REPUBLIK INDONESIA
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Modul Pelatihan
PENGANGKATAN PERTAMA
JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH
KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)
TERAMPIL
KATA PENGANTAR
ii
SAMBUTAN
KEPALA PUSDIKLAT APARATUR
iii
Suhardjono, SE, MM
iv
DAFTAR ISI
iii
ix
Materi Dasar I
Kebijakan Diklat Aparatur Kesehatan .........................................................
10
11
11
12
12
15
Materi Dasar 2
Kebijakan Pembangunan Kesehatan dan Promosi Kesehatan .................
I.
16
16
16
17
17
18
Materi Dasar 3
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat ..............................
I.
31
31
32
32
32
34
40
Materi Dasar 4
Etika Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat ..........................................
I.
41
41
41
41
42
44
Materi Inti 1
Persiapan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ...............................
I.
vi
55
55
55
56
57
59
82
Materi Inti 2
Pelaksanaan Advokasi Kesehatan ..............................................................
I.
83
83
84
84
84
87
117
Materi Inti 3
Penggalangan Dukungan Sosial .................................................................
I.
119
119
120
120
121
123
166
Materi Inti 4
Pelaksanaan Penyuluhan untuk Pemberdayaan Masyarakat .....................
I.
167
167
167
168
169
173
228
Materi Inti 5
Karya Tulis/Karya Ilmiah Bidang Kesehatan ...............................................
I.
229
229
229
230
230
232
242
vii
Materi Inti 6
Teknologi Tepat Guna di Bidang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ......
I.
243
243
244
244
244
244
245
246
326
Materi Inti 7
Penghitungan Angka Kredit dan Pengajuan DUPAK ..................................
I.
331
331
332
332
333
335
370
Materi Penunjang
viii
371
381
NO
MATERI
MATERI DASAR
1. Kebijakan Diklat Aparatur Kesehatan
2. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
dan Promosi Kesehatan
3. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat
4. Etika Profesi Penyuluh Kesehatan
Masyarakat
SUB TOTAL
MATERI INTI
1. Persiapan Kegiatan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
2. Pelaksanaan Advokasi Kesehatan
3. Penggalangan Dukungan Sosial
4. Pelaksanaan Penyuluhan untuk
Pemberdayaan Masyarakat
5. Karya Tulis/Karya Ilmiah Bidang
Kesehatan
6. Teknologi Tepat Guna di Bidang
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
7. Penghitungan Angka Kredit dan
Pengajuan DUPAK
SUB TOTAL
MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar
2. Rencana Tindak Lanjut
SUB TOTAL
TOTAL
ALOKASI WAKTU
P
PL
JUMLAH
5
2
2
12
4
4
17
6
6
19
10
18
48
74
3
2
3
2
26
53
87
KETERANGAN :
T = Teori; P = Penugasan; PL = Praktik Lapangan; 1 JPL @ 45 Menit
ix
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DIKLAT
APARATUR KESEHATAN
UUD 1945
SETIAP ORANG BERHAK
MEMPERTAHANKAN HIDUP DAN
KEHIDUPANNYA
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
KESEHATAN ADALAH
HAK AZASI MANUSIA
1. Bangnas wawasan
kesehatan.
2. Pemberdayaan
Masyarakat &
daerah
3. Pengembangan
upaya & pembiayaan
kesehatan.
4. Pengembangan
& pemberdayaan
SDM-Kesehatan
UPAYA POKOK
STRATEGI
NO
1
2
3
4
SASARAN
INDKT
2009
UHH
69
IMR
32,3
MMR
262
KR GIZI
26
2025
73,7
15,5
74
9.5
TUJUAN BANGKES
PRO RAKYAT
EFEKTIF
MISI
NILAI
INKLUSIF
VISI
Masyarakat sehat
yang Mandiri dan
Berkeadilan
RESPONSIF
BERSIH
PROGRAM BADAN
PPSDM KES
VISI
MASYARAKAT SEHAT YANG
MANDIRI DAN BERKEADILAN
MISI
1. Meningkatkan derajat Kesmas melalui pemberdayaan masyarakat
2. Melindungi Kesmas dgn menjamin tersedianya upaya kes yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan SDMKes
4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
STRATEGI UTAMA
PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2010 - 2014
GENERIK
1. Dukungan manajemen & pelaksanaan tugas teknis lainnya
2. Peningkatan pengawasan & akuntabilitas aparatur kemenkes
3. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan
4. Penelitian dan pengembangan kesehatan
TEKNIS
1. Bina gizi & kes ibu anak
2. Pembinaan upaya kesehatan
3. Pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan
4. Kefarmasian & alkes
5. PPSDMKES
INDIKATOR KEBERHASILAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN (WHO)
MASALAH SDMKES
OUTCOME
STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
(PERMENKES Nomor 1144 Tahun 2010)
Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan
Sekretariat Badan
PPSDM Kesehatan
Pusat
Perencanaan &
Pendayagunaan
SDM Kesehatan
Pusat
Pendidikan
& Pelatihan
Aparatur
Pusat Pendidikan
& Pelatihan
Tenaga Kesehatan
Pusat
Standarisasi,
Sertifikasi & Dikjut
SDM Kesehatan
PROGRAM
/KEGIATAN
PUSDIKLAT
APARATUR
OUTCOME/
INPUT
Meningkatnya
Pendidikan
dan Pelatihan
Aparatur
TARGET
INDIKATOR
2010
1. pelatihan bagi
aparatur yang
terakreditasi
2. lembaga unit
pelatihan kesehatan
yang terakreditasi
3. aparatur yang
telah mengikuti
pelatihan
penjenjangan,
fungsional, dan
manajemen
kesehatan
2014
120
180
5000
25000
TARGET
INDIKATOR KINERJA
2011
1. pelatihan bagi aparatur yang
terakreditasi
2. lembaga unit pelatihan
kesehatan yang terakreditasi
3. aparatur yang telah mengikuti
pelatihan penjenjangan,
fungsional, dan manajemen
kesehatan
2012
2013
2014
140
150
160
180
10
13
10000
15000
20000
25000
UNIT KERJA
PROFESI
TUGAS POKOK
& FUNGSI
JABFUNG
KINERJA
AKTUAL
GAP
PROGRAM
STANDAR
KOMPETENSI
KEGIATAN
PELAYANAN
10
STANDAR
PELAYANAN
KINERJA
OPTIMAL
KEBUTUHAN
DIKLAT
KEBUTUHAN DIKLAT
11
KEBIJAKAN DIKLAT
Menetapkan arah kebijakan dan mengkoordinasikan seluruh aspek perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pelatihan
Perencanaan: Koordinasi dan sinkronisasi kebutuhan diklat sesuai kebutuhan
program kesehatan
Pelaksanaan: melaksanakan TOT,pelatihan2 strategis/ berskala nasional dan
internasional meliputi pelatihan teknis, fungsional, kepemimpinan, penjenjangan, dan
manajemen kesehatan.
Pengendalian: pengendalian mutu institusi diklat kes dan pelatihan kesehatan
IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT
PERENCANAAN DIKLAT
PENGEMBANGAN DIKLAT
menyampaikan pelatihan ke
seluruh provinsi, penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih (TOT), memantau pelatihanpelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes di propinsi
12
IMPLEMENTASI TUGAS
DALAM MANAJEMEN DIKLAT
PEMBINAAN DIKLAT
Akreditasi dan sertifikasi terhadap: institusi diklat kesehatan (pemerintah dan non
pemerintah), dan kegiatan pelatihan
KOMPETENSI
13
KOMPETENSI DASAR
kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat struktural.
KOMPETENSI BIDANG
kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural
sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya
KOMPETENSI KHUSUS
kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat struktural dalam
mengemban tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan
jabatan
14
KEGIATAN PRIORITAS
DI BIDANG DIKLAT APARATUR
Melatih para pelatih dilingkungan Unit Teknis Kemenkes tentang kediklatan aparatur,
meliputi: TPPK, TOC, MOT, TNA, Akreditasi Pelatihan, EPP.
Revitalisasi peran institusi diklat kesehatan daerah (kolaborasi antara pusat dan
daerah) _ sbg penyelenggara pelatihan2 skala nasional, penguatan thd SDM diklat
dan sarana serta prasarana diklat
Pengembangan Unit Fungsional Diklat di Kab/ Kota _ sbg unit yang bertanggung
jawab dalam pengembangan SDM Kes kab/ kota melalui pelatihan
Pendataan kegiatan pelatihan yang akan dan sudah dilaksanakan lengkap untuk
tiap jenis diklat dan biodata lengkap peserta yg sudah dilatih _ untuk mendukung
ketersediaan data diklat (sistim informasi diklat)
15
MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DAN PROMOSI KESEHATAN
I.
Deskripsi Singkat
Sehat merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi salah satu faktor penentu
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehat juga merupakan modal utama manusia
untuk dapat melakukan perannya di bidang pembangunan ekonomi dan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, telah ditetapkan bahwa arah pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka panjang adalah terwujudnya Indonesia
Sehat tahun 2025, dimana masyarakat hidup dalam lingkungan yang sehat, perilaku
masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta mampu mengakses pelayanan
kesehatan yang bermutu.
Untuk mencapai visi Indonesia Sehat Tahun 2025 tersebut, maka faktor perilaku
masyarakat mempunyai determinan utama dalam pembangunan kesehatan.
Perilaku tersebut meliputi upaya mewujudkan lingkungan yang sehat, proaktif dalam
memelihara kesehatannya serta akses dalam pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sehubungan dengan itu, intervensi perilaku terhadap peningkatan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat melalui promosi kesehatan merupakan upaya yang
strategis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan baik
dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan maupun dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Ruang lingkup materi yang akan dibahas
pada sesi ini meliputi: kebijakan pembangunan kesehatan dan kebijakan promosi
kesehatan.
II.
16
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu memahami Kebijakan
Pembangunan Kesehatan, Kebijakan Kementerian Kesehatan dan Kebijakan
Promosi Kesehatan.
B.
III.
IV.
17
Langkah 3.
Kebijakan dan Peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan tahun
2010-2014 (25 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang pengertian, tujuan dan sasaran
promosi kesehatan.
b. Fasilitator merangkum hasil curah pendapat tersebut selanjutnya menyampaikan
penegasan singkat melalui penayangan slide
c. Fasilitator menjelaskan visi dan misi promosi kesehatan
d. Fasilitator menjelaskan kebijakan umum promosi kesehatan
e. Fasilitator menjelaskan pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai
tujuan pembangunan kesehatan
Langkah 4
Indikator kinerja utama kegiatan promosi kesehatan tahun 2010-2014 (20 menit)
Langkah pembelajaran :
a. Fasilitator menjelaskan indikator kinerja utama promosi kesehatan
b. Fasilitator menjelaskan strategi promosi kesehatan
c. Fasilitator menjelaskan kegiatan pokok promosi kesehatan
d. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk menyampaikan materi
yang kurang dipahami.
e. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap pertanyaan atau klarifikasi yang
disampaikan oleh peserta latih.
Langkah 5
Kesimpulan (10 menit)
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Pada akhir sesi, fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat
serta harapan agar peserta dapat mengikuti pelatihan ini dari awal sampai akhir
dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa senang.
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan
A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia telah mengalami peningkatan, hal ini
terlihat dari menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi
anak balita serta meningkatnya umur harapan hidup. Meskipun demikian upaya
18
19
20
c.
d.
e.
21
Pokok Bahasan 2.
Kebijakan dan peran promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan
tahun 2010-2014
A. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (SK Menkes No. 1193/Menkes/SK/X/2004)
B. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah:
Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya
C. Visi Promosi Kesehatan
Individu, keluarga dan masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka: a) mencegah timbulnya penyakit dan
masalah kesehatan lain; b) menanggulangi penyakit dan masalah-masalah
kesehatan lain dalam rangka menigkatkan derajat kesehatan; c) memanfaatkan
pelayanan kesehatan; d) mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat
D. Misi Promosi Kesehatan
a. Memberdayakan
individu,
keluarga,
kelompok-kelompok
dalam
masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun melalui
pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
b. Membina suasana dan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS
masyarakat.
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan, penentu kebijakan serta pihakpihak lain yang berkepentingan dalam rangka: mendorong diberlakukannya
kebijakan publik berwawasan kesehatan, mengintegrasikan promosi
kesehatan khusunya pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan, meningkatkan kemitraan antara pemerintah pusat dengan daerah
dan masyarakat termasuk LSM dan dunia usaha, meningkatkan investasi
dalam promosi kesehatan dan bidang kesehatan.
22
23
f.
25
f.
26
27
2).
3).
28
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, yaitu desa dan kelurahan
yang:
Sudah memiliki Forum Masyarakat Desa dan Kelurahan yang berjalan
secara rutin, setiap tri-wulan.
Sudah memiliki Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif antara enam sampai delapan orang.
Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
Sudah memiliki Posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.
Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa atau
kelurahan serta mendapat dukungan dana dari masyarakat dan
dunia usaha.
Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari dua ormas
dalam kegiatan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau
kelurahan yang melandasi dan mengatur pengembangan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif.
Minimal 40 persen rumah tangga di Desa dan Kelurahan mendapat
pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
4).
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
1.
Forum Desa /
Kelurahan
Ada, tetapi
belum berjalan
Berjalan, tetapi
belum rutin setiap
tri-wulan
Berjalan
setiap Tri-wulan
Berjalan
setiap bulan
2.
KPM/Kader
Sudah ada 9
orang atau lebih
3.
kemudahan
Akses
Pelayanan
Kesehatan
Dasar
Ya
Ya
Ya
Ya
4.
Posyandu &
UKBM lainnya
aktif
Posyandu ya,
UKBM lainnya
tidak aktif
Posyandu &
2 UKBM lainnya
aktif
Posyandu &
3 UKBM
lainnya aktif
Posyandu &
4 UKBM lainnya
aktif
5.
Dukungan
dana untuk
kegiatan
kesehatan
di Desa dan
kelurahan
Pemerintah
desa dan
kelurahan
Masyarakat
Dunia usaha
Sudah ada
dana dari
pemerintah
desa dan
kelurahan serta
satu sumber
dana lainnya
29
KRITERIA
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
6.
Peran serta
masyarakat
dan Organisasi
kemasyarakatan
7.
Peraturan
Kepala Desa
atau peraturan
Bupati/
Walikota
Belum ada
Ada, belum
direalisasikan
Ada, belum
direalisasikan
Ada, belum
direalisasikan
8.
Pembinaan
PHBS Rumah
Tangga
Pembinaan PHBS
kurang dari 20 %
rumah tangga yang
ada
Pembinaan PHBS
minimal 20 %
rumah tangga yang
ada
Pembinaan
PHBS minimal
40 % rumah
tangga yang
ada
Pembinaan
PHBS minimal
70 % rumah
tangga yang ada
30
MATERI DASAR 3
JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
I.
Deskripsi Singkat
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat, ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta memberdayakan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan untuk meningkatkan
dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini dimanatkan dalam
Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 16, 17 dan 18, selanjutnya
pasal 62 ayat 1 bahwa Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan
informasi,atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup sehat. Mengacu
pada ketentuan tersebut maka salah satu strategi Kementerian Kesehatan RI adalah
meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu. Salah satu jenis SDM Kesehatan yang bermutu dan bersifat profesional
adalah Pejabat Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM).
Keberadaan Pejabat Fungsional PKM telah ditetapkan serta diatur dalam Keputusan
Menteri Negara PAN No. 58/Kep/Men.PAN/8/2000. Secara umum Jabatan
Fungsional PKM merupakan tenaga yang mempunyai kemampuan dalam melakukan
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang meliputi
pelaksanaan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat melakukan penyebarluasan informasi, membuat rancangan media,
melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan, merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan serta mengembangkan kemampuan dan
keterampilan perorangan.
Ada dua jenis Pejabat Fungsional PKM yaitu Penjabat Fungsional PKM Ahli dan Pejabat
Fungsional PKM Terampil. Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli adalah Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang pelaksanaan tugasnya meliputi
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan, penerapan konsep
dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran dengan
cara yang sistematis di bidang Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
31
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi, peserta mampu menjelaskan:
1. Kebijakan jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
2. Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.
III.
IV.
pokok bahasan:
Pengertian
Tugas Pokok
Jenjang Jabatan dan Pangkat
Hak dan kewajiban
Keuntungan menjadi pemangku jabatan fungsional
Persyaratan pengangkatan, pemberhentian, kenaikan jenjang
Butir kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat
32
b.
c.
d.
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang
akan disampaikan.
Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima
materi dengan menyepakati proses pembelajaran.
Dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan ruang lingkup secara
singkat mengenai materi dan pokok bahasan ini.
Fasilitator menyampaikan secara singkat tentang pentingnya fungsi Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung tujuan
pembangunan kesehatan.
Langkah 2.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Kebijakan Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (10 menit).
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang kebijakan jabatan
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
b. Fasilitator menulis semua jawaban peserta, kemudian menyampaikan paparan
materi Kebijakan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat.
Langkah 3.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 2. Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya (60 menit).
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator melakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk mengukur pemahaman peserta tentang jabatan fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan kedudukannya.
b. Fasilitator mencatat semua pendapat peserta pada kertas flipchart, selanjutnya
merangkum dan menyampaikan paparan materi Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dan Kedudukannya sesuai urutan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
c.
Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
Langkah 4.
Rangkuman dan kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a.
Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
33
b.
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
Dalam rangka meningkatkan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang
berkualitas perlu didukung sumber data manusia kesehatan yang profesional, untuk
itu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI telah menetapkan 28 jabatan
fungsional kesehatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak yang
penuh untuk melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan profesi masing-masing.
Salah satu jabatatan fungsional kesehatan adalah jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat.
Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000
tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Jenjang jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat terdiri dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli dan Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Terampil.
Pokok Bahasan 2.
JABATAN FUNGSIONAL
KEDUDUKANNYA
A.
34
PENYULUH
KESEHATAN
MASYARAKAT
DAN
Pengertian
Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan pada instansi
pemerintah dan non pemerintah.
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
B.
Tugas Pokok
Tugas pokok Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah
melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat serta dilandasi oleh semangat kemitraan, melakukan penyebarluasan
informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi
dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.
Tugas pokok Jabfung PKM adalah:
1. Melaksanakan kegiatan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan
masyarakat;
2. Melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagaia bentuk dan
saluaran komunikasi;
3. Membat rancanagan media, baik media cetak, elektronika maupun media luar
ruang;
4. Melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan;
5. Merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku
masyarakat yang mendukung kesehatan.
C.
35
36
E.
F.
37
3)
4)
5)
38
b.
c.
Butir Kegiatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Unsur dan sub unsur kegiatan
Jabatan Penyuluh Kesehatan Masyarakat
1. Pendidikan, meliputi:
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
b. Pendidikan dan pelatihan fungsional dibidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan
dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat.
2. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, meliputi:
a. Mempersiapkan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
b. Melaksanakan advokasi kesehatan;
c. Menggalang dukungan sosial/bina suasana; dan
39
40
Referensi
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 58/KEP/MEN.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan dan Angka
Kreditnya
MATERI DASAR 4
ETIKA PROFESI
PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT
I.
Deskripsi Singkat
Pejabat Fungsional (Jabfung) PKM berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 58/KEP/M.PAN/8/2000, mempunyai tugas melaksanakan
pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan serta menjalankan fungsi sebagai
agen perubahan perilaku.
Tenaga promotor dan pendidik kesehatan adalah seseorang yang memiliki keahlian
dan atau ketrampilan dalam promosi kesehatan/pendidikan/penyuluhan kesehatan
yang diperoleh melalui pendidikan formal yang diakui oleh Perkumpulan Promosi dan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya di singkat Perkumpulan PPKMI.
Dalam menjalankan perannya Pejabat Fungsional PKM/Promotor dan Pendidik
Kesehatan harus dilandasi dengan nilai-nilai yang ada dalam etika profesi, sehingga
kegiatan yang dilakukan menjadi efektif, bersifat tidak diskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan untuk pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang sehat dan
produktif seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami etika profesi Penyuluh
Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan
2. Menjelaskan Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan
Pendidik Kesehatan
III.
41
Pokok bahasan 1.
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Ciri-ciri profesi
c. Kode Etik Profesi
d. Syarat-syarat
e. Organisasi profesi Perkumpulan PPKMI
Pokok bahasan 2.
Etika profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian
b. Prinsip-prinsip etika
IV.
42
Langkah 3.
Kode etik profesi PKM/Promotor dan Pendidik Kesehatan (25 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memasang dua lembar kertas flipchart di depan kelas.
b. Fasilitator menuliskan pada kertas flipchart pertama Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang baik.
Selanjutnya pada kertas flipchart kertas kedua dituliskan : Jabatan Fungsional
PKM yang melaksanakan tugasnya dengan moral dan budi pekerti yang tidak
baik
c. Fasilitator minta setiap peserta menuliskan contoh-contoh seorang Jabfung PKM
yang mengerjakan pekerjaannya dengan moral atau budi pekerti yang baik pada
kertas pertama, kemudian yang tidak baik pada kertas kedua.
d. Fasilitator merangkum hasil tulisan peserta yang ada dalam kertas pertama dan
kedua.
e. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang kode etik profesi PKM/Promotor
dan Pendidik Kesehatan.
Langkah 4.
Syarat-syarat profesi (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan presentasi untuk menjelaskan syarat-syarat profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan
b. Fasilitator memberikan kesempatan bertanya kepada peserta atau menyampaikan
pendapatnya.
Langkah 5.
Organisasi Profesi Perkumpulan PPKMI (20 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan tentang nama perkumpulan, azas dan dasarnya, tujuan,
siapa saja anggotannya, dan musyawarah nasional organisasi Perkumpulan
PPKMI.
b. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya dan mengemukakan
pendapatnya.
Langkah 6.
Pengertian Etika, Etiket, dan Etos (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan pembentukan kelompok, sehingga peserta berkumpul
dalam empat kelompok.
b. Fasilitator memberikan tugas untuk didiskusikan apa arti dari
c. Etika, etiket, dan etos.
43
Langkah 7.
Kesimpulan (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyampaikan beberapa hal penting tentang Etika Profesi PKM/
Promotor dan Pendidik Kesehatan.
b. Fasilitator kembali menyampaikan tujuan pembelajaran umum dan khusus untuk
pokok bahasan Etika Prrofesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat
c. Fasilitator menyampaikan ucapan terima kasih serta memberikan apresiasi kepada
peserta yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran pokok bahasan ini.
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PROFESI PENYULUH
PENDIDIK KESEHATAN.
KESEHATAN
MASYARAKAT/PROMOTOR
DAN
A. Pengertian
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/ Promotor dan pendidik Kesehatan adalah
Pekerja/Sumber Daya Manusia Promosi Kesehatan termasuk di dalamnya
Jabfung PKM baik yang terampil maupun ahli, yang menjalankan tugas-tugasnya
berdasarkan pendidikan/ ketrampilan spesifik yang komprehensif dan memiliki
sertifikasi resmi dari Organisasi Profesi yaitu Perkumpulan Promotor Pendidik
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Perkumpulan PPKMI).
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan,
enjalankan tugas dan fungsinya sesuai profesi dan keahlian, yang senantiasa
berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan menjunjung tinggi kode etik profesi Promotor
dan Pendidik Kesehatan.
B. Ciri-ciri Profesi.
Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu:
1. Memberikan pelayanan pada orang secara langsung.
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3. Anggotanya relatif bersifat homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.
5. Etika profesi ditegakkan oleh suatu organisasi.
44
MUKADIMAH
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan
tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat, baik secara individu, kelompok
maupun masyarakat.
Promosi kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Sasaran atau klien profesi
promosi kesehatan adalah individu, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, promosi kesehatan sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan.
45
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak boleh membeda-bedakan
masyarakat atas pertimbangan keyakinan, agama, suku, golongan, sosial,
ekonomi, politik dan sebagainya.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tugas harus sejalan dengan profesi
atau keahliannya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat
baik sebagai individu, kelompok, maupun masyarakat luas sesuai dengan potensi
sosial budaya masyarakat setempat.
46
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan
dan keadilan
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus menggunakan pendekatan
yang menyeluruh secara multi disiplin dengan mengutamakan upaya preventif
dan promotif.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus berdasarkan fakta melalui
penelitian atau kajian ilmiah.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus sesuai dengan prosedur dan
langkahlangkah yang profesional.
Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bertanggungjawab dalam upaya
melindungi, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus melihat antisipasi ke depan baik
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah bukan kesehatan yang dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP SESAMA PROFESI
Pasal 13
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik
Kesehatan harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 14
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
wajib bekerjasama dengan teman sejawatnya dan melakukan tugas dan fungsinya.
47
Pasal 15
Setiap profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
tidak boleh mengambil alih tugas teman sejawatnya tanpa persetujuan teman
sejawat bersangkutan yang telah diberi tanggung jawab sebelumnya.
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI LAIN
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus bekerja sama, saling menghormati
dengan profesi lain tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan pertimbangan
keyakinan, agama, suku, golongan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.
Pasal 17
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bersamasama dengan profesi lain,
hendaknya berpegang pada pendekatan kemitraan dengan mengutamakan
prinsip kesehatan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
Pasal 18
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
bersifat proaktif dalam mengatasi masalah kesehatan.
Pasal 19
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa memelihara dan meningkatkan profesi promosi kesehatannya.
Pasal 20
Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan hendaknya
senantiasa selalu berkomunikasi, membagi pengalaman dan saling membantu di
antara sesama anggota.
BAB VI
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 21
Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan
harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
48
Pasal 22
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan harus menjadi
panutan dalam menetapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Pasal 23
Profesi Kesehatan Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan senantiasa
berusaha untuk mengembangkan dirinya dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB VII
PENUTUP
Setiap anggota profesi Penyuluh Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promotor dan
Pendidik Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus berusaha
dengan sungguh -sungguh dan memegang teguh kode etik Penyuluh Kesehatan
Masyarakat/Promotor dan Pendidik Kesehatan.
49
50
51
Pokok Bahasan 2.
ETIKA PROFESI PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT/PROMOTOR DAN
PENDIDIK KESEHATAN
A. Pengertian Etika
Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode
etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan
buruk.
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia
hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengahhutan.
Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia
pada seorang wanita.
Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan
ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja
yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas
sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam
menjalankan tugasnya.
Etika (Inggris = Ethics), adalah istilah yang muncul dari pemikiran aristoteles
(yunani-ethos) yang berarti = adapt atau budi pekerti. Dalam filsafat pengertian
ETIKA adalah telaah dan penilaian kelakuan manusia ditinjau dari kesusilaan.
Kesusilaan yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang disusun bagi diri
seseorang, atau merupakan kumpulan keharusan, kumpulan kewajiban yang
dibutuhkan oleh masyarakat atau golongan tertentu. Kesusilaan biasanya
berdasarkan hal tertentu, misalnya: agama, kesejahteraan, atau kemakmuran
negara.
Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai
otonomi moral, artinya bahwa ia mempunyai hak dan kewajiban untuk
menentukan sendiri tindakantindakannya serta mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan YME.
Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak lepas dari sistem
kemasyarakatan serta kodrat manusia yang terdiri atas aspek tubuh/jasmani,
jiwa dan rohani. Aspek jiwa mencakup kodrat alamiah, budaya serta nilai. Kodrat
alamiah dan budaya terdiri atas Cipta (pikiran dan rasio), Karsa (kehendak,
52
Etika Individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain, baik secara
perorangan dan langsung atau bersamasama dalam bentuk kelembagaan,
sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, serta tanggung jawab manusia terhadap
lainnya.
Etika spiritual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap Sang Pencipta
yaitu Tuhan YME.
B. Prinsip-prinsip Etika
Prinsip etika berkembang dari sumpah Hipocrates, bunyinya: Saya bersumpah
demi Apollo Dewa penyembuh Aescupalius dan Hygea, dan Panacea dan semua
dewadewa sebagai saksi bahwa sesuai dengan kemampuan dan pikiran saya
akan mematuhi sebagai berikut (ada 10 janji):
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana orang tua saya sendiri, jika perlu saya akan
bagikan harta saya untuk dinikmati bersama.
2. Saya akan memperlakukan anakanaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya kalau
mereka mau mempelajarinya tanpa imbalan.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak anaknya saya
sendiri dan kepada anakanak guruguru saya dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan,
dan tidak merugikan siapapun.
53
54
MATERI INTI 1
PERSIAPAN KEGIATAN
PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
I.
Deskripsi Singkat
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Visi pembangunan kesehatan jangka panjang
adalah terwujudnya Indonesia Sehat Tahun 2025, dimana masyarakat hidup dalam
lingkungan yang sehat, perilaku masyarakat proaktif memelihara kesehatannya serta
mampu mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu.
Dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan tersebut peran
promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan sangat penting, terutama dalam
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi. Hal ini ditegaskan dalam UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 7 yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab. Selanjutnya, pada pasal 9, pasal 10, pasal
11, pasal 12, serta pasal 174 menyatakan tentang kewajiban individu, keluarga
maupun kelompok untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
serta menghindarkan diri dari masalah kesehatan.
Permasalahan kesehatan yang diakibatkan perilaku yang tidak bersih dan sehat masih
banyak ditemukan di Indonesia, seperti penyakit menular (TB Paru, DBD, Diare,
HIV/Aids, dll) dan penyakit tidak menular / penyakit degeneratif (Diabetes, Jantung
koroner, dll) maupun penyakit baru (new-emerging deseases).
Salah satu upaya merubah perilaku hidup masyarakat yang bersih dan sehat yaiut
melalui penyediaan SDM kesehatan yang kompeten dalam memberika penyuluhan
kesehatan masyarakat. Salah satu kompetensi/kemampuan yang harus dimiliki
penyuluh kesehatan masyarakat adalah mempersiapkan kegiatan penyuluhan
kesehatan masyarakat.
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan persiapan kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat.
55
56
IV.
57
Langkah 2.
Menjelaskan bahasan dan pokok bahasan ( 60 menit)
a. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator menjelaskan bahasan dan pokok bahasan
c. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk melakukan klarifikasi jika ada yang
belum jelas.
Langkah 3.
Bedah modul persiapan penyuluhan kesehatan masyarakat (240 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam 5 kelompok, kemudian masing-masing
kelompok diberi tugas untuk menelaah modul materil persiapan penyuluhan
kesehatan masyarakat. Kelompok I membahas pokok bahasan 1 dan 2, kelompok
II membahas pokok bahasan 3 dan 4, kelompok III membahas pokok 5 dan 6,
Kelompok IV membahas pokok bahasan 7 dan 8, kelompok 5 membahas pokok
bahasan 9 dan 10.
b. Setelah masing-masing kelompok selesai menelaah materi materi secara
berkelompok, fasilitator mempersilahkan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setiap sesi presentasi kelompok,
fasilitator mewajibkan kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi.
c. Setelah presentasi kelompok selesai kemudian fasilitator menjelaskan dan mengulas
kembali kembali materi sesuai pokok bahasan yang masih kurang dipahami peserta.
d. Fasilitator mempersilahkan semua peserta untuk bertanya atau melakukan klarifikasi
jika ada yang belum jelas.
e. Fasilitator memberikan jawaban untuk pertanyaan peserta dan memberi
reinforcement positif untuk peserta yang bertanya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta diakhir proses
pembelajaran,agar terjadi proses yang dinamis.
Langkah 4.
Penugasan peserta membuat perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat
(440 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 peserta.
b. Fasilitator memberikan tugas pada masing-masing kelompok untuk membuat
perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan kasus yang berbedabeda.
c. Fasilitator meminta masing-masing kelompok mendiskusikan persiapan penyuluhan
kesehatan mulai dari identifikasi masalah, perumusan dan prioritas masalah
perilaku, penetapan tujuan perubahan perilaku, sasaran penyuluhan, pemilihan
media dan metode penyuluhan, isi pesan, alat bantu yang dipilih, dan membuat
tabel perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat. Kemudian masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya masing-masing
58
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan tujuan dan sasaran,
serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang diharapkan.
Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dibuat
dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah satu siklus
dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada saat ini kepada
posisi yang diinginkan.
Perencanaan menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) mendefinisikan perencanaan
sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3)
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4) kebijakan yang ada serta 5) jangka
waktu pencapaian tujuan.
59
Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan)
sistematik mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa
depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama
atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, memuat hal-hal
yang merupakan prinsip perencanaan, yakni : 1) apa yang akan dilakukan, yang
merupakan jabaran dari visi dan misi; 2) bagaimana mencapai hal tersebut; 3)
siapa yang akan melakukan; 4) lokasi aktivitas; 5) kapan akan dilakukan, berapa
lama; dan 6) sumber daya yang dibutuhkan.
B. Tujuan Perencanaan
Tujuan umum
Mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian target program dalam
waktu tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang
harus dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan
dicapai dalam waktu tertentu.
Tujuan khusus
1. Adanya kejelasan
2. Adanya kejelasan
3. Adanya kejelasan
4. Adanya kejelasan
5. Adanya kejelasan
6. Adanya kejelasan
7. Adanya kejelasan
8. Adanya kejelasan
9. Adanya kejelasan
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
tentang
C. Manfaat Perencanaan
1. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai.
2. Mengurangi resiko ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus
dilakukan.
3. Mencegah pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan
sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
4. Kegiatan terjadwal dengan baik
5. Menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu pelaksanaan,
pengawasan, pemantauan dan penilaian.
60
D. Jenis-jenis Perencanaan
Ada beberapa jenis perencanaan promosi kesehatan, yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan alokasi waktu (jangka pendek, menengah dan panjang).
2. Perencanaan promosi kesehatan berdasarkan program prioritas
3. Perencanaan berdasarkan tatanan promosi kesehatan.
4. Perencanaan berdasarkan kegiatan promosi disetiap jenjang administrasi, di pusat,
provinsi, kabupaten/kota, puskesmas/ kecamatan, dan kelurahan.
