordinasi,
menentukan bahan-apa saja yang sesuai dengan tema pameran.
Penentuan program apa saja yang diikutsertakan dalam pameran, yang
sesuai dengan tema dan sub tema, program yang menjadi prioritas,
biaya.
Berperan sebagai peserta pameran. Memilih dan menetapkan amateri,
mendesain ruang pameran, merancang permainan yang bisa menjadi
daya tarik pengunjung, melakukan promosi pameran, dll
Berperan sebagai bagian dari peserta.
Bagian dari peserta pameran, diantaranya adalah petugas keamanan,
petugas penjaga buku tamu, pramuwicara, petugas konsultasi, petugas
yang membagikan media atau buku-buku pameran, dll

b. Menentukan dan Memilih Materi Pameran


1)
Menentukan materi pameran Untuk menentukan materi pameran pihak
pengelola harus memperhatikan tema dan sub tema pameran yang
mau dilaksanakan. Berdasarkan tema dan sub tema tersebut maka
materi pameran baru ditentukan mana yang akan di-display. Apabila
tema dan sub tema pameran sudah jelas, langkah selanjutnya adalah
menganalisis program-program apa saja yang akan diikutsertakan
dalam penyelenggaraan pameran tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

217

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2)

Memilih materi pameran Dari sekian banyak materi-materi pameran


yang sudah diperoleh tentunya harus dipilih materi mana yang harus
didisplay. Mengingat ruangan pameran sangat terbatas. Berdasarkan
tema dan sub tema, maka materi yang dipilih harus sesuai harus diingat
bahwa dalam menata materi yang akan dimasukkan di dalam ruangan
sempit yang tersedia harus selektif. Demikian juga bahan-bahan sajian
yang dimiliki harus dipikirkan cara penataannya, sehingga tidak terlihat
padat.

c. Mendesain pameran:
Sebelum membuat desain pameran terlebih dulu pengelola harus meninjau
lokasi / tempat pameran dilaksanakan. Setelah diketahui dengan pasti
tempat pameran tersebut, tahap berikutnya adalah menata ruang yang
tersedia. Menata ruang tersebut adalah membuat desain pameran. Tidak
jarang pameran diselenggarakan secara bersama- sama dengan berbagai
pihak sehingga ruangan yang tersedia sangat sempit. Walaupun demikian
pihak pengelola harus pandai untuk mendesain ruangan agar pengunjung,
tempat meja tamu, masih mudah dijangkau. Bahkan perlu diusahakan untuk
menyediakan tempat konsultasi, taman, tempat bermain games.
d. Pembuatan Storyboard
Materi yang sudah terpilih untuk didisplay perlu disusun terlebih dahulu.
Dalam menyusun ini harus diurutkan secara benar dan dibuat alur cerita agar
menghasilkan rangkaian visual yang bermakna. Materi tersebut bisa dalam
bentuk panel panel, standing banner, backdrop dll. Pekerjaan penyusunan
ini adalah pekerjaan yang tidak lepas dari prinsip prinsip desain seperti
garis, bidang, ruang, warna komposisi, penonjolan, keseimbangan informal
dll. Dalam pembuatan storyboard sebaiknya digambar terlebih dahulu di atas
kertas. Agar alur cerita dan bentuk desain akan lebih terstruktur.
e. Penataan stand pameran
Penataan stand pameran meliputi :
1) Tata letak stand

Display produk mudah di lihat

Sirkulasi pengunjung memadat dan terarah


2) Penampilan stand

Aktraktif (warna, ukuran, bentuk, konstruksi)

Sesuai tema dan falsafah perusahaan.


3) Penataan Produk

Produk lebih menonjol di bandingkan penataannya

Produk unggulan di tata secara khusus

218

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Fungsi produk terlihat jelas

Berada dalam jangkauan/pandangan mata ( 90 cm 200 cm)


4) Penataan informasi lengkap

Diletakkan berdekatan dengan objeknya

Tidak menggunakan tulisan tangan

Tidak terlalu kecil


f.

Publikasi dan Promosi Pameran


Pengelola pameran juga harus memikirkan publikasi dan promosi pameran.
Karena publikasi dan promosi pameran dalam menyelengarakan pameran adalah
kegiatan yang paling penting. Tujuan promosi pameran adalah untuk menarik
minat calon peserta pameran agar dapat turut serta pada penyelenggaraan
pameran dan promosi juga dilakukan untuk mendatangkan pengunjung/pembeli
yang sesuai harapan. Oleh karena itu dalam penyelengaraan pameran, pengelola
harus mengalokasikan biaya promosi cukup besar.
Langkah-langkah dalam perencanaan promosi pameran:
a. Mengidentifikasi sasaran
b. Menentukan tujuan komunikasi/promosi
c. Merancang pesan
d. Memilih saluran komunikasi
e. Menentukan anggaran promosi total
f. Memutuskan bauran promosi (iklan, promosi, penjualan)
g. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi pemasaran.
Metode Promosi Pameran
a. Penyebar luasan informasi melalui media cetak, penyiaran iklan
b. Promosi penjualan produk
c. Penyelenggaraan demonstrasi produk
d. Membuat games / permainan berhadiah.
e. Mendatangkan public figure
f. Pemutaran film
g. Pemeriksaan gratis : gula darah, tensi, osteoporosis, mata, telinga, kulit, dll
h. Melakukan kemitraan dengan pengusaha atau intitusi terkait.
Trik dalam Publikasi dan Promosi Pameran
a. Membuat brosur untuk mencari peserta pameran
b. Membuat brosur untuk informasi kepada calon pengunjung
c. Membuat iklan di media massa cetak dan elektronik
d. Mengadakan konferensi pers untuk pameran berskala besar
e. Iklan lewat internet/web site

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

219

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Poster pameran
Spanduk-spanduk promosi
Stiker promosi
Souvenier promosi : t-shirt, topi, payung
Balon udara
Billboard pameran
Baliho
Umbul-umbul promosi/hanging banner

Kegiatan publikasi dan promosi sangat diperlukan dalam sebuah kegiatan


pameran untuk mencari peserta pameran, para sponsor dan mendatangkan
pengunjung sebanyak mungkin.
g. Membuat Display Pameran
Ada beberapa ketentuan sebelum mendisplay pameran yaitu:
a. Papan panel harus sudah tersedia.
b. Materi-materi pameran sudah ada.
c. Bahan-bahan pameran atau peralatan juga sudah tersedia.
Ada beberapa cara untuk mendisplay pameran seperti menempel tulisan,
gambar, atau foto secara langsung pada panel. Ada juga cara yang lebih modern
yaitu dengan memanfaatkan sinar dari balik panel seperti yang ada pada papan
reklame.
h. Evaluasi Pameran
Evaluasi dalam pengelolaan pameran ini merupakan kegiatan penilaian terhadap
serangkaian proses penyelenggaraan pameran. Evaluasi dapat dilakukan saat
pameran berlangsung dengan jalan:
1) Melihat catatan pengunjung di buku tamu.
2) Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan pada pengunjung pameran.
3) Tanya jawab secara langsung dengan pengunjung.
4) Melakukan observasi.
Hasil evaluasi ini berguna sebagai masukkan apabila akan mengadakan pameran
di masa yang akan datang.

220

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok bahasan 4.
MENYELIA KESENIAN TRADISIONAL KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok
Persiapan dalam Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok memilih ketua,
Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik Persiapan yang perlu dilakukan
dalam Pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok,
peserta dari kelompok lain menanggapi. Demikian sampai selesai seluruh
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
4. Pelatih melakukan klarifikasi tentang persiapan yang perlu dilakukan dalam
pengembangan desa dan keluarga siaga aktif serta memberikan penegasan
singkat tentang pentingnya kegiatan persiapan dilakukan untuk keberhasilan
Pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif.
LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok
Identifikasi Masalah Kesehatan Di Desa Cisoka Kecamatan Sukaraja
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok (kelompok yang sama), masing-masing
kelompok memilih Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok diskusi Identifikasi masalah kesehatan di Desa Cisoka
Kecamatan Sukaraja, silahkan menambahkan angka dalam kasus Desa Cisoka
untuk menggambarkan besaran masalah. Diskusikan juga penyebab masalah
dan prioritas masalah yang perlu ditangani.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok,
peserta dari kelompok lain mananggapi. Demikian sampai selesai seluruh
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
LEMBAR KERJA
Skenario Bermain Peran
1. Peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing melakukan simulasi dan bermain
peran sesuai skenario yang dibagikan.
Kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain peran Musyawarah Desa/
Kelurahan,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

221

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kelompok 2 melakukan simulasi dan bermain peran Perencanaan Partisipatif


dan
Kelompok 3 melakukan simulasi dan bermain peran Melakukan Kegiatan
Promosi Kesehatan Melalui Dasawisma.

2. Kelompok 1 melakukan simulasi Musyawarah Desa di balai desa, pada malam


hari. Musyawarah desa tersebut bertujuan :
- Menyosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan (bisa menggunakan
kasus di Desa Cisoka)
- Kesepakatan tentang urutan prioritas masalah
- Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan
kembali
- Memantapkan data potensi desa
- Menggalang semangat dan partisipasi warga desa untuk mendukung
pengembangan Desa Siaga Aktif
Anggota kelompok 1 bermain peran sebagai : Pak Bunari, Kepala Desa yang
membuka Musyawarah Desa dan Bu Nonon, Sekretaris Desa yang mencatat
seluruh proses musyawarah desa tersebut. Bapak Bunyamin, Tokoh Masyarakat,
Ustadzah Rohmah, Tokoh Agama juga hadir. Bu Risa, Kader Kesehatan,
melaporkan adanya masalah kesehatan, sedangkan Pak Sigrak, kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM), menyampaikan kondisi UKBM di desanya dan
ditambah informasi dari Bu Benah, tim Penggerak PKK yang hadir bahwa Posyandu
yang sedikit pengunjungnya dan kekurangan dana untuk penyelenggaraannya.
Musyawarah berlanjut untuk menyepakati prioritas masalah. Sebagai narasumber
hadir Ibu Laila, Petugas Pustu dan Pak Muahimin, fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat Kecamatan Sukaraja, yang menjelaskan pengembangan Desa Siaga
Aktif guna menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi sekaligus sebagai
upaya kemandirian masyarakat desa dalam penyelesaian masalah di bidang
kesehatan.
3. Kelompok 2 melakukan simulasi Perencanaan Partisipatif di balai desa.
Perencanaan partisipatif ini dilakukan guna menyusun rencana pengembangan
desa siaga aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa.
Anggota kelompok 2 bermain peran sebagai : Pak Sigrak, KPM dan anggota
Lembaga Kemasyarakatan Desa (Bapak Bunyamin, Tokoh Masyarakat, Bu Risa,
Kader PKK, Pak Lihai, Kader Pokmair dan Pak Toni Guru SD di Desa Cisoka)
yang berdiskusi mencakup aspek :
a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut jadwal
pembentukan/pengaktifannya kembali.

222

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya


Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, dan lainlain), berikut jadwal pembangunannya.
c. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan atau bantuan
dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen tersendiri. Sedangkan
hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen
Musrenbag Desa/Kelurahan untuk diteruskan ke Musrenbag selanjutnya.
Dalam bermain peran ini ada yang memimpin diskusi dan ada yang berperan
sebagai notulis. Pada akhir pertemuan Pimpinan Rapat menyimpulkan hasil rapat
perencanaan partisipatif tersebut.
4. Kelompok 3 melakukan simulasi Melakukan Kegiatan Promosi Kesehatan Melalui
Dasawisma.
Anggota kelompok 3 bermain peran sebagai : Bu Munir dan Bu Risa, KPM/Kader
Kesehatan/Kader PKK melakukan kunjungan rumah (dasawisma), mengumpulkan
ibu-ibu untuk penyuluhan kelompok tentag KIA dan ibu-ibu/masyarakat yang
mempunyai anak balita. Dan juga ada yang berperan sebagai ibu-ibu/masyarakat
yang mempunyai anak balita. Media penyuluhan yang digunakan adalah lembar
balik, flash card, poster, buku KIA.
5. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk memberikan
evaluasi.
6. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran,
pelatih memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut yang
menggambarkan penyelenggaraan desa dan kelurahan.
LEMBAR KASUS
Kasus Desa Cisoka Di Kecamatan Sukaraja
Desa Cisoka terletak 20 KM Ibukota Sukaraja dan berlokasi di perbukitan. Hanya
kendaraan tertentu saja yang bisa mencapai daerah tersebut karena jalannya yang
menanjak, berbelok dan tidak bagus. Untuk mencapai desa tersebut hanya dapat
dicapai dengan kendaraan yang dobel gardan, Puskesling tidak bisa masuk desa
tersebut, petugas harus jalan kaki atau naik ojek.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

223

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Masalah kesehatan yang ada di Desa Cisoka yang terdiri dari 3 RW dan 9 RT
berpenduduk 2890 jiwa tersebut, dapat diketahui dengan melihat laporan Puskesmas
Pembantu, yaitu dari 10 besar penyakit yang banyak disana diantaranya adalah ISPA,
diare, TB, darah tinggi, penyakit pencernaan. Masalah kesehatan lainnya adalah pada
tahun 2009 jumlah Tetanus Neonatorum pada bayi menelan korban 2 orang, hal ini
disebabkan masih banyak ibu-ibu yang masih bersalin ditolong oleh dukun. KLB diare
juga sering terjadi. Jumlah anak balita yang tergolong kurang gizi pun meningkat.
Anak sekolah dasar yang menderita diare juga masih tergolong tinggi, hal ini karena
anak sekolah makan jajanan yang tidak sehat di sekolahnya. Mulai tahun 2009 angka
penderita TB juga mengalami peningkatan, yang memprihatinkan adalah penderita
TB juga mengalami peningkatan, yang memprihatinkan adalah penderita TB tersebut
tidak suka minum obat dari Puskesmas melainkan minum ramuan obat tradisional.
Fasilitas kesehatan yang ada disamping Puskesmas Pembantu adalah adanya dokter
dan bidan praktik, rumah bersalin swasta, dan beberapa warung yang juga menjual
obat.
Di wilayah Desa Cisoka ada beberapa lokasi peternakan ayam milik perorangan.
Berdasarkan laporan dari masyarakat, banyak kematian unggas mendadak terjadi
di Desa Cisoka, Cijambe dan Glodok, Kecamatan Sukaraja. Pada mulanya mereka
merasa tidak ada masalah dalam kematian unggas yang mendadak tersebut.
Pemeliharaan unggas masih bersifat tradisional yaitu diliarkan di halaman rumah
dan kandangnya diletakkan di bawah rumah atau sangat berdekatan dengan rumah.
Masyarakat di 3 desa tersebut menganggap kematian unggas mendadak sebagai
hal biasa, karena setiap tahun paska musim dingin terjadi banyak unggas yang mati
(tetelo). Bahkan sebagian disembelih pada waktu unggas itu sakit sehingga dagingnya
dapat dimakan keluarga atau dijual. Mereka berpendapat yang haram itu makan
ayam mati sedangkan ayam sakit dan sudah dipotong dan sesuai ajaran agama,
tidak masalah. Baru mereka merasa khawatir karena ada anak usia 7 tahun dari Desa
Glodok yang meninggal akibat flu burung.
Karena Desa Cisoka terletak 15 KM dari pasar tradisonal yang letaknya di Desa Glodok,
penduduk membeli bahan makanan untuk keperluan sehari-hari (beras, sayur, daging
sapi dan ayam) dari pedagang keliling yang menggunakan sepeda motor. Pedagang
keliling tersebut mengunjungi Cisoka 2 hari sekali, karena jangkauan penjualannya
meliputi beberapa desa.
Setiap bulan ada pertemuan bapak-bapak dimasing-masing RT dan ibu-ibu
mengadakan arisan PKK sebulan sekali di balai desa. Kerja bakti diadakan sesekali dan
tidak rutin. Sebagian besar penduduknya adalah karyawan pabrik yang mempunyai
status ekonomi menengah ke bawah. Di Desa Cisoka ada beberapa pabrik pembuatan

224

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

teh, kopi dan cokelat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Cisoka
adalah sumbangan dana kematian dan kas RT yang berasal dari warga masyarakat.
Sebulan sekali di beberapa RW ada kegiatan posyandu juga posyandu lansia, tetapi
jumlah pengunjungnya sedikit. Jumlah warga yang merokok cukup banyak, sumber
air yang digunakan untuk keperluan MCK berasal dari air tanah, hanya saja mereka
tidak memasak ait tersebut terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Pokok bahasan 5.
PELAYANAN KONSELING KEPADA INDIVIDU/MASYARAKAT
Konseling yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada
klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan informasi yang tidak
memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan
dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang
tepat dan mantap bagi dirinya sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun. Atas dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai
dengan keputusan yang telah dipilihnya secara mantap karena memahami alasan
dan tujuannya. Dasar dari pengertian konseling adalah pemberian informasi
yang tujuan akhirnya adalah klien dapat membuat keputusan untuk mengatasi
masalahnya.
Melalui konseling akan dapat terjadi suatu proses :
a) Perubahan perilaku
b) Peningkatan kemampuan untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi alternatif
pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif pemecahan masalah,
menganalisis / melakukan kajian sejauhmana konsekuensi dan keuntungan
terhadap pilihan pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
c) Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
d) Meningkatkan hubungan antar perorangan
e) Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
f) Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi masalah
g) Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis
Adapun langkah-langkah praktis melakukan konseling adalah SATU TUJU.
SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan), sambut
kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien untuk menjajagi
pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U : uraikan informasi yang
relevan / terkait dengan masalah klien. TU: bantu klien untuk memahami masalah
serta alternatif pemecahan masalahnya. J: Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan
keuntungan dari setiap alternatif pemecahan masalah. U : ulangi hal-hal penting
yang dibahas, serta lakukan kesepakatan kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat
pelayanan lain bila diperlukan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

225

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Teknik komunikasi interpersonal dan konseling meliputi :


teknik menjadi pendengar aktif, teknik mengajukan pertanyaan, teknik melakukan
observasi, teknik melakukan refleksi, teknik membantu klien mengambil keputusan,
teknik menggunakan media KIE serta teknik mengatasi situasi sulit dalam melakukan
komunikasi interpersonal dan konseling (klien menangis terus, tidak mau berbicara,
marah, kecewa, dll)
Teknik menyambut klien
a) Begitu melihat klien datang, jangan sekali-kali bersifat masa bodoh, acuh atau
melalaikan dia. Sambutlah dia, ucapkan terimakasih atas kedatangannya.
b) Sampaikan assalamualaikum, atau selamat pagi, apa kabar dengan nada suara
yang akrab disertai dengan ekspresi pandangan mata yang tertuju pada klien,
wajah tersenyum bersahabat, wajar dan ada kontak perasaan (menyapa /
menyampaikan salam dengan hati).
c) Untuk anak remaja pakai bahasa yang sesuai
d) Segera persilahkan masuk dan duduk
e) Usahakan untuk segera memberikan pelayanan dan bersikaplah sopan terhadap
klien. Bila klien melakukan kontak melalui telepon usahakan segera dijawab
dengan baik dan sopan.
f) Jika seorang klien telah berjanji pada jam yang tertentu untuk menemui anda,
maka usahakan untuk siap tepat waktu.
Teknik menjadi pendengar aktif
Pengertian mendengar aktif adalah suatu proses merekam semua informasi yang
disampaikan oleh klien, sehingga diperoleh suatu gambaran yang komprehensif dari
keadaan klien yang sesungguhnya.
Tujuan menjadi pendengar aktif adalah diperolehnya gambaran yang benar tentang
keadaan masalah klien baik secara fisik maupun secara psikologis, kebutuhan klien,
perasaan klien, arah percakapan klien. Sehingga dapat memikirkan tindakan apa
yang harus dilakukan.
Teknik menjadi pendengar aktif adalah:
a) Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak. Bantu agar
klien merasa bebas berbicara
b) Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan. Mendengarkan untuk
mengerti dan bukan untuk menentang
c) Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara dengan bebas.
d) Memberikan perhatian dan simpati saat klien berbicara
e) Bersabar untuk tidak memotong pembicaraa
f) Mampu menguasai emosi.

226

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

g) Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima kritik


h) Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan dengan masalah
klien
i) Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele, gunakan bahasa
yang sopan dan mudah dipahami.
Pokok bahasan 6.
PEMBERIAN BIMBINGAN DAN MEMBANTU KEPADA MASYARAKAT DALAM
MELAKUKAN SURVEY MAWAS DIRI
LEMBAR KERJA
Pedoman Melakukan PKL
1. Persiapan sebaiknya dilakukan sehari sebelum PKL)
Fasilitator menjelaskan persiapan yang harus dilakukan untuk PKL
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jumlah
RW dari Desa/ Kelurahan lokasi PKL (setiap kelompok mengunjungi 1 RW).
Setiap kelompok menunjuk ketua, Seketaris dan Penyaji. Setiap kelompok
menyusun agenda PKL, instrumen/ panduan dialog.
2. Identifikasi masalah kesehatan
Masing-masing kelompok melakukan pengenalan kondisi di RW, Identiifikasi
masalah kesehatan dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah,
menganalisis situasi di RW, perkembangan desa / kelurahan siaga aktif, UKBM,
potensi RW/ Desa/ Kelurahan:Tokoh masyarakat/ tokoh agama, dan lai lain,
bantuan/ dukungan yang diharapkan. Pengumpulan data ini dinamakan Survey
Mawas Diri (SMD). Hasil Musyawara RW dibawa ke Musyawara Desa/ Kelurahan.
3. Melakukan musyawara desa/ kelurahan dengan tujuan:
Menyosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan dan program
pengembangan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif
Kesepakatan tentang urutan prioritas masalah
Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan
kembali
Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif
4. Menyusun rencana partisipatif
Rencana partisipatif ini mencakup UKBM yang akan dibentuk atau di aktifkan
kembali, sarana yang akan dibangun , kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan
dengan swadaya masyarakat atau bantuan. Hal-hal yang memerlukan dukungan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

227

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

pemerintah dimasukkan dalam dokumen Musrenbang Desa/ Kelurahan untuk


diteruskan ke Musrenbang Kecamatan dan Kabupaten/ Kota
5. Menyusun laporan PKL
Setelah kunjungan lapangan masing-masing kelompok menyusun laporan
PKL
Hasil PKL disajikan secara pleno dan fasilitator memberikan feedback hasil
PKL tersebut.

VI.

228

Referensi
Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2009, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta.
Depkes RI, BPPSDMK. 2007, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2010, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta.
Toto Mardikanto, 2010, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta.
Toto Mardikanto, 2010, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010, ModulPelatihan Pemberdayaan Masyarakat
Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri, 2004, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Depdagri, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri,Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, 2004, Jakarta.
Internet, 2013,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 5
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH BIDANG KESEHATAN

I.

Deskripsi Singkat
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada
pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa
prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis adalah
karya tulis yang di susun berdasarkan kriteria ilmiah.Membuat karya tulis ilmiah baik
dalam bentuk hasil penelitian, artikel, makalah, dll bagi Pejabat Fungsional PKM
mempunyai angka kredit yang cukup besar. Banyak karya tulis yang seharusnya
bisa dikerjakan oleh Penyuluh Kesehatan Masyarakat, website atau media massa
lainnya, makalah, bahan mengajar, modul pelatihan, buku pedoman, buku saku,
leaflet, dll. Sehujbungan dengan itu, diharapkan Penyuluh Keseharan Masyarakat
memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis. Banyak orang beranggapan bahwa
menulis merupakan hal yang tidak mudah,sebenarnya anggapan itu tidak selalu
benar. Balajar menulis sebenarnya tidak memerlukan teori khusus,tetapi memerlukan
latihan khusus agar mempunyai daya nalar yang bagus. Oleh sebab itu keberhasilan
seorang penulis sangat ditentukan kemampuan mengembangkan daya nalar atau ide
kreatif,motivasi,dan banyak sedikitnya berlatih.
Karya tulis merupakan aktivitas merupakan gagasan yang mewujudkan dalam bentuk
tulisan. Memang menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan tidak semudah dalam
bentuk lisan. Terkadang gagasan sudah terkumpul di kepala kemudian hendak
dituangkan dalam bentuk tulisan, ternyata banyak hambatan yang muncul, terutama
membuat kalimat pertama. Seseorang yang tidak mampu menulis (membuat karya
ilmiah) sering dikatakan lemah penguasaan bahasanya. Hal ini mungkin benar, karena
menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek keterampilan
berbahasa ada empat, yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Kalau
seseorang tidak bisa menghasilkan karya ilmiah, tidak berarti lemah pada semua
aspek keterampilan berbahasa.

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis/ilmiah di bidang
kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

229

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah pembelajaran pokok bahasan ini, peserta latih mampu :
1. Menjelaskan tentang karya tulis ilmiah
2. Menerapkan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis
3. Membuat karya ilmiah
III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Karya tulis.
Pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya ilmiah
Pokok bahasan 3. Teknik penulisan karya ilmiah

IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (6 Jpl : 6 x 45
menit = 270 menit ), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi
yang akan disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Pengertian Karya Tulis
( menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang karya ilmiah/tulis.
Mengajukan pertanyaan kepada peserta secara bertahap, tahap awal pertanyaan
yang disampaikan: 1) pengertian tentang karya tulis/ilmiah, 2) prinsip dan teknik
penulisan karya tulis/ilmiah, 3) teknik penulisan karya ilmiah.

230

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta, selanjutnya merangkum dan


menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub pokok bahasan dengan
menggunakan bahan tayang.
c. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Prinsip-prinsip dan teknik
penulisan karya ilmiah (. menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan penjelasan kepada peserta tentang jenis-jenis karya tulis
ilmiah
b. Fasilitator menjelaskan kepada peserta prinsip-prinsip penulisan karya tulis ilmiah
c. Fasilitator memberikan penjelasan kepada peserta teknik dan langkah-langkah
penulisan karya ilmiah, antara lain: 1) Judul, 2) Abstrak, 3) BAB I. (Pendahuluan,
masalah dan Tujuan), BAB II (Tinjauan Pustaka/Referensi), BAB III ( Metodologi),
BAB IV (Hasil dan Pembahasan), BAB V (Simpulan dan Saran)
d. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang penulisan karya ilmiah.
e. Fasilitator meminta kepada peserta untuk membagi kelompok membuat karya
tulis ilmiah.
f. Fasilitator meminta kepada peserta untuk meyajikan hasil diskusi yang telah
dibuat.
g. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menanggapi karya tulis ilmiah dari
kelompok lain.
h. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (..... menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

231

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
A. LATAR BELAKANG
Penulisan karya ilmiah di bidang kesehatan bermanfaat untuk masyarakat luas
dalam memperoleh informasi tentang Kesehatan. Peluang Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) apabila membuat karya tulis akan
memperoleh angka kredit yang sangat memadai untuk menambah nilai pada
saat penyusunan DUPAK. Setiap pejabat fungsional PKM diharuskan membuat
karya tulis ilmiah selain sebagai penambahan angka kredit yang cukup tinggi dan
sebagai salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat khususnya bagi Jabfung
Madya. Banyak karya tulis ilmiah yang seharusnya bisa dilakukan oleh Jabfung
PKM diantaranya hasil penelitian, survey, artikel ilmiah, buku, makalah, website
dan lain-lain untuk dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Sehubungan dengan
itu, Jabfung PKM diharapkan memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis
ilmiah.
B. KONSEP DASAR KARYA TULIS ILMIAH
1. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan
pada pengkajian atau penelitian yang ditulis secara sistematis menggunakan
bahasa prinsip-prinsip ilmiah.
2. Tujuan Karya Tulis Ilmiah
Penulisan karya ilmiah adalah memberikan pemahamam terhadap peserta agar
dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu
permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.
Karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
angka kredit dan kenaikan pangkat khususnya pejabat fungsional madya.
3. Karateristik karya Tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah yang memiliki karateristik ilmiah harus memenuhi syarat
keilmuan, adalah:
a.
Memuat isi kajian yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
b.
Menggunakan metode berpikir ilmiah
c.
Berbentuk tulisan keilmuan

232

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Bentuk atau jenis karya tulis ilmiah


Mengacu pada defenisi karya tulis ilmiah, dapat dilihat bahwa karya ilmiah
sebenarnya merupakan laporan dari sebuah pengkajian, baik dalam arti
penelitian maupun gagasan-gagasan konseptual dari hasil telahaan.Laporan
ini ada beberapa bentuk yang berbeda-beda, ketika ditulis.Biasanya hal ini
terkait dengan kepentingan dari laporan itu sendiri.Oleh karena itu karya
ilmiah bisa dilihat dalam beberapa bentuk atau jenis.
a.
Artikel, yakni karya tulias yang dirancang untuk kepentingan penertiban
jurnal
b.
Makalah, yaitu karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu
masalah disertai analisis logis dan obyektif, biasanya dirancang untuk
kepentingan seminar.
c.
Skripsi, tesis dan desertasi, yakni karya tulis ilmiah yang dijadikan
sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan.
d.
Modul yaitu materi pelajaran yang disusun sedemikan rupa sehingga
pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut.
e.
Diktat adalah tertulis suatu bidang studi yang disiapkan oleh guru untuk
mempermudah pengayaan materi pelajaran atau bidang studi yang
dibahas dalam proses pembelajaran.
f.
Terjemahan adalah karya tulis hasil penerjemahan dari buku atau karya
tulis bahasa asing ke bahasa Indonesia atau sebaliknya
g.
Laporan hasil penelitian adalah penulisan hasil kegiatan penelitian yang
telah dilakukan atau bisa dikatakan sebagai pertanggungjawaban dari
hasil penelitian. Jika disusun dalam kaitannya dengan persyaratan
akademik, maka bentuk laporannya dapat berupa skripsi, tesis atau
disertasi.

Pokok Bahasan 2.
PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULISA ILMIAH
A. PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
1. Pola penulisan karya tulis ilmiah
a.
Pola pemecahan topik yaitu kegiatan merinci topic bahasan yang masih
dalam lingkup suatu tema menjadi bagian-bagian yang lebih sempit
untuk dianalisa
b.
Pola masalah dan pemecahannya, yauti mengemukakan maslah yang
adala dalam lingkup pokok bahasan terlebih dahulu kemudian dianalisa
upaya pemecahannya
c.
Pola kronologi yaitu menggarap topik menurut urutan peristiwa yang
terjadi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

233

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

Pola perbandingan yaitu pola penulisan dengan mengemukakan dua


aspek atau lebih dari satu topik, kemudian menunjukkan perbedaan
dan persamaan dari aspek-aspek tersebut.

2. Gaya penuturan karya tulis ilmiah


a.
Deskripsi atau gambaran tertulis dimana penulis berusaha mengambarkan
wujud benda, kondisi atau gejala melalui kata-kata.
b.
Narasi atau kisah yaitu model penuturan yang menyajikan rangkaian
cerita atau suatu kejadian dalam waktu tertentu.
c.
Ekspose atau penjabaran, yaitu penuturan yang menjelaskan dan
menafsirkan fakta, gejala atau suatu kejadian
d.
Argumentasi atau penyajian alasan, yaitu jenis penuturan yang
mengemukakan fakta yang mendukung pandangan seseorang atau
penulis.
3. Struktur penulisan karya ilmiah
Secara umum, struktur sebuah karya tulis ilmiah terbagi delama tiga
bagian besar yaitu pendahuluan, isi, dan pembahasan. Meskipun ketiganya
merupakan inti dari struktur sebuah karya tulis ilmiah, tetapi masih dibutuhkan
penyemarak lain, yaitu prakata, daftar isi, daftar table/skema, bibliogarfi atau
kepustakaan dan lampiran, tentu saja kelengkapan-kelengkapan tersebut
tidak semua mutlak disertakan.
a.

Pendahuluan
Bagian ini merupakan ga,mbaran mengenai topic penelitian yang
hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada bagian
ini diuraikan secara sederhana dibawah ini
1. Latar belakang masalah
Bagian ini penulis harus menguraikan apa yang menjadi
ketertarikannya pada obyek yang akan diteliti. Oleh karena itu
kepekaan untuk memperhatikan fenomena-fenomena yang mutakhir
di bidang yang sedang ditekuni menjadi kebutuhan.Tidak jarang
sebuah makalah atau skripsi mendapatkan sambutan hangat karena
membahas topik-topik yang sedang hangat.
Aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan
pustaka. Peneliti perlu menyertakan beberapa penelitian yang relevan
dengan topic yang dikerjakan.Hal ini dilakukan agar memperjelas
pembaca bahwa penelitian yang dilakukan bukan mengulangi
berbagai penelitian lainnya.

234

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Masalah dan batasannya


Fenomena yang menarik perhatian penulis harus secara eksplisit
mengemukakan masalah yang hendak dibahas.Sebab pada bagian
latar belakang, masalah yang hendak dibahas biasanya tidak
dikemukakan secara eksplisit.Masalah yang hendak dibahas atau
diteliti itu masih harus dibatasi.
3. Tujuan dan manfaat
Tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan sedapat mungkin
dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan akademis maupun
masyarakat secara umum.
4. Metode dan teknik analisa
Penentuan metode dan teknik menganalisis data juga akan
menentukan hasil dari sebuah penelitian. Metode yang merupakan
harus dilaksanakan sedangkan teknik merupakan cara melaksanakan
metode.
5. Landasan teori
Penelitian perlu memiliki dasar teoritis yang kuat. Penulis harus benarbenar teliti dalam menentukan dasar teoritis yang akan mendukung
pembedahan masalah.
b.

Isi
Setelah menyelesaikan bagian pendahuluan, penulisan dilanjutkan pada
bagian isi.Bagian imi penulis meyampaikan hasil penelitian yang telah
diperoleh.

c.

Penutup
Bagian ini peneliti meyampaikan simpulan dai hasil penelitiannya. Simpulan
disajikan secara sederhana dan singkat. Salah satu bagian yang masih
banyak digunakan sebagai sub bangian dari penutup adalah saran.

d.

Bibliografi
Bibliografi disebut sebagai daftar pustaka, dan merupakan bagian yang
penting dalam karya tulis ilmiah.Tidak ada batasan minimal maupun
maksimal dalam penggunaan referensi.

e.

Abstrak
Abstrak merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti.
Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat singkat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

235

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f.

Prakata
Perbedaan yang mendasar antara kata pengantar dan prakata. Kata
pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka menyajikan karya tulis
orang lain sedangkan prakata merupakan pengantar yang disajikan oleh
penulis karya tersebut.

B. JENIS KARYA TULIS ILMIAH


1. Artikel
a.
Pengertian artikel
Artikel adalah karya tulis yang berisi opini seseorang mengupas
tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan kadangkadang kontroversial dengan tujuan utnuk menyampaikan informasi,
mempengaruhi, meyakinkan dan menghibur pembaca.
Artikel biasanya diperuntukan bagi masyarakat umum yang dimuat pada
media cetak, eletronik, majalah dinding dll. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa popular.
b.