5. Perencanaan berdasarkan pencapaian indikator kinerja, misalnya: pencapaian
PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, pencapaian Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, pencapaian target imunisasi lengkap pada bayi, peningkatan target
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dll
6. Perencanaan berdasarkan pada strategi promosi kesehatan (perencanaan
advokasi, bina suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat).
7. Perencanaan berdasarkan ruang lingkup program kesehatan, yaitu untuk satu
program atau program terpadu.
8. Perencanaan dalam menghadapi keadaan darurat.
9. Perencanaan berdasarkan fungsi operasional misalnya: keuangan, ketenagakerjaan,
dll).
E. Langkah-langkah
Langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan merupakan siklus yang terdiri
dari beberapa tahapan kegiatan yaitu:
1. Analisa situasi, Identifikasi masalah, masyarakat, wilayah dan kebijakan.
2. Menetapkan prioritas masalah
3. Melakukan identifikasi penyebab masalah
4. Menentukan prioritas penyebab masalah
5. Menentukan tujuan promosi kesehatan
6. Menentukan sasaran promosi kesehatan
7. Menentukan jenis kegiatan promosi kesehatan
8. Menentukan metode promosi kesehatan
9. Menetukan media promosi kesehatan
10. Menentukan pelaksana kegiatan
11. Menentukan alokasi dana kegiatan
12. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan
13. Menentukan kegiatan monitoring
14. Menentukan kegiatan evaluasi
61
Menetapkan
prioritas
masalah
Analisa situasi,
Identifikasi masalah,
masyarakat, wilayah
dan kebijakan
Menentukan
kegiatan
evaluasi
Melakukan
identifikasi
penyebab
masalah
Menentukan
prioritas
penyebab
masalah
Menentukan
tujuan promosi
kesehatan
Menentukan
sasaran promosi
kesehatan
Menentukan
jenis
kegiatan
Menentukan
kegiatan
monitoring
Menentukan waktu
pelaksanaan
kegiatan kesehatan
Menentukan
alokasi dana
kegiatan
Menentukan
pelaksana
kegiatan
Menentukan
metode
promosi
Menentukan
media promosi
kesehatan
Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN RENCANA 5 TAHUNAN DAN TAHUNAN
A. Pembuatan Kerangka Acuan
Kerangka Acuan Kerja atau Kerangka Acuan Kegiatan yang disingkat KAK adalah
dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/keterangan mengenai
apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa perkiraan biayanya
suatu kegiatan. Dengan kata lain, KAK berisi uraian tentang latar belakang, tujuan,
ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan, dan hasil yang diharapkan dari suatu
kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term Of Reference yang disingkat
TOR.
Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian
Negara/Lembaga. Dalam KAK tercakup latar belakang, maksud dan tujuan,
indikator keluaran dan keluaran, cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan
penanggungjawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan biaya kegiatan.
Format Kerangka Acuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga: ..................................
Unit Organisasi: ..................................
Program: ..................................
Sasaran Program: ..................................
Usulan SBK: Kegiatan/Subkegiatan/Detil Kegiatan *)
62
Kegiatan: ..................................
Subkegiatan: ..................................
Detil Kegiatan: ..................................
1. Latar Belakang (why)
Dasar Hukum
Gambaran Umum
Alasan Kegiatan Dilaksanakan
2. Kegiatan Yang Dilaksanakan (what)
Uraian Kegiatan
Batasan Kegiatan
3. Maksud dan Tujuan (why)
Maksud Kegiatan
Tujuan Kegiatan
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
Indikator Keluaran (kualitatif)
Keluaran (kuantitatif)
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan (how)
Metode Pelaksanaan
Tahapan Kegiatan
6. Tempat pelaksanaan Kegiatan (where)
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan (who)
Pelaksana kegiatan
Penanggungjawab kegiatan
Penerima manfaat
8. Jadwal Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan (when)
Matriks pelaksanaan kegiatan (time table)
9. Biaya (How much): total biaya yarrg diperlukan dalam kegiatan.
Tata cara pengisian format KAK adalah sebagai berikut:
1. Kementerian Negara/Lembaga, diisi dengan nomenklatur Kementerian
Negara/Lembaga.
2. Unit Organisasi, diisi dengan nomenklatur Unit Eselon I yang bersangkutan.
3. Program, diisi dengan nama program.
4. Sasaran Program, diisi dengan sasaran program dalam Renja K/L atau RKP.
5. Usulan SBK: diisi sesuai dengan posisi (level) usulan SBK serta keterkaitan
dengan kegiatan, subkegiatan dan detil kegiatan.
63
Sistematika
1. Latar Belakang
Menjelaskan dasar hukum yang terkait dan kebijakan Kementerian Negara/
Lembaga yang merupakan dasar keberadaan kegiatan/alctifltas berkenaan
berupa Peraturan Perundangan yang berlaku, Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga, dan Tugas Fungsi Kementerian Negara/Lembaga,
sedangkan gambaran umum merupakan penjelasan secara singkat mengapa
(why) kegiatan tersebut dilaksanakan dan alasan penting kegiatan tersebut
dilaksanakan serta keterkaitan kegiatan yang dipilih dengan kegiatan keluaran
(output) dalam mendukung pencapaian sasaran dan kinerja program/yang
pada akhirnya akan mendukung pencapaian tujuan kebijakan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan
Menjelaskan uraian kegiatan apa (what) yang akan dilaksanakan dan batasan
kegiatan.
3. Maksud dan Tujuan
Menjelaskan mengapa (why) kegiatan harus dilaksanakan dan berisikan hasil
akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan (bersifat kualitatif) serta manfaat
(outcome) kegiatan.
4. Indikator Keluaran dan Keluaran
Menjelaskan indikator keluaran berupa target yang ingin dicapai (bersifat
kualitatif) dan keluaran (output) yang terukur dalam suatu kegiatan (bersifat
kuantitatif). Misalnya: 37% RT sehat, dan lain-lain.
5. Cara Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan bagaimana (how) cara pelaksanaan kegiatan baik berupa metode
pelaksanaan, komponen, tahapan dalam mendukung pencapaian keluaran
(output) kegiatan.
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Menjelaskan dimana (where) kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
7. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Menjelaskan siapa (who) saja yang terlibat dan bertanggungjawab atas
pelaksanaan kegiatannya.
8. Jadwal Kegiatan
Menjelaskan berapa lama dan kapan (when) kegiatan tersebut dilaksanakan,
dengan dilengkapi time table kegiatan.
9. Biaya
Berisikan total biaya (how much) kegiatan sebesar nilai nominal tertentu yang
dirinci dalam (Rencana Anggaran Biaya) RAB sebagai lampiran KAK.
10. Penandatangan KAK
Diisi pejabat yang bertanggung jawab pada kegiatan yang akan dilaksanakan.
64
65
C. Persiapan Perencanaan
Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan,
berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.
Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pelaku utama
dan pelaku usaha;
2. Ketersedian teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain
yang mendukung kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat;
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keternampilan dan Sikap) Penyuluh
Kesehatan Masyarakat;
4. Situasi lingkungan fisik sosial dan budaya yang ada; dan
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.
Rencana penyuluhan kesehatan masyarakat
harus memuat unsur-unsur:
SIADIBIBA:
1. Siapa yang akan melaksanakan?
2. Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?
3. Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (Kwantitas dan Kwalitas)?
4. Berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll)?
5. Bagaimana melaksanakannya (melalui kegiatan apa)?
Rencana kegiatan yang disajikan dalam bentuk tabulasi/matriks yang berisi
masalah, kegiatan, metode, keluaran, sasaran, volume/frekuensi, lokasi, waktu,
biaya, sumber biaya, penanggungjawab pelaksanaan dan pihak terkait.
D. Evaluasi Penyusunan Rencana
Pokok Bahasan 3.
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH YANG TERKAIT DENGAN MASALAH
KESEHATAN
Pengertian Identifikasi Potensi Wilayah adalah kegiatan penggalian data dan informasi
potensi wilayah (data sekunder dan data primer) yang dilakukan secara partisipatif.
Potensi adalah semua sumberdaya yang ada atau tersedia dan yang dapat digunakan
dalam upaya mengatasi masalah yang ada ataupun digunakan dalam upaya mencapai
tujuan. Beberapa langkah kegiatan indentifikasi potensi wilayah terkait masalah
kesehatan sebagai berikut:
66
67
cepat
68
69
70
71
72
mengolah data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan bagian
dari sesudah tahap coding data (Pengkodean Data),
10. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan dengan menggunakan beberapa
instrumen
F. Analisa hasil tabulasi data secara analitik
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diintepretasikan. Kegiatan analisis data ini sering digunakan
alat bantu seperti penghitungan dengan tes statistik. Fungsi pokok tes statistik
adalah menyederhanakan daata hasil penelitian yang jumlahnya sangat besa
rmenjadi suatu informasi yang sederhana dan mudah dimengerti.
Setelah analisis data selesai dan telah memperoleh informasi, hasilnyua harus
diinterpretasikan guna mencari makna dan implikasi dari hasil penelitian.
Menurut Singarimbun dan Sofyan efendi (dalam Suyanto Bagong&Sutinah,2005).
Interpretasi atau inferensi dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Interpretasi
secara terbatas Peneliti hanya melakukan interpretasi atas data dan hubungan
yang ada dalam penelitiannya. Interpretasi yang demikian ini dilakukan peneliti
secara bersamaan pada saat analisis data dilakukan. 2. Peneliti berusaha mencari
pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil yang diperoleh dari analisis data.
. Interpretasi yang demikian dengan membandingkan hasil analisisnya dengan
kesimpulan peneliti lain serta menghubungkan interpretasi tersebut dengan
teori, tahap ini sangat penting, akan tetapi sering tidak dilakukan oleh peneliti.
Analisis data terbagi menjadi 2 kategori: 1. Analisis data untuk data kategorikal
adalah metode tabulasi silang yang juga dikenal sebagai analisis elaborasi. 2.
Analisis untuk data bersambungan, biasanya digunakan berbagai teknik atau tes
statistik seperti distribusi frekuensi ukuran analisis varians, analisis korelasi dan
sebagainya. Dalam menyusun analisis tabulasi silang perlu diperhatikan beberapa
urutan:
Pokok Bahasan 4
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
RENCANA
STRATEGI
PENYULUHAN
KESEHATAN
73
Pokok Bahasan 5.
MENGEMBANGKAN MEDIAN PENYULUHAN
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga
sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan (DEPKES RI, 2006).
Pengembangan media promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan Proses P.
Proses P ini diperkenalkan oleh Universitas John Hopkins bersama-sama PATH (Program
for Approriate Technology in Health) sewaktu melaksanakan proyek PCS (Population
Communication Services). Adapun tahap-tahap Proses P dalam pengembangan media
promosi kesehatan yaitu:
A. Tahap analisis masalah dan sasaran
Pada tahap ini dilakukan penelaahan analisis:
1. Masalah Kesehatan, termasuk penyebab masalahnya, sifat masalah, epidemiologi
masalah termasuk masalah perilaku yang ada di masyarakat sehubungan dengan
masalah kesehatan yang ditimbulkan.
2. Kelompok sasaran, dalam hal demografi, sosial-ekonomi, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adatistiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan masalah kesehatan.
3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang
telah ada dari berbagai instansi sektoral untuk mengetahui pengalaman yang
lalu, harapan di masa yang akan datang. Di sini dapat dipelajari arahanarahan dan dalam membuat suatu program kegiatan KIE, masing-masing
sektor. Apakah masalah sosial, kesehatan, ekonomi, demografi atau bahkan
politik. Dan melihat program serta pendukung-pendukung apa saja yang telah
tersedia.
4. Memilih institusi, organisasi atau LSM yang mampu mendukung program.
Dilihat kemampuan internal dan eksternal dari organisasi tersebut.
5. Sasaran komunikasi yang tersedia, untuk menetapkan media dan sarana
yang tersedia dan yang telah dilaksanakan, yang mempengaruhi perilaku
masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya dan adat istiadat, pendapatan
serta pengembangan sikap dan perilaku yang berhubungan denmagan
masalah kesehatan
74
75
yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak
calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi
strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan bagaimana calon konsumen
menempatkan produk kesehatan di dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).
4. Menentukan strategi posisioning
Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning
memerlukan suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk
dan pasar yang tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
(Notoatmodjo,2005):
a.
Identifikasi para pesaing.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di
masyarakat.
b.
Persepsi konsumen
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap penting
oleh khalayak sasaran.
c.
Menentukan posisi pesaing
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai sudut
pandang.
d.
Menganalisis preferensi khalayak sasaran yaitu mengetahui posisi yang
dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu produk tertentu.
e.
Menentukan posisi merek produk sendiri
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan halhal sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen pasar,
jangan mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan simbolsimbol produk.
f.
Ikuti perkembangan posisi
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah
masih cocok dengan keadaan.
5. Memilih Media Promosi Kesehatan
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini
adalah:
a.
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada
selera pengelola program.
b.
Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
c.
Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
d.
Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).
76
77
(DESIGN)
MEDIA
PENYULUHAN
KESEHATAN
78
79
80
4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya.
5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia
apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap
sama.
6. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang
effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus
menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat adalah
contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengembangan pesan adalah:
1. Membuat konsep pesan-pesan yang berisikan ilustrasi-ilustrasi pendahuluan,
kata-kata ungkapan, tema atau slogan yang merefleksikan strategi secara
keseluruhan.
2. Prates konsep pesan pada kelompok sasaran atau wakil-wakil perorangan yang
diharapkan akan menghasilkan pesan yang bermutu. Memberikan perhatian
khusus untuk gambar atau ilustrasi (bentuk yang tidak tertulis) untuk menghindari
salah paham.
3. Ciptakan dan kembangkan pesan-pesan yang lengkap beserta sarana
pendukungnya
4. Prates pesan yang lengkap dan bahan-bahan untuk pemahamna keseluruhan,
kemampuan mengingat, titik yang kuat dan lemah, relevansi pribadi dan hal-hal
peka atau masih diperdebatakan, sebelum diproduksi.
5. Adanya tes ulang bahan-bahan sebelum diproduksi ulang untuk meyakinkan
daya muat apakah masih efisien dan effektif.
81
VI.
82
Referensi
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media
Promosi Kesehatan, Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Promosi Kesehatan dan Teori dan Aplikasi, Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta.
MATERI INTI 2
PELAKSANAAN
ADVOKASI KESEHATAN
I.
Deskripsi Singkat
Di era desentralisasi dukungan kebijakan publik berwawasan kesehatan yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh penentu kebijakan merupakan suatu strategi yang
penting dipahami dan dilakukan dalam pelaksanakan promosi kesehatan untuk
mewujudkan tujuan pembangunan berwawasan kesehatan. Selain itu, satu diantara
indikator kinerja utama promosi kesehatan adalah jumlah kabupaten/kota yang telah
melaksanakan advokasi kesehatan serta menghasilkan kebijakan publik berwawasan
kesehatan, terutama yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
ber-perilaku hidup bersih dan sehat.
Petugas kesehatan terutama petugas pengelola promosi kesehatan serta Pejabat
Fungsional PKM, sesuai tugas dan fungsinya dalam mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan, diharapkan mampu menjadi inisiator dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan serta penilaian penyelenggaraan kegiatan advokasi
kesehatan di wilayah kerjanya.
Kegiatan advokasi kesehatan dapat berhasil apabila para pengelola program kesehatan
memahami kaidah-kaidah dalam pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan dengan
benar dan tepat sesuai dengan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Sehubungan dengan itu, Pejabat Fungsional PKM Ahli dalam kegiatan pelatihan ini,
akan mendapatkan materi tentang pengelolaan kegiatan advokasi kesehatan.
Ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi : pengertian, tujuan,
manfaat dan sasaran advokasi kesehatan, pengelolaan advokasi kesehatan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi atas hasil advokasi kesehatan, serta penyusunan
laporan hasil advokasi kesehatan.
83
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan advokasi kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan advokasi kesehatan.
2. Menyusun perencanaan advokasi di wilayah kerjanya
3. Melakukan advokasi di wilayah kerjanya
4. Melakukan evaluasi atas hasil advokasi
III.
IV.
84
85
86
Langkah 5.
Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 5. Evaluasi atas hasil advokasi
kesehatan di wilayah kerjanya (45 menit).
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta berdiskusi dalam 3 (tiga)
kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan cara-cara
melakukan evaluasi atas hasil advokasi kesehatan berdasarkan tingkatannya di
provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.
Kelompok 1: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat kabupaten/kota
Kelompok 2: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat kecamatan.
Kelompok 3: Evaluasi hasil advokasi kesehatan di tingkat desa/kelurahan.
b. Fasilitator memberikan waktu diskusi selama 20 menit, setelah itu, setiap kelompok
diminta untuk menyajikan hasil diskusinya dengan cara mendisplay hasil diskusi
kelompoknya. Setiap kelompok berkeliling ke kelompok lainnya untuk mempelajari
dan memahami materi yang didiskusikan demikian halnya juga faslitator.
c. Fasilitator menyampaikan tanggapan terhadap penyajian kelompok tersebut
sekaligus memberikan klarifikasi, masukan dan penegasan pentingnya evaluasi atas
hasil advokasi kesehatan yang telah dilaksanakan.
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
ADVOKASI KESEHATAN
A. Latar Belakang
Status kesehatan masyarakat di Indonesia, masih perlu mendapat perhatian
pemerintah serta segenap lapisan masyarakat. Status kesehatan masyarakat
merupakan salah satu indicator HDI (Human Develompment Index) atau Indeks
Pembangunan Masyarakat (IPM). Di era desentralisasi atau otonomi, status
kesehatan masyarakat merupakan salah satu indicator kinerja pemerintah daerah
yang dapat diketahui dari nilai IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat).
Penilaian kinerja pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dapat diketahui
perkembangannya dari tahun ke tahun dari nilai IPKM tersebut.
Provinsi maupun kabupaten/kota yang menduduki urutan teratas, berdasarkan nilai
IPKM yang ada, akan menyandang predikat sebagai provinsi/kabupaten/kota yang
mempunyai kinerja yang baik dalam memperjuangkan peningkatan status kesehatan
87
88
89
90
tidak dapat dilakukan hanya oleh sector kesehatan saja, melainkan dengan
berbagai lintas sektor terkait, misalnya: upaya perbaikan gizi masyarakat
terkait dengan sektor pertanian, pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan
rakyat. Pengedalian flu burung dan rabies terkait dengan sektor peternakan
dan transportasi, dll. Sehubungan dengan itu untuk mengatasi masalah
kesehatan, maka sektor kesehatan harus bekerjasama dengan lintas sector
terkait. Agar hasilnya optimal, maka upaya advokasi kesehatan perlu dirancang
serta dikelola dengan baik.
D. Prinsip-prinsip
E. Unsur-unsur
Ada delapan unsur-unsur advokasi yaitu; tujuan, pemanfaatan data dan riset,
identifikasi sasaran, pengembangan pesan, membangun koalisi, penyajian/
presentasi, dan penggalangan dana.
1. Penetapan tujuan advokasi kesehatan.
Seringkali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor
yang saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil, tujuan advokasi
harus dibuat lebih spesifik berdasarkan pertanyaan berikut;
a.
Apakah isu atau masalah itu dapat menyatukan atau membuat beberapa
kelompok bersatu dalam suatu ikatan koalisi yang kuat?
b.
Apakah tujuan advokasi dapat tercapai?
c.
Apakah tujuan advokasi memang menjawab permasalahan?
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi kesehatan.
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan yang
dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Karena itu data dan riset
diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi
solusi pemecahan masalah, maupun penentuan tujuan yang realistis. Selain
itu, adanya data dan fakta tersebut seringkali sudah bisa menjadi argumentasi
yang sangat persuasif.
3. Identifikasi sasaran advokasi kesehatan.
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang
yang berpengatuh dalam pembuat keputusan. Siapa saja yang membuat
keputusan agar tujuan advokasi dapat dicapai?
Siapa dan apa pengaruhnya dari pembuat keputusan ini yang perlu dipelajari?
91
92
93
tentang isu tertentu dan tindakan apa yang akan dilakukan. Di dalam petisi
tersebut tercantum nama dan tanda tangan individu atau organisasi serta
identitas lainnya sejumlah pihak yang mendukung petisi tersebut. Semakin
banyak pendukung, semakin meningkat perhatian penerima petisi.
Di era teknologi informasi sekarang ini karena besarnya peran sosial media,
petisi sering dimanfaatkan oleh organisasi atau individu dengan mudah
menggalang dukungan terhadap isu tertentu seperti lingkungan, kesehatan,
pendidikan dll.
3. Dialog
Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai metode
advokasi melalui pendekatan kelompok. Namun, pelaksanaan dialog
sebaiknya didukung oleh media massa, khususnya TV dan Radio, sehingga
dialog ini bisa menjangkau kelompok yang sangat luas. Metode ini memberi
peluang yang cukup baik untuk mengungkapkan isu/aspirasi/pandangan
khalayak sasaran terhadap program kesehatan.
4. Negosiasi
Negosiasi merupakan metode advokasi yang bertujuan untuk menghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa
masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang sama tentang upaya
mengatasi permasalahan kesehatan, sekaligus menyatukan upaya mencapai
kepentingan tersebut sesuai tupoksi atau valuenya masing-masing.
Negosiasi merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kesepakatan
tentang pentingnya memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya
dalam mencapai tujuan program kesehatan. Adapun cara untuk melakukan
negosiasi adalah dengan jalan kompromi, akomodasi dan kolaborasi.
Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar
dengan alternatif yang cukup terbuka. Oleh sebab itu sebelum melakukan
negosiasi, pelaku harus mempelajari kepentingan dan tupoksi sasaran
advokasi. Pelaku advokasi / negosiator harus fokus terhadap inti permasalahan.
Seorang negosiator harus dalam keadaan SHAPE yaitu sincere/sensitive
(tulus/peka), honest/humoris (jujur/humoris), attentive/articuler (menarik,
pandai bicara), proficient (pandai/cakap) enthusiastic/empathy (antusias/
empati). Tiga faktor kunci negosiasi yaitu mau mendengarkan, mengamati
dan menyampaikan.
94
5. Paparan (presentasi)
Paparan atau presentasi merupakan metode advokasi yang sering
dipergunakan. Materi paparan adalah isu strategis tentang masalah kesehatan
yang disampaikan dalam bahasa yang baik, cukup menyentuh, efektif, tidak
berbelit-belit, dapat dimengerti dan dipahami dengan cepat dan jelas.
Penerapan metode presentasi ini, dinilai menguntungkan untuk menyamakan
persepsi, menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen. Hampir
sama dengan lobi, data yang akurat dan argumentasi yang kuat tentang
pentingnya dukungan untuk mengatasi permasalahan kesehatan merupakan
hal penting yang harus dipersiapkan bila ingin berhasil. Selain itu, dalam tehnik
presentasi diupayakan agar menggunakan berbagai alat bantu penyajian yang
menarik misalnya: LCD, film dokumentasi/ testimoni sehingga mempermudah
pemahaman serta ketertarikan sasaran advokasi.
Diperlukan persiapan yang terencana, didukung data lengkap, tampilan slide
yang menarik, pengemasan cetakan / audio visual serta ilustrasi foto dan
grafik yang menarik dan lengkap.
6. Seminar
Seminar merupakan salah satu metode advokasi yang membahas isu strategis
secara ilmiah yang dilakukan bersama beberapa pejabat publik sebagai
sasaran advokasi. Seminar biasanya diikuti 20 sampai 30 orang peserta yang
dipimpin oleh seorang pakar dalam bidang yang dibahas/diseminarkan.
Tujuan seminar untuk mendapatkan keputusan atau rekomendasi terhadap
upaya pemecahan masalah tertentu yang merupakan hasil kesepakatan
dalam pembahasan bersama semua peserta.
Teknik seminar juga menguntungkan dalam menyamakan persepsi,
menumbuhkan kebersamaan dan membangun komitmen dalam mendukung
kebijakan dan penerapan serta memberi kesempatan diskusi dengan para
peserta seminar secara aktif. Dalam penerapan teknik seminar diperlukan
kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan berbagai teknik
komunikasi serta penggunaan alat bantu penyajian yang berkembang
kecanggihannya.
7. Studi Banding
Studi banding juga merupakan salah satu metode advokasi yang baik, yakni
dengan mengajak sasaran advokasi mengunjungi suatu daerah yang baik
maupun yang kurang baik kondisinya. Melalui kegiatan ini, mereka dapat
95
96
A frame
3
Mobilisasi
Strategi
1
Analisis
6
Kes
ina
mb
ung
an
4
Tindakan/
Aksi
5
Evaluasi
1. Analisis.
Analisis merupakan langkah pertama untuk merencanakan kegiatan advokasi
kesehatan yang efektif. Hasil analisis menjadi dasar atau acuan dalam
menyusun strategi advokasi yang tepat. Oleh karena itu mutu analisis akan
sangat mempengaruhi kualitas dari strategi advokasi yang akan disusun.
Ruang lingkup analisis meliputi:
97
a.
Analisis Isu
Analisis isu diawali dengan melakukan identifikasi masalah kesehatan
yang ada di suatu wilayah. Selanjutnya, dari beberapa masalah kesehatan
yang ada diprioritaskan. Masalah kesehatan prioritas tersebut, dijadikan
sebagai landasan untuk menetapkan beberapa isu yang terkait dengan
terjadinya masalah tersebut. Dari beberapa isu tersebut, kemudian
ditetapkan isu strategis yang benar-benar mempunyai hubungan
terhadap terjadinya masalah kesehatan di wilayah tersebut. Mengacu
pada isu strategis, pengelola kegiatan advokasi kesehatan, kemudian
merumuskan tujuan, sasaran, isi pesan serta media advokasi. Analisis
isu dapat dilakukan melalui kajian data dan informasi atau laporan,
termasuk teori, yang dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur).
Analisis isu ini dapat kita lakukan dengan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah isu itu mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya
masalah kesehatan prioritas?
2) Apakah isu dirasakan oleh sebagian besar masyarakat?
3) Apakah isu didukung oleh data yang akurat?
4) Hasil isu akankah memperbaiki status kesehatan masyarakat?
5) Mungkinkah isu dialiansikan dengan sektor lain?
6) Apakah isu itu memperkuat nilai (value) pejabat publik?
7) Apakah isu dapat memperkuat jejaring LSM/lintas sektor?
b.
98
Analisis Publik
Analisis publik selain penting untuk merumuskan isi pesan juga akan
sangat diperlukan dalam pemilihan bentuk aksi dan tindakan serta
media maupun saluran informasi yang akan digunakan. Analisis publik
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai hasil penelitian,
need assessment maupun dari hasil penjajakan/pendekatan pribadi,
khususnya untuk sasaran individu. Analisis publik ini sebaiknya dilakukan
secara rinci untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1) Unsur/instansi pemerintah mana yang berwewenang membuat
kebijakan publik terkait dengan upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bentuk kebijakan apa yang bisa dibuat/dilaksanakan oleh masingmasing unsur/instansi pemerintah itu ?
3) Bagaimana nilai kepentingan (value) yang berkembang pada masingmasing unsur/instansi pemerintah tersebut terhadap masalah ini ?
4) Bagaimana praktek perilaku yang terjadi dalam masing-masing
unsur/instansi pemerintah tersebut dalam masalah ini ?
Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan
mobilisasi dan tindakan dan aksi kegiatan advokasi kesehatan. Analisis
kebijakan dapat dilakukan dengan melakukan pengkajian terhadap
kebijakan yang sudah ada tetapi belum berjalan sebagaimana mestinya
maupun kebijakan baru yang perlu dibuat untuk mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat yang ada. Disamping itu analisis kebijakan juga
perlu dilakukan untuk mengkaji efektifitas kebijakan tersebut dalam
mengatasi pemasalahan kesehatan yang ada.
Analisis kebijakan dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini :
1) Adakah kebijakan yang mendukung upaya pemecahan masalah
kesehatan tersebut ?
2) Bagaimana pengaruh dan efektifitas penerapan kebijakan yang
sudah ada dalam mendukung tujuan tercapainya upaya pemecahan
masalah kesehatan tersebut?
3) Kebijakan apa yang perlu dikembangkan untuk mendukung
upaya pemecahan masalah kesehatan tersebut, agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai?
4) Apa bentuk kebijakan yang perlu dikembangkan tersebut?
d.
e.
99
f.
g.
100
d.
e.
101
102
a.
b.
Kelompok Pendukung/pro.
1) Tahu dan yakin bahwa ada kelompok masyarakat (marjinal) yang
mengalami masalah dalam pelayanan Kesehatan.
2) Tahu bahwa masalah pelayanan kesehatan bisa diatasi melalui
program kesehatan.
3) Tahu dan yakin bahwa masalah kesehatan benar-benar tidak
menguntungkan bagi kelompok masyarakat yang mengalami.
4) Tahu bahwa masalah kesehatan bisa dipecahkan.
5) Tahu bahwa dia memiliki potensi untuk ikut mengatasi masalah
kesehatan.
6) Tahu bahwa dia akan mendapat manfaat dan atau memiliki kewajiban
moral untuk ikut membantu menyeselsaikan kesehatan.
7) Mampu dan mau ikut mendukung pemecahan masalah ini sesuai
dengan potensi yang dia miliki.
5. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan bagian penting dari advokasi. Pelaksanaan evaluasi
mengacu pada indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang meliputi
indikator input, proses, out put maupun dampak dari advokasi yang telah
dilakukan.
Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi secara berkala, diantaranya:
a.
Kegiatan dan kemampuan mitra atau jejaring dalam mencapai tujuan
advokasi
b.
Kegiatan komunikasi advokasi.
c.
Kejelasan isi pesan yang disampaikan.
d.
Kekuatan media advokasi yang digunakan.
e.
Pemahaman, ketertarikan, kepedulian serta tindakan sasaran advokasi
dalam memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk
program kesehatan.
f.
Realisasi dukungan dari sasaran advokasi
g.
Dampak kegiatan advokasi terhadap pencapaian tujuan program
kesehatan.
6. Kesinambungan
Advokasi adalah suatu bentuk program komunikasi strategis yang dirancang
untuk menghasilkan perubahan nilai dan perilaku sasaran penentu atau
pengambil kebijakan. Dalam proses mengembangkan suatu kebijakan,
memerlukan waktu yang panjang serta pengawalan yang ketat. Apabila
kebijakan tersebut sudah ada maka perlu diterjemahkan atau ditindak lanjuti
menjadi kebijakan operasional atau kebijakan teknis dan harus disosialisasikan
kepada berbagai pihak terkait agar dapat diimplementasikan.
Salah satu bentuk implementasi adalah mengusulkan sumberdaya (dana,
tenaga, sarana, dll) yang dibutuhkan, untuk melaksanakan program kesehatan
masyarakat di berbagai jenjang administrasi. Upaya membuat usulan sampai
dengan adanya realisasi terhadap usulan yang diajukan juga memerlukan
waktu dan pengawalan yang ketat, belum lagi apabila ada pergantian pejabat.
Sehubungan dengan itu proses advokasi seringkali memerlukan waktu yang
cukup panjang, harus dilakukan secara berkesinambungan.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, maka dalam penetapan tujuan
advokasi harus disusun secara rinci dan jelas dari waktu ke waktu
103
Pokok Bahasan 2.
PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA
A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam suatu kegiatan
apapun, hingga ada suatu pernyataan yang menyebutkan lebih baik gagal
merencanakan dari pada perencanaan yang gagal. Demikian halnya dengan
kegiatan advokasi kesehatan perlu disusun perencanaannya secara baik dan
benar.
Analisis situasi merupakan langkah awal dalam menyusun perencanaan kegiatan
advokasi kesehatan. Perencanaan pada dasarnya merupakan proses penetapan
tujuan dan sasaran, serta penetapan cara pencapaian tujuan dan sasaran yang
diharapkan. Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang
dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan. Perencanaan merupakan salah satu
siklus dari proses pemecahan masalah untuk mengubah posisi yang ada saat ini
kepada posisi yang diinginkan. Menurut Tjokroamidjojo (1992, 12-14) perencanaan
sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Dengan demikian, maka terdapat 5 (lima) hal pokok yang perlu diketahui dalam
perencanaan, yaitu: 1) permasalahan yang ada, 2) ketersediaan sumberdaya, 3)
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, 4) kebijakan yang ada serta 5) jangka
waktu pencapaian tujuan.
B. PENYUSUNAN PERENCANAAN ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA
Tujuan penyusunan perencanaan ddalam kegiatan advokasi kesehatan adalah
mengarahkan sumberdaya yang ada untuk pencapaian tujuan advokasi kesehatan
dalam upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada, pada waktu
tertentu. Selain itu, perlu mendapatkan kejelasan tentang upaya yang harus
dilakukan secara sistematis mengarah pada tujuan program yang akan dicapai
dalam waktu tertentu.
Manfaat penyusunan perencanaan kegiatan advokasi kesehatan adalah 1)
memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai; 2) mengurangi resiko
ketidak pastian terhadap proses kegiatan yang harus dilakukan; 3) mencegah
pemborosan sumberdaya, dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai; 4) kegiatan
terjadwal dengan baik; 5) menjadi dasar bagi fungsi manajemen yang lain, yaitu
pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan penilaian.
104
Tujuan
Sasaran
Media
Advokasi
Pesan
Advokasi
Pelaksanaan
Advokasi
Penanggung
Jawab
Sumber
Dana
Waktu
Pelaksanaan
105
Pokok bahasan 3.
PELAKSANAAN ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA.
Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan merupakan implementasi penerapan
pengetahuan tentang materi advokasi kesehatan yang telah dibahas dalam pokok
bahasan terdahulu. Implementasi pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan ini,
dilakukan dalam bentuk bermain peran.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan, meliputi:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pembahasan dan pemberian umpan balik
Dalam melaksanakan kegiatan advokasi mengacu pada rencana yang telah dibuat
merupakan suatu keharusan, kerjasama dalam tim menentukan kelancaran dan hasil
pelaksanaan kegiatan advokasi. Apabila ada perbedaan pendapat segera lakukan
klarifikasi serta upayakan penyelesaiannya. Untuk memastikan kesiapan pelaksanaan
kegiatan maka perlu mengecek kembali persiapan pelaksanaan kegiatan advokasi
kesehatan yaitu :
1. Penetapan isu strategis
2. Penetapan tujuan advokasi kesehatan
3. Penetapan sasaran advokasi kesehatan
4. Penyiapan media advokasi kesehatan
5. Pemilihan serta merancang teknik advokasi kesehatan
6. Penetapan acara kegiatan advokasi kesehatan.
7. Pembagian peran /tugas pelaksana advokasi kesehatan
8. Pembuatan skenario dan rundown pelaksanaan kegiatan advokasi
9. Penyiapan sarana yang diperlukan
Persiapan pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan, sangat menentukan kelancaran
proses pelaksanaan kegiatan advokasi tersebut. Ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu:
106
107
108
109
6. Suasana pertemuan
advokasi baik
7. Sarana berfungsi
dengan baik.
8. Media yang
dibagikan mendapat
respon positif
9. Materi yang disajikan
dapat dipahami
sasaran advokasi
10. Proses diskusi
berjalan efektif
11. Kemampuan
mendengarkan
12. kemampuan peserta
bernegosiasi/lobi
13. kemampuan peserta
membangun suasana
yang kondusif
14. Respon peserta
pertemuan baik
15. Ada respon positif
dari sasaran
advokasi
16. Kemampuan
komunikasi dari :
MC
Pembuka acara
Penyaji
Pembaca testimony
Pembaca kesimpulan
Penutup
Doa
17. Penulisan notulen
18. Dokumentasi
kegiatan.
Output
1. Isu strategis yang
disampaikan dapat
dipahami
2. Value atau
posisioning pesan
mendapat respon
yang baik
3. Media yang
dibagikan ke peserta
pertemuan di respon
dengan baik
4. Adanya komitmen
yang disampaikan
oleh sasaran
advokasi
5. Adanya dukungan
positif dari peserta
pertemuan
6. Adanya tindak lanjut
dalam bentuk
rekomendasi
Pedoman pengisian lembar kerja pemantauan atau pengamatan:
1. Penilaian dapat disisi dengan angka
2. Permasalahan : dapat diisi dengan uraian singkat masalah yang ada, bila
tidak ada masalah dituliskan tidak ada masalah
3. Hal-hal yang perlu diperbaiki : dapat diisi catatan khusus, misalnya:
himbauan atau tanggapan atau hal-hal penting yang harus diperhatikan /
diperbaiki oleh peserta pelatihan dalam pelaksanaan kegiatan advokasi, dan
kolom ini diisi berdasarkan pendapat si pemantau atau pengamat.
110
Pada tahap pelaksanaan hal lainnya yang penting adalah penentuan sasaran advokasi
dalam pelaksanaan kegiatan advokasi, sesuai dengan tingkatan wilayah kerja :
1. Wilayah Kabupaten/Kota
Ketua TP. PKK Kabupaten/Kota
Ketua Pokja IV, TP. PKK Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Pendidikan Formal, Kabupaten/Kota
Bappeda, Kabupaten/Kota
DPRD, Komisi Kesehatan, Kabupaten/Kota
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Dinkes Kabupaten/Kota
Forum Kabupaten/Kota Sehat
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat
Para Asisten terkait kesehatan
Pengelola media massa : Stasiun TV (jika ada), Surat kabar/Koran/ tabloid
atau majalah local, Stasiun RRI
2. Wilayah Kecamatan
Camat
Ketua TP. PKK Kecamatan
Ketua Pokja IV, TP. PKK Kecamatan.
Kasie. Kemasyarakatan
Forum Kecamatan Sehat
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Tingkat Kecamatan
Forum Komunikasi Kelurahan Siaga Tingkat Kecamatan
Lintas sektor di wilayah Kecamatan
Kepala Puskesmas Kecamatan
Pengelola media massa : Stasiun TV, Surat kabar/koran, Stasiun RRI
3. Wilayah Desa/ kelurahan
Lurah
Ketua TP. PKK Kelurahan
Ketua Pokja IV, TP. PKK Kelurahan
BPD/LPM Tingkat Kelurahan
Kasie. Kemasyarakatan
Forum Komunikasi Kelurahan Siaga
Puskesmas Kecamatan
Pengelola media massa : Stasiun TV Mega Swara, Koran Radar Bogor,
Stasiun RRI Bogor
111
Umpan balik setelah kegiatan advokasi merupakan hal penting yang harus dilakukan
pasca pelaksanaan kegiatan advokasi. Pemberian umpan balik diawali dengan
menggali pengalaman peserta tentang pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
yang telah dilakukannya. Pengalaman yang disampaikan meliputi : pengalaman positif
maupun hambatan serta masalah yang dirasakan atau ditemui.
Selanjutnya, pemberian umpan balik juga dilakukan oleh fasilitator dan pendamping
pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan tersebut. Pemberian umpan balik mengacu
pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dengan menggunakan lembar kerja
atau panduan.
Pada kegiatan ini, juga didiskusikan proses pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
yang dapat dilakukan di daerah seusai mengikuti pelatihan ini.
Pokok bahasan 4.
EVALUASI ATAS HASIL ADVOKASI DI WILAYAH KERJANYA.
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk melihat sejauh
mana keberhasilan dari kegiatan advokasi. Evaluasi dapat melalui pemantauan dan
penilaian dari kegiatan advokasi dan pembuatan instrumen pemantauan dan penilaian
kegiatan advokasi sangat penting, karena merupakan acuan petugas pelaksana
kegiatan ini. Instrumen merupakan alat ukur proses pelaksanaan kegiatan yang
mengacu pada indikator kegiatan advokasi kesehatan, yang meliputi indikator input,
proses dan out-put. Instrumen pemantauan kegiatan mengacu pada indikator input
dan proses, sedangkan instrumen penilaian mengacu pada indikator out-put.
1. Indikator kegiatan advokasi kesehatan
a. Di tingkat Kabupaten/Kota
1)
Indikator input
Tim Advokasi Kesehatan
Hasil analisis situasi, meliputi analisis situasi masalah kesehatan,
analisis isu kesehatan, analisis publik serta analisis kebijakan di
tingkat Kabupaten/Kota
Rencana kerja kegiatan advokasi kesehatan di tingkat Kabupaten/
Kota
Proses administrasi kegiatan advokasi kesehatan: penyiapan dan
proses pencairan alokasi dana, sarana serta surat menyurat.
2)
112
Indikator proses
Jumlah dan jenis media advokasi yang dikembangkan, diproduksi
serta didistribusikan untuk mendukung kegiatan advokasi kesehatan.
3)
Indikator out-put
Adanya peningkatan dukungan dana, tenaga dan sumberdaya
dari APBD atau Donatur/ Swasta terhadap pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan, terutama promosi PHBS di Rumah Tangga,
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, revitalisasi
posyandu serta pengembangan UKBM lainnya.
Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah terkait
dengan promosi kesehatan, terutama promosi PHBS di Rumah
Tangga, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, revitalisasi
posyandu serta pengembangan UKBM lainnya.
b. Di tingkat Kecamatan/Puskesmas
1)
Indikator input
Tim Kesehatan di kecamatan (misalnya: Pokja Pembinaan Desa/
Kelurahan Siaga Aktif, Pokja Pembina Posyandu, dll)
Hasil analisis situasi, meliputi analisis situasi masalah kesehatan,
analisis isu kesehatan, analisa publik serta analisa kebijakan yang
ada di tingkat kecamatan
Rencana kerja kegiatan advokasi kesehatan di tingkat Kecamatan
Proses administrasi kegiatan advokasi kesehatan: penyiapan dan
proses pencairan alokasi dana, sarana serta surat menyurat.
2)
Indikator proses
Jumlah dan jenis media advokasi yang dikembangkan, diproduksi
serta didistribusikan untuk mendukung kegiatan advokasi kesehatan
di tingkat kecamatan
113
3)
Indikator out-put
Adanya peningkatan dukungan dana, tenaga dan sumberdaya
dari APBD atau Donatur/ Swasta terhadap pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan, terutama promosi PHBS promosi PHBS di
RT, Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Revitalisasi
Posyandu serta pengembangan UKBM lainnya di tingkat kecamatan.
Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Camat dalam mendukung
kegiatan promosi kesehatan yaitu PHBS dan pemberdayaan
masyarakat dalam desa/kelurahan siaga aktif.
c. Di tingkat Desa/Kelurahan
1)
Indikator input
Tim Kesehatan di desa/kelurahan (misalnya: Pokja Desa/Kelurahan
Siaga Aktif, Pokja Posyandu, dll)
Hasil analisis situasi, meliputi analisis situasi masalah kesehatan,
analisis isu kesehatan, analisa publik serta analisis kebijakan yang
ada di tingkat desa/kelurahan.
Rencana kerja kegiatan advokasi kesehatan di tingkat desa/
kelurahan.
Penetapan proses pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan
beserta petugas advokatornya di tingkat desa/kelurahan.
Proses administrasi kegiatan advokasi kesehatan: penyiapan dan
proses pencairan alokasi dana, sarana serta surat menyurat di
tingkat desa/kelurahan.
114
2)
Indikator proses
Jumlah dan jenis media advokasi yang dikembangkan, diproduksi
serta didistribusikan untuk mendukung kegiatan advokasi kesehatan
di tingkat desa/kelurahan.
Pelaksanaan kegiatan advokasi kesehatan di tingkat desa/kelurahan:
melakukan kegiatan lobi, kunjungan lapangan, pertemuan,
musyawarah pembangunan tingkat desa/kelurahan (musbangdes),
dll
Penggunaan alokasi dana kegiatan advokasi kesehatan di desa/
kelurahan.
Penggunaan dana untuk kampanye kesehatan melalui media cetak
dan media luar ruang.
Dilakukannya proses penerbitan kebijakan (SK atau Surat Edaran)
serta pengajuan alokasi anggaran untuk kegiatan promosi kesehatan
terutama promosi PHBS, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif, Revitalisasi Posyandu serta pengembangan UKBM lainnya di
tingkat desa/kelurahan.
Adanya laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan
advokasi kesehatan di desa/kelurahan.
3)
Indikator out-put
Adanya peningkatan dukungan dana (ADD dan alokasi dana lainnya),
tenaga dan sumberdaya dari APBD atau Donatur/ Swasta terhadap
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa/kelurahan.
115
1
Input
a. Tim Advokasi Kesehatan
b. Hasil analisis situasi:
analisa situasi masalah kesehatan.
analisis isu kesehatan
analisa publik
analisa kebijakan
c. Rencana kerja kegiatan advokasi
kesehatan di tingkat Kab/Kota
d. Penetapan proses pelaksanaan
kegiatan advokasi kesehatan beserta
petugas advokatornya.
e. Proses administrasi kegiatan advokasi
kesehatan:
penyiapan lapangan
proses pencairan alokasi dana,
sarana
surat menyurat.
Proses
a. Jumlah dan jenis media advokasi yang
dikembangkan, diproduksi serta
didistribusikan untuk mendukung
kegiatan advokasi kesehatan.
Media cetak
Media luar ruang
Media elektronik
b. Peningkatan kapasitas tenaga
advokasi kesehatan:
orientasi,
seminar,
pelatihan di bidang advokasi
kesehatan
c. Pelaksanaan kegiatan advokasi
kesehatan: melakukan kegiatan lobi,
presentasi, seminar, konferensi pers,
pertemuan, dll
d. Penggunaan alokasi dana kegiatan
advokasi kesehatan
di kab/kota,
kecamatan
desa/kelurahan.
116
Hasil
pemantauan
/ penilaian
ada tidak
2
Sumber
data/
informasi
Indikator kunci
Adanya Tim
Advokasi
Kesehatan
Adanya
Rencana
Kegiatan
Advokasi
Kesehatan
berdasarkan
hasil analisis
situasi
Tersedianya
dana kegiatan
advokasi
kesehatan
Adanya media
Advokasi
Kesehatan
Adanya
Tenaga
Advokasi
Kesehatan
yang
berkompeten
Adanya
komitmen
pejabat publik
mendukung
kegiatan
promosi
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat.
Adanya
peningkatan
dukungan dana
APBD/ADD
untuk kegiatan
Promosi
Kesehatan dan
pemberdayaan
Masyarakat
Adanya
kebijakan yang
dikeluarkan
oleh Pejabat
Publik tentang
Promosi
Kesehatan dan
pemberdayaan
Masyarakat
1. Kolom 1 : berisi tentang aspek yang dipantau atau dinilai berdasarkan indikator
kegiatan advokasi kesehatan.
2. Kolom 2 dan 3 : diisi hasil pemantauan dan penilaian kegiatan advokasi kesehatan,
dengan cara menuliskan tanda V pada kolom ya atau tidak.
3. Kolom 4 : diisi dengan sumber data atau informasi tentang aspek pemantauan/
penilaian, misalnya: di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, ada catatan / laboran
hasil analisis situasi
117
VI.
118
Referensi
Kemenkes. RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2013, Modul Pelatihan Pengelola
Advokasi, Jakarta.
MATERI INTI 3
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL
I.
Deskripsi Singkat
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan juga dipengaruhi oleh hasil kerja dan
kontribusi positif berbagai sector pembangunan lainnya, termasuk sektor swasta dan
masyarakat. Hal ini tidak lain karena derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Tidak hanya pelayanan kesehatan yang dapat menentukan derajat kesehatan
masyarakat, melainkan juga faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Di sisi
lain, derajat kesehatan masyarakat juga merupakan modal dasar bagi terciptanya
kemampuan masyarakat untuk membangun. Masyarakat yang sehat akan menjadikan
negara kuat, karena sumber daya manusia yang ada bagi pembangunan negara
menjadi berkualitas. Oleh sebab itu, derajat kesehatan masyarakat pada hakikatnya
merupakan tujuan sosial (social goal) yang harus menjadi perhatian dan urusan
semua pihak. Tanggung jawab harus dibagi di antara para pemangku kepentingan
(stakeholders).
Untuk menciptakan harmonisasi dalam mendapatkan dukungan sosial perlu diciptakan
opini positif atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat
untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Kemauan untuk melakukan
sesuatu timbul apabila lingkungan sosial di manapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat,
khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase
mau, perlu dilakukan Bina Suasana
Mengingat pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM harus memahami
tentang ruang lingkup materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Pelaksanaan
Penggalangan dukungan sosial dalam mendukung program prioritas Kementerian
Kesehatan RI.
119
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penggalangan
dukungan sosial.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang penggalangan dukungan sosial
2. Melakukan identifikasi dalam rangka menggalang dukungan sosial/bina
suasana
3. Menyusun perencanaan untuk melaksanakan penggalangan dukungan sosial
4. Melaksanakan penggalangan dukungan sosial
III.
120
Pokok bahasan 4.
Pelaksanaan penggalangan dukungan sosial
a. Tingkat Kecamatan/desa
b. Tingkat Kabupaten/kota
IV.
121
122
c.
d.
e.
f.
g.
selama 45 menit.
Fasilitator menjelaskan pedoman dan tugas diskusi untuk setiap kelompok.
Fasilitator minta setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya, dan kelompok
lain diberi kesempatan menyampaikan tanggapannya.
Fasilitator merangkum hasil diskusi setiap kelompok, kemudian menyampaikan
penegasan tentang penyusunan perencanaan promosi kesehatan.
Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi tentang materi yang kurang dipahami.
Fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
klarifikasi yang disampaikan oleh peserta latih.
Langkah 6.
Kesimpulan (15 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator mengajak peserta untuk mereview hal-hal penting yang ada dalam
pokok bahasan ini.
b. Fasilitator menegaskan bahwa salah satu kompetensi Pejabat Fungsional PKM
Terampil adalah mampu menyusun perencanan dengan membuat rancangan cara
untuk mendapatkan dukungan sosial di tingkat kecamatan/desa dan kabupaten/
kota dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi
kesehatan.
c. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan kembali tujuan pembelajaran umum
dan khusus dari pokok bahasan ini.
d. Fasilitator mengucapkan kata-kata yang membangun semangat serta harapan
agar setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu membuat atau menyusun
bentuk penggalangan dukungan sosial dalam melaksanakan penyuluhan
kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan yang lebih baik lagi.
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PENGGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL
A. Pengertian
Bina Suasana (social support) adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan
sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama,
123
dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap
perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan
Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase
tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.
B. Tujuan Bina Suasana
1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, sumberdaya, fatwa serta peraturan formal
maupun non-formal dalam meningkatkan cakupan RT PHBS
3. Meningkatnya peran serta individu maupun kelompok potensial dalam
meningkatkan cakupan RT PHBS
C. Sasaran Bina Suasana
1. Sasaran individu yaitu:
1.
Anggota legislatif, eksekutif dan yudikatif
2.
Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat
3.
Petugas
4.
Kader
2. Sasaran kelompok yaitu:
1.
Organisasi kemasyarakatan (organisasi pemuda, organisasi wanita,
organisasi keagamaan)
2.
Organisasi profesi
3.
Dunia usaha/ swasta
4.
Kelompok peduli kesehatan
3. Sasaran massa yaitu :
Masyarakat umum yang dapat dijangkau oleh media massa baik cetak,
elektronik maupun tradisional.
Ketiga kelompok sasaran ini bisa berada di pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota. Sedangkan di kecamatan dan di desa, sasaran bina suasana
dikelompokan menjadi dua yaitu:
1.
Formal : tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas, guru, pengurus
RW/RT dll
2.
Informal : dukun bayi, tokoh adat, kader, dll
D. Pendekatan Bina Suasana
Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu:
1. Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.
124
125
Forum komunikasi
Dokumen data yang up to date (selalu baru)
Mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat
Hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
Menumbuhkan keciptaan terhadap kesehatan
Memanfatkan kegiatan dan sumber sumber dana yang mendukung upaya
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Adanya umpan balik dan penghargaan
G. Langkah-Langkah Bina Suasana
1. Persiapan
a.
Identifikasi sasaran
Sasaran bina suasana biasanya disebut mitra. Mitra yang ditetapkan
harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: 5C
Kompetensi (competent)
126
b.
c.
d.
127
e.
FORMAT ISIAN
Format ini diisi oleh Petugas Pusat Promosi Kesehatan untuk
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
fasilitasi
organisasi
kemasyarakatan dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
A. PEWAWANCARA
: Promkes
B. TEMPAT DAN WAKTU WAWANCARA
: ..........................
C. IDENTITAS INFORMAN
Nama
: ......................
Jabatan
: ......................
Telepon/Faksmile
: ......................
D. PERTANYAAN
1. Informan Pengelola Ormas Pusat
a. Rapat Koordinasi Pusat
1) Apakah pertemuan rapat koordinasi tingkat pusat sudah
dilaksanakan ?
Sudah,
Berapa kali : ..
Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................
Jumlah peserta
Dimana
: .......
:...........
128
media
Kapan : ..
sudah
Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................
Jumlah peserta
Dimana
: .......
:...........
Kapan : ..
Berapa jumlahnya
: ..
Mengapa : .................................................
129
Sudah
Dimana
Jumlah peserta
Kapan : ...................................
: ....
: ....
130
Siapa pesertanya :
............................................................................................
............................................................................................
Jumlah peserta
Dimana
: ..........................
:............................
131
Siapa sasarannya :
............................................................................................
............................................................................................
Berapa jumlah
Dimana dilaksanakan
Waktunya
:
:
:
dan
evaluasi
telah
evaluasi
kabupaten/kota
ke
Nama
Kegiatan
Materi
Sasaran,
tempat
dan waktu
133
Siapa pesertanya :
......................................................................................
.......................................................................................
Jumlah peserta
Dimana
:
:
Siapa pesertanya :
.......................................................................................
.......................................................................................
134
Jumlah peserta
Dimana
: ......
:
Kapan : .
Dimana
Jumlah peserta
: ....
: ....
135
tingkat
Siapa pesertanya :
............................................................................................
...........................................................................................
136
Jumlah peserta
Dimana
:
:
Contoh:
2. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
a.
Membangun forum komunikasi
b.
Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
c.
Saling berbagai peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
potensinya.
d.
Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
dokumentasinya
e.
Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
f.
Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun
rencana tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang
berkesinambungan
g.
Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
h.
Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang
prinsip-prinsip kemitraan
i.
Tidak meracuni komitmen
j.
Menggalang sumberdaya/sumberdana serta potensi yang ada dimasingmasing mitra.
137
138
agama, Organisasi profesi yang terkait dan swasta/dunia usaha. Oleh karena
itu perlu diidentifikasi siapa diantara pihak tersebut yang dapat menjadi mitra
potensial dalam pelaksanaan promosi PHBS di wilayah kerja. Tentunya akan
berbeda disetiap wilayah tergantung situasi kondisi masing-masing.
1. Kemitraan
Untuk mengidentifikasi siapa mitra potensial dalam dalam pelaksanaan
promosi PHBS
Apa Kemitraan?
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok orang/institusi yang bekerja sama
dalam mencapai tujuan yang sama.
Prinsip dasar kemitraan: Kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan.
Kesetaraan: Setiap mitra kerja dalam penanggulangan TB patut
dihormati dan diberi pengakuan dalam hal kemampuan dan nilainilai yang dimiliki mereka serta diberi kepercayaan penuh dalam
penanggulangan TB.
Keterbukaan: Setiap mitra harus saling percaya dan terbuka, serta
mempunyai keyakinan bahwa mereka melakukan perjanjian dengan
terbuka dan jujur dalam pelaksanaan penanggulangan TB.
Saling menguntungkan: Hubungan kemitraan harus saling
menguntung kan semua pihak.
Dalam upaya mewujudkan kemitraan, pelaksana promosi PHBS harus mampu
mengidentifikasi mitra potensial yang ada di wilayahnya.
2. Siapa Mitra Potensial?
Yaitu setiap orang/pihak yang memiliki kepedulian, kemauan, kemampuan
serta komitmen yang tinggi untuk memberi dukungan serta kontribusi dalam
pelaksanaan promosi PHBS dengan berperan sesuai potensi yang dimilikinya.
Potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk keberhasilan dalam
pelaksanaan promosi PHBS.
Berikut ini unsur unsur landasan kemitraan, yang mungkin dapat dijadikan
acuan dalam mengidentifikasi mitra potensial disesuaikan dengan situasi dan
kondisi wilayah kerja.
139
2. Struktur
3. Keterbukaan
4. Kapasitas
5. Imbalan
6. Kedekatan
7. Sinergi
140
Pihak Yang
Berinisiatif
Pihak Yang
Diajak Bermitra
Gagasan
Kemitraan
Mengembangkan
komunikasi dua
arah dengan
calonmitra
Peduli terhadap
masalah calon
mitra dan
pemecahannya
Memiliki rencana
kerja yang
sistematis
Secara tim
Memiliki
pembagian kerja
koordinasi yang
baik
Mengembangkan
komunikasi dua
arahdengan calon
mitra
Peduli terhadap
masalah calon
mitra &
pemecahannya
Memiliki pemikiran
& cara kerja yang
sistematis
Secara internal
memiliki
pembagian kerja &
koordinasi yang
baik
Memungkinkan
Terjadinya
komunikasi dua
arah dan kontak
langsung
Meyakinkan dan
berbobot
Disusun secara
Sistematis
(dirancang,disusun
dan dikemas dengan
baik)
Memiliki
kesediaan
dibantu
Siap untuk
menerima saran
perbaikan
Fleksibel dan
mudah dihubungi
Dapat
mengerahkan
dan
menginvestasika
n berbagai
sumber daya
Tahu cara-cara
memiliki
pengalaman
bermitra
Mau dan dapat
memberi imbalan
dalam bentuk
uang atau
pengakuan
/penghargaan
atau lainnya
Memiliki atau
mau membangun
kedekatan dan
kesiapan akses
dengan calon
mitra
Dalam tim yang
kompak
Upaya-upayanya
Berkelanjutan
dan sinkron satu
sama lain
Memiliki kesediaan
membantu
Siap memberikan
saran konstruktif
dan dukungan
Fleksibel dan
mudah dihubungi
Dapat diuji-coba
untuk kelayakannya
Dapat dimodifikasi
dan atau dipecahpecah tanpa
kehilangan esensi
Disiapkan
dengan strategi
yang tepat dan
sistematis
Sesuai dengan
waktu yang
tersedia oleh
masing-masing
pihak
Fleksibel/dapat
disesuaikan
dengan situasi
yang dihadapi
Memungkinkan
komunikasi
secara informal
Dapat
menyediakan
waktu, tenaga dan
sumber daya untuk
bermitra
Tahu caracara/memiliki pengalaman
Bermitra
Dapat
menampung
gagasan secara
keseluruhan
Dapat diakses
oleh sebanyak
mungkin pihak
yang bermitra
Mengandung
manfaat/keuntungan
bagisemua pihak
yang bermitra
Memungkinkan
berlangsungnya
umpan balik dan
teguran-teguran.
Memiliki kesamaan/
kemiripan dengan
upaya yang
dilakukan masingmasing pihak yang
bermitra
Disampaikan
berulang-ulang
dalam berbagai
kesempatan
Dalam berbagai
bentuk tetapi
konsisten
Akrab (familiar)
untuk semua
pihak dan mudah
diakses
Media
Penyampai
Gagasan
Berbagai
macam/bentuk
dalam kesatuan
Dilakukan
berulang-ulang
tetapi konsisten
b.
c.
Kenali juga potensi apa yang ada di masyarakat di wilayah kerja masingmasing, yang berkaitan dengan:
1) Para pemimpin baik formal maupun informal (Community leaders).
2) Organisasi/ lembaga/ kelompok yang ada di masyarakat (Community
organizations ).
3) Dana yang ada di masyarakat (Community funds )
4) Bahan dan sarana milik masyarakat (Community materials and infra
structures).
141
142
d.
e.
f.
MITRA POTENSIAL
Tokoh agama
2.
3.
Tokoh masyarakat
4.
5.
LSM (sebutkan!)
Dst
PERAN
Menyampaikan informasi tentang
pelaksanaan PHBS di RT dan
mempengaruhi masyarakat
Penerapan
strategi
pelaksanaan
PHBS di RT oleh Dokter Praktik
Swasta (DPS)
Mempengaruhi dan menggerakkan
masyarakat
pada
kampanye
pelaksanaan PHBS di RT
Mengadvokasi pengambil keputusan
143
g.
144
Tujuan Mobilisasi
Sosial
Mitra (Orang/Lembaga)
Potensi Dalam
Pelaksanaan PHBS-RT
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Hasil diskusi/kerja kelompok ditulis dalam kartu metaplan atau kertas flipchart dan
ditempelkan di tempat yang telah disediakan berdasarkan kabupaten/kota masingmasing
Pleno
Setiap kelompok/perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi/kerja
kelompok masing-masing dan peserta dari kelompok lain diminta untuk menanggapi
Pada akhir sesi fasilitator memandu kelompok menarik kesimpulan atau gambaran
umum tentang Mitra Potensial dalam pelaksanaan PHBS-RT
145
2) Mengundang lintas program, lintas sektor dan lain lain pihak terkait
untuk membahas pelaksanaan dan pengorganisasian kampanye
agar ada kejelasan rencana kegiatan serta penanggung jawab
untuk setiap kegiatan. Buatlah Matriks untuk kejelasan jadwal waktu
pelaksanaan setiap kegiatan sampai hari pelaksanaan (Hari- H).
Tabel 3. Matriks Jadwal Kegiatan Kampanye
NO
Waktu/
Tanggal
Kegiatan
Tujuan
Penanggung
Jawab
Tempat
146
Penyuluhan Kelompok
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
kelompok masyarakat melalui berbagai metode dan media penyuluhan.
Tujuannya adalah agar kelompok tersebut terlibat secara aktif atau
memberi kontribusi yang nyata dalam pelaksanaan PHBS-RT.
Pesan yang disampaikan dalam penyuluhan kelompok antara lain:
1) Kejelasan tentang PHBS-RT dan program yang dilaksanakan.
2) Kejelasan tentang peran yang diharapkan dari kelompok masyarakat
3) Komitmen terhadap peran dan kontribusi pelaksanaan PHBS-RT
dalam bentuk tindakan nyata.
Langkah-langkah penyuluhan kelompok:
1) Merumuskan tujuan penyuluhan kelompok yang ingin dicapai,
apakah sebatas penyadaran/pengetahuan, atau sampai terjadi
perubahan sikap dan atau perilaku.
2) Menentukan siapa sasaran, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3) Menyiapkan pesan/informasi yang akan disampaikan/dibahas,
kemudian dikemas secara jelas, menarik dan mudah dipahami.
4) Menentukan metode yang akan digunakan untuk penyampaian
pesan tersebut. Metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai serta kelompok sasaran. Dapat berupa ceramah tanya
jawab, diskusi kelompok, simulasi dan lain-lain.
5) Menyiapkan alat bantu dan media yang akan digunakan, yang akan
mendukung tercapainya penerimaan pesan oleh sasaran.
6) Membuat rencana pelaksanaan (waktu, tempat, pembicara dari
tokoh masyarakat dan lain-lain)
7) Melaksanakan penyuluhan kelompok sesuai dengan rencana.
Harus diusahakan agar tepat waktu, jangan membiarkan sasaran
menunggu lama.
c.
Diskusi Kelompok
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah PHBS-RT
147
melalui metode diskusi kelompok. Dalam hal ini peserta diskusi dapat
bervariasi, terdiri dari berbagai kalangan di masyarakat yang sama-sama
memiliki kepedulian terhadap pelaksanaan PHBS-RT. Dengan metode
diskusi kelompok justru peserta yang secara aktif membahas tentang
pelaksanaan PHBS-RT di wilayahnya serta apa yang bisa diperankan
oleh masing-masing. Diskusi kelompok sebaiknya dilaksanakan secara
berkala dan berkesinambungan, karena untuk membahas masalah
pelaksanaan PHBS-RT dan penanggulangannya tidak cukup satu atau
dua kali pertemuan.
Apabila anggota kelompok diskusi adalah orang-orang yang setara
untuk membahas satu masalah tertentu, maka dapat digunakan metode
Diskusi Kelompok Terarah/DKT (Focus Group discussion/FGD).
d.
Kunjungan Rumah
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dari keluarga agar terjadi perubahan perilaku sehubungan dengan TB.
Kunjungan rumah dapat menjadi suatu gerakan mobilisasi sosial apabila
dilaksanakan secara serentak atau bersamaan, paling tidak pada waktu
yang tidak terlalu jauh, kepada sejumlah sasaran keluarga.
e.
Konseling
Digunakan untuk membantu menggali alternatif pemecahan masalah
pelaksanaan PHBS-RT dalam suatu keluarga. Konseling tidak hanya
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan akan tetapi juga oleh anggota
masyarakat dengan kriteria tertentu yang sebelumnya sudah dilatih
dalam hal konseling PHBS-RT. Dengan demikian dapat menjangkau
sasaran yang banyak.
Sebagai contoh keberhasilan mobilisasi sosial adalah kegiatan
gotong-royong berkaitan dengan pelaksanaan PHBS-RT seperti
arisan pengadaan jamban rumah tangga, penataan dan pemeliharaan
lingkungan perumahan dan lain-lain yang bermanfaat dalam mengurangi
penularan/penyebaran penyakit menular. Kampanye pelaksanaan
PHBS-RT yang menggunakan peluang Peringatan Kesehatan Sedunia,
dengan pendekatan kepada pengusaha dan industri lokal dapat
membuahkan keterlibatan dan dukungan terhadap pelaksanaan PHBSRT, misalnya menjadi sponsor pelaksanaan PHBS-RT.
Dalam menentukan bentuk mobilisasi sosial dapat digunakan tabel
berikut:
148
Sasaran
Bentuk Upaya
Mitra Potensial
Peran Mitra
149
Pokok Bahasan 3.
PENYUSUNAN PERENCANAAN DENGAN MEMBUAT RANCANGAN CARA
UNTUK MENDAPAT DUKUNGAN SOSIAL
A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan banyak
pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan tindakan untuk
waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik merupakan pekerjaan berat
karena menyangkut masa depan yang tidak pasti.
Perencanaan sebetulnya merupakan salah satu siklus dari proses pemecahan
masalah yaitu bagaimana mengubah posisi yang ada saat ini ke posisi yang
diinginkan. Seorang perencana harus menentukan terlebih dahulu bagaimana posisi
presentasi keadaan yang ada pada saat ini, bagaimana yang seharusnya idealnya
dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai posisi yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
"#
!!% !"!
!"
"#
$ #!#
"#
!!% !"!$
Dapat dikatakan bahwa suatu rencana adalah pemyataan tentang apa yang
ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Dengan demikian perencanaan
adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai, dan bagaimana
posisi yang ingin dicapai.
Perencanaan adalah penentuan apa yang ingin dicapai, kapan akan dicapai dan
bagaimana posisi yang ingin dicapai.
Langkah-Langkah Merencanakan Cara Untuk Mendapat Dukungan Sosial
Beberapa Pemikiran Dasar
1. Dukungan Sosial merupakan bagian integral dari program kesehatan itu
sendiri. Ini berarti bahwa materi/model dukungan sosial program kesehatan
harus sudah dibuat dan dikembangkan sejak perencanaan program itu
sendiri.
150
151
2)
3)
c. Mengenal masyarakat
Program yang akan direncanakan adalah untuk masyarakat. Karena itu
sudah jelas bahwa siapapun yang merencanakan program, harus mengenal
masyarakat dalam segala segi kehidupannya. Sehubungan dengan
perencanaan penggalangan dukungan sosial yang perlu dikenal tentang
masyarakat ini antara lain adalah:
1)
Jumlah penduduk
- Jumlah penduduk keseluruhan menurut golongan umur
- Kelompok-kelompok khusus risiko tinggi, seperti ibu hamil, ibu
menyusui, PUS, dan lain-lain yang kira-kira dibutuhkan dalam
menyusun perencanaan
- Jumlah balita.