236

Jenis-jenis artikel
Artikel dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Artikel praktis
Lebih menitik beratkan pada keterampilan daripada pengembangan
pengetahuan atau analisis suatu masalah dan cenderung
menggunakan bentuk karangan.
2) Artikel ringan
Arikel ringan biasanya mengangkat masalah-masalah yang ringan
dan tidak memerlukan pemahan yang mendalam
3) Artikel halaman opini
Semua artikel adalah opini, artikel ini ditempatkan dalam surat kabar
atau majalah dibagian khusus opini.
4) Artikel analisis ahli
Artikel analisis ahli lebih berat dari pada opini.Artikel ini juga harus
ditulis oleh orang yang disiplin ilmu sesuai dengan topic artikel dan
menggunakan bahasa ilmiah.
5) Artikel ilmiah hasil penelitian
Adalah tulisan yang didasarkan pada hasil penilitian yang telah
dilakukan.Artikel ini disusun sehingga tetap menampilkan semua
aspek laporan hasil penelitian tetapi dalam format yang lebih ringkas.
6) Artikel non penelitian
Adalah artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian terdahulu
yang dapat digali dari buku-buku referensi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c.

Komponen artikel
1) Topik dan judul
Topik dan judul harus mencerminkan masalah yang akan dibahas.
Pemilihan kata-kata yang mengandung unsure-unsur utama maslaha
dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca.
2) Nama penulis
Nama penulis artikel harus tanpa disertai gelar akademik atau
professional guna menghindari bias seniorita dan wibawa serta
inferioritas penulis.
3) Abstrak dan kata kunci
Berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan
pengantar atau pengantar penulis.
4) Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan
berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan
rencana penulis dalam rangka pemecahan masalahnya.
5) Bagian inti
Pada bagian inti berisi kupasan, analisis argumentasi, komparasi,
keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang
dibicarakan.
6) Metode
Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau
desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik pengumpulan
data, pengembangan instrument dan teknik analisis data.
7) Hasil penelitian
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara padat, dan kominikatif.
Perhitungan statistic tidak perlu disajikan dalam artikel.
8) Pembahasan
Dalam pembahasan penulis menyajikan hasil interpretasi temuannya
dan menyajikannya dan mengaitkannya dengan struktur pengetahuan
hasil penelitian terdahulu.
9) Penutup, kesimpulan dan saran
Merupakan bagian akhir penulisan yang berisi beberapa alternative
penyelesaian masalah.
10) Daftar rujukan
Semua rujukan yang terdapat dalan tulisan yang dimasukkan ke
dalam daftar rujukan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

237

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

Langkah-langkah penulisan artikel


1) Mencari ide
Ide adalah suatu yang melintas pada pikiran, baik berupa kata maupun
kalimat.Ide yang ditulis harus relevan, actual dan terjangkau oleh daya
nalar manusia.
2) Menetapkan topik
Topik adalah pokok permasalahan yang akan dibahas. Topic artikel
yang baik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan penulis,
menarik, sesuai dengan tingkat pemahaman pembaca, actual,
fenomenal, controversial dan harus ditunjang oleh referensi yang
tersedia.
3) Menetapkan judul
Judul adalah identitas karangan, harus proaktif, singkat, pada dan
relevan.Judul bisa berupa kata, kalimat Tanya, frase dan klausa.
4) Merumuskan tesis
Tesis adalah pendapat utama dari keseluruhan isi karangan. Sifatnya
sama dengan simpulan sementara. Tesis hampir sama dengan
hipotesisi dengan mengemukakan factor-faktor penyebabnya.
5) Membuat kerangka konsep
Kerangka konsep adalah outline atau sistematika penulisan.
Sistematika penulisan ini sangat penting agar tidak tumpang tindih.
6) Membuat pemecahan masalah
Mengemukakan upaya pemecahan masalah yang ada dalam lingkup
pokok bahasan dengan jelas.Analisa pemecahan masalah tesebut
harus mengacu pada pendapat para ahli di bidang keilmuan yang
bersangkutan.
7) Membuat penutup
Penutup berisi rangkuman atau kesimpulan yang menjawab tujuan
serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan, selain itu juga berisi saran
yang harus dilakukan oleh berbagai pihak.
8) Mencari referensi
Referensi adalah sumber-sumebr bacaan yang dirujuk. Mengutip
atau mengambil pendapat orang lain untuk memperkuat tulisan yang
dibuat. Referensi yang digunakan harus ada hubungannya dengan
topic artikel.

2. Makalah
a.
Pengertian makalah
Makalah adalah karya tulis yang bersifat resmi tentang suatu poko yang
dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam rangka penyampaian
pandangan.

238

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Makalah merupakan karya tulis yang pendek dibandingkan karya tulis


ilmaih lainnya. Makalah hampir sama dengan artikel yang membedakannya
adalah pada masalah yang diangkat tidak harus aktual dan controversial.
b.

Ciri-ciri makalah
1) Merupakan hasil kajian literature atau hasil lapoaran pelaksanaan
kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahan.
2) Mendemonstrasikan pemahan teoritik dan kemampuan menerapkan
prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan
3) Menunjukkan kemampuan pemahan isi dan berbagai sumber yang
digunakan
4) Mendemonstrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informs
dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.

c.

Unsur-unsur makalah
1) Halaman sampul
Halaman sampul atau makalah bertuliskan judul,
2) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian dan memusatkan
pikiran pembaca pada masalah yang dibahas. Pendahuluan terdiri dari:
Latar belakang masalah
Masalah
Tujuan
Pengertian
3) Pembahasan
Yang dibahas pada bagian adalah masalah yang muncul berdasarkan
latar belakang sesuai dengan topic, baik yang diidentifikasi maupun
yang tidak.
4) Penutup
Bagian ini terdiri dari ulasan-ulasan pembahasan atau komentar
5) Daftar pustaka/referensi
Daftar pustaka adalah daftar buku yang dirujuk atau dikutip untuk
mendukung pendapat yang dituangkan dalam tulisan.

d.

Langkah-langkah menyusun makalah


Penyusunan makalah hampir sama dengan penyusunan artikel.
Perbedaannya pada makalah harus lebih jelas masalahnya dan makalah
tersebut harus dihantarkan oleh latar belakang yang merupakan motivasi
untuk membahas hal itu.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

239

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Paper
a.
Pengertian paper
Paper adalah karya tulis ilmiah merupakan makalah biasanya pada unsure
dan tujuannya. Unsur paper lebih banyak dibanding makalah.
b.
Jenis paper
Secara umum ada dua jenis paper, yaitu:
1) Common paper
2) Position paper
c.

Unsur-unsur paper
1) Halaman sampul
2) Kata pengantar
3) Daftar isi
4) Daftar pustaka.

d.

Langkah-langkah membuat paper


1) Menentukan ide
2) Menemukan topik karangan
3) Membuat judul

4. Skripsi
a.
Pengertian skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi untuk meyelesaikan program sarjana.
Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
b.

Karateristik skripsi
1) Bidang pendidikan, skripsi terarah pada ekplorasi atau pemecahan
masalah pendidikan
2) Bidang non kependidikan, skripsi terarah pada permasalahan bidang
keilmuan yang sesuai dengan program studi.
3) Ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan atau
penelaahan pustaka
4) Menggunakan bahasa yang baik dan benar.

5. Tesis
a.
Pengertian Tesis
Tesis merupakan karya tulis resmi akhir dalam menyelesaikan program
magister.Tesis sebagai bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam
ilmu pendidikan.

240

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b.

Karateristik tesis
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup
dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan
program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Merupakan pengujian empiric terhadap posisi teoritik tertentu
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.

6. Disertasi
a.
Pengertian Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir dalam menyelsaikan
program doctor.Disertasi merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.
b.

Karateristik disertasi
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup
dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan
program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang dikaji
secara mendalam.
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.

Pokok Bahasan 3.
TEKNIK PENULISAN KARYA TULISAN ILMIAH
1. Menetapkan permasalahan
a. Untuk memulai menulis harus dawali dengan mengangkat permasalahan yang
ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai
ke permasalahan yang paling kompleks
b. Ruang lingkup permasalahan harus dimulai dari lingkup yang kecil sampai
lingkup yang besar serta dari lingkup terbatas sampai lingkup terluas
c. Permasalahan yang diangkat harus merupakan masalah yang actual, penting
dan perlu dibahas serta disosialisasikan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

241

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2.
3.
4.
5.
6.

Membuat daftar permasalahan yang timbul dalam benak pikiran penulis.


Membuat konseptualisasi dan pengembangan gagasan
Pembuktian fakta
Penelusuran fakta
Pengololahan dan penyusunan
a. Menulis bagian pendahuluan
1)
Ringkasan
2)
Pernyataan yang menonjol
3)
Pelukisan
4)
Anekdot
5)
Pertanyaan
6)
Kutipan orang lain
7)
Hasil pengamatan langsung.
b. Menulis bagian pembahasan
c. Menulis bagian penutup
7. Memeriksa isi artikel.

VI.

242

Referensi
Arifin, 1997, Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta
Azahari, A. 2001. Cetakan Keempat. Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Penerbit
Universitas Tri Sakti
Indrianti, E. 2002. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia
Prayitno, H, 2000, Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah, Univ. Muhammadyah,
Surakarta
Widyamartaya, Al, Veronica Sudiati, 2000. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah,
Jakarta:PT. Grasindo

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 6
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DI BIDANG PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT

I.

Deskripsi Singkat
Penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan pada intinya adalah
melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada berbagai segmentasi
sasaran. Dalam proses komunikasi, langkah awal yang penting adalah sumber
atau komunikator melakukan decoding, yaitu merumuskan dan menyusun pesan.
Selanjutnya, pesan yang sudah disusun disebarluaskan atau disampaikan kepada
sasaran komunikasi melalui media. Perlu diketahui bahwa pesan tidak selalu dalam
bentuk kata-kata atau tulisan, melainkan dapat berupa gambar, ilustrasi, grafik, film,
lagu, dll. Selain itu perumusan dan penyusunan pesan, dapat menggunakan berbagi
jenis bahasa, misalnya: bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa agama, bahasa
politik, bahasa ekonomi, dll. Penyusunan pesan dengan menggunakan berbagai
bentuk serta jenis bahasa ini, tujuannya untuk mengurangi distorsi dan salah persepsi
serta mudah dipahami oleh sasaran.
Demikian juga halnya dengan pengembangan media yang berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan, media KIE atau promosi kesehatan dapat berupa media cetak,
media elektronik, media luar ruang, media partisipatori, media tradisional, media
model, media dari benda-benda alamiah, dll. Yang penting, semakin banyak panca
indera sasaran bisa diaktifkan atau dirangsang oleh berbagai jenis media, maka
semakin efektiflah proses komunikasi tersebut.
Teknologi tepat guna secara ringkas dapat dikatakan sebagai teknologi yang
sederhana dalam arti dapat dibuat oleh masyarakat tradisional, memakai bahan
yang banyak diperoleh di tempat masyarakat tersebut, atau sangat sedikit memakai
bahan bantuan luar dan murah. Pada hakekatnya teknologi tepat guna bukanlah
teknologi tradisional, tetapi selangkah lebih maju dari teknologi tradisional tersebut
dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat.
Petugas pengelola penyuluhan atau promosi kesehatan, harus mampu merumuskan
pesan dan pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik sasaran. Perumusan
atau penyusunan pesan dan pengembangan media komunikasi kesehatan merupakan
kesatuan yang penting dalam mendukung proses komunikasi efektif.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

243

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Melalui pembahasan materi ini, diharapkan ada kesamaan pemahaman peserta latih
tentang kaidah perumusan pengembangan media tepat guna di bidang PKM yang
baik dan benar.
II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan teknologi tepat
guna di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang teknologi tepat guna
a.
Pengertian
b.
Tujuan dan manfaat
c.
Kriteria
d.
Contoh-contoh teknologi tepat guna
2. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang
masyarakat
3. Langkah-langkah penerapan teknologi tepat guna

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:(Sesuai GBPP)
Pokok Bahasan 1. Teknologi tepat guna
Sub Pokok Bahasan:
a. Menjelaskan pengertian teknologi tepat guna
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknologi tepat guna
c. Menjelaskan kriteria teknologi tepat guna
d. Menjelaskan contoh-contoh teknologi tepat guna

244

penyuluhan kesehatan

IV.

Metode
a. CTJ
b. Curah pendapat
c. Studi Kasus/Bermain Peran
d. Demonstrasi/simulasi

V.

Media dan Alat Bantu


a. Laptop
b. Kamera Digital + Tripot
c. LCD

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.
e.
f.
g.
h.
VI.

Flipchart
White board
Spidol
Panduan diskusi
lembar kasus

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (8 Jpl: 8 x 45
menit = 360 menit; T= 2 JPL; P= 6 JPL; PL= 0 JPL), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengkondisian (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
b. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2.
Penyampaian Materi (340 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode belajar yang digunakan dalam
pelatihan ini seperti :
Pemanasan/pencairan/BLC: metode ini mempunyai tujuan untuk
menciptakan suasana kelas yang hangat dan gembira sehingga mereka
siap untuk mengikuti proses pembelajaran selanjutnya. Teknik pamanasan
dan pencairan digunakan awal, selama dan akhir pelatihan sesuai dengan
kebutuhan. Fasilitator diharapkan menguasai sebanyak mungkin segala
bentuk permainan yang dapat digunakan sebagai pencairan.
curah pendapat : Untuk membangkitkan keberanian peserta dalam
mengungkapkan pendapat dan perasaannya tanpa mendapat sanggahan
eramah dan tanya jawab : cara untuk menyampaikan informasi kepada
peserta guna menjelaskan sesuatu. Tanya jawab untuk mengetahui apakah
masih ada hal-hal yang belum jelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

245

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Diskusi Kelompok : sebagai arena saling tukar pengalaman serta memecahkan


masalah
Bermain Peran : sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta
mengembangkan daya analisis dan pengalaman peserta meningkatkan
penghayatan pserta terhadap topik yang sedang dibahas.

Langkah 3.
Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi (pre-post test) untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.
VII. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
A. Pengertian
Teknologi :
Ilmu tentang cara untuk melakukan sesuatu Penerapan teori-teori ilmiah
dalam memecahkan masalah praktis, baik berupa perangkat keras yang
berupa sebuah alat tertentu, maupun perangkat lunak yang berupa suatu
metode atau teknik pemecahan masalah
Ilmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau memecahkan masalah
tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah ilmiah, teori-teori ilmiah dan hasil
penelitian ilmiah ke dalam bentuk praktis berupa perangkat keras seperti
benda, alat, pesawat, atau mesin maupun perangkat lunak seperti metode,
sistematika atau prosedur kerja tertentu
Tepat Guna
Tepat sasaran penggunaannya, atau diterapkan sesuai bidangnya sehingga
bermanfaat bagi bidang tersebut.
Teknologi Tepat Guna
Teknologi yang diterapkan pada bidang tertentu (misal olahraga, rumah
tangga, pendidikan dsb.) sehingga menghasilkan manfaat pada bidang
tersebut.

246

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Teknologi yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan


menggunakan sumber daya yang sesuai atau tersedia di lingkungannya.
Umumnya berupa peralatan yang relatif sederhana, mudah dibuat dan
dioperasikan.

TEKNOLOGI TEPAT GUNA:


Usaha memperbaiki teknologi yang ada di suatu masyarakat dan perbaikan itu
ditunjukan untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat.Penerapan TEKNOLOGI TEPAT GUNA juga harus mempertimbangkan
keadaan alam sekitarnya, dalam hal ini dampak lingkugan yang disebabkanya
harus lebih kecil dbandingkan dengan teknolgi tradisionl/maju (depkes RI 1988).
TEKNOLOGI TEPAT GUNA:
Teknologi yang sederhana dalam arti dapat dbuat oleh masyarakat tradisional,
memakai bahan yang banyak diperoleh di tempat masyarakat tersebut/ sangat
sedikit memakai bahan bantuan luar dan murah. pada hakekatnya TEKNOLOGI
TEPAT GUNA bukan teknolgi tradisional, tetapi selangkah lebih maju dan teknolgi
tersebut terjangkau oleh kemampuan masyarakat (depkes RI 1996).
Suatu cara / teknologi untuk memberdayakan potensi yang ada di suatu daerah
sehingga potensi tersebut menjadi komoditi dan dapat menaikan taraf hidup
masyarakat didaerah tersebut, dibuat dengan teknologi yang sederhena,dan
mudah dlakukan oleh semua lapisan masyarakat
B. Tujuan dan manfaat
Tujuan
Tujuan teknologi tepat guna adalah menggunakan sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah yang dihadapi / yang ada secara
berdayaguna dan
berhasilguna. Atau untuk pelaksanaan tugas sehari-hari menjadi lebih mudah,
murah, dan sederhana.
Manfaatnya adalah membantu meringankan atau memudahkan seseorang untuk
melakukan suatu tindakan atau pekerjaan sehingga mendapatkan hasil sesuai
yang diharapkan
Syarat-syarat Teknologi Tepat Guna: Biaya murah,mudah dibangun, mudah
dirawat,berdaya guna dan berhasil guna, tidak menimbulkan kecelakaan bagi
pengguna, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup dipemukiman
sekitar, dapat mencapai tujuan (contoh : pemeliharaan kesehatan lingkungan
khususnya mencegah penyakit menular dimasyarakat).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

247

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

C.

Kriteria
Teknologi tepat guna bersifat lebih memudahkan pelaksanaannya contoh di
bidang pendidikan adalah berupa teknologi tepat guna dalam proses belajar
mengajar atau bimbingan dan konseling. Biasanya dilengkapi dengan uraian
tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan yang dilengkapi dengan
gambar dan lain-lain yang dianggap perlu.

D. Contoh Karya Teknologi Tepat Guna


Perangkat keras :
kincir air yang dimanfaatkan untuk menumbuk padi atau untuk menghasilkan listrik
mesin perontok padi
mesin penetas telur dengan kotak kayu
pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan drum
rangkaian elektronik penghemat daya listrik
Perangkat lunak :
program aplikasi komputer.
Sumber belajar berbasis komputer
Contoh lain Teknologi Tepat Guna
1. Alat praktikum

Mikroskop dan teleskop sederhana

Alat uji/pelatih kelincahan dalam olah raga

Alat pengukur derajat keasaman (pH)

Alat pengukur kekuatan magnit

Alat uji elekrolit


2. Alat Bantu Mengajar

Papan tulis mekanis (lipat, gulung dsb)

OHP dengan kotak sederhana

Proyektor slide
3. Alat berlatih bentuk permainan

Alat permainan untuk melatih kecerdasan

Alat permainan untuk melatih keterampilan


4. Alat instrumen uji / alat bimbingan

Instrumen uji kecerdasan intelektual yang baru

Instrumen uji kecerdasan emosional

Instrumen uji kecerdasan spiritual

248

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5. Teknologi Tepat Guna lainnya

Bangku lipat untuk siswa

Software aplikasi komputer

Sumber belajar berbasis komputer

Dll.
6. Teknologi Tepat Guna berupa Program Aplikasi Komputer

Bahan ajar lengkap satu semester dengan menggunakan Flash Macro


Media, Visual Basic atau program lain

Sistem informasi pendidikan untuk sekolah yang berhubungan dengan


proses pembelajaran, dengan menggunakan program/bahasa komputer
tertentu

Memiliki inovasi yang belum ada sebelumnya.


Pokok Bahasan 2.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI BIDANG
KESEHATAN MASYARAKAT

PENYULUHAN

Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah. Baik kesehatan
diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan
promosi kesehatan yang bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai
pentingnya kesehatan.
Adapun media atau alat peraga dalam upaya promosi kesehatan berperan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi kesehatan.
Terdapat berbagai macam media yang dapat digunakan dalam promosi kesehatan
salah satunya adalah media cetak. Dalam paper ini akan dibahas mengenai
pengembangan penyuluhan kesehatan melaui media cetak.
Penyuluhan kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku hidup sehat masyarakat
tersebut tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku memerlukan kesadaran, dan
memerlukan proses panjang. Oleh karena itu, tenaga kesehatan di lapangan tidak
boleh bosan apalagi putus asa melakukan penyuluhan kesehatan. Dampaknya akan
menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka akan berperanserta dalam proses pembangunan kesehatan.
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan
perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling
tidak beresiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang di belakang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

249

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

meja. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan


sehari-hari masyarakat sasaran setempat.
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar
Merubah perilakunya, yaitu :
1. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang
lebih dekat;
2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal,
3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama)
setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
4. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai
dengan potensi yang di miliki.
Program promosi menekankan aspek bersama masyarakat. Maksudnya adalah:
1. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam
kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan
dan inginkan,
2. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik
untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar
dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta
3. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan
dan memantau dampaknya secara terus-menerus.
Penyerapan materi dalam promosi kesehatan
Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda
pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang.
Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia
menggunakan lebih dari satu indera.
Apa yang bisa kita ingat adalah :
10% dari yang kita baca
20% dari yang kita dengar
30% dari yang kita lihat
50% dari yang kita lihat dan dengar
80% dari yang kita ucapkan
90% dari yang kita ucapkan dan lakukan

250

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Penyuluhan Kesehatan
Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah. Baik kesehatan
diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan yang bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat
mengenai pentingnya kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan (Effendy, 1998).
Penyuluhan kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku hidup sehat masyarakat
tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku memerlukan kesadaran, dan memerlukan
proses panjang. Oleh karena itu, tenaga kesehatan di lapangan tidak boleh bosan
apalagi putus asa melakukan penyuluhan kesehatan. Dampaknya akan menyadarkan
masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka akan berperan-serta dalam proses
pembangunan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain,
bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus
dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah
secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,
maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,
2002).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

251

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Tujuan pendidikan kesehatan adalah (Effendy, 1998) :


1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina
dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Menurut Effendy, faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah :
1. Tingkat Pendidikan.
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
2. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam
menerima informasi baru.
3. Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang
tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan
menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan
4. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang orang
yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan
penyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat
untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah
( Notoatmodjo, 2002 ) :
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian
atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh
informasi tentang kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu
topik pembicaraan diantara 5 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin
diskusi yang telah ditunjuk.

252

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Metode Curah Pendapat


Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan
semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing masing
peserta, dan evaluasi atas pendapat pendapat tadi dilakukan kemudian.
4. Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta
tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang
pemimpin.
5. Metode Bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa
diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan
pemikiran oleh kelompok.
6. Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang
sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana
cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga.
Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7. Metode Simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik
yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8. Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu
masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan
penyuluhan sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat
sebagai berikut (Effendy, 1998) :
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat.
4. Menyusun perencanaan penyuluhan
a. Menetapkan tujuan
b. Penentuan sasaran
c. Menyusun materi / isi penyuluhan
d. Memilih metoda yang tepat
e. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
f. Penentuan kriteria evaluasi.
5. Pelaksanaan penyuluhan
6. Penilaian hasil penyuluh
7. Tindak lanjut dari penyuluhan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

253

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Media dalam Promosi Kesehatan


Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium,
untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Kegunaan
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan
tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik
secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan:
1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan
contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir
atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
Jenis / Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan
alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu
mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb\
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dll
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dll
2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli
yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacammacam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

254

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.


Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui
orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan
lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar
atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak,
memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik,
sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang
baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang
yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang
singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada
beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan
keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di
tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lainlain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan
dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah,
dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana
seperti di photo copy.
4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a.
Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan
suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album.
Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan
topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi
kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi
di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
b.
Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan
atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur,
leaflet, dll.
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide
ini sangat efektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

255

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Film
Film lebih ke arah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa
edukatif.

Kelebihan dan Kekurangan Media


1. Media Cetak
Kelebihan :
a. Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau
menglipingnya.
b. Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita
dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir
lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan:
a. Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak
tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat
dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali hanya memuat
berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
b. Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak
dapat didengar.
c. Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa
gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
d. Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus
mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.
2. Media Elektronik
Kelebihan :
a. Cepat, dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam
b. menyebarkan berita ke masyarakat luas.
c. Ada audio visual, media elektronik mempunyai audio visual yang
d. memudahkan para audiensnya untuk memahami berita.(khusus televisi)
e. Terjangkau luas, media elektronik menjangkau masyarakat secara luas.
Kekurangan :
Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak dapat mengulang apa yang sudah
ditayangkan.
3. Media Online
Kelebihan :
a. Sangat cepat, dari segi waktu media online sangat cepat dalam menyampaikan
beritanya.

256

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Audio Visual, media online juga mempunyai audio visual dengan melakukan
streaming.
c. Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja dan kapan
saja yang kita mau.
Kekurangan :
Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media
online biasanya tidak seakurat media lainnya.
A. Media Cetak dalam Promosi Kesehatan
Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual
yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana
penyampaian pesannya menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu
dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam katakata, gambar foto dan sebagainya (contoh: surat kabar, majalah, tabloid, brosur,
pamflet, poster)
Media cetak atau menurut Eric Barnow disebut printed page adalah meliputi
segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik
tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat kabar, majalah,
serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan
pesan pesan komunikasi. Umumnya media cetak lini atas yang digunakan
sebagai media perikalanan adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media
cetak lini bawah yang digunakan berupa leaflet, brosur, poster dan sebagainya.
Media cetak bila digunakan sebagai media penyampai pesan pesan iklan ,
mengingat bahwa pesan pesan iklan pada umumnya adalah merupakan
pesan pesan yang bersifat persuasive, maka akan nampak jelas kelemahankelemahan yang melekat pada setiap jenis media cetak. Umpamanya saja dari
segi kelemahannya, ia tidak memiliki unsur bunyi suara manusia (human voice)
sebagaimana yang terdapat pada radio maupun televisi, yang dapat menimbulkan
rasa hangat dan keakraban yang berpengaruh terhadap tigkat persuasi.
Menurut Eric Barnow, The printed page sebagai media penyampai pesan yang
berujud cetak punya beberapa kelemahan antara lain :
1. The printed page tidak mempunyai suara , jadi tidak bisa menimbulkan pesan
akrab sehingga kurang mampu menggugah emosi.
2. Yang bisa dicapai oleh printed page hanyalah mereka yang bisa membaca,
bahkan dalam printed tertentu pembacanya adalah orang orang yang
berpendidikan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

257

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Karena printed page dicetak, maka printed page menghendaki untuk dibaca.
4. Jika radio, TV dan sebagainya bisa dinikmati oleh dua orang atau lebih secara
bersama sama, maka pada printed page, hal ini kurang leluasa untuk
dilakukan.
Mengingat beberapa kelemahan media cetak seperti diatas, maka para pemasang
iklan yang menggunakan media cetak sebagai media penyampai pesan pesan
iklannya harus meramu kata dan kalimat, juga punya kemampuan lebih dalam
memvisualisasikan produk. Gambar (visual) dan kata inilah yang diharapkan
mampu mempengaruhi target audience sehingga berbuat sebagaimana yang
disarankan oleh pemasang iklan.
Meskipun memiliki kelemahan, namun media cetak juga memiliki kelebihan yang
secara umum meliputi :
1. Media cetak terdokumentasi ; bisa disimpan atau dicollect isi informasinya
2. Media cetak lebih terjangkau dari segi harga maupun distribusinya
3. Media cetak lebih mampu untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks
atau rigid
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi, antara lain sebagai berikut :
1. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar-gambar.
2. Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui lembar yang dilipat.
3. Flyer (selebaran), ialah bentuk seperti leafleat tetapi tidak berlipat.
4. Flip chat (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik, dan berisi gambar peragaan.
5. Rubrik atau tulisan. Tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.
6. Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan
yang biasanya ditempel di tembok-tembok ditempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
7. Foto, yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Pesan dalam Media Cetak
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan
kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

258

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

1. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain
suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
2. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau
pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut
gagal.
3. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit
diare, dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau dan
mudah didapat didekat tempat tinggalnya.
4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya
5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama di media
apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan
tetap sama.
6. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat
adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
B. Media Grafis
Pengertian media grafis
Media grafis adalah media yang mengutamakan gambar atau media yang
menekankan persepsi indera penglihatan dan menyalurkan pesan lewat simbol
simbol visual.
Bentuk pesan dalam media grafis dituangkan dalam bentuk desain grafis. Desain
grafis merupakan seni terapan yang digunakan untuk kegiatan produksi, bukan
semata mata untuk memenuhi kebutuhan emosional yang menimbulkan
kepuasan batin seperti yang dilakukan oleh seni murni.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

259

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Graphic design is a term broadly covering art and design process associated
with reproduction in a commercial context, e.g. design for publishing, advertising,
display, film, and television. It involves the use of letterforms, symbols, and
image designed to convey specific information and includes various disciplines
such as illustration. Lay out, technical illustration and typography. Methods of
reproduction are usually based on photographic techniques, how often controlled
by computerized systems. Also commercial graphic (Martin, 1986 h. 94).
Media grafis pada umumnya dibuat untuk media cetak, tetapi dengan kemajuan
teknologi maka dapat diterapkan kedalam media elektronik (film, televisi, maupun
komputer) dan bentuk penyajiannya tidak hanya dua dimensi saja tetapi bisa
juga tiga dimensi. Contoh untuk tiga dimensi adalah iklan pada balon udara yang
menyerupai bentuk aslinya dengan ukuran besar, animasi tiga dimensi, market
(ukuran miniatur), dan semacamnya.
Desain grafis meliputi kata-kata, dan susun huruf. Contoh: iklan majalah, poster,
billboard, buku, spanduk, umbul- umbul, pameran dan semacamnya. Contoh
untuk film, art director, komputer grafis dan semacamnya. Contoh untuk fotografis
setting, seni fotografi, dan semacamnya. Contoh di komputer desain presentasi,
desain tampilan multimedia, desain tampilan web dan semacamnya.
Tujuan media grafis
Tujuan dari media grafis adalah untuk menarik perhatian, mengikat perhatian, dan
menimbulkan kesan yang tidak meninggalkan segi estetikanya.
Media grafis merupakan salah satu alat komunikasi yang lebih menonjolkan
visualnya. Visual merupakan alat yang mudah diingat dan mudah dimengerti oleh
segala lapisan masyarakat. Ada beberapa pendapat mengenai hal tersebut:
Berbicara hanyalah salah satu dari indera reseptif / mendengar. Riset membuktikan
hanya 11% informasi diterima indera pendengaran, 75% diterima secara visual
(Malouf, h. 81)
Saran presentasi banyak membantu pembicara dan peserta dalam mendukung
penyampaian pesan, sehingga menghemat waktu, baik presentasi maupun
penyampaiannya.
Doug Malouf, dalam How to Create and Deliver a Dynamic Presentation,
memberikan tanggapan dramatis melalui lima indera (Malouf, 1998, h. 81):
1. Penciuman : 3 %
2. Pengecap
: 4%
3. Peraba
: 7%
4. Pendengar :11%
5. Penglihatan : 75%

260

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3%

4%

7%
11%

75%

PERBANDINGAN KELIMA INDERA


Penciuman
Pendengaran

Pengecap
Penglihatan

Peraba

Doug Malouf, dalam How to Create and Deliver a Dynamic Presentation,


memberikan tanggapan dramatis melalui lima indera
(Malouf, 1988, h. 81):

Sebuah studi dari UCLA (University of California at Los Angeles) menemukan


90% lebih dari apa yang dipahami dan dipercaya berasal dari pesan audio
dan visual. Untuk teks hanya sebesar 7% (Brody & Kent, 1993, h. 23)

7%

38%

55%

DAMPAK KOMUNIKASI
Teks

Audio

Visual

Sebuah studi dari UCLA (University of California at Los Angeles)


menemukan 90% lebih dari apa yang dipahami dan dipercaya peserta
berasal dari pesan audio dan visual. Untuk teks hanya sebesar 7%
(Brody & Kent, 1993, h. 23)

Sebuah studi yang cukup berpengaruh dilakukan Wharton Research Center


di University of Pennsylvania pada tahun 1981 menemukan, ingatan terhadap
presentasi verbal saja hanya 10%. Bandingkan dengan tingkat ingatan
dari kombinasi komunikasi verbal dan visual yang berjumlah 50% - suatu
penambahan 40% dalam efektifitas (Hallan, h. 42 43). Kekuatan komunikasi
visual secara jelas muncul tahun 1986 lewat studi yang disponsori 3M dan
dilakukan University of Minnesota Manageent Information System Research
Center. Ini memperkuat yang menggunakan slide dari komputer dan
transparansi overhead 43% lebih persuasif daripada pembicara yang tidak
menggunakan visual (Hall, 1993, h.43).

INGATAN TERHADAP PESAN


50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

50%

10%

Verbal

Visual
Verbal

Visual

Sebuah studi di Wharton Reasarch Center di University of Pennsylvania pada tahun 1981
menemukan, ingatan terhadap presentasi verbal saja hanya 10%. Bandingkan dengan tingkat
ingatan dari kombinasi komunikasi verbal dan visual yang berjumlah 50% -- suatu penambahan
400% dalam efektivitas (Hallan, h. 42-43).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

261

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Sebuah laporan yang diterbitkan Decker Communications Inc, US


menghasilkan temuan bahwa pembicara tanpa visual mencapai sasarannya
dalam 33% kasus, sementara pengguna visual mencapai sasarannya dalam
67% kasus. (Malouf, 1988, h. 82). Dikatakan bahwa media grafis sampai
sekarang masih efektif untuk digunakan.

33%

67%

TUJUAN YANG INGIN DICAPAI


Verbal

Visual

Decker Communications menyimpulkan, pembicara tanpa visual mencapai


sasarannya dalam 33% kasus, sementara pengguna visual mencapai sasarannya
dalam 67% kasus

(Malouf, 1988, h. 82).

Sebuah laporan yang diterbitkan Decker Communications Inc, US


menghasilkan temuan bahwa pembicara tanpa visual mencapai sasarannya
dalam 33% kasus, sementara pengguna visual mencapai sasarannya dalam
67% kasus. (Malouf, 1988, h. 82). Dikatakan bahwa media grafis sampai
sekarang masih efektif untuk digunakan.

33%

67%

TUJUAN YANG INGIN DICAPAI


Verbal

Visual

Decker Communications menyimpulkan, pembicara tanpa visual mencapai


sasarannya dalam 33% kasus, sementara pengguna visual mencapai sasarannya
dalam 67% kasus
(Malouf, 1988, h. 82).

Kelebihan dan kelemahan media grafis


Kelebihan Media Grafis:
1. Memperjelas atau memberikan penekanan pada bagian gambar yang
dianggap penting dan mengkaburkan lainnya. Misalnya gambar jantung lebih
jelas dibanding bagian tubuh lainnya, karena akan menerangkan jantun, dan
sebagainya.

262

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Dapat menerjemahkan ide-ide yang abstrak. Misalnya menggambarkan


pertarungan antar bibit penyakit dengan obat atau menggambarkan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada dan sebagainya.
3. Mengatasi keterbatasan ruang. Misalnya menggambarkan penampang
gunung berapu, menggambarkan peredaran darah dan sebagainya.
4. Mengatasi keterbatasan waktu. Misalnya dapat menggambarkan waktu masa
lalu (gambar dinosaurus) atau menggambarkan waktu yang akan datang dan
sebagainya.
5. Visual (penglihatan) lebih mudah diingat dibanding dengan indera yang
lainnya.
6. Visual (penglihatan) lebih komunikatif.
7. Visual (penglihatan) lebih dapat mencapai sasaran.
Kelemahan Media Grafis:
1. Media grafis hanya menekankan persepsi indera penglihatan.
2. Media grafis tidak mampu meperagakan suara, bau atau kesan indera yang
lain.
3. Media grafis ukuran kecil sukar diamati bila pesertanya lebih dari 30 orang.
4. Biaya penggandaannya relatif tinggi.
Elemen Desain Grafis
1. Titik
2. Garis
Secara umum garis terdiri dari titik-titik. Bentuk garis bisa lurus, spiral,
lengkung, garis bersudut, garis tipis, garis tebal, garis pendek, garis panjang,
garis vertikal, garis horisontal, garis diagonal, miring, dll. Masing-masing
bentuk garis mempunyai karakter yang berbeda-beda.
Garis lurus menunjukkan kekuatan, stabilitas, aspirasi, ketenangan, dll. Garis
vertikal tegak lurus memberi kesan ketinggian yang nyata, dan membuat
mata bergerak dari bawah keatas. Garis horisontal atau mendatar, sejajar
memberi kesan ketenangan serta membuat mata bergerak dari kiri ke
kanan dan mempertegas pentingnya judul atau kalimat bila diberi garis pada
bawahnya. Garis diagonal bisa miring ke kiri atau ke kanan memberi kesan
aman, gerakkan, semangat, perlawanan,dll Oleh karena itu garis doagonal
bisa digunakan untuk memberikan tekanan. Garis lengkung memberikan
kesan lemah, sensitif, ekspresif.
3. Bidang
4. Ruang
Ruang bisa memberi kesan adanya jarak, yaitu kedalaman, jauh, dekat, tinggi
dan rendah.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

263

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5. Warna
6. Tekstur
Tekstur merupakan sifat dan kualitas fisik permukaan suatu bahan,
seperti kasar, halus, mengkilap, pudar, kusam, dll. Pada umumnya tekstur
berhubungan dengan indra peraba, tetapi bisa juga berkaitan dengan indera
penglihatan. Dalam pembuatan desain grafis dapat menggunakan kombinasi
beberapa bentuk tekstur.
Titik :

Garis :

GARIS

Bidang

264

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Ruang

Warna

Tekstur

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

265

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pertimbangan pembuatan media grafis


1. Sasarannya
Dapat dilihat dari tingkat usianya, selera masyarakatnya, atau tingkat
pendidikannya, misalnya:
a.
Untuk anak-anak, misalnya warnanya banyak, lucu / tidak menyeramkan,
sedikit kata-kata, tidak terlalu rumit / mudah dimengerti oleh anak.
b.
Untuk remaja, misalnya mengenai cinta, hal-hal yang manis, berbau
impian / angan-angan dan sebagainya.
c.
Mahasiswa, misalnya menjurus ke idealisme, politik, ilmu pengetahuan,
seni dan sebagainya.
d.
Bapak-bapak, misalnya: politik, ekonomi, hobi dan sebagainya.
e.
Selera masyarakat, misalnya daerah tertentu menyukai warna tertentu,
maka harus kita sesuaikan
2. Waktunya.
Desainer harus mempertimbangkan waktu dalam proses pembuatannya,
karena apabila waktunya mundur maka akan mempengaruhi kegiatan lainnya,
misalnya keterkaitan antara pemesan dan bagian produksi, kalau desainer
berbuat seperti seniman murni yang tidak mengenal waktu dan menunggu
ide yang baik, maka tidak mungkin untuk diproduksi.
3. Biaya produksi
Dalam membuat desain grafis sebaiknya disesuaikan dengan biaya yang
tersedia, sehingga rencana yang disiapkan dapat mencapai target.
4. Bahannya.
Dalam membuat desain grafis harus menyesuaikan dengan bahan yang telah
tersedia, atau bahan yang ada di pasaran, kecuali kalau akan mengadakan
bahan khusus maka harus memperhatikan resikonya.
5. Sarana produksinya.
Sarana produksi tentunya berhubungan dengan
ketersediaan waktu
mendesain dan waktu memperbanyak atau memproduksi. Apabila cara
membuat desain dilakukan secara manual, maka jangan memaksakan diri
bekerja dengan komputer. Demikian pula pada proses produksi, apabila
mesinnya tidak bisa membuat dengan sparasi warna atau hanya bisa dengan
sablon saja, desainer harus menyesuaikan diri.

266

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6. Selera pemesan.
Desainer tidak mungkin menuangkan sebaik mungkin idenya apabila si
pemesan mempunyai wawasan di bidang seni yang minim atau selera yang
berbeda, maka desainer harus menyesuaikan dengan si pemesan. Desainer
pandai-pandai mengetahui selera pemesannya.
Prinsip-prinsip media grafis
Desainer grafis selain kreatif, inovatif juga mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang teori desain grafis, prinsip desain dan unsur desain. Sehingga dapat
mengetahui baik buruknya suatu karya serta mampu membuat desain grafis yang
tepat baik dari segi visual maupun materinya.
Ada beberapa prinsip desain grafis yaitu:
1. Pusat perhatian / penonjolan (emphasis)
Sebuah simbol/ tanda/ bentuk menjadi pusat perhatian ketika simbol/ tanda/
bentuk tersebut berbeda dari yang lain. Perbedaan dan menjadi pusat
perhatian dapat dibangun dengan unsur-unsur berikut:
a.
Warna
b.
Bentuk
c.
Penempatan
d.
Ukuran

1) Warna

3) Penempatan

2) Bentuk

4) Bentuk

2. Keseimbangan (balance)
Seimbang / sama berat antara kiri dan kanan, keseimbangan ada dua macam,
yaitu:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

267

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

a.

Keseimbangan Simetris
Simetris artinya sama dalam ukuran, bentuk, bangun dan letak dari
bagian-bagian atau obyek-obyek yang akan disusun di sebelah kiri atau
kanan garis sumbu khayal.


Simetris
ketika bidang kerja dibagi
sama besar dengan
proporsi yang
merefleksikan satu sama
lain

b.

Keseimbangan Asimetris
Apabila bentuk garis, bangun atau masa tidak sama ukurannya. Isi atau
volume diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengikuti aturan
keseimbangan simetris. Desain asimetris ini sering digunakan dalam
desain modern atau kontemporer.


Asimetris


c.

268

Arah Pandang
pembagian bidang kerja tidak sama,
tetapi elemen desain didalamnya
membentuk arah pandang yang
mengesankan keseimbangan.

pembagian bidang kerja


tetap sama besar tapi
garis bagi tidak selalu
berada di tengah

Keseimbangan Horisontal
Pada lukisan atau karya fotografi, keseimbangan antara bidang
bagian atas dan bidang bagian bawah dibuat dengan penggunaan
keseimbangan horisontal.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

Keseimbangan serasi atau harmony


Keserasian adalah prinsip desain yang diartikan sebagai keteraturan
di antara bagian-bagian suatu karya, Keserasian adalah suatu usaha
menyusun berbagai macam bentuk, bangun, warna, tekstur dan elemen
lainnya yang disusun secara seimbang. Keseimbangan sering dicapai
dengan mengkombinasikan berbagai elemen yang sifatnya sama,
misalnya kesamaan dalam skala, bentuk, warna, arah garis, bentuk
bangun, dengan demikian dapat menghindarkan bentuk keserasian
yang tidak monoton.
Serasi adalah sifat yang dibentuk dari elemen-elemen desain untuk
membentuk kesesuaian antara elemen-elemen desain. Serasi terutama
dalam hal pemilihan warna, bentuk dan tema yang sesuai. Keserasian
antar ilustrasi, huruf maupun warna, kemudian antara ilustrasi, huruf,
dan warna akan menunjukkan karakternya.
Misalnya apabila kita akan membuat poster untuk anak anak maka
ilustrasinya lucu, warna warni, huruf sederhana (huruf untuk anak
anak) dan sebagainya.

Serasi/harmonies

Sejarah

NAMAKU KWEK

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

269

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

e.

Keseimbangan proporsi (proportion)


Proporsi merupakan perbandingan antara satu bagian dengan suatu
obyek. Misalnya: antara gambar dan tulisan yang ada dalam poster,
ukuran huruf untuk poster berbeda dengan untuk brosur. Perbandingan
antara bidang yang tersedia dengan objek, (tidak terlalu besar juga
tidak terlalu kecil perbandingannya). Perbandingan ukuran proporsional
manusia, binatang atau tumbuhan. Perbandingan perspektif benda.

Proporsi
Penempatan objek pada bidang kerja.


f.

Kontras (contrast)
Kontras adalah sebuah sifat yang merujuk pada warna. Sebuah desain
memiliki kontras yang tinggi ketika dalam elemen warna mereka berada
pada warna-warna yang berseberangan. Perbedaan menyolok antara
latar belakang dengan objek (ilustrasi dan huruf).

Kontras
Background gelap
Objek terang

Background terang
Objek gelap


270

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

g.

Irama / ritme (rhythm)


Ritme menunjuk pada kata sifat gerak yang dapat bermakna cepat,
lambat, melambung, statis, dinamis. Bentuk ritme dapat berbentuk:
1) Alur panjang untuk mengarahkan yang melihat ke arah yang terakhir
yang dituju atau ke arah obyek utama.
2) Pengulangan bentuk agar terkesan dinamis.

Irama/ritme


h.

Kesatuan (unity)
Kesatuan obyek yang disatukan atau diikat oleh garis, warna atau
adanya objek saling bersentuhan antara bjeknya agar tidak terkesan
ramai.

Kesatuan/ unity

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

271

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Unsur-unsur media grafis


1. Warna (colour)
Warna dalam hal ini adalah pigment (cat), bukan warna untuk cahaya (merah,
hijau dan biru). Warna dapat mewakili arti simbolik atau rasa kejiwaan).
a.
Warna dasar
Kuning mempunyai arti ceria, benci, terang dan sebagainya.
Merah mempunyai arti berani, marah, panas, manis, stop dan
sebagainya.
Biru mempunyai arti segar, dalam, tenang, damai dan sebagainya.
b.
Warna pelengkap (komplemen)
Putih mempunyai arti bersih, suci dan sebagainya.
Hitam mempunyai arti berwibawa, sedih, seram, anggun dan
sebagainya.
c.
Warna campuran
Warna kedua (sekunder): jingga, ungu dan hijau
Warna ketiga (tertier)
Warna keempat (kwarter) dan seterusnya
2. Bentuk (form)
a.
Geomteris
b.
Bentuk bentuk yang berhubungan dengan garis lurus.
c.
Kurva
d.
Bentuk bentukyang berhubungan dengan garis lengkung.
e.
Tidak beraturan (gabungan lengkung dan lurus)
f.
Bentuk bentuk yang tidak beraturan.
3. Garis (line)
Kumpulan titik-titik sehingga membentuk garis. Garis dapat mewakili
karakternya.
a.
Lurus mempunyai arti tegas, kaku, kuat, pasti dan sebagainya.
b.
Lengkung mempunyai arti luwes, dinamis dan sebagainya.
c.
Zig-zag mempunyai arti tidak beraturan, jarak / jumlah penggalan dan
sebagainya.
d.
Putus-putus mempunyai arti hubungan tidak langsung dan sebagainya.
4. Bidang
a.
Posisi area yang akan didesain (berdiri / tall atau tidur / wide)
b.
Area yang terisi dan area kosong.

272

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5. Ruang (space)
Kesan tiga dimensi dan kesan mempunyai kedalaman.
6. Tekstur (texture)
Kesan peraba seolah olah benda tersebut terasa kasar, halus, licin, dll.
7. Titik (dot)
8. Huruf (text)
Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan
elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf
dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna
yang mengacu kepada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki
kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual.
Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetik. Pengetahuan
mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin yang deisebut tipografi
(typography). (Danton Sihombing h.2)
9. Kelompok Huruf
a.
Roman mempunya kait berbentuk segitiga segitiga. Contoh: Times
New Roman.
b.
Bodoni mempunyai kait berbentuk garis tipis. Contoh: Bodoni
c.
Egyption mempunyai kait berbentuk batang. Contoh: Play Bill
d.
San Serif tidak mempunyai kait. Contoh: Arial, Hevetica, Univers dan
sebagainya.
e.
Fantasi atau dekorasi merupakan huruf hiasan. Contoh: Old English.
Keempat kelompok huruf (Roman, Bodoni, Egyption dan San Serif) sifatnya
normal, jadi cocok untuk dipergunakan menyusun kata / kalimat maupun
untk keperluan display / huruf pameran. Sedangkan fantasi hanya cocok
untuk display.

Jenis-jenis Media Grafis.


Jenis media grafis dengan kemajuan teknologi makin banyak ragamnya dan juga
dengan bantuan media elektronik makin memudahkan dalam proses produksinya,
sehingga batasan dengan media elektronika makin ke depan makin tipis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

273

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Beberapa contoh jenis media grafis:


1. Desain sampul (buku, majalah, CD ROM, Kaset, Kaset Video, Kemasan
dan sebagainya).
Desain sampul / cover merupakan karya yang gunanya untuk membuat
menarik dan melindungi materinya. Tentunya karena karya tersebut sesuai
dengan materinya atau gambaran sekilas tentang apa isi di dalamnya.
Komponen sampul:
a.
Judul
b.
Pengarang
c.
Logo / lambang
d.
Penerbit
Ilustrasi sampul merupakan penerapan cuplikan penting dari materi tersebut,
atau dapat juga menyimbolkan bentuk dan warna yang memiliki materi.

Desain Sampul

2. Poster
Poster adalah plakat yang ditempel di tempat umum (di tembok, di pojon atau
di papan pengumuman) berisi pengumuman himbauan iklan / promosi. Dapat
dilihat dalam jarak 5 6 meter.
Karena ditempel di tempat umum, maka poster dibuat sekomunikatif mungkin
dan seinformatif mungkin sehingga masyarakat umum sambil lalu sudah
mengerti maksudnya. Ukuran poster mulai dari A3 (29,7 cm x 42 cm) sampai
A1 (59 cm x 83 cm)
Komponen poster
a.
Judul
b.
Ilustrasi
c.
Sub Judul kalau perlu
d.
Produksi (logo perusahaan/ institusi)

274

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Poster

30

3. Stiker
Stiker adalah gambar tempel. Pada umumnya stiker berukuran kecil dan
berfungsi sebagai himbauan atau ajakan dapat juga sebagai hiasan.
Karena ukurannya yang kecil untuk besarnya sekitar 10 cm x 20 cm, maka
gambar stiker sesederhana mungkin hanya berisi teks saja.
Komponen stiker:
a.
Huruf
b.
Ilustrasi


45

4. Brosur
a.
Bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem.
b.
Cetakan yang terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid.
c.
Selembaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap
(tentang perusahaan atau organisasi).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

275

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Mengenai ukuran, lipat dan bentuk brosur bervariasi.


Komponen brosur:
a.
Logo
b.
Judul
c.
Ilustrasi
d.
Teks (materi, latar belakang, visi, misi, kebijakan, program kerja, institusi
dan sebagainya).
e.
Alamat institusi.

Depan

Belakang

34

5. Leaflet / Pamflet
Sebaran tanpa dilipat yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap. Komponen
leaflet / pamflet adalah judul, teks (materi), foto, ilustrasi. Masingmasing
komponen dapat berdiri sendiri atau gabungan. Ukurannya terkecil sekitar
setengah folio dan terbesar satu folio. Dapat digunakan sebagai promosi,
pengumuman atau sebagai alat informasi.

Leaflet

23

276

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6. Karikatur
Karikatur adalah menstilir objeknya tetapi masih sesuai karakternya. Gunanya
sebagai sindiran atau kritikan. Dibuat pada koran, tabloid atau majalah dan
dapat berdiri sendiri dan sifatnya aktual.
7. Cartoon / Animasi
Cartoon / Kartun adalah gambar yang dibuat lucu. Lucu, pada mulanya
sasarannya adalah anak anak.

32

Film cartoon / animasi adalah rangkaian gambar yang direkam satu persatu
gerakan sehingga terkesan bergerak atau seolah olah hidup. Film animasi
ada yang dua dimensi dan ada pula dalam bentuk tiga dimensi yang dibuat
dengan bantuan komputer.
8. Iklan / reklame
Iklan adalah sarana promosi barang atau jasa yang biasanya dimuat pada
koran, tabloid, majalah, film atau televisi. Gunanya untuk membujuk khalayak
agar termotivasi membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
9. Flipcharts (lembar balik)
Flipchart (lembar balik) adalah rangkaian gambar yang disusun secara
berurutan dengan ukuran yang sama dan ikat pada bagian atasnya. Cara
menggunakannya setelah lembar pertama selesai disibakkan ke belakang.
Keunggulan:
a.
Isi pokok pembicaraan dapat disiapkan sebelumnya.
b.
Urutan penyajian dapat disiapkan sebelumnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

277

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c.
d.
e.
f.

Fleksibel pembicara dapat mengatur waktu.


Pembicara dapat kembali ke halaman sebelumnya.
Chart dapat ditukar tempatkan, sesuai dengan kebutuhan.
Dapat diletakan di mana saja.

10. Billboard / Baliho


Media luar ruang yang ditempatkan pada posisi yang strategis dan mempunyai
ukuran yang besar bervariasi sekitar 2 x 1 m sampai dengan 6 x 6 m. Dengan
maksud supaya mudah dilihat dan menarik perhatian. Digunakan sebagai alat
promosi dan informasi.
Bahan yang digunakan dapat berupa tripleks atau plat logam dengan kerangka
besi. Cara membuatnya jalau jumlah sedikit biasanya menggunakan air brush
atau di kuas langsung ada tripleks atau pada plat logam. Kalu jumlahnya
banyak bisa dicetak perbagian dan juga waktu menempelkannya perbagian
juga dan biasanya dicetak pada stiker.

Billboard

41

11. Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan, diagram, bagan) untuk membantu
memperjelas isi buku, karangan. Keterangan tambahan berupa contoh
bandingan dan sebagainya untuk lebih memperjelas paparan (tulisan).
Gunanya:
a.
Dapat merangkum kata kata yang panjang dengan satu gambar.
b.
Memperindah tampilan.
c.
Memperjelas isi buku atau karangan.

278

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.
e.
f.
g.

Mendukung teks.
Menyeimbang dengan teks.
Daya tarik
Mengisi ruang kosong.

12. Diagam / grafik / bagan


Diagram / Grafik/ Bagan adalah gambaran untuk memperlihatkan atau
menerangkan sesuatu atau menggambarkan pasang surut suatu keadaan.
Macam diagram:
a.
Arus: memperlihatan jalannya pelaksanaan.
b.
Balik: memperlihatkan perbandingan atau perkembangan.
c.
Gambar: memperlihatkan suat peristiwa.
d.
Garis: memperlihatkan suatu perkembangan.
e.
Lingkaran: memperlihatkan prosentase.
f.
Pohon: memperlihatkan suatu penjabaran secara hirarkis atau proses
yang memusat.
g.
Bagan arus: bagan yang terdiri atas garis dan panah yang
menggambarkan suatu proses.
h.
Bagan organisasi: gambar yang menunjukkan tata hubungan berbagai
posisi di persahaan, biasanya memperlihatkan pembagian tanggung
jawab.
i.
Bagan peta: bagan peta yang mengandung tanda tanda yang
menerangkan terjadinya suatu proses atau yang menggambarkan
proporsi penduduk, produksi, distribusi dan sebagainya di daerah
daerah yang tercantum di peta itu.
j.
Dan sebagainya.
Keunggulannya:
a.
Lebih mudah dimengerti daripada membaca data.
b.
Lebih menarik, karena dapat menggunakan warna.
c.
Dapat meringkas data yang panjang dengan satu tampilan.
Gunanya:
a.
Sebagai suatu tampilan presentasi.
b.
Diperbesar sebagai poster untuk pameran
13. Storyboard
Rangkaian gambar sebagai pedoman untuk shooting mulai dari awal sampai
akhir cerita.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

279

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kegunaannya:
a. Untuk mempermudah pengambilan gambar.
b. Pedoman pengambilan gambar.
14. Spanduk dan umbul - umbul
Kain rentang yang berisi informasi singkat dan jelas. Posisi spanduk melintang
(horizontal) sedangkan umbu umbul berdiri (vertikal).
15. Backdrop
Papan iklan / reklame yang diletakkan sebagai latar belakang misal
pertunjukkan musik.
16. Dan sebagainya
Langkah langkah Pembuatan Media Grafis
1. Merancang tema
2. Membuat draft rancangan atau naskahnya
3. Membuat draft visualnya
4. Melakukan pembahasan dengan berbagai pihak serta minta persetujuan
konseptor
5. Finalisasi desain.
Dalam pembuatan media grafis antara konseptor dan desainer saling bekerjasama
dengan baik. Konseptor menentukan kebutuhannya, media jenis apa yang dipilih,
menentukan temanya dan strategi promosinya. Desainer grafis menangkap ide
dari konseptor kemudian divisualisasikan dan dikembangkan secara estetika/
kreatifnya dengan beberapa alternatif.
Beberapa contoh jenis media:
1. Poster
Langkahnya:
a.
Perhatikan tema dan pelajari
b.
Pelajari draft rancangan dan naskahnya
c.
Siapkan alat dan bahannya
d.
Buatlah sketsa beberapa alternatif untuk dikonsultasikan ke konseptor
e.
Setelah setuju buat desain
f.
Ingat segi estetikanya (prinsip dan unsur media grafis)
g.
Konsultasi lagi ke konseptor dan apabila tidak ada perubahan akan
menjadi master untuk digandakan

280

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Transparansi
Langkahnya:
a.
Pelajari naskah transparansi
b.
Siapkan alat dan bahannya
c.
Pemilihan huruf : mudah dibaca, sederhana, tidak lebih dari dua macam
jenis huruf.
d.
Buat ilustrasi uang menunjang transparansi.
e.
Pilih teknik yang akan dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan.
Misalnya: animasi, jangan tumpang tindih, dll
f.
Layout kasar / draft di kertas HVS, ukurannya mendekati aslinya.
g.
Copy ke transparansi.
h.
Pasang frame agar aman dan awet penggunaannya.
3. Flipchart
Langkahnya
a.
Pelajari naskahnya siapkan alat dan bahannya
b.
Siapkan alat dan bahannya
c.
Buat draft visual / sketsa dengan pensil di atas kertas yang akan
dipergunakan
d.
Konsultasikan ke konseptor apakah ada perubahan
e.
Ditebalkan dengan spidol kalau perlu berwarna
f.
Susun dan pasang papan flipchart.
C. MEDIA AUDIO
Pengertian Program Audio
Program audio yang akan dibicarakan meliputi program audio dan program kaset
suara. Kedua jenis program tersebut pada dasarnya sama. Bedanya adalah bahwa
program radio itu dipancarkan melalui stasuin pemancar radio, karena itu dapat
didengarkan oleh orang banyak yang memiliki atau yang dapat mendengarkan
siaran radio.
Program suara tidak disiarkan melalui stasiun pemancar radio. Program ini
didengarkan melalui alat pemutar kaset dan didengarkan secara perorangan atau
bersama-sama dalam kelompok kecil. Dengan perkataan lain dapat dikatakan
bahwa program kaset ini penggunaanya lebih luwes.
Keluwesan dalam memanfaatkan program kaset seperti yang disebutkan di
atas tidak dijumpai dalam program radio. Radio adalah media searah. Artinya
pendengar radio hanya dapat mendengarkan keterangan-keterangan dari
program radio itu. Ia tidak akan bertanya, meminta penjelasan, ataupun minta

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

281

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

supaya disiarkan ulang. Andaikan keterangan yang sudah diberikan belum dapat
dipahami dengan jelas. Media kaset juga merupakan media searah. Tetapi media
kaset memiliki keluwesan dalam mendengarkan seperti yang telah diuraikan di
atas, program kaset dapat dibuat begitu rupa sehingga terjadi interaksi antara
pendengar dan program tersebut.
Program kaset suara isinya dapat lebih terinci dari pada program radio. Masa
putar program kaset suara dapat lebih panjang dari program radio. Program
pembelajaran melalui radio biasanya masa putarnya sekitar 15 sampai 20 menit.
Apabila program radio penyuluhan dibuat lebih panjang dari 20 menit,
dikhawatirkan pendengar atau peserta penyuluhan tidak dapat berkonsentrasi
lagi untuk mendengarkannya.
Program kaset yang bentuknya interaktif dapat mencapai 30 menit masa putarnya.
Dalam hal ini peran pendengar atau sasaran bukan hanya mendengarkan saja,
melainkan juga aktif melakukan sesuatu seperti misalnya, menjawab pertanyaan,
menyampaikan tanggapan, menyimpulkan, dll. Oleh sebab itu pendengar
diharapkan dapat berkonsentrasi penuh selama 30 menit pada saat mendengarkan
program interaktif tersebut.
Ada perbedaan dalam penulisan naskah program kaset penyuluhan biasa dengan
program penyuluhan interaktif.
1. Kebaikan dan Kekurangan Media Audio dan Radio
Pada dasarnya media yang hanya menyampaikan pesan melalui suara dapat
disebut sebagai media audio. Dengan demikian, radio termasuk media audio.
Namun karena radio mempunyai sifat khas maka sebaiknya dibedakan antara
program radio dan program audio lainnya. Persamaan antara program radio
dan program audio lainnya adalah kedua media tersebut menyampaikan
pesan hanya melalui suara.
Perbedaannya adalah program radio dipancarkan oleh stasiun radio melalui
pemancar dan diterima oleh pesawat penerima radio. Proses pengiriman
pesan melalui pemancar dan diterima dengan pesawat penerima itulah yang
menjadi ciri khas yang membedakan radio dari media lainnya. Perbedaan
ini mengandung implikasi yang luas dalam ilmu komunikasi. Karena
dipancarluaskan maka radio sering disebut media massa. Sedangkan
program audio bisa diputar melalui alat putar pada pertemuan kelompok, dll.

282

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Karakteristik Program Radio


Pada tahun lima puluhan sewaktu media televisi menyebar begitu pesat,
banyak orang yang berpendapat bahwa usia radio hanya tinggal menghitung
hari. Ternyata sampai saat ini walaupun teknologi televisi telah semakin
modern, radio tetap digemari. Karena radio mempunyai kelebihan-kelebihan
tertentu yang khas yang tidak tergantikan oleh televisi. Radio mempunyai
karakteristik yang dapat memberikan sentuhan dan membangun interaktif
dengan pendengarnya.
Kelemahan Radio
Kelemahan radio yang paling sering disebut-sebut antara lain adalah radio
hanya mengirim pesan melalui suara, hanya selintas, dan komunikasi radio
pada umumnya hanya bersifat satu arah.
Komunikasi melalui radio diucapkan hanya selintas. Hal ini berbeda dengan
surat kabar atau mendengarkan kaset audio. Misalnya, ketika kita membaca
surat kabar, maka kita dapat membaca bagian-bagian surat kabar itu yang
kita sukai. Selain itu, kita dapat membaca berulang-ulang bagian atau kalimat
yang kurang jelas. Waktu membaca tergantung kepada kecepatan kita sendiri.
Radio tidak demikian, apabila kita ketinggalan mendengar satu kalimat saja,
maka kalimat itu tidak akan terulang (kecuali apabila ada siaran ulangan).
Komunikasi radio pada umumnya bersifat satu arah sehingga pendengar tidak
bisa memberi balikan secara langsung terhadap pesan yang disampaikan
melalui radio. Pendengar juga tidak dapat mengajukan pertanyaan bila
ada hal yang kurang jelas atau kurang dapat dimengerti. Saat ini tengah
dikembangkan radio kemunikasi dua arah atau interaktif, sehingga kelemahan
yang sering dikeluhkan ini akan teratasi.
Siaran radio, berbeda dengan media televisi yang dapat dilihat dan didengar,
sedangkan radio hanya bisa didengar saja. Sifat radio yang hanya bisa
didengar saja merupakan kelemahan. Kelemahan ini justru menjadikan radio
suatu media yang khas, dan pada kekhasannya inilah radio menjadi kuat.
Dalam program pendidikan, program radio cocok untuk pembelajaran bahasa,
musik, atau apresiasi seni, dll yang tidak menuntut adanya visualisasi.
Kekuatan Radio
Kekuatan atau kelebihan-kelebihan radio antara lain; penyampaian pesan
radio relatif cepat, bersifat personal, mampu menciptakan daya imajinasi,
sederhana, mudah dan murah, serta jangkauannya luas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

283

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pesan yang dikirimkan dari stasiun pemancar radio dapat diterima langsung
oleh para pendengarnya dengan cepat pada waktu bersamaan. Radio dapat
menyiarkan pesan secara lisan langsung dari lokasi sebuah peristiwa
kepada pendengarnya. Radio tidak memerlukan proses yang panjang, tetapi
dapat diterima oleh pendengarnya baik di rumah, di kantor, di kendaraan atau
di mana saja.
Kelebihan radio dibanding media lain adalah sifatnya yang personal. Pesan
yang disampaikan melalui ucapan suara penyiar memberikan nuansa yang
sangat alami dan akrab bagi pendengarnya. Dengan suara sang penyiar itu,
maka pendengar dapat menikmari kehangatan sapaan, keakraban, kesedihan,
kemarahan, atau keceriaan, dan lain-lainnya. Radio juga praktis dan mudah
dipindah-pindah atau dibawa kemana-mana, sehingga radio sering menjadi
teman dalam berpergian.
Kelebihan radio lainnya adalah mempunyai kekuatan untuk menciptakan
daya imajinasi pendengarnya. Seorang yang mendengarkan siaran radio
akan menciptakan gambar imajinasinya sendiri yang tidak dibatasi hanya oleh
sebuah kotak kaca. Gambar imajinasi akan melayang kemana-mana sesuai
dengan daya imajinatif dan pengalaman orang itu sendiri.
Radio juga bersifat sederhana. Dibanding media lain, proses produksi program
radio relatif sederhana. Saat siaran atau rekaman program siaran radio tidak
memerlukan peralatan yang banyak seperti halnya televisi dan film.
Pada kondisi minimal cukup dengan sebuah tape recorder dan sebuah pita
kaset, dapat merekam suara. Rekamanpun dapat dilakukan oleh satu orang
saja.
Radio juga merupakan media yang murah dan mudah. Sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa produksi rekaman radio dapat
dikatakan relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan sebanyak
rekaman televisi atau film. Dengan demikian, kerabat kerja (crew) yang terlibat
dalam proses rekaman radio juga tidak sebanyak crew televisi ataupun film.
Disamping itu, pesawat penerima radio juga relatif murah.
Radio mempunyai jangkauan yang luas. Radio dapat mengatasi kendala
geografis yang sulit sekalipun, jangkauan radio sangat luas. Gelombang
elektromagnetik yang dikirim lewat pemancar radio bisa melintasi lautan,
pulau-pulau, dan hutan rimba kemudian diterima oleh antena pesawat
penerima radio sampai di daerah-daerah terpencil.

284

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Karakteristik Program Audio


Program audio adalah program yang dirancang untuk diperdengarkan
kepada pendengar (audience). Berbeda dengan mendengarkan radio, ketika
kita mendengarkan program ini, kontrol sepenuhnya berada di tangan kita
sebagai user. Kita bisa mematikan untuk sementara, mengulangi kalimat
yang belum jelas, ataupun mempercepatnya. Dengan demikian kita dapat
mengatur waktu sendiri untuk mendengarkan program audio.
Kekuatan Program Audio
Dibanding program radio, program audio mempunyai kelebihan-kelebihan.
Kelebihan-kelebihan tersebut diakibatkan oleh sifat program audio, yaitu
pemanfaatan program audio dapat dikontrol sepenuhnya oleh pemakai (user).
Dapat diulang-ulang
Program audio dapat diulang-ulang sehingga apabila pengguna merasa belum
memahami suatu kalimat, maka ia dapat memutar kembali bagian yang belum
jelas tersebut. Pengulangan bisa dilakukan dari awal secara keseluruhan atau
pada bagian-bagian tertentu saja sesuai dengan kebutuhan.
Pemakai dapat menyesuaikan waktu
Tidak seperti program radio yang hanya dapat didengar pada waktu tertentu
saja sesuai jadwal siaran yang diatur oleh stasiun pemancar radio, pada
program audio pemakai dapat mengatur sendiri kapan mau mendengarkan
program tersebut dan seberapa lama program akan didengarkan.
Pemakai dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
Karena kontrol berada pada Anda sebagai pemakai, maka Anda dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan Anda, misalnya menghentikan kaset dan
kemudian mencatat bagian-bagian yang Anda anggap penting atau menjawab
pertanyaan yang diajukan dalam program kebutuhan Anda.
Karakteristik program audio di atas memberikan kesempatan kepada para
penulis naskah program untuk melakukan kreativitas dengan memanfaatkan
kelebihan-kelebihan program audio tersebut. Itulah sebabnya maka dalam
menulis naskah sebuah program, harus mengetahui secara pasti apakah
naskah itu untuk program audio atau radio.
Istilah-istilah dalam naskah Program Audio
Dalam naskah program audio ada beberapa istilah yang sering digunakan
yaitu:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

285

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

286

a.

Penyiar atau Announcer


Adalah orang yang menyampaikan pemberitahuan kepada pendengar
tentang program yang akan disiarkan. Ia biasanya yang memberi
sapaan seperti selamat pagi dst. Ia juga memberitahukan tentang
judul program yang akan disiarkan. Penyiar juga bertugas menutup atau
memberikan uraian penutup program bersangkutan.

b.

Presenter atau narator


Adalah orang yang menyampaikan materi program dalam bentuk uraian.
Seringkali ia memberikan uraian pendahuluan, atau menghubungkan
bagian satu lain dari program itu, atau menyampaikan kesimpulan dari
isi program.

c.

Musik
Program audio selalu disertai musik.

d.

FX : petunjuk bagi sutradara dan juru teknik yang menyatakan bahwa


pada bagian itu harus diberi sound effect.

e.

Croiss Fade
Petunjuk bagi sutradara dan juru teknik bahwa ada dua buah musik
yang berpapasan. Musik pertama makin lama makin lemah, sedangkan
musik kedua makin lama makin keras bunyinya. Pada suatu saat kedua
musik tadi terdengar bersama-sama. Setelah musik pertama tidak
terdengar, musik kedua terdengar makin mengeras untuk beberapa
detik, kemudian melemah dan hilang.

f.

In
Up
Down
Out
Under

g.

Off Mike :

merupakan petunjuk bahwa pemain harus membaca


dengan arah mulut tidak menghadap ke mike.

h.