2)
Keadaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
- Tingkat pendidikan (buta huruf dan sebagainya)
- Norma-norma setempat, pantangan-pantangan, dan sebagainya
sehubungan dengan perilaku yang diharapkan
- Agama
- Pola kepemimpinan setempat, artinya kelompok-kelompok mana
saja yang berpengaruh, hubungan pemuka masyarakat satu sama
lainnya dan sebagainya. Siapa-siapa. yang berpengaruh mengambil
keputusan di masyarakat, dan siapa-siapa yang berpengaruh
dalam mengambil keputusan dalam keluarga.
- Pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial, pemuda,
kemasyarakatan dan LSM serta dunia usaha yang ada.
- Tingkat ekonomi masyarakat serta jenis mata pencaharian
masyarakat serta pola konsumsi masyarakat.
152
3)
4)
5)
153
6)
7)
d. Mengenal wilayah
Program akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencana program
mengetahui dengan jelas situasi medan atau situasi lapangan yang dihadapi.
Yang perlu diketahui sehubungan dengan mengenal wilayah ini antara lain
adalah:
1)
Lokasinya, yaitu apakah:
- terpencil, tidak berbatasan dengan desa kecamatan lain
- apakah daerah tersebut daerah pegunungan, daerah pantai atau
daerah datar yang bukan pantai atau pegunungan
- apakah terjangkau oleh transportasi umum, dan sebagainya
2)
Sifatnya, yaitu :
- kapan musim hujan, kemarau panjang dan sebagainya
- daerah kering atau cukup air
- daerah banjir, pasang surut atau daerah rawan gempa dan
sebagainya
- daerah perbatasan, dan lain-lain
e. Menentukan prioritas
Prioritas dalam penggalangan dukungan sosial harus sejalan dengan
prioritas masalah yang ditentukan oleh program yang ditunjang. Penyuluhan
kesehatan hendaknya tidak menentukan prioritas sendiri, karena hal ini akan
menyebabkan program berjalan sendiri-sendiri.
Penentuan prioritas dapat berdasarkan bebagai pertimbangan, antara lain :
berdasarkan magnitude masalah tersebut, hingga diperlukan prioritas
penanggulangannya
berdasarkan pertimbangan politis, yaitu menyangkut nama baik negara,
dan sebagainya
berdasarkan sumberdaya yang ada.
154
b)
c)
155
d)
e)
156
PARAMETER
1
2
3
4
5
f.
MASALAH
B
C
!
!"
!!
-
"#
-
- "
- !
""#!
!"
157
158
h.
i.
159
k.
B. Manfaat Perencanaan
Perencanaan yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengurangi risiko ketidakpastian
Dalam organisasi yang semakin kompleks dan berbeda dalam lingkungan
yang selalu berubah, seorang perencana memerlukan cara-cara yang lebih
baik, untuk melakukan tugasnya. Perencanaan tidak dapat lagi bersikap
sebagai pemadam kebakaran karena semakin beragamnya persoalan
yang dihadapi. Yang diharapkan sekarang adalah mencegah terjadinya
kebakaran.
Melalui cara-cara yang lebih rasional dan berdasar, seorang perencana dapat
mengurangi risiko ketidakpastian yang dihadapi dalam pekerjaannya. Dengan
perencanaan yang baik pula seorang perencana dapat mencoha untuk
mempengaruhi apa yang akan terjadi dikemudian hari.
2. Memusatkan perhatian pada khalayak sasaran
Perencana yang baik memungkinkan perencana dapat menggunakan sumber
daya yang dimilikinya secara lebih efisien. Perencana dapat menangani
beberapa kegiatan secara simultan dan memberikan perhatian yang cukup
pada masing-masing kegiatan.
160
161
6. Memperhatikan kendala-kendala
Dalam menyusun rencana seorang perencana harus melihat kendalakendala yang ada, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Tidak
seorang perencana pun yang tidak mempunyai kendala ataupun dibatasi
oleh aturan-aturan baik dari pemerintah, masyarakat maupun lingkungan
fisik. Hal penting juga yang harus diperhatikan adalah batasan-batasan yang
ditentukan oleh organisasi dimana perencana itu berada misalnya peraturan,
prosedur, dan kebijakan yang telah disusun serta keterkaitan rencana satu
dengan lainnya.
D. Macam-Macam Perencanaan
Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) Lamanya (durasi), (2) Fungsi
atau Penggunaannya dan (3) Cakupannya (scope).
a. Perencanaan berdasarkan Lamanya (durasi)
Setiap perencanaan dapat digolongkan berdasarkan waktu pelaksanaannya.
Rencana jangka pendek sudah tentu dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu
yang singkat, sedangkan rencana jangka panjang dalam waktu yang lebih
lama.
Bagi seorang pimpinan di tingkat bawah, rencana 6 bulan mungkin sudah
merupakan rencana jangka panjang. Sebaliknya untuk pimpinan tingkat atas,
rencana 6 bulan tersebut dapat dianggap rencana jangka pendek. Terlepas
dari waktunya, rencana operasional seringkali digolongkan ke dalam rencana
jangka pendek jika rencana tersebut merupakan bagian dari rencana yang
lebih besar.
Perencanaan jangka pendek umumnya dibuat di tingkat bawah. Keterlibatan
seseorang dalam perencanaan jangka panjang semakin besar dengan
semakin tingginya tingkatan seseorang.
b. Perencanaan berdasarkan Fungsi
Perencanaan dapat pula digolongkan berdasarkan fungsi operasional
manajemen seperti produksi, pemasaran, keuangan dan personalia.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini memungkinkan untuk menggambarkan
hubungan antar bagian/unit dan mempelajari adanya kemungkinan pengaruh
perencanaan di satu unit terhadap unit lainnya.
c. Perencanaan berdasarkan Cakupan
adalah bentuk perencanaan yang mendasarkan dirinya pada berapa cakupan
baik populasi ataupun lainnya untuk dapat dilaksanakan berdasarkan hasil
analisis
162
Sasaran
Bentuk
Upaya
Mobsos
Langkah
Kegiatan
Dukungan
Sumber
Daya yang
Dibutuhkan
Waktu
Pelaksanaan
& Tempat
Mitra
Potensial
Peran
Mitra
Hasil yang
diharapkan
163
Latihan 4
Merancang Mobilisasi Sosial
Gerakan PHBS RT di Wilayah Kerja
Setelah mengerjakan Latihan 1, 2 dan 3, sebagai kelanjutannya
kelompok diminta untuk merancang mobilisasi sosial di wilayah kerja.
Seperti halnya untuk latihan 1,2 dan 3, kelompok dibagi sesuai asal
kabupaten/kota.
Didalam kelompok peserta membuat rancangan mobilisasi sosial
Gerakan PHBS RT yang sesuai berdasarkan hasil latihan-latihan
sebelumnya. Dalam menyusun rancangan tersebut, kelompok
mengacu pada paparan tentang rancangan mobilisasi sosial yang
telah disampaikan oleh fasilitator.
Tugas Kelompok:
164
Pokok Bahasan 4.
PELAKSANAAN PENGALANGAN DUKUNGAN SOSIAL
A. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencakup beberapa komponen yaitu:
1. Membangun forum komunikasi
2. Menyajikan data atau informasi kemudian dilanjutkan dengan merancang
kegiatan bersama-sama.
3. Saling berbagi peran dan tanggung jawab sesuai kemampuan serta
potensinya.
4. Melakukan kegiatan sesuai kesepakatan serta setiap kegiatan ada
dokumentasinya
5. Melakukan konsulidasi secara rutin sesuai kesepakatan.
6. Menyajikan hasil kegiatannya masing-masing , kemudian menyusun rencana
tindak lanjut. Dengan demikian merupakan kegiatan yang berkesinambungan
7. Memfokuskan kegiatan sesuai kebutuhan masyarakat atau membantu
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
8. Menjalin hubungan kemitraan yang serasi, dinamis serta memegang prinsipprinsip kemitraan
9. Tidak meracuni komitmen
10. Menggalang sumberdaya / sumberdana serta potensi yang ada di masingmasing mitra.
Contoh Pelaksanaan Strategi Dukungan Sosial Larangan Merokok
No
.
1.
2.
3.
Sasaran
Individu:
- Komisi E DPRD
se-Bali
- Bupati/ walikota
se-Bali
- Perahda Ida
MD. Gunung
- Prof. MD,
Bahdem
- I.Gd Prama
Kelompok:
- KNPI - PDGI
- PHDI - PHRI
- GOW - PWI
- IDI
- PKK
- IBI
- Koalisi Bali
Sehat
- Yayasan Citra
Usada
Sasaran massa
g
Tujuan
Kegiatan
g
Metode
Indikator
Memberi
dukungan
moral
Diseminasi
informasi
Sarasehan
- Adanya daftar
hadir
- Adanya
komitmen
Memberi
dukungan
moral
Diseminasi
informasi
Lokakarya
mini
- Adanya daftar
hadir
- Adanya
komitmen
Meningkatkan
pemahaman
pada bahaya
merokok
Sosialisasi
melalui media
elektronik
Pertunjuka
n
tradisional
Bondres
Ada kelompokkelompok
masyarakat yang
sudah tidak
merokok.
165
VI.
Referensi
Standar Kurikulum Pelatihan Pengangkatan Pertama JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHTAN MASYRAKAT
Pedoman Kemitraan Promosi Kesehatan dengan Lembaga Swadaya,
Pusat Promosi Kesehatan-Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Drs.
Dachroni,MPH
Kemitraan dengan sektor swasta, Pusat Promosi Kesehatan-Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Drs. Dachroni,MPH, jkt, tahun 2001
Pedoman harmonisasi pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
dalam rangkapercepatan pencapaian Tujuan Pembanguna Milenium (Milenium
Development Goals / MDGs)
Pembelajaran Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Mitra
Kementerian Kesehatan - Organisasi Kemasyarakatan dan Dunia Usaha, Pusat
Promosi Kesehatan-Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr.Lily S
Sulistyowati, MM, tahun 2012.
Pedoman Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, Pusat Promosi KesehatanKementerian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2013.
Pedoman Penyelenggaraan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Pembangunan Kesehatan.
LAMPIRAN
1. Standar Kurikulum Pelatihan Pengangkatan Pertama JABATAN FUNGSIONAL
PENYULUH KESEHTAN MASYRAKAT
166
MATERI INTI 4
PELAKSANAAN PENYULUHAN
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
I.
Deskripsi Singkat
Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini disusun untuk
membekali para Jabatan Fungsional Terampil di Bidang Kesehatan agar mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mandiri, sehubungan dengan itu maka, upaya yang
langsung akan dirasakan oleh masyarakat yaitu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Mengingat pentingnya Konsep pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut,
maka petugas promosi kesehatan/Pejabat Fungsional PKM terampil harus memahami
tentang pelaksanaan penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat . Ruang lingkup
materi yang akan dibahas pada sesi ini meliputi: Tentang pemberdayaan masyarakat,
melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung, melaksanaan kegiataan pameran,
menyelia kesenian tradisional untuk penyuluhan , pelayanankonseling dan survey
mawas diri
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan penyuluhan untuk
pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang pemberdayaan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan langsung
3. Melaksanakan kegiatan pameran
4. Menyelia kesenian tradisional untuk kegiatan penyuluhan kesehatan
5. Memberikan pelayanan koseling kepada individu / masyarakat
6. Membimbing dan membantu masyarakat dalam melakukan suvey mawas
diri.
167
III.
168
Pokok bahasan 4.
Pokok bahasan 5.
Pokok bahasan 6.
IV.
169
170
171
172
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian
informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude),
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
tindakan atau practice).
Pemberdayaan Masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses aktif,
dimana sasaran/klien dan masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta
aktif (berpartisipasi) dalam kegiatan dan program kesehatan
B. Tujuan
Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan
inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya di bidang kesehatan.
Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam
dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan.
C. Sasaran
1. Sasaran Utama adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat
2. Sasaran pendukung adalah individu maupun kelompok yang berperan aktif
dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
yaitu petugas kesehatan, kader, tokoh masarakat, tokoh agama, tokoh adat,
TP.PKK, Organisasi Masyarakat, Organisasi Keagamaan, Pramuka, Organisasi
Pemuda, Organisasi Profesi, Media masa, lintas sektor dan swasta/ Dunia
Usaha.
3. Sasaran lainnya adalah penentu kebijakan yang mempunyai kewenangan
memberikan dukungan kebijakan dan sumbernya sasaran tersebut adalah RT,
RW, Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati, Wali kota, BPD,DPRD,Ketua TpPKK.
173
D. Pendekatan
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan
a) Makro, dilakukan dengan membangun komitmen di setiap jenjang, membangkitkan
opini masyarakat, menyediakan petunjuk teknis operasional atau petunjuk pelaksanaan
dan biaya operasional, serta monitoring dan evaluasi serta koordinasi; b) Mikro,
dilakukan dengan menggali potensi yang belum disadari masyarakat (potensi dapat
muncul dari adanya kebutuhan masyarakat) yang diperoleh melalui pengarahan,
pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian serta membuat modelmodel percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat.
1. Tingkat Pusat
a.
Persiapan :
Diseminasi informasi mengenai pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan dengan kementerian/lembaga dan pihak
lain yang terkait termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Mengembangkan sistim database dan informasi terkait pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi.
b.
Perencanaan
Merencanakan teknis pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat dengan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait
termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
c.
dan
pembinaan
Pelaksanaan
Membentuk kelembagaan untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat pusat yang
beranggotakan kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait termasuk
organisasi masyarakat dan dunia usaha.
Menetapkan kebijakan yang mendukung operasionalisasi pelaksanaan
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Menerbitkan pedoman dan petunjuk teknis yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Mensosialisasikan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang
mendukung operasionalisasi pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
174
Monitoring Evaluasi
Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan pada lingkup nasional
Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada Kementerian
Kesehatan dan Kementerian/Lembaga terkait secara berkala
Melakukan evaluasi secara periodik. Pemantauan dan pengawasan
independen oleh berbagai pihak, baik secara internal maupun eksternal.
Hasil monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai rujukan untuk
melakukan kegiatan yang berkelanjutan.
2. Tingkat Provinsi
a.
Persiapan
Diseminasi informasi upaya pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan di tingkat provinsi dengan dinas kesehatan dan SKPD serta
pihak lain yang terkait.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat provinsi
yang beranggotakan dinas kesehatan dan SKPD serta pihak lain yang
terkait.
b.
Perencanaan
Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
175
Pelaksanaan
Menerapkan kebijakan yang sudah ditetapkan dari tingkat pusat.
Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
Menetapkan mekanisme koordinasi antar instansi terkait dengan seluruh
instansi yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat
Provinsi bersama SKPD dan pihak terkait.
Menyelenggarakan peningkatan kapasitas bagi petugas pelaksanaan,
yaitu pelatihan manajemen dan pelatihan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Memfasilitasi sumber daya dan sumber dana untuk pelaksanaan dan
pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Melakukan pembinaan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada Kabupaten/Kota.
Menyelenggarakan sistim database dan informasi kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terintegrasi
d.
176
Perencanaan
Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
SKPD dan pemangku kepentingan terkait.
Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan yang bersumber dari dana APBN, APBD, Swasta/
Dunia Usaha dan masyarakat.
c.
Pelaksanaan
Menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan di tingkat provinsi.
Menetapkan kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
Menetapkan mekanisme koordinasi antar dinas terkait dengan seluruh
dinas yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan.
Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota
bersama SKPD dan pihak lain yang terkait.
Melakukan pembinaan teknis dan pendampingan dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan kepada
Kecamatan.
177
Monitoring Evaluasi
Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan lingkup Kabupaten/Kota secara berkala.
Pemantauan dan pengawasan oleh lembaga yang terbentuk di tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan kepada pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten/kota secara berkala.
Melakukan evaluasi secara periodik. Hasil monitoring dan evaluasi ini
digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang berkelanjutan.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas selanjutnya dilakukan di
tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan sesuai dengan kewenangannya.
Dengan
menerapkan
langkah-langkah
pelaksanaan
kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, maka keberhasilan
kegiatan yang dilakukan, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan dapat terukur dengan baik.
E. Metode
Berikut dapat digunakan beberapa metode dalam upaya pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta potensi
yang dimiliki:
178
179
180
181
F. Langkah-langkah
1. Perumusan upaya pemecahan masalah oleh masyarakat dan membuat
perencanaan
Perumusan upaya pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat atas dasar
musyawarah, yang menghasilkan kesepakatan tentang upaya atau kegiatan apa
yang menjadi prioritas untuk diangkat sebagai program kerja. Prioritas masalah
yang telah ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah ini mempunyai kekuatan
politis yang tangguh untuk menggali dan meningkatkan peran masyarakat, serta
menjamin kelestarian program. Prioritas dari kegiatan yang telah disepakati
tersebut kemudian dipergunakan sebagai bahan untuk mengembangkan
perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan yang ada di desa tersebut.
Peran petugas kecamatan pada pertemuan MMD ini adalah memandu jalannya
musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan.
Upaya menetapkan prioritas masalah dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan
atau dapat juga dengan jalan membuat skoring terhadap beberapa permasalahan
yang ada berdasarkan:
a.
Kegawatannya: besar/kecilnya akibat masalah kesehatan ini bagi
masyarakat.
b.
Mendesaknya: berkaitan dengan waktu. Kalau tidak segera ditanggulangi
akan menimbulkan akibat yang serius.
c.
Penyebarannya: semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah
yang terkena, menjadi semakin penting.
d.
Sumber daya yang dimiliki: kaitannya dengan kemampuan yang mereka
miliki untuk mengatasi masalah tersebut dana, sarana, tenaga, dan
teknologinya.
Sedangkan cara melakukan identifikasi penyebab masalah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode analisa sebab-akibat (cause and efect analysis)
atau Fishbone Analysis dari Isikawa, melalui curah pendapat yang melibatkan
seluruh anggota kelompok, dengan sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan masalah-masalah yang ada, kemudian klasifikasikan
masalah-masalah tersebut ke dalam variabel faktor-faktor penyebab
(manusia/pengetahuan, sikap, perilaku, metode, alat, bahan, lingkungan
dan variabel lainnya).
b.
Siapkan bagan tulang ikan dari Isikawa dan tempatkan potongan-potongan
kertas pendapat diatas dalam posisi sebab-akibat, dengan menggunakan
beberapa kali (3-5 kali) pertanyaan why, sesuai dengan variabel faktor-
182
c.
faktor penyebabnya, sampai tidak bisa dijawab lagi yang terakhir inilah
kemungkinan sebagai akar penyebab masalah untuk setiap faktor.
Ketika pertanyaan why tidak bisa lagi diberikan jawaban yang logis
mengenai penyebabnya, maka itulah why terakhir yang dianggap sebagai
akar penyebab masalah yang akan dijadikan dasar dalam menyusun
program kerja (plan of action).
183
Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di tingkat
kabupaten, maupun kecamatan merupakan wahana pemantauan
yang baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu,
hasil supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat
membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga
perlu dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan
desa dengan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal.
Dalam forum ini pelaksana pembangunan desa dapat menyampaikan
rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan serta
keberhasilan yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai wadah
untuk pemecahan masalah, menyempurnakan rencana yang disusun
dan lain-lain sehingga dapat berfungsi untuk pemantauan dan penilaian
oleh masyarakat sendiri.
c.
184
d.
e.
f.
g.
Pokok bahasan 2.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PENYULUHAN LANGSUNG.
Penyuluhan langsung
Adalah penyuluhan tanpa menggunakan suatu media/ alat perantara teknik komunikasi,
baik yang berupa barang cetak maupun berbentuk alat elektronika. Dalam kegiatan
komunikasi primer, komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti
khusus, dan penggunaan isyarat-isyarat. Misalnya, kita berbicara langsung kepada
seseorang di hadapan kita.
A. Penyuluhan Massal
Metode dan teknik yang diterapkan dalam komunikasi massa, dapat menggunakan
ceramah, pidato, siaran radio, siaran di televisi, di surat khabar, media cetak.
Dengan demikian metode promosi kesehatan yang diterapkan melalui kegiatan
komunikasi massa dapat dilakukan melalui komunikasi langsung maupun tidak
langsung.
185
186
Kekuatan:
Dapat mencakup sasaran yang luas.
Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum.
Sumber tenaga pengajar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)
Kelemahan:
Pesawat penerima siaran (radio dan televisi) belum merata dimiliki oleh
masyarakat.
Memerlukan perencanaan dan desain matang dan memakan waktu lama.
Memerlukan penyiar yang telah mahir di bidang siaran (broadcasting)
4. Pemutaran film dan slide
Informasi disampaikan kepada sasaran melalui media film dan slide. Persyaratan
penggunaan cara ini antara lain adalah:
Tersedia proyektor, listrik dan tenaga untuk mengoperasikan proyektor
tersebut.
Tersedia ruangan yang dapat menghalangi cahaya dari luar.
Kekuatan:
Dapat mencapai sasaran yang besar.
Karena bersifat visual, maka dapat membantu proses pengamatan,
pengenalan dan ingatan.
Lebih menarik perhatian.
Kelemahan:
Mahal
Memerlukan peralatan dan teknologi tinggi.
Memerlukan ruang yang khusus.
Tidak dapat dilaksanakan di sembarang tempat.
Kesulitan dalam menerima informasi (kesalahan persepsi) tidak dapat segera
diatasi.
5. Pemasangan/penggunaan pamflet, leaflet dan booklet
Penyampaian informasi kepada sasaran dilakukan dengan menggunakan
pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya sebagai media. Persyaratan umum dalam
penggunaan metode ini antara lain adalah:
Harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah ditangkap oleh sasaran.
Tidak menimbulkan persepsi yang salah pada sasaran (masyarakat).
Harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi secara spontan.
187
Kekuatan:
Menarik perhatian.
Sasaran lebih besar, bahkan menjadi bersifat massal.
Lebih efektif dan efisien.
Kelemahan:
Kemungkinan timbulnya salah persepsi lebih besar.
Kesulitan dalam persepsi atau penerimaan oleh sasaran tidak dapat segera
diketahui.
Memerlukan rancangan yang matang dan perancang yang ahli.
Kurang cocok untuk masyarakat sasaran yang buta huruf.
6. Tulisan-tulisan di majalah atau koran
Membuat tulisan di media cetak, seperti koran, majalah, atau bisa juga membuat
tulisan di majalah dinding sekolah.
7. Bentuk lain: billboard, spanduk, poster pencanangan, menyelipkan pesan
pada khotbah keagamaan, menyelipkan pesan pada kesenian tradisional,
memanfaatkan pengeras suara di tempat ibadah, membuat koran dinding di
sekolah, menempelkan pesan di tempat-tempat ramai, pemutaran film di tempat
terbuka juga termasuk promosi kesehatan massa
Sebelum melakukan promosi kesehatan massa terlebih dahulu dilakukan
persiapan yang akan dipakai dalam menetapkan metode dan teknik yang akan
diplih, yaitu:
1. Identifikasi Masalah kesehatan yang ada di suatu tempat
Buatlah daftar masalah-masalah kesehatan yang ada, dan bisa juga tanyakan
mengenai data 10 penyakit terbanyak pada petugas kesehatan, dan juga
mewawancarai warga setempat.
2. Tentukan prioritas masalah
Dari hasil identifikasi, tentukanlah prioritas masalah yang akan kita bahas.
Biasanya dapat taeridentifikasi dari banyaknya warga yang merasakan
masalah tersebut, atau beratnya masalah yang ditimbukan seperti kematian.
3. Susunlah rencana promosi kesehatan massa
Menyusun rencana strategi promosi kesehatan massa yang akan digunakan.
Perencanaan promosi kersehatan massa yang baik meliputi penentuan tujuan
yang dicapai, sasarannya, pesan yang akan disampaikan, cara dan media
yang digunakan, waktu dan bisa juga dengan menentukan tokoh penggerak
yang dihormati.
188
Komunikasi massa
Adalah penyampaian pesan / informasi kepada sejumlah sasaran yang tidak
saling mengenal, biasanya dalam jumlah banyak.
Dari segi proses komunikasi, tidak berbeda dengan proses-proses komunikasi
yang lain. Wilbur Schramm menyatakan bahwa perbedaan antara proses
komunikasi massa dengan yang lain adalah sifat-sifat yang terkandung dalam
proses komunikasi massa, yaitu bahwa sumbernya atau komunikatornya lebih
banyak bersifat terorganisasikan atau terlembagakan, kemudian disalurkan
melalui media massa secara massal dan ditujukan kepada Orang banyak yang
bersifat anonim dan heterogen (1965).
Charles Wright (1959) mengidentifikasikan beberapa karakteristik komunikasi
massa sebagai berikut :
a. Komunikasi massa ditujukan kepada sasaran yang jumlahnya besar atau
luas, umumnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogen) dan tidak
dikenal (anonim).
b. Kegiatannya dilakukan secara cepat dan waktu-waktu tertentu.
c. Komunikator dilakukan oleh suatu bentuk organisasi.
d. Pesan-pesan disiarkan secara umum, sehingga dalam waktu yang bersamaan
pesan yang disampaikan dapat mencapai sebagian besar.
Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar dari pada komunikasi
interpersonal. Sebab, komunikator harus menyampaikan pesan kepada banyak
komunikan yang berbeda karakteristiknya, pada saat yang sama. Pesan dalam
komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan melalui media massa,
bersifat massal dan ditujukan kepada sasaran yang luas.
Media massa terdiri dari :
a. Media tercetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku pamflet,
billboard, dan lain-lainnya.
b. Media elektronika, yaitu radio, TV, film, dan sebagainya.
Secara umum, yang dikenal media massa adalah pers, radio, TV, dan film.
Syarat untuk dapat berfungsi sebagai media massa adalah: sifat massal dalam
produksinya sehingga produknya itu mudah didapat oleh banyak orang, dan
dengan demikian harganya relatif begitu murahnya sehingga diharapkan setiap
orang dapat menikmatinya.
189
190
191
b. Memperluas wawasan.
Dengan memperoleh informasi dari media massa maka orang lau mengetahui
apa yang sedang terjadi di bagian lain daripada dunia ini walaupun orang
tersebut tidak berkunjung ke tempat tersebut. Begitu juga melalui media
massa orang bisa tahu kehidupan masyarakat di tempat lain. Demikianlah
media massa telah memperluas wawasan mereka.
c. Dapat memusatkan atau mengalihkan perhatian masyarakat.
Biasanya apa yang sedang hangat-hangatnya muncul di media massa seperti
surat kabar misalnya, itulah yang menjadi perhatian masyarakat.
d. Dapat menggali aspirasi masyarakat.
Misalnya, media massa dapat merangsang masyarakat untuk mempunyai
keinginan hidup yang lebih baik, memiliki rasa harga diri, dan sebagainya.
Dengan perkataan lain, media massa dapat menciptakan suasana positif
untuk terjadinya perubahan.
e. Dapat merubah sikap masyarakat yang tidak begitu kuat.
Kalau sikap yang dimiliki itu kuat dalam dirinya, maka yntuk merubahnya, tidak
bisa hanya melalui media massa, tetapi harus didukung dengan komunikasi
antar personal.
f. Dapat menyebarluaskan informasi kepada komunikasi antar personal.
Seperti diketahui, dalam komunikasi antar personal, peranan pemuka
masyarakat sangat berpengaruh, dan mereka inilah biasanya bertindak
sebagai komunikator. Sebagai pemuka masyarakat, biasanya mereka lebih
banyak kontak dengan media massa. Nah di sinilah massa bisa berperan
mensuplai informasi kepada pemuka masyarakat tersebut.
g. Dapat memberikan atau meningkatkan status seseorang.
Seorang yang sering dimuat dalam media massa biasanya statusnya akan
naik.
h. Dapat mendukung berlakunya suatu norma.
Kalau suatu norma sudah didukung dan sering dimuat dalam media massa,
maka biasanya masyarakat menerima norma tersebut.
i. Dapat menciptakan selera.
Misalnya kalau media massa berulang kali memuat lagu-lagu tertentu,
biasanya masyarakat ikut-ikutan.
j. Dalam pendidikan, media massa tidak dapat berperan sendiri. Ia harus
ditunjang dengan komunikasi antar personal, lebih-lebih untuk mengembangkn
sikap dan keterampilan.
B. Penyuluhan Kelompok
Metoda dan teknik yang digunakan dalam melakukan promosi kesehatan
didalam kelompok adalah diskusi kelompok, demontrasi, ceramah tanya jawab,
permainan/ bermain peran.
192
seringkali membosankan
193
yang ada dalam keluarga. Jumlah peserta dalam setaip kelompok DKT antara
8-10 orang. Diskusi sebaiknya berlangsung tidak lebih dari 2 jam.
Pengelompokkan peserta dapat berdasarkan kedekatan lingkungan tempat
tinggal, kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok pengajian, dasa
wisma.
Manfaat DKT adalah:
Ucapkan selamat datang dan ajak peserta berbicara yang sifatnya umum
yang tidak berkaitan dengan topik diskusi, agar peserta tidak merasa
tegang, misalnya menanyakan keadaan kesehatan, hasil pertanian atau
hal-hal lain yang erat dengan keadaan peserta atau lingkungan tempat
tinggal.
194
195
Kekuatannya adalah memperoleh sejumlah pemikiran atau pendapatpendapat baru dari peserta, mengetahui tingkat pemahaman peserta
terhadap materi yang akan dibahas tersebut. Kemudian dapat
merangsang partisipasi, bisa menghasilkan reaksi berrantai, tidak
menyita waktu banyak, dapat dilakukan pada kelompok besar/kecil
serta tidak memerlukan peralatan yang banyak
196
Menghemat waktu
Memupuk kepemimpinan
197
Kelemahannya adalah:
198
199
Kekuatannya adalah:
200
Kekuatannya adalah:
201
Kelemahannya:
Individu/Perorangan
C. Penyuluhan Individu
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individu/perorangan adalah
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lainnya atau lebih, dapat
dilakukan melalui komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
langsung, misalnya kunjungan rumah, komunikasi ditempat pelayanan kesehatan.
Sedangkan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media, misalnya
komunikasi melalui telepon, surat, email, dll.
Metode dan teknik yang dapat diterapkan dalam penyuluhan atau promosi secara
individu/ perorangan adalah:
1. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal yaitu interaksi dari individu ke individu atau dari
individu dengan kelompok kecil, bersifat dua arah, kemudian pesan yang
disampaikan dalam bentuk verbal dan non verbal. Kedua belah pihak saling
berbagi informasi dan perasaan. Adapun langkah-langkah melakukan
komunikasi interpersonal adalah SAJI (Salam, Ajak Bicara, Jelaskan dan
Ingatkan).
2. Konseling
Konseling yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling
kepada klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan
informasi yang tidak memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien
mampu mengenali keadaan dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga
dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap bagi dirinya sendiri dengan
kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Atas dasar
tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan keputusan yang telah
dipilihnya secara mantap karena memahami alasan dan tujuannya. Dasar dari
202
203
204
c.
d.
f.
205
206
g.
h.
i.
j.
207
D. Penyuluhan Partisipatif
Penyuluhan Partisipatif adalah kegiatan terencana berupa pendidikan non-formal,
yang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya melibatkan sasaran didik secara
aktif. (Pemeran Utama)
Pelibatan masyarakat setempat sebagai sasaran didik dilakukan mulai
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi seluruh kegiatan.
Dalam perencanan: identifikasi masalah dan kebutuhan yang menjadi titik tolak
perencanaan penyuluhan harus yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyartakat
setempat.
Dalam pelaksanaan: anggota masyarakat menjadi pemeran utama; potensi
(pengetahuan, keterampilan, pengalaman) yang ada mereka dimanfaatkan secara
maximal. Penyuluh sebagai fasilitator
208
209
210
211
212
Pokok bahasan 3.
MELAKSANAKAN KEGIATAN PAMERAN
Pada hakekatnya promosi kesehatan adalah keseluruhan proses pengenalan produk
tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang harus dipasarkan kepada khalayak
sasaran, sehingga diharapkan mereka menerima dan mengadopsi PHBS yang
ditawarkan.
Promosi dalam pemasaran sosial meripakan bauran komunikasi pemasaran (marketing
communication mix), yaitu suatu perpaduan antara periklanan, penjualan personal dan
publisitas. (Rhenald Kasali). Jadi, kalau hanya mengandalkan iklan saja dari produk
yang dipasarkan, tanpa di ikuti oleh penjualan personal, maka bisa saja mengalami
kegagalan dalam mempromosikan suatu produk tersebut.
Pameran merupakan salah satu bentuk media promosi kesehatan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap proses adopsi, apabila pameran tersebut dirancang
dengan baik dan seksama. Penyelenggaraan pameran sampai sampai saat ini sangat
digemari oleh khalayak masyarakat dari berbagai lapisan. Terlebih apabila dalam
penyelenggaraan pameran disertai dengan berbagai games berhadiah, pemutaran
film, pemberian sofenir, buku-buku.
Konsep Dasar Pameran:
1. Pengertian pameran.
a. Pameran adalah suatu kegiatan terintegrasi, dimana terjadi interaksi langsung
antara khalayak sasaran dengan produk/ jasa yang ditawarkan.
b. Pameran memberikan informasi produk/ jasa yang ditawarkan kepada
khalayak sasaran. Informasi yang disampaikan diharapkan dapat tersampaikan
kepada sasaran sehingga khalayak sasaran dapat melakukan sesuatu yang
diinginkan dari produk/ jasa tersebut.
c. Pameran adalah salah satu media yang melibatkan semua panca indra
manusia.
d. Pameran adalah suatu kegiatan untuk menginformasikan berbagai macam
obyek yang meliputi produk, karya dan gagasan.
213
214
4. Tujuan pameran
Ada beberapa macam tujuan pameran yaitu:
a. Penyebarluasan Informasi.
Melalui penyelenggaraan pameran diharapkan pengunjung dapat menerima
informasi tentang apa saja yang ingin diketahui. Pada pameran kesehatan
sasaran bisa mendapatkan informasi tentang kesehatan dan permasalahannya.
Tujuan pameran juga untuk memperkenalkan atau menginformasikan suatu
kebijakan produk dari suatu instansi
Contoh pameran pada Hari Kesehatan Nasional, informasi yang disampaikan
berkaitan dengan tema hari kesehatan tersebut.
b. Pendidikan
Pengunjung pameran diharapkan dapat menyerap pengetahuan yang
dipamerkan sehingga akan menjadi dasar dalam proses perubahan perilaku.
c. Promosi.
Setelah mengunjungi pameran, pengunjung dapat lebih mengenal semua
produk yang dipamerkan, menyenangi dan akhirnya memiliki.
d. Hiburan.
Penyelenggaraan pameran juga bertujuan agar pengunjung merasa terhibur dan
senang. Hiburan ini biasanya menjadi pelengkap dalam suatu penyelenggaraan
pameran sebagai daya tarik pengunjung.
5. Macam-macam Pameran.
a. Pameran di ruang terbuka (outdoor)
Pameran yang diadakan di ruang terbuka, maka partisi dan desain pameran
harus tahan terhadap cuaca panas, hujan maupun angin. Perlu jadi perhatian
pula mengenai lantai pameran, gunakan karpet plastik karena dapat menahan
hujan. Begitu pula mengnai pengamaan kabel listrik, perlu diantisipasi bila terjadi
hujan supaya tidak terjadi hal membahayakan, misalnya terkena setrum. Untuk
mengantisipasi kejadian ini perlu ada petugas lapangan yang selalu stand by
(bisa bergantian).
b. Pameran di ruang tertutup (indoor)
Pemasangan stand pameran bisa dilaksanakan setelah office hours (diluar jam
kerja) bahkan pada larut malam sekitar pukul 22.00 (sepuluh malam) dan pagi
hari harus sudah selesai sebelum karyawan datang.
215
6. Pengelolaan Pameran
a. Perencanaan Pameran
Perencanaan yang baik akan menentukan kepada keberhasilan sebuah
pameran apalagi jika penyelengaraan pameran di kelola oleh orang yang memiliki
kreatifitas yang tinggi, konseptor ulung, mediator, inisiator dan komunikator
yang profesional.
Dalam merencanakan sebuah pameran perlu ditentukan apakah pameran untuk
membentuk image atau menimbulkan simpati atau mengubah pandangan
umum atau memberikan informasi/penerangan, kemudian kita juga perlu
menentukan target pengunjung apakah pengunjung segmented (terbatas)
atau pengunjung umum. Hal ini akan menentukan upaya-upaya khusus untuk
menarik perhatian dan dilayani oleh orang-orang khusus yang sudah di latih.
Perencanaan pameran dimulai dengan penyusunan proposal. Dalam proposal
tersebut mencantumkan hal hal sebagai berikut:
1)
Pendahuluan / latar belakang
2)
Maksud dan tujuan
3)
Tema dan sub tema
4)
Sasaran
5)
Pelaksanaan dan peserta
6)
Materi yang akan dipamerkan
7)
Waktu pelaksanaan
8)
Lokasi dan denah ruang pameran
9)
Biaya, sponsor pendukung pameran
Proposal ini bermanfaat sebagai pegangan yang jelas dalam merancang
penyelenggaraan pameran, sehingga orang lain juga dapat memahami
gagasan atau pola pikir pengelola pameran. Proposal juga digunakan sebagai
bahan acuan untuk mencari dukungan dana dan bahan bahan atau materi
kepada berbagai pihak terkait.
Selanjutnya, ada beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian pengelola
pameran, yaitu:
1)
Penentuan Tema merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan
langkah selanjutnya, misalnya pameran yang bertema kesehatan dengan
subtema peran institusi kesehatan dalam menyambut hari kesehatan.
Tema-tema yang memunculkan suatu fenomena baru akan banyak
mendapat perhatian dari calon peserta pameran maupun pengunjung
pameran.
216
2)
3)
4)
2)
3)
4)
217
2)
c. Mendesain pameran:
Sebelum membuat desain pameran terlebih dulu pengelola harus meninjau
lokasi / tempat pameran dilaksanakan. Setelah diketahui dengan pasti
tempat pameran tersebut, tahap berikutnya adalah menata ruang yang
tersedia. Menata ruang tersebut adalah membuat desain pameran. Tidak
jarang pameran diselenggarakan secara bersama- sama dengan berbagai
pihak sehingga ruangan yang tersedia sangat sempit. Walaupun demikian
pihak pengelola harus pandai untuk mendesain ruangan agar pengunjung,
tempat meja tamu, masih mudah dijangkau. Bahkan perlu diusahakan untuk
menyediakan tempat konsultasi, taman, tempat bermain games.
d. Pembuatan Storyboard
Materi yang sudah terpilih untuk didisplay perlu disusun terlebih dahulu.
Dalam menyusun ini harus diurutkan secara benar dan dibuat alur cerita agar
menghasilkan rangkaian visual yang bermakna. Materi tersebut bisa dalam
bentuk panel panel, standing banner, backdrop dll. Pekerjaan penyusunan
ini adalah pekerjaan yang tidak lepas dari prinsip prinsip desain seperti
garis, bidang, ruang, warna komposisi, penonjolan, keseimbangan informal
dll. Dalam pembuatan storyboard sebaiknya digambar terlebih dahulu di atas
kertas. Agar alur cerita dan bentuk desain akan lebih terstruktur.
e. Penataan stand pameran
Penataan stand pameran meliputi :
1) Tata letak stand
218
219
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Poster pameran
Spanduk-spanduk promosi
Stiker promosi
Souvenier promosi : t-shirt, topi, payung
Balon udara
Billboard pameran
Baliho
Umbul-umbul promosi/hanging banner
220
Pokok bahasan 4.
MENYELIA KESENIAN TRADISIONAL KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok
Persiapan dalam Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok memilih ketua,
Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik Persiapan yang perlu dilakukan
dalam Pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok,
peserta dari kelompok lain menanggapi. Demikian sampai selesai seluruh
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
4. Pelatih melakukan klarifikasi tentang persiapan yang perlu dilakukan dalam
pengembangan desa dan keluarga siaga aktif serta memberikan penegasan
singkat tentang pentingnya kegiatan persiapan dilakukan untuk keberhasilan
Pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif.
LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok
Identifikasi Masalah Kesehatan Di Desa Cisoka Kecamatan Sukaraja
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok (kelompok yang sama), masing-masing
kelompok memilih Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok diskusi Identifikasi masalah kesehatan di Desa Cisoka
Kecamatan Sukaraja, silahkan menambahkan angka dalam kasus Desa Cisoka
untuk menggambarkan besaran masalah. Diskusikan juga penyebab masalah
dan prioritas masalah yang perlu ditangani.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok,
peserta dari kelompok lain mananggapi. Demikian sampai selesai seluruh
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
LEMBAR KERJA
Skenario Bermain Peran
1. Peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing melakukan simulasi dan bermain
peran sesuai skenario yang dibagikan.
Kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain peran Musyawarah Desa/
Kelurahan,
221
222
223
Masalah kesehatan yang ada di Desa Cisoka yang terdiri dari 3 RW dan 9 RT
berpenduduk 2890 jiwa tersebut, dapat diketahui dengan melihat laporan Puskesmas
Pembantu, yaitu dari 10 besar penyakit yang banyak disana diantaranya adalah ISPA,
diare, TB, darah tinggi, penyakit pencernaan. Masalah kesehatan lainnya adalah pada
tahun 2009 jumlah Tetanus Neonatorum pada bayi menelan korban 2 orang, hal ini
disebabkan masih banyak ibu-ibu yang masih bersalin ditolong oleh dukun. KLB diare
juga sering terjadi. Jumlah anak balita yang tergolong kurang gizi pun meningkat.
Anak sekolah dasar yang menderita diare juga masih tergolong tinggi, hal ini karena
anak sekolah makan jajanan yang tidak sehat di sekolahnya. Mulai tahun 2009 angka
penderita TB juga mengalami peningkatan, yang memprihatinkan adalah penderita
TB juga mengalami peningkatan, yang memprihatinkan adalah penderita TB tersebut
tidak suka minum obat dari Puskesmas melainkan minum ramuan obat tradisional.
Fasilitas kesehatan yang ada disamping Puskesmas Pembantu adalah adanya dokter
dan bidan praktik, rumah bersalin swasta, dan beberapa warung yang juga menjual
obat.
Di wilayah Desa Cisoka ada beberapa lokasi peternakan ayam milik perorangan.
Berdasarkan laporan dari masyarakat, banyak kematian unggas mendadak terjadi
di Desa Cisoka, Cijambe dan Glodok, Kecamatan Sukaraja. Pada mulanya mereka
merasa tidak ada masalah dalam kematian unggas yang mendadak tersebut.
Pemeliharaan unggas masih bersifat tradisional yaitu diliarkan di halaman rumah
dan kandangnya diletakkan di bawah rumah atau sangat berdekatan dengan rumah.
Masyarakat di 3 desa tersebut menganggap kematian unggas mendadak sebagai
hal biasa, karena setiap tahun paska musim dingin terjadi banyak unggas yang mati
(tetelo). Bahkan sebagian disembelih pada waktu unggas itu sakit sehingga dagingnya
dapat dimakan keluarga atau dijual. Mereka berpendapat yang haram itu makan
ayam mati sedangkan ayam sakit dan sudah dipotong dan sesuai ajaran agama,
tidak masalah. Baru mereka merasa khawatir karena ada anak usia 7 tahun dari Desa
Glodok yang meninggal akibat flu burung.
Karena Desa Cisoka terletak 15 KM dari pasar tradisonal yang letaknya di Desa Glodok,
penduduk membeli bahan makanan untuk keperluan sehari-hari (beras, sayur, daging
sapi dan ayam) dari pedagang keliling yang menggunakan sepeda motor. Pedagang
keliling tersebut mengunjungi Cisoka 2 hari sekali, karena jangkauan penjualannya
meliputi beberapa desa.
Setiap bulan ada pertemuan bapak-bapak dimasing-masing RT dan ibu-ibu
mengadakan arisan PKK sebulan sekali di balai desa. Kerja bakti diadakan sesekali dan
tidak rutin. Sebagian besar penduduknya adalah karyawan pabrik yang mempunyai
status ekonomi menengah ke bawah. Di Desa Cisoka ada beberapa pabrik pembuatan
224
teh, kopi dan cokelat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Cisoka
adalah sumbangan dana kematian dan kas RT yang berasal dari warga masyarakat.
Sebulan sekali di beberapa RW ada kegiatan posyandu juga posyandu lansia, tetapi
jumlah pengunjungnya sedikit. Jumlah warga yang merokok cukup banyak, sumber
air yang digunakan untuk keperluan MCK berasal dari air tanah, hanya saja mereka
tidak memasak ait tersebut terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Pokok bahasan 5.
PELAYANAN KONSELING KEPADA INDIVIDU/MASYARAKAT
Konseling yaitu suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada
klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan informasi yang tidak
memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan
dirinya dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang
tepat dan mantap bagi dirinya sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun. Atas dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai
dengan keputusan yang telah dipilihnya secara mantap karena memahami alasan
dan tujuannya. Dasar dari pengertian konseling adalah pemberian informasi
yang tujuan akhirnya adalah klien dapat membuat keputusan untuk mengatasi
masalahnya.
Melalui konseling akan dapat terjadi suatu proses :
a) Perubahan perilaku
b) Peningkatan kemampuan untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi alternatif
pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif pemecahan masalah,
menganalisis / melakukan kajian sejauhmana konsekuensi dan keuntungan
terhadap pilihan pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
c) Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan dan bertindak
d) Meningkatkan hubungan antar perorangan
e) Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya
f) Meningkatkan potensi seseorang untuk mengatasi masalah
g) Meningkatkan kemampuan untuk mampu berpikiran positif dan optimis
Adapun langkah-langkah praktis melakukan konseling adalah SATU TUJU.
SATU TUJU adalah SA: beri salam kepada klien (menciptakan hubungan), sambut
kedatangannya dan berikan perhatian; T : tanyakan kepada klien untuk menjajagi
pengetahuan, perasaan dan kebutuhan klien tentang. U : uraikan informasi yang
relevan / terkait dengan masalah klien. TU: bantu klien untuk memahami masalah
serta alternatif pemecahan masalahnya. J: Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan
keuntungan dari setiap alternatif pemecahan masalah. U : ulangi hal-hal penting
yang dibahas, serta lakukan kesepakatan kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat
pelayanan lain bila diperlukan.
225
226
227
VI.
228
Referensi
Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2009, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta.
Depkes RI, BPPSDMK. 2007, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2010, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta.
Toto Mardikanto, 2010, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta.
Toto Mardikanto, 2010, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010, ModulPelatihan Pemberdayaan Masyarakat
Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri, 2004, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, Depdagri, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri,Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, 2004, Jakarta.
Internet, 2013,
MATERI INTI 5
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH BIDANG KESEHATAN
I.
Deskripsi Singkat
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada
pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa
prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan bahwa karya tulis adalah
karya tulis yang di susun berdasarkan kriteria ilmiah.Membuat karya tulis ilmiah baik
dalam bentuk hasil penelitian, artikel, makalah, dll bagi Pejabat Fungsional PKM
mempunyai angka kredit yang cukup besar. Banyak karya tulis yang seharusnya
bisa dikerjakan oleh Penyuluh Kesehatan Masyarakat, website atau media massa
lainnya, makalah, bahan mengajar, modul pelatihan, buku pedoman, buku saku,
leaflet, dll. Sehujbungan dengan itu, diharapkan Penyuluh Keseharan Masyarakat
memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis. Banyak orang beranggapan bahwa
menulis merupakan hal yang tidak mudah,sebenarnya anggapan itu tidak selalu
benar. Balajar menulis sebenarnya tidak memerlukan teori khusus,tetapi memerlukan
latihan khusus agar mempunyai daya nalar yang bagus. Oleh sebab itu keberhasilan
seorang penulis sangat ditentukan kemampuan mengembangkan daya nalar atau ide
kreatif,motivasi,dan banyak sedikitnya berlatih.
Karya tulis merupakan aktivitas merupakan gagasan yang mewujudkan dalam bentuk
tulisan. Memang menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan tidak semudah dalam
bentuk lisan. Terkadang gagasan sudah terkumpul di kepala kemudian hendak
dituangkan dalam bentuk tulisan, ternyata banyak hambatan yang muncul, terutama
membuat kalimat pertama. Seseorang yang tidak mampu menulis (membuat karya
ilmiah) sering dikatakan lemah penguasaan bahasanya. Hal ini mungkin benar, karena
menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek keterampilan
berbahasa ada empat, yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Kalau
seseorang tidak bisa menghasilkan karya ilmiah, tidak berarti lemah pada semua
aspek keterampilan berbahasa.
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat karya tulis/ilmiah di bidang
kesehatan.
229
IV.
230
231
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
A. LATAR BELAKANG
Penulisan karya ilmiah di bidang kesehatan bermanfaat untuk masyarakat luas
dalam memperoleh informasi tentang Kesehatan. Peluang Pejabat Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) apabila membuat karya tulis akan
memperoleh angka kredit yang sangat memadai untuk menambah nilai pada
saat penyusunan DUPAK. Setiap pejabat fungsional PKM diharuskan membuat
karya tulis ilmiah selain sebagai penambahan angka kredit yang cukup tinggi dan
sebagai salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat khususnya bagi Jabfung
Madya. Banyak karya tulis ilmiah yang seharusnya bisa dilakukan oleh Jabfung
PKM diantaranya hasil penelitian, survey, artikel ilmiah, buku, makalah, website
dan lain-lain untuk dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Sehubungan dengan
itu, Jabfung PKM diharapkan memiliki kemampuan untuk membuat karya tulis
ilmiah.
B. KONSEP DASAR KARYA TULIS ILMIAH
1. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan
pada pengkajian atau penelitian yang ditulis secara sistematis menggunakan
bahasa prinsip-prinsip ilmiah.
2. Tujuan Karya Tulis Ilmiah
Penulisan karya ilmiah adalah memberikan pemahamam terhadap peserta agar
dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu
permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.
Karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
angka kredit dan kenaikan pangkat khususnya pejabat fungsional madya.
3. Karateristik karya Tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah yang memiliki karateristik ilmiah harus memenuhi syarat
keilmuan, adalah:
a.
Memuat isi kajian yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
b.
Menggunakan metode berpikir ilmiah
c.
Berbentuk tulisan keilmuan
232
Pokok Bahasan 2.
PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULISA ILMIAH
A. PRINSIP-PRINSIP PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
1. Pola penulisan karya tulis ilmiah
a.
Pola pemecahan topik yaitu kegiatan merinci topic bahasan yang masih
dalam lingkup suatu tema menjadi bagian-bagian yang lebih sempit
untuk dianalisa
b.
Pola masalah dan pemecahannya, yauti mengemukakan maslah yang
adala dalam lingkup pokok bahasan terlebih dahulu kemudian dianalisa
upaya pemecahannya
c.
Pola kronologi yaitu menggarap topik menurut urutan peristiwa yang
terjadi
233
d.
Pendahuluan
Bagian ini merupakan ga,mbaran mengenai topic penelitian yang
hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasanya disertakan pada bagian
ini diuraikan secara sederhana dibawah ini
1. Latar belakang masalah
Bagian ini penulis harus menguraikan apa yang menjadi
ketertarikannya pada obyek yang akan diteliti. Oleh karena itu
kepekaan untuk memperhatikan fenomena-fenomena yang mutakhir
di bidang yang sedang ditekuni menjadi kebutuhan.Tidak jarang
sebuah makalah atau skripsi mendapatkan sambutan hangat karena
membahas topik-topik yang sedang hangat.
Aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan
pustaka. Peneliti perlu menyertakan beberapa penelitian yang relevan
dengan topic yang dikerjakan.Hal ini dilakukan agar memperjelas
pembaca bahwa penelitian yang dilakukan bukan mengulangi
berbagai penelitian lainnya.
234
Isi
Setelah menyelesaikan bagian pendahuluan, penulisan dilanjutkan pada
bagian isi.Bagian imi penulis meyampaikan hasil penelitian yang telah
diperoleh.
c.
Penutup
Bagian ini peneliti meyampaikan simpulan dai hasil penelitiannya. Simpulan
disajikan secara sederhana dan singkat. Salah satu bagian yang masih
banyak digunakan sebagai sub bangian dari penutup adalah saran.
d.
Bibliografi
Bibliografi disebut sebagai daftar pustaka, dan merupakan bagian yang
penting dalam karya tulis ilmiah.Tidak ada batasan minimal maupun
maksimal dalam penggunaan referensi.
e.
Abstrak
Abstrak merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti.
Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat singkat.
235
f.
Prakata
Perbedaan yang mendasar antara kata pengantar dan prakata. Kata
pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka menyajikan karya tulis
orang lain sedangkan prakata merupakan pengantar yang disajikan oleh
penulis karya tersebut.
236
Jenis-jenis artikel
Artikel dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Artikel praktis
Lebih menitik beratkan pada keterampilan daripada pengembangan
pengetahuan atau analisis suatu masalah dan cenderung
menggunakan bentuk karangan.
2) Artikel ringan
Arikel ringan biasanya mengangkat masalah-masalah yang ringan
dan tidak memerlukan pemahan yang mendalam
3) Artikel halaman opini
Semua artikel adalah opini, artikel ini ditempatkan dalam surat kabar
atau majalah dibagian khusus opini.
4) Artikel analisis ahli
Artikel analisis ahli lebih berat dari pada opini.Artikel ini juga harus
ditulis oleh orang yang disiplin ilmu sesuai dengan topic artikel dan
menggunakan bahasa ilmiah.
5) Artikel ilmiah hasil penelitian
Adalah tulisan yang didasarkan pada hasil penilitian yang telah
dilakukan.Artikel ini disusun sehingga tetap menampilkan semua
aspek laporan hasil penelitian tetapi dalam format yang lebih ringkas.
6) Artikel non penelitian
Adalah artikel hasil pemikiran yang relevan, hasil penelitian terdahulu
yang dapat digali dari buku-buku referensi.
c.
Komponen artikel
1) Topik dan judul
Topik dan judul harus mencerminkan masalah yang akan dibahas.
Pemilihan kata-kata yang mengandung unsure-unsur utama maslaha
dan judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca.
2) Nama penulis
Nama penulis artikel harus tanpa disertai gelar akademik atau
professional guna menghindari bias seniorita dan wibawa serta
inferioritas penulis.
3) Abstrak dan kata kunci
Berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan
pengantar atau pengantar penulis.
4) Pendahuluan
Menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan
berisi paparan tentang permasalahan penelitian, wawasan dan
rencana penulis dalam rangka pemecahan masalahnya.
5) Bagian inti
Pada bagian inti berisi kupasan, analisis argumentasi, komparasi,
keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang
dibicarakan.
6) Metode
Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan seperti rancangan atau
desain penelitian, sasaran atau target penelitian, teknik pengumpulan
data, pengembangan instrument dan teknik analisis data.
7) Hasil penelitian
Hasil penelitian hendaknya disajikan secara padat, dan kominikatif.
Perhitungan statistic tidak perlu disajikan dalam artikel.
8) Pembahasan
Dalam pembahasan penulis menyajikan hasil interpretasi temuannya
dan menyajikannya dan mengaitkannya dengan struktur pengetahuan
hasil penelitian terdahulu.
9) Penutup, kesimpulan dan saran
Merupakan bagian akhir penulisan yang berisi beberapa alternative
penyelesaian masalah.
10) Daftar rujukan
Semua rujukan yang terdapat dalan tulisan yang dimasukkan ke
dalam daftar rujukan.
237
d.
2. Makalah
a.
Pengertian makalah
Makalah adalah karya tulis yang bersifat resmi tentang suatu poko yang
dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam rangka penyampaian
pandangan.
238
Ciri-ciri makalah
1) Merupakan hasil kajian literature atau hasil lapoaran pelaksanaan
kegiatan lapangan mengenai suatu permasalahan.
2) Mendemonstrasikan pemahan teoritik dan kemampuan menerapkan
prosedur, prinsip dan teori yang berhubungan dengan permasalahan
3) Menunjukkan kemampuan pemahan isi dan berbagai sumber yang
digunakan
4) Mendemonstrasikan kemampuan menyusun berbagai sumber informs
dalam satu kesatuan sintesis yang utuh.
c.
Unsur-unsur makalah
1) Halaman sampul
Halaman sampul atau makalah bertuliskan judul,
2) Pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian dan memusatkan
pikiran pembaca pada masalah yang dibahas. Pendahuluan terdiri dari:
Latar belakang masalah
Masalah
Tujuan
Pengertian
3) Pembahasan
Yang dibahas pada bagian adalah masalah yang muncul berdasarkan
latar belakang sesuai dengan topic, baik yang diidentifikasi maupun
yang tidak.
4) Penutup
Bagian ini terdiri dari ulasan-ulasan pembahasan atau komentar
5) Daftar pustaka/referensi
Daftar pustaka adalah daftar buku yang dirujuk atau dikutip untuk
mendukung pendapat yang dituangkan dalam tulisan.
d.
239
3. Paper
a.
Pengertian paper
Paper adalah karya tulis ilmiah merupakan makalah biasanya pada unsure
dan tujuannya. Unsur paper lebih banyak dibanding makalah.
b.
Jenis paper
Secara umum ada dua jenis paper, yaitu:
1) Common paper
2) Position paper
c.
Unsur-unsur paper
1) Halaman sampul
2) Kata pengantar
3) Daftar isi
4) Daftar pustaka.
d.
4. Skripsi
a.
Pengertian skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah resmi untuk meyelesaikan program sarjana.
Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
b.
Karateristik skripsi
1) Bidang pendidikan, skripsi terarah pada ekplorasi atau pemecahan
masalah pendidikan
2) Bidang non kependidikan, skripsi terarah pada permasalahan bidang
keilmuan yang sesuai dengan program studi.
3) Ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi lapangan atau
penelaahan pustaka
4) Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
5. Tesis
a.
Pengertian Tesis
Tesis merupakan karya tulis resmi akhir dalam menyelesaikan program
magister.Tesis sebagai bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pada salah satu bidang keilmuan dalam
ilmu pendidikan.
240
b.
Karateristik tesis
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup
dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan
program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Merupakan pengujian empiric terhadap posisi teoritik tertentu
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.
6. Disertasi
a.
Pengertian Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir dalam menyelsaikan
program doctor.Disertasi merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.
b.
Karateristik disertasi
1) Berfokus pada kajian mengenai salah satu isu sentral yang tercakup
dalam salah satu disiplin dalam ilmu pendidikan sesuai dengan
program studi yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
2) Kajian berfokus pada penemuan baru dalam disiplin ilmu yang dikaji
secara mendalam.
3) Menggunakan data primer sebagai data utama yang yang dapat
ditunjang oleh data sekunder
4) Ditulis dengan bahasa yang baik dan benar, kecuali untuk program
studi bahasa asing.
Pokok Bahasan 3.
TEKNIK PENULISAN KARYA TULISAN ILMIAH
1. Menetapkan permasalahan
a. Untuk memulai menulis harus dawali dengan mengangkat permasalahan yang
ada di lingkungan sekitar, mulai dari permasalahan yang sederhana sampai
ke permasalahan yang paling kompleks
b. Ruang lingkup permasalahan harus dimulai dari lingkup yang kecil sampai
lingkup yang besar serta dari lingkup terbatas sampai lingkup terluas
c. Permasalahan yang diangkat harus merupakan masalah yang actual, penting
dan perlu dibahas serta disosialisasikan.
241
2.
3.
4.
5.
6.
VI.
242
Referensi
Arifin, 1997, Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta
Azahari, A. 2001. Cetakan Keempat. Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: Penerbit
Universitas Tri Sakti
Indrianti, E. 2002. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia
Prayitno, H, 2000, Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah, Univ. Muhammadyah,
Surakarta
Widyamartaya, Al, Veronica Sudiati, 2000. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah,
Jakarta:PT. Grasindo
MATERI INTI 6
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DI BIDANG PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
I.
Deskripsi Singkat
Penyuluhan kesehatan masyarakat atau promosi kesehatan pada intinya adalah
melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada berbagai segmentasi
sasaran. Dalam proses komunikasi, langkah awal yang penting adalah sumber
atau komunikator melakukan decoding, yaitu merumuskan dan menyusun pesan.
Selanjutnya, pesan yang sudah disusun disebarluaskan atau disampaikan kepada
sasaran komunikasi melalui media. Perlu diketahui bahwa pesan tidak selalu dalam
bentuk kata-kata atau tulisan, melainkan dapat berupa gambar, ilustrasi, grafik, film,
lagu, dll. Selain itu perumusan dan penyusunan pesan, dapat menggunakan berbagi
jenis bahasa, misalnya: bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa agama, bahasa
politik, bahasa ekonomi, dll. Penyusunan pesan dengan menggunakan berbagai
bentuk serta jenis bahasa ini, tujuannya untuk mengurangi distorsi dan salah persepsi
serta mudah dipahami oleh sasaran.
Demikian juga halnya dengan pengembangan media yang berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan, media KIE atau promosi kesehatan dapat berupa media cetak,
media elektronik, media luar ruang, media partisipatori, media tradisional, media
model, media dari benda-benda alamiah, dll. Yang penting, semakin banyak panca
indera sasaran bisa diaktifkan atau dirangsang oleh berbagai jenis media, maka
semakin efektiflah proses komunikasi tersebut.
Teknologi tepat guna secara ringkas dapat dikatakan sebagai teknologi yang
sederhana dalam arti dapat dibuat oleh masyarakat tradisional, memakai bahan
yang banyak diperoleh di tempat masyarakat tersebut, atau sangat sedikit memakai
bahan bantuan luar dan murah. Pada hakekatnya teknologi tepat guna bukanlah
teknologi tradisional, tetapi selangkah lebih maju dari teknologi tradisional tersebut
dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat.
Petugas pengelola penyuluhan atau promosi kesehatan, harus mampu merumuskan
pesan dan pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik sasaran. Perumusan
atau penyusunan pesan dan pengembangan media komunikasi kesehatan merupakan
kesatuan yang penting dalam mendukung proses komunikasi efektif.
243
Melalui pembahasan materi ini, diharapkan ada kesamaan pemahaman peserta latih
tentang kaidah perumusan pengembangan media tepat guna di bidang PKM yang
baik dan benar.
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan teknologi tepat
guna di bidang penyuluhan kesehatan masyarakat
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang teknologi tepat guna
a.
Pengertian
b.
Tujuan dan manfaat
c.
Kriteria
d.
Contoh-contoh teknologi tepat guna
2. Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang
masyarakat
3. Langkah-langkah penerapan teknologi tepat guna
III.
244
penyuluhan kesehatan
IV.
Metode
a. CTJ
b. Curah pendapat
c. Studi Kasus/Bermain Peran
d. Demonstrasi/simulasi
V.
d.
e.
f.
g.
h.
VI.
Flipchart
White board
Spidol
Panduan diskusi
lembar kasus
245
Langkah 3.
Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi (pre-post test) untuk mengetahui penyerapan
peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.
VII. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
A. Pengertian
Teknologi :
Ilmu tentang cara untuk melakukan sesuatu Penerapan teori-teori ilmiah
dalam memecahkan masalah praktis, baik berupa perangkat keras yang
berupa sebuah alat tertentu, maupun perangkat lunak yang berupa suatu
metode atau teknik pemecahan masalah
Ilmu tentang cara-cara melakukan sesuatu atau memecahkan masalah
tertentu melalui penerapan kaidah-kaidah ilmiah, teori-teori ilmiah dan hasil
penelitian ilmiah ke dalam bentuk praktis berupa perangkat keras seperti
benda, alat, pesawat, atau mesin maupun perangkat lunak seperti metode,
sistematika atau prosedur kerja tertentu
Tepat Guna
Tepat sasaran penggunaannya, atau diterapkan sesuai bidangnya sehingga
bermanfaat bagi bidang tersebut.
Teknologi Tepat Guna
Teknologi yang diterapkan pada bidang tertentu (misal olahraga, rumah
tangga, pendidikan dsb.) sehingga menghasilkan manfaat pada bidang
tersebut.
246
247
C.
Kriteria
Teknologi tepat guna bersifat lebih memudahkan pelaksanaannya contoh di
bidang pendidikan adalah berupa teknologi tepat guna dalam proses belajar
mengajar atau bimbingan dan konseling. Biasanya dilengkapi dengan uraian
tertulis tentang cara pembuatan dan penggunaan yang dilengkapi dengan
gambar dan lain-lain yang dianggap perlu.
Proyektor slide
3. Alat berlatih bentuk permainan
248
Dll.
6. Teknologi Tepat Guna berupa Program Aplikasi Komputer
PENYULUHAN
Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah. Baik kesehatan
diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan
promosi kesehatan yang bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai
pentingnya kesehatan.
Adapun media atau alat peraga dalam upaya promosi kesehatan berperan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi kesehatan.
Terdapat berbagai macam media yang dapat digunakan dalam promosi kesehatan
salah satunya adalah media cetak. Dalam paper ini akan dibahas mengenai
pengembangan penyuluhan kesehatan melaui media cetak.
Penyuluhan kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku hidup sehat masyarakat
tersebut tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku memerlukan kesadaran, dan
memerlukan proses panjang. Oleh karena itu, tenaga kesehatan di lapangan tidak
boleh bosan apalagi putus asa melakukan penyuluhan kesehatan. Dampaknya akan
menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka akan berperanserta dalam proses pembangunan kesehatan.
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan
perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling
tidak beresiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang di belakang
249
250
Penyuluhan Kesehatan
Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah. Baik kesehatan
diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan
penyuluhan kesehatan yang bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat
mengenai pentingnya kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan (Effendy, 1998).
Penyuluhan kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku hidup sehat masyarakat
tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku memerlukan kesadaran, dan memerlukan
proses panjang. Oleh karena itu, tenaga kesehatan di lapangan tidak boleh bosan
apalagi putus asa melakukan penyuluhan kesehatan. Dampaknya akan menyadarkan
masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka akan berperan-serta dalam proses
pembangunan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain,
bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus
dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah
secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,
maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,
2002).
251
252
253
254
255
Film
Film lebih ke arah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa
edukatif.
256
b. Audio Visual, media online juga mempunyai audio visual dengan melakukan
streaming.
c. Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja dan kapan
saja yang kita mau.
Kekurangan :
Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media
online biasanya tidak seakurat media lainnya.
A. Media Cetak dalam Promosi Kesehatan
Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual
yang dihasilkan dari proses percetakan; bahan baku dasarnya maupun sarana
penyampaian pesannya menggunakan kertas. Media cetak adalah suatu
dokumen atas segala hal tentang rekaman peristiwa yang diubah dalam katakata, gambar foto dan sebagainya (contoh: surat kabar, majalah, tabloid, brosur,
pamflet, poster)
Media cetak atau menurut Eric Barnow disebut printed page adalah meliputi
segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik
tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat kabar, majalah,
serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan
pesan pesan komunikasi. Umumnya media cetak lini atas yang digunakan
sebagai media perikalanan adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media
cetak lini bawah yang digunakan berupa leaflet, brosur, poster dan sebagainya.
Media cetak bila digunakan sebagai media penyampai pesan pesan iklan ,
mengingat bahwa pesan pesan iklan pada umumnya adalah merupakan
pesan pesan yang bersifat persuasive, maka akan nampak jelas kelemahankelemahan yang melekat pada setiap jenis media cetak. Umpamanya saja dari
segi kelemahannya, ia tidak memiliki unsur bunyi suara manusia (human voice)
sebagaimana yang terdapat pada radio maupun televisi, yang dapat menimbulkan
rasa hangat dan keakraban yang berpengaruh terhadap tigkat persuasi.
Menurut Eric Barnow, The printed page sebagai media penyampai pesan yang
berujud cetak punya beberapa kelemahan antara lain :
1. The printed page tidak mempunyai suara , jadi tidak bisa menimbulkan pesan
akrab sehingga kurang mampu menggugah emosi.