On Mike :

merupakan petunjuk bahwa pemain harus membaca


naskah dengan arah mulut menghadap ke mike.

petunjuk bahwa musik masuk dengan halus


petunjuk bunyi musik harus dikeraskan
petunjuk bahwa bunyi musik harus diperlemah
petunjuk bahwa musik harus keluar dengan halus
petunjuk bahwa bunyi musik harus diperdengarkan
dengan lembut untuk melatarbelakangi pembacaan
naskah

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

i.

Fade In

merupakan petunjuk bagi pemain bahwa ia harus


membaca naskah dengan posisi mulut mula-mula tidak
menghadap ke mike tetapi kemudian secara perlahanlahan mulutnya diarahkan ke mike.

j.

Fade Out :

merupakan petunjuk bagi pemain bahwa ia harus membaca


naskah dengan posisi mulut mula-mula menghadap ke
mike, tetapi kemudian secara perlahan-lahan mulutnya
diarahkan menjauhi mike.

4. Musik dan sound effect


a.
Musik
Musik adalah unsur yang sangat penting dalam program audio.
Musik dapat membuat program menjadi lebih menarik. Tanpa musik,
program audio terasa kering dan tidak hidup. Musik juga digunakan
untuk menciptakan suasana. Suasana sedih akan terasa benar-benar
mengharukan jika disertai dengan musik sedih. Suasana gembira perlu
juga didukung oleh musik gembira. Musik juga digunakan sebagai
tanda pengenal siaran. Setiap kali program audio pendidikan diputar,
sebaiknya diawali dengan musik tang tetap. Dengan demikian pendengar
akan dapat mengenali program itu dari musiknya. Contohnya, setiap
kali RRI akan menyiarkan siaran pedesaan, ada musik yang khas
sebagai pembuka siaran pedesaan tersebut. Dengan demikian apabila
seseorang mendengar musik pembuka siaran pedesaan, ia akan
teringat pesan siaran pedesaan itu, sekaligus dapat membangun minat
seseorang untuk mengikuti siaran pedesaan tersebut. Dalam hal ini
musik pembukaan itu berfungsi juga sebagai musik pengenal. Musik
diperlukan juga sebagai selingan. Sehabis mendengarkan uraian yang
penting, pendengar mungkin akan merasa lelah dalam memusatkan
perhatian pada isi siaran itu.
Sebuah lagu yang lembut akan disukai oleh pendengar mungkin dapat
diperdengarkan untuk sekedar melepaskan lelah atau mengendorkan
syaraf. Musik juga dapat diperdengarkan saat kita menunggu sesuatu.
Contohnya, jika penyiar minta pendengar untuk melakukan sesuatu,
misalnya saja menuliskan sesuatu yang diperkirakan akan dapat
dilakukan oleh pendengar dalam waktu 30 detik, pada saat pendengar
melakukan perintah itu, siaran dapat diisi dengan musik penunggu.
Musik juga diperlukan sebagai pemisah adegan. Bila kita mendengarkan
sebuah drama radio, kita akan dapat mengenali peribahan adegan satu
dengan adegan yang lain dari musik yang digunakan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

287

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Berikut ini diuraikan secara lebih rinci beberapa dari jenis-jenis musik
yang telah diuraikan di atas.
1) Musik Tema
Musik tema ialah musik pengenal, musik yang digunakan sebagai
pengenal. Misalnya musik pengenal suatu stasiun pemancar. Musik
semacam ini akan diputar setiap kali stasiun pemancar tersebut
membuka atau menutup siarannya. Dengan demikian pendengar
akan mengenali stasiun tersebut dari lagu temanya. Beberapa
stasiun radio swasta niaga bahkan memutar lagu pengenalnya
secara berkala, yaitu setiap beberapaiu menit sekali. Maksudnya
untuk mempropagandakan stasiun radio tersebut.
Musik tema juga digunakan sebagai tanda pengenal bagi program
tertentu. Kalau program siaran radio pendidikan telah memilih
sebuah lagu tertentu sebagai temanya, maka dari awal dan akhir
dari program itu selalu diputar musik tema itu. Dengan demikian
pendengar akan mengenali program siaran pendidikan itu dari lagu
tema atau pengenalnya itu.
Musik tema seringkali juga digunakan untuk menggambarkan
situasi pokok dari suatu drama radio. Dalam hal ini musik tema
akan diperdengarkan setiap kali penulis naskah ingin menciptakan
suasana tertentu.
2) Musik Penghubung
Musik ini digunakan untuk menguhubungkan adegan yang satu
dengan adegan lainnya dalam suatu program audio. Suasana
musik penghubung ini harus sama dengan suasana adegan
yang dihubungkannya. Bila adegan itu adegan sedih, musik
penghubungnya harus musik sedih juga. Bila adegan itu gembira
atau penuh semangat maka musik penghubungnya harus gembira
dan penuh semangat juga.
3) Musik Pemisah Adegan
Musik ini sama dengan musik penghubung. Musik ini digunakan
untuk memisahkan adegan satu dari adegan yang lain, supaya
pendengar tidak bingung.

288

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b.

Sound Effect
Sound effect adalah bunyi tiruan atau bunyi sebenarnya yang berasal
dari binatang atau benda lainnya yang kita pergunakan dari program
audio. Bunyi burung berkicau, bunyi ayam berkokok, bunyi kereta
api, bunyi ketukan pintu, dan sebagainya dapat kita gunakan untuk
menciptakan situasi atau suasana. Malam hari di desa dapat diciptakan
dengan bunyi jangkrik. Suasana perang dapat diciptakan dengan bunyi
kapal terbang, dentiman bom, dan rentetan senjata perang.
Bunyi-bunyi atau sound effect tadi dapat kita peroleh dari piringan hitam,
kita rekam sendiri, atau kita buat pada saat kita membuat rekaman
di studio. Yang berkewajiban menciptakan sound effect itu adalah
sutradara dan juru teknik. Penulkis naskah hanya menyebutkan saja
jenis suara yang dikehendaki dan mencantumkan dalam naskah sesuai
dengan wajktu dan suasana yang dikehendaki.

Langkah penulisan naskah Audio


Kita membuat program audio dengan maksud untuk menyampaikan pesan
tertentu kepada pendengar kita. Untuk maksud tersebut, kita berusaha supaya
program kita itu mudah dipahami oleh pendengar kita. Selanjutnya tentulah kita
berharap agar pendengar dapat belajar atau memetik manfaat dari program
tersebut. Supaya program kita berhasil seperti yang kita harapkan, naskah
program audio kita harus kita persiapkan dengan baik. Dalam menulis naskah itu
ada beberapa langkah yang harud diikuti.
1. Tentukan topik program dengan cermat
Topik program ini perlu kita pilih dengan hati-hati supaya sesuai dengan
kebutuhan pendengar kita. Kita harus mengkajinya apakah topik yang akan
kita pilih itu mengandung informasi yang bermanfaat bagi pendengar. Bila
topik itu dapat memberikan pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan
oleh pendengar, maka dapat dipastikan bahwa topik itu memang bermanfaat
bagi pendengar kita. Namun sebelum melangkah lebih lanjut, masih perlu kita
kaji apakah pengetahuan atau keterampilan itu belum dimiliki oleh pendengar
kita. Bila belum, topik itu memang diperlukan oleh pendengar kita.
2. Perhatikan sifat-sifat pendengar kita
Dalam menulis naskah ada beberapa sifat pendengar kita yang perlu
mendapatkan perhatian seperlunya, meliputi:
a.
Umur pendengar
Membuat program audio untuk pendengar yang telah dewasa tentulah
berbeda caranya dengan membuat program bagi anak-anak. Program

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

289

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

untuk anak harus sederhana, dan harus dibuat begitu rupa sehingga
sesuai dengan jalan pikiran dan fantasi anak-anak, program untuk
orang dewasa dapat memuat informasi lebih banyak dan berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih rumit. Perhatian anak
biasanya berpindah-pindah, karena itu program untuk anak haruslah
pendek dan bervariasi. Masalah-masalah yang menarik bagin orang
dewasa , karena itu program untuk kaum remajapun perlu dibedakan
dari program untuk orang dewasa.
b.

Latar belakang pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh


pendengar.
Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kelompok sasaran saling
berkaitan. Mempelajari pengetahuan atau keterampilan yang sudah ada
lebih mudah bila dibandingkan dengan mempelajari pengetahuan dan
keterampilan yang baru. Demikian pula mempelajari pengetahuan dan
keterampilan yang sederhana lebih mudah disbanding dengan yang
kompleks. Oleh sebab itu mulailah dari yang sederhana dan mudah,
kemudian secara bertahap yang lebih sulit dan kompleks.

c.

Tingkat kemampuan bahasa pendengar


Di bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa bahasa memegang peranan
penting dalam program audio. Program audio hanya akan bermanfaat
kalau isinya dapat dipahami oleh pendengar. Isi program itu hanya akan
dipahami bila disampaikan dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan tingkat kemampuan bahasa pendengar.

d.

Sifat-sifat lain
Sifat-sifat pendengar lainnya yang perlu mendapatkan perhatian ialah,
latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi, dan adat itiadat kehidupan
pendengar. Program ini akan mudah dipahami oleh pendengar bila
dalam memberikan penjelasan selalu diberikan contoh yang sesuai
dengan keadaan lingkungan dan kehidupan mereka sehari-hari.

3. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai melalui program audio.


Rumusan tujuan dapat dituanghkan dalam naskah program audio. Dalam
merumuskan tujuan harus jelas, sehingga arah penulisan naskah juga jelas.
Selain itu dalam merumuskan tujuan harus dapat memberikan gambaran
tentang pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan dilakukan oleh
pendengar. Tujuan ini merupakan pernyataan pendek tentang pengetahuan
atau keterampilan yang diharapkan akan dimiliki oleh pendengar.

290

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Misalnya: topik program audio tentang : Keluarga Kecil adalah Keluarga


Sejahtera. Maka tujuan program tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pendengar diharapkan dapat :
a.
Menyebutkan bahwa keluarga kecil itu terdiri dari bapak, ibu dan seorang
atau dua orang anak.
b.
Menjelaskan bahwa keluarga kecil itu lebih menjamin kesehatan ibu dan
anak.
c.
Menjelaskan bahwa dalam keluarga kecil kebutuhan sandang dan
pangan lebih terjamin.
d.
Menjelaskan bahwa dalam keluarga kecil sekolah dan masa depan
anak-anak dapat lebih diperhatikan.
4. Menentukan pokok-pokok materi program
Setelah tujuan program dirumuskan dengan jelas, tiap-tiap tujuan tersebut
perlu ditelaah lebih lanjut. Supaya tujuan itu dapat dicapai, maka tujuan itu
harus dirinci lagi. Rincian itu merupakan isi program yang sangat penting
yang harus disampaikan kepada pendengar supaya setiap tujuan yang telah
dirumuskan tadi dapat tercapai dengan baik. Rincian itu merupakan pokokpokok isi program yang harus dituangkan ke dalam naskah supaya tujuan
tercapai.
Contoh : tujuan yang telah dirumuskan di atas dapat dirinci menjadi pokokpokok isi program sebagai berikut :
Tujuan (1) : Pendengar dapat menyebutkan bahwa keluarga kecil itu terdiri
dari ayah, ibu, dan seorang atau dua orang anak.
Isi materi pokok adalah:

Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak

Seorang atau dua orang anak telah cukup

Anak adalah karunia Tuhan

Anak laki-laki atau perempuan itu sama saja


Tujuan (2) : Pendengar dapat menjelaskan bahwa keluarga kecil lebih menjamin
kesehatan ibu dan anak.
Pokok-pokok isinya :

Setiap anak memerlukan perhatian dan perawatan ibu

Bila anak hanya sedikit jumlahnya, waktu dan biaya merawat anak itu
lebih banyak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

291

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Bila anak hanya sedikit jumlahnya, ibu mempunyai lebih banyak waktu
dan biaya untuk menjaga kesehatan dirinya
Dan sebagainya

Perlu di ingat bahwa supaya kita dapat menjabarkan sisi program dengan baik,
kita harus melakukan semacam penelitian atau studi kepustakaan. Artnya isi
program itu tidak bolah kita tulis hanya berdasarkan dugaan, khayalan, atau
gagasan sendiri, melainkan harus berdasarkan informasi dan data-data yang
akurat yang dapat diambil dari kenyataan di lapangan aatau di pelajari dari
buku-buku atau dokumen-dokumen yang ada.
5. Menulis naskah
Setelah pokok-pokok materi program selesai dijabarkan, penulis naskah
dapat mulai menuangkan pokok-pokok materi itu de dalam naskah program
audio. Penulis dapat memilih bentuk program (program format) sesuai dengan
keinginannya.
Menulis naskah program audio berarti membuat rencana tentang informasi
atau pesan beserta ilustrasi dalam bentuk suara yang akan dimasukkan
kedalam rekaman. Ini berarti bahwa pesan dan ilustrasi yang direkam harus
dapat memanipulasikan suara untuk menciptakan adegan tertentu. Suara dan
bunyi itu terdiri dari suara orang, bunyi musik, dan bunyi benda-benda lain.
Semua suara dan bunyi yang akan dimasukkan ke dalam rekaman itu harus
direncanakan dengan jelas dan cermat dan dituangkan ke dalam naskah.
Naskah dituliskan dalam lembaran kertas yang dibagi menjadi tiga kolom.
Kolom pertama diisi dengan nama pelaku atau jenis suara yang akan
direkam yaitu musik atau sound effect (FX). Kolom kedua berisi dialog. Kolom
ketiga diisi dengan kata musik atau FX yang akan direkam (misalnya, musik
instrumentalia : Halo-Halo Bandung; atau suara ketukan pintu)
Naskah ini akan menjadi pedoman bagi sutradara yang akan memimpin
rekaman, pemain yang akan membaca naskahnya, dan juru teknis yang akan
merekamnya. Karena itu naskah harus ditulis dengan jelas supaya mudah
dipahami, mudah diikuti, dan mudah dilaksanakan dalam memproduksi
naskah itu menjadi rekaman kaset audio.
Menulis naskah audio berarti membuat petunjuk mengenai bagaimana cara
memanipulasi bunyi dan suara supaya dapat menciptakan adegan dengan
suasana dan situasi yang mirip atau sesuai dengan kehidupan sebenarnya.

292

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Contoh naskah drama di halaman itu dapat diartikan :


1. Petujuk No. 1 menunjukkan bahwa yang akan direkam pertama ialah musik.
Kata-kata IN-UP-DOWN-UNDER pada baris tersebut harus diartikan : musik
tersebut dikeraskan ke dalam rekaman dengan halus, kemudian dikeraskan
sebentar, setelah itu lalu dilemahkan lagi. Suara yang lemah ini ditahan terus
sementara penyiar (No.2) mulai membaca naskahnya. Musik tadi melatarbelakangi suara penyiar.
Contoh format naskah :
NO
: PELAKU / JENIS
MUSIK ATAU FX : KALIMAT YANG DIREKAM
a. MUSIK
: MUSIK PENGENAL : IN UP DOWN UNDER
b. PENYIAR
: Saudara-saudara, selamat jumpa kembali dalam
siaran radio penyuluhan untuk Anda. Hari ini kami
hadir membawakan program tentang pupuk. Selamat
mengikuti.
c. MUSIK
: MUSIK PENGENAL : UP DOWN OUT
d. NARATOR
: Saudara dalam program ini Anda akan mendengar
sebuah drama yang menggambarkan kehidupan Pak
Poyo yang mula-mula sangat miskin, tetapi kemudian
menjadi kaya karena hasil panennya. Apakah Pak
Poyo meningkat? Jawaban atas pertanyaan tersebut
apabila Anda mengikuti adegan berikut ini.
e. MUSIK
: IN UP DOWN UP
f. POYO
: Hem, panas benar hari ini. Sebaiknya kubuka saja
bajuku. Bubu
g. SURTI
: OFF MIKE. Apasih? Datang-datang berteriakteriak seperti memanggil orang tuli saja. LANGKAH
MENDEKAT.
h. POYO
: Mana minuman saya? BERHENTI SESAAT. Wah
panasnya bukan main.
i. SURTI
: Lho, tadi sudah saya siapkan Nah ini cangkirnya
Wah, sudah kosong. Diminum anak-anak barangkali.
Tunggu sebentar saya buatkan lagi. FADE OUT
j. FX
: SUARA GELAS BERADU DENGAN SENDOK. SUARA
ORANG MEMBUAT MINUMAN
k. Dan selanjutnya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

293

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Setelah penyiar selesai membaca naskah pada baris ke-2, musik dikeraskan
lagi (NO.3), kemudian dilemahkan lagi setelah itu musik menghilang dengan
halus.
3. Pada saat musik pada No.3 mulai menghilang, narator membaca naskah
pada No. ke 4.
4. Begitu seterusnya.
5. Kata OFF MIKE apad No. ke 7 memberi petunjuk bahwa saat membaca
Apa sih? pemain tidak mengarahkan mulutnya ke mike. Hal ini dilakukan
untuk menciptakan kesan seolah-olah orang yang berbicara tadi ada diruang
lain atau tempatnya berjauhan. Kata-kata berbicara tadi ada di ruang lain
atau tempatnya berjauhan. Kata-kata LANGKAH MENDEKAT dimaksudkan
untuk memberi petunjuk kepada pemain dan sutradara supaya diciptakan
sound effect langkah yang sedang mendekat. Untuk memberikan kesan
bahwa orang yang tadi ada di tempat yang jauh sekarang berjalan mendekat.
6. Nomor ke 10 memberi petunjuk bahwa sound effect gelas beradu dengan
sendok diperlukan untuk memberi kesan seolah-olah ada orang yang sedang
membuat minuman.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kata atau kalimat yang ditulis
dengan haruf besar itu adalah petunjuk. Bukan bagian naskah yang harus
dibaca pemain untuk direkam. Bagian yang harus dibaca oleh pemain adalah
kata dan kalimat yang ditulis dengan huruf kecil.
Jenis dan Bentuk Program Audio
Jenis Program Audio
Program kaset suara atau program radio, keduanya disebut program audio. Ada
berbagai jenis program audio, misalnya program musik, program non musik,
program hiburan dan program non hiburan.
Program musik adalah program yang menyajikan musik. Dalam program ini
mungkin terdapat juga uraian atau penjelasan, namun yang dominan ialah
musiknya. Sebaliknya saja, warta berita atau laporan. Kedua program itu biasanya
berbentuk uraian. Namun program itu juga seringkali diselingi dengan musik
supaya siaran tidak menjadi kering atau membosankan. Namun dalam siaran
non musik ini yang dominan bukan musiknya, melainkan uraiannya.
Program hiburan adalah program yang dibuat atau disajikan dengan maksud
untuk memberikan hiburan kepada para pendengarnya. Program hiburan ini
dapat berupa program musik, lawak, sandiwara dongeng dan sebagainya.

294

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Program hiburan tidak mengandung pesan informasi penting yang akan


disampaikannya kepada pendengarnya. Yang terpenting asal para pendengar
telah merasa terhibur, merasa senang, atau terlena pada waktu mendengarkan
program itu, program itu dapat dikatakan berhasil.
Program non hiburan biasanya mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan
informasi tertentu kepada para pendengarnya. Misalnya warta berita, laporan,
atau program pendidikan, masing-masing mempunyai pesan tertentu yang akan
disampaikannya kepada para pendengarnya.
Program instruksional termasuk dalam kategori program non hiburan. Program
ini bukan saja mengandung pesan yang akan disampaikan kepada para
pendengarnya, melainkan disusun berdasarkan tujuan instruksional tertentu
yang dilaksanakan dengan menggunakan program bersangkutan, pendengar
diharapkan dapat melakukan sesuatu, memiliki pengetahuan atau keterampilan
tertentu atau bersikap tertentu sebagai akibar proses instruksional bersangkutan.
Program instruksional ini jelas bukan program hiburan. Tetapi supaya program
instruksional ini menarik, dapat juga disisipi hiburan di dalamnya. Yang harus
dijaga ialah unsur hiburan itu jangan sampai mendominasi programnya sehingga
tujuan instruksional yang telah ditentukan tidak tercapai. Biasanya unsur hiburan
yang disisipkan dalam program intsruksional ialah musik. Musik disini hanya
dipakai sebagai selingan, serta pembuka adegan atau pemisah penggalan
materi sajian, serta pembuka dan penutup program. Musik yang digunakan disini
biasanya instrumental dan diberikan secara singkat saja. Sekitar 10 sampai 30
detik. Musik harus dipilih yang tidak menyebabkan beralihnya atau tergantungnya
konsentrasi pendengar.
Bentuk Program Audio
Ada beberapa bentuk program audio yaitu:
1. Program audio non musik, dapat disajikan dalam bentuk, misalnya uraian,
dialog, diskusi, wawancara, feature, majalah dan drama. Sukar untuk
dikatakan bentuk yang mana yang paling baik. Tiap-tiap bentuk sajian itu
mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Bentuk yang satu
lebih tepat dari pada yang lain untuk menyampaikan maksud tertentu. Tetapi
untuk maksud yang lain bentuk tadi belum tentu baik.
2. Program Audio yang berbentuk uraian
Hampir semua program audio menggunakan uraian dalam penyajiaanya.
Uraian memang dasar dari semua bentuk program audio. Program yang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

295

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

berbentuk uraian misalnya pokok-pokok berita, laporan, komentar, ceramah,


khotbah, ulasan dan program lain yang sejenis itu.
Uraian dapat merupakan program yang berdiri sendiri atau menjadi bagian
dari program yang disajikan dalam bentuk lain. Suatu drama radio, misalnya,
sering kali menggunakan narator yang tugasnya merangkaikan atau
mengantarkan adegan yang satu ke adegan yang lain. Apa yang dibawakan
oleh narator, ini adalah bentuk uraian yang menjadi bagian dari program
drama itu.
Uraian adalah pembicaraan yang bermaksud memberi penjelasan atau
penerangan. Pembicaraan yang memberikan uraian itu biasanya menjelaskan
tentang fakta, keterangan, atau analisis, tanggapan, sanggahan, atau teori
tentang sesuatu konsepsi tertentu. Pembicara berusaha menguraikan
topik permasalahan yang dibawakannya dengan sederhana supaya mudah
dimengerti oleh pendengar.
Uraian merupakan pengutaraan informasi yang diberikan secara langsung.
Karena itu uraian tidak memerlukan persiapan yang lama dan rumit seperti
program yang berbentuk drama, musik dan sound effect dalam program
berbentuk uraian juga tidak terlalu penting. Uraian biasanya dibawakan oleh
seorang pembawa acara saja. Seringkali yang membawakan acara itu adalah
orang yang menguasai masalah yang sedang disajikan itu.
Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam membuat program berbentuk
uraian:

Program audio berbentuk uraian harus singkat

Program audio berbentuk uraian harus sederhana

Program audio berbentuk uraian harus bersikap akrab


3. Program audio dalam bentuk dialog
Dialog merupakan suatu bentuk penyajian yang menampilkan dua orang atau
lebih yang membicarakan sesuatu masalah, ditinjau dari pengalamannya,
pengetahuannya, atau keahliannya. Kedua pembicara itu mempunyai
kedudukan yang sama. Karena itu dialog ini bukan berbentuk pembicaraan
dalam arti yang satu menggurui yang lain, atau yang satu bertanya dan yang
lain menjelaskannya, melainkan merupakan pembicaraan yang lebih bersifat
tukar pendapat atau tukar pandangan.
Di dalam menyusun naskah dialog perlu dijaga supaya ada keseimbangan
antara pandangan yang diberikan oleh kedua pelaku itu. Bobot pandangan

296

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

antara keduanya jangan sampai jauh berbeda. Jalan pikiran atau logika yang
mereka gunakan pun sedapat mungkin seimbang.
4. Program audio dalam bentuk Wawancara
Program audio berbentuk wawancara menampilkan dua pihak yang
mengadakan pembicaraan. Berbeda dengan dialog, pihak-pihak yang
mengadakan pembicaraan itu mempunyau kedudukan yang berbeda. Yang
satu lebih penting daripada yang lain.
Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
terarah. Orang yang diwawancarai mempunyai kedudukan yang lebih penting
dari Si pewawancara sebab ia yang mempunyai informasi yang diperlukan.
Maksud wawancara untuk program audio ialah menyampaikan informasi dari
orang yang berwenang tentu akan lebih dipercaya daripada diberikan oleh
pembawa acara sendiri.
Orang yang diwawancarai
Kalau kita akan mengadakan wawancara, sebaiknya kita harus memilih
narasumber atau orang yang mempunyai pengalaman, pengetahuan serta
kewenangan untuk memberikan jawaban mengenai topik yang akan dibahas
dalam siaran audio.
Pewawancara
Pewawancara tugasnya adalah mengajukan pertanyaan, pendapat atau
gagasannya dalam pembicaraan itu. Pewawancara harus dapat membuat
pertanyaan yang spesifik dan jelas. Dan dapat mengarahkan narasumber
agar dapat memberikan jawaban tentang informasi penting yang harus
diketahui oleh masyarakat umum.
Pewawancara harus menguasai atau mempunyai pandangan dan pengetahuan
yang luas tentang masalah atau topik yang akan dibahas dalam wawancara
itu. Pewawancara bukan mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk
menambah pengetahuannya sendiri. Melainkan mengajukan pertanyaan
supaya menguraikan hal-hal yang sedang difikirkan, atau dirasakannya, atau
hal-hal yang sedang direncanakan untuk dilakukan.
Pewawancara harus berusaha untuk membuat pertanyaan yang singkat,
tetapi memancing jawaban berupa uraian yang terperinci. Jangan sampai
terjadi sebaliknya, pertanyaan panjang lebar tetapi jawabannya singkat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

297

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5. Program audio dalam bentuk Diskusi


Program audio yang berbentuk diskusi menampilkan pembicaraan antara
orang-orang yang mempunyai gagasan atau pandangan yang berbeda
tentang sesuatu masalah. Dalam diskusi ini ada pertentangan pendapat atau
gagasan yang diutarakan secara rasional, bukan emosional. Karena dalam
diskusi ini masing-masing mengeluarkan pandangannya dengan alasan
rasional dan kuat, yang biasanya dilandasi teori atau pengalaman, diskusi ini
merupakan tempat untuk bertukar pikiran dan menguji pendapat.
Program audio dalam bentuk diskusi ini bertujuan untuk mengajak pendengar
berpikir secara kritis terhadap sesuatu masalah. Dengan mendengarkan
diskusi di harapkan pendengar akan mempunyai pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang masalah tersebut.
Diskusi yang terarah biasanya dipimpin oleh seorang moderator. Moderator
inilah yang mengatur giliran berbicara. Namun tugas moderator bukan hanya
mengatur lalu lintas pembicara, dia sendiri dapat juga melontarkan pendapat
atau pertanyaan untuk memancing pendapat peserta diskusi. Moderator
juga bertugas untuk menjaga supaya pembicaraan tidak menyimpang dari
topik yang telah ditentukan. Moderator juga mengontrol supaya diskusi
dapat diselenggarakan sesuai dengan waktu yang tersedia. Pada akhirnya
moderator harus dapat menyimpulkan hasil diskusi.
6. Program audio dalam bentuk Feature
Program audio berbentuk feature menyajikan suatu masalah yang sedang
hangat di masyarakat dengan menggunakan berbagai bentuk sajian menjadi
satu program. Program feature dibagi dalam beberapa penggalan yang
masing-masing disajikan dengan menggunakan bentuk sajian dalam bentuk
uraian, dialog, wawancara, diskusi. Masing-masing bentuk sajian tersebut
mengupas masalah dari sudut pandangan yang berbeda. Penggalanpenggalan tadi dirangkai dengan uraian yang baik sehingga menjadi suatu
kesatuan cerita nyata.
Penggalan-penggalan program itu, tidak menyimpang dari pokok masalah.
Uraian perangkai dalam program feature itu, fungsinya bukan hanya sekedar
merangkaikan, melainkan menyatukan keseluruhan isi program sehingga
menjadi satu program bulat, terpadu, lengkap dan mendalam.
Penggalan-penggalan dalam program feature ini dapat berupa rekaman
dokumentasi, andangan dan pendapat dari berbagai pihak, laporan
pandangan mata, laporan survei dan sebagainya yang kesemuanya disajikan

298

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

untuk mendukung dan memperkuat informasi tentang masalah pokok yang


ingin disampaikan kepada pendengar.
Uraian perangkai, seyogyanya tidak perlu panjang. Sebagai ancar-ancar,
suatu program yang panjangnya 20 menit, waktu yang dialokasikan untuk
keseluruhan uraian perangkain masih diperlukan juga musik dan sound effect.
Musik yang dipilih dengan tepat dapat menghidupkan suasana, menciptakan
ungkapan rasa sedih, gembira, khidmat dan sebagainya. Sound effect dalam
program feature juga harus dipilih yang sesuai benar dengan kebutuhannya.
KaLlau memang tidak diperlukan jangan dipaksakan adanya sound effect.
Pemilihan sound effect yang tepat dapat memberikan gambaran situasi yang
nyata sebab sound effect dapat memberikan gambaran tempat, keadaan
lingkungan, waktu, peralatan yang dipakai, dan sebagainya.
Ada bentuk lain yang mirip dengan program yang berbentuk feature, yaitu
majalah udara. Persamaan majalah udara dengan feature ialah bahwa
keduanya disajikan dalam berbagai variasi bentuk program. Tetapi kedua
program tersebut memang tidak sama, sebab majalah udara ini biasanya
menyampaikan berbagai masalah dalam satu program.
7. Program audio dalam bentuk Drama
Drama audio pada hakekatnya adalah bentuk percakapan atau dialog antara
pelakunya yang menggambarkan konflik atau bertentangan dalam kehidupan.
Drama tanpa konflik bukan drama namanya. Drama audio tidak sama dengan
drama dalam novel atau drama yang dipanggungkan. Drama dalam novel
dipaparkan melalui cerita berbentk uraian, drama yang dipanggungkan
dipaparkan dalam dialog dan tingkah laku. Drama audio dipaparkah dalam
dialog, yang dikuatkan oleh musik dan sound effect.
Drama audio akan berhasil bila kisahnya dianggap dari kehidupan nyata
manusia dan dipaparkan dengan cara yang memenuhi syarat dan ketentuan
yang dikehendaki suatu program audio. Yang perlu kita ingat ialah bahwa
dalam drama audio semua adegan yang meliputi gerak dan laku, rasa dan
sikap, ruang dan waktu semuanya harus diciptakan dalam bentuk suara.
Suatu keindahan malam di saat bulan purnama tidak akan dapat dinikmati
oleh pendengar jikalau hal itu tidak dapat diungkapkan dalam bentuk suara.
Suatu suasana peran yang dahsyat hanya akan dapat dilihat oleh pendengar
dengan pertolongan musik, dentuman mesiu, jeritan manusia, deruman
pesawat terbang dan sebagainya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

299

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Naskah sebuah drama harus memnuhi struktur


a. Pemaparan
b. Penggawatan dan krisis
c. Klimaks
d. Peleraian atau anti klimaks
Kalau digambarkan terlihat sebagai berikut :

III

IV

II
I

Keterangan
I.
Pemaparan
II. Penggawatan
III. Krisis
IV. Anti klimaks

Contoh contoh
Bahasa Tulis
Penularan HIV / AIDS bisa terjadi karena aktivitas seksual yang tidak aman. Upaya
pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, dengan beberapa cara, pertama
tidak melakukan aktivitas seksual, kedua, setia kepada pasangan saja dan ketiga
melakukan hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
Bahasa Audio
Pak Tony
: Pak Bowo, tadi Bapak mengatakan penularan HIV / AIDS dapat
terjadi karena aktivitas seksual yang tidak aman.

300

Pak Bowo

: Pak Tony, Bapak tentunya sudah tahu bahwa HIV / AIDS dapat
menular melalui hubungan seks.

Pak Tony

: Ya Pak, karena virus HIV/AIDS ada di dalam sperma dan cairan


vagina.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pak Bowo

: Bagus, jadi kalau melakukan hubungan seks yang tidak aman


artinya tidak menggunakan kondom dapat tertulah HIV / AIDS
bila pasangannya mengidap HIV / AIDS.

Pak Tony

Pak Bowo

: Ya, harus dicegah sedini mungkin, dengan beberapa cara.


Pertama tidak melakukan hubungan sexual sebelum menikah.
Kedua, saling setia kepada pasangannya, ketiga bila melakukan
hubungan seks yang beresiko selalu menggunakan kondom.

Pak Tony

: Terima kasih Pak Bowo, sekarang saya menjadi mengerti.

Kalau begitu bagaimana cara mencegahnya?

SPOT RADIO AIDS

1.

PELAKU/JENIS
MUSIK DAN FX
MUSIK

2.

PENYIAR

KALIMAT / BUNYI YANG DIREKAM


MUSIK PENGENAL : IN UP DOWN UNDER
Saudara-saudara, selamat jumpa kembali dalam
siaran radio Mustang peduli AIDS untuk Anda

1
2

Hari ini kami hadir membawakan program


penanggulangan HIV/AIDS
Selamat mengikuti

3.

MUSIK

MUSIK PENGENAL : UP DOWN OUT

4.

NARATOR

Kawula muda di mana pun Anda berada, sebentar


lagi Anda akan mendengarkan pendapat dari
kawan kawula muda di Jakarta tentang HIV/AIDS
Apa itu HIV/AIDS, jawaban atas pertanyaan
tersebut akan Anda temukan bila Anda mengikuti
adegan berikut ini

5.
6.

MUSIK
ARYO

7.
8.

FX
FX

9.

ARYO

10.
11.

FX
Dan seterusnya

IN UP DOWN OUT
Selamat siang Andi, ngomong-ngomong apa yang
Anda ketahui tentang AIDS?
SUARA HALILINTAR
AIDS (JELAS DAN KAGET)
OFF MIKE : Idiih
Itukan penyakit kutukan yang tidak dapat
disembuhkan. Orang yang terkena AIDS harus
dikucilkan supaya tidak dapat menularkan kepada
orang lain. (Langkah menjauh).
Kawula muda di mana pun berada, AIDS bukan
penyakit kutukan. AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yang didapat karena penurunan sistem
kekebalan tubuh akibat virus yang disebut HIV.
Penderita tidak perlu dikucilkan.
Jinggle drops In

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

301

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

D. MEDIA AUDIO VISUAL


Karakteristik Audio Visual
Melalui tayangan televisi kita dapat melihat kejadian-kejadian dari jauh. Melalui
video recording memungkinkan kita melihat kejadian yang sudah lalu secara
berulang-ulang, melalui teknik slowmotion kita dapat mengidentifikasi gerakangerakan yang cepat, dan melalui teknik time lapse kita dapat mengamati proses
perubahan ujud suatu benda. Kelebihan inilah yang mendorong orang untuk
memanfaatkan televisi baik sebagai media informasi maupun sebagai media
pembelajaran.
Media televisi pada dasarnya adalah pengkat elektronik yang memanfaatkan
kreatifitas manusia untuk menggabungkan unsur gambar dan suara dalam
menyampaikan pesan, menjadikan media televisi sebagai sarana yang tepat
untuk digunakan dalam dunia pendidikan dan hiburan.
Persoalan yang akan timbul adalah bagaimana cara mengolah atau
mengembangkan gambar dan suara agar menjadi gabungan yang serasi sehingga
pesan menjadi efektif.
Berbeda dengan penonton film, penonton televisi mempunyai karakteristik
yang unik karena masing-masing mempunyai kebutuhan yang berbeda satu
sama lain. Selain itu penonton televisi tersebar dimana-mana, walaupun waktu
menontonnya bersamaan, tetapi mereka tidak dapat saling berkomunikasi satu
sama lainnya. Penonton televisi bisa dikatakan bebas, artinya ia menonton televisi
bukan karena paksaan, tetapi karena tertarik. Mungkin karena program yang
ditayangkan sesuai dengan kebutuhannya. Mungkin karena tidak ada hiburan
lainnya. Sebagai seorang (calon) penulis program televisi, harus menyadari
sepenuhnya keanekaragaman jenis sifat penonton. Karena tidak mungkin kita
membuat sebuah program yang sesuai kebutuhan khalayak. Untuk mengatasi
keanekaragaman sifat penonton tersebut, maka sebaiknya tentukanlah hanya
satu kelompok sasaran yang memiliki sifat, karakter, dan latar belakang yang
sama.
Bila telah memiliki sasaran yang jelas, usahakanlah meraih perhatian penonton
semaksimal mungkin melalui setiap gambar yang terlihat dan setiap suara yang
terdengar pada program itu nantinya.
Tiap gambar, tiap kata dan tiap bunyi harus ada artinya serta harus dapat menarik
perhatian penonton.

302

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Dalam mengembangkan program televisi baik penulis naskah, maupun pelaksana


produksi, tidak cukup hanya mengetahui ide yang bagus dan bagaimana cara
mengevaluasinya. Jika ingin menjadi seorang penulis, sebaiknya mengetahui
kelebihan dan kelerbatasan teknik, yang dimiliki pesawat televisi, agar naskah
yang ditulis dapat divisualisasikan dengan baik.
1. Televisi
Media televisi untuk tujuan pembelajaran?.

Media televisi mampu menghadirkan berbagai peristiwa alam ke dalam


kelas.

Media televisi mampu mengatulisasikan pesan.

Media televisi mampu menarik perhatian siswa dan mendorong


terciptanya diskusi yang mendalam.

Media televisi mampu mendorong perubahan sikap yang positip


Adapun karakterik televisi tersebut adalah:
a.
Fine Detail
Media televisi kurang mampu menampilkan detail dengan sempurna.
Karena itu jangan mengembangkan program televisi yang menuntut
pengambilan obyek secara detail. Hal ini perlu disadari oleh penulis saat
menulis naskah, karena hasil suatu program televisi ditentukan oleh
naskah yang ada.
b.

Area Lost
Gambar yang terlihat pada layar adalah kira-kira 80% dari gambar yang
diambil kamera, karena kurang lebih 20% dari area (daerah yang terlihat
kamera hilang oleh proses elektronik televisi)


Area (daerah) yang hilang ini harus dipertimbangkan sewaktu
pengambilan gambar oleh juru kamera atau pengarah acara, juga harus
dimaklumi oleh penulis naskah

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

303

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c.

Size Information

Cara membandingkan obyek yang belum dikenal.


Media televisi tidak bisa menampilkan gambar suatu obyek dengan ukuran
yang sebenarnya. Jadi jika hendak memperlihatkan sesuatu (khususnya
yang belum dikenal) selalulah perlihatkan obyek pembandingnya dengan
obyek lainnya (obyek yang dikenal). Tangan sebagai obyek pembanding
dengan obyek yang dibandingkan.
d.

Third Dimention
Televisi mempunyai layar dua dimensi. Kesan dua dimensi tersebut
harus diatasi dengan cara pengambilan gambar, penyusunan properties,
pengaturan tata cahaya yang digunakan. Dengan demikian kesan yang
terlihat tiga doimensi.

e.

Distruction
Karena sebab-sebab elektronik, gambar dilayar televisi kadang-kandang
rusak bentuknya. Misalnya lingkaran yang seharusnya 360 menjadi
bentuk elipes. Sebagai penulis naskah harus hati-hati menulis konsep
tentang bentuk yang akan disajikan.

304

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f.

Opposition
Jika pengambilan gambar tidak teliti, penonton bisa ragu dalam
menafsirkan gambar yang dilihatnya, untuk naskah yang dikembangkan
harus mencantumkan dengan jelas apa sebenarnya yang diperlihatkan
kepada penonton.

g.

Tints
Warna pada televisi dapat berubah-ubah, sehingga sulit untuk
menentukan warna aslinya. Kadang-kadang hal ini dapat mengarahkan
penonton kepada konsepsi warna yang salah. Jika televisi anda hitam
putih maka harus lebih hati-hati lagi. Jadi bila hendak menampilkan warna
perlu diperhatikan cara-cara mengatasi kemungkinan penyimpangan
informasi. Misalnya: akan memperlihatkan perbedaan asam dengan
basa menggunakan kertas lakmus, warna yang timbul adalah merah
biru. Akan tetapi pada televisi hitam putih warna tersebut tidak terlihat
karena intensitasnya sama. Jadi untuk mengatasi hal itu perlu dibantu
dengan audio atau dengan tulisan.

h.

Setting
Dalam naskah televisi harus jelas tergambar dimana suatu obyek
berada. Tanpa menampakan setting penonton bisa bingung menerkanerka. Suatu hal yang perlu diingat untuk membangun suatu adegan
yang utuh harus ada tiga unsur yang tidak bisa dilupakan yaitu: setting,
pelaku dan aktivitas.

Untuk mengingatkan kriteria diatas dapat digunakan jembatan keledai


FASTDOTS dibawah ini:
F
: fine detail
A
: arealost
S
: size information
T
: third dimention
D
: distruction
O
: oposition
T
: tints
S
: setting
i.

Format layar televisi


Layar televisi memiliki perbandingan 3:4. Jadi dalam menulis naskah
hendaknya memikirkan visualisasi yang bagaimana sebaiknya harus
ditampilkan dengan informasi tersebut.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

305

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil


j.

Layar televisi bukan pentas drama


Berbeda dengan mempergelarkan acara dipentas, suasana yang
diberikan/ digambarkan dilayar televisi harus mencerminkan suasana
yang sewajarnya. Ini berarti naskah yang dikembangkan harus
membantu kearah itu.

k.

Bahasa televisi
Media televisi adalah media yang menonjolkan aspek visual yang
dominan. Oleh karena itu naskah yang dikembangkan hendaklah
menjelaskan visualisasi kejadian sejelas mungkin. Pola berpikir ini harus
dijadikan prinsip dalam penulisan naskah televisi.
Apabila harus menghadirkan narasi, perlu diperhitungkan agar
narasi tersebut benar-benar mendukung visualisasi yang ada, bukan
sebaliknya. Misalnya akan mevisualkan sebuah mangga maka secara
fisik akan terlihat bentuknya, besarnya, warnanya, mungkin dengan
ciri-ciri lainnya. Akan tetapi dari tayangan itu tidak diketahui bagaimana
rasanya. Untuk kekurangan itulah perlu dimasukan unsur narasi dengan
tujuan lebih memperjelas atau melengkapi materi yang akan disajikan.

Prinsip-prinsip penulisan naskah video/televisi


Pembuatan karya televisi selalu didahului oleh kegiatan berupa penulisan
naskah. Menulis karya televisi tidak sama dengan cerita biasa karena naskah
televisi merupakan perpaduan antara pemaparan teknis (bagaimana adegan
disajikan) dengan pemaparan imaginatif (bagaimana cerita disusun dalam
khayalan penulis).
Penyusunan naskah video/tv tidak sama prosesnya dengan penulisan buku
atau novel, karena naskah video/tv bukanlah naskah yang literer, melainkan
naskah teknis yang operasional yang harus dapat dibuat visualisasinya. Oleh

306

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

karena itu penulis naskah video/tv dituntut bisa berimajinasi secara kreatif dengan
menggunakan pemilihan visual yang didukung oleh kemampuan visualisasi
dari media televisi sebagai media yang dipilih.
1.

Persiapan penulisan naskah vodeo/televisi


Pembuatan program televisi atau video selalu dimulai dengan
penetapan kebutuhan atau masalah. Langkah yang pertama dilakukan
oleh seorang penulis adalah menanyakan apa-apa yang diinginkan oleh
pihak pemesan. Dengan kata lain yang mengolah kehendak atai ide dari
pemesan kedalam bentuk sebagai yang dimaksudkan adalah penulis
naskah. Apabila langkah tersebut sudah dilakukan kemudian penulis
naskah memikirkan faktor-faktor seperti: lama program, pemiayaan,
batas waktu penyelesai, dan hal-hal teknis lainnya.
Secara keseluruhan dapat dihimpun beberapa pertanyaan sebagai
berikut, seperti:
Siapa sasaran program yang akan dibuat?
Pesan apa yang akan ditampilkan?
Bagaimana menyajikan pesan? Pesan tersebut dalam bentuk visual?
Itulah permulaan mata rantai komunikasi yang harus dimengerti secara
jelas sebelum langkah berikutnya dilaksanakan

2.

Penelitian
Langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Penelitian adalah
pengumpulan informasi yang diperlukan guna menunjuang keabsahan
atau keakuratan naskah yang akan ditulis. Kegiatan penelitian mempunyai
empat langkah utama yaitu:
a. Mencari sumber informasi yang paling handal.
b. Mencari informasi yang berguna
c. Memilih informasi yang paling relevan yang dapat digunakan untuk
menulis naskah.
d. Mengecek bahwa informasi itu benar dan authentic
Penilian ini dapat dilakukan di perpustakaan, ke lokasi yang dapat
memberikan informasi yang lengkap dan akurat, atau mengadakan
wawancara dengan narasumber yang dapat memberikan informasi
yang diperlukan. Kecuali hal tersebut, penulis naskah dapat pula
melengkapi sumber informasinya dari berbagai buku dan surat kabar
atau majalah agar apa yang dituilsnya nanti selalu up todate dan
mengikuti perkembangan yang ada.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

307

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3.

Konsep
Konsep yang tertuang didalam pikiran penulis naskah memegang
peran yang sangat penting di dalam penuangan isi pesan dalam bentuk
program yang akan dikembangkan.
Oleh sebab itu sebelum menulis sinopsis dan treatment serta skenario,
hendaknya seorang penulis naskah video harus memahami dahulu
beberapa patokan berikut ini:
a. Struktur program: yaitu semua pikiran yang disusun sedemikian rupa
sehingga konsep mempunyai arti, karena disusun secara teratur dan
mudah diikuti penalarannya.
b. Kerangka program: apapun program yang akan disajikan (baik itu
merupakan program dokumenter, intruksional, ataupun drama) selalu
mempunyai alur cerita, selalu mengandung bagian pendahuluan, isi
serta bagian akhir.
c. Style : penampilan atau gaya penyajian program sangat bergantung
pada gaya dari penulis naskah. Biasanya suatu program seringkali
diwarnai oleh gaya si penulis naskah di dalam menuangkan
pikirannya.
d. Karakteristik media televisi: Televisi adalah media audio visual yang
menggunakan kata-kata atau gambar-gambar untuk menyampaikan
pesannya.
e. Memanfaatkan kemampuan media televisi : hendaknya dikenal betul
di dalam bahasa televisi serta kemampuannya dalam menampilkan
visual yang disajikan, sehingga dapat ditampilkan sesuai keinginan
penulis.
Pemikiran penulis naskah tentang kapan gambar itu ditampilkan sebagai
pengganti kata-kata atau sebaliknya atau kapan kata-kata muncul
bersama-sama dengan gambar merupakan faktor yang penting. Katakata hendaknya singkat, jelas dan mudah dimengerti. Sedangkan gambar
berfungsi menggantikan kata-kata yang tidak dapat diucapkan. Dengan
memahami hal-hal tersebut diatas, maka penulis naskah video akan
dapat menuangkan pikirannya secara berhasil guna dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai, pada waktu program tersebut masih dalam
keadaan dirancang. Langkah selanjutnya adalah menulis synopsis dan
treatment.

308

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Istilah dalam naskah video/televisi


Menyusun sebuah program video dapat dikatakan tidak berebda dengan
menyusun sebuah buku. Seorang penulis buku membangun ceritanya dari
kumpulan kata-kata menjadi kalimat. Kalimat dihimpun menjadi bab. Kemudian
bab disusun menjadi satu kesatuan yang menghasilkan suatu cerita.
Demikian pula halnya dengan program televisi. Kita melihat sebuah program
televisi sebenarnya kita melihat suatu kesatuan gambar-gambar yang
menceritakan sesuatu kepada kita. Bila dalam buku kita menemukan kata,
kalimat, bab, cerita, maka pada program televisi kita menemukan shot, scene,
segment, dan totalitas yaitu sebuah cerita yang utuh.
Untuk dapat menulis naskah program vodeo/tv dengan baik, diperlukan
pengetahuan tentang istilah-istilah buku yang dipakai sebagai bahasa teknis
produksi video/tv.
Berikut ini merupakan tata peristilahan (terminologi) produksi video/tv yang
umum dipakai sehingga dapat digunakan sebagai naskah program video/tv
1.

Shot
Shot adalah suatu peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi,
dimulai dari saat tomol kamera dilepas kembali
Panjang satu shot tergantung pada lamanya tombol kamera ditekan.

2.

Scene
Scene terbentuk dari berbagai shot yang menimbulkan satu pengertian
yang utuh. Pengertian yang ditimbulkan oleh sebuah scene bisan
sempit, bisa luas dan biasanya tergantung dari banyaknya shot dalam
scene tersebut.
Scene ini merupakan bagian terkecil dalam sebuah cerita/ suatu fil yang
lengkap. Karena sifatnya harus utuh dan mengansuatu pengertian,
maka suatu scene harus terdiri dari awal, pengembangan dan akhir.
Selain itu sati scene dapat berlangsung pada lebih dari satu lokasi.

3.

Sekwens
Sekwens dibangun dari beberapa scene secara logis dan meiliki arti
sesuai dengan tuntutan cerita. Seperti pada scene, sekwns juga terdiri
dari awal, pengembangan dan akhir. Kalau pada scene arti suatu cerita
dibangun dari shot, maka sekwens dibangun dari scene. Oleh karena itu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

309

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

ada yang membedakan kedua cerita tersebut dalam bentuk premis, yang
antara lain dikatakan cerita yang dibangun dari shot dan menghasilkan
scene disbut premis minor, sedangkan cerita yang dibangun dari
scene dan menghasilkan sekwens disebut premis mayor (perhatikan
gambar dibawah ini).
Dari gambar tersebut disimpulkan bahwa totalitas adalah kesatuan dari
sekwens-sekwens yang menghasilkan sebuah cerita film. Yang menjadi
persolanan adalah bagaimana menyambung shot demi shot menjadi
scene, kemudian scene demi scene menjadi skwens, skwens demi
skwens menjadi totalitas. Dengan kata lain bagaimana suatu kontinuitas
dapat dihasilkan dalam sebuah program televisi atau sebuah cerita film.
4.

Cut
Apabila anda melakukan perpindahan ke gambar yang lain tanpa
instruksi berarti anda melakukan cut. Cut dalam rangkaian shot
akan menghasilkan suatu kesan dinamis dan cepat. Secara teknis
perpindahan teknik cut to cut dapat digambarkan sebagai berikut:

5.

Dissolve
Dissolve biasanya dipergunakan untuk menyatakan suatu perbedaan
waktu. Untuk itu anda harus berhati-hati sekali agar tidak terlalu sering
menggunakannya. Dissolve dalam rangkaian shot akan memberikan
kesan lambat, oleh karena itu dissolve sering digunakan untuk
menjembatani suatu adegan atau dari satu scene ke scene lain atau
dari satu sekwens yang lain. Secara teknis perpindahan gambar dengan
menggunakan teknis dessolve dapat digambarkan sebagai berikut:

6.

Fade in Fade out


Fade in biasanya digunakan pada awal shot atau mengawali sebuah
program. Sedangkan fade out mengakhiri sebuah shot atau adegan.
Perbedaannya dengan dissolve adalah perpindahan dari fade out ke
fade in berikutnya memiliki interval lebih panjang dan terlihat seperti
kosong (blank).
Secara teknis fade in dan fade out ini dapat digunakan sebagai berikut:
Ukuran shot:
One shot

310

: pengembilan gambar oleh kamera hanya menampilkan


satu obyek saja. Dapat juga ditulis 1-S.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Two shot
Three shot
Group shot

: biasanya ditulis 2-S yang diambil merupakan 2 benda


atau manusia.
: pengambilan 3 orang atau benda oleh sebuah kamera
: pengambilan gambar secara berkelompok baik
benda atau manusia.

Secara keseluruhan shot-shot yang sering dipergunakan adalah (disusun


berdasarkan urutan ukuran)
Extrim close up
Big close up
Medium close up
Medium shot
Medium long shot
Long shot
Very long shot : VLS

7.

:
:
:
:
:
:

ECU
BCU
MCU
MS
MLS
LS

Close Up (CU)
Bila menginginkan sebuah shot yang memperlihatkan wajah seseorang
dalam ukuran penuh, maka anda harus dapat menggunakan close up
(CU). Namun, memerlukan ketenangan untuk menghindarkan CU untuk
menghindarkan kesan gerak yang berlebihan pada layar televisi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

311

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil


8.

Medium close up (MCU)


Ada kalanya anda menginginkan suatu tayangan yang memperlihatkan
seseorang dengan ukuran sebatas dada. Untuk pengambilan yang
demikian anda dapat melakukan dengan MCU.


9.

Medium shot (MS)


Apabila anda mempunyai seorang aktor, kemudian anda menginginkan
kameramen membuat sebuah shot dari batas pinggang ke atas, maka
anda akan minta mid shot atau medium shot kepada kameramen. Cara
ini biasanya banyak digunakan untuk pre-wedd karena umumnya foto
pre-wedd menggunakan bahasa tubuh objek.

10. Medium long shot (MLS)


Pada era permulaan film-film produksi Hollywood, kebanyakan shotshot dibangun dengan ukuran diatas lutut, atau sedikit dibawah lutut.
Bila ini yang anda inginkan, mintalah pada kameramen anda melakukan
MLS.

312

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

11. Long shot (LS)


Penampakan seseorang secara keseluruhan mulai dari kepala hingga
kaki dapat anda lakukan teknik LS.


12. Big Close Up (BCU)


13. Extrim Close UP (ECU)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

313

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

14. Very Long Shot (VLS)


15. Extrim long shot

16. Gerakan Kamera


Disamping istilah yang berhubungan dengan lingkup visual seperti yang
telah diuraikan diatas, masih terdapat beberapa istilah teknis yang
menyangkut gerakan kamera untuk menghasilkan efek-efek tertentu
yang perlu diketahui oleh penulis naskah.
Berikut adalah jenis dan diskripsinya
1. Pan: singkatan dari panoramic shot, ialah gerak kepala kamera dari
kiri ke kanan atau sebaliknya. Bila gerakan ke kiri disebut Pan left,
dan bila kekanan disebut Pan right. Bertujuan untuk mengikuti gerak
laku obyek.
Menggerakkan kepala kamera ke kiri dan ke kanan, komando yang
disampaikan ke kameramen adalah : PAN KIRI dan PAN KANAN.
Yang ditampilkan di layar, pada umumnya panning dilakukan sesuai
dengan kecepatan yang sama dengan gerakan obyek yang bergerak
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pan dapat pula dilakukan
untuk benda yang tidak bergerak. Untuk ini kecepatan panning
harus dilakukan sedmikian rupa sehingga penonton mendapatkan
waktu yang cukup untuk mengamati obyek yang diperlihatkan.

314

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Swiss pan atau wipe pan yakni melakukan pan dengan cepat. Hali ini
dilakukan bila diperlukan efek-efek tertentu yang ada hubungannya
dengan arti visualnya. Namun hal ini jarang dilakukan. Biasanya jenis
pan dengan cepat dilakukan ini untuk menunjukkan dua peristiwa
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya: papan nama jalan raya
jenderal Sudirman kemudian dilakukan wide pan ke mobil ambulan
yang sedang mengangkut korban tabrakan di jalan raya.
2. TILT: berarti mengarahkan gerak kamera secara vertikal keatas atau
kebawah (tilt up atau tilt down). Maksudnya hampir sama dengan
pan hanya arahnya yang berlainan.
Sering kali tilt mempunyai efek yang dramatis dari sebuah adegan,
misalnya memperlihatkan close shot septu, kemudian bentuk dari
seorang yang angker penuh wibawa. Atau memperlihatkan sebuah
gunung yang hijau tetapi gundul dan gersang dibagian atasnya.
Menggerakkan kepala kamera keatas dan kebawah, komando yang
disampaikan kepada kameramen adalah tilt keatas dan tilt kebawah.
Dalam melakukan tilt keatas, kameramen harus hati-hati agar bagian
atas set dekorasi tidak bocor dan lampu masuk ke lensa kamera
anda.
3. TRACK / DOLLY : istilah ini dipakai untuk menciptakan gerak kamera
mendekati atau memenuhi obyek yang diambil. Obyek akan menjadi
lebih besar bila kamera mendekati (track ini) tetapi akan mengecil
apabila kamera menjauhinya (track out). Efek yang sama bila kita
menggunakan teknik berikut: menggerakkan kamera ke atau dari
sebuah obyek. Komando yang disampaikan ke kameramen adalah
track in: berarti kamera maju kedepan (mendekati obyek). Track out
berarti kameramen mundur ke belakang menjauhi obyek.
4. ZOOM : zoom in (mendekati) atau zoom out (menjauh) bedanya
adalah kalau trac kamera bergerak, kalau zoom kamera tidak
bergerak, yang bergerak adalah panjang fokus lensanya (foccus
leght). Zoom mempunyai daya guna tersendiri terutama digunakan
untuk membawa penonton ketitik / detail yang perlu diperlihatkan.
5. FOLLOW: istilah ini sering digunakan pula disamping pan, tilt, track
dan zoom. Hanya perlu diketahui disini adalah bila penulis naskah
menginginkan efek tertentu, untuk mempermudah sutradara/
pengerah acara dalam menterjemahkan pesan yang dimaksud,

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

315

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

dituliskan follow artinya sutradara mengikuti gerakan obyek, baik


melalui pan, tilt, zoom ataupun track.
Menulis sinopsis dan treatment
Kemampuan bercerita dengan runtut dan jelas sangat diperlukan dalam pembuatan
program audio visual yang akan ditayangkan, seharusnya direncanakan sejak awal
pada waktu penulis naskah memulai pekerjaannya. Sebelum menulis tretment,
penulis naskah membuat sinopsis terlebih dahulu.
Sinopsis adalah uraian ringkas mengenai isi program. Sinopsis ini kemudian
dikembangkan menjadi bentuk yang lebih lengkap dan terinci, disusun menurut
sekwen yang berurutan. Bentuk ini merupakan treatment dari program. Jadi
treatment adalah bentuk (kerangka) dari program sebagai apa yang yang akan
nampak pada layar nantinya.
Membuat treatment adalah langkah penting dalam menterjemahkan konsep
menjadi sebuah naskah. Pada langkah ini penulis naskah menuangkan segala
kratifitasnya untuk membuat bentuk program dari hal yang bersifat abstrak yang
masih ada diangan-angan penulis menjadi konkrit sebagai apa yang akan nampak
dilayar nanti.
Pada langkah ini pula sumber serta pihak-pihak yang berhubungan dengan
naskah tersebut seperti sutradara, juru kamera dll. Treatment ini juga digunakan
untuk mendiskusikan biaya yang diperlukan, serta mendapatkan approval atau
persetujuan dari pihak pemesan.
Setelah treatment disepakati, maka selanjutnya adalah menulis naskahnya.
Naskah barulah merupakan langkah awal dari kegiatan produksi. Naskah itu
sendiri belum berkomunikasi secara langsung dengan sasarannya. Naskah baru
menjadi program setelah naskah itu diproduksi. Setelah menjadi program barulah
naskah dapat berkomunikasi dengan sasaran sesuai yang direncanakan.
Mungkin di dalam produksi nantinya akan ada perbaikan disana-sini, berupa
pengurangan atau penambahan. Namun pada prinsipnya penambahan atau
pengurangan tersebut tidak merombak tema ataupun konsepnya.

316

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Contoh lengkap sinopsis dan treatment


Identifikasi program
Program Video BKKBN
Studi Orientasi Program KB Untuk Bangladesh
Latar belakang
Perkembangan program KB yang sangat pesat saat ini telah diakui keberhasilannya
oleh badan-badan dunia yang menangani program-program kependudukan dan
juga negara-negara lainnya di dunia.
Keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan dan mengelola program KB ini
dapat dijadikan contoh bagi negara-negara berkembang lainnya yang mempunyai
program serupa berdasarkan pengalaman dan keberhasilan yang diperoleh oleh
Indonesia dari penyelenggaraan program KB sejak tahun 1970, wajar kiranya
kalau pemerintah Bangladesh mengirimkan para pejabatnya untuk belajar dari
keberhasilan Indonesia. Kepercayaan dari negara lain seperti Bangladesh dalam
hal ini BKKBN dianggap mampu untuk mengadakan latihan. Atau semacamnya
bagi para petugas/pejabat dari negara berkembang lain.
Pengalaman dalam penyelenggaraan latihan bagi para petugas/pejabat KB
Bangladesh ini perlu didokumentasikan. Mengingat bahwa dokumentasi
sejarah KB Nasional, disamping dapat pula sebagai wahana informasi dan
promosi mengenai penyelenggaraan latihan yang bersifat internasional di dalam
pengelolaan program KB yang diselenggarakan oleh Indonesia/BKKBN.
Informasi ini sangat bermanfaat terutama dalam hal mempromosikan kegiatan
penyelenggaraan program KB Indonesia di luar negeri.
Deskripsi teknis: video U-Matic Hi band, dengan lama putar 30 menit.
Format program: Feature Documentary
Tujuan program : memberikan informasi kepada para penonton tentang kegiatan
penyelenggaraan Studi Orientasi Manajemen Program KB untuk Pejabat KB
bangladesh
Sasaran program: para pengelola program KB di negara berkembang (decision
maker).

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

317

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Judul program:
STUDI ORIENTSI MANAJEMEN
PROGRAM KB INDONESIA
(tentative)
Garis besar isi program:
Perkembangan program KB di Indonesia (sebagai introduksi).
Program orientasi studi meliputi: kegiatan pendahuluan (tim pelaksana teknis
BKKBN dan kegiatan di Upsila Bangladesh)
Initial Orientation : berupa pengarahan dan ceramah pada waktu di Jakarta
Field visit di Jogyakarta dan bali, beserta kegiatan-kegiatan lain yang mengikuti
kegiatan field visit tersebut seperti diskusi dan pengamatan lokasi.
In country workshop : menyusun kegiatan untuk masing-masing peserta
(POA).
Kelanjutan dari hasil trainning di Indonesia (narative atau visual).
Sinopsis Program :
Program KB di Indonesia telah berkembang dengan pesatnya, sesuai dengan
fase pelembagaan, dimana pengelolaan program sudah beralih ketangan institusi
masyarakat.
Keberhasilan Indonesia dalam mengelola dan menyelenggarakan program KB
ini membawa dampak positif bagi negara berkembang lainnya yang menangani
program serupa. Terbukti dengan akan datangnya beberapa Pejabat KB
Bangladesh ke Indonesia dalam rangka mempelajari program KB.
Kegiatan yang berupa studi orientasi ini akan diselenggarakan di Jakarta,
Jogyakarta dan Bali yang meliputi kegiatan-kegiatan orientasi dan observasi
lapangan, seminar, diskusi serta penyusunan POA guna dimanfaatkan di
negaranya nanti setelah orientasi.
Treatment program
1. Sebagai awal program ditampilkannya logo BKKBN, mempersembahkan,
diikuti judul program. Disajikan dalam bentuk FO / FI
2. Dalam scane ini ditampilakn introduksi berupa kegiatan-kegiatan KB yang
sudah berjalan seperti UPKKA, Posyandu, UPGK, dll Ditampilkan pula kegiatan
PPLKB dan PLKB yang tengah mengadakan rakor. Disini narasi menjelaskan
tentang perkembangan program, dimana pengelolaan program beralih
ke institusi masyarakat. Keberhasilan program KB juga dibuktikan dengan
menampilkan peningkatan peserta KB dan menurunnya angka kelahiran.

318

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Kemudian shot berpindah ke kegiatan di dalam gedung. Tampak beberapa


orang yang sedang rapat. Dipapan tulis terlihat tulisan persiapan orientasi
program untuk petugas Bangladesh. Di dalam scene ini narasi menjelaskan
tentang keberhasilan program yang sudah dikenal oleh negara-negara lain
di duna, sehingga pemerintah Bangladesh bermaksud mengirim beberapa
petugasnya untuk belajar dari keberhasilan Indonesia. Tim persiapan yang
akan menyelenggarakan program kegiatan orientasi disingging juga dalam
scene ini.
4. Kemudian tampil peta Asia, kamera zoom ini kearah bangladesh, sampai
terlihat full shot.
5. Sajian meningkat kedatangan peserta orientasi, berupa: kegiatan ceramah
dan pengarahan pada waktu pembukaan. Penjelasan narasi disini terutama
adalah metode yang digunakan di dalam penyelenggaraan studi orientasi.
Bahan dan visual akan disusun setelah program selesai di shot.
6. Kegiatan orientasi dan observasi dilapangan ( Jogya dan bali) Kegiatan ini
ditampilkan dalam kegiatan para peserta sewaktu melakukan kunjungan ke
lokasi-lokasi, pengumpulan data, serta diskusi yang dilakukan dalam rangka
mendapatkan bahan-bahan untuk menyusun POA.
7. Kegiatan in-country workshop
Scene ini menampilkan kegiatan penyusunan POA yang diwujudkan dalam
kegiatan Lokakarya di Puncak, ditampakkan peran petugas Indonesia dalam
kegiatan ini, seperti membimbing, memberi masukkan.
8. Kemudian ditampilkan scene wawancara (dari peserta dan penyelenggara).
Dari peserta: penyampaian kesan-kesan yang diperoleh selama kegiatan
ini berlangsung serta manfaat apa yang diperoleh guna penyelenggaraan
program KB di negerinya.
Dari penyelenggara: mengenai tujuan dan maksud serta manfaat penyelenggaraan
kegiatan bagi Indionesia khususnya serta negara-negara berkembang lain yang
mempunyai program serupa.
Sebagai penutup dari program ini ditampilkan caption-caption tentang kelanjutan
dari program ini di Bangladesh, berupa kegiatan implementasi dan monitoring
(sedapat mungkin life), mungkin dapat diambil dari stock shot petugas video
Bangladesh.

Peranan naskah dalam produksi


Naskah atau dikenal pula dengan istilah umumnya skenario merupakan gambaran
tertulis dari sebuah program video yang diproduksi. Ia merupakan petunjuk teknis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

319

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

untuk memindahkan sebuah cerita atau gagasan dalam bentuk visual sebagai
yang akan ditayangkan di layar televisi nantinya.
Skenario televisi atau video bukanlah merupakan karya sastra sebagaimana sudah
disinggung melainkan petunjuk praktis yang memuat data-data teknis bagaimana
sebuah program di produksi secara visual.
Sebuah naskah sangat penting artinya dalam sebuah program. Ia merupakan
sebuah pedoman bagi semua orang yang terlibat sebuah produksi seperti: staf
manajemen, kerabat produksi, pemeran, juru suara, juru lampu, juru set dan
petugas lainnya. Ia merupakan pegangan sutradara untuk membuat visualisasi
dari program yang diproduksi. Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap penuangan apa yang ditulis menjadi bentuk visual, sehingga program
dapat dinikmati orang banyak.
Bagi staf manajemen seperti unit manager dan pimpinan produksi, naskah
merupakan pedoman dalam menjabarkan kebutuhan pembiayaan yang diperlukan
pada waktu program tersebut diproduksi. Bagi sutradara dan kerabat kerja
naskah merupakan pedoman didalam proses visualisasinya: penataan kamera,
penataan cahaya, penataan artistik, penataan suara, penataan sound effect dan
penyuntingan gambar pada langkah purna produksi.
Disamping itu naskah juga merupakan uraian cerita yang terinci, singkat, padat
dan tidak ber-tele-tele. Hal-hal yang dapat divisualisasikan tidak perlu dibuat
dialog atau narasinya, sehingga duplikasi informasi dapat dihindarkan.
Format Penulisan naskah Video/ Televisi
Sebuah program televisi dikatakan menarik bila penonton merasa apa yang
disaksikan dapat memuaskan kebutuhannya (menghibur, menambah informasi,
memberi kejelasan, memancing emosi, dll). Namun adakalanya ia segera
mematikan pesawat televisinya tatkala suatu pogram baru saja ditayangkan
(tayangan ulang). Penonton dalam hal ini tidak dapat disalahnya mengapa ia
mematikan televisinya. Namun yang pasti program yang ditayangkan tidak
menarik baginya.
Banyak faktor yang harus dikaji bila hal ini sampai terjadi dan mungkin salah
satunya adalah ketidak sesuain format program dengan materi sajian Setiap
format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri terhadap materi
jenis sajian.