2. Yang bisa dicapai oleh printed page hanyalah mereka yang bisa membaca,
bahkan dalam printed tertentu pembacanya adalah orang orang yang
berpendidikan.
257
3. Karena printed page dicetak, maka printed page menghendaki untuk dibaca.
4. Jika radio, TV dan sebagainya bisa dinikmati oleh dua orang atau lebih secara
bersama sama, maka pada printed page, hal ini kurang leluasa untuk
dilakukan.
Mengingat beberapa kelemahan media cetak seperti diatas, maka para pemasang
iklan yang menggunakan media cetak sebagai media penyampai pesan pesan
iklannya harus meramu kata dan kalimat, juga punya kemampuan lebih dalam
memvisualisasikan produk. Gambar (visual) dan kata inilah yang diharapkan
mampu mempengaruhi target audience sehingga berbuat sebagaimana yang
disarankan oleh pemasang iklan.
Meskipun memiliki kelemahan, namun media cetak juga memiliki kelebihan yang
secara umum meliputi :
1. Media cetak terdokumentasi ; bisa disimpan atau dicollect isi informasinya
2. Media cetak lebih terjangkau dari segi harga maupun distribusinya
3. Media cetak lebih mampu untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks
atau rigid
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat
bervariasi, antara lain sebagai berikut :
1. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar-gambar.
2. Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui lembar yang dilipat.
3. Flyer (selebaran), ialah bentuk seperti leafleat tetapi tidak berlipat.
4. Flip chat (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik, dan berisi gambar peragaan.
5. Rubrik atau tulisan. Tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.
6. Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan
yang biasanya ditempel di tembok-tembok ditempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
7. Foto, yang mengungkapkan informasi kesehatan.
Pesan dalam Media Cetak
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan
kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
258
1. Command attention
Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain
suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
2. Clarify the massage
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau
pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut
gagal.
3. Create trust
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit
diare, dan untuk itu harus dibarengai bahwa harga sabun terjangkau dan
mudah didapat didekat tempat tinggalnya.
4. Communicate a benefit
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran
termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh
keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya
5. Consistency
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama di media
apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan
tetap sama.
6. Cater to the heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang effektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk
bertindak sesuatu. Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat
adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.
B. Media Grafis
Pengertian media grafis
Media grafis adalah media yang mengutamakan gambar atau media yang
menekankan persepsi indera penglihatan dan menyalurkan pesan lewat simbol
simbol visual.
Bentuk pesan dalam media grafis dituangkan dalam bentuk desain grafis. Desain
grafis merupakan seni terapan yang digunakan untuk kegiatan produksi, bukan
semata mata untuk memenuhi kebutuhan emosional yang menimbulkan
kepuasan batin seperti yang dilakukan oleh seni murni.
259
Graphic design is a term broadly covering art and design process associated
with reproduction in a commercial context, e.g. design for publishing, advertising,
display, film, and television. It involves the use of letterforms, symbols, and
image designed to convey specific information and includes various disciplines
such as illustration. Lay out, technical illustration and typography. Methods of
reproduction are usually based on photographic techniques, how often controlled
by computerized systems. Also commercial graphic (Martin, 1986 h. 94).
Media grafis pada umumnya dibuat untuk media cetak, tetapi dengan kemajuan
teknologi maka dapat diterapkan kedalam media elektronik (film, televisi, maupun
komputer) dan bentuk penyajiannya tidak hanya dua dimensi saja tetapi bisa
juga tiga dimensi. Contoh untuk tiga dimensi adalah iklan pada balon udara yang
menyerupai bentuk aslinya dengan ukuran besar, animasi tiga dimensi, market
(ukuran miniatur), dan semacamnya.
Desain grafis meliputi kata-kata, dan susun huruf. Contoh: iklan majalah, poster,
billboard, buku, spanduk, umbul- umbul, pameran dan semacamnya. Contoh
untuk film, art director, komputer grafis dan semacamnya. Contoh untuk fotografis
setting, seni fotografi, dan semacamnya. Contoh di komputer desain presentasi,
desain tampilan multimedia, desain tampilan web dan semacamnya.
Tujuan media grafis
Tujuan dari media grafis adalah untuk menarik perhatian, mengikat perhatian, dan
menimbulkan kesan yang tidak meninggalkan segi estetikanya.
Media grafis merupakan salah satu alat komunikasi yang lebih menonjolkan
visualnya. Visual merupakan alat yang mudah diingat dan mudah dimengerti oleh
segala lapisan masyarakat. Ada beberapa pendapat mengenai hal tersebut:
Berbicara hanyalah salah satu dari indera reseptif / mendengar. Riset membuktikan
hanya 11% informasi diterima indera pendengaran, 75% diterima secara visual
(Malouf, h. 81)
Saran presentasi banyak membantu pembicara dan peserta dalam mendukung
penyampaian pesan, sehingga menghemat waktu, baik presentasi maupun
penyampaiannya.
Doug Malouf, dalam How to Create and Deliver a Dynamic Presentation,
memberikan tanggapan dramatis melalui lima indera (Malouf, 1998, h. 81):
1. Penciuman : 3 %
2. Pengecap
: 4%
3. Peraba
: 7%
4. Pendengar :11%
5. Penglihatan : 75%
260
3%
4%
7%
11%
75%
Pengecap
Penglihatan
Peraba
7%
38%
55%
DAMPAK KOMUNIKASI
Teks
Audio
Visual
50%
10%
Verbal
Visual
Verbal
Visual
Sebuah studi di Wharton Reasarch Center di University of Pennsylvania pada tahun 1981
menemukan, ingatan terhadap presentasi verbal saja hanya 10%. Bandingkan dengan tingkat
ingatan dari kombinasi komunikasi verbal dan visual yang berjumlah 50% -- suatu penambahan
400% dalam efektivitas (Hallan, h. 42-43).
261
33%
67%
Visual
33%
67%
Visual
262
263
5. Warna
6. Tekstur
Tekstur merupakan sifat dan kualitas fisik permukaan suatu bahan,
seperti kasar, halus, mengkilap, pudar, kusam, dll. Pada umumnya tekstur
berhubungan dengan indra peraba, tetapi bisa juga berkaitan dengan indera
penglihatan. Dalam pembuatan desain grafis dapat menggunakan kombinasi
beberapa bentuk tekstur.
Titik :
Garis :
GARIS
Bidang
264
Ruang
Warna
Tekstur
265
266
6. Selera pemesan.
Desainer tidak mungkin menuangkan sebaik mungkin idenya apabila si
pemesan mempunyai wawasan di bidang seni yang minim atau selera yang
berbeda, maka desainer harus menyesuaikan dengan si pemesan. Desainer
pandai-pandai mengetahui selera pemesannya.
Prinsip-prinsip media grafis
Desainer grafis selain kreatif, inovatif juga mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang teori desain grafis, prinsip desain dan unsur desain. Sehingga dapat
mengetahui baik buruknya suatu karya serta mampu membuat desain grafis yang
tepat baik dari segi visual maupun materinya.
Ada beberapa prinsip desain grafis yaitu:
1. Pusat perhatian / penonjolan (emphasis)
Sebuah simbol/ tanda/ bentuk menjadi pusat perhatian ketika simbol/ tanda/
bentuk tersebut berbeda dari yang lain. Perbedaan dan menjadi pusat
perhatian dapat dibangun dengan unsur-unsur berikut:
a.
Warna
b.
Bentuk
c.
Penempatan
d.
Ukuran
1) Warna
3) Penempatan
2) Bentuk
4) Bentuk
2. Keseimbangan (balance)
Seimbang / sama berat antara kiri dan kanan, keseimbangan ada dua macam,
yaitu:
267
a.
Keseimbangan Simetris
Simetris artinya sama dalam ukuran, bentuk, bangun dan letak dari
bagian-bagian atau obyek-obyek yang akan disusun di sebelah kiri atau
kanan garis sumbu khayal.
Simetris
ketika bidang kerja dibagi
sama besar dengan
proporsi yang
merefleksikan satu sama
lain
b.
Keseimbangan Asimetris
Apabila bentuk garis, bangun atau masa tidak sama ukurannya. Isi atau
volume diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengikuti aturan
keseimbangan simetris. Desain asimetris ini sering digunakan dalam
desain modern atau kontemporer.
Asimetris
c.
268
Arah Pandang
pembagian bidang kerja tidak sama,
tetapi elemen desain didalamnya
membentuk arah pandang yang
mengesankan keseimbangan.
Keseimbangan Horisontal
Pada lukisan atau karya fotografi, keseimbangan antara bidang
bagian atas dan bidang bagian bawah dibuat dengan penggunaan
keseimbangan horisontal.
d.
Serasi/harmonies
Sejarah
NAMAKU KWEK
269
e.
Proporsi
Penempatan objek pada bidang kerja.
f.
Kontras (contrast)
Kontras adalah sebuah sifat yang merujuk pada warna. Sebuah desain
memiliki kontras yang tinggi ketika dalam elemen warna mereka berada
pada warna-warna yang berseberangan. Perbedaan menyolok antara
latar belakang dengan objek (ilustrasi dan huruf).
Kontras
Background gelap
Objek terang
Background terang
Objek gelap
270
g.
Irama/ritme
h.
Kesatuan (unity)
Kesatuan obyek yang disatukan atau diikat oleh garis, warna atau
adanya objek saling bersentuhan antara bjeknya agar tidak terkesan
ramai.
Kesatuan/ unity
271
272
5. Ruang (space)
Kesan tiga dimensi dan kesan mempunyai kedalaman.
6. Tekstur (texture)
Kesan peraba seolah olah benda tersebut terasa kasar, halus, licin, dll.
7. Titik (dot)
8. Huruf (text)
Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan
elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf
dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna
yang mengacu kepada sebuah objek atau gagasan, tetapi juga memiliki
kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual.
Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetik. Pengetahuan
mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin yang deisebut tipografi
(typography). (Danton Sihombing h.2)
9. Kelompok Huruf
a.
Roman mempunya kait berbentuk segitiga segitiga. Contoh: Times
New Roman.
b.
Bodoni mempunyai kait berbentuk garis tipis. Contoh: Bodoni
c.
Egyption mempunyai kait berbentuk batang. Contoh: Play Bill
d.
San Serif tidak mempunyai kait. Contoh: Arial, Hevetica, Univers dan
sebagainya.
e.
Fantasi atau dekorasi merupakan huruf hiasan. Contoh: Old English.
Keempat kelompok huruf (Roman, Bodoni, Egyption dan San Serif) sifatnya
normal, jadi cocok untuk dipergunakan menyusun kata / kalimat maupun
untk keperluan display / huruf pameran. Sedangkan fantasi hanya cocok
untuk display.
273
2. Poster
Poster adalah plakat yang ditempel di tempat umum (di tembok, di pojon atau
di papan pengumuman) berisi pengumuman himbauan iklan / promosi. Dapat
dilihat dalam jarak 5 6 meter.
Karena ditempel di tempat umum, maka poster dibuat sekomunikatif mungkin
dan seinformatif mungkin sehingga masyarakat umum sambil lalu sudah
mengerti maksudnya. Ukuran poster mulai dari A3 (29,7 cm x 42 cm) sampai
A1 (59 cm x 83 cm)
Komponen poster
a.
Judul
b.
Ilustrasi
c.
Sub Judul kalau perlu
d.
Produksi (logo perusahaan/ institusi)
274
Poster
30
3. Stiker
Stiker adalah gambar tempel. Pada umumnya stiker berukuran kecil dan
berfungsi sebagai himbauan atau ajakan dapat juga sebagai hiasan.
Karena ukurannya yang kecil untuk besarnya sekitar 10 cm x 20 cm, maka
gambar stiker sesederhana mungkin hanya berisi teks saja.
Komponen stiker:
a.
Huruf
b.
Ilustrasi
45
4. Brosur
a.
Bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem.
b.
Cetakan yang terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid.
c.
Selembaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap
(tentang perusahaan atau organisasi).
275
Depan
Belakang
34
5. Leaflet / Pamflet
Sebaran tanpa dilipat yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap. Komponen
leaflet / pamflet adalah judul, teks (materi), foto, ilustrasi. Masingmasing
komponen dapat berdiri sendiri atau gabungan. Ukurannya terkecil sekitar
setengah folio dan terbesar satu folio. Dapat digunakan sebagai promosi,
pengumuman atau sebagai alat informasi.
Leaflet
23
276
6. Karikatur
Karikatur adalah menstilir objeknya tetapi masih sesuai karakternya. Gunanya
sebagai sindiran atau kritikan. Dibuat pada koran, tabloid atau majalah dan
dapat berdiri sendiri dan sifatnya aktual.
7. Cartoon / Animasi
Cartoon / Kartun adalah gambar yang dibuat lucu. Lucu, pada mulanya
sasarannya adalah anak anak.
32
Film cartoon / animasi adalah rangkaian gambar yang direkam satu persatu
gerakan sehingga terkesan bergerak atau seolah olah hidup. Film animasi
ada yang dua dimensi dan ada pula dalam bentuk tiga dimensi yang dibuat
dengan bantuan komputer.
8. Iklan / reklame
Iklan adalah sarana promosi barang atau jasa yang biasanya dimuat pada
koran, tabloid, majalah, film atau televisi. Gunanya untuk membujuk khalayak
agar termotivasi membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
9. Flipcharts (lembar balik)
Flipchart (lembar balik) adalah rangkaian gambar yang disusun secara
berurutan dengan ukuran yang sama dan ikat pada bagian atasnya. Cara
menggunakannya setelah lembar pertama selesai disibakkan ke belakang.
Keunggulan:
a.
Isi pokok pembicaraan dapat disiapkan sebelumnya.
b.
Urutan penyajian dapat disiapkan sebelumnya
277
c.
d.
e.
f.
Billboard
41
11. Ilustrasi
Ilustrasi adalah gambar (foto, lukisan, diagram, bagan) untuk membantu
memperjelas isi buku, karangan. Keterangan tambahan berupa contoh
bandingan dan sebagainya untuk lebih memperjelas paparan (tulisan).
Gunanya:
a.
Dapat merangkum kata kata yang panjang dengan satu gambar.
b.
Memperindah tampilan.
c.
Memperjelas isi buku atau karangan.
278
d.
e.
f.
g.
Mendukung teks.
Menyeimbang dengan teks.
Daya tarik
Mengisi ruang kosong.
279
Kegunaannya:
a. Untuk mempermudah pengambilan gambar.
b. Pedoman pengambilan gambar.
14. Spanduk dan umbul - umbul
Kain rentang yang berisi informasi singkat dan jelas. Posisi spanduk melintang
(horizontal) sedangkan umbu umbul berdiri (vertikal).
15. Backdrop
Papan iklan / reklame yang diletakkan sebagai latar belakang misal
pertunjukkan musik.
16. Dan sebagainya
Langkah langkah Pembuatan Media Grafis
1. Merancang tema
2. Membuat draft rancangan atau naskahnya
3. Membuat draft visualnya
4. Melakukan pembahasan dengan berbagai pihak serta minta persetujuan
konseptor
5. Finalisasi desain.
Dalam pembuatan media grafis antara konseptor dan desainer saling bekerjasama
dengan baik. Konseptor menentukan kebutuhannya, media jenis apa yang dipilih,
menentukan temanya dan strategi promosinya. Desainer grafis menangkap ide
dari konseptor kemudian divisualisasikan dan dikembangkan secara estetika/
kreatifnya dengan beberapa alternatif.
Beberapa contoh jenis media:
1. Poster
Langkahnya:
a.
Perhatikan tema dan pelajari
b.
Pelajari draft rancangan dan naskahnya
c.
Siapkan alat dan bahannya
d.
Buatlah sketsa beberapa alternatif untuk dikonsultasikan ke konseptor
e.
Setelah setuju buat desain
f.
Ingat segi estetikanya (prinsip dan unsur media grafis)
g.
Konsultasi lagi ke konseptor dan apabila tidak ada perubahan akan
menjadi master untuk digandakan
280
2. Transparansi
Langkahnya:
a.
Pelajari naskah transparansi
b.
Siapkan alat dan bahannya
c.
Pemilihan huruf : mudah dibaca, sederhana, tidak lebih dari dua macam
jenis huruf.
d.
Buat ilustrasi uang menunjang transparansi.
e.
Pilih teknik yang akan dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan.
Misalnya: animasi, jangan tumpang tindih, dll
f.
Layout kasar / draft di kertas HVS, ukurannya mendekati aslinya.
g.
Copy ke transparansi.
h.
Pasang frame agar aman dan awet penggunaannya.
3. Flipchart
Langkahnya
a.
Pelajari naskahnya siapkan alat dan bahannya
b.
Siapkan alat dan bahannya
c.
Buat draft visual / sketsa dengan pensil di atas kertas yang akan
dipergunakan
d.
Konsultasikan ke konseptor apakah ada perubahan
e.
Ditebalkan dengan spidol kalau perlu berwarna
f.
Susun dan pasang papan flipchart.
C. MEDIA AUDIO
Pengertian Program Audio
Program audio yang akan dibicarakan meliputi program audio dan program kaset
suara. Kedua jenis program tersebut pada dasarnya sama. Bedanya adalah bahwa
program radio itu dipancarkan melalui stasuin pemancar radio, karena itu dapat
didengarkan oleh orang banyak yang memiliki atau yang dapat mendengarkan
siaran radio.
Program suara tidak disiarkan melalui stasiun pemancar radio. Program ini
didengarkan melalui alat pemutar kaset dan didengarkan secara perorangan atau
bersama-sama dalam kelompok kecil. Dengan perkataan lain dapat dikatakan
bahwa program kaset ini penggunaanya lebih luwes.
Keluwesan dalam memanfaatkan program kaset seperti yang disebutkan di
atas tidak dijumpai dalam program radio. Radio adalah media searah. Artinya
pendengar radio hanya dapat mendengarkan keterangan-keterangan dari
program radio itu. Ia tidak akan bertanya, meminta penjelasan, ataupun minta
281
supaya disiarkan ulang. Andaikan keterangan yang sudah diberikan belum dapat
dipahami dengan jelas. Media kaset juga merupakan media searah. Tetapi media
kaset memiliki keluwesan dalam mendengarkan seperti yang telah diuraikan di
atas, program kaset dapat dibuat begitu rupa sehingga terjadi interaksi antara
pendengar dan program tersebut.
Program kaset suara isinya dapat lebih terinci dari pada program radio. Masa
putar program kaset suara dapat lebih panjang dari program radio. Program
pembelajaran melalui radio biasanya masa putarnya sekitar 15 sampai 20 menit.
Apabila program radio penyuluhan dibuat lebih panjang dari 20 menit,
dikhawatirkan pendengar atau peserta penyuluhan tidak dapat berkonsentrasi
lagi untuk mendengarkannya.
Program kaset yang bentuknya interaktif dapat mencapai 30 menit masa putarnya.
Dalam hal ini peran pendengar atau sasaran bukan hanya mendengarkan saja,
melainkan juga aktif melakukan sesuatu seperti misalnya, menjawab pertanyaan,
menyampaikan tanggapan, menyimpulkan, dll. Oleh sebab itu pendengar
diharapkan dapat berkonsentrasi penuh selama 30 menit pada saat mendengarkan
program interaktif tersebut.
Ada perbedaan dalam penulisan naskah program kaset penyuluhan biasa dengan
program penyuluhan interaktif.
1. Kebaikan dan Kekurangan Media Audio dan Radio
Pada dasarnya media yang hanya menyampaikan pesan melalui suara dapat
disebut sebagai media audio. Dengan demikian, radio termasuk media audio.
Namun karena radio mempunyai sifat khas maka sebaiknya dibedakan antara
program radio dan program audio lainnya. Persamaan antara program radio
dan program audio lainnya adalah kedua media tersebut menyampaikan
pesan hanya melalui suara.
Perbedaannya adalah program radio dipancarkan oleh stasiun radio melalui
pemancar dan diterima oleh pesawat penerima radio. Proses pengiriman
pesan melalui pemancar dan diterima dengan pesawat penerima itulah yang
menjadi ciri khas yang membedakan radio dari media lainnya. Perbedaan
ini mengandung implikasi yang luas dalam ilmu komunikasi. Karena
dipancarluaskan maka radio sering disebut media massa. Sedangkan
program audio bisa diputar melalui alat putar pada pertemuan kelompok, dll.
282
283
Pesan yang dikirimkan dari stasiun pemancar radio dapat diterima langsung
oleh para pendengarnya dengan cepat pada waktu bersamaan. Radio dapat
menyiarkan pesan secara lisan langsung dari lokasi sebuah peristiwa
kepada pendengarnya. Radio tidak memerlukan proses yang panjang, tetapi
dapat diterima oleh pendengarnya baik di rumah, di kantor, di kendaraan atau
di mana saja.
Kelebihan radio dibanding media lain adalah sifatnya yang personal. Pesan
yang disampaikan melalui ucapan suara penyiar memberikan nuansa yang
sangat alami dan akrab bagi pendengarnya. Dengan suara sang penyiar itu,
maka pendengar dapat menikmari kehangatan sapaan, keakraban, kesedihan,
kemarahan, atau keceriaan, dan lain-lainnya. Radio juga praktis dan mudah
dipindah-pindah atau dibawa kemana-mana, sehingga radio sering menjadi
teman dalam berpergian.
Kelebihan radio lainnya adalah mempunyai kekuatan untuk menciptakan
daya imajinasi pendengarnya. Seorang yang mendengarkan siaran radio
akan menciptakan gambar imajinasinya sendiri yang tidak dibatasi hanya oleh
sebuah kotak kaca. Gambar imajinasi akan melayang kemana-mana sesuai
dengan daya imajinatif dan pengalaman orang itu sendiri.
Radio juga bersifat sederhana. Dibanding media lain, proses produksi program
radio relatif sederhana. Saat siaran atau rekaman program siaran radio tidak
memerlukan peralatan yang banyak seperti halnya televisi dan film.
Pada kondisi minimal cukup dengan sebuah tape recorder dan sebuah pita
kaset, dapat merekam suara. Rekamanpun dapat dilakukan oleh satu orang
saja.
Radio juga merupakan media yang murah dan mudah. Sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa produksi rekaman radio dapat
dikatakan relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan sebanyak
rekaman televisi atau film. Dengan demikian, kerabat kerja (crew) yang terlibat
dalam proses rekaman radio juga tidak sebanyak crew televisi ataupun film.
Disamping itu, pesawat penerima radio juga relatif murah.
Radio mempunyai jangkauan yang luas. Radio dapat mengatasi kendala
geografis yang sulit sekalipun, jangkauan radio sangat luas. Gelombang
elektromagnetik yang dikirim lewat pemancar radio bisa melintasi lautan,
pulau-pulau, dan hutan rimba kemudian diterima oleh antena pesawat
penerima radio sampai di daerah-daerah terpencil.
284
285
286
a.
b.
c.
Musik
Program audio selalu disertai musik.
d.
e.
Croiss Fade
Petunjuk bagi sutradara dan juru teknik bahwa ada dua buah musik
yang berpapasan. Musik pertama makin lama makin lemah, sedangkan
musik kedua makin lama makin keras bunyinya. Pada suatu saat kedua
musik tadi terdengar bersama-sama. Setelah musik pertama tidak
terdengar, musik kedua terdengar makin mengeras untuk beberapa
detik, kemudian melemah dan hilang.
f.
In
Up
Down
Out
Under
g.
Off Mike :
h.
On Mike :
i.
Fade In
j.
Fade Out :
287
Berikut ini diuraikan secara lebih rinci beberapa dari jenis-jenis musik
yang telah diuraikan di atas.
1) Musik Tema
Musik tema ialah musik pengenal, musik yang digunakan sebagai
pengenal. Misalnya musik pengenal suatu stasiun pemancar. Musik
semacam ini akan diputar setiap kali stasiun pemancar tersebut
membuka atau menutup siarannya. Dengan demikian pendengar
akan mengenali stasiun tersebut dari lagu temanya. Beberapa
stasiun radio swasta niaga bahkan memutar lagu pengenalnya
secara berkala, yaitu setiap beberapaiu menit sekali. Maksudnya
untuk mempropagandakan stasiun radio tersebut.
Musik tema juga digunakan sebagai tanda pengenal bagi program
tertentu. Kalau program siaran radio pendidikan telah memilih
sebuah lagu tertentu sebagai temanya, maka dari awal dan akhir
dari program itu selalu diputar musik tema itu. Dengan demikian
pendengar akan mengenali program siaran pendidikan itu dari lagu
tema atau pengenalnya itu.
Musik tema seringkali juga digunakan untuk menggambarkan
situasi pokok dari suatu drama radio. Dalam hal ini musik tema
akan diperdengarkan setiap kali penulis naskah ingin menciptakan
suasana tertentu.
2) Musik Penghubung
Musik ini digunakan untuk menguhubungkan adegan yang satu
dengan adegan lainnya dalam suatu program audio. Suasana
musik penghubung ini harus sama dengan suasana adegan
yang dihubungkannya. Bila adegan itu adegan sedih, musik
penghubungnya harus musik sedih juga. Bila adegan itu gembira
atau penuh semangat maka musik penghubungnya harus gembira
dan penuh semangat juga.
3) Musik Pemisah Adegan
Musik ini sama dengan musik penghubung. Musik ini digunakan
untuk memisahkan adegan satu dari adegan yang lain, supaya
pendengar tidak bingung.
288
b.
Sound Effect
Sound effect adalah bunyi tiruan atau bunyi sebenarnya yang berasal
dari binatang atau benda lainnya yang kita pergunakan dari program
audio. Bunyi burung berkicau, bunyi ayam berkokok, bunyi kereta
api, bunyi ketukan pintu, dan sebagainya dapat kita gunakan untuk
menciptakan situasi atau suasana. Malam hari di desa dapat diciptakan
dengan bunyi jangkrik. Suasana perang dapat diciptakan dengan bunyi
kapal terbang, dentiman bom, dan rentetan senjata perang.
Bunyi-bunyi atau sound effect tadi dapat kita peroleh dari piringan hitam,
kita rekam sendiri, atau kita buat pada saat kita membuat rekaman
di studio. Yang berkewajiban menciptakan sound effect itu adalah
sutradara dan juru teknik. Penulkis naskah hanya menyebutkan saja
jenis suara yang dikehendaki dan mencantumkan dalam naskah sesuai
dengan wajktu dan suasana yang dikehendaki.
289
untuk anak harus sederhana, dan harus dibuat begitu rupa sehingga
sesuai dengan jalan pikiran dan fantasi anak-anak, program untuk
orang dewasa dapat memuat informasi lebih banyak dan berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih rumit. Perhatian anak
biasanya berpindah-pindah, karena itu program untuk anak haruslah
pendek dan bervariasi. Masalah-masalah yang menarik bagin orang
dewasa , karena itu program untuk kaum remajapun perlu dibedakan
dari program untuk orang dewasa.
b.
c.
d.
Sifat-sifat lain
Sifat-sifat pendengar lainnya yang perlu mendapatkan perhatian ialah,
latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi, dan adat itiadat kehidupan
pendengar. Program ini akan mudah dipahami oleh pendengar bila
dalam memberikan penjelasan selalu diberikan contoh yang sesuai
dengan keadaan lingkungan dan kehidupan mereka sehari-hari.
290
Bila anak hanya sedikit jumlahnya, waktu dan biaya merawat anak itu
lebih banyak
291
Bila anak hanya sedikit jumlahnya, ibu mempunyai lebih banyak waktu
dan biaya untuk menjaga kesehatan dirinya
Dan sebagainya
Perlu di ingat bahwa supaya kita dapat menjabarkan sisi program dengan baik,
kita harus melakukan semacam penelitian atau studi kepustakaan. Artnya isi
program itu tidak bolah kita tulis hanya berdasarkan dugaan, khayalan, atau
gagasan sendiri, melainkan harus berdasarkan informasi dan data-data yang
akurat yang dapat diambil dari kenyataan di lapangan aatau di pelajari dari
buku-buku atau dokumen-dokumen yang ada.
5. Menulis naskah
Setelah pokok-pokok materi program selesai dijabarkan, penulis naskah
dapat mulai menuangkan pokok-pokok materi itu de dalam naskah program
audio. Penulis dapat memilih bentuk program (program format) sesuai dengan
keinginannya.
Menulis naskah program audio berarti membuat rencana tentang informasi
atau pesan beserta ilustrasi dalam bentuk suara yang akan dimasukkan
kedalam rekaman. Ini berarti bahwa pesan dan ilustrasi yang direkam harus
dapat memanipulasikan suara untuk menciptakan adegan tertentu. Suara dan
bunyi itu terdiri dari suara orang, bunyi musik, dan bunyi benda-benda lain.
Semua suara dan bunyi yang akan dimasukkan ke dalam rekaman itu harus
direncanakan dengan jelas dan cermat dan dituangkan ke dalam naskah.
Naskah dituliskan dalam lembaran kertas yang dibagi menjadi tiga kolom.
Kolom pertama diisi dengan nama pelaku atau jenis suara yang akan
direkam yaitu musik atau sound effect (FX). Kolom kedua berisi dialog. Kolom
ketiga diisi dengan kata musik atau FX yang akan direkam (misalnya, musik
instrumentalia : Halo-Halo Bandung; atau suara ketukan pintu)
Naskah ini akan menjadi pedoman bagi sutradara yang akan memimpin
rekaman, pemain yang akan membaca naskahnya, dan juru teknis yang akan
merekamnya. Karena itu naskah harus ditulis dengan jelas supaya mudah
dipahami, mudah diikuti, dan mudah dilaksanakan dalam memproduksi
naskah itu menjadi rekaman kaset audio.
Menulis naskah audio berarti membuat petunjuk mengenai bagaimana cara
memanipulasi bunyi dan suara supaya dapat menciptakan adegan dengan
suasana dan situasi yang mirip atau sesuai dengan kehidupan sebenarnya.
292
293
2. Setelah penyiar selesai membaca naskah pada baris ke-2, musik dikeraskan
lagi (NO.3), kemudian dilemahkan lagi setelah itu musik menghilang dengan
halus.
3. Pada saat musik pada No.3 mulai menghilang, narator membaca naskah
pada No. ke 4.
4. Begitu seterusnya.
5. Kata OFF MIKE apad No. ke 7 memberi petunjuk bahwa saat membaca
Apa sih? pemain tidak mengarahkan mulutnya ke mike. Hal ini dilakukan
untuk menciptakan kesan seolah-olah orang yang berbicara tadi ada diruang
lain atau tempatnya berjauhan. Kata-kata berbicara tadi ada di ruang lain
atau tempatnya berjauhan. Kata-kata LANGKAH MENDEKAT dimaksudkan
untuk memberi petunjuk kepada pemain dan sutradara supaya diciptakan
sound effect langkah yang sedang mendekat. Untuk memberikan kesan
bahwa orang yang tadi ada di tempat yang jauh sekarang berjalan mendekat.
6. Nomor ke 10 memberi petunjuk bahwa sound effect gelas beradu dengan
sendok diperlukan untuk memberi kesan seolah-olah ada orang yang sedang
membuat minuman.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kata atau kalimat yang ditulis
dengan haruf besar itu adalah petunjuk. Bukan bagian naskah yang harus
dibaca pemain untuk direkam. Bagian yang harus dibaca oleh pemain adalah
kata dan kalimat yang ditulis dengan huruf kecil.
Jenis dan Bentuk Program Audio
Jenis Program Audio
Program kaset suara atau program radio, keduanya disebut program audio. Ada
berbagai jenis program audio, misalnya program musik, program non musik,
program hiburan dan program non hiburan.
Program musik adalah program yang menyajikan musik. Dalam program ini
mungkin terdapat juga uraian atau penjelasan, namun yang dominan ialah
musiknya. Sebaliknya saja, warta berita atau laporan. Kedua program itu biasanya
berbentuk uraian. Namun program itu juga seringkali diselingi dengan musik
supaya siaran tidak menjadi kering atau membosankan. Namun dalam siaran
non musik ini yang dominan bukan musiknya, melainkan uraiannya.
Program hiburan adalah program yang dibuat atau disajikan dengan maksud
untuk memberikan hiburan kepada para pendengarnya. Program hiburan ini
dapat berupa program musik, lawak, sandiwara dongeng dan sebagainya.
294
295
296
antara keduanya jangan sampai jauh berbeda. Jalan pikiran atau logika yang
mereka gunakan pun sedapat mungkin seimbang.
4. Program audio dalam bentuk Wawancara
Program audio berbentuk wawancara menampilkan dua pihak yang
mengadakan pembicaraan. Berbeda dengan dialog, pihak-pihak yang
mengadakan pembicaraan itu mempunyau kedudukan yang berbeda. Yang
satu lebih penting daripada yang lain.
Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
terarah. Orang yang diwawancarai mempunyai kedudukan yang lebih penting
dari Si pewawancara sebab ia yang mempunyai informasi yang diperlukan.
Maksud wawancara untuk program audio ialah menyampaikan informasi dari
orang yang berwenang tentu akan lebih dipercaya daripada diberikan oleh
pembawa acara sendiri.
Orang yang diwawancarai
Kalau kita akan mengadakan wawancara, sebaiknya kita harus memilih
narasumber atau orang yang mempunyai pengalaman, pengetahuan serta
kewenangan untuk memberikan jawaban mengenai topik yang akan dibahas
dalam siaran audio.
Pewawancara
Pewawancara tugasnya adalah mengajukan pertanyaan, pendapat atau
gagasannya dalam pembicaraan itu. Pewawancara harus dapat membuat
pertanyaan yang spesifik dan jelas. Dan dapat mengarahkan narasumber
agar dapat memberikan jawaban tentang informasi penting yang harus
diketahui oleh masyarakat umum.
Pewawancara harus menguasai atau mempunyai pandangan dan pengetahuan
yang luas tentang masalah atau topik yang akan dibahas dalam wawancara
itu. Pewawancara bukan mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk
menambah pengetahuannya sendiri. Melainkan mengajukan pertanyaan
supaya menguraikan hal-hal yang sedang difikirkan, atau dirasakannya, atau
hal-hal yang sedang direncanakan untuk dilakukan.