320

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Berikut format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri terhadap


jenis materi yang ditayangkannya. Ini berarti di dalam pemilihan format program
perlu disesuaikan dengan jenis materi / informasi yang akan ditayangkan.
Berikut ini ada beberapa format program televisi yang perlu dipertimbangkan
penggunaannya dalam program televisi instuksional.
1. Format talk (ceramah)
Ciri format ini ini adalah menggunakan seorang penyaji dalam membawakan
materi yang akan ditayangkan. Penyaji ini biasanya tampil pada layar televisi
mungkin pada awal program, mungkin pada wal dan akhir program saja,
mungkin pada awal pertemgahan dan akhir, dan mungkin pada sepanjang
program, maka program ini akan divariasikan dengan penampilan unsurunsur penunjang program antara lain:
a.
Penyaji dibantu caption atau visualisasi lain yang mendukung/menunjang
materi yang sedang disampaikannya.
b.
penyaji dibantu dengan peragaan, misalnya mendmonstrasikan suatu
penemuan atau peralatan.
c.
Penyaji dengan obyeknyanya, misalnya pramuwisata dengan obyek
pariwisata, pawang ular dengan ularnya, pembalab dengan sepeda
motornya, penembak dengan senapannya. Atau dengan kata lain butir
ketiga ini lebih dekat dengan profesi dengan si penyaji.
Format talk ini mungkin salah satu bentuk program televisi yang paling
sederhana. Oleh karena itu penggunaannya pun biasanya untuk menyampaikan
materi/ informasi yang sifatnya searah seperti pemberitahuan dan pidato.
2. Format diskusi
Format ini lebih bervariasi dibandingkan dengan format sebelumnya. Pada
format ini penyaji akan lebih dinamis, karena selain yan tampil lebih dari seorang,
juga karakteristik masing-masing penyaji (dalam hal ini peserta diskusi) reltif
sama. Sedangkan bagaimana lazimnya kegiatan diskusi, tujuannya adalah
memecahkan masalah tersebut dapat dibangun pendapat pro dan kontra
atau klarifikasi atau menjernihkan suatu hal.
Suatu hal yang menarik dari format ini adalah pokok bahasan yang ditayangkan
sesuai dengan kebutuhan penonton (masyarakat), penonton merasa turut
berdialog dengan masing-masing penyaji. Oleh karena itu diskusi didalam
memilih materi untuk format program diskusi disesuaikan dengan masalahmasalah yang lagi hangat di masyarakat.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

321

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3. Format wawancara
Wawancara televisi lebih menarik daripada wawancara radio dan tentunya
tidak dapat disamakan dengan wawancara di surat kabar.
Pada wawancara televisi dapat dilihat dengan jelas orang sedang
diwawancarai, bagaimana ia berpikir sejenak untuk mencari jawaban dari
sebuah pertanyaan, juga dapat dilihat bagaimana reksi atau ekspresinya bila
pertanyaan yang diberikan memojokkan orang yang diwawancarai, ataupun
senyum yang tiba-tiba tersimpul dari bibirnya.
Wawancara yang dipersipakan dengan matang dan diarahkan dengan baik,
akan menghasilkan suatu tontonan yang sangat menrik. Akan tetapi sering
kali tidak mendapatkan hasil yang baik disebabkan tidak mampu mengelola
wawancara, sehingga terdapat kekurangan disana-sini.
Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
a.
Bahan wawancara yang baik
b.
Wawancara dimulai dengan penyelidikan yang baik
c.
Wawancara dilakukan dengan suatu percakapan yang baik
d.
Wawancara perlu pengarahan yang baik.
Macam-macam wawancara
a.
Berita atau siaran luar
Kebanyakan dari wawancara ini dilakukan dalam keadaan yang sulit,
misalnya pada lokasi terjadinya kecelakaan, tempat terjadinya bencana
alam, atau medan pertempuran.
Peristiwa-peristiwa seperti diatas akan menjadi latar belakang gambar
wawancara tersebut. Sehingga akan menambah arti wawancara yang
akan dilakukan. Sperti ini biasanya mempunyai durasi yang pendek,
akan tetapi mempunyai nilai siaran yang tinggi.

322

b.

Wawancara dengan orang-orang penting.


Wawancara seperti ini selalu berurusan dengan orang-orang pentging.
Misalnya: pimpinan, pejabat atau tokoh masyarakat. Orang-orang
ini tentunya siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya.

c.

Wawancara biasa
Jenis wawancara dalam katagori ini dapat dilakukan dalam dua bentuk:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

Seseorang pewawancara mengadakan percakapan langsung


dengan seorang narasumber atau lebih.
Percakapan antara seorang pewawancara dengan dua nara sumber
atau ebih yang mempunyai keakhlian dalam bidang tertentu.

Wawancara tanpa lip syncron


Pada katagori ini yang diwawancarai tidak diambil gambarnya. Hasil
rekaman dari percakapan yang dilakukan diedit, dan pertanyaanpertanyaan dibuang, hasilnya akan merupakan suatu komentar yang
terus menerus dari orang yang diwawancarai.

4. Format Feature
Format ini biasanya digunakan bila materi programnya suatu topik yang
mendalam dan penting. Penyajiannya dengan format ini lebih menarik, karena
selain menyampaikan materi juga mempunyai unsur hiburan. Materi yang
disajikan biasanya hanya satu topik yang disoroti dari berbagai segi.
5. Format Magazine
Format ini hampir sama dengan format feature. Bedanya terletak pada topik
yang dibahas. Kalau pada feature yang dibahas hanya satu topik, maka pada
magazine terdiri dari berbagai topik.
6. Format Drama
Format drama boleh dikatakan sebagai format yang dapat dikatakan sebagai
format yang punya daya tarik kuat. Sebab selain mampu mendramatisir
keadaan juga mampu memotivasi penonton pada suatu tujuan tertentu.
Untuk program instruksional, format ini akan cocok apabila dipergunakan
untuk menyajikan materi-materi yang berupa fakta atau sejarah. Hanya
apabila kita menggunakan format ini perlu pertimbangan-pertimbangan yang
lebih matang dibandingkan dengan menggunakan format lainnya. Misalnya,
pertimbangan pemain, karena para pemain maupun unsur yang menentukan
baik atau tidaknya drama yang dihasilkan sebuah drama hasilnya akan baik
apabila pemainnya profesional dalam bidangnya masing masing.
Pertimbangan lainnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan
program drama relatif cukup besar dibandingkan dengan program lainnya
apabila jumlah pemainnya cukup besar.
Waktu penyelesaian satu program drama pun jauh lebih banyak dibandingkan
program lainnya. Karena setiap pemain, sebelumnya harus memerlukan latihan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

323

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

yang intensif, kalau tidak pengambilan gambar di lapangan bisa berlarutlarut


penyelesaiannya. Apabila ini terjadi, maka cost produksi bisa membengkak.
Evaluasi Program Video / Televisi
Langkah yang pertama adalah mengembangkan instrumen yang valid kemudian
melakukan standardisasi petugas pelaksana evaluasi. Kegiatan evaluasi meliputi
evaluasi tahap awal yang sering disebut dengan preview program dan evaluasi
lanjutan melalui uji coba lapangan. Evaluasi uji coba lapangan ini ditempuh dengan
cara melakukan uji coba program dengan melibatkan peserta dalam jumlah yang
terbatas tetapi mewakili karakteristik sasaran program.
1. Evaluasi tahap awal (Preview)
Setelah program televisi / video selesai diproduksi sebelum diuji coba ke
lapangan kepada sasaran dalam jumlah terbatas terlkebih dahulu program
tersebut perlu dievaluasi secara intern. Evaluasi tahap ini kita libatkan
sejumlah orang dimintai pendapat dan komentar untuk memberikan saran dan
penilaian tentang program- program teleivisi / video yang akan ditayangkan.
Komentar, saran, pendapat meliputi aspek program televisi / video, materi,
kurikulum, dan aspek pembelajaran.
Langkah langkah pelaksanaan
a.
Responden dikumpulkan di suatu tempat kemudian evaluator
menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan mereka
diundang.
b.
Program diputar, responden diminta memperhatikan dengan seksama
bila perlu membuat catatan catatan kecil.
c.
Responden diminta untuk memberikan saran, komentar maupun
pendapat tentang program yang baru saja mereka saksikan dengan
mengisi instrumen yang telah disediakan.
d.
Analisis hasil evaluasi dibuat berdasarkan masukan dari responden.
e.
Penyempurnaan program oleh, tim produksi / tim kreatif berdasarkan
hasil analisis yang disampaikan oleh evaluator.
f.
Selanjutnya meminta responden untuk melihat kembali hasil preview
program televisi / video yang telah diperbaiki.
g.
Bila hasilnya telah dinyatakan bagus maka program siap diuji coba di
lapangan.
Tetapi apabila program masih ada lagi yang perlu diperbaiki atau disempurnakan,
maka tim kreatif masih mempunyai tugas untuk memperbaikinya.

324

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Evaluasi lanjutan (uji coba lapangan)


Evaluasi ini merupakan kegiatan lanjutan setelah program telvisi atau video
dinilai bagus atau layak untuk ditayangkan oleh tim penilai yang melakukan
preview program. Secara umum kegiatan evaluasi pada tahap ini bertujuan
untuk mengetahui:
a.
Reaksi sasaran selama menyaksikan program televisi atau video.
b.
Memperoleh pendapat dan saran dari sasaran terhadap program / video
yang telah mereka saksikan khususnya yang berhubungan dengan
penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pengumpulan data
Dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan tim evaluator melakukan
pengumpulan data. Langkah langkah pengumpulan data meliputi:
a.
Responden dikumpulkan kemudian evaluator menjelaskan tujuan
pengumpulan data.
b.
Program video / televisi diputar kemudian responden diminta
memperhatikan dengan seksama, kalau perlu membuat catatan kecil.
c.
Setelah program selesai diputar, responden diminta mendiskusikan
isi program yang baru saja mereka saksikan. Diskusi dipandu oleh
evaluator.
d.
Selama responden berdiskusi, evaluator melakukan observasi aktivitas
mereka dengan menggunakan instrumen observasi.
e.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai responden diminta untuk
memberi saran, komentar maupun pendapat tentang program yang
baru mereka saksikan dengan mengisi instrumen (kuesioner yang telah
disediakan).
f.
Analisis hasil evaluasi dilakukan oleh evaluator berdasarkan masukan
masukan dari responden.
g.
Selanjutnya tim kreatif mengundang responden yang terlibat dalam
kegiatan preview untum memberikan masukan - masukan terhadap
porgram televisi / video yang telah diperbaiki berdasarkan hasil analisis
evaluator.
h.
Penyempurnaan program oleh tim kreatif dan tim produksi selanjutnya
dilakukan.
i.
Preview tahap 2 dilakukan sampai program benar benar dinyatakan
bagus, sehingga program siap untuk diproduksi dan disebarluaskan
secara masal. Tetapi bila program ternyata masih belum bagusmaka
tim kreatif perlu memperbaikinya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

325

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
mendeskripsikan segala saran saran, kritik, keluhan dan pendapat
tentang program televisi atau video yang mereka saksikan. Pengetahuan
dan keterampilan yang mereka peroleh atau reaksi responden setiap kali
menyaksikan tayangan program dikelompokkan sesuai aspek aspek
yang menjadi tujuan. Analisis data bisa dilakukan secara kuantitatif maupun
kualitatif. Hasil analisis ini dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan program.
3. Laporan Evaluasi
Laporan evaluasi dibuat oleh evaluator. Ruang lingkup isi laporan evaluasi
meliputi saran, kritikan, pendapat dan masukkan responden terhadap
program video / televisi. Pendapat tersebut meliputi hal hal yang berkaitan
dengan kelemahan, yang disukai dan yang tidak disukai oleh responden.

VIII. Referensi
Departemen Kesehatan RI, 1998, Pedoman eknis Teknologi Tepat Guna Bagi
Generasi Muda
Sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2186714-pengertian-radio/#ixzz1fIjKZWLn
Effendy, Onong Uchjana. 1986. (a). Dinamika Komunikasi Bandung: Penerbit
Remadja Karya CV.
Effendy, Onong Uchjana. 1992. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung

326

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

LAMPIRAN
Contoh kuesioner evaluasi program televisi.
KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI
PROGRAM TAYANG ULANG WARUNG SEHAT PUSAT PROMOSI KESEHATAN,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

I.

Stasiun TV :

Nomor Responden :

Provinsi :

Kabupaten :

Kecamatan :

Desa :

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama

:....................................................................................

2. Alamat

:....................................................................................

3. Agama

:....................................................................................

4. Umur (L/K) :.......... tahun,


5. Jenis kelamin

: 1. Laki-laki
2. Perempuan

6. Pendidikan terakhir
:
1). Tidak Sekolah
2). Sekolah Dasar (SD) sederajat
3). Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP)/sederajat
4). Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat
5). Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan
1) Tidak Bekerja
2) Ibu Rumah Tangga
3) Pegawai Negeri/TNI/Polri
4) Pegawai Swasta
5) Wiraswasta/pedagang
6) Buruh
7) Pelajar/Mahasiswa .
8) Petani
9) Nelayan
10) Lainnya ..........................................
8. Lama tinggal di wilayah ini :
1) 0 5 th.
2) 6 10 th.
3) 11 15 th
4) > 20 th
9. Pengeluaran tiap bulan
1) < 1.000.000
2) 1.000.000 1.500.000
3) 1.500.000 2.000.000
4) > 2.000.000
5) Lain-lain (sebutkan) ......................................

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

327

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

II. PERSEPSI DAN OPINI RESPONDEN


A. Pilihan stasiun dan acara televisi
1. Berapa stasiun Televisi yang dapat Anda tonton di rumah?
2. Sebutkan 1 (satu) Stasiun Televisi yang paling anda gemari?
3. Apakah Anda menyaksikan Siaran Televisi (sebutkan stasiun lokal) ?
1) Ya
2) Tidak.
Jika Tidak STOP/ganti responden, jika Ya lanjut ke pertanyaan berikut.
4. Bagaimana kualitas daya tangkap Stasiun Televisi tersebut.
1). Baik
2). Tidak Baik
5. Sebutkan Acara yang Anda gemari (maks. 3 program)
1. ...................................................................................
2. ..................................................................................
3. ...................................................................................
6. Apakah anda pernah menonton acara WARUNG SEHAT ?
1). Pernah
2). Tidak Pernah
(jika Tidak STOP/ganti responden, jika Ya lanjut ke pertanyaan berikut)
7. Bila Pernah, sudah berapa kali anda menonton Tayangan WARUNG SEHAT?
1). 1 3 kali
2). 4-6 kali
3). 7-9 kali
4) 9-12 kali
8. Menurut anda, pesan apa saja yang disampaikan dalam tayangan
WARUNG SEHAT?
Jawaban boleh lebih dari 1 (satu)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

328

Judul
Warung Sehat
Pingsan Gizi
Bersyukur Itu Indah
Buruk Gizi
30 Menit Tanpa Sakit
Perokok Awet Muda
Pak Jhoni Hamil Lagi
Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)
Yang Melahirkan Ibu Bukan Bapak
ASI Itu Indah
Kalau Mau Sehat Ya PHBS
Bangga Jadi Kader
Posyandu Itu Perlu
Nyamuk Kasihan Deh Kamu
ISPA, Pnemonia Pada Anak
Tiba-tiba TBC
Diare Bukan Sepele
AIDS...... Ngeri!
Periksa Payudara Sendiri
Waspadai Kanker Rahim
Sayangi Jantung Hati
Semanis Diabetes
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Isi Pesan

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

24
25

Perilaku Sehat dan PTM (Penyakit Tidak


Menular)
Hipertensi Jangan tinggi-tinggi

26
27
28
29
30

Flu Burung Bukan Kabar Burung


Flu Burung No Way, Dengan PHBS
Siaga Bencana Dan Kegawat Daruratan
Disini Sehat Disana Sehat
Desaku Siaga

9. Secara umum, apa yang anda sukai dari Program Tayangan


WARUNG SEHAT?
1) Pesannya, jelaskan .........................
2) Pemainnya , jelaskan.................
3) Adegannya, jelaskan .................
4) Dekorasi panggungnya, jelaskan ........
5) Kuis berhadiah, jelaskan.........
10. Apa yang anda tidak sukai dari Tayangan WARUNG SEHAT?
1) Pesannya, jelaskan .........................
2) Pemainnya , jelaskan.................
3) Adegannya, jelaskan .................
4) Dekorasi panggungnya, jelaskan ........
5) Kuis berhadiah, jelaskan.........
11. Agar lebih menarik sajian seperti apa yang anda ingin usulkan untuk Tayangan WARUNG
SEHAT yang akan datang?
...............................................................................................................
..............................................................................................................
...............................................................................................................
B. Persepsi dan Opini
12.

Dari mana Anda mengetahui program Acara Warung Sehat (WARSEH) ?


1) Radio.
2) Teman
3) Tetangga
4) Saudara
5) Surat kabar/Tabloid
6) Televisi
7) Poster/Pamflet
8) Tidak menjawab
9) Lain-Lain.

13. Bagaimana pendapat anda tentang ajakan dalam tayangan WARUNG SEHAT agar setiap
orang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat?
1). Setuju, beri alasan
..................................................................................................
2). Tidak setuju, beri alasan
......................................................................................................
14. Perilaku apa saja yang dapat anda petik dan lakukan dalam kehidupan sehari-hari setelah
melihat Program Tayangan WARUNG SEHAT?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

329

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

No

Judul

1
2
3
4
5
6
7
8
9

25

Warung Sehat
Pingsan Gizi
Bersyukur Itu Indah
Buruk Gizi
30 Menit Tanpa Sakit
Perokok Awet Muda
Pak Jhoni Hamil Lagi
Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)
Yang Melahirkan Ibu Bukan
Bapak
ASI Itu Indah
Kalau Mau Sehat Ya PHBS
Bangga Jadi Kader
Posyandu Itu Perlu
Nyamuk Kasihan Deh Kamu
ISPA, Pnemonia Pada Anak
Tiba-tiba TBC
Diare Bukan Sepele
AIDS...... Ngeri!
Periksa Payudara Sendiri
Waspadai Kanker Rahim
Sayangi Jantung Hati
Semanis Diabetes
JPKMM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat)
Perilaku
Sehat
dan
PTM
(Penyakit Tidak Menular)
Hipertensi Jangan Tinggi-tinggi

26

Flu Burung Bukan Kabar Burung

27

Flu Burung No Way, Dengan


PHBS
Siaga Bencana Dan Kegawat
Daruratan
Disini Sehat Disana Sehat
Desaku Siaga

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

28
29
30

Perilaku Yang
Dapat Dipetik

Perilaku Yang
Dilakukan (Ya
/ Tidak)

Alasan

15. Dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat yang ada di lingkungan
anda, apa yang akan ada lakukan ?
1)
Menyebarluaskan informasi
2)
Mengajak orang lain untuk melakukan hidup bersih dan sehat?
3)
Menegur orang lain jika tidak hidup bersih dan sehat?
4)
Lainnya ......
16. Menurut anda, apakah Program Tayangan WARUNG SEHAT ini perlu dilanjutkan?
1)
Perlu, alasannya
....................................................................................
2)

330

Tidak Perlu, alasannya ......................................................................................

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI INTI 7
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT
DAN PENGAJUAN DUPAK

I.

Deskripsi Singkat
Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan adalah upaya penyederhanaan
birokrasi pemerintah agar lebih proporsional, datar, transparan, hierarki yang pendek
dan terdesentralisasi kewenangannya. Kementerian Kesehatan telah mengantisipasi
dan menyesuaikan organisasinya ke arah hemat struktur kaya fungsi dengan
membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan fungsional. Upaya ini
sesuai dengan amanat UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok
Pokok Kepegawaian bahwa Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat
tertentu sehingga terbatasnya jabatan struktural maka jabatan fungsional menjadi
solusinya. Oleh karena itu
Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah antisipasi dalam pembinaan dan
pengembangan karier pegawai, hal ini dapat dilihat dari jumlah Jabatan Fungsional
Kesehatan sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 27 jenis Jabatan
Fungsional Kesehatan. Untuk mengoptimalkan jabatan-jabatan fungsional tersebut di
atas sebagian besar telah ditindaklanjuti dengan kebijakan-kebijakan tingkat teknis
berupa Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknisnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pembinaan
jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi Pembina jabatan fungsional. Dengan kata
lain instansi pembina mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dalam rangka
mewujudkan profesionalitas para pejabat fungsional. Pembinaan jabatan fungsional
dapat dilakukan melalui pola karier PNS yaitu Perpindahan dari jabatan struktural ke
fungsional dan dari jabatan fungsional ke struktural baik secara horizontal, vertikal
maupun diagonal serta perpindahan wilayah kerja; Perpindahan jabatan secara
horizontal adalah perpindahan jabatan pada tingkat eselon dan pangkat jabatan
yang sama, serta jabatan fungsional ke jabatan fungsional lain; Perpindahan jabatan
secara vertikal adalah perpindahan yang bersifat kenaikan jabatan (promosi); serta
Perpindahan jabatan secara diagonal adalah perpindahan dari jabatan struktural ke
fungsional.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

331

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kewajiban pembinaan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tidak


hanya menjadi tugas instansi tingkat pusat, namun merupakan tugas bersama
dengan pemerintah daerah sebagaimana tercermin dari semangat tugas pembantuan
dan pembagian kewenangan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32
tentang Pemerintah Daerah yang diperjelas didalam Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Provinsi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka calon Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat baik di Pusat maupun Provinsi/Kabupaten/Kota perlu dibekali informasi
mengenai SK Menpan No. 58 Tahun 2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya melalui pelatihan Pengangkatan Pertama
Kali Jabatan Fungsion Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.
II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penghitungan Angka
Kredit dan pengajuan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (JF-PKM).
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan angka kredit dan DUPAK JF-PKM;
2. Melakukan penghitungan angka kredit JF-PKM;
3. Melakukan pengajuan DUPAK JF-PKM.

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok bahasan 1. Angka Kredit dan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
a. Pengertian Angka Kredit;
b. Pengertian Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK);
c. Unsur-unsur yang dinilai dalam angka kredit.
Pokok bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit:
a. Pengertian teknik penghitungan angka kredit;
b. Teknik penghitungan angka kredit;
c. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit.
Pokok bahasan 3. Tata Cara Pengajuan DUPAK:
a. Pengertian;
b. Langkah-langkah pengisian form DUPAK;

332

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c. Mekanisme pengajuan DUPAK;


d. Tim penilai DUPAK.

IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (8 Jpl: T: 2 Jpl;
P= 6 Jpl; PL=0 Jpl= 360 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
b. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
c. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Angka Kredit dan Daftar Usul
Penetapan Angka Kredit (DUPAK) (90 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang Angka Kredit dan
Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK), dan unsur-unsur yang dinilai angka
kreditnya dalam Jabatan fungsional PKM dan beberapa pertanyaan yang diajukan
kepada peserta secara bertahap, adalah: 1) pengertian tentang Angka kredit 2)
Pengertian tentang DUPAK, 3) Unsur-unsur apa saja yang dinilai dalam angka kredit
Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Fasilitator mencatat semua pendapat peserta,
selanjutnya merangkum dan menyampaikan paparan materi sesuai urutan sub
pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang Apa itu angka kredit, apa itu DUPAK, dan apa saja yang
dinilai dalam angka kredit.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

333

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya


merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Penghitungan Angka Kredit
(90 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang: 1). Bagaimana
menghitung angka kredit JF-PKM, 2). Bagaimana teknik penghitungannya.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang penghitungan angka kredit, dan teknik penghitungan
angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 4.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Tata cara pengajuan DUPAK
dan sub pokok bahasan (180 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang: 1). Apa itu DUPAK,
2). Bagaimana langkah- langkah pengisian form DUPAK JF-PKM, 3). Bagaimana
mekanisme pengajuan DUPAK, 4). Apa itu Tim Penilai Angka Kredit.
b. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pengalamannya tentang cara pengisian DUPAK, Pengajuan DUPAK, dan teknik
penghitungan angka kredit.
c. Fasilitator mencatat semua informasi yang disampaikan oleh peserta, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan sub pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

334

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan


klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 5.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum dan membuat kesimpulan poin-poin penting dari materi
yang disampaikan.
c. Fasilitator menutup sesi ini, dengan memberikan apresiasi kepada seluruh peserta.
Metode pembelajatan yang digunakan fasilitator sebagai berikut:
1. Curah pendapat,
2. Ceramah, tanya jawab,
3. Latihan menghitung angka kredit secara manual dan menggunakan sistem
penghitungan angka kredit.
Media dan alat bantu yang digunakan sebagai berikut:
1. Bahan tayang (Slide power point)
2. Laptop
3. LCD, Flifchart,
4. Whiteboard
5. Spidol (ATK)
6. Form surat pernyataan ; Pendidikan, Penyuluhan Kesy. Masy, Pengembangan
Penyuluh Kes.Masyarakat, Pengembangan Profesi dan Penunjang. serta Contohcontoh format laporan Harian, Bulanan dan DUPAK dan PAK

V.

Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
ANGKA KREDIT DAN DUPAK
A. Angka Kredit
Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas
prestasi yang telah dicapai oleh seorang penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mengerjakan butir kegiatan
dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk
pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

335

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pengumpulan angka kredit diperoleh dari unsur utama sekurang-kurangnya 80%


dari unsur penunjang sebanyak-banyaknya 20%
Angka kredit untuk pendidikan formal merupakan angka kredit kumulatif. Apabila
penyuluh kesehatan masyarakat nenperoleh pendidikan formal yang lebih tinggi
daripada pendidikan formal yang dimiliki sebelimnya, maka nilai kredit yang
diberikan adalah selisih angka kredit pendidikan formal terakhir dengan angka
kredit pendidikan yang dimiliki sebelumnya.
B. DUPAK
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh pejabat
pengusul dan tim penilai.
C. Unsur dan Sub Unsur yg dinilai dalam angka kredit :
1. Pendidikan, meliputi:
a.
Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b.
Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta memperoleh Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat; dan
c.
Pendidikan dan pelatihan prajabatan.
2. Penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi:
a.
Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam
upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;
b.
Melaksanakan advokasi kesehatan dalam upaya promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat ;
c.
Menggalang dukungan sosial/bina suasana dalam upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ; dan
d.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi semangat
kemitraan.
3. Pengembangan penyuluhan kesehatan masyarakat, meliputi :
a.
Menyusun pedoman penyuluhan kesehatan masyarakat;
b.
Merumuskan kebijakan pengembangan penyuluhan masyarakat; dan
c.
Mengembangkan metode penyuluhan kesehatan masyarakat.
4. Pengembangan Profesi, meliputi:
a.
Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;

336

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b.

Menterjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang


promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ;

c.

Membuat buku pedoman/petunjuk teknis di bidang promosi kesehatan


dan pemberdayaan masyarakat ; dan
Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat .

d.

5. Penunjang tugas jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat,


meliputi:
a.
Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat ;
b.
Mengikuti seminar/lokakarya di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
c.
Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional penyuluhan kesehatan
masyarakat;
d.
Memperoleh tanda penghargaan/tanda jasa;
e.
Menjadi anggota organisasi profesi bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat ;
f.
Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya; dan
g.
Menjadi anggota tim penilai karya-karya yang berkaitan dengan
advokasi, penggalangan dukungan sosial, pemberdayaan masyarakat
di bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat .
Pokok Bahasan 2.
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT
A. Pengertian Teknik Penghitungan Angka Kredit
Teknik penghitungan angka kredit adalah suatu cara bagi Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam menghitung angka kredit
B. Teknik Penghitungan Angka Kredit
Metode Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat adalah
1. Manual adalah Teknik penghitungan angka kredit dengan penggunaan MsExcel
2. Sistem Penghitungan Angka Kredit adalah teknik penghitungan angka kredit
dengan penggunaan sistem berbasis web.
Teknik Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dengan metode manual adalah :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

337

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

1. Pembuatan Catatan Harian


Catatan Harian adalah catatan atas prestasi yang sudah dicapai oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang diketahui oleh atasan
langsung. Formulir Catatan Harian terbagi atas 5 (lima) yaitu:
a.
Catatan Harian 1 (CH 1) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti oleh Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat
b.
Catatam Harian 2 (CH 2) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur penyuluhan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
c.
Catatam Harian 3 (CH 3) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur pengembangan kesehatan masyarakat yang telah dilakukan oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
d.
Catatam Harian 4 (CH 4) merupakan catatatn yang berisi kegiatan
dari unsur pengembangan profesi yang telah dilakukan oleh Pejabat
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
e.
Catatam Harian 5 (CH 5) merupakan catatan yang berisi kegiatan dari
unsur penunjang kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat yang telah
dilakukan oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
2. Pembuatan Laporan Harian
Laporan Harian adalah rekapitulasi catatan harian selama 1 (satu) bulan yang
dibuat oleh Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
3. Pembuatan Laporan Bulanan
Laproan Bulanan adalah rekapitulasi catatan harian untuk suatu periode
tertentu.
4. Pembuatan DUPAK
Teknik Penghitungan Angka Kredit Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat dengan metode sistem penghitungan angka kredit berbasis web
adalah:
1.
Sistem ini dapat diakses melalui alamat http://www.promkes.
depkes.go.id/angka_kredit.
2.
Daftar
Sebelum pengguna dapat menggunakan aplikasi ini, terlebih dahulu
pengguna mendaftar di aplikasi Angka Kredit ini. Berikut ini tampilan
untuk mendaftar :

338

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Gb. 1_1
Tampilan halaman awal saat membuka alamat aplikasi

Pengguna klik Daftar pada halaman tersebut, kemudian akan muncul


halaman untuk menginputkan data pribadi. Pengisian ini akan disetujui
oleh admin dan pengguna tersebut akan menerima email yang berisi
username dan password yang akan digunakan untuk mengakses
system ini. Oleh karena itu, diharapkan pengguna yang akan mendaftar
memasukkan data dengan benar, terutama alamat email yang akan
menerima informasi tersebut.

Gb. 1_2
Tampilan halaman awal untuk mendaftar (mengisi data pribadi)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

339

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Setelah melengkapi halaman form diatas, kemudian tekan tombol


Simpan untuk menyimpan data kemudian akan muncul pesan bahwa
data sudah disimpan dan diharap menunggu konfirmasi melalui email.

Gb. 1_3
Tampilan Pesan saat menekan tombol Simpan

3.

Login
Sebelum masuk ke aplikasi, pengguna akan login terlebih dahulu.
Pengguna mengisi username dan password untuk masuk ke aplikasi.
Username dan password tersebut telah diinformasikan melalui email
kepada pengguna.

Gb. 2_1
Tampilan Login ke sistem

4.

Halaman Utama
Halaman utama merupakan halaman yang muncul setelah pengguna
melakukan login ke dalam system ini. Pada halaman ini, akan terdapat
menu-menu (yang berwarna hijau) yang memiliki fungsi-fungsi tertentu
yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan system ini

Gb. 3_1
Tampilan Halaman utama pengguna

340

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5.

Data Pribadi
Menu Data Pribadi dapat digunakan untuk melakukan perubahan data
pribadi pengguna yang bersangkutan.

Gb. 4_1

Tampilan halaman Data Pribadi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

341

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6.

Ubah Password
Setelah data disetujui, pengguna akan mendapatkan username dan
password melalui email pengguna. Melalui menu Ubah Password,
pengguna dapat mengubah password yang diberikan tersebut
dengan password yang baru sesuai keinginan pengguna. Pengguna
harus memasukkan password lama terlebih dahulu dan kemudian
memasukkan password baru yang diinginkan.

Gb. 5_1
Tampilan halaman Ubah Password

7.

Atasan
Menu atasan ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan
nama-nama atasan untuk pencatatan angka kredit. Pengguna hanya
dapat menambah dan mengubah data atasan ini. Untuk menambahkan,
pengguna langsung menginputkan NIP, nama, dan jabatan atasan
langsungnya, kemudian tekan tombol simpan. Untuk mengubah data,
pengguna dapat menekan ubah di kolom tindakan untuk data yang
ingin diubah, kemudian tombol simpan.

Gb. 6_1
Tampilan halaman Data Atasan

Ket gambar :
1.
Pengguna menginputkan detail atasan.
2.
Daftar atasan yang telah diinputkan pengguna.
342

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

8.

Tim Penilai
Menu Tim Penilai ini prosesnya sama dengan menu atasan. Menu
Tim Penilai ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan
nama-nama Tim Penilai untuk pencetakan laporan DUPAK. Pengguna
hanya dapat menambah dan mengubah data Tim Penilai ini. Untuk
menambahkan, pengguna langsung menginputkan NIP, nama, dan
jabatan tim penilainya, kemudian tekan tombol simpan. Untuk mengubah
data, pengguna dapat menekan ubah di kolom tindakan untuk data
yang ingin diubah, kemudian tombol simpan.

Gb. 7_1
Tampilan halaman Data Tim Penilai

9.

Pejabat Pengusul
Menu pejabat pengusul ini prosesnya sama dengan menu atasan.
Menu pejabat pengusul ini dapat digunakan oleh pengguna untuk
menginputkan nama pejabat pengusul untuk pencetakan laporan
DUPAK. Pengguna hanya dapat menambah dan mengubah data
pejabat pengusul ini. Untuk menambahkan, pengguna dapat langsung
menginputkan NIP, nama, dan jabatan pejabat pengusulnya, kemudian
tekan tombol simpan. Untuk mengubah data, pengguna dapat menekan
ubah di kolom tindakan untuk data yang ingin diubah, kemudian tombol
simpan.

Gb. 8_1
Tampilan halaman Data Pejabat Pengusul

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

343

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

10. Angka Kredit


Menu angka kredit untuk menginputkan pencatatan angka kredit.
Pencatatan ini berdasarkan tanggal dan jenis kegiatan yang dilakukan
dan frekuensi pelaksanaannya.

Gb. 9_1
Tampilan halaman Angka Kredit (list data yang telah dimasukkan)

Keterangan gambar :
1.
Tombol Tambah Angka Kredit, jika pengguna akan menginputkan
data angka kredit yang baru.
2.
Daftar angka kredit yang telah diinput oleh pengguna.
3.
Link Hapus untuk menghapus data angka kredit.
Halaman Tambah Angka Kredit, tampilannya adalah sebagai berikut :

Gb. 9_2
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit

Keterangan gambar :
1.
Detail data pegawai
2.
Detail kegiatan untuk menginputkan angka kredit
3.
Tombol Simpan untuk menyimpan
344

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Berikut ini tampilan isian yang telah diisi :

Gb. 9_3
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit (data terisi)

11. Laporan
Menu laporan untuk menampilkan data- data laporan yang sudah
pernah dicetak maupun membuat laporan lainnya.

Gb. 10_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

345

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Gb. 10_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan

Untuk menambahkan data atau mencetak laporan selain yang ada di


dalam list, Anda dapat menekan tombol Tambah Data (Label 1). Dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Gb. 10_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan lain
selain yang ada di list)

346

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Gb. 10_4
Tampilan awal setelah menekan tombol Tambah Data

a.

Catatan Harian
Catatan Harian merupakan laporan detail yang akan menampilkan detail
data-data yang diinput oleh pengguna dengan rincian per tanggal.
Untuk menampilkan laporan ini, pengguna harus melakukan langkahlangkahnya sebagai berikut:
# Pilih Tipe : Catatan Harian
# Pilih Unsur yang akan ditampilkan
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan Tahun.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan untuk
melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama (misalkan
seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan

Gb. 10_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

347

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Gb. 10_14
Tampilan laporan Laporan Bulanan

12. DUPAK
Menu DUPAK untuk menampilkan data-data laporan DUPAK yang
sudah pernah dicetak maupun mencetak laporan DUPAK lainnya sesuai
dengan kebutuhan pengguna.

Gb. 11_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan

348

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Gb. 11_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan

Untuk menambahkan data atau mencetak laporan selain yang ada di


dalam list, Anda dapat menekan tombol Tambah Data (Label 1). Dan
akan muncul tampilan seperti dibawah ini.

Gb. 11_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan lain selain
yang ada di list)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

349

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Berikut ini adalah tampilan setelah pengguna menekan tombol Tambah


Data dan langkah-langkah yang harus diisikan oleh pengguna, antara
lain :
# Pilih Periode yang akan ditampilkan, yaitu Bulan dan Tahun pertama
dan Bulan dan Tahun kedua.
# Pilih Pejabat Pengusul yang akan muncul pada laporan Dupak
sebagai penandatangan.
# Pilih Ketua Tim Penilai yang akan muncul pada laporan Dupak
sebagai penandatangan.
# Pilih Anggota-Anggota Tim Penilai yang akan muncul pada laporan
Dupak sebagai penandatangan. (Maksimal 5 (lima) nama)
# Isikan tanggal cetak yang diinginkan.

Gb. 11_4
Tampilan awal setelah menekan tombol Tambah Data

Gb. 11_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan

350

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Gb. 11_6
Tampilan Laporan Dupak yang ditampilkan

13. Keluar
Menu ini digunakan untuk keluar dari sistem dan login pengguna yang
bersangkutan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

351

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

C. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengitungan Angka Kredit


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penghitungan angka kredit :
1. Dalam menetapkan prestasi yang telah ditentukan kedalam butir kegiatan.
2. Kelengkapan bukti fisik atas prestasi yang telah dilakukan
3. Penghitungan angka kredit
Kelengkapan fisik untuk setiap butir kegiatan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pendidikan
a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh ijazah/gelar
Butir Kegiatan
a. Doktor
b. Pasca Sarjana
c. Sarjana/ D IV

Bukti
Yang
Diperlukan/
Butuhkan
FC Ijazah dan transkrip
dilegalisir
Surat Tubel, Fc Ijazah dan
transkrip dilegalisir
Surat Tubel, Fc Ijazah dan
transkrip dilegalisir

Angka
Kredit
150
100
75

b. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang


masyarakat dan mendapatkan STTPL atau Sertifikat.
Butir Kegiatan
a. Lebih dari 960 jam

Bukti Yang Diperlukan/


Butuhkan
Fc STTPL/Sertifikat

Angka
Kredit
15

b. 641 - 960 jam

Fc STTPL/Sertifikat

c. 481 640 jam

Fc STTPL/Sertifikat

d. 161 480 jam

Fc STTPL/Sertifikat

e. 81 160 jam

Fc STTPL/Sertifikat

f.

Fc STTPL/Sertifikat

30 80 jam

Pelaksana
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
penyuluh

kesehatan

Pelaksana
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang

2. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.


a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
Butir Kegiatan

Bukti
Yang
Diperlukan/
Butuhkan
1. Menyusun rencana 5 tahunan
a. Membuat kerangka acuan Kerangka acuan
b. Menganalisan
dan Laporan yang
mengevaluasi data
dilegalisir
c. Mempersiapkan rencana
Laporan yang
dilegalisir
d. Mengevaluasi
penyusunan rencana

352

Laporan yang
dilegalisir

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Angka
Kredit

Pelaksana

0.20
0.07

PKM Muda
PKM Muda

0.16

PKM Muda

0.18

PKM
Madya

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Menyusun rencana tahunan


a. Membuat kerangka acuan Kerangka acuan
b. Menganalisa
dan
mengolah data
c. Mempersiapkan rencana
d. Mengevaluasi
penyusunan rencana

Laporan yang
dilegalisir
Laporan yang
dilegalisir
Laporan yang
dilegalisir

0.05
0.025
0.05
0.06

PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM
Madya

3. Mengidentifikasi potensi wilayah yang berkaitan dengan masalah


kesehatan
a. Menyusun K.Acuan dlm Kerangka acuan
0.072
PKM
rangka
identifikasi
Pertama
potensi wilayah
b. Menyusun
instrumen Instrumen & laporan 0.182
PKM Muda
terbuka
yg dilegalisir
c. Menyusun
instrumen Instrumen & laporan 0.351
PKM
tertutup
yg dilegalisir
Madya
d. Mengumpulkan
data Laporan yang
0.044
PKM
primer
dengan
cara dilegalisir
Pertama
wawancara mendalam
e. Mengumpulkan
data Laporan yang
0.076
PKM
primer dgn cara diskusi dilegalisir
Pertama
kelompok terarah
f. Mengumpulkan data dng Laporan yang
0.035
PKM
cara
observasi dilegalisir
Pertama
berkelanjutan
g. Mengumpulkan
data Laporan yang
0.043
PKM
sekunder dari berbagai dilegalisir
Pertama
sumber
h. Melakukan tabulasi dan Laporan yang
0.172
PKM Muda
pengolahan data dengan dilegalsiri
komputer
i. Melakukan analisis hasil Laporan yang
0.071
PKM
tabulasi
data
secara dilegalisir
Pertama
analitik
j. Menyusun
hasil Laporan yg dilegalsir
0.18
PKM Muda
pelaksanaan
dengan
menggunakan
bbrapa
instrumen
4. Pengembangan rancangan strategi penyuluhan kesehatan masyarakat
a. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Kec untuk prog. terpadu
b. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Kab/Kota
untuk
prog.
terpadu
c. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Provinsi
untuk
prog.
terpadu
d. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Nasional untuk 1 program

Rancangan
strategi
tkt
Kec
&
Nota
persetujuan atasan
Rancangan
strategi
tkt Kab/Kota & Nota
persetujuan atasan &
prog terkait
Rancangan
strategi
tkt Provinsi & Nota
persetujuan
atasan
&prog terkait
Rancangan
strategi
tkt Nasional &Nota
persetujuan
atasan
&prog terkait

0.055

PKM
Pertama

0.07

PKM
Pertama

0.18

PKM Muda

0.12

PKM Muda

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

353

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

e. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Nasional untuk program
terpadu
f. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Internasional
g. Melaksanakan
ujicoba
ranc. Strategi penyuluhan
tkt Nasional
h. Menyusun
rencana
kerja/usulan kegiatan tkt
Provinsi
i. Menyusun
rancanagn
kerja/usulan kegiatan tkt
Nasional
j. Menyusun
rencana
kerja/usulan
keg
tkt
regional/internasuional

Rancangan
strategi
tkt Nasional & Nota
persetujuan atasan &
prog terkait
Ranc. Strategi PKM
Intern.&
pers/
recomendasi
forum
Internasional
TOR, Kuesioner, Hasil
laporan, SK Tim

0.36

PKM
Madya

0.54

PKM
Madya

0.33

PKM
Madya

Rancangan
usulan,
TOR kegiatan

0.36

PKM Muda

Rancangan
usulan,
TOR kegiatan

0.60

PKM
Madya

Rancangan
usulan,
TOR
kegiatan
&
pers/recomendasi
internasional.

1.60

PKM
Madya

pers.

0.041

PKM
Pertama

pers.

0.09

PKM
Pertama

pers.

0.18

PKM Muda

pers.

0.063

PKM
Pertama

pers.

0.18

PKM
Pertama

pers.

0.402

PKM Muda

pers.

0.11

PKM
Pertama

pers.

0.09

PKM Muda

pers.

0.344

PKM Muda

pers.

0.135

PKM
Madya

pers.

0.18

PKM
Pertama

5. Pengembangan Media Penyuluhan


a. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk radio prog/atasan
dlm bentuk spot
b. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk radio prog/atasan
dlm bentuk ceramah
c. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk radio prog/atasan
dlm bentuk wwcr/dialog
d. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk spot
e. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk filler
f. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm
bentuk
fragmen/obrolan
g. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk drama seri
h. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk wwcr/dialog
i. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk sinetron
j. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk televisi prog/atasan
dlm bentuk ceramah
k. Menyusun
materi Naskah, nota
penyuluhan untuk media prog/atasan
luar ruang dlm bentuk
megatron

354

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

l. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
luar ruang dlm bentuk
software
m. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
komputer
dlm
bentuk
Web Page
n. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
komputer
dlm
btk.
Interaktif screen
o. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
tatapmuka dlm bentuk
konseling
p. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
cetak dlm bentuk booklet
q. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
tradisional
r. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
film dokumenter
s. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
slide seri.

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

0.428

PKM Muda

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

0.642

PKM
Madya

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

0.134

PKM Muda

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

0.02

PKM
Pertama

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

0.085

PKM
Pertama

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

0.35

PKM
Pertama

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

3.3

PKM
Madya

Naskah, nota
prog/atasan

pers.

1.24

PKM Muda

6. Membuat rancangan (disagn) media penyuluhan kesehatan masyarakat


0.061
PKM Muda
a. Membuat
rancangan Rancangan/naskah
media penyuluhan untuk media, pers atasan
media film dokumenter
b. Membuat
rancangan Rancangan/naskah
0.172
PKM Muda
media penyuluhan untuk media, pers atasan
media komupter
7. Melakukan Uji coba media penyuluhan
a. Melaksanakan persiapan Kacuan ujicoba, SE
ujicoba dengan membuat ujicoba
kerangka acuan untuk
beberapa wilayah
b. Melaksanakan
ujicoba Bahan
instrumen
media
audiovisual ujicoba, Srt tugas,
dengan durasi > 1 menit
laporan
c. Melaksanakan
ujicoba Bahan
instrumen
media cetak dng jumlah ujicoba, Srt tugas,
halaman > dari 1
laporan
d. Mengolah hasil ujicoba Laporan hasil ujicoba
audiovisual
e. Mengolah hasil ujicoba Laporan hasil ujicoba
media cetak
f. Melakukan
Story board/sinpsis yg
penyempurnaan
hasil disempurnakan
ujicoba
media
audio
visual

0.186

PKM
Pertama

0.045

PKM
Pertama

0.075

PKM
Pertama

0.162

PKM Muda

0.061

PKM
Pertama
PKM
Madya

0.252

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

355

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

g. Melakukan
penyempurnaan
hasil
ujicoba media cetak
h. Menyusun
laporan
ujicoba yg menggunakan
1 jenis instrumen
i. Menyusun
laporan
ujicoba
yang
menggunakan
bbrapa
instrumen

Laporan, media cetak


yg disempurnakan

0.036

PKM
Pertama

Laporan ujicoba

0.056

PKM
Pertama

Laporan ujicoba

0.146

PKM Muda

8. Melaksanakan evaluasi media penyuluhan kesehatan masyarakat


0.09
PKM Muda
a. Melaksanakan persiapan Kacuan evaluasi
evaluasi
media
dng
membuat
Krk
Acuan
untuk lbh dari 1 wilayah
tertutup 0.12
PKM Muda
b. Melakukan
persiapan Instrumen
evaluasi
media
dng <10 var
membuat
instrumen
tertutup dng variabel < 10
PKM
c. Melakukan
persiapan Instruemn tertutup > 0.396
Madya
evaluasi
media
dng 10 var
membuat
instrumen
tertutup dng variabel > 10
9. Melaksanakan
evaluasi
atas proses dan hasil dari
media penyuluhan
a. Media audiovisual
b. Media cetak

356

Laporan & srt tugas


Laporan & srt tugas

0.154
0.061

c. Media luar ruang

Laporan & srt tugas

0.031

d. Media komputer

Laporan & srt tugas

0.084

e. Media pameran

Laporan & srt tugas

0.078

f. Media tradisional
g. Melaksanakan
tabulasi
dan pengolahan data hasil
evaluasi media penylh
dng cara manual, dng
variabel > dari 10
h. Melaksanakan
tabulasi
dan pengolahan data hasil
evaluasi media penylh
dng
komputer,
dng
variabel > dari 10
i. Melaksanakan
analisa
hasil
pengolahan
dan
tabulasi data pelaksanaan
evaluasi media penylh
dng metode descriptif
j. Melakukan analisis hasil
pengolahan dan tabulasi
data
pelaksanaan
evaluasi
penylh
dng
metode analitik

Laporan & srt tugas


Laporan & srt tugas

0.042
0.057

Laporan & srt tugas

0.09

PKM Muda

Laporan & srt tugas

0.11

PKM Muda

Laporan & srt tugas

0.192

PKM
Madya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

PKM Muda
PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM
Madya
PKM
Madya
PKM Muda
PKM
Pertama

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

k. Menyusun laporan hasil


pelaksanaan
evaluasi
media penylh dng metode
deskriptif
l. Menyusun laporan hasil
pelaksanaan
evaluasi
media penylh dng metode
analitik

Laporan & srt tugas

0.094

PKM Muda

Laporan & srt tugas

0.156

PKM
Madya

10. Memprakondisikan kegiatan penyulh kes. masyarakat di lapangan


a. Melakukan
pertemuan Laporan & Srt tugas
0.03
PKM
lintas program/sektor tkt
Pertama
Kab/Kota
b. Melakukan
pertemuan Laporan & Srt tugas
0.08
PKM Muda
lintas program/sektor tkt
Provinsi
c. Melakukan
pertemuan Laporan & Srt tugas
0.135
PKM
lintas program/sektor tkt
Madya
Nasional
b. Melaksanakan Advokasi Kesehatan.
Butir Kegiatan
1. Melalui Identifikasi
a. Melakukan identifikasi
untuk sasaran tersier
b. Melakukan identifikasi
data strategi untuk
melakukan pendekatan

Bukti Yang Diperlukan/


Butuhkan

Angka
Kredit

Pelaksana

Srt tugas, analisa data


sasaran
Srt tugas, analisa data
strategi dan peluang

0.035

PKM
Pertama
PKM
Muda

2. Menyusun perencanaan advokasi


a. Menyusun
Srt
tugas,
Rencana
perencanaan untuk
kerja+TOR dan jadwal,
pelaksanaan advokasi
SK.
di tkt. Prov.
b. Menyusun
Srt
tugas,
Rencana
perencanaan untuk
kerja+TOR dan jadwal,
pelaksanaan advokasi
SK.
tkt. Nasional
c. Menyusun
Srt
tugas,
Rencana
perencanaan untuk
kerja+TOR dan jadwal,
pelaksanaan advokasi
SK.
tkt. Internasional
3. Melaksanakan advokasi
a. Melaksanakan
advokasi di tkt Provinsi.
b. Melaksanakan
advokasi di tkt
Nasional
c. Melaksanakan
advokasi di tkt
Internasional

Srt menyurat, SK,


tugas,
laporan,
bahan/materi
Srt menyurat, SK,
tugas,
laporan,
bahan/materi
Srt menyurat, SK,
tugas,
laporan,
bahan/materi

0.084

0.094

PKM
Muda

0.189

PKM
Madya

0.39

PKM
Madya

Srt
dan

0.02

PKM
Pertama

Srt
dan

0.04

PKM
Muda

Srt
dan

0.06

PKM
Madya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

357

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

4. Melaksanakan evaluasi atas hasil advokasi


a. Melaksanakan evaluasi Produk
advokasi,
atas hasil advokasi tkt Laporan
implementasi/
Provinsi
TLanjut, Lap sosialisasi
b. Melaksanakan evaluasi Produk
advokasi,
atas hasil advokasi tkt Laporan
implementasi/
Nasional
TLanjut, Lap sosialisasi
c. Melaksanakan evaluasi Produk
advokasi,
atas hasil advokasi tkt Laporan
implementasi/
Internasional
TLanjut, Lap sosialisasi
5. Menyusun laporan hasil advokasi
a. Secara descriptif
Laporan
b. Secara analitik

Laporan

0.04

PKM
Muda

0.3

PKM
Madya

0.3

PKM
Madya

0.126

PKM
Muda
PKM
Madya

0.174

c. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial


Pelaksana
Bukti Yang Diperlukan / Angka
Butuhkan
Kredit
1. Menyusun perencanaan ntuk melaksanakan dukungan sosial
Konsep rencana/Laporan 0.148
PKM
a. Merancang cara untuk
notulen rapat
Muda
mendapatkan
dukungan sosial tkt
Provinsi
Konsep rencana/Laporan 0.174
PKM
b. Merancang cara untuk
notulen rapat
Madya
mendapatkan
dukungan sosial tkt
Nasional
c. Merancang cara untuk
Konsep rencana/Laporan 0.27
PKM
mendapatkan
notulen rapat
Madya
dukungan sosial tkt
Internasional

Butir Kegiatan

2. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial


Laporan kegiatan
a. Melaksanakan keg
penggalangan
dukungan sosial tkt
provinsi
b. Melaksanakan keg
Laporan kegiatan
penggalangan
dukungan sosial tkt
nasional
Laporan kegiatan
c. Melaksanakan keg
penggalangan
dukungan sosial tkt
internasional
4.

0.045

PKM
Pertama

0.09

PKM
Muda

0.27

PKM
Madya

Melakukan pengembangan penggalangan dukungan sosial di masy


melalui pemantauan
0.054
PKM
Melakukan
pengembangan Laporan kegiatan
Pertama
penggalangan
dukungan
sosial
di
masy
melalui
pemantauan

358

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5.
a.
b.

Membuat laporan hasil pelaksanaan penggalangan dukungan sosial


Deskriptif
Laporan kegiatan
0.054
PKM
Pertama
Analitik
Laporan kegiatan
0.07
PKM
Pertama

d. Melaksanakan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat.


Butir Kegiatan
1.

2.

3.

Bukti Yang Diperlukan /


Butuhkan
Melaksanakan kegiatan penyul. langsung
Laporan,
dok
foto
a. Melaksanakan
penyulh
kelompok demontrasi, Undangan,
daftar hadir.
dng
demontrasi/praktek
b. Melaksanakan
Undangan, daftar hadir,
penyulh individu dng demo praktek.
demontrasi/praktek

Melaksanakan penyulh tidak langsung


a. Melalui radio dng satu Naskah, laporan di tt.
arah
Stasion radio
b. Melalui radio dng dua Naskah, laporan di tt.
arah
Stasion radio
c. Melalui televisi dng Naskah, laporan di tt.
satu arah
Stasion tv
d. Melalui televisi dng Naskah, laporan di tt.
dua arah
Stasion tv
e. Melalui
Kliping/naskah, laporan
koran/majalah/SK
f. Melalui
Naskah, laporan
komputer/internet
g. Melalui surat
Naskah, surat.
Melaksanakan kegiatan pameran
a. Membuat rencana
Kacuan, renc rancangan,
ranc pameran
laporan
b. Melaksanakan tgs
Srt tugas, laporan, juknis
pramuwicara
pameran tk nasional
( per hari )
c. Melaksanakan tgs
Srt tugas, laporan, juknis
prmauwicara tk
Internasional ( per
hari)

4. Memberikan pelayanan konseling


Memberikan
pelayanan Laporan,
dok
konseling kpd masy dng naskah rekaman
dasar
pendidikan
diatas
SLTA

foto,

Angka
Kredit

Pelaksana

0.042

PKM
Pertama

0.013

PKM
Muda

0.014

PKM
Muda
PKM
Madya
PKM
Madya
PKM
Madya
PKM
Muda
PKM
Muda
PKM
Pertama

0.021
0.03
0.06
0.156
0.09
0.02

0.076
0.01

PKM
Madya
PKM
Pertama

0.03

0.005

PKM
Pertama

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

359

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

5.

Melakukan Pemantauan dan evaluasi program penyuluhan kesehatan


a. Membuat
konsep Laporan,
konsep 0.04
PKM
pedoman
pedoman
Muda
pemantauan
b. Membuat
konsep Laporan,
konsep 0.6
PKM
pedoman evaluasi
pedoman
Madya
c. Membuat instrumen Naskah Instrumen
0.114
PKM
pemantauan
Muda
d. Mermbuat instrumen Naskah instrumen
0.186
PKM
evaluasi
Madya
e. Melaksanakan
Laporan
kegiatan, 0.09
PKM
pemantauan program instrumen isian
Muda
penyuluhan
f. Melaksanakan
Laporan
kegiatan, 0.0135 PKM
evaluasi
program instrumen isian
Madya
penyuluhan

3. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pengembangan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat
a.

Melaksanakan pengembangan pedoman penyuluhan

Butir Kegiatan
1.

2.

360

Bukti Yang Diperlukan /


Butuhkan
Menyusun pedoman/panduan program
a. Menyusun
konsep Konsep pedoman
panduan/juknis untuk
1 program
b. Menyusun
konsep Konsep pedoman
panduan/juknis untuk
program terpadu
Membahas pedoman/juknis
a. Membahas
sbg Konsep bhn penyajian,
penyaji
konsep srt tugas
pedoman/juknis untk
1 program
b. Membahas
sbg Konsep bhn penyajian,
penyaji
konsep srt tugas
pedoman/juknis untk
program terpd
c. Membahas
sbg Makalah pembahasan
pembahas
konsep
pedoman/juknis untk
1 program
d. Membahas
sbg Makalah pembahasan
pembahas
konsep
pedoman/juknis untk
program terpadu
e. Membahas
sbg Makalah/srt tugas sbg
narasumber konsep NS
pedoman/juknis untk
1 program
f. Membahas
sbg Makalah/srt tugas sbg
narasumber konsep NS
pedoman/juknis untk
program terpadu

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Angka
Kredit

Pelaksana

0..2

PKM
Pertama

0.4

PKM
Pertama

0.02

PKM
Pertama

0.04

PKM
Muda

0.02

PKM
Pertama

0.04

PKM
Muda

0.06

PKM
Madya

0.06

PKM
Madya

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

3.

b.

Merumuskan konsep pedoman/ juknis


a. Merumuskan konsep Konsep pedoman
pedoman/ juknis untk
1 program
b. Merumuskan konsep Konsep pedoman
pedoman/ juknis untk
program terpadu

0.04

PKM
Muda

0.04

PKM
Muda

Merumuskan Sistem Pengembangan Penyuluhan

Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka


Pelaksana
Butuhkan
Kredit
1. Merumuskan kebijakan pengembangan Penyuluhan kesehatan yang
sudah ada
a. Menyusun kerangka
Kerangka acuan
0.33
PKM
acuan
Pertama
b. Menyiapkan
Kumpulan
bahan 0.342
PKM
bahan/data/ informasi informasi
Pertama
c. Mengolah dan
Laporan
0.264
PKM Muda
mengkaji data/
informasi
d. Merumuskan konsep
Konsep kebijakan
0.72
PKM Madya
kebijakan
2. Merumuskan kebijakan
pengembangan
penyuluhan kesehatan
bersifat penyempurnaan
a. Menyusun kerangka
acuan
b. Menyiapkan
bahan/data/ informasi
c. Mengolah dan
mengkaji data/
informasi
d. Merumuskan konsep
kebijakan
c.

Kerangka acuan
Kumpulan
informasi
Laporan

0.264
bahan

Konsep kebijakan

0.24

PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM Muda

1.548

PKM Madya

0.132

Mengembangkan Metode Penyuluhan Kesehatan

Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka


Pelaksana
Butuhkan
Kredit
1. Merumuskan pengembangan metode penyuluhan yang bersifat
penyempurnaan
a. Menyusun kerangka
Kerangka acuan
0.684
PKM
acuan
Pertama
b. Menyiapkan dan
Laporan, berkas bhn 0.037
PKM Muda
mengolah
informasi
bahan/data/informasi
c. Menganalisa data/
Laporan, konsep metode 0.9
PKM
informasi dan
yg baru
Madya
merumuskan konsep
kebijakan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

361

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Merumuskan pengembangan metode penyuluhan yang bersifat


pembaharuan
a. Menyusun
kerangka Kerangka acuan
0.39
PKM
acuan
Pertama
b. Menyiapkan
dan Laporan, berkas bhn 0.396
PKM Muda
mengolah bahan/data/ informasi
informasi
c. Menganalisa
data/ Laporan, konsep metode 0.57
PKM
informasi
dan yg baru
Madya
merumuskan
konsep
kebijakan
4. Penilaian Angka Kredit Unsur Utama : Pengembangan Profesi
a. Membuat karya tulis/karya ilmiah bidang kesehatan
Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan
Kredit
1. Karya ilmiah hasil penelitian bidang kesehatan yang dipublikasikan
12.5
Semua
a. Dlm bentuk buku yg Buku yg diterbitkan
jenjang
diterbitkan
dan
diedarkan
secara
nasional
b. dlm majalah ilmiah yg Fc majalah ilmiah yg 6.0
Semua
diakui
instansi memuat karya ilmiah
jenjang
berwenang
2. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dng gagasan sendiri dlm
bidang kes yang tdk dipublikasikan, tetapi didokumentasi di
perpustakaan instansi ybs dlm bentuk:
a. Buku
Buku yg diterbitkan
7.0
Semua
jenjang
b. Makalah
Makalah
3.5
Semua
jenjang
3. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dng gagasan sendiri dlm
bidg penyulh kes yang dipublikasikan dlm bentuk:
a. Buku
Buku
8.0
Semua
jenjang
b. Makalah
Makalah
4.0
Semua
jenjang
4. Tulisan populer di bidang penylh kes msy yg disebarluaskan mel
media massa
Tulisan populer di bidang Fc
makalah
yg 2.0
Semua
penylh
kes
msy
yg dipublikasikan&kliping
jenjang
disebarluaskan mel media media massa
massa
5. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan gagasan atau ulasan ilmiah di
bidang penylh kes pada pertemuan ilmiah
Menyampaikan
prasaran Makalah yg disajikan, srt 2.5
Semua
berupa
tinjauan
gagasan tugas/ undangan
jenjang
atau ulasan ilmiah di bidang
penylh kes pada pertemuan
ilmiah

362

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang penyuluhan


kesehatan masyarakat
Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan
Kredit
1. Terjemahan/saduran dibidang Penylh Kes yang dipublikasikan dlm
bentuk :
a. Buku
Buku
7.0
Semua
jenjang
b. Makalah
Makalah
3.5
Semua
jenjang
2. Terjemahan/saduran di bidang Penyuluhan Kes. Yg tdk dipublikasikan
dlm bentuk :
a. Buku
Buku
3.0
Semua
jenjang
b. Makalah
Makalah
1.5
Semua
jenjang
3. Membuat abstrak tulisan yg dimuat dlm penerbitan
Membuat abstrak tulisan yg Makalah
1.5
dimuat dlm penerbitan

Semua
jenjang

c. Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/teknis di bidang penyuluhan


kesehatan masyarakat.
Bukti Yang Diperlukan / Angka
Butuhkan
Kredit
1. Membuat buku pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ teknis
penylh. Kes masyarakat
Membuat buku pedoman/ Naskah pedoman
2.0
petunjuk pelaksanaan/ teknis
di
bidang
penylh.
Kes
masyarakat

Butir Kegiatan

Pelaksana
di bidang
Semua
jenjang

d. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang penyuluhan kesehatan


masyarakat.
Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan
Kredit
1. Mengembangkan teknologi tepatguna di bid penyulh. Kes masyarakat
Mengembangkan
teknologi Laporan kegiatan (per 5.0
Semua
tepatguna di bid penyulh. Kes kali keg)
jenjang
masyarakat

5. Penilaian Angka Kredit Unsur Penunjang : Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat.
a. Mengajar/melatih Dalam Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka


Butuhkan
Kredit
1. Mengajar melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai
Mengajar
melatih
pada Srt tugas/undangan ( per 0.04
pendidikan dan pelatihan 2 jam pelajaran)
pegawai

Pelaksana
Semua
jenjang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

363

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Mengikuti kegiatan seminar/lokakarya Dakam Bidang Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat
Butir Kegiatan
1.
a.
b.
c.

Bukti Yang Diperlukan Angka Pelaksana


/ Butuhkan
Kredit
Mengikuti seminar/lokakarya intenasional/nasional sebagai :
Pameran
Laporan/srt tugs ( per 3.0
Semua
kali keg)
jenjang
Pembahas/mdrator/
Laporan/srt tugs (per kali 2.0
Semua
narasumber
keg)
jenjang
Peserta
Laporan/srt tugs (per kali 1.0
Semua
keg)
jenjang

2. Mengikuti/berperan serta sebagai delegasi ilmiah sebagai :


a. Ketua
Srt tgs/SK ( per kali keg) 1.5
Semua
jenjang
b. Anggota
Srt tgs/SK (per kali keg)
1.0
Semua
jenjang
c. Menjadi anggota tim penilai JF-PKM
Butir Kegiatan
1. Menjadi anggota aktif tim
penilai

Bukti Yang Diperlukan /


Butuhkan
Srt tgs/SK ( per th)

Angka
Kredit
0.5

Pelaksana

d. Mendapat penghargaan/tanda jasa


Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan
Kredit
1. Tanda jasa/penghargaan dari pemerintah atas prestasi kerja
a. Nasional/Internasional
Sertifikt/penghargaan
3.0
Semua
(per tandajasa)
jenjang
b. Propinsi
Sertifikt/penghargaan
2.5
Semua
(per tandajasa)
jenjang
c. Kabupaten/kota
Sertifikt/penghargaan
2.0
Semua
(per tandajasa)
jenjang
2. Gelar kehormatan

Sertifikt/gelar (per gelar)

15

Semua
jenjang

e. Menjadi anggota organisasi profesi


Butir Kegiatan

364

Bukti Yang Diperlukan / Angka


Butuhkan
Kredit
1. Menjadi anggota org profesi tkt Nasional/Internasionall.
a. Pengurus aktif
SK, Tanda anggota (per 1.0
tahun)
b. Anggota aktif
Tanda
anggota
(per 0.75
tahun)

Semua
jenjang
Semua
jenjang

2.
Menjadi anggota org profesi tkt Propinsi/Kab/kota.
a. Pengurus aktif
SK, Tanda anggota (per 0.5
tahun)
b. Anggota aktif
Tanda
anggota
(per 0.35
tahun)

Semua
jenjang
Semua
jenjang

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Pelaksana

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

f. Memperoleh gelar kesarjaan lainnya


Butir Kegiatan
1.
a.
b.
c.

Bukti Yang Diperlukan / Angka Pelaksana


Butuhkan
Kredit
memperoleh Ijazah/gelar yg tdk sesuai dlm bidang tugasnya:
Sarjana/DIV
FC Ijazah dilegalisir
5.0
Semua
jenjang
Pasca Sarjana
FC Ijazah dilegalisir
10.0
Semua
jenjang
Doktor
FC Ijazah dilegalisir
15.0
Semua
jenjang

g. Menjadi anggota penilai karya-karya yg berkaitan dng advokasi, penggalangan


dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat.
Butir Kegiatan

Bukti Yang Diperlukan /


Butuhkan
1. Menjadi anggota penilai, sebagai :
a. Ketua
SK/Srt tgs

Angka
Kredit

Pelaksana

1.5

b. Anggota

1.0

Semua
jenjang
Semua
jenjang

SK/Srt tgs

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

365

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Pokok Bahasan 3.
MELAKUKAN PENGAJUAN DUPAK
A. PENGERTIAN
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh pejabat
pengusul dan tim penilai.
B. LANGKAH-LANGKAH PENGISIAN FORM DUPAK
Langkah Langkah pengisian formulir DUPAK adalah :
1. Mengisi Data Perorangan
2. Menyiapkan data angka kredit yang berasal Laporan Bulanan dalam suatu
periode tertentu
C. MEKANISME PENGAJUAN DUPAK
Mekanismes pengajuan DUPAK adalah :
1. Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang akan dinilai wajib menyampaikan
bukti-bukti yang diperlukan sesuai dengan unsur-unsur kegiatan yang telah
diselesaikan
2. Hasil penilaian tersebut dimasukkan dalam formulir Daftar Usulan Penilaian
Angka Kredit disertai dengan pengisian data perorangan
3. DUPAK yang disertai bukti-bukti, sebelum disampaikan kepada pejabat
pengusul, harus terlebih dahulu kelengkapan dan kebenarannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK.
4. DUPAK yang telah diteliti kebenaran dan kelengkapannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK diajukan kepada pimpinan unit kerja untuk
selanjutnya diusulkan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit.
D. TIM PENILAI DUPAK
Tim Penilai Angka Kredit yang selanjutnya disebut Tim Penilai Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah tim yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit, yang bertugas untuk memberikan
pertimbangan dan menilai prestasi kerja Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat
Tim Penilai jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan berdasarkan jenjang jabatan
dan tempat kerja adalah :
1. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat pusat
bagi Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disebut
Tim Penilai Pusat;

366

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

2. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Instansi


Pusat bagi Pimpinan Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan yang
ditugaskan mengelola bidang kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan;
3. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pusat
Promosi Kesehatan bagi Kepala Pusat yang membidangi promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pusat
Promosi Kesehatan;
4. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Provinsi
bagi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Eselon II yang ditugaskan mengelola
bidang kesehatan yang selanjutnya disebut Tim Penilai Provinsi;
5. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Kabupaten/
Kota bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
Tim Penilai Kabupaten/Kota.
6. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Umum/
Khusus Pusat dan Daerah bagi Direktur Rumah Sakit Umum/Khusus Pusat
dan Daerah yang selanjutnya disebut Tim Penilai Rumah Sakit Umum/Khusus
Pusat dan Daerah.
Tugas pokok Tim Penilai jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah:
1. Membantu pejabat penetap angka kredit dalam melakukan penilaian angka
kredit Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penetapan angka
kredit yang diberikan oleh pejabat penetap angka kredit
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Tim Penilai melakukan kegiatan :
a. Mencermati kelengkapan dokumen/bukti yang dipersyaratkan dari setiap
DUPAK yang diajukan;
b. Melakukan penilaian dan pemberian angka kredit atas setiap prestasi kerja
Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang tercantum dalam DUPAK;
c. Menyampaikan hasil penilaian dan pemberian angka kredit sebagaimana
dimaksud dalam butir b kepada pejabat Penetap Angka Kredit;
d. Melaksanakan bimbingan, sosialisasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi,
serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penetapan angka kredit
Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai bertanggung jawab kepada pejabat

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

367

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

CONTOH KASUS
Contoh kasus (1) :
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui pengangkatan
Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit: 150. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM
dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat Promkes, oleh karena itu
tanggal 8 -18 Juli 2011 mengikuti TOT JF-PKM tingkat ahli selama 96 jam pelajaran
dengan mendapat STTPL. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, mulai bulan Januari 2012
tugas belajar Pasca Sarjana selama 18 bulan, dan mendapat Ijazah Gelar M.Kes
pada Bulan Agustus 2013. Mulai 1 Oktober 2013 sudah aktif kembali melaksanakan
tugas di Pusat Promosi Kesehatan.
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, selama pendidikan S2, aktif mengikuti Seminar tingkat
Nasional pada Bulan April 2013, dan seminar yang diikuti sebanyak 4 kali.
Pertanyaan :
1. Kelengkapan administrasi apa saja diperlukan ?
2. Kegiatan yang mana saja yang dapat dihitung/diberikan angka kredit?
3. Berapa besar angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, dari
contoh kasus diatas?
4. Apakah mengikuti Seminar tingkat Internasional di bulan April 2004 dapat
dihitung angka kreditnya keunsur utama Pendidikan? ( apabila jawabannya YA :
apa alasannya dan Apabila jawabannya TIDAK apa alasannya).
Contoh kasus (2) :
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui inpassing
TMT pengangkatan Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit : 150. Sdri.
Meylina Puspitasari, SKM dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat
Promkes, oleh karena itu tanggal 8 -18 Juli 2012 mengikuti TOT JF-PKM tingkat ahli
selama 96 jam pelajaran dengan mendapat STTPL.
Pertanyaan :
berapa angka kredit diberikan kepada Sdri. Meylina Puspitasari, SKM?

368

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Contoh kasus (3) :


Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, pada bulan Januari 2012 ,(Menyusun rencana 5
tahunan)
a.
b.
c.
d.