Pewawancara harus berusaha untuk membuat pertanyaan yang singkat,
tetapi memancing jawaban berupa uraian yang terperinci. Jangan sampai
terjadi sebaliknya, pertanyaan panjang lebar tetapi jawabannya singkat.
297
298
299
III
IV
II
I
Keterangan
I.
Pemaparan
II. Penggawatan
III. Krisis
IV. Anti klimaks
Contoh contoh
Bahasa Tulis
Penularan HIV / AIDS bisa terjadi karena aktivitas seksual yang tidak aman. Upaya
pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, dengan beberapa cara, pertama
tidak melakukan aktivitas seksual, kedua, setia kepada pasangan saja dan ketiga
melakukan hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
Bahasa Audio
Pak Tony
: Pak Bowo, tadi Bapak mengatakan penularan HIV / AIDS dapat
terjadi karena aktivitas seksual yang tidak aman.
300
Pak Bowo
: Pak Tony, Bapak tentunya sudah tahu bahwa HIV / AIDS dapat
menular melalui hubungan seks.
Pak Tony
Pak Bowo
Pak Tony
Pak Bowo
Pak Tony
1.
PELAKU/JENIS
MUSIK DAN FX
MUSIK
2.
PENYIAR
1
2
3.
MUSIK
4.
NARATOR
5.
6.
MUSIK
ARYO
7.
8.
FX
FX
9.
ARYO
10.
11.
FX
Dan seterusnya
IN UP DOWN OUT
Selamat siang Andi, ngomong-ngomong apa yang
Anda ketahui tentang AIDS?
SUARA HALILINTAR
AIDS (JELAS DAN KAGET)
OFF MIKE : Idiih
Itukan penyakit kutukan yang tidak dapat
disembuhkan. Orang yang terkena AIDS harus
dikucilkan supaya tidak dapat menularkan kepada
orang lain. (Langkah menjauh).
Kawula muda di mana pun berada, AIDS bukan
penyakit kutukan. AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yang didapat karena penurunan sistem
kekebalan tubuh akibat virus yang disebut HIV.
Penderita tidak perlu dikucilkan.
Jinggle drops In
301
302
Area Lost
Gambar yang terlihat pada layar adalah kira-kira 80% dari gambar yang
diambil kamera, karena kurang lebih 20% dari area (daerah yang terlihat
kamera hilang oleh proses elektronik televisi)
Area (daerah) yang hilang ini harus dipertimbangkan sewaktu
pengambilan gambar oleh juru kamera atau pengarah acara, juga harus
dimaklumi oleh penulis naskah
303
c.
Size Information
Third Dimention
Televisi mempunyai layar dua dimensi. Kesan dua dimensi tersebut
harus diatasi dengan cara pengambilan gambar, penyusunan properties,
pengaturan tata cahaya yang digunakan. Dengan demikian kesan yang
terlihat tiga doimensi.
e.
Distruction
Karena sebab-sebab elektronik, gambar dilayar televisi kadang-kandang
rusak bentuknya. Misalnya lingkaran yang seharusnya 360 menjadi
bentuk elipes. Sebagai penulis naskah harus hati-hati menulis konsep
tentang bentuk yang akan disajikan.
304
f.
Opposition
Jika pengambilan gambar tidak teliti, penonton bisa ragu dalam
menafsirkan gambar yang dilihatnya, untuk naskah yang dikembangkan
harus mencantumkan dengan jelas apa sebenarnya yang diperlihatkan
kepada penonton.
g.
Tints
Warna pada televisi dapat berubah-ubah, sehingga sulit untuk
menentukan warna aslinya. Kadang-kadang hal ini dapat mengarahkan
penonton kepada konsepsi warna yang salah. Jika televisi anda hitam
putih maka harus lebih hati-hati lagi. Jadi bila hendak menampilkan warna
perlu diperhatikan cara-cara mengatasi kemungkinan penyimpangan
informasi. Misalnya: akan memperlihatkan perbedaan asam dengan
basa menggunakan kertas lakmus, warna yang timbul adalah merah
biru. Akan tetapi pada televisi hitam putih warna tersebut tidak terlihat
karena intensitasnya sama. Jadi untuk mengatasi hal itu perlu dibantu
dengan audio atau dengan tulisan.
h.
Setting
Dalam naskah televisi harus jelas tergambar dimana suatu obyek
berada. Tanpa menampakan setting penonton bisa bingung menerkanerka. Suatu hal yang perlu diingat untuk membangun suatu adegan
yang utuh harus ada tiga unsur yang tidak bisa dilupakan yaitu: setting,
pelaku dan aktivitas.
305
j.
k.
Bahasa televisi
Media televisi adalah media yang menonjolkan aspek visual yang
dominan. Oleh karena itu naskah yang dikembangkan hendaklah
menjelaskan visualisasi kejadian sejelas mungkin. Pola berpikir ini harus
dijadikan prinsip dalam penulisan naskah televisi.
Apabila harus menghadirkan narasi, perlu diperhitungkan agar
narasi tersebut benar-benar mendukung visualisasi yang ada, bukan
sebaliknya. Misalnya akan mevisualkan sebuah mangga maka secara
fisik akan terlihat bentuknya, besarnya, warnanya, mungkin dengan
ciri-ciri lainnya. Akan tetapi dari tayangan itu tidak diketahui bagaimana
rasanya. Untuk kekurangan itulah perlu dimasukan unsur narasi dengan
tujuan lebih memperjelas atau melengkapi materi yang akan disajikan.
306
karena itu penulis naskah video/tv dituntut bisa berimajinasi secara kreatif dengan
menggunakan pemilihan visual yang didukung oleh kemampuan visualisasi
dari media televisi sebagai media yang dipilih.
1.
2.
Penelitian
Langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian. Penelitian adalah
pengumpulan informasi yang diperlukan guna menunjuang keabsahan
atau keakuratan naskah yang akan ditulis. Kegiatan penelitian mempunyai
empat langkah utama yaitu:
a. Mencari sumber informasi yang paling handal.
b. Mencari informasi yang berguna
c. Memilih informasi yang paling relevan yang dapat digunakan untuk
menulis naskah.
d. Mengecek bahwa informasi itu benar dan authentic
Penilian ini dapat dilakukan di perpustakaan, ke lokasi yang dapat
memberikan informasi yang lengkap dan akurat, atau mengadakan
wawancara dengan narasumber yang dapat memberikan informasi
yang diperlukan. Kecuali hal tersebut, penulis naskah dapat pula
melengkapi sumber informasinya dari berbagai buku dan surat kabar
atau majalah agar apa yang dituilsnya nanti selalu up todate dan
mengikuti perkembangan yang ada.
307
3.
Konsep
Konsep yang tertuang didalam pikiran penulis naskah memegang
peran yang sangat penting di dalam penuangan isi pesan dalam bentuk
program yang akan dikembangkan.
Oleh sebab itu sebelum menulis sinopsis dan treatment serta skenario,
hendaknya seorang penulis naskah video harus memahami dahulu
beberapa patokan berikut ini:
a. Struktur program: yaitu semua pikiran yang disusun sedemikian rupa
sehingga konsep mempunyai arti, karena disusun secara teratur dan
mudah diikuti penalarannya.
b. Kerangka program: apapun program yang akan disajikan (baik itu
merupakan program dokumenter, intruksional, ataupun drama) selalu
mempunyai alur cerita, selalu mengandung bagian pendahuluan, isi
serta bagian akhir.
c. Style : penampilan atau gaya penyajian program sangat bergantung
pada gaya dari penulis naskah. Biasanya suatu program seringkali
diwarnai oleh gaya si penulis naskah di dalam menuangkan
pikirannya.
d. Karakteristik media televisi: Televisi adalah media audio visual yang
menggunakan kata-kata atau gambar-gambar untuk menyampaikan
pesannya.
e. Memanfaatkan kemampuan media televisi : hendaknya dikenal betul
di dalam bahasa televisi serta kemampuannya dalam menampilkan
visual yang disajikan, sehingga dapat ditampilkan sesuai keinginan
penulis.
Pemikiran penulis naskah tentang kapan gambar itu ditampilkan sebagai
pengganti kata-kata atau sebaliknya atau kapan kata-kata muncul
bersama-sama dengan gambar merupakan faktor yang penting. Katakata hendaknya singkat, jelas dan mudah dimengerti. Sedangkan gambar
berfungsi menggantikan kata-kata yang tidak dapat diucapkan. Dengan
memahami hal-hal tersebut diatas, maka penulis naskah video akan
dapat menuangkan pikirannya secara berhasil guna dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai, pada waktu program tersebut masih dalam
keadaan dirancang. Langkah selanjutnya adalah menulis synopsis dan
treatment.
308
Shot
Shot adalah suatu peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi,
dimulai dari saat tomol kamera dilepas kembali
Panjang satu shot tergantung pada lamanya tombol kamera ditekan.
2.
Scene
Scene terbentuk dari berbagai shot yang menimbulkan satu pengertian
yang utuh. Pengertian yang ditimbulkan oleh sebuah scene bisan
sempit, bisa luas dan biasanya tergantung dari banyaknya shot dalam
scene tersebut.
Scene ini merupakan bagian terkecil dalam sebuah cerita/ suatu fil yang
lengkap. Karena sifatnya harus utuh dan mengansuatu pengertian,
maka suatu scene harus terdiri dari awal, pengembangan dan akhir.
Selain itu sati scene dapat berlangsung pada lebih dari satu lokasi.
3.
Sekwens
Sekwens dibangun dari beberapa scene secara logis dan meiliki arti
sesuai dengan tuntutan cerita. Seperti pada scene, sekwns juga terdiri
dari awal, pengembangan dan akhir. Kalau pada scene arti suatu cerita
dibangun dari shot, maka sekwens dibangun dari scene. Oleh karena itu
309
ada yang membedakan kedua cerita tersebut dalam bentuk premis, yang
antara lain dikatakan cerita yang dibangun dari shot dan menghasilkan
scene disbut premis minor, sedangkan cerita yang dibangun dari
scene dan menghasilkan sekwens disebut premis mayor (perhatikan
gambar dibawah ini).
Dari gambar tersebut disimpulkan bahwa totalitas adalah kesatuan dari
sekwens-sekwens yang menghasilkan sebuah cerita film. Yang menjadi
persolanan adalah bagaimana menyambung shot demi shot menjadi
scene, kemudian scene demi scene menjadi skwens, skwens demi
skwens menjadi totalitas. Dengan kata lain bagaimana suatu kontinuitas
dapat dihasilkan dalam sebuah program televisi atau sebuah cerita film.
4.
Cut
Apabila anda melakukan perpindahan ke gambar yang lain tanpa
instruksi berarti anda melakukan cut. Cut dalam rangkaian shot
akan menghasilkan suatu kesan dinamis dan cepat. Secara teknis
perpindahan teknik cut to cut dapat digambarkan sebagai berikut:
5.
Dissolve
Dissolve biasanya dipergunakan untuk menyatakan suatu perbedaan
waktu. Untuk itu anda harus berhati-hati sekali agar tidak terlalu sering
menggunakannya. Dissolve dalam rangkaian shot akan memberikan
kesan lambat, oleh karena itu dissolve sering digunakan untuk
menjembatani suatu adegan atau dari satu scene ke scene lain atau
dari satu sekwens yang lain. Secara teknis perpindahan gambar dengan
menggunakan teknis dessolve dapat digambarkan sebagai berikut:
6.
310
Two shot
Three shot
Group shot
7.
:
:
:
:
:
:
ECU
BCU
MCU
MS
MLS
LS
Close Up (CU)
Bila menginginkan sebuah shot yang memperlihatkan wajah seseorang
dalam ukuran penuh, maka anda harus dapat menggunakan close up
(CU). Namun, memerlukan ketenangan untuk menghindarkan CU untuk
menghindarkan kesan gerak yang berlebihan pada layar televisi.
311
8.
9.
312
12. Big Close Up (BCU)
13. Extrim Close UP (ECU)
313
15. Extrim long shot
314
Swiss pan atau wipe pan yakni melakukan pan dengan cepat. Hali ini
dilakukan bila diperlukan efek-efek tertentu yang ada hubungannya
dengan arti visualnya. Namun hal ini jarang dilakukan. Biasanya jenis
pan dengan cepat dilakukan ini untuk menunjukkan dua peristiwa
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya: papan nama jalan raya
jenderal Sudirman kemudian dilakukan wide pan ke mobil ambulan
yang sedang mengangkut korban tabrakan di jalan raya.
2. TILT: berarti mengarahkan gerak kamera secara vertikal keatas atau
kebawah (tilt up atau tilt down). Maksudnya hampir sama dengan
pan hanya arahnya yang berlainan.
Sering kali tilt mempunyai efek yang dramatis dari sebuah adegan,
misalnya memperlihatkan close shot septu, kemudian bentuk dari
seorang yang angker penuh wibawa. Atau memperlihatkan sebuah
gunung yang hijau tetapi gundul dan gersang dibagian atasnya.
Menggerakkan kepala kamera keatas dan kebawah, komando yang
disampaikan kepada kameramen adalah tilt keatas dan tilt kebawah.
Dalam melakukan tilt keatas, kameramen harus hati-hati agar bagian
atas set dekorasi tidak bocor dan lampu masuk ke lensa kamera
anda.
3. TRACK / DOLLY : istilah ini dipakai untuk menciptakan gerak kamera
mendekati atau memenuhi obyek yang diambil. Obyek akan menjadi
lebih besar bila kamera mendekati (track ini) tetapi akan mengecil
apabila kamera menjauhinya (track out). Efek yang sama bila kita
menggunakan teknik berikut: menggerakkan kamera ke atau dari
sebuah obyek. Komando yang disampaikan ke kameramen adalah
track in: berarti kamera maju kedepan (mendekati obyek). Track out
berarti kameramen mundur ke belakang menjauhi obyek.
4. ZOOM : zoom in (mendekati) atau zoom out (menjauh) bedanya
adalah kalau trac kamera bergerak, kalau zoom kamera tidak
bergerak, yang bergerak adalah panjang fokus lensanya (foccus
leght). Zoom mempunyai daya guna tersendiri terutama digunakan
untuk membawa penonton ketitik / detail yang perlu diperlihatkan.
5. FOLLOW: istilah ini sering digunakan pula disamping pan, tilt, track
dan zoom. Hanya perlu diketahui disini adalah bila penulis naskah
menginginkan efek tertentu, untuk mempermudah sutradara/
pengerah acara dalam menterjemahkan pesan yang dimaksud,
315
316
317
Judul program:
STUDI ORIENTSI MANAJEMEN
PROGRAM KB INDONESIA
(tentative)
Garis besar isi program:
Perkembangan program KB di Indonesia (sebagai introduksi).
Program orientasi studi meliputi: kegiatan pendahuluan (tim pelaksana teknis
BKKBN dan kegiatan di Upsila Bangladesh)
Initial Orientation : berupa pengarahan dan ceramah pada waktu di Jakarta
Field visit di Jogyakarta dan bali, beserta kegiatan-kegiatan lain yang mengikuti
kegiatan field visit tersebut seperti diskusi dan pengamatan lokasi.
In country workshop : menyusun kegiatan untuk masing-masing peserta
(POA).
Kelanjutan dari hasil trainning di Indonesia (narative atau visual).
Sinopsis Program :
Program KB di Indonesia telah berkembang dengan pesatnya, sesuai dengan
fase pelembagaan, dimana pengelolaan program sudah beralih ketangan institusi
masyarakat.
Keberhasilan Indonesia dalam mengelola dan menyelenggarakan program KB
ini membawa dampak positif bagi negara berkembang lainnya yang menangani
program serupa. Terbukti dengan akan datangnya beberapa Pejabat KB
Bangladesh ke Indonesia dalam rangka mempelajari program KB.
Kegiatan yang berupa studi orientasi ini akan diselenggarakan di Jakarta,
Jogyakarta dan Bali yang meliputi kegiatan-kegiatan orientasi dan observasi
lapangan, seminar, diskusi serta penyusunan POA guna dimanfaatkan di
negaranya nanti setelah orientasi.
Treatment program
1. Sebagai awal program ditampilkannya logo BKKBN, mempersembahkan,
diikuti judul program. Disajikan dalam bentuk FO / FI
2. Dalam scane ini ditampilakn introduksi berupa kegiatan-kegiatan KB yang
sudah berjalan seperti UPKKA, Posyandu, UPGK, dll Ditampilkan pula kegiatan
PPLKB dan PLKB yang tengah mengadakan rakor. Disini narasi menjelaskan
tentang perkembangan program, dimana pengelolaan program beralih
ke institusi masyarakat. Keberhasilan program KB juga dibuktikan dengan
menampilkan peningkatan peserta KB dan menurunnya angka kelahiran.
318
319
untuk memindahkan sebuah cerita atau gagasan dalam bentuk visual sebagai
yang akan ditayangkan di layar televisi nantinya.
Skenario televisi atau video bukanlah merupakan karya sastra sebagaimana sudah
disinggung melainkan petunjuk praktis yang memuat data-data teknis bagaimana
sebuah program di produksi secara visual.
Sebuah naskah sangat penting artinya dalam sebuah program. Ia merupakan
sebuah pedoman bagi semua orang yang terlibat sebuah produksi seperti: staf
manajemen, kerabat produksi, pemeran, juru suara, juru lampu, juru set dan
petugas lainnya. Ia merupakan pegangan sutradara untuk membuat visualisasi
dari program yang diproduksi. Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap penuangan apa yang ditulis menjadi bentuk visual, sehingga program
dapat dinikmati orang banyak.
Bagi staf manajemen seperti unit manager dan pimpinan produksi, naskah
merupakan pedoman dalam menjabarkan kebutuhan pembiayaan yang diperlukan
pada waktu program tersebut diproduksi. Bagi sutradara dan kerabat kerja
naskah merupakan pedoman didalam proses visualisasinya: penataan kamera,
penataan cahaya, penataan artistik, penataan suara, penataan sound effect dan
penyuntingan gambar pada langkah purna produksi.
Disamping itu naskah juga merupakan uraian cerita yang terinci, singkat, padat
dan tidak ber-tele-tele. Hal-hal yang dapat divisualisasikan tidak perlu dibuat
dialog atau narasinya, sehingga duplikasi informasi dapat dihindarkan.
Format Penulisan naskah Video/ Televisi
Sebuah program televisi dikatakan menarik bila penonton merasa apa yang
disaksikan dapat memuaskan kebutuhannya (menghibur, menambah informasi,
memberi kejelasan, memancing emosi, dll). Namun adakalanya ia segera
mematikan pesawat televisinya tatkala suatu pogram baru saja ditayangkan
(tayangan ulang). Penonton dalam hal ini tidak dapat disalahnya mengapa ia
mematikan televisinya. Namun yang pasti program yang ditayangkan tidak
menarik baginya.
Banyak faktor yang harus dikaji bila hal ini sampai terjadi dan mungkin salah
satunya adalah ketidak sesuain format program dengan materi sajian Setiap
format program pada dasarnya memiliki spesifikasi tersendiri terhadap materi
jenis sajian.
320
321
3. Format wawancara
Wawancara televisi lebih menarik daripada wawancara radio dan tentunya
tidak dapat disamakan dengan wawancara di surat kabar.
Pada wawancara televisi dapat dilihat dengan jelas orang sedang
diwawancarai, bagaimana ia berpikir sejenak untuk mencari jawaban dari
sebuah pertanyaan, juga dapat dilihat bagaimana reksi atau ekspresinya bila
pertanyaan yang diberikan memojokkan orang yang diwawancarai, ataupun
senyum yang tiba-tiba tersimpul dari bibirnya.
Wawancara yang dipersipakan dengan matang dan diarahkan dengan baik,
akan menghasilkan suatu tontonan yang sangat menrik. Akan tetapi sering
kali tidak mendapatkan hasil yang baik disebabkan tidak mampu mengelola
wawancara, sehingga terdapat kekurangan disana-sini.
Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
a.
Bahan wawancara yang baik
b.
Wawancara dimulai dengan penyelidikan yang baik
c.
Wawancara dilakukan dengan suatu percakapan yang baik
d.
Wawancara perlu pengarahan yang baik.
Macam-macam wawancara
a.
Berita atau siaran luar
Kebanyakan dari wawancara ini dilakukan dalam keadaan yang sulit,
misalnya pada lokasi terjadinya kecelakaan, tempat terjadinya bencana
alam, atau medan pertempuran.
Peristiwa-peristiwa seperti diatas akan menjadi latar belakang gambar
wawancara tersebut. Sehingga akan menambah arti wawancara yang
akan dilakukan. Sperti ini biasanya mempunyai durasi yang pendek,
akan tetapi mempunyai nilai siaran yang tinggi.
322
b.
c.
Wawancara biasa
Jenis wawancara dalam katagori ini dapat dilakukan dalam dua bentuk:
d.
4. Format Feature
Format ini biasanya digunakan bila materi programnya suatu topik yang
mendalam dan penting. Penyajiannya dengan format ini lebih menarik, karena
selain menyampaikan materi juga mempunyai unsur hiburan. Materi yang
disajikan biasanya hanya satu topik yang disoroti dari berbagai segi.
5. Format Magazine
Format ini hampir sama dengan format feature. Bedanya terletak pada topik
yang dibahas. Kalau pada feature yang dibahas hanya satu topik, maka pada
magazine terdiri dari berbagai topik.
6. Format Drama
Format drama boleh dikatakan sebagai format yang dapat dikatakan sebagai
format yang punya daya tarik kuat. Sebab selain mampu mendramatisir
keadaan juga mampu memotivasi penonton pada suatu tujuan tertentu.
Untuk program instruksional, format ini akan cocok apabila dipergunakan
untuk menyajikan materi-materi yang berupa fakta atau sejarah. Hanya
apabila kita menggunakan format ini perlu pertimbangan-pertimbangan yang
lebih matang dibandingkan dengan menggunakan format lainnya. Misalnya,
pertimbangan pemain, karena para pemain maupun unsur yang menentukan
baik atau tidaknya drama yang dihasilkan sebuah drama hasilnya akan baik
apabila pemainnya profesional dalam bidangnya masing masing.
Pertimbangan lainnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan
program drama relatif cukup besar dibandingkan dengan program lainnya
apabila jumlah pemainnya cukup besar.
Waktu penyelesaian satu program drama pun jauh lebih banyak dibandingkan
program lainnya. Karena setiap pemain, sebelumnya harus memerlukan latihan
323
324
325
Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
mendeskripsikan segala saran saran, kritik, keluhan dan pendapat
tentang program televisi atau video yang mereka saksikan. Pengetahuan
dan keterampilan yang mereka peroleh atau reaksi responden setiap kali
menyaksikan tayangan program dikelompokkan sesuai aspek aspek
yang menjadi tujuan. Analisis data bisa dilakukan secara kuantitatif maupun
kualitatif. Hasil analisis ini dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan program.
3. Laporan Evaluasi
Laporan evaluasi dibuat oleh evaluator. Ruang lingkup isi laporan evaluasi
meliputi saran, kritikan, pendapat dan masukkan responden terhadap
program video / televisi. Pendapat tersebut meliputi hal hal yang berkaitan
dengan kelemahan, yang disukai dan yang tidak disukai oleh responden.
VIII. Referensi
Departemen Kesehatan RI, 1998, Pedoman eknis Teknologi Tepat Guna Bagi
Generasi Muda
Sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2186714-pengertian-radio/#ixzz1fIjKZWLn
Effendy, Onong Uchjana. 1986. (a). Dinamika Komunikasi Bandung: Penerbit
Remadja Karya CV.
Effendy, Onong Uchjana. 1992. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung
326
LAMPIRAN
Contoh kuesioner evaluasi program televisi.
KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI
PROGRAM TAYANG ULANG WARUNG SEHAT PUSAT PROMOSI KESEHATAN,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
I.
Stasiun TV :
Nomor Responden :
Provinsi :
Kabupaten :
Kecamatan :
Desa :
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
:....................................................................................
2. Alamat
:....................................................................................
3. Agama
:....................................................................................
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
6. Pendidikan terakhir
:
1). Tidak Sekolah
2). Sekolah Dasar (SD) sederajat
3). Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP)/sederajat
4). Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat
5). Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan
1) Tidak Bekerja
2) Ibu Rumah Tangga
3) Pegawai Negeri/TNI/Polri
4) Pegawai Swasta
5) Wiraswasta/pedagang
6) Buruh
7) Pelajar/Mahasiswa .
8) Petani
9) Nelayan
10) Lainnya ..........................................
8. Lama tinggal di wilayah ini :
1) 0 5 th.
2) 6 10 th.
3) 11 15 th
4) > 20 th
9. Pengeluaran tiap bulan
1) < 1.000.000
2) 1.000.000 1.500.000
3) 1.500.000 2.000.000
4) > 2.000.000
5) Lain-lain (sebutkan) ......................................
327
328
Judul
Warung Sehat
Pingsan Gizi
Bersyukur Itu Indah
Buruk Gizi
30 Menit Tanpa Sakit
Perokok Awet Muda
Pak Jhoni Hamil Lagi
Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)
Yang Melahirkan Ibu Bukan Bapak
ASI Itu Indah
Kalau Mau Sehat Ya PHBS
Bangga Jadi Kader
Posyandu Itu Perlu
Nyamuk Kasihan Deh Kamu
ISPA, Pnemonia Pada Anak
Tiba-tiba TBC
Diare Bukan Sepele
AIDS...... Ngeri!
Periksa Payudara Sendiri
Waspadai Kanker Rahim
Sayangi Jantung Hati
Semanis Diabetes
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat)
Isi Pesan
24
25
26
27
28
29
30
13. Bagaimana pendapat anda tentang ajakan dalam tayangan WARUNG SEHAT agar setiap
orang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat?
1). Setuju, beri alasan
..................................................................................................
2). Tidak setuju, beri alasan
......................................................................................................
14. Perilaku apa saja yang dapat anda petik dan lakukan dalam kehidupan sehari-hari setelah
melihat Program Tayangan WARUNG SEHAT?
329
No
Judul
1
2
3
4
5
6
7
8
9
25
Warung Sehat
Pingsan Gizi
Bersyukur Itu Indah
Buruk Gizi
30 Menit Tanpa Sakit
Perokok Awet Muda
Pak Jhoni Hamil Lagi
Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)
Yang Melahirkan Ibu Bukan
Bapak
ASI Itu Indah
Kalau Mau Sehat Ya PHBS
Bangga Jadi Kader
Posyandu Itu Perlu
Nyamuk Kasihan Deh Kamu
ISPA, Pnemonia Pada Anak
Tiba-tiba TBC
Diare Bukan Sepele
AIDS...... Ngeri!
Periksa Payudara Sendiri
Waspadai Kanker Rahim
Sayangi Jantung Hati
Semanis Diabetes
JPKMM (Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat)
Perilaku
Sehat
dan
PTM
(Penyakit Tidak Menular)
Hipertensi Jangan Tinggi-tinggi
26
27
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
28
29
30
Perilaku Yang
Dapat Dipetik
Perilaku Yang
Dilakukan (Ya
/ Tidak)
Alasan
15. Dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat yang ada di lingkungan
anda, apa yang akan ada lakukan ?
1)
Menyebarluaskan informasi
2)
Mengajak orang lain untuk melakukan hidup bersih dan sehat?
3)
Menegur orang lain jika tidak hidup bersih dan sehat?
4)
Lainnya ......
16. Menurut anda, apakah Program Tayangan WARUNG SEHAT ini perlu dilanjutkan?
1)
Perlu, alasannya
....................................................................................
2)
330
MATERI INTI 7
PENGHITUNGAN ANGKA KREDIT
DAN PENGAJUAN DUPAK
I.
Deskripsi Singkat
Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan adalah upaya penyederhanaan
birokrasi pemerintah agar lebih proporsional, datar, transparan, hierarki yang pendek
dan terdesentralisasi kewenangannya. Kementerian Kesehatan telah mengantisipasi
dan menyesuaikan organisasinya ke arah hemat struktur kaya fungsi dengan
membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan fungsional. Upaya ini
sesuai dengan amanat UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok
Pokok Kepegawaian bahwa Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat
tertentu sehingga terbatasnya jabatan struktural maka jabatan fungsional menjadi
solusinya. Oleh karena itu
Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah antisipasi dalam pembinaan dan
pengembangan karier pegawai, hal ini dapat dilihat dari jumlah Jabatan Fungsional
Kesehatan sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 sebanyak 27 jenis Jabatan
Fungsional Kesehatan. Untuk mengoptimalkan jabatan-jabatan fungsional tersebut di
atas sebagian besar telah ditindaklanjuti dengan kebijakan-kebijakan tingkat teknis
berupa Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknisnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pembinaan
jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi Pembina jabatan fungsional. Dengan kata
lain instansi pembina mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dalam rangka
mewujudkan profesionalitas para pejabat fungsional. Pembinaan jabatan fungsional
dapat dilakukan melalui pola karier PNS yaitu Perpindahan dari jabatan struktural ke
fungsional dan dari jabatan fungsional ke struktural baik secara horizontal, vertikal
maupun diagonal serta perpindahan wilayah kerja; Perpindahan jabatan secara
horizontal adalah perpindahan jabatan pada tingkat eselon dan pangkat jabatan
yang sama, serta jabatan fungsional ke jabatan fungsional lain; Perpindahan jabatan
secara vertikal adalah perpindahan yang bersifat kenaikan jabatan (promosi); serta
Perpindahan jabatan secara diagonal adalah perpindahan dari jabatan struktural ke
fungsional.
331
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan penghitungan Angka
Kredit dan pengajuan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (JF-PKM).
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan angka kredit dan DUPAK JF-PKM;
2. Melakukan penghitungan angka kredit JF-PKM;
3. Melakukan pengajuan DUPAK JF-PKM.
III.
332
IV.
333
334
V.
Uraian Materi
Pokok Bahasan 1.
ANGKA KREDIT DAN DUPAK
A. Angka Kredit
Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas
prestasi yang telah dicapai oleh seorang penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
mengerjakan butir kegiatan
dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk
pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat;
335
336
b.
c.
d.
337
338
Gb. 1_1
Tampilan halaman awal saat membuka alamat aplikasi
Gb. 1_2
Tampilan halaman awal untuk mendaftar (mengisi data pribadi)
339
Gb. 1_3
Tampilan Pesan saat menekan tombol Simpan
3.
Login
Sebelum masuk ke aplikasi, pengguna akan login terlebih dahulu.
Pengguna mengisi username dan password untuk masuk ke aplikasi.
Username dan password tersebut telah diinformasikan melalui email
kepada pengguna.
Gb. 2_1
Tampilan Login ke sistem
4.
Halaman Utama
Halaman utama merupakan halaman yang muncul setelah pengguna
melakukan login ke dalam system ini. Pada halaman ini, akan terdapat
menu-menu (yang berwarna hijau) yang memiliki fungsi-fungsi tertentu
yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan system ini
Gb. 3_1
Tampilan Halaman utama pengguna
340
5.
Data Pribadi
Menu Data Pribadi dapat digunakan untuk melakukan perubahan data
pribadi pengguna yang bersangkutan.
Gb. 4_1
341
6.
Ubah Password
Setelah data disetujui, pengguna akan mendapatkan username dan
password melalui email pengguna. Melalui menu Ubah Password,
pengguna dapat mengubah password yang diberikan tersebut
dengan password yang baru sesuai keinginan pengguna. Pengguna
harus memasukkan password lama terlebih dahulu dan kemudian
memasukkan password baru yang diinginkan.
Gb. 5_1
Tampilan halaman Ubah Password
7.
Atasan
Menu atasan ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan
nama-nama atasan untuk pencatatan angka kredit. Pengguna hanya
dapat menambah dan mengubah data atasan ini. Untuk menambahkan,
pengguna langsung menginputkan NIP, nama, dan jabatan atasan
langsungnya, kemudian tekan tombol simpan. Untuk mengubah data,
pengguna dapat menekan ubah di kolom tindakan untuk data yang
ingin diubah, kemudian tombol simpan.
Gb. 6_1
Tampilan halaman Data Atasan
Ket gambar :
1.
Pengguna menginputkan detail atasan.
2.
Daftar atasan yang telah diinputkan pengguna.
342
8.
Tim Penilai
Menu Tim Penilai ini prosesnya sama dengan menu atasan. Menu
Tim Penilai ini dapat digunakan oleh pengguna untuk menginputkan
nama-nama Tim Penilai untuk pencetakan laporan DUPAK. Pengguna
hanya dapat menambah dan mengubah data Tim Penilai ini. Untuk
menambahkan, pengguna langsung menginputkan NIP, nama, dan
jabatan tim penilainya, kemudian tekan tombol simpan. Untuk mengubah
data, pengguna dapat menekan ubah di kolom tindakan untuk data
yang ingin diubah, kemudian tombol simpan.
Gb. 7_1
Tampilan halaman Data Tim Penilai
9.
Pejabat Pengusul
Menu pejabat pengusul ini prosesnya sama dengan menu atasan.
Menu pejabat pengusul ini dapat digunakan oleh pengguna untuk
menginputkan nama pejabat pengusul untuk pencetakan laporan
DUPAK. Pengguna hanya dapat menambah dan mengubah data
pejabat pengusul ini. Untuk menambahkan, pengguna dapat langsung
menginputkan NIP, nama, dan jabatan pejabat pengusulnya, kemudian
tekan tombol simpan. Untuk mengubah data, pengguna dapat menekan
ubah di kolom tindakan untuk data yang ingin diubah, kemudian tombol
simpan.
Gb. 8_1
Tampilan halaman Data Pejabat Pengusul
343
Gb. 9_1
Tampilan halaman Angka Kredit (list data yang telah dimasukkan)
Keterangan gambar :
1.
Tombol Tambah Angka Kredit, jika pengguna akan menginputkan
data angka kredit yang baru.
2.
Daftar angka kredit yang telah diinput oleh pengguna.
3.
Link Hapus untuk menghapus data angka kredit.
Halaman Tambah Angka Kredit, tampilannya adalah sebagai berikut :
Gb. 9_2
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit
Keterangan gambar :
1.
Detail data pegawai
2.