Membuat kerangka acuan


Menganalisan dan mengevaluasi data
Melakukan pertemuan lintas program/sektor tkt Provinsi
Melakukan pertemuan lintas program/sektor tkt Kab/Kota

Pertanyaan:
Berapa angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM dari setiap butir
kegiatan yang dilakukannya?....., dan bukti apa saja yang diperlukan/dilampirkan?...
Contoh kasus (4) :
Sekelompok tim advokasi sebanyak 5 orang akan melaksanakan advokasi program
Promosi Kesehatan di 5 Provinsi pilihan. Pedoman yang yang digunakan adalah Modul
teknologi Advokasi Bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli. Advokasi dilaksanakan
pada bulan Agustus dan September 2004, sedang evaluasi dilaksanakan pada Bulan
Desember 2004, sampai dengan penyusunan laporan. Tim tediri dari : Ketua : Sdr.
Yono Mulyana, SH, M.Kes, JF-PKM Ahli Muda, III d; dan anggota Sdri. Meylina
Puspitasari, SKM. Pjb Fungsional PKM Ahli Muda- III d., Sdr.drg. Widyawati, M.Kes
(JF-PKM Ahli-Muda- IIId), Sdr.Marsuli, S.Sos,MKes (JF-PKM Ahli-Muda-III d), dan
Sdr. Asep (JF-PKM Ahli Muda- IIIc).
Pertanyaan :
Berapa angka kredit yang idberikan kepada masing-masing ketua dan anggota tim
advokasi ?
Contoh kasus (5) :
Pada Bulan Desember 2002, Pusat Promkes bekerja sama dengan Pusdiklat
Kesehatan menyelanggarakan Diklat JF-PKM Ahli dengan jumlah pelajaran 82 jam.
Sdr Bayuseno, SE, menyampaikan Materi Komunikasi Kesehatan selama 4 jam
pelajaran, Perilaku dan perubahannya 4 jam pelajaran. Materi dibuat dalam bentuk
makalah masing-masing 10 lembar, dan menggunakan media OHT (Over Head
Transparances) dan LCD proyektor.
Pertanyaan :
Berapa besar angka kredit yang diberikan kepada Sdrt. Bayuseno ?

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

369

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

VI.

370

Referensi :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;.
2. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 58/KEP/M.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Angka Kreditnya
3. SKB Menkes-Kesos & Ka BKN 1811/SKB/Menkes-Kesos/XII/2000 dan No.
164A/Tahun 2000
4. SK Menkes-Kesos No. 66/Kenkes-Kesos/I/2001.
5. SK Menkes No.131/Menkes/SK/II/2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI PENUNJANG
MEMBANGUN KOMITMEN PEMBELAJARAN
(BUILDING LEARNING COMMITMENT)

I.

Deskripsi Singkat
Dalam suatu pelatihan tatap muka, terutama pelatihan dalam kelas (in class training),
dimana bertemu sekelompok orang yang terdiri dari trainer/fasilitator, panitia dan
peserta latih belum saling mengenal sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda,
dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan, pengalaman, serta
sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak diantisipasi sejak awal
pelatihan kemungkinan akan mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki proses
pelatihan yang bisa berakibat pada kelancaran proses pembalajaran selanjutnya.
BLC pada suatu pelatihan sangatlah penting karena BLC adalah proses
mempersiapkan peserta mengikuti proses pembelajaran secara individual,kelompok
maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif, meliputi intelektual dan
emosional.

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menyusun suatu komitmen yang harus
disepakati dan dilaksanakan selama proses pelatihan.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Mengenal beberapa kriteria yang disepakati antara peserta, fasilitator dan
panitia.
2. Mencapai suasana pencairan diantara peserta, fasilitator dan panitia.
3. Merumuskan harapan harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan
4. Membangun kesepakatan bersama sehingga menjadi norma kelas yang
disepakati bersama.
5. Menetapkan kontrol kolektif terhadap pelaksanaan norma kelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

371

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut:
Pokok Bahasan 1.
Pokok Bahasan 2.
Pokok Bahasan 3.
Pokok Bahasan 4.

IV.

Perkenalan
Pencairan
Harapan kelas, kekhawatiran mencapai harapan dan
komitmen menjadi norma kelas
Kontrol kolektif.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (. jpl x 45
menit = menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Perkenalan (30 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode :
Dalam 5 menit pertama setiap peserta diminta berkenalan dengan peserta
lain sebanyak-banyaknya.
Meminta peserta yang berkenalan dengan jumlah peserta terbanyak, dan
dengan jumlah peserta paling sedikit untuk memperkenalkan temantemannya.
Meminta peserta yang belum disebut namanya untuk memperkenalkan diri,
sehingga seluruh peserta saling berkenalan.
Langkah 2.
Pencairan (30 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun melingkar.
b. Fasilitator meminta semua peserta duduk dikursi dan satu diantaranya duduk
ditengah lingkaran.
c. Peserta yang duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba, agar peserta
yang disebut identitasnya pindah duduk, misalnya dengan menyeru:Semua
peserta berbaju merah pindah Pada keadaan tersebut akan terjadi pertukaran
tempat duduk dan saling berebut. Hal tersebut menggambarkan suasana

372

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

storming, atau seperti badai yang merupakan tahap awal dari suatu
pembentukan kelompok.
d. Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan
identitas yang berbeda, misalnya peserta yang berkaca mata atau yang berbaju
batik dan lain-lain. Lakukan permainan tersebut selama 10 menit.
e. Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam permainan
tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta, agar terjadi proses yang
dinamis.
Langkah 3.
Merumuskan harapan terhadap pelatihan dan norma yang disepakati. (60 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang, kemudian
menjelaskan penugasan kelompok yaitu :
b. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga
menjadi harapan kelompok.
c. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Peserta
lainnya diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
d. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati
bersama.
e. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati kemudian fasilitator memandu
peserta untuk merumuskan norma kelas yang disepakati bersama. Peserta
difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan
komitmennya untuk metaati norma kelas tersebut.
Langkah 4.
Menentukan Kontrol Kolektif (20 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan
bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati.
Tuliskan hasil brainstorming dipapan flipchart agar bisa dibaca oleh semua
peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan
brainstorming.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

373

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming, sehingga dapat dirumuskan


sanksi yang disepakati kelas.
c. Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan dengan jelas rumusan
sanksi yang telah disepakati tersebut pada kertas flipchart serta menempelnya
didinding agar bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Langkah 5.
Penutupan sesi (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
b. Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
c. Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran sambil berpegangan
tangan, dan mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai harapan kelas dan
mematuhi norma yang telah disepakati.
d. Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
e. Fasilitator mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling bersalaman.
V.

Uraian Materi
Mengelola pelatihan orang dewasa dapat dikatakan gampang-gampang sulit. Betapa
tidak. Orang dewasa secara emperis sudah menguasai konsep atau pengetahuan
dengan caranya sendiri terlepas dari benar dan salah. Bahkan sekalipun salah biasanya
diyakini dengan ngotot bahwa itu yang paling baik dan benar. Mereka proteck diri
dan sulit menerima hal baru dari luar. Oleh karena itu perlu strategi khusus untuk
membuka dan membuat orang dewasa welcome atau care dengan informasi baru
Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing), karena berbagai hal dimana salah satunya adalah belum tentu
pelatihan yang diikuti merupakan pilihan pribadinya. Mungkin saja kehadirannya di
pelatihan karena terpaksa, menuruti perintah atasan atau tidak ada lagi calon lainnya,
dan ini sering terjadi pada pelatihan bagi pegawai institusi pemerintah. Mungkin juga
terjadi, pada saat pertama hadir sudah memiliki angapan merasa sudah tahu semua
yang akan dipelajari atau membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi.
Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan (unfreezing)
diantara semua komponen yang terlibat didalam pelatihan tersebut untuk mencoba
menghilangkan hambatan hambatan yang sudah disebutkan diatas tadi. Sebagai salah
satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal tersebut diatas adalah membangun
komitmen pembelajaran yang biasa disingkat dalam terminology BLC.

374

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Membangun komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk
mencairkan kebekuan tersebut. BLC bukan team building ataupun dinamika
kelompok, akan tetapi merupakan bagian kecil ataupun dapat disebutkan sebagai
entry point dari kedua proses tersebut.
BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan harapan mereka dalam
pelatihan ini, serta merumuskan nilai nilai dan norma yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah
terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai
harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan
pembauran nilai nilai yang dianut dan disepakati.
Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi,
mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya
norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya.
Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis. Keberhasilan
atau ketidak berhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses pembelajaran
selanjutnya.
Metode yang digunakan games/permainan, diskusi kelompok dan pleno. Dalam sesi
BLC, lebih banyak menggunakan metode games/ permainan, penugasan individu
dan diskusi kelompok. Hanya di akhir sesi ada ulasan singkat tentang materi yang
terkait dengan BLC.
Harapan
Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam
pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.
Dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.
Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya,
dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

375

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Kekhawatiran
Dalam pelatihan, ada kekhawatiran tidak dapat mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.
Komitmen
Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau
yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong
berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai macam cara
yang baik, efektif dan efisien.
Komitmen belajar/ pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/ kelompok/ kelas
(peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan
apa yang menjadi tujuan pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap orang
yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan
yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta
suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif
Norma
Merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian
menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari
hari kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang
kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok.
Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,
instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua
anggota kelompok(peserta, pelatih/ fasilitator dan panitia).
Kontrol Kolektif
Merupakan kesepakatan bersama untuk memelihara agar kesepakatan terhadap
norma kelas ditaati.
Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma
tidak ditaati atau dilanggar.

376

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

VI.

Referensi
Departemen Kesehatan RI, 2006. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Pendengaran.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Penglihatan.
Pusdiklat Departemen Kesehatan RI, 2001. Membangun Komitmen Belajar.
Lembar petunjuk penugasan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

377

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Lampiran
Lembar Kerja
Penugasan 1.
Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai harapan
tersebut, serta norma yang disepakati.
Tahap 1. Menentukan harapan kelompok.
- Peserta dibagi dalam kelompok kecil a 5-7 orang.
- Mula mula peserta bekerja secara individu.
- Secara sendiri sendiri setiap peserta mengidentifikasi apa yang menjadi
harapannya terhadap pelatihan ini.Tuliskan pada kertas catatan masing masing
3 harapan yang menjadi prioritas. Tuliskan juga kekhawatiran untuk mencapai
harapan
- Kemudian diskusikan harapan masing masing peserta dalam kelompok dipandu
oleh ketua kelompok.
- Dengan metode brainstorming setiap peserta menyampaikan pendapatnya
tentang usulan harapan kelompok berdasarkan hasil renungan dan analisis dari
harapan harapan semua anggota kelompok.
- Kelompok diharapkan dapat menentukan harapan kelompok dan kekhawatiran
sebagai hasil kesepakatan bersama.Setiap kelompok menentukan 3 harapan
yang menjadi prioritas kelompok.
- Tuliskan harapan kelompok dan kekhawatiran pada kertas flipchart.
Tahap 2. Menentukan harapan kelas.
- Setiap kelompok mempresentasikan harapan dan kekhawatiran kelompoknya .
- Fasilitator memandu brainstorming untuk menentukan harapan kelas berdasarkan
hasil analisis dari semua harapan kelompok dan kekhawatirannya
- Buat kesepakatan kelas untuk menentukan 5 harapan yang menjadi prioritas
kelas serta kekhawatiran mencapai harapan
- Tuliskan hasilnya pada kertas flipchart.

378

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Harapan
individu

Kekhawatiran

Harapan kelompok

Harapan
kelompok

Kekhawatiran

Harapan kelas

Tahap 3, Menentukan norma kelas


Dalam menentukan norma kelas, peserta difasilitasi untuk melakukan brainstorming.
Fasilitasi dapat dilakukan oleh fasilitator atau dipilih salah seorang dari peserta untuk
memandu kelas.
- Setiap peserta diminta mengemukakan pendapatnya tentang norma kelas
berdasarkan harapan kelas yang sudah disepakati (norma untuk mencapai
harapan kelas)
- Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart agar terbaca oleh semua orang.
Dapat juga dengan mengetik di komputer dan ditayangkan.
- Pendapat peserta tidak boleh dikomentari dahulu.
- Setelah semua pendapat peserta tertulis, kemudian dikompilasi/dipilah , yaitu
pendapat yang serupa digabung jadi satu.
- Hasil penggabungan kemudian dibahas, sehingga menjadi beberapa butir norma.
- Buatlah kesepakatan bersama dan menjadikannya sebagai norma kelas yang
harus ditaati.
- Tuliskan norma kelas yang sudah disepakati pada kertas flipchart dan tempelkan
di dinding agar dapat dibaca semua orang.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

379

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Norma Kelas yang disepakati


Norma yang disepakati

Norma yang disepakati

Lembar Penugasan 2. Menentukan Kontrol Kolektif


Peserta kembali ke dalam kelompok kecil
Norma yang di sepakati dibahas untuk ditentukan apa kontrol kolektif apabila ada
yang tidak mentaati norma kelas
Hasil kelompok kemudian di presentasikan
Fasilitator memandu peserta untuk menentukan control kolektif yang disepakati
bersama (kelas). Tuliskan hasil kesepakatan kontrol kolektif pada kertas flipchart.

Kontrol Kolektif

Norma

380

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

MATERI PENUNJANG
RENCANA TINDAK LANJUT

I.

Deskripsi Singkat
Secara makro bahwa proses pembelajaran dikelas adalah langkah awal dalam
memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap & perilaku dan psikomotor terkait dengan
substansi materi diklat, kemudian langkah berikutnya upaya menerapkan kompetensi
tersebut ditempat kerja peserta latih. Seluruh kompetensi yang diperoleh dalam dalam
kelas, akan mubazir jika tidak diimplementasikan di tempat kerja. Segera setelah
peserta latih tiba di instansi asal, mereka dibebani tugas dan tanggungjawab yang
tertunda selama meninggalkan pelatihan, lalu kemudian, mereka sibuk mengerjakan
tugas tersebut. Sementara berkas berkas pelatihan mungkin saja terabaikan dan
bisa jadi terlupakan.
Untuk mengantisipasi kemunginan terjadinya masalah tersebut, rencana tindak
lanjut (RTL) perlu disiapkan sebagai salah satu materi pelatihan penunjang sehingga
mempunyai dampak positif bagi peningkatan metode kerja dan ethos kerja mantan
peserta latih untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Selanjutnya dampak ini
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ditanah air kita.
Rencana Tindak Lanjut berupa rumusan (item item) rencana kegiatan terkait pelatihan
harus dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih masih menyadari masih
ada tugas tambahan yang harus dikerjakan setelah bertugas kembali ditempat
kerjanya.
Rencana kegiatan paska pelatihan harus dirumuskan secara seksana, dengan
mempertimbangkan kesiapan sarana prasarana, sdm dan biaya ditempat tugas serta
metode pendekatan yang perlu ditempuh agar rumusan Rencana Tindak Lanjut dapat
direalisir sebagamana mestinya .
Masing-masing jenis kegitan dalam Rencana Tindak Lanjut dijabarkan kedalam
variable tujuan, sasaran, cara melaksanakan, tempat dan waktu, pelaksana, sumber
biaya dan indokator keberhasilan sehingga terlihat suatu perencanaan yang selektif,
perioritas dan realistis

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

381

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

II.

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu merumuskan rencana kegiatan
pelatihan paska pelatihan.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Rencana Tindak Lanjut,
2. Menjelaskan ciri-ciri Rencana Tindak Lanjut
3. Menjelaskan tujuan penyusunan Rencana Tindak Lanjut
4. Menjelaskan ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut
5. Menyusun Rencana Tindak Lanjut paska pelatihan.

III.

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan berikut:
Pokok bahasan 1. Pengertian Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 2. Ciri-ciri Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 3. Tujuan penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 4. Ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut
Pokok bahasan 5. Cara penyusunan Rencana Tindak Lanjut

IV.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini menguraikan tentang kegiatan fasilitator
dan peserta dalam proses pembelajaran selama sesi ini berlangsung (2Jpl: 2 x 45
menit = 90 menit), adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Kegiatan bina situasi kelas
Memperkenalkan diri
Menyampaikan ruang lingkup bahasan
2) Menanyakan dan menggali pendapat peserta latih tentang pengertian mereka
tentang Rencana Tindak Lanjut
b. Kegiatan
1)
2)
3)

382

peserta
Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan
Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 2
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Penyampaian materi sub pokok bahasan 1, tentang pengertian Rencana
Tindak Lanjut secara umum, dan menjelaskan rencana rencana kegiatan
paska pelatihan.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.
Langkah 3
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan2, tentang tujuan penyusunan
Rencana Tindak Lanjut
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting
Langkah 4
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitor.
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan3, tentang Ciri-ciri yang harus
dimiliki Rencana Tindak Lanjut
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

383

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Kegiatan peserta.
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
Langkah 5
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan4, tentang Ruang lingkup Rencana
Tindak Lanjut
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
Langkah 6
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan5, tentang Cara penyusunan
Rencana Tindak Lanjut , dan menjelaskan perbedaan rumusan Rencana
Tindak Lanjut kelompok di kelas dengan Rencana Tindak Lanjut resmi paska
pelatihan.
2) Meminta kelas untuk membentuk kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan
asal jumlah propinsi atau instansi sejenis, serta memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
3) Meminta masing-masing kelompok merumuskan Rencana Tindak Lanjut
yang mengacu pada variable Rencana Tindak Lanjut yang diberikan serta
menuliskan hasil-hasil diskusi kelompoknya kedalam flipchart atau dengan
laptop
4) Memberikan bimbingan tentang jalannya proses diskusi
b. Kegiatan peserta.
1) Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan penyaji serta
melakukan diskusi sesuai dengan bimbingan fasilitator.
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
3) Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart atau laptop.
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

384

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

Langkah 7
Penutup
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan nara sumber
1) Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu dan
perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi berlangsung,
2) Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan
selama proses pembelajaran.
3) Mengucapkan salam penutup sesi
b. Kegiatan peserta.
1) Memberi sahutan atas ucapan salam fasilitator
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh
narasumber dalam selembar kertas

V.

Uraian Materi
Rencana tindak lanjut (RTL) menjadi materi penunjang dalam suatu pelatihan, dan
disampaikan diakhir sesi pembelajaran. Materi ini sangat penting, untuk merefleksikan
kembali kompetensi diklat yang diperoleh dikelas ditempat kerja. Pada saat dikelas
(sesi terakhir), Rencana Tindak Lanjut dipersiapkan dalam bentuk rumusan format
standar, lalu setelah tiba ditempat tugas. Rencana Tindak Lanjut disusun sendiri oleh
mantan peserta latih sebagai dokumen resmi yang akan dilaporkan kepada atasan
mantan peserta latih.
Pokok bahasan 1.
PENGERTIAN RENCANA TINDAK LANJUT
Pada Diklat Indonesian Australian - Specialist Training Project, 2010 ( IA-STP) istilah
rencana tindak lanjut disebut rencana aksi, yakni suatu rencana mantan peserta latih
ditempat tugas tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam hubungannya
penerapan kompetensi yang diperoleh dari pelatihan. Kompetensi pelatihan berupa
kemampuan bidang pengetahuan. sikap dan perilaku serta psikomotor sangat
diharapkan dapat diimplementasikan ditempat kerja sehingga memberi manfaat bagi
instansi peserta latih. Rencana kegiatan Rencana Tindak Lanjut dapat mencakup
antara lain :
a. Sosialisasi terhadap teman sekerja, atasan dan atau instansi mantan peserta latih
untuk menjadi pemahaman dan pertimbangan dalam merencanakan penerapan
kompetensi materi pelatihan ditempat kerjanya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

385

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Penerapan kompetensi materi pelatihan berupa pengetahuan, sikap dan perilaku


serta psikomotor pada metode atau prosedur kerja terkait tugas pokok dan fungsi
mantan peserta latih,
c. Perencanaan pengadaan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam merealisasikan
penerapan kompetensi pelatihan baik berupa ruangan kerja, perangkat keras
seperti komputer dan laptop maupun perangkat lunak pendukungnya serta
instrumen lain yang diperlukan.
d. Perencanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis sehingga jumlah penyandang kompetensi lebih banyak dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi di instansi mantan peserta latih.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan (sesi terakhir, di kelas) adalah
perumusan Rencana Tindak Lanjut menurut format standar yang dilakukan dengan
cara diskusi kelompok diantara peserta latih (kelompok dibagi menurut instansi
sejenis atau perpropinsi). Melalui diskusi kelompok, rumusan rencana kegiatan
yang dihasilkan akan lebih banyak, akan tetapi perlu diketahui bahwa seluruh
rencana kegiatan tersebut cocok atau dapat diterapkan secara individual, karena
kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar belakangi kondisi dan situasi yang
berbeda, seperti komitmen pimpinan instansi serta kesiapan daya dukung tenaga
dan sarana & prasarana yang tersedia.
Rumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan hendaknya dituangkan dalam
tabel yang memuat variabel ; Jenis kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan,
metode/cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, tempat dan waktu pelaksanaan
serta rincian alokasi biaya.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan dikerjakan secara individual
oleh setiap mantan peserta latih. Rumusan rencana kegiatan diperoleh dengan cara
menseleksi hasil rumusan Rencana Tindak Lanjut perkelompok pada saat masih
dikelas. Seleksi atas hasil rumusan Rencana Tindak Lanjut perkelompok tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan situasi yang ada pada instansi
mantan peserta latih, sebagai berikut :
a. Penerapan kompetensi dapat menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah
prioritas organisasi tempat tugas mantan peserta latih sehingga menimbulkan
komitmen yang tinggi dari pimpinan.
b. Pelaksanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis di instansi mantan peserta latih, memiliki daya ungkit yang tinggi untuk
mempercepat menanggulangi masalah prioritas

386

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

c. Tersedianya sumberdaya kesehatan pada instansi mantan peserta latih seperti


kesiapan tenaga pelaksana kegiatan serta sarana dan prasarana penunjang,
Rumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan disusun dengan mengacu
pada dokumen resmi sesuai dengan outline, yang terdiri dari ; Latar belakang, tujuan
kegiatan, sasaran, metodologi / cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, waktu
dan tempat serta biaya. Selanjutnya rumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat
pelatihan disertakan sebagai lampiran. Hal penting lain tentang tentang latarbelakang
tersebut adalah dikemukakannya peraturan per undang undangan sebagai landasan
pelaksanaan kegiatan khususnya dalam peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
untuk melaksanakan tupoksi serta uraian tentang kontribusi peran kompetensi yang
diperoleh dari pelatihan menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah prioritas
organisasi tempat tugas mantan peserta.
Dengan demikian rumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan ini
dianggap sebagai laporan resmi dalam mengikuti pelatihan, diajukan sebagai
pertanggungjawaban kepada atasan serta sebagai suatu dokumen resmi tentang
rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah diklat ditempat asal instansi peserta
latih, atau rumusan Rencana Tindak Lanjut ini dapat dimanfaatkan sebagai bagian
dari bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana umum asal instansi peserta
latih yang dibuat tiap awal tahun anggaran
Pokok Bahasan 2.
CIRI CIRI RENCANA TINDAK LANJUT
Dalam merumuskan rencana kegiatan dalam suatu Rencana Tindak Lanjut, hendaknya
kegiatan-kegiatan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi keritaria
sebagai berikut :
a. Sederhana dan spesifik :
Sederhana artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana
Tindak Lanjut hendaknya mudah dilaksanakan, yakni metodenya sederhana,
dibuat mudah dilakukan dan tidak mewah (biaya pengadaan atau pelaksanaan
kegitannya tidak mahal) sehingga penerapannya tidak menimbulkan kesulitan
bagi pelaksana atau tidak menimbulkan kecemburuan dari lingkungan sendiri
atau masyarakat.
Spesifik artinya rencana kegiatannya tidak mengambang, tapi bersifat khusus.
Kegiatan spesifik merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pokok, misalnya
pada diagnosis penyakit sebagai kegiatan pokoknya, maka kegiatan spesifiknya
kegiatan seperti; anamnese, pemeriksaan klinis, konfirmasi laboratorium dan lainlain.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

387

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

b. Measurable
Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan ukuran
seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses seperti trend
yang menurun / meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate & ratio.
Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja dilakukan terhadap seluruh
atau 5 orang perawat puskesmas.
c. Achievable.
Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka tujuan
kegiatan akan dapat dicapai. Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat
kerja bertujuan agar setiap perawat juga memiliki kompetensi yang sejenis yaitu
terampil melaksanakan akupresur terhadap pasien apabila mantan peserta latih
tidak berada ditempat. Dengan demikian tujuan menggantikan peran mantan
peserta latih dapat dicapai sekalipun yang bersanhkutan berhalangan.
d. Relevant
Relevant artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi
pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih ditempat kerja.
Sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja adalah kompetensi diklat mantan
peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerja dalam kaitannya dengan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
e. Timely
Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana Tindak
Lanjut tepat waktunya dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.
Penerapan kegiatan akupresure ditempat kerja merupakan program Yankestrad
sebagaimana yang tertera dalam Renstra Kementerian Kesehatan RI 2010
2014.
Pokok Bahasan 3.
Tujuan RENCANA TINDAK LANJUT
Tujuan akhir dari Rencana Tindak Lanjut adalah peningkatan kinerja khususnya
peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya.
Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan penerapan kompetensi sebagai suatu
standar proses. Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berdasarkan
standar proses yang meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan dan

388

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

derajat kesehatan masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir tersebut, secara spesifik
tujuan Rencana Tindak Lanjut adalah sebagai berikut :
a. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi diklat yang
diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
b. Diketahuinya metode / cara pelaksanaan rencana kegiatan tentang penerapan
kompetensi diklat yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
Kemudian dapat ditambahkan bahwa rencana kegitan yang tercantum Rencana
Tindak Lanjut merupakan indikator penilaian pada waktu melakukan evaluasi paska
pelatihan (EPP).
Pokok Bahasan 4.
RUANG LINGKUP RENCANA TINDAK LANJUT
Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup :
a. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
b. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai
c. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan
d. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan
e. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
f. Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap kegiatan
g. Menetapkan besar biaya dan sumbernya.
Pokok bahasan 5.
CARA PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT
Sebagaimana telah dikemukakan dalam pokok bahasan pengertian Rencana Tindak
Lanjut yakni terdapat 2 jenis Rencana Tindak Lanjut, pertama Rencana Tindak Lanjut
pada saat Pelatihan dan yang kedua Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan dilakukan pada sesi terakhir
didalam kelas ) dengan dipandu oleh fasilitator. Rencana Tindak Lanjut dirumuskan
dengan cara berdiskusi ( kelompok dibagi menurut instansi sejenis atau perpropinsi ).
Rencana Tindak Lanjut dirumuskan menurut format standar sebagai berikut :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

389

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

No

Jenis
kegiatan

Tujuan
kegiatan

Sasaran
kegiatan

Cara
pelaksanaan

Tim
Pelaksana

Tempat

Waktu

Biaya

1
2
3
4

a. Cara penentuan jenis rencana kegiatan,


Dalam menentukan rencana kegiatan, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1)
Identifikasi masalah ditempat kantor anda, yang dengan melihat
kesenjangan antara capaian dengan target / tujuan yang telah ditetapkan,
yaitu dengan melihat laporan tahunan atau profil kesehatan.

390

2)

Tetapkan masalah prioritas. Jika masalah prioritas dalam tidak


dicantumkan laporan atau profil tersebut, maka tetapkan masalah
prioritas (masalah urgen, serius, dan perkembangannya memburuk),
dengan cara memberi nilai / bobot pada setiap masalah yang diidentifikasi,
kemudian tentukan pada score paling tinggi ( inilah masalah prioritas )

3)

Tentukan penyebab masalah prioritas yang dikarenakan kealpaan


kompetensi SDM dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mantan
peserta latih.

4)

Pilih rencana kegiatan yang dapat ditanggulangi atau diminimalisir


dengan penerapan kompetensi diklat mantan peserta latih

5)

Rancang tahapan rencana kegiatan penerapan kompetensi yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh
untuk penerapan kompertensi baru disuatu instansi baru, tahapan
kegiatannya antara lain :
- Sosialisasi kompetensi / keterampilan baru kepada atasan, teman
sekerja dan pimpinan intansi
- Pengadaan sarana dan prasarana fisik penunjang rencana kegiatan
seperti ruangan khusus, perangkat keras ( komputer dan asesorisnya)
serta perangkat lunak yang diperlukan
- Pelaksanaan pelatihan sejenis atau pelatihan teknis terkait transfer
of competency
- Evaluasi penerapan kompetensi mantan peserta latih

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

6)

Usulkan rencana kegiatan terpilih dalam diskusi kelompok/rumusan


rencana kegiatan yang dihasilkan akan banyak dalam suatu diskusi
kelompok, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar
belakangi kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen pimpinan
instansi serta kesiapan daya dukung tenaga dan sarana dan prasarana
yang tersedia.

b. Cara penetapan tujuan kegiatan,


Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dicapai dan dalam waktu tertentu.
Kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang direncanakan
dikaitkan dengan harapan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan. Biasanya
keinginan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan cukup dinyatakan dalam
capaian indikator proses. Misalnya tujuan pelaksanaan pelatihan sejenis
(kompetensi mantan peserta latih ), bertujuan seluruh agar perawat puskesmas
terampil melaksanakan pijat akupresur.
c. Cara penetapan sasaran kegiatan,
Sasaran kegiatan adalah seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi
objek kegiatan yang direncanakan dan dinyatakan dalam satuan jumlah
orang
d. Cara penetapan metode/cara pelaksanaan kegiatan,
Metode/cara pelaksanaan kegiatan adalah bagaimana kegiatan tersebut
dilaksanakan. Misalnya ; Jika jenis kegiatan sosialisasi, maka cara
pelaksanaannya dengan pertemuan / tatap muka. Pada kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana, maka cara pelaksanaannya dengan penunjukan
langsung atau pelelangan barang / jasa oleh panita dan seterusnya.
e. Cara penetapan tim pelaksana,
Penetapan tim pelaksana dengan dilakukan menginventarisir kalangan
struktural dan staf terkait jenis kegiatan yang direncanakan. Keikutsertaan
dalam tim pelaksana ini sangat sensitive kerana berhubungan dengan
kesejahteraan dan keadilan, Dengan demikian pemilihan tim pelaksana
sebaiknya dikonsultasikan dengan atasan dan pimpinan institusi. Hal penting
yang perlu diperhatikan mengajukan timpelaksana ini adalah kemampuan,
dedikasi dan kerjasama
f.

Cara penetapan tempat


Prinsif efektifitas dalam arti tempat yang dipilih memiliki daya dukung yang
optimal dalam penyelenggaraan kegiatan, serta efisien dan hemat sesuai
dengan alokasi biaya agar tidak menimbulkan keresahan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

391

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

g. Cara penetapan waktu pelaksanaan


Tetapkan waktu yang memastikan bahwa seluruh pejabat dan staf yang
terlibat, hadir dan berkontribusi maksimal dalam penyelenggaraan kegiatan.
Untuk itu perlu penjajakan dan konfirmasi sebelumnya. Penetapan waktu
yang baik adalah dengan dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan yang fit,
dan diinformasikan selumnya, sehingga memastikan tim pelaksana dapat
bertugas sebagaimana mestinya.
h. Cara perkiraan alokasi biaya
Rancangan biaya harus logis dan realitis, sesuai item-item kegiatan yang
dibutuhkan. pospos pengeluaran mengacu pada daftar harga yang
ditetapkan fihak yang berwenang.
Rumusan kegiatan ad.a. sampai dengan ad.h diusulkan dalam diskusi
kelompok, untuk dimasukkan dalam format standar. Rencana Tindak Lanjut
bentuk format standar ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
menyusun Rencana Tindak Lanjut resmi pasca pelatihan secara individual.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
Sebagai kelanjutan perumusan Rencana Tindak Lanjut kelompok, maka
disusun Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan dikerjakan secara
individual oleh setiap mantan.
Cara perumusan Rencana Tindak Lanjut ini sama dengan perumusan
Rencana Tindak Lanjut kelompok, akan tetapi cara penyusunan dalam bentuk
narasi (variabelnya diurut dari atas ke bawah / tidak lagi berbentuk tabel ).
Selanjutnya dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan lain sesuai dengan
kondisi dan situasi instansi tempat kerja sebagai berikut :
a.
Konfirmasikan hasil identifikasi masalah, penetapan masalah prioritas,
penyebab masalah sampai dengan penetapan usulan rencana telah
anda lakukan dengan atasan anda (lihat perumusan Rencana Tindak
Lanjut dikelas )
b.
Catat saran atasan dan teman-teman sekerja serta masukan Rencana
Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
c.
Susun Rencana Tindak Lanjut Resmi Paska Pelatihan, dengan
sistematika sebagai berikut
1) Cover, Daftar Isi
2) Latar belakang,
(Kemukakan peraturan per undang-undangan yang melandasi
pelaksanaan rencana kegiatan yang anda usulkan, kemudian uraikan

392

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

d.

VI.

masalah prioritas terkait dengan pelaksanaan tupoksi anda, serta


peran kompetensi anda untuk menanggulangi dan meminimalisir
masalah priritas tersebut)
3) Tujuan kegiatan,
4) Sasaran,
5) Metodologi/cara pelaksanaan kegiatan,
6) Tim pelaksana,
7) Waktu
8) Tempat serta biaya.
9) Lampiran
(lampirkan instrumen pendukung materi)
Laporkan kepada atasan sebagai pertanggungan jawab pelaksanaan
tugas mengikuti pelatihan

Referensi
1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat
SDM Kesehatan ; Jakarta ; 2009
2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit
Surveilans ; Jakarta ; 2008
3. ---------------------------------- ; Modul 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit
Kanker ; Direktorat PTM ; Jakarta ; 2007
4. Departemen Kesehatan RI ; Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan
Berorientasi Pembelajaran ; Pusdiklatkes- BPP-SDM ; Jakarta; 2004
5. Indonesian-Australian Spesialist Project ( IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga
Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

393

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

LAMPIRAN LAMPIRAN
1. Bahan belajar dalam bentuk power point
2. Instrumen perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
3. Sistematika penyunan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan

394

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

TIM PENYUSUN
PENGARAH
dr. Lily S Sulistyowati, MM

PENANGGUNGJAWAB
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes

TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR


Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes; Dr. Drs. Nana Mulyana, M.Kes; drg. Rarit Gempari, MARS
Dra. Herawati, MA; Dra. Enny Wahyu Lestari, M.Sc ; Tati Nuryati, SKM, M.Kes
Haslinda Daulay, SE, MSi; Zuraidah Thoha, SKM, MPH; Irmawati Pasaribu, SE, M.Si
drg. Ramadanura, MPHM; Intan Endang Sonatha, SKM, MKM; drg. Widyawati Garini, M.Kes
drg. Ery Heryati Zulkifli, M.Kes; Yono Mulyana, SH, M.Kes; Bayu Aji, SE, MSc.PH
Adhi Dharmawan Tato, SKM, MPH; Abdullah Hakiki; drg. Roswita Hudaybiah Siregar
Cahyaningrum Kusumastuti Handayani, SKM; Meylina Puspitasari, SKM

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

395

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama


Bagi Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Terampil

396

KEMENTERIAN KESEHATAN RI - PUSAT PROMOSI KESEHATAN - PUSDIKLAT APARATUR

Anda mungkin juga menyukai