Detail kegiatan untuk menginputkan angka kredit
3.
Tombol Simpan untuk menyimpan
344
Gb. 9_3
Tampilan halaman untuk menambahkan Angka kredit (data terisi)
11. Laporan
Menu laporan untuk menampilkan data- data laporan yang sudah
pernah dicetak maupun membuat laporan lainnya.
Gb. 10_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan
345
Gb. 10_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan
Gb. 10_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan lain
selain yang ada di list)
346
Gb. 10_4
Tampilan awal setelah menekan tombol Tambah Data
a.
Catatan Harian
Catatan Harian merupakan laporan detail yang akan menampilkan detail
data-data yang diinput oleh pengguna dengan rincian per tanggal.
Untuk menampilkan laporan ini, pengguna harus melakukan langkahlangkahnya sebagai berikut:
# Pilih Tipe : Catatan Harian
# Pilih Unsur yang akan ditampilkan
# Tentukan Periode, yaitu Bulan dan Tahun.
# Pilih Atasan Langsung yang bertanggung jawab dengan hasil
laporan yang diinginkan.
# Pilih Tanggal Cetak yang diinginkan. Pengisian ini ditujukan untuk
melakukan cetak ulang dengan tanggal yang sama (misalkan
seandainya file cetakan hilang).
# Tekan tombol Tampilkan
Gb. 10_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan
347
Gb. 10_14
Tampilan laporan Laporan Bulanan
12. DUPAK
Menu DUPAK untuk menampilkan data-data laporan DUPAK yang
sudah pernah dicetak maupun mencetak laporan DUPAK lainnya sesuai
dengan kebutuhan pengguna.
Gb. 11_1
Tampilan awal sebelum ada data yang ditambahkan
348
Gb. 11_2
Tampilan awal sesudah ada data yang ditambahkan
Gb. 11_3
Tampilan untuk menambahkan data (mencetak laporan lain selain
yang ada di list)
349
Gb. 11_4
Tampilan awal setelah menekan tombol Tambah Data
Gb. 11_5
Tampilan pengisian data yang ingin ditampilkan
350
Gb. 11_6
Tampilan Laporan Dupak yang ditampilkan
13. Keluar
Menu ini digunakan untuk keluar dari sistem dan login pengguna yang
bersangkutan.
351
Bukti
Yang
Diperlukan/
Butuhkan
FC Ijazah dan transkrip
dilegalisir
Surat Tubel, Fc Ijazah dan
transkrip dilegalisir
Surat Tubel, Fc Ijazah dan
transkrip dilegalisir
Angka
Kredit
150
100
75
Angka
Kredit
15
Fc STTPL/Sertifikat
Fc STTPL/Sertifikat
Fc STTPL/Sertifikat
e. 81 160 jam
Fc STTPL/Sertifikat
f.
Fc STTPL/Sertifikat
30 80 jam
Pelaksana
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
penyuluh
kesehatan
Pelaksana
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Bukti
Yang
Diperlukan/
Butuhkan
1. Menyusun rencana 5 tahunan
a. Membuat kerangka acuan Kerangka acuan
b. Menganalisan
dan Laporan yang
mengevaluasi data
dilegalisir
c. Mempersiapkan rencana
Laporan yang
dilegalisir
d. Mengevaluasi
penyusunan rencana
352
Laporan yang
dilegalisir
Angka
Kredit
Pelaksana
0.20
0.07
PKM Muda
PKM Muda
0.16
PKM Muda
0.18
PKM
Madya
Laporan yang
dilegalisir
Laporan yang
dilegalisir
Laporan yang
dilegalisir
0.05
0.025
0.05
0.06
PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM
Madya
Rancangan
strategi
tkt
Kec
&
Nota
persetujuan atasan
Rancangan
strategi
tkt Kab/Kota & Nota
persetujuan atasan &
prog terkait
Rancangan
strategi
tkt Provinsi & Nota
persetujuan
atasan
&prog terkait
Rancangan
strategi
tkt Nasional &Nota
persetujuan
atasan
&prog terkait
0.055
PKM
Pertama
0.07
PKM
Pertama
0.18
PKM Muda
0.12
PKM Muda
353
e. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Nasional untuk program
terpadu
f. Menyusun
rancangan
strategi penyuluhan tkt.
Internasional
g. Melaksanakan
ujicoba
ranc. Strategi penyuluhan
tkt Nasional
h. Menyusun
rencana
kerja/usulan kegiatan tkt
Provinsi
i. Menyusun
rancanagn
kerja/usulan kegiatan tkt
Nasional
j. Menyusun
rencana
kerja/usulan
keg
tkt
regional/internasuional
Rancangan
strategi
tkt Nasional & Nota
persetujuan atasan &
prog terkait
Ranc. Strategi PKM
Intern.&
pers/
recomendasi
forum
Internasional
TOR, Kuesioner, Hasil
laporan, SK Tim
0.36
PKM
Madya
0.54
PKM
Madya
0.33
PKM
Madya
Rancangan
usulan,
TOR kegiatan
0.36
PKM Muda
Rancangan
usulan,
TOR kegiatan
0.60
PKM
Madya
Rancangan
usulan,
TOR
kegiatan
&
pers/recomendasi
internasional.
1.60
PKM
Madya
pers.
0.041
PKM
Pertama
pers.
0.09
PKM
Pertama
pers.
0.18
PKM Muda
pers.
0.063
PKM
Pertama
pers.
0.18
PKM
Pertama
pers.
0.402
PKM Muda
pers.
0.11
PKM
Pertama
pers.
0.09
PKM Muda
pers.
0.344
PKM Muda
pers.
0.135
PKM
Madya
pers.
0.18
PKM
Pertama
354
l. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
luar ruang dlm bentuk
software
m. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
komputer
dlm
bentuk
Web Page
n. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
komputer
dlm
btk.
Interaktif screen
o. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
tatapmuka dlm bentuk
konseling
p. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
cetak dlm bentuk booklet
q. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
tradisional
r. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
film dokumenter
s. Menyusun
materi
penyuluhan untuk media
slide seri.
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
0.428
PKM Muda
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
0.642
PKM
Madya
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
0.134
PKM Muda
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
0.02
PKM
Pertama
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
0.085
PKM
Pertama
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
0.35
PKM
Pertama
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
3.3
PKM
Madya
Naskah, nota
prog/atasan
pers.
1.24
PKM Muda
0.186
PKM
Pertama
0.045
PKM
Pertama
0.075
PKM
Pertama
0.162
PKM Muda
0.061
PKM
Pertama
PKM
Madya
0.252
355
g. Melakukan
penyempurnaan
hasil
ujicoba media cetak
h. Menyusun
laporan
ujicoba yg menggunakan
1 jenis instrumen
i. Menyusun
laporan
ujicoba
yang
menggunakan
bbrapa
instrumen
0.036
PKM
Pertama
Laporan ujicoba
0.056
PKM
Pertama
Laporan ujicoba
0.146
PKM Muda
356
0.154
0.061
0.031
d. Media komputer
0.084
e. Media pameran
0.078
f. Media tradisional
g. Melaksanakan
tabulasi
dan pengolahan data hasil
evaluasi media penylh
dng cara manual, dng
variabel > dari 10
h. Melaksanakan
tabulasi
dan pengolahan data hasil
evaluasi media penylh
dng
komputer,
dng
variabel > dari 10
i. Melaksanakan
analisa
hasil
pengolahan
dan
tabulasi data pelaksanaan
evaluasi media penylh
dng metode descriptif
j. Melakukan analisis hasil
pengolahan dan tabulasi
data
pelaksanaan
evaluasi
penylh
dng
metode analitik
0.042
0.057
0.09
PKM Muda
0.11
PKM Muda
0.192
PKM
Madya
PKM Muda
PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM
Madya
PKM
Madya
PKM Muda
PKM
Pertama
0.094
PKM Muda
0.156
PKM
Madya
Angka
Kredit
Pelaksana
0.035
PKM
Pertama
PKM
Muda
0.084
0.094
PKM
Muda
0.189
PKM
Madya
0.39
PKM
Madya
Srt
dan
0.02
PKM
Pertama
Srt
dan
0.04
PKM
Muda
Srt
dan
0.06
PKM
Madya
357
Laporan
0.04
PKM
Muda
0.3
PKM
Madya
0.3
PKM
Madya
0.126
PKM
Muda
PKM
Madya
0.174
Butir Kegiatan
0.045
PKM
Pertama
0.09
PKM
Muda
0.27
PKM
Madya
358
5.
a.
b.
2.
3.
foto,
Angka
Kredit
Pelaksana
0.042
PKM
Pertama
0.013
PKM
Muda
0.014
PKM
Muda
PKM
Madya
PKM
Madya
PKM
Madya
PKM
Muda
PKM
Muda
PKM
Pertama
0.021
0.03
0.06
0.156
0.09
0.02
0.076
0.01
PKM
Madya
PKM
Pertama
0.03
0.005
PKM
Pertama
359
5.
Butir Kegiatan
1.
2.
360
Angka
Kredit
Pelaksana
0..2
PKM
Pertama
0.4
PKM
Pertama
0.02
PKM
Pertama
0.04
PKM
Muda
0.02
PKM
Pertama
0.04
PKM
Muda
0.06
PKM
Madya
0.06
PKM
Madya
3.
b.
0.04
PKM
Muda
0.04
PKM
Muda
Butir Kegiatan
Kerangka acuan
Kumpulan
informasi
Laporan
0.264
bahan
Konsep kebijakan
0.24
PKM
Pertama
PKM
Pertama
PKM Muda
1.548
PKM Madya
0.132
Butir Kegiatan
361
362
Semua
jenjang
Butir Kegiatan
Pelaksana
di bidang
Semua
jenjang
Pelaksana
Semua
jenjang
363
Angka
Kredit
0.5
Pelaksana
15
Semua
jenjang
364
Semua
jenjang
Semua
jenjang
2.
Menjadi anggota org profesi tkt Propinsi/Kab/kota.
a. Pengurus aktif
SK, Tanda anggota (per 0.5
tahun)
b. Anggota aktif
Tanda
anggota
(per 0.35
tahun)
Semua
jenjang
Semua
jenjang
Pelaksana
Angka
Kredit
Pelaksana
1.5
b. Anggota
1.0
Semua
jenjang
Semua
jenjang
SK/Srt tgs
365
Pokok Bahasan 3.
MELAKUKAN PENGAJUAN DUPAK
A. PENGERTIAN
DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harud diisi oleh
Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan diketahui oleh pejabat
pengusul dan tim penilai.
B. LANGKAH-LANGKAH PENGISIAN FORM DUPAK
Langkah Langkah pengisian formulir DUPAK adalah :
1. Mengisi Data Perorangan
2. Menyiapkan data angka kredit yang berasal Laporan Bulanan dalam suatu
periode tertentu
C. MEKANISME PENGAJUAN DUPAK
Mekanismes pengajuan DUPAK adalah :
1. Penyuluh Kesehatan Masyarakat yang akan dinilai wajib menyampaikan
bukti-bukti yang diperlukan sesuai dengan unsur-unsur kegiatan yang telah
diselesaikan
2. Hasil penilaian tersebut dimasukkan dalam formulir Daftar Usulan Penilaian
Angka Kredit disertai dengan pengisian data perorangan
3. DUPAK yang disertai bukti-bukti, sebelum disampaikan kepada pejabat
pengusul, harus terlebih dahulu kelengkapan dan kebenarannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK.
4. DUPAK yang telah diteliti kebenaran dan kelengkapannya oleh atasan
langsung dan tim penilai DUPAK diajukan kepada pimpinan unit kerja untuk
selanjutnya diusulkan kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit.
D. TIM PENILAI DUPAK
Tim Penilai Angka Kredit yang selanjutnya disebut Tim Penilai Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat adalah tim yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan angka kredit, yang bertugas untuk memberikan
pertimbangan dan menilai prestasi kerja Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat
Tim Penilai jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan berdasarkan jenjang jabatan
dan tempat kerja adalah :
1. Tim Penilai Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat pusat
bagi Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan yang selanjutnya disebut
Tim Penilai Pusat;
366
367
CONTOH KASUS
Contoh kasus (1) :
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui pengangkatan
Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit: 150. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM
dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat Promkes, oleh karena itu
tanggal 8 -18 Juli 2011 mengikuti TOT JF-PKM tingkat ahli selama 96 jam pelajaran
dengan mendapat STTPL. Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, mulai bulan Januari 2012
tugas belajar Pasca Sarjana selama 18 bulan, dan mendapat Ijazah Gelar M.Kes
pada Bulan Agustus 2013. Mulai 1 Oktober 2013 sudah aktif kembali melaksanakan
tugas di Pusat Promosi Kesehatan.
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, selama pendidikan S2, aktif mengikuti Seminar tingkat
Nasional pada Bulan April 2013, dan seminar yang diikuti sebanyak 4 kali.
Pertanyaan :
1. Kelengkapan administrasi apa saja diperlukan ?
2. Kegiatan yang mana saja yang dapat dihitung/diberikan angka kredit?
3. Berapa besar angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, dari
contoh kasus diatas?
4. Apakah mengikuti Seminar tingkat Internasional di bulan April 2004 dapat
dihitung angka kreditnya keunsur utama Pendidikan? ( apabila jawabannya YA :
apa alasannya dan Apabila jawabannya TIDAK apa alasannya).
Contoh kasus (2) :
Sdri. Meylina Puspitasari, SKM, menduduki JF-PKM Ahli Pertama melalui inpassing
TMT pengangkatan Pertama TMT 1 Juni 2010, dengan angka kredit : 150. Sdri.
Meylina Puspitasari, SKM dipersiapkan untuk menjadi Tim Pelatih JF-PKM di Pusat
Promkes, oleh karena itu tanggal 8 -18 Juli 2012 mengikuti TOT JF-PKM tingkat ahli
selama 96 jam pelajaran dengan mendapat STTPL.
Pertanyaan :
berapa angka kredit diberikan kepada Sdri. Meylina Puspitasari, SKM?
368
Pertanyaan:
Berapa angka kredit yang diperoleh Sdri. Meylina Puspitasari, SKM dari setiap butir
kegiatan yang dilakukannya?....., dan bukti apa saja yang diperlukan/dilampirkan?...
Contoh kasus (4) :
Sekelompok tim advokasi sebanyak 5 orang akan melaksanakan advokasi program
Promosi Kesehatan di 5 Provinsi pilihan. Pedoman yang yang digunakan adalah Modul
teknologi Advokasi Bagi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli. Advokasi dilaksanakan
pada bulan Agustus dan September 2004, sedang evaluasi dilaksanakan pada Bulan
Desember 2004, sampai dengan penyusunan laporan. Tim tediri dari : Ketua : Sdr.
Yono Mulyana, SH, M.Kes, JF-PKM Ahli Muda, III d; dan anggota Sdri. Meylina
Puspitasari, SKM. Pjb Fungsional PKM Ahli Muda- III d., Sdr.drg. Widyawati, M.Kes
(JF-PKM Ahli-Muda- IIId), Sdr.Marsuli, S.Sos,MKes (JF-PKM Ahli-Muda-III d), dan
Sdr. Asep (JF-PKM Ahli Muda- IIIc).
Pertanyaan :
Berapa angka kredit yang idberikan kepada masing-masing ketua dan anggota tim
advokasi ?
Contoh kasus (5) :
Pada Bulan Desember 2002, Pusat Promkes bekerja sama dengan Pusdiklat
Kesehatan menyelanggarakan Diklat JF-PKM Ahli dengan jumlah pelajaran 82 jam.
Sdr Bayuseno, SE, menyampaikan Materi Komunikasi Kesehatan selama 4 jam
pelajaran, Perilaku dan perubahannya 4 jam pelajaran. Materi dibuat dalam bentuk
makalah masing-masing 10 lembar, dan menggunakan media OHT (Over Head
Transparances) dan LCD proyektor.
Pertanyaan :
Berapa besar angka kredit yang diberikan kepada Sdrt. Bayuseno ?
369
VI.
370
Referensi :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;.
2. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 58/KEP/M.
PAN/8/2000 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan
Angka Kreditnya
3. SKB Menkes-Kesos & Ka BKN 1811/SKB/Menkes-Kesos/XII/2000 dan No.
164A/Tahun 2000
4. SK Menkes-Kesos No. 66/Kenkes-Kesos/I/2001.
5. SK Menkes No.131/Menkes/SK/II/2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.
MATERI PENUNJANG
MEMBANGUN KOMITMEN PEMBELAJARAN
(BUILDING LEARNING COMMITMENT)
I.
Deskripsi Singkat
Dalam suatu pelatihan tatap muka, terutama pelatihan dalam kelas (in class training),
dimana bertemu sekelompok orang yang terdiri dari trainer/fasilitator, panitia dan
peserta latih belum saling mengenal sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda,
dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan, pengalaman, serta
sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak diantisipasi sejak awal
pelatihan kemungkinan akan mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki proses
pelatihan yang bisa berakibat pada kelancaran proses pembalajaran selanjutnya.
BLC pada suatu pelatihan sangatlah penting karena BLC adalah proses
mempersiapkan peserta mengikuti proses pembelajaran secara individual,kelompok
maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif, meliputi intelektual dan
emosional.
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu menyusun suatu komitmen yang harus
disepakati dan dilaksanakan selama proses pelatihan.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Mengenal beberapa kriteria yang disepakati antara peserta, fasilitator dan
panitia.
2. Mencapai suasana pencairan diantara peserta, fasilitator dan panitia.
3. Merumuskan harapan harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan
4. Membangun kesepakatan bersama sehingga menjadi norma kelas yang
disepakati bersama.
5. Menetapkan kontrol kolektif terhadap pelaksanaan norma kelas.
371
III.
IV.
Perkenalan
Pencairan
Harapan kelas, kekhawatiran mencapai harapan dan
komitmen menjadi norma kelas
Kontrol kolektif.
372
storming, atau seperti badai yang merupakan tahap awal dari suatu
pembentukan kelompok.
d. Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan
identitas yang berbeda, misalnya peserta yang berkaca mata atau yang berbaju
batik dan lain-lain. Lakukan permainan tersebut selama 10 menit.
e. Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam permainan
tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya.
f. Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta, agar terjadi proses yang
dinamis.
Langkah 3.
Merumuskan harapan terhadap pelatihan dan norma yang disepakati. (60 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang, kemudian
menjelaskan penugasan kelompok yaitu :
b. Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga
menjadi harapan kelompok.
c. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Peserta
lainnya diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
d. Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari
setiap kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati
bersama.
e. Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati kemudian fasilitator memandu
peserta untuk merumuskan norma kelas yang disepakati bersama. Peserta
difasilitasi sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan
komitmennya untuk metaati norma kelas tersebut.
Langkah 4.
Menentukan Kontrol Kolektif (20 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan
bagi orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati.
Tuliskan hasil brainstorming dipapan flipchart agar bisa dibaca oleh semua
peserta. Peserta difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan
brainstorming.
373
Uraian Materi
Mengelola pelatihan orang dewasa dapat dikatakan gampang-gampang sulit. Betapa
tidak. Orang dewasa secara emperis sudah menguasai konsep atau pengetahuan
dengan caranya sendiri terlepas dari benar dan salah. Bahkan sekalipun salah biasanya
diyakini dengan ngotot bahwa itu yang paling baik dan benar. Mereka proteck diri
dan sulit menerima hal baru dari luar. Oleh karena itu perlu strategi khusus untuk
membuka dan membuat orang dewasa welcome atau care dengan informasi baru
Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing), karena berbagai hal dimana salah satunya adalah belum tentu
pelatihan yang diikuti merupakan pilihan pribadinya. Mungkin saja kehadirannya di
pelatihan karena terpaksa, menuruti perintah atasan atau tidak ada lagi calon lainnya,
dan ini sering terjadi pada pelatihan bagi pegawai institusi pemerintah. Mungkin juga
terjadi, pada saat pertama hadir sudah memiliki angapan merasa sudah tahu semua
yang akan dipelajari atau membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi.
Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan (unfreezing)
diantara semua komponen yang terlibat didalam pelatihan tersebut untuk mencoba
menghilangkan hambatan hambatan yang sudah disebutkan diatas tadi. Sebagai salah
satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal tersebut diatas adalah membangun
komitmen pembelajaran yang biasa disingkat dalam terminology BLC.
374
Membangun komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk
mencairkan kebekuan tersebut. BLC bukan team building ataupun dinamika
kelompok, akan tetapi merupakan bagian kecil ataupun dapat disebutkan sebagai
entry point dari kedua proses tersebut.
BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan harapan mereka dalam
pelatihan ini, serta merumuskan nilai nilai dan norma yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah
terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai
harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan
pembauran nilai nilai yang dianut dan disepakati.
Proses BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi,
mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya
norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya.
Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis. Keberhasilan
atau ketidak berhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses pembelajaran
selanjutnya.
Metode yang digunakan games/permainan, diskusi kelompok dan pleno. Dalam sesi
BLC, lebih banyak menggunakan metode games/ permainan, penugasan individu
dan diskusi kelompok. Hanya di akhir sesi ada ulasan singkat tentang materi yang
terkait dengan BLC.
Harapan
Adalah kehendak/ keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam
pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.
Dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.
Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya,
dan bukan sesuatu yang diucapkan secara asal asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.
375
Kekhawatiran
Dalam pelatihan, ada kekhawatiran tidak dapat mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.
Komitmen
Adalah keterikatan, keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau
yang menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong
berupaya sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai macam cara
yang baik, efektif dan efisien.
Komitmen belajar/ pembelajaran, adalah keterpanggilan seseorang/ kelompok/ kelas
(peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan
apa yang menjadi tujuan pelatihan/ pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/ kelompok/ kelas, karena dalam diri setiap orang
yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan
yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta
suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif
Norma
Merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian
menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari
hari kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang
kegiatan, instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok.
Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,
instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua
anggota kelompok(peserta, pelatih/ fasilitator dan panitia).
Kontrol Kolektif
Merupakan kesepakatan bersama untuk memelihara agar kesepakatan terhadap
norma kelas ditaati.
Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma
tidak ditaati atau dilanggar.
376
VI.
Referensi
Departemen Kesehatan RI, 2006. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Pendengaran.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Penglihatan.
Pusdiklat Departemen Kesehatan RI, 2001. Membangun Komitmen Belajar.
Lembar petunjuk penugasan
377
Lampiran
Lembar Kerja
Penugasan 1.
Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai harapan
tersebut, serta norma yang disepakati.
Tahap 1. Menentukan harapan kelompok.
- Peserta dibagi dalam kelompok kecil a 5-7 orang.
- Mula mula peserta bekerja secara individu.
- Secara sendiri sendiri setiap peserta mengidentifikasi apa yang menjadi
harapannya terhadap pelatihan ini.Tuliskan pada kertas catatan masing masing
3 harapan yang menjadi prioritas. Tuliskan juga kekhawatiran untuk mencapai
harapan
- Kemudian diskusikan harapan masing masing peserta dalam kelompok dipandu
oleh ketua kelompok.
- Dengan metode brainstorming setiap peserta menyampaikan pendapatnya
tentang usulan harapan kelompok berdasarkan hasil renungan dan analisis dari
harapan harapan semua anggota kelompok.
- Kelompok diharapkan dapat menentukan harapan kelompok dan kekhawatiran
sebagai hasil kesepakatan bersama.Setiap kelompok menentukan 3 harapan
yang menjadi prioritas kelompok.
- Tuliskan harapan kelompok dan kekhawatiran pada kertas flipchart.
Tahap 2. Menentukan harapan kelas.
- Setiap kelompok mempresentasikan harapan dan kekhawatiran kelompoknya .
- Fasilitator memandu brainstorming untuk menentukan harapan kelas berdasarkan
hasil analisis dari semua harapan kelompok dan kekhawatirannya
- Buat kesepakatan kelas untuk menentukan 5 harapan yang menjadi prioritas
kelas serta kekhawatiran mencapai harapan
- Tuliskan hasilnya pada kertas flipchart.
378
Harapan
individu
Kekhawatiran
Harapan kelompok
Harapan
kelompok
Kekhawatiran
Harapan kelas
379
Kontrol Kolektif
Norma
380
MATERI PENUNJANG
RENCANA TINDAK LANJUT
I.
Deskripsi Singkat
Secara makro bahwa proses pembelajaran dikelas adalah langkah awal dalam
memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap & perilaku dan psikomotor terkait dengan
substansi materi diklat, kemudian langkah berikutnya upaya menerapkan kompetensi
tersebut ditempat kerja peserta latih. Seluruh kompetensi yang diperoleh dalam dalam
kelas, akan mubazir jika tidak diimplementasikan di tempat kerja. Segera setelah
peserta latih tiba di instansi asal, mereka dibebani tugas dan tanggungjawab yang
tertunda selama meninggalkan pelatihan, lalu kemudian, mereka sibuk mengerjakan
tugas tersebut. Sementara berkas berkas pelatihan mungkin saja terabaikan dan
bisa jadi terlupakan.
Untuk mengantisipasi kemunginan terjadinya masalah tersebut, rencana tindak
lanjut (RTL) perlu disiapkan sebagai salah satu materi pelatihan penunjang sehingga
mempunyai dampak positif bagi peningkatan metode kerja dan ethos kerja mantan
peserta latih untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Selanjutnya dampak ini
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ditanah air kita.
Rencana Tindak Lanjut berupa rumusan (item item) rencana kegiatan terkait pelatihan
harus dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih masih menyadari masih
ada tugas tambahan yang harus dikerjakan setelah bertugas kembali ditempat
kerjanya.
Rencana kegiatan paska pelatihan harus dirumuskan secara seksana, dengan
mempertimbangkan kesiapan sarana prasarana, sdm dan biaya ditempat tugas serta
metode pendekatan yang perlu ditempuh agar rumusan Rencana Tindak Lanjut dapat
direalisir sebagamana mestinya .
Masing-masing jenis kegitan dalam Rencana Tindak Lanjut dijabarkan kedalam
variable tujuan, sasaran, cara melaksanakan, tempat dan waktu, pelaksana, sumber
biaya dan indokator keberhasilan sehingga terlihat suatu perencanaan yang selektif,
perioritas dan realistis
381
II.
Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu merumuskan rencana kegiatan
pelatihan paska pelatihan.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Rencana Tindak Lanjut,
2. Menjelaskan ciri-ciri Rencana Tindak Lanjut
3. Menjelaskan tujuan penyusunan Rencana Tindak Lanjut
4. Menjelaskan ruang lingkup Rencana Tindak Lanjut
5. Menyusun Rencana Tindak Lanjut paska pelatihan.
III.
IV.
382
peserta
Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan
Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
Langkah 2
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan fasilitator
1) Penyampaian materi sub pokok bahasan 1, tentang pengertian Rencana
Tindak Lanjut secara umum, dan menjelaskan rencana rencana kegiatan
paska pelatihan.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
2) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
3) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.
Langkah 3
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan2, tentang tujuan penyusunan
Rencana Tindak Lanjut
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting
Langkah 4
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitor.
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan3, tentang Ciri-ciri yang harus
dimiliki Rencana Tindak Lanjut
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
383
b. Kegiatan peserta.
1) Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
Langkah 5
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan4, tentang Ruang lingkup Rencana
Tindak Lanjut
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.
b. Kegiatan peserta
1) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
Langkah 6
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan Fasilitator
1) Menjelaskan materi sub pokok bahasan5, tentang Cara penyusunan
Rencana Tindak Lanjut , dan menjelaskan perbedaan rumusan Rencana
Tindak Lanjut kelompok di kelas dengan Rencana Tindak Lanjut resmi paska
pelatihan.
2) Meminta kelas untuk membentuk kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan
asal jumlah propinsi atau instansi sejenis, serta memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
3) Meminta masing-masing kelompok merumuskan Rencana Tindak Lanjut
yang mengacu pada variable Rencana Tindak Lanjut yang diberikan serta
menuliskan hasil-hasil diskusi kelompoknya kedalam flipchart atau dengan
laptop
4) Memberikan bimbingan tentang jalannya proses diskusi
b. Kegiatan peserta.
1) Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan penyaji serta
melakukan diskusi sesuai dengan bimbingan fasilitator.
2) Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
3) Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart atau laptop.
4) Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.
384
Langkah 7
Penutup
Langkah pembelajaran:
a. Kegiatan nara sumber
1) Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu dan
perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi berlangsung,
2) Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan
selama proses pembelajaran.
3) Mengucapkan salam penutup sesi
b. Kegiatan peserta.
1) Memberi sahutan atas ucapan salam fasilitator
2) Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh
narasumber dalam selembar kertas
V.
Uraian Materi
Rencana tindak lanjut (RTL) menjadi materi penunjang dalam suatu pelatihan, dan
disampaikan diakhir sesi pembelajaran. Materi ini sangat penting, untuk merefleksikan
kembali kompetensi diklat yang diperoleh dikelas ditempat kerja. Pada saat dikelas
(sesi terakhir), Rencana Tindak Lanjut dipersiapkan dalam bentuk rumusan format
standar, lalu setelah tiba ditempat tugas. Rencana Tindak Lanjut disusun sendiri oleh
mantan peserta latih sebagai dokumen resmi yang akan dilaporkan kepada atasan
mantan peserta latih.
Pokok bahasan 1.
PENGERTIAN RENCANA TINDAK LANJUT
Pada Diklat Indonesian Australian - Specialist Training Project, 2010 ( IA-STP) istilah
rencana tindak lanjut disebut rencana aksi, yakni suatu rencana mantan peserta latih
ditempat tugas tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam hubungannya
penerapan kompetensi yang diperoleh dari pelatihan. Kompetensi pelatihan berupa
kemampuan bidang pengetahuan. sikap dan perilaku serta psikomotor sangat
diharapkan dapat diimplementasikan ditempat kerja sehingga memberi manfaat bagi
instansi peserta latih. Rencana kegiatan Rencana Tindak Lanjut dapat mencakup
antara lain :
a. Sosialisasi terhadap teman sekerja, atasan dan atau instansi mantan peserta latih
untuk menjadi pemahaman dan pertimbangan dalam merencanakan penerapan
kompetensi materi pelatihan ditempat kerjanya.
385
386
387
b. Measurable
Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan ukuran
seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses seperti trend
yang menurun / meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate & ratio.
Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja dilakukan terhadap seluruh
atau 5 orang perawat puskesmas.
c. Achievable.
Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka tujuan
kegiatan akan dapat dicapai. Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat
kerja bertujuan agar setiap perawat juga memiliki kompetensi yang sejenis yaitu
terampil melaksanakan akupresur terhadap pasien apabila mantan peserta latih
tidak berada ditempat. Dengan demikian tujuan menggantikan peran mantan
peserta latih dapat dicapai sekalipun yang bersanhkutan berhalangan.
d. Relevant
Relevant artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi
pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih ditempat kerja.
Sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja adalah kompetensi diklat mantan
peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerja dalam kaitannya dengan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
e. Timely
Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam Rencana Tindak
Lanjut tepat waktunya dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.
Penerapan kegiatan akupresure ditempat kerja merupakan program Yankestrad
sebagaimana yang tertera dalam Renstra Kementerian Kesehatan RI 2010
2014.
Pokok Bahasan 3.
Tujuan RENCANA TINDAK LANJUT
Tujuan akhir dari Rencana Tindak Lanjut adalah peningkatan kinerja khususnya
peningkatan kualitas tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya.
Peningkatan kinerja dapat dicapai dengan penerapan kompetensi sebagai suatu
standar proses. Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berdasarkan
standar proses yang meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan dan
388
derajat kesehatan masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir tersebut, secara spesifik
tujuan Rencana Tindak Lanjut adalah sebagai berikut :
a. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi diklat yang
diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
b. Diketahuinya metode / cara pelaksanaan rencana kegiatan tentang penerapan
kompetensi diklat yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
Kemudian dapat ditambahkan bahwa rencana kegitan yang tercantum Rencana
Tindak Lanjut merupakan indikator penilaian pada waktu melakukan evaluasi paska
pelatihan (EPP).
Pokok Bahasan 4.
RUANG LINGKUP RENCANA TINDAK LANJUT
Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup :
a. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
b. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai
c. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan
d. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan
e. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
f. Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap kegiatan
g. Menetapkan besar biaya dan sumbernya.
Pokok bahasan 5.
CARA PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT
Sebagaimana telah dikemukakan dalam pokok bahasan pengertian Rencana Tindak
Lanjut yakni terdapat 2 jenis Rencana Tindak Lanjut, pertama Rencana Tindak Lanjut
pada saat Pelatihan dan yang kedua Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
Perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat pelatihan dilakukan pada sesi terakhir
didalam kelas ) dengan dipandu oleh fasilitator. Rencana Tindak Lanjut dirumuskan
dengan cara berdiskusi ( kelompok dibagi menurut instansi sejenis atau perpropinsi ).
Rencana Tindak Lanjut dirumuskan menurut format standar sebagai berikut :
389
No
Jenis
kegiatan
Tujuan
kegiatan
Sasaran
kegiatan
Cara
pelaksanaan
Tim
Pelaksana
Tempat
Waktu
Biaya
1
2
3
4
390
2)
3)
4)
5)
6)
391
392
d.
VI.
Referensi
1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat
SDM Kesehatan ; Jakarta ; 2009
2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit
Surveilans ; Jakarta ; 2008
3. ---------------------------------- ; Modul 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit
Kanker ; Direktorat PTM ; Jakarta ; 2007
4. Departemen Kesehatan RI ; Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan
Berorientasi Pembelajaran ; Pusdiklatkes- BPP-SDM ; Jakarta; 2004
5. Indonesian-Australian Spesialist Project ( IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga
Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010
393
LAMPIRAN LAMPIRAN
1. Bahan belajar dalam bentuk power point
2. Instrumen perumusan Rencana Tindak Lanjut pada saat Pelatihan.
3. Sistematika penyunan Rencana Tindak Lanjut resmi paska pelatihan
394
TIM PENYUSUN
PENGARAH
dr. Lily S Sulistyowati, MM
PENANGGUNGJAWAB
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes
395
